Bagikan Artikel Ini!
Pengetahuan Tentang
Yang Mutlak
7.1
śrī-bhagavān
uvāca
mayy
āsakta-manāḥ pārtha
yogaḿ
yuñjan mad-āśrayaḥ
asaḿśayaḿ
samagraḿ māḿ
yathā
jñāsyasi tac chṛṇu
Śrī-bhagavān
uvāca—Tuhan Yang Maha
Esa bersabda; mayi—kepada-Ku; asaktamanaḥ—pikiran terikat; pārtha—wahai
putera Pṛthā; yogam—keinsafan diri; yuñjan—berlatih; mat-āśrayaḥ—sadar
kepada-Ku (kesadaran Krishna); asaḿśayam—tanpa keragu-raguan; samagram—sepenuhnya;
mām—Aku; yathā—bagaimana; jñāsyasi—engkau dapat mengenal; tat—itu;
śṛṇu—coba mendengar.
Terjemahan
Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Wahai putera Pṛthā, sekarang dengarlah bagaimana
engkau dapat mengenal Diri-Ku sepenuhnya, bebas dari keragu-raguan, dengan cara
mempraktekkan yoga dan menyadari Aku sepenuhnya, dengan pikiran terikat
kepada-Ku.
Penjelasan
Dalam
Bab Tujuh dari Bhagavad-gita, sifat kesadaran Krishna diuraikan sepenuhnya.
Krishna memiliki segala kehebatan sepenuhnya, dan bagaimana cara Beliau
mewujudkan kehebatan itu diuraikan di sini. Empat jenis orang yang beruntung
yang menjadi terikat kepada Krishna dan empat jenis orang yang kurang beruntung
yang tidak pernah mendekati Krishna juga diuraikan di dalam bab ini.
Dalam enam bab pertama dari Bhagavad-gita, makhluk hidup sudah diuraikan
sebagai roh yang tidak bersifat material yang sanggup mengangkat Diri-Nya
sampai keinsafan diri dengan berbagai jenis yoga. Pada akhir Bab Enam, sudah
dinyatakan dengan jelas bahwa memusatkan pikiran dengan mantap kepada Krishna,
atau dengan kata lain kesadaran Krishna, adalah bentuk tertinggi segala yoga.
Dengan memusatkan pikiran kepada Krishna, seseorang dapat mengenal Kebenaran
Mutlak sepenuhnya, bukan dengan cara yang lain. Keinsafan terhadap brahmajyoti
yang tidak bersifat pribadi atau Paramatma yang berada di satu tempat bukan
pengetahuan yang sempurna tentang Kebenaran Mutlak, sebab pengetahuan itu hanya
merupakan sebagian saja. Pengetahuan yang penuh dan ilmiah ialah Krishna, dan
segala sesuatu diungkapkan kepada orang yang sadar akan Krishna. Dalam
kesadaran Krishna yang lengkap, seseorang mengetahui bahwa Krishna adalah
pengetahuan tertinggi di luar segala keragu-raguan. Berbagai jenis yoga hanya
merupakan batu loncatan pada jalan menuju kesadaran Krishna. Orang yang mulai
mengikuti kesadaran Krishna secara langsung dengan sendirinya mengetahui
tentang brahmajyoti dan Paramatma sepenuhnya. Dengan berlatih yoga kesadaran
Krishna, seseorang dapat mengetahui segala sesuatu sepenuhnya—yaitu, Kebenaran
Mutlak, para makhluk hidup, alam material, serta perwujudan-perwujudannya
dengan perlengkapan.
Karena itu, seseorang harus mulai latihan yoga sebagaimana ditunjukkan dalam
ayat terakhir dari Bab Enam. Memusatkan pikiran kepada Krishna sebagai Yang Mahakuasa
dimungkinkan dengan bhakti yang telah dianjurkan dengan sembilan bentuk yang
berbeda. Di antara sembilan bentuk itu, sravanam adalah bentuk pertama dan
bentuk yang paling penting. Karena itu, Krishna bersabda kepada Arjuna, tac
chrnu," atau Dengarlah dari-Ku." Tidak ada seorangpun penguasa yang
lebih tinggi daripada Krishna, karena itu, dengan mendengar dari Krishna,
seseorang mendapat kesempatan yang paling baik untuk menjadi sadar akan Krishna
secara sempurna. Karena itu, seseorang harus belajar dari Krishna secara
langsung atau belajar dari seorang penyembah Krishna yang murni—bukan dari
orang yang masih hijau, bukan penyembah, dan sombong dengan menyandang gelar
dari perguruan tinggi.
Dalam
Srimad-Bhagavatam proses tersebut untuk mengerti tentang Krishna, Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa, Kebenaran Mutlak, diuraikan dalam Bab Dua dari Skanda
Pertama sebagai berikut:
śṛṇvatāḿ
sva-kathāḥ kṛṣṇaḥ
puṇya-śravaṇa-kīrtanaḥ
hṛdy
antaḥ-stho hy abhadrāṇi
vidhunoti
suhṛt satām
naṣṭa-prāyeṣv
abhadreṣu
nityaḿ
bhāgavata-sevayā
bhagavaty
uttama-śloke
bhaktir
bhavati naiṣṭhikī
tadā
rājā s-tamo-bhāvāḥ
kāma-lobhādayaś
ca ye
ceta
etair anāviddhaḿ
sthitaḿ
sattve prasīdati
evaḿ
prasanna-manaso
bhagavad-bhakti-yogātaḥ
bhagavat-tattva-vijñānaḿ
mukta-sańgasya
jāyate
bhidyate
hṛdaya-granthiś
chidyante
sarva-saḿśayāḥ
kṣīyante
cāsya karmaṇi
dṛṣṭa
evātmanīśvare
Mendengar
tentang Krishna dari kesusasteraan Veda, atau mendengar dari Krishna secara
langsung melalui Bhagavad-gita, dengan sendirinya merupakan kegiatan yang
saleh. Bagi orang yang mendengar tentang Krishna, Sri Krishna, yang bersemayam
di dalam hati setiap orang, bertindak sebagai kawan yang paling mengharapkan
kesejahteraan penyembah dan menyucikan penyembahyang senantiasa tekun mendengar
tentang Beliau. Dengan cara demikian, seorang penyembah secara wajar
mengembangkan pengetahuan rohani yang tersimpan di dalam hatinya. Begitu
penyembah itu mendengar lebih banyak tentang Krishna dari Bhagavatam dan dari para
penyembah, dia menjadi mantap dalam bhakti kepada Tuhan. Dengan mengembangkan
bhakti, seseorang dibebaskan dari sifat-sifat nafsu dan kebodohan, dan dengan
demikian, nafsu-nafsu material dan kelobaan dihilangkan. Apabila hal-hal yang
tidak suci tersebut dihapus, seorang calon menjadi mantap pada kedudukannya,
yaitu kebaikan yang murni, dan dia disemangatkan oleh bhakti dan mengerti ilmu
pengetahuan tentang Tuhan secara sempurna. Demikianlah bhakti-yoga memotong
ikatan keras berupa kasih sayang material dan memungkinkan seseorang segera
mencapai tingkat asaḿśayam samagram, yaitu mengerti tentang Kebenaran Mutlak
Yang Paling Utama, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa." (Bhag. 1.2.17-21).
Karena
itu, hanya dengan mendengar dari Krishna atau dari penyembah Beliau dalam
kesadaran Krishna seseorang dapat mengerti ilmu pengetahuan tentang Krishna.
7.2
jñānaḿ te 'haḿ sa-vijñānam
idaḿ vakṣyāmy aśeṣataḥ
yaj jñātvā neha bhūyo 'nyaj
jñātavyam avaśiṣyate
jñānam—pengetahuan yang dapat dilihat; te—kepadamu;
aham—Aku; sa—dengan; vijñānam—pengetahuan yang tidak dapat
dilihat; idam—ini; vakṣyāmi—akan menjelaskan; aśeṣataḥ—sepenuhnya;
yat—yang; jñātvā—mengetahui; na—tidak; iha—di dunia
ini; bhūyaḥ—lebih lanjut; anyat—sesuatu yang lebih; jñātavyam—dapat
diketahui; avaśiṣyate—tinggal.
Terjemahan
Sekarang Aku akan menyatakan pengetahuan ini
kepadamu secara keseluruhan, baik yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat
dilihat. Dengan menguasai pengetahuan ini, tidak akan ada hal lain lagi yang
belum engkau ketahui.
Penjelasan
Pengetahuan yang lengkap meliputi pengetahuan
tentang dunia yang dapat dilihat, sang roh yang melatarbelakangi dunia ini, dan
sumber kedua-duanya. Inilah pengetahuan rohani. Tuhan ingin menjelaskan sistem
pengetahuan tersebut di atas karena Arjuna adalah penyembah dan kawan Krishna
yang akrab. Pada awal Bab Empat, penjelasan tersebut telah diberikan oleh
Krishna, dan penjelasan itu dibenarkan sekali lagi di sini yaitu; bahwa
pengetahuan yang lengkap hanya dapat dicapai oleh seorang penyembah Tuhan
secara langsung dari Tuhan dalam garis perguruan. Karena itu, hendaknya orang
cukup cerdas untuk mengetahui sumber segala pengetahuan, yang menjadi sebab
segala sebab, dan satu-satunya obyek semadi dalam segala jenis latihan yoga.
Apabila sebab segala sebab diketahui, maka segala sesuatu yang dapat diketahui
dikenal, dan tidak ada sesuatupun yang belum diketahui. Dalam Veda (Mundaka
Upanisad 1.3) dinyatakan, kasmin bhaga vo vijnate sarvam idam vijnatam bhavati.
7.3
manuṣyāṇāḿ
sahasreṣu
kaścid
yatati siddhaye
yatatām
api siddhānāḿ
kaścin
māḿ vetti tattvataḥ
manuṣyāṇām—di antara manusia; sahasresu—di antara beriburibu; kaścit—seseorang;
yatati—berusaha; siddhaye—untuk kesempurnaan; yatatām—mereka
yang berusaha seperti itu; api—memang; siddhānām—dari mereka yang
sudah mencapai kesempurnaan; kaścit—seseorang; mām—Aku; vetti—mengetahui;
tattvataḥ—dengan sebenarnya.
Terjemahan
Di
antara beribu-ribu orang, mungkin ada satu yang berusaha untuk mencapai
kesempurnaan, dan di antara mereka yang sudah mencapai kesempurnaan, hampir
tidak ada satupun yang mengetahui tentang Diri-Ku dengan sebenarnya.
Penjelasan
Ada
berbagai tingkat manusia, dan di antara beribu-ribu orang, mungkin ada satu
yang cukup tertarik pada keinsafan rohani hingga ia berusaha mengetahui apa itu
sang roh, apa itu badan, dan apa itu Kebenaran Mutlak. Pada umumnya manusia
hanya sibuk di dalam kegiatan seperti binatang yaitu; makan, tidur, membela
diri dan berketurunan, dan hampir tiada seorangpun yang tertarik pada
pengetahuan rohani. Enam bab pada awal Bhagavad-gita dimaksudkan untuk orang
yang tertarik pada pengetahuan rohani, untuk mengerti tentang sang roh, Roh
Yang Utama dan cara keinsafan melalui jñāna-yoga, Dhyana-yoga dan cara
membedakan antara sang roh dan alam. Akan tetapi, Krishna hanya dapat dikenal
oleh orang yang sadar akan Krishna. Rohaniwan lainnya barangkali mencapai
keinsafan terhadap Brahman yang tidak berbentuk pribadi, sebab keinsafan ini
lebih mudah daripada mengerti tentang Krishna. Krishna adalah Kepribadian Yang
Paling Utama, tetapi pada waktu yang sama Beliau berada di luar jangkauan
pengetahuan Brahman dan Paramatma. Para yogi dan para jñānī bingung dalam
usaha-usaha mereka untuk mengerti tentang Krishna. Walaupun yang paling
terkemuka di antara orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, yaitu
Sripada Sankaracarya, dalam penafsiran beliau tentang Bhagavad-gita beliau juga
mengakui bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Namun para
pengikut Sankaracarya tidak mengakui Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa, sebab sangat sulit mengenal Krishna, walaupun seseorang sudah
mencapai keinsafan rohani terhadap Brahman yang tidak berbentuk pribadi.
Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sebab segala sebab, Sri Govinda
yang asli. īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇah sac-cid- ananda vigrahah / anadir adir
govindah sarva karana-kāraṇam. Orang yang bukan penyembah sulit sekali
mengenal Krishna. Walaupun mereka menyatakan bahwa jalan bhakti, atau
pengabdian rohani sangat mudah, mereka tidak akan sanggup mempraktekkan cara
bhakti. Kalau memang jalan bhakti begitu mudah, seperti yang dikatakan oleh
golongan orang yang bukan penyembah, mengapa mereka memilih jalan yang lain dan
sulit? Sebenarnya, jalan bhakti tidak mudah. Sesuatu yang hanya namanya saja
jalan bhakti yang dipraktekkan oleh orang yang tidak berkualifikasi, karena
mereka tanpa pengetahuan tentang bhakti barangkali tampaknya mudah, namun apabi
la bhakti dipraktekkan secara nyata menurut aturan dan peraturan, mereka para
sarjana dan para filosof yang berangan-angan pikiran akan jatuh dari jalan itu.
Srila Rupa Gosvami menulis di dalam karyanya berjudul Bhakti-rasamrta-sindhu
(1.2.101):
śruti-smṛti-purāṇādi-
pañcarātra-vidhiḿ
vinā
aikāntikī
harer bhaktir
utpātāyaiva
kalpate
Bhakti
kepada Tuhan yang mengabaikan kesusasteraan Veda yang dibenarkan, misalnya
Upanisad-upanisad, Puranapurana, dan Naradapancaratra, hanya merupakan gangguan
yang tidak diperlukan di dalam masyarakat."
Bagi yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dan sudah menginsafi Brahman atau
yogi yang sudah menginsafi Paramatma tidak mungkin mengerti tentang Krishna
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sebagai putera ibu Yasoda atau kusir kereta
Arjuna. Para dewa yang muliapun kadang-kadang bingung tentang Krishna: Krishna
bersabda, (muhyanti yat surayah). Mam tu veda na kaścana, Tiada seorangpun yang
mengenal Diri-Ku dengan sebenarnya." Kalau seseorang sungguh-sungguh
mengenal Krishna, maka samaḥ atma sudurlabhah. Roh yang mulia seperti itu
jarang sekali ditemukan." Karena itu, kalau seseorang tidak melakukan
latihan bhakti kepada Tuhan, ia tidak dapat mengenal Krishna dengan sebenarnya
(tattvataḥ), walaupun ia sarjana yang hebat atau ahli filsafat. Hanya para
penyembah yang murni dapat mengetahui sesuatu tentang sifat-sifat rohani yang
tidak terhingga di dalam Krishna, di dalam sebab segala sebab, dalam
Kemahakuasaan dan kemewahan Beliau, dan di dalam kekayaan, kemashyuran,
kekuatan, ketām panan, pengetahuan dan ketidakterikatan Beliau, sebab Krishna
bersikap murah hati terhadap para penyembah-Nya. Krishna adalah kata terakhir
dalam keinsafan Brahman, dan hanya para penyembah dapat menginsafi Beliau
dengan sebenarnya. Karena itu, dinyatakan:
ataḥ
śrī-kṛṣṇa-nāmādi
na
bhaved grāhyam indriyaiḥ
sevonmukhe
hi jihvādau
svayam
eva sphuraty adaḥ
Tiada
seorangpun yang dapat mengerti tentang sifat rohani, nama, bentuk, sifat dan
kegiatan Krishna melalui indera-inderanya yang dicemari secara material. Tetapi
Krishna memperlihatkan Diri-Nya kepada para penyembah karena Krishna menyayangi
mereka atas cinta-bhakti rohani mereka kepada Beliau."
(Bhakti-rasamrta-sindhu 1.2.234).
7.4
bhūmir āpo 'nalo vāyuḥ
khaḿ mano buddhir eva ca
ahańkāra itīyaḿ me
bhinnā prakṛtir aṣṭadhā
bhūmiḥ—tanah; āpaḥ—air; analaḥ—api;
vāyuḥ—udara; kham—angkasa; manaḥ—pikiran; buddhiḥ—kecerdasan;
evā—pasti; ca—dan; ahańkāraḥ—keakuan yang palsu; iti—demikian;
iyam—semua ini; me—milik-Ku; bhinnā—terpisah; prakṛtiḥ—tenaga-tenaga;
aṣṭadhā—delapan jenis.
Terjemahan
Tanah, air, api, udara, angkasa, pikiran,
kecerdasan dan keakuan yang palsu—secara keseluruhan delapan unsur ini
merupakan tenaga-tenaga material yang terpisah dari Diri-Ku.
Penjelasan
Ilmu pengetahuan Ketuhanan menganalisis kedudukan
dasar Tuhan dan berbagai tenaga Beliau. Alam material disebut prakṛti, atau
tenaga Tuhan dalam berbagai titisan purusa Beliau (penjelmaan-penjelmaan)
sebagaimana diuraikan dalam Satvata Tantra:
viṣṇos tu trīṇi rūpāṇi
puruṣākhyāny atho viduḥ
ekaḿ tu mahatāḥ sraṣṭṛ
dvitīyaḿ tv
aṇḍa-saḿsthitam
tṛtīyaḿ sarva-bhūta-sthaḿ
tāni jñātvā vimucyate
Untuk ciptaan material, penjelmaan yang berkuasa
penuh dari Sri Krishna berwujud sebagai tiga Visnu. Yang pertama adalah,
MahaVisnu, menciptakan seluruh tenaga material, yang bernama mahat-tattva. Yang
kedua, Garbhodakakasayi Visnu, memasuki seluruh alam semesta untuk menciptakan
keanekawarnaan di dalam tiap-tiap alam semesta itu. Yang ketiga, Ksirodakasayi
Visnu, tersebar sebagai Roh Yang Utama yang berada di mana-mana di seluruh alam
semesta dan juga bernama Paramatma. Beliau berada di mana-mana bahkan di dalam
atomatom sekalipun. Siapapun yang mengenal ketiga Visnu tersebut dapat
dibebaskan dari ikatan material."
Dunia material ini adalah perwujudan
sementara dari salah satu di antara tenaga-tenaga Tuhan. Segala kegiatan dunia
material diatur oleh tiga penjelmaan Visnu tersebut dari Sri Krishna.
Purusa-purusa ini disebut penjelmaan-penjelmaan. Pada umumnya orang yang tidak
mengenal ilmu pengetahuan Ketuhanan (Krishna) menduga bahwa dunia material ini
dimaksudkan untuk dinikmati oleh para makhluk hidup dan bahwa para makhluk
hidup adalah purusa-purusa—tujuan-tujuan yang menyebabkan, mengendalikan dan
menikmati tenaga material. Menurut Bhagavad-gita, kesimpulan tersebut yang tidak
mengakui Tuhan adalah kesimpulan yang salah. Dalam ayat yang sedang
dibicarakan, dinyatakan bahwa Krishna adalah sebab asli manifestasi material.
Kenyataan ini juga dibenarkan dalam Srimad-Bhagavatam Unsur-unsur manifestasi
material adalah tenaga-tenaga yang dipisahkan dari Tuhan. Brahmajyoti, yang
merupakan tujuan utama bagi orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan,
adalah tenaga rohani yang di wujudkan di angkasa rohani. Tidak ada
keanekawarnaan rohani di dalam brahmajyoti seperti keanekawarnaan rohani yang
ada di planet-planet Vaikunthaloka, dan orang yang tidak mengakui bentuk
pribadi Tuhan menganggap bahwa brahmajyoti tersebut sebagai tujuan kekal yang
paling tinggi. Manifestasi Paramatma juga merupakan aspek Ksirodakasayi Visnu
yang bersifat sementara dan berada di mana-mana. Manifestasi Paramatma tidak
kekal di dunia rohani. Karena itu, Kebenaran Mutlak yang nyata adalah
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Krishna. Krishna adalah kepribadian lengkap
sumber tenaga, dan Beliau memiliki berbagai tenaga dalam dan tenaga yang
terpisah dari Diri-Nya.
Di dalam tenaga material, ada
delapan perwujudan utama, sebagaimana disebut di atas. Di antara delapan
perwujudan tersebut, lima perwujudan pertama, yaitu; tanah, air, api, udara dan
angkasa, disebut lima ciptaan besar atau ciptaan kasar, dan lima obyek indera
termasuk di dalam lima ciptaan itu. Lima obyek indera tersebut adalah
manifestasi-manifestasi suara, rabaan, bentuk, rasa dan bau alamiah. Ilmu
pengetahuan material terdiri dari sepuluh unsur tersebut dan tidak lebih
daripada itu. Tetapi tiga unsur lainnya, yaitu pikiran, kecerdasan dan keakuan
yang palsu, dialpakan oleh orang duniawi. Filosof-filosof yang menangani
kegiatan pikiran juga belum memiliki pengetahuan yang sempurna karena mereka
belum mengenal sumber yang paling utama, yaitu Krishna. Keakuan yang palsu—Aku
berada," dan Itu milikku," yang merupakan prinsip dasar kehidupan
material—termasuk sepuluh indera untuk kegiatan material. Kecerdasan
menunjukkan seluruh ciptaan alam, yang disebut mahat-tattva. Karena itu, dari
delapan tenaga yang dipisahkan dari Tuhan terwujudlah duapuluh empat unsur
dunia material yang merupakan mata pelajaran filsafat Sāńkhya yang tidak
percaya kepada Tuhan. Unsur-unsur tersebut semula berasal dari tenaga-tenaga Krishna
dan dipisahkan dari Krishna, tetapi para filosof Sāńkhya yang tidak percaya
kepada Tuhan dan kurang memiliki pengetahuan tidak mengenal Krishna sebagai
sebab segala sebab. Mata pelajaran yang dibicarakan dalam filsafat Sāńkhya
hanyalah perwujudan tenaga luar Krishna, sebagaimana diuraikan dalam
Bhagavad-gita.
7.5
apareyam itas tv anyāḿ
prakṛtiḿ viddhi me parām
jīva-bhūtāḿ mahā-bāho
yayedaḿ dhāryate jagat
aparā—lebih rendah; iyam—ini; itaḥ—di
samping ini; tu—tetapi; anyam—lain; prakṛtim—tenaga; viddhi—cobalah
untuk mengerti; me—milik-Ku; param—utama; jīva-bhūtām—terdiri
dari para makhluk hidup; mahā-bāho—wahai yang berlengan perkasa; yayā—oleh
siapa; idam—ini; dhāryate—digunakan atau diperah; jagat—dunia
material.
Terjemahan
Wahai Arjuna yang berlengan perkasa, di samping
tenaga-tenaga tersebut, ada pula tenaga-Ku yang lain yang bersifat utama,
terdiri dari para makhluk hidup yang menggunakan sumber-sumber alam material
yang rendah tersebut.
Penjelasan
Di sini disebut dengan jelas bahwa para makhluk
hidup adalah bagian dari alam utama (atau tenaga utama) Tuhan Yang Maha Esa.
Tenaga yang rendah adalah alam terwujud dalam berbagai unsur, yaitu; tanah,
air, api, udara, angkasa, pikiran, kecerdasan, dan keakuan yang palsu. Kedua
bentuk alam material, yaitu bentuk kasar (tanah dan sebagainya) dan halus
(pikiran dan sebagainya), dihasilkan dari tenaga rendah. Para makhluk hidup,
yang memerah tenaga-tenaga rendah tersebut untuk berbagai tujuan, adalah tenaga
utama Tuhan Yang Maha Esa, dan oleh karena tenaga tersebut, seluruh dunia
material berjalan. Manifestasi alam semesta tidak berdaya untuk bergerak
kecuali digerakkan oleh tenaga utama, yaitu makhluk hidup. Tenaga-tenaga selalu
dikendalikan oleh sumber tenaga. Karena itu, para makhluk hidup selalu
dikendalikan oleh Tuhan—para makhluk hidup tidak mempunyai eksistensi
tersendiri. Para makhluk hidup tidak pernah mempunyai kekuatan yang sama dengan
kekuatan Tuhan, seperti yang di bayangkan oleh orang yang kurang cerdas.
Perbedaan antara makhluk hidup dan Tuhan diuraikan dalam Srimad-Bhagavatam
(10.87.30) sebagai berikut:
aparimitā dhruvās tanu-bhṛto yadi
sarva-gatās
tarhi na śāsyāteti niyamo
dhruva netarathā
ajani ca yan-mayā ḿ tad
avimucya niyantṛ bhavet
samam anujānatāḿ yad amataḿ
mata-duṣṭatayā
O Kepribadian Yang Mahaabadi! Kalau para makhluk
hidup adalah kekal dan berada di mana-mana seperti Anda, maka mereka tidak
berada di bawah pengendalian Anda. Tetapi kalau diakui bahwa para makhluk hidup
adalah tenaga-tenaga kecil dari Diri Anda, maka mereka segera berada di bawah
pengendalian Anda yang paling utama. Karena itu, pembebasan sejati menyangkut
penyerahan diri para makhluk hidup terhadap pengendalian Anda, dan penyerahan
diri itu akan membahagiakan mereka. Hanya dalam keadaan dasar itulah mereka
dapat mengendalikan sesuatu. Karena itu, orang yang kurang berpengetahuan yang
mendukung teori monisme yang menganggap Tuhan dan para makhluk hidup sejajar
dalam segala hal sebenarnya dibawa oleh anggapan yang salah dan tercemar."
Satu-satunya Tuhan Yang Maha Esa
Krishna yang mengendalikan, dan semua makhluk hidup dikendalikan oleh Beliau.
Makhluk-makhluk hidup tersebut adalah tenaga utama Beliau, sebab sifat
keberadaan mereka adalah satu dan sama dengan Yang Mahakuasa, tetapi mereka tidak
pernah sejajar dengan Tuhan dalam jumlah kekuatan. Sambil memerah tenaga rendah
yang kasar dan halus (alam), tenaga utama (makhluk hidup) melupakan pikiran dan
kecerdasan rohaninya yang sejati. Kelupaan seperti itu disebabkan oleh pengaruh
alam terhadap makhluk hidup. Tetapi apabila makhluk hidup dibebaskan dari
pengaruh tenaga material yang mengkhayalkan, dia mencapai tingkat yang disebut
mukti, atau pembebasan. Keakuan palsu, di bawah pengaruh khayalan material,
berpikir, Diriku adalah unsur-unsur alam, dan benda-benda material yang telah
kuperoleh adalah milikku." Kedudukan makhluk hidup yang sejati diinsafi
apabila ia dibebaskan dari segala ide material, termasuk paham bahwa Diri-Nya
bersatu dengan Tuhan dalam segala hal. Karena itu, seseorang dapat menarik
kesimpulan bahwa Bhagavad-gita membenarkan makhluk hidup hanya salah satu di
antara berbagai tenaga Krishna; dan apabila tenaga ini dibebaskan dari
pencemaran material, maka ia menjadi sadar akan Krishna sepenuhnya, atau
mencapai pembebasan.
7.6
etad-yonīni bhūtāni
sarvāṇīty upadhāraya
ahaḿ kṛtsnasya jagataḥ
prabhavaḥ pralayas tathā
etat—dua tenaga tersebut; yonīni—sumber
kelahirannya; bhūtāni—segala sesuatu yang diciptakan; sarvāni—semua;
iti—demikian; upadhāraya—mengenal; aham—Aku; kṛtsnasya—mengandung
segala sesuatu; jagataḥ—dunia; prabhāvaḥ—sumber perwujudan; pralayaḥ—peleburan;
tathā—beserta.
Terjemahan
Semua makhluk yang diciptakan bersumber dari
kedua alam tersebut. Ketahuilah dengan pasti bahwa Aku adalah sumber perwujudan
dan peleburan segala sesuatu di dunia ini, baik yang bersifat material maupun
yang bersifat rohani.
Penjelasan
Segala sesuatu yang ada dihasilkan dari
unsur-unsur alam dan kerohanian. Sang roh adalah lapangan dasar ciptaan, dan
unsur-unsur alam diciptakan oleh tenaga rohani. Sang roh tidak diciptakan pada
tahap tertentu perkembangan material. Melainkan, dunia material ini diwujudkan
hanya atas dasar tenaga rohani. Badan material ini dikembangkan karena sang roh
berada di dalam alam. Anak tumbuh berangsur-angsur sampai masa remaja dan
kemudian sampai dewasa karena tenaga utama tersebut, yaitu sang roh, berada di
dalam badannya. Begitu pula, seluruh manifestasi alam semesta yang besar sekali
dikembangkan karena adanya Roh Yang Utama, Visnu. Karena itu, alam dan rohani,
yang bergabung untuk mewujudkan bentuk alam semesta yang besar sekali pada
permulaan adalah dua tenaga dari Tuhan. Karena itu, Tuhan adalah asal mula
segala sesuatu. Bagian percikan dari Tuhan yang mempunyai sifat yang sama
seperti Tuhan, yaitu makhluk hidup, dapat membangun gedung pencakar langit yang
besar, pabrik besar, ataupun kota yang besar dibangun, tetapi makhluk hidup
tidak dapat membangun alam semesta yang besar. Yang menyebabkan alam semesta
yang besar diwujudkan ialah roh yang besar, atau Roh Yang Utama. Krishna, Yang
Mahakuasa, adalah penyebab roh-roh yang besar maupun roh-roh yang kecil. Karena
itu, Krishna adalah penyebab asli segala sebab. Kenyataan ini dibenarkan dalam
Katha Upanisad (2.2.13). Nityo nityanam cetanas cetanānām.
7.7
mattaḥ parataraḿ nānyat
kiñcid asti dhanañjaya
mayi sarvam idaḿ protaḿ
sūtre maṇi-gaṇā iva
mattaḥ—melampaui-Ku; para-taram—lebih
tinggi; na—tidak; anyat kiñcit—apapun yang lain; asti—ada;
dhanañjaya—wahai perebut kekayaan; mayi—di dalam Diri-Ku; sarvam—segala
sesuatu yang ada; idam—yang kita lihat; protam—diikat pada seutas
tali; sūtre—benang; maṇi-gaṇāḥ—mutiara-mutiara; ivā—seperti.
Terjemahan
Wahai perebut kekayaan, tidak ada kebenaran yang
lebih tinggi dari pada-Ku. Segala sesuatu bersandar kepada-Ku, bagaikan mutiara
diikat pada seutas tali.
Penjelasan
Biasanya ada perdebatan mengenai apakah Kebenaran
Mutlak Yang Paling Utama berbentuk pribadi atau tidak berbentuk pribadi.
Menurut Bhagavad-gita, Kebenaran Mutlak adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
Sri Krishna, dan kenyataan ini dibenarkan pada setiap langkah. Khususnya dalam
ayat ini, ditegaskan bahwa Kebenaran Mutlak adalah kepribadian. Brahma-samhita
juga membenarkan bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah Kebenaran Mutlak
Yang Paling Utama: īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇah sac-cid-anandavigrahah; yaitu,
Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah Sri
Krishna. Tuhan Yang Mahaabadi, sumber segala kebahagiaan, Govinda, dan bentuk
kekal kebahagiaan dan pengetahuan yang lengkap. Oleh karena bukti dari
sumber-sumber yang dapat dipercaya tersebut, tidak dapat diragu-ragukan bahwa
Kebenaran Mutlak adalah Kepribadian Yang Paling Utama, sebab segala sebab. Akan
tetapi, orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan berdebat berdasarkan
kekuatan versi Veda yang diberikan dalam svetasvatara Upanisad (3.10) sebagai
berikut: tato yad uttarataram tad arupam anāmayam/ ya etad vidur amrtas te
bhavānti athetare duḥkham evapiyanti. Di dunia material dimengerti bahwa
Brahma, makhluk hidup pertama di alam semesta, adalah yang paling tinggi di
antara para dewa, manusia, dan binatang-binatang yang lebih rendah. Tetapi di
atas Brahma ada Kerohanian (Transenden) yang tidak mempunyai bentuk material
dan bebas dari segala pengaruh material. Siapapun yang dapat mengenal Beliau
juga menjadi rohani, tetapi mereka yang belum mengenal Beliau menderita
kesengsaraan dunia material."
Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan
lebih menitikberatkan kata arupam. Tetapi kata arupam tidak berarti tanpa
bentuk pribadi. Kata arupam menunjukkan bentuk rohani kekekalan, kebahagiaan
dan pengetahuan sebagaimana diuraikan dalam Brahma-samhita yang dikutip diatas.
Ayat-ayat lain dari svetasvatara Upanisad membenarkan kenyataan ini sebagai
berikut:
vedāham etaḿ puruṣaḿ mahāntam
āditya-varṇaḿ tamasaḥ
parastāt
tam eva viditvāti mṛtyum eti
nānyaḥ panthā vidyāte
'yanāya
yasmāt paraḿ nāparam asti
kiñcid
yasmān nāṇīyo no jyāyo 'sti
kiñcit
vṛkṣa iva stabdho divi
tiṣṭhaty ekas
tenedaḿ pūrṇaḿ puruṣeṇa
sarvam
Saya mengenal bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa melampaui segala paham material tentang kegelapan. Hanya orang yang
mengenal Beliau dapat melampaui ikatan kelahiran dan kematian. Tiada cara lain
untuk mencapai pembebasan selain pengetahuan tentang Kepribadian Yang Paling
Utama itu.
Tidak ada kebenaran yang lebih tinggi daripada
Kepribadian Yang Paling Utama itu, karena Beliau adalah Yang Mahatinggi. Beliau
lebih kecil daripada yang paling kecil dan Beliau lebih besar daripada yang
paling besar. Beliau mantap bagaikan pohon yang diam. Beliau menerangi angkasa
rohani. Seperti halnya sebatang pohon menyebarkan akarnya, begitu pula Beliau
menyebarkan tenaga-tenaga-Nya yang luas."
7.8
raso 'ham apsu kaunteya
prabhāsmi śaśi-sūryayoḥ
praṇavaḥ sarva-vedeṣu
śabdaḥ khe pauruṣaḿ nṛṣu
rasaḥ—rasa; aham—Aku; apsu—di
dalam air; kaunteya—wahai putera Kuntī ; prabhā—cahaya; asmi—Aku
adalah; śaśi-sūryayoḥ—dari matahari dan bulan; praṇavaḥ—tiga
huruf aum; sarva—di dalam semua; vedeṣu—Veda; śabdaḥ—getaran
suara; khe—di angkasa; pauruṣam—kesanggupan; nṛṣu—dalam
manusia.
Terjemahan
Wahai putera Kuntī (Arjuna), Aku adalah
rasa air, cahaya matahari dan bulan, suku kata om dalam mantra-mantra Veda; Aku
adalah suara di angkasa dan kesanggupan dalam manusia.
Penjelasan
Ayat ini menjelaskan bagaimana Krishna berada di
mana-mana melalui berbagai tenaga-Nya yang material dan rohani. Tuhan Yang Maha
Esa pada tahap permulaan dipahami melalui berbagai tenaga-Nya, dan dengan cara
demikian seseorang menginsafi Beliau secara tidak pribadi. Seperti halnya dewa
di planet matahari adalah kepribadian dan adanya dewa matahari dirasakan
melalui tenaganya yang berada di mana-mana, yaitu sinar matahari, begitu pula,
walaupun Tuhan berada di tempat tinggal-Nya yang kekal, Beliau dirasakan
melalui berbagai tenaga-Nya yang berada di mana-mana. Rasa air adalah prinsip
aktif di dalam air. Tidak seorangpun yang suka minum air laut, sebab rasa air
yang murni sudah tercampur dengan garam. Seseorang tertarik kepada air
tergantung pada kemurnian rasa air itu, dan rasa murni ini adalah satu di
antara tenaga-tenaga Tuhan. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan
merasakan adanya Tuhan di dalam air melalui rasa air, dan orang yang mengakui
bentuk pribadi Tuhan juga memuji kebesaran Tuhan karena Beliau bermurah hati
untuk menyediakan air yang enak untuk menghilangkan kedahagaan manusia. Itulah
cara merasakan adanya Yang Maha Kuasa. Hampir tidak ada hal yang bertentangan
antara filsafat yang mengakui bentuk pribadi Tuhan dan filsafat yang tidak
mengakui pribadi Tuhan. Orang yang mengenal Tuhan mengetahui bahwa paham yang
tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dan paham yang mengakui bentuk pribadi
Tuhan berada di dalam segala sesuatu pada waktu yang sama dan bahwa tidak ada
hal yang bertentangan. Karena itu, Sri Caitanya memantapkan ajaran-Nya
yang mulia yaitu: acintya bheda dan abhedatattva—persatuan dan perbedaan pada
waktu yang sama.
Cahaya matahari dan bulan juga semula berasal
dari brahmajyoti, cahaya Tuhan yang tidak bersifat pribadi. Pranava, atau suara
rohani oḿ-kāra pada awal tiap-tiap mantra Veda, untuk penyapaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa juga berasal dari Beliau. Oleh karena orang yang tidak mengakui
bentuk pribadi Tuhan sangat takut menyapa kepada Tuhan Yang Maha Esa Krishna
dengan nama-nama-Nya yang tidak dapat dijumlah, mereka lebih suka mengucapkan
suara rohani oḿ-kāra. Tetapi mereka tidak mengerti bahwa oḿ-kāra adalah
perwujudan Krishna dalam bentuk getaran suara. Jangkauan kesadaran Krishna
tersebar di mana-mana, dan orang yang mengenal kesadaran Krishna mendapat
berkat. Orang yang belum mengenal Krishna berada di dalam khayalan. Karena itu,
pengetahuan tentang Krishna adalah pembebasan, dan tidak mengetahui tentang
Krishna adalah ikatan.
7.9
puṇyo gandhaḥ pṛthivyāḿ
ca
tejaś cāsmi vibhāvasau
jīvanaḿ sarva-bhūteṣu
tapaś cāsmi tapasviṣu
puṇyāḥ—asli; gandhaḥ—harum; pṛthivyām—di
dalam tanah; ca—juga; tejaḥ—panas; ca—juga; asmi—Aku
adalah; vibhāvasau—di dalam api; jīvanam—nyawa; sarva—di
dalam semua; bhūteṣu—para makhluk hidup; tapaḥ—pertapaan; ca—juga;
asmi—Aku adalah; tapasviṣu—orang yang bertapa.
Terjemahan
Aku adalah harum yang asli dari tanah, dan Aku
adalah panas dalam api. Aku adalah nyawa segala sesuatu yang hidup, dan Aku
adalah pertapaan semua orang yang bertapa.
Penjelasan
Punya berarti sesuatu yang tidak busuk; punya
adalah sesuatu yang asli. Segala sesuatu di dunia material mempunyai rasa atau
aroma tertentu, misalnya rasa dan aroma di dalam bunga, atau di dalam tanah, di
dalam air, di dalam api, di dalam udara, dan sebagainya. Rasa yang tidak
tercemar, atau rasa yang asli, yang berada di dalam segala sesuatu adalah
Krishna. Begitu pula, segala sesuatu mempunyai rasa asli yang khusus, dan rasa
itu dapat diubah dengan campuran zat-zat kimia. Karena itu, segala sesuatu yang
asli mempunyai bau tertentu, harum tertentu, dan rasa tertentu. Vibhavasu berarti
api. Tanpa api kita tidak dapat menjalankan pabrik, kita tidak dapat memasak,
dan sebagainya, dan api itu adalah Krishna. Panas dalam api adalah Krishna.
Menurut ilmu kedokteran Veda, kesulitan mencerna makanan disebabkan suhu rendah
di dalam perut. Karena itu, api diperlukan untuk mencerna makanan. Dalam
kesadaran Krishna kita menyadari bahwa tanah, air, api, udara, dan tiap-tiap
prinsip yang aktif, semua zat kimia dan semua unsur material disebabkan oleh
Krishna. Panjang usia hidup manusia juga disebabkan oleh Krishna. Karena itu,
atas berkat karunia Krishna, manusia dapat memperpanjang usianya atau
menguranginya. Karena itu, kesadaran Krishna aktif di setiap bidang.
7.10
bījaḿ māḿ sarva-bhūtānāḿ
viddhi pārtha sanātanam
buddhir buddhimatām asmi
tejas tejasvinām aham
bījam—biji; mām—Aku; sarva-bhūtānām—milik
semua makhluk hidup; viddhi—cobalah mengerti; pārtha—wahai putera
Pṛthā; sanātanam—asli, kekal; buddhiḥ—kecerdasan; buddhimatam—milik
orang yang cerdas; asmi—Aku adalah; tejaḥ—kewibawaan; tejasvinām—milik
orang yang perkasa; aham—Aku adalah.
Terjemahan
Wahai putera Pṛthā, ketahuilah bahwa Aku adalah
benih asli segala kehidupan, kecerdasan orang yang cerdas, dan kewibawaan orang
yang perkasa.
Penjelasan
Bijam berarti benih; Krishna adalah benih segala
sesuatu. Ada berbagai makhluk hidup, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak. Burung, binatang, manusia dan banyak makhluk hidup lainnya adalah
makhluk hidup yang bergerak; sedangkan pohon-pohon dan tumbuhan tidak dapat bergerak,
tetapi hanya berdiri di satu tempat. Tiap-tiap makhluk hidup adalah salah satu
dari jumlah 8.400.000 jenis kehidupan. Beberapa di antaranya bergerak dan
beberapa di antaranya tidak bergerak. Tetapi, dalam setiap jenis kehidupan
benih kehidupan mereka adalah Krishna. Sebagaimana dinyatakan dalam
kesusasteraan Veda, Brahman, atau Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama, adalah
asal mula segala sesuatu. Krishna adalah Parabrahman, Roh Yang Paling Utama.
Brahman tidak bersifat pribadi dan Parabrahman bersifat pribadi. Brahman yang
tidak bersifat pribadi termasuk di dalam aspek yang bersifat
pribādi—demikianlah pernyataan dalam Bhagavad-gita. Karena itu, pada permulaan,
Krishna adalah sumber segala sesuatu. Krishna diumpamakan sebagai akar. Seperti
halnya akar sebatang pohon memelihara seluruh pohon itu, begitu pula Krishna
sebagai akar asli segala sesuatu memelihara segala sesuatu dalam manifestasi
material ini. Ini juga dibenarkan dalam kesusasteraan Veda (Katha Upanisad
2.2.13):
nityo nityānāḿ cetanaś cetanānām
eko bahūnāḿ yo vidadhāti
kāmān
Krishna adalah Yang Mahakekal di antara semua
insan yang kekal, Krishna adalah insan yang paling utama di antara semua insan,
dan Krishna Sendiri yang memelihara segala kehidupan. Seseorang tidak dapat
berbuat sesuatu tanpa kecerdasan, dan Krishna juga menyatakan bahwa Diri-Nya
adalah akar segala kecerdasan. Seseorang tidak dapat mengerti Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa, Krishna, kalau ia belum memiliki kecerdasan.
7.11
balaḿ bala-vatāḿ cāhaḿ
kāma-rāga-vivarjitam
dharmāviruddho bhūteṣu
kāmo 'smi Bhārata rṣabha
balam—kekuatan; bala-vatam—milik
orang yang kuat; ca—dan; aham—Aku adalah; kāma—nafsu; rāga—dan
ikatan; vivarjitam—tanpa; dharma-aviruddhaḥ—tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip keagamaan; bhūteṣu—dalam semua makhluk; kāmaḥ—hubungan
suami isteri; asmi—Aku adalah; bhārata-ṛṣabha—wahai prabhu dari
keluarga Bhārata.
Terjemahan
Aku adalah kekuatan orang yang kuat, bebas dari
nafsu dan keinginan. Aku adalah hubungan suami isteri yang tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip keagamaan, wahai prabhu dari keluarga Bhārata
[Arjuna].
Penjelasan
Kekuatan orang yang kuat hendaknya digunakan
untuk melindungi orang yang lemah, dan bukan untuk mengadakan ancaman pribadi.
Begitu pula, hubungan suami isteri menurut prinsip-prinsip keagamaan (dharma),
hendaknya digunakan untuk berketurunan, dan tidak digunakan untuk tujuan lain.
Kemudian tanggung jawab orang tua ialah menjadikan keturunannya sadar akan
Krishna.
7.12
ye caiva sāttvikā bhāvā
rājasās tāmasāś ca ye
matta eveti tān viddhi
na tv ahaḿ teṣu te mayi
ye—semua yang; ca—dan; evā—pasti;
sāttvikaḥ—dalam kebaikan; bhāvaḥ—keadaan-keadaan hidup; rājasāḥ—dalam
sifat nafsu; tamasaḥ—dalam sifat kebodohan; ca—juga; ye—semua
yang; mattaḥ—dari-Ku; evā—pasti; iti—demikian; tān—yang
itu; viddhi—cobalah mengenal; na—tidak; tu—tetapi; aham—Aku;
teṣu—dalam itu; te—yang itu; mayi—di dalam Diri-Ku.
Terjemahan
Ketahuilah bahwa segala keadaan hidup; baik
kebaikan, nafsu maupun kebodohan—diwujudkan oleh tenaga-Ku. Menurut suatu
pengertian, Aku adalah segala sesuatu, tetapi Aku bebas. Aku tidak berada di
bawah pengaruh sifat-sifat alam material, sebaliknya sifat-sifat alam berada di
dalam Diri-Ku.
Penjelasan
Segala kegiatan material di dunia sedang
dijalankan di bawah pengaruh tiga sifat alam material. Walaupun sifat-sifat
alam material tersebut berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, Beliau tidak
dipengaruhi oleh sifat-sifat itu. Misalnya, menurut hukum negara seseorang
dapat dihukum, tetapi rājā , yang membuat hukum, tidak berada di bawah hukum
itu. Begitu pula, segala sifat alam material kebaikan, nafsu maupun
kebodohan—berasal dari Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna, tetapi Krishna tidak
dipengaruhi oleh alam material. Karena itu, Krishna bersifat nirguna, yang
berarti bahwa tiga guna, atau sifat-sifat tersebut, tidak mempengaruhi Krishna,
walaupun sifat-sifat itu berasal dari Krishna. Itulah salah satu ciri istimewa
Bhagavan, atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
7.13
tribhir guṇa-mayā ir bhāvair
ebhiḥ sarvam idaḿ jagat
mohitaḿ nābhijānāti
mām ebhyaḥ param avyayām
tribhiḥ—tiga; guṇa-mayāiḥ—terdiri
dari tiga guna; bhāvaiḥ—oleh keadaan keadaan hidup; ebhiḥ—semua
ini; sarvam—seluruh; idam—ini; jagat—alam semesta; mohitam—dikhayalkan;
na abhijānāti—tidak mengenal; mām—Aku; ebhyaḥ—di atas
ini; param—Yang Mahakuasa; avyayām—tidak dapat dihabiskan.
Terjemahan
Dikhayalkan oleh tiga sifat [kebaikan, nafsu dan
kebodohan], seluruh dunia tidak mengenal Diri-Ku, yang berada di atas
sifat-sifat alam dan tidak dapat dimusnahkan.
Penjelasan
Seluruh dunia dipikat oleh tiga sifat alam
material. Orang yang dikhayalkan oleh tiga sifat alam tersebut tidak dapat
mengerti bahwa Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, melampaui alam material ini.
Setiap makhluk hidup di bawah pengaruh alam
material memiliki jenis badan tertentu dan jenis kegiatan jiwa dan raga menurut
jenis badan itu. Ada empat golongan manusia yang bekerja di dalam tiga sifat
alam material. Orang yang berada dalam sifat kebaikan sepenuhnya disebut
brahmaṇā. Orang yang berada sepenuhnya dalam sifat nafsu disebut ksatriya.
Orang yang berada dalam sifat-sifat nafsu dan kebodohan disebut vaisya. Orang
yang berada dalam sifat kebodohan sepenuhnya disebut sudra. Makhluk yang lebih
rendah daripada itu adalah binatang atau kehidupan mereka seperti binatang.
Akan tetapi, julukan tersebut tidak kekal. Kita dapat menjadi brahmaṇā,
ksatriya, vaisya atau apapun—dalam keadaan manapun, kehidupan ini bersifat
sementara. Tetapi walaupun kehidupan ini bersifat sementara dan kita belum
mengetahui bagaimana nasib kita pada penjelmaan yang akan datang, kita dipesona
oleh tenaga yang mengkhayalkan hingga memandang diri kita berdasarkan paham
hidup jasmani. Karena itu, kita menganggap diri kita orang Amerika, orang
India, orang Rusia, brahmaṇā, penganut agama ini ataupun agama itu dan
sebagainya. Kalau kita menjadi terikat dengan sifat-sifat material, kita lupa
kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang melatarbelakangi segala sifat
tersebut. Jadi, Sri Krishna menyatakan bahwa makhluk hidup yang dikhayalkan
oleh tiga sifat alam tidak mengerti bahwa di belakang latarbelakang material
ada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Ada banyak jenis makhluk hidup—manusia, dewa,
binatang, dan lain-lain. Tiap-tiap jenis kehidupan berada di bawah pengaruh
alam material, dan semuanya sudah melupakan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
yang melampaui alam material. Orang yang berada dalam sifat-sifat nafsu dan
kebodohan, dan juga orang yang berada dalam sifat kebaikan, tidak dapat
melampaui paham Brahman yang tidak berbentuk pribadi tentang Kebenaran Mutlak.
Mereka dibingungkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa dalam aspek pribadi-Nya,
yang memiliki segala ketampanan, kekayaan, pengetahuan, kekuatan, kemasyhuran
dan ketidakterikatan. Kalau orang yang berada dalam sifat kebaikan tidak dapat
mengerti, apa yang dapat diharapkan bagi mereka yang berada dalam nafsu dan
kebodohan? Kesadaran Krishna melampaui ketiga sifat alam material tersebut, dan
orang yang benar-benar mantap dalam kesadaran Krishna sebenarnya sudah mencapai
pembebasan.
7.14
daivī hy eṣā guṇa-mayī
mama māyā duratyayā
mām eva ye prapadyante
māyām etāḿ taranti te
daivī—rohani; hi—pasti; eṣā—ini;
guṇa-mayī—terdiri dari tiga sifat alam material; mama—milik-Ku; mayā—tenaga;
duratyayā—sulit sekali diatasi; mām—kepada-Ku; evā—pasti; ye—orang
yang; prapadyante—menyerahkan diri; māyām etām—tenaga ini yang
mengkhayalkan; taranti—mengatasi; te—mereka.
Terjemahan
Tenaga rohani-Ku, terdiri dari tiga sifat alam material,
sulit diatasi. Tetapi orang yang sudah menyerahkan diri kepada-Ku dengan mudah
sekali dapat menyeberang melampaui tenaga itu.
Penjelasan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa mempunyai
tenaga-tenaga yang jumlahnya tidak dapat dihitung, dan semua tenaga itu
bersifat rohani. Para makhluk hidup, adalah bagian dari tenaga-tenaga Tuhan,
dan karena itu mereka bersifat rohani. Walaupun demikian, oleh karena hubungan
para makhluk hidup dengan tenaga material, kekuatan utamanya yang asli
ditutupi. Kalau seseorang ditutupi oleh tenaga material seperti itu, ia tidak
mungkin mengatasi pengaruhnya. Sebagaimana sudah dinyatakan sebelumnya, baik
alam material maupun alam rohani yang berasal dari Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa adalah kekal. Para makhluk hidup termasuk tenaga utama yang kekal dari
Tuhan, tetapi oleh karena pengaruh tenaga yang rendah, yaitu alam material,
khayalan mereka juga bersifat kekal. Karena itu, roh yang terikat disebut
nityabaddha, atau terikat untuk selamanya. Tiada seorangpun yang dapat menentukan
sejarah ia menjadi terikat pada tanggal tertentu dalam sejarah material.
Sebagai akibatnya, walaupun alam material itu adalah tenaga yang rendah,
pembebasan roh terikat dari cengkraman alam material sangat sulit sebab tenaga
material pada hakekatnya dijalankan oleh kehendak Yang Mahakuasa, yang tidak
dapat diatasi oleh makhluk hidup. Alam material yang rendah didefinisikan di
sini sebagai alam rohani karena hubungannya bersifat rohani dan karena alam
bergerak atas kehendak Yang Mahakuasa. Oleh karena alam material dijalankan
atas kehendak Yang Mahakuasa, walaupun alam bersifat rendah, alam bertindak
dengan begitu ajaib dalam menciptakan dan meleburkan manifestasi alam semesta.
Kenyataan ini dibenarkan dalam Veda sebagai berikut: mayā mrtu prakṛtim vidyan
mayinam tu mahesvaram. Walaupun mayā (khayalan) adalah palsu dan
sementara, latar belakang mayā adalah ahli kebatinan yang paling utama,
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang bernama Mahesvara, atau Penguasa Yang
Paling Utama." (svetasvatara Upanisad 4.10)
Kata guna juga berarti tali; harus dimengerti
bahwa roh yang terikat diikat ketat oleh tali-tali khayalan. Jika tangan dan
kaki seseorang diikat, ia tidak dapat membebaskan diri—ia harus ditolong oleh
orang yang tidak diikat. Oleh karena orang yang terikat tidak dapat membantu
orang yang diikat, yang menyelamatkan haruslah orang yang sudah bebas. Karena
itu, hanya Sri Krishna, atau utusan yang dapat dipercaya dari Krishna,
yaitu guru kerohanian, dapat membebaskan roh yang terikat. Tanpa bantuan utama
seperti itu, seseorang tidak dapat dibebaskan dari ikatan alam material. Bhakti
atau kesadaran Krishna, dapat membantu seseorang untuk memperoleh pembebasan
seperti itu. Oleh karena Krishna adalah penguasa tenaga yang mengkhayalkan,
Beliau dapat menyuruh kepada tenaga yang tidak dapat diatasi tersebut agar roh
yang terikat dibebaskan. Krishna memerintahkan pembebasan tersebut atas
karunia-Nya yang tiada sebabnya terhadap roh yang sudah menyerahkan diri dan
atas kasih sayang Beliau sebagai ayah terhadap makhluk hidup, yang semula
menjadi anak kesayangan-Nya. Karena itu, menyerahkan diri kepada kakipadma
Tuhan adalah satu-satunya cara untuk dibebaskan dari cengkraman alam material
yang keras. Kata-kata mam eva juga bermakna. Mam di sini berarti kepada Krishna
(Visnu), bukan Brahma atau Siva. Walaupun kedudukan Brahma dan Siva tinggi
sekali dan hampir sejajar dengan Visnu, namun sebagai penjelmaan-penjelmaan
rajo-guna (nafsu) dan tamo-guna (kebodohan), mereka tidak dapat membebaskan roh
yang terikat dari cengkraman mayā. Brahma dan Siva juga kadang-kadang
dipengaruhi oleh mayā. Hanya Visnu yang menguasai mayā. Karena itu, hanya Visnu
yang dapat menganugerahkan pembebasan kepada roh yang terikat. Dalam Veda
(svetasvatara Upanisad 3.8) kenyataan ini dibenarkan dengan kata-kata tvām eva
viditvā, atau Pembebasan hanya dimungkinkan dengan cara mengerti tentang
Krishna." Dewa Siva membenarkan bahwa pembebasan dapat dicapai hanya atas
karunia Visnu. Dewa Siva bersabda, mukti pradata sarveṣām Visnur eva na saḿśayaḥ.
Tidak dapat diragu-ragukan bahwa Visnulah yang menganugerahkan pembebasan
kepada semua orang."
7.15
na māḿ duṣkṛtino mūḍhāḥ
prapadyante narādhamāḥ
māyayāpahṛta-jñānā
āsuraḿ bhāvam āśritāḥ
na—tidak; mām—kepada-Ku; duṣkṛtinaḥ—orang
jahat; mūḍhāḥ—bodoh; prapadyante—menyerahkan diri; nara-adhamāḥ—manusia
yang paling rendah; māyayā—oleh tenaga yang mengkhayalkan; apahṛta—dicuri;
jñānāḥ—pengetahuan; āsuram—jahat; bhāvam—sifat; aśritāh—menerima.
Terjemahan
Orang jahat yang bodoh secara kasar, manusia yang
paling rendah, yang kehilangan pengetahuannya akibat khayalan, dan yang ikut
dalam sifat orang jahat yang tidak percaya kepada Tuhan tidak menyerahkan diri
kepada-Ku.
Penjelasan
Dalam Bhagavad-gita dinyatakan seseorang dapat mengatasi
hukum-hukum alam material yang keras hanya dengan menyerahkan Diri-Nya kepada
kakipadma Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Sekarang timbullah pertanyaan:
Mengapa filosof-filosof yang terdidik, ahliahli ilmu pengetahuan, pengusaha,
administrator dan semua pemimpin manusia biasa tidak menyerahkan diri kepada
kakipadma Sri Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan Mahaperkasa? Mukti,
atau pembebasan dari hukum-hukum alam material dicari oleh para pemimpin
manusia dengan berbagai cara serta rencana-rencana besar dan ketekunan selama
bertahun-tahun dan selama banyak penjelmaan. Tetapi kalau pembebasan itu
dimungkinkan hanya dengan menyerahkan diri kepada kakipadma Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa, mengapa pemimpin-pemimpin yang cerdas dan bekerja keras seperti
itu tidak mengikuti cara yang sederhana tersebut?
Pertanyaan ini dijawab secara
gamblang dalam Bhagavad-gita. Pemimpin-pemimpin masyarakat yang sungguh-sungguh
bijaksana seperti Brahma, Siva, Kapila, para -Kumara, Manu, Vyasa, Devala,
Asita, Janaka, Prahlada, Bali, kemudian Madhvacarya, Ramanujacarya, Sri
Caitanya dan banyak lagi yang lainnya adalah filosof-filosof, tokoh-tokoh
politik, pendidik, ahli ilmu pengetahuan dan sebagainya, yang setia—menyerahkan
diri kepada kakipadma Kepribadian Tuhan Yang Paling Utama, Penguasa Yang
Mahakuasa. Orang yang sebenarnya bukan filosof, ahli ilmu pengetahuan,
pendidik, administrator, dan sebagainya, tetapi hanya menyamar seperti itu demi
keuntungan material, tidak mengakui rencana maupun jalan Tuhan Yang Maha Esa.
Mereka tidak mengerti tentang Tuhan sama sekali; mereka semata-mata membuat
rencana-rencana duniawi sendiri, dan sebagai akibatnya merumitkan
masalah-masalah kehidupan material dalam usaha-usahanya yang sia-sia untuk
memecahkan masalah-masalah itu. Tenaga material (alam) sangat perkasa sehingga
dapat menahan rencana-rencana yang tidak dibenarkan yang dibuat oleh orang yang
tidak percaya kepada Tuhan, dan juga menggagalkan pengetahuan dari
komisi-komisi perencanaan."
Para perencana yang tidak percaya
kepada Tuhan diuraikan di sini dengan kata duskrtinah, yang berarti orang
jahat." Krti berarti orang yang sudah melakukan pekerjaan yang terpuji.
Para perencana yang tidak percaya kepada Tuhan juga kadang-kadang sangat cerdas
dan terpuji, sebab rencana besar manapun, baik maupun buruk, memerlukan
kecerdasan untuk pelaksanaannya. Tetapi oleh karena otak orang yang tidak
percaya kepada Tuhan disalahgunakan untuk melawan rencana Tuhan Yang Maha Esa,
para perencana yang tidak percaya kepada Tuhan disebut duskrti, yang berarti
kecerdasan dan usaha-usahanya diarahkan ke tujuan yang salah.
Dalam Bhagavad-gita disebutkan
dengan jelas bahwa tenaga material bekerja sepenuhnya di bawah perintah Tuhan
Yang Maha Esa. Alam tidak mempunyai kekuasaan tersendiri. Alam bekerja seperti
bayangan, menurut gerak suatu benda. Tetapi tenaga material tetap sangat
perkasa, sehingga orang yang tidak percaya kepada Tuhan tidak dapat mengetahui
bagaimana cara tenaga material bekerja. Dia juga tidak dapat mengetahui rencana
Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang tidak percaya kepada Tuhan berada dalam
khayalan dan dipengaruhi oleh sifat-sifat nafsu dan kebodohan, sehingga semua
rencana-rencananya digagalkan, seperti yang terjadi terhadap
Hiranyakasipu dan Ravana. Rencana-rencana kedua raksasa itu digagalkan
walaupun kedua-duanya sangat ahli secara material sebagai ahli-ahli ilmu
pengetahuan, filosof, administrator dan ahli pendidikan. Para duskrtina,atau
orang jahat, seperti itu digolongkan menurut empat pola, sebagaimana diuraikan
di bawah ini.
(1) Para muda adalah orang bodoh
secara kasar, seperti hewan yang bekerja keras untuk memikul beban. Mereka
ingin menikmati hasil pekerjaannya untuk diri sendiri. Karena itu, mereka tidak
mau menyerahkan hasil pekerjaannya untuk Yang Mahakuasa. Contoh hewan yang
memikul beban ialah keledai. Hewan yang rendah ini dipaksakan bekerja dengan
keras sekali oleh tuannya. Keledai sebenarnya tidak mengetahui untuk siapa ia
bekerja dengan begitu keras siang dan malam hari. Dia tetap puas mengisi
perutnya dengan seikat rumput, tidur sebentar sambil merasa takut bahwa ia akan
dipukul oleh tuannya, dan memuaskan hawa nafsunya dengan resiko bahwa badannya
ditendang berulangkali oleh keledai betina. Keledai menyanyikan sanjak dan
kadang-kadang filsafat, tetapi suara itu hanya mengganggu orang lain. Inilah
kedudukan orang bodoh yang bekerja dengan tujuan mendapat hasil untuk dinikmati
tetapi tidak mengetahui untuk siapa ia harus bekerja. Ia tidak mengetahui bahwa
karma(perbuatan) dimaksudkan untuk yajñā (korban suci).
Seringkali orang yang bekerja keras
siang dan malam untuk membereskan beban tugas-tugas yang diciptakan oleh
Diri-Nya sendiri mengatakan bahwa mereka tidak punya waktu untuk mendengar
tentang kekekalan makhluk hidup. Keuntungan material, yang dapat dimusnahkan,
adalah segala-galanya dalam kehidupan para muda—walaupun kenyataannya para muda
itu hanya menikmati sebagian kecil dari hasil pekerjaannya. Kadang-kadang
mereka begadang selama berhari-hari untuk mencari keuntungan atau hasil,
dan walaupun kadang-kadang mereka sakit maag atau tidak dapat mencerna makanan,
mereka puas dengan hampir tidak makan sama sekali. Mereka hanya sibuk bekerja
keras siang dan malam demi keuntungan majikan-majikan yang bersifat khayalan.
Mereka tidak mengetahui tentang atasannya yang sejati; karena itu, mereka
bekerja untuk memboroskan waktunya yang sangat berharga dalam melayani dewa
kekayaan. Sayang sekali, mereka tidak pernah menyerahkan diri kepada atasan
segala atasan. Mereka juga tidak mengambil waktu untuk mendengar tentang Beliau
dari sumber-sumber yang benar. Babi yang memakan kotoran tidak suka menerima
manisan terbuat dari gula dan mentega. Begitu pula, pekerja yang bodoh tidak
pernah bosan terus-menerus mendengar berita yang dapat dinikmati oleh
indera-indera tentang dunia material yang berkedip-kedip, namun sedikit sekali
waktunya untuk mendengar tentang daya hidup yang kekal yang menggerakkan dunia
material.
(2) Golongan duskrti, atau orang
jahat, yang lain disebut nara-adhamā, atau manusia yang paling rendah. Nara
berarti manusia, dan adhāma berarti paling rendah. Dari 8.400.000 jenis
kehidupan, ada 400.000 jenis manusia. Di antara 400.000 jenis manusia, banyak
jenis kehidupan manusia yang lebih rendah dan kebanyakan tidak beradab. Manusia
beradab ialah manusia yang memiliki prinsip-prinsip yang mengatur kehidupan
masyarakat, politik dan keagamaan. Orang yang sudah berkembang di bidang sosial
dan politik tetapi tidak mempunyai prinsip-prinsip keagamaan harus dianggap
nara-adhamā. Agama tanpa Tuhan juga bukan agama, sebab tujuan mengikuti
prinsip-prinsip keagamaan ialah untuk mengenal Kebenaran Yang Paling Utama dan
hubungan antara manusia dan Tuhan. Dalam Bhagavad-gita, Kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa menyatakan dengan jelas bahwa tiada kekuasaan yang lebih tinggi dari
Diri-Nya dan bahwa Beliau adalah Kebenaran Yang Paling Utama. Bentuk kehidupan
manusia beradab dimaksudkan untuk menghidupkan kembali kesadaran Krishna yang
telah hilang dari hati manusia terhadap hubungannya yang kekal dengan Kebenaran
Yang Paling Tinggi, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna, yang
Mahaperkasa. Siapapun yang kehilangan kesempatan tersebut digolongkan sebagai
nara-adhamā. Kita mendapat keterangan dari Kitab-kitab Suci bahwa bila bayi
berada di dalam kandungan ibunya (suatu keadaan yang sangat tidak
menyenangkan), ia berdoa kepada Tuhan supaya Diri-Nya diselamatkan dan ia
berjanji bahwa begitu ia keluar dari kandungan dia hanya akan menyembah Tuhan
saja. Berdoa kepada Tuhan bila menghadapi kesulitan adalah perasaan yang wajar di
dalam hati setiap makhluk hidup, sebab makhluk hidup mempunyai hubungan yang
kekal dengan Tuhan. Tetapi sesudah ia diselamatkan, si anak lupa akan kesulitan
kelahirannya, dan ia juga melupakan Beliau yang menyelamatkannya, karena ia
dipengaruhi oleh mayā, tenaga yang mengkhayalkan.
Kewajiban orang tua anak-anak ialah
menghidupkan kembali kesadaran rohani yang ada di dalam hati anak-anak itu.
Sepuluh proses upacara penyucian diri, sebagaimana tercantum dalam Manusmrti,
pedoman untuk prinsip-prinsip dharma, dimaksudkan untuk menghidupkan kembali
kesadaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam sistem varnasrama. Akan tetapi,
tidak ada proses yang diikuti secara tegas di manapun di dunia sekarang. Karena
itu, 99,9 persen penduduk dunia adalah nara-adhamā.
Apabila seluruh penduduk menjadi
nara-adhamā, sewajarnya apa yang hanya namanya saja pendidikan mereka semua
dijadikan kosong dan tidak berarti karena pengaruh tenaga alam material yang
Mahaperkasa. Menurut standar Bhagavad-gita, orang bijaksana adalah orang yang
melihat seorang brahmaṇā yang bijaksana, seekor anjing, seekor sapi, seekor
gajah dan orang yang makan anjing pada tingkat yang sama. Itulah penglihatan
penyembah yang sejati. Sri Nityananda Prabhu, penjelmaan Tuhan Yang Maha
Esa sebagai guru kerohanian, menyelamatkan dua orang nara-adhamā biasa, yaitu
dua saudara yang bernama Jagai dan Madhai, dan memperlihatkan bagaimana karunia
seorang penyembah yang sejati dianugerahkan kepada manusia yang paling rendah.
Jadi, seorang nara-adhamā yang sudah dikutuk oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa dapat menghidupkan kembali kesadaran rohaninya hanya atas karunia seorang
penyembah.
Dalam menyebarkan bhagavatadharma,
atau kegiatan para penyembah, Sri Caitanya Mahaprabhu menganjurkan supaya orang
mendengar amanat Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dengan tunduk hati. Hakekat
amanat tersebut ialah Bhagavad-gita. Manusia yang paling rendah sekalipun dapat
diselamatkan hanya dengan proses mendengar dengan tunduk hati seperti ini.
Tetapi sayang sekali mereka menolak mendengar amanat-amanat tersebut, apalagi
menyerahkan diri kepada kehendak Tuhan Yang Maha Esa? Para nara-adhamā, atau
manusia yang paling rendah, sepenuhnya mengalpakan kewajiban manusia yang
paling utama.
(3) Golongan duskrti berikutnya
disebut māyayā pah‚tajñānah. Pengetahuan kesarjanaan orang-orang seperti itu
sudah dibatalkan oleh pengaruh tenaga material yang mengkhayalkan. Mereka
kebanyakan orang yang berpengetahuan tinggi—filosof-filosof yang besar,
penyair, sasterawan, ahli ilmu pengetahuan, dan sebagainya—tetapi tenaga yang
mengkhayalkan menyesatkan mereka, sehingga mereka tidak mematuhi
perintah-perintah Tuhan Yang Maha Esa.
Jumlah māyayā pah‚tajñānah besar
sekali saat ini, bahkan di kalangan sarjana-sarjana Bhagavad-gita sekalipun.
Dalam Bhagavad-gita, dinyatakan dalam bahasa polos dan sederhana bahwa Sri
Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Tiada orang yang sejajar atau
lebih tinggi daripada Krishna. Krishna disebut sebagai ayah Brahma, ayah
pertama semua manusia. Sebenarnya, dikatakan bahwa Krishna tidak hanya ayah
Brahma, tetapi juga ayah bagi segala jenis kehidupan. Krishna adalah akar
Brahman yang tidak bersifat pribadi. Paramatma, Roh Yang Utama di dalam hati
setiap makhluk hidup, adalah bagian yang berkuasa penuh dari Krishna. Krishna
adalah sumber segala sesuatu, dan dianjurkan supaya semua orang menyerahkan
diri kepada kakipadma Beliau. Walaupun segala pernyataan tersebut cukup jelas,
para māyayā pahrtajñānah mengejek Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan
menganggap Beliau hanya manusia biasa. Mereka tidak mengetahui bahwa bentuk
kehidupan manusia yang suci dibuat seperti ciri Tuhan Yang Maha Esa yang kekal
dan rohani.
Semua penafsiran yang tidak
dibenarkan tentang Bhagavad-gita yang di buat oleh golongan māyayā pah‚tajñānah
di luar sistem parampara adalah batu-batu rintangan yang besar di jalan menuju
pengertian rohani. Para penyusun penafsiran yang dikhayalkan tidak menyerahkan
diri kepada kaki padma Sri Krishna, atau mengajar orang lain untuk mengikuti
prinsip ini.
(4) Golongan duskrti yang terakhir
disebut āsuram bhavam āśritaḥ atau orang yang mempunyai prinsip-prinsip
yang jahat. Golongan ini secara terang-terangan tidak percaya kepada Tuhan.
Beberapa di antaranya mengatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa tidak pernah dapat
turun di dunia material ini, tetapi mereka tidak dapat memberi alasan yang
masuk akal mengapa Beliau tidak dapat berbuat seperti itu. Ada orang lain yang
mengatakan bahwa Krishna di bawah aspek yang tidak bersifat pribadi, walaupun
dalam Bhagavad-gita dinyatakan bahwa aspek yang tidak bersifat pribadi di bawah
Beliau (Bg. 14.27). Orang yang tidak percaya kepada Tuhan iri hati kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan mereka mengemukakan banyak penjelmaan yang tidak dibenarkan
buatan pabrik pikirannya sendiri. Prinsip kehidupan orang seperti itu adalah
untuk mengejek Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan mereka tidak dapat
menyerahkan diri kepada kakipadma Sri Krishna.
Sri Yamunacarya Albandaru yang
berasal dari India Selatan berkata, O Tuhan Yang hamba cintai! Anda tidak dapat
dikenal oleh orang yang terlibat dengan prinsip-prinsip yang tidak percaya
kepada Tuhan, walaupun Anda memiliki sifat-sifat, ciri-ciri dan kegiatan luar
biasa, kepribadian Anda dibenarkan oleh semua Kitab Suci sebagai sifat
kebaikan, dan Anda diakui oleh penguasa-penguasa yang terkenal karena
pengetahuannya yang sangat mendalam di bidang ilmu pengetahuan rohani dan
mantap dalam sifat-sifat suci."
Karena itu, (1) orang yang bodoh
secara kasar, (2) manusia yang paling rendah, (3) orang yang dikhayalkan
berangan-angan, dan (4) orang yang mengaku tidak percaya kepada Tuhan,
sebagaimana disebut di atas, tidak pernah menyerahkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa walaupun mereka sudah diberi segala nasehat dari Kitab Suci yang dapat
dipercaya.
7.16
catur-vidhā bhajante māḿ
janāḥ sukṛtino 'rjuna
ārto jijñāsur arthārthī
jñānī ca Bhārata rṣabha
catuḥ-vidhāḥ—empat jenis; bhajante—mengabdikan
diri; mām—kepada-Ku; janaḥ—orang; su-kṛtinaḥ—orang
saleh; Arjuna—wahai Arjuna; ārtaḥ—orang yang berdukacita;
jijñāsuḥ—orang yang ingin tahu; artha-arthī—orang yang
menginginkan keuntungan material; jñānī—orang yang mengetahui tentang
hal-hal dengan sebenarnya; ca—juga; bhārata-ṛṣabha—wahai
Kepribadian Yang Mulia di kalangan keturunan keluarga Bhārata.
Terjemahan
O yang paling baik di antara para Bhārata, empat
jenis orang saleh mulai berbhakti kepada-Ku—orang yang berdukacita, orang yang
menginginkan kekayaan, orang yang ingin tahu, dan orang yang mencari
pengetahuan tentang Yang Mutlak.
Penjelasan
Jenis-jenis orang yang diuraikan dalam ayat ini
bukan orang jahat. Mereka mengikuti prinsip-prinsip yang mengatur dari
Kitab-kitab Suci. Mereka disebut sukrtinah, atau orang yang mematuhi aturan dan
peraturan Kitab Suci, hukum moral dan hukum masyarakat, dan mereka kurang lebih
setia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di kalangan para sukrtinah ada empat
golongan—yaitu orang yang kadang-kadang berdukacita, orang yang membutuhkan
uang, orang yang kadang-kadang ingin tahu, dan orang yang kadang-kadang mencari
pengetahuan tentang Kebenaran Mutlak. Empat jenis orang tersebut mendekati
Tuhan Yang Maha Esa untuk berbhakti dalam berbagai keadaan. Mereka belum
menjadi penyembah yang murni, sebab mereka mempunyai cita-cita yang harus
dipenuhi sebagai balasan bhakti. Bhakti yang murni bebas dari cita-cita dan
bebas dari keinginan untuk men dapat keuntungan material. Dalam
Bhakti-rasamrta-sindhu (1.1.11), bhakti yang murni diuraikan sebagai berikut:
anyābhilāṣitā-śūnyaḿ
jñāna-karmady-anāvṛtam
ānukūlyena kṛṣṇānu-
śīlanaḿ bhaktir uttamā
[Madhya 19.167]
Orang harus melakukan cinta-bhakti rohani
kepada Tuhan Yang Maha Esa Krishna dengan cara yang menguntungkan dan bebas
dari keinginan untuk laba material melalui kegiatan yang dimaksudkan untuk
membuahkan hasil atau angan-angan filsafat. Itulah yang disebut bhakti yang
murni."
Bilamana empat jenis orang tersebut
mendekati Tuhan Yang Maha Esa untuk berbhakti dan disucikan sepenuhnya melalui
pergaulan dengan seorang penyembah yang murni, merekapun menjadi penyembah yang
murni. Bhakti itu sulit sekali bagi orang jahat, sebab kehidupan mereka
mementingkan diri sendiri, tidak teratur dan tidak mempunyai tujuan-tujuan
rohani. Tetapi bila beberapa di antaranya kebetulan berhubungan dengan seorang
penyembah yang murni, merekapun menjadi penyembah yang murni.
Orang yang selalu sibuk dengan
kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil mendekati Tuhan dalam dukacita
material. Pada waktu itu mereka bergaul dengan para penyembah yang murni. Dalam
dukacitanya, mereka menjadi penyembah Tuhan. Orang yang hanya frustrasi juga
kadang-kadang datang dan bergaul dengan para penyembah yang murni sehingga mereka
ingin tahu tentang Tuhan. Begitu pula, apabila para filosof yang hambar merasa
frustrasi pada setiap bidang pengetahuan, kadang-kadang mereka ingin belajar
tentang Tuhan, dan mereka mendekati Tuhan Yang Maha Esa untuk berbhakti. Dengan
demikian, mereka melampaui pengetahuan tentang Brahman yang tidak bersifat
pribadi dan Paramatma yang berada di tempat-tempat khusus sehingga mendekati
paham pribadi tentang Tuhan Yang Maha Esa atas karunia Tuhan Yang Maha Esa atau
penyembah-Nya yang murni. Secara keseluruhan, bila orang yang berdukacita,
orang yang ingin tahu, orang yang mencari pengetahuan, dan orang yang
membutuhkan uang dibebaskan dari segala keinginan material, dan bila mereka
mengerti sepenuhnya bahwa tidak ada hubungan antara keuntungan material dan
perbaikan di bidang kerohanian, mereka menjadi penyembah-penyembah yang murni.
Selama tingkat murni belum tercapai, penyembah-penyembah dalam pengabdian
rohani kepada Tuhan masih dicemari oleh kegiatan yang membuahkan hasil, usaha
mencari pengetahuan duniawi, dan sebagainya. Jadi, seseorang harus melampaui
segala hal tersebut sebelum ia dapat mencapai tingkat bhakti yang murni.
7.17
teṣāḿ jñānī nitya-yukta
eka-bhaktir viśiṣyate
priyo hi jñānino 'tyartham
ahaḿ sa ca mama priyaḥ
teṣām—di antara mereka; jñānī—orang
yang memiliki pengetahuan yang lengkap; nitya-yuktaḥ—selalu tekun; ekā—hanya;
bhaktiḥ—dalam bhakti; viśiṣyate—adalah istimewa; priyaḥ—sangat
dicintai; hi—pasti; jñāninaḥ—kepada orang yang memiliki
pengetahuan; atyartham—sangat; aham—Aku adalah; saḥ—dia; ca—juga;
mama—kepada-Ku; priyaḥ—tercinta.
Terjemahan
Di antara orang tersebut, orang yang memiliki
pengetahuan sepenuhnya dan selalu tekun dalam bhakti yang murni adalah yang
paling baik. Sebab dia sangat mencintai-Ku dan Aku sangat mencintainya.
Penjelasan
Setelah dibebaskan dari segala pencemaran
keinginan material, orang yang berdukacita, orang yang ingin tahu, orang yang
kehabisan uang dan orang yang mencari pengetahuan yang paling utama semua dapat
menjadi penyembah yang murni. Tetapi di antara mereka, orang yang memiliki
pengetahuan tentang Kebenaran Mutlak dan bebas dari segala keinginan material
menjadi penyembah Tuhan yang sungguh-sungguh murni. Di antara empat golongan,
seorang penyembah yang memiliki pengetahuan sepenuhnya dan pada waktu yang sama
tekun dalam bhakti adalah yang paling baik, menurut sabda Krishna. Dengan
mencari pengetahuan, seseorang menginsafi bahwa Diri-Nya berbeda dari badan
jasmaninya, dan bila ia sudah maju lebih lanjut, ia mencapai pengetahuan
tentang Brahman yang tidak bersifat pribadi dan Paramatma. Bila seseorang
disucikan sepenuhnya, ia menginsafi bahwa kedudukan dasarnya sebagai hamba
Tuhan yang kekal. Melalui pergaulan dengan penyembah-penyembah murni, orang
yang ingin tahu, orang yang berduka cita, orang yang mencari keuntungan
material dan orang yang memiliki pengetahuan juga semua menjadi murni. Tetapi
pada tahap persiapan, orang yang memiliki pengetahuan sepenuhnya tentang Tuhan
Yang Maha Esa dan pada waktu yang sama melaksanakan bhakti sangat dicintai oleh
Tuhan. Orang yang mantap dalam pengetahuan murni tentang sifat rohani
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dilindungi dalam bhakti sehingga pengaruh
material tidak dapat menyentuh Diri-Nya.
7.18
udārāḥ sarva evaite
jñānī tv ātmaiva me matam
āsthitaḥ sa hi yuktātmā
mām evānuttamāḿ gatim
udārāḥ—murah hati; sarve—semua; evā—pasti;
ete—ini; jñānī—orang yang memiliki pengetahuan; tu—tetapi;
ātmā eva—seperti Diri-Ku; me—milik -Ku; matam—pendapat; āsthitāḥ—mantap;
saḥ—dia; hi—pasti; yukta-ātmā—tekun dalam bhakti; mām—dalam
Diri-Ku; evā—pasti; anuttamām—tertinggi; gatim—tujuan.
Terjemahan
Semua penyembah tersebut tentu saja roh yang
murah hati, tetapi orang yang mantap dalam pengetahuan tentang-Ku Aku anggap
seperti Diri-Ku Sendiri. Oleh karena dia tekun dalam bhakti rohani kepada-Ku,
dia pasti mencapai kepada-Ku, tujuan tertinggi yang paling sempurna.
Penjelasan
Tidak dimaksud bahwa penyembah-penyembah yang
memiliki pengetahuan yang kurang lengkap tidak dicintai oleh Tuhan. Krishna
menyatakan bahwa semuanya murah hati, sebab siapapun yang mendekati Tuhan
dengan tujuan apapun disebut seorang mahatma, atau roh yang mulia.
Penyembah-penyembah yang ingin mendapat suatu keuntungan dari bhakti diterima
oleh Krishna, sebab ada balasan cinta-bhakti. Karena kasih sayang mereka
meminta suatu keuntungan material dari Tuhan, dan bila mereka dipuaskan dengan
cara seperti itu mereka juga maju dalam bhakti. Tetapi seorang penyembah yang
memiliki pengetahuan yang lengkap sangat dicintai oleh Krishna, sebab
satu-satunya tujuannya ialah mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan
cinta-bhakti. Seorang penyembah seperti itu tidak dapat hidup selama sedetikpun
tanpa mengadakan hubungan atau mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Begitu pula, Tuhan Yang Maha Esa sangat mencintai penyembah-Nya dan tidak dapat
dipisahkan dari penyembah itu.
Dalam Srimad-Bhagavatam (9.4.68),
Krishna bersabda:
sādhavo hṛdayaḿ mahyaḿ
sādhūnāḿ hṛdayaḿ tv aham
mad-anyat te na jānanti
nāhaḿ tebhyo manāg api
Para penyembah selalu di dalam hati-Ku, dan Aku
selalu di dalam hati para penyembah. Seorang penyembah tidak mengetahui
sesuatupun di luar Diri -Ku. Akupun tidak dapat melupakan penyembah. Ada
hubungan yang akrab sekali antara Aku dan para penyembah yang murni. Para
penyembah murni yang memiliki pengetahuan lengkap tidak pernah lepas dari
hubungan rohani, dan karena itu, Aku sangat mencintai mereka."
7.19
bahūnāḿ janmanām ante
jñānavān māḿ prapadyate
vāsudevaḥ sarvam iti
sa mahātmā su-durlabhaḥ
bahūnām—banyak; janmanām—dilahirkan
dan meninggal berulangkali; ante—sesudah; jñāna-vān—orang yang
memiliki pengetahuan yang lengkap; mām—kepada-Ku; prapadyate—menyerahkan
diri; vāsudevaḥ—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna; sarvam—segala
sesuatu; iti—demikian; saḥ—itu; mahā-ātmā—roh yang mulia;
sudurlabhaḥ—jarang sekali dilihat.
Terjemahan
Sesudah dilahirkan dan meninggal berulangkali,
orang yang sungguh-sungguh memiliki pengetahuan menyerahkan diri kepada-Ku,
dengan mengenal-Ku sebagai sebab segala sebab dan sebab segala sesuatu yang
ada. Roh yang mulia seperti itu jarang sekali ditemukan.
Penjelasan
Selama makhluk hidup melaksanakan bhakti atau
ritual-ritual rohani yang melampaui hal-hal duniawi sesudah dilahirkan
berulangkali, mungkin ia sungguh-sungguh mantap dalam pengetahuan rohani yang
murni bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah tujuan utama keinsafan
rohani. Pada awal keinsafan rohani, selama seseorang sedang berusaha melepaskan
ikatannya terhadap keduniawian, ada kecenderungan kepada filsafat yang tidak
mengakui bentuk pribadi Tuhan. Tetapi kalau seseorang sudah maju lebih lanjut,
dia dapat mengerti bahwa ada kegiatan dalam kehidupan rohani dan bahwa kegiatan
itu merupakan bhakti. Setelah menginsafi kenyataan ini, dia terikat pada
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan menyerahkan diri pada Beliau. Pada waktu
itu, seseorang dapat mengerti bahwa karunia Sri Krishna adalah segala sesuatu,
bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah sebab segala sebab dan bahwa
manifestasi material ini tidak lepas dari hubungan dengan Beliau. Dia
menginsafi bahwa dunia material adalah bayangan yang terputar balik dari
keanekawarnaan rohani dan bahwa ada hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa Sri
Krishna di dalam segala sesuatu. Jadi, dia memikirkan segala sesuatu
berhubungan dengan Vasudeva, atau Sri Krishna. Penglihatan semesta seperti itu
tentang Vasudeva menyebabkan seseorang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan
Yang Maha Esa Sri Krishna sebagai tujuan tertinggi. Roh-roh yang mulia yang
sudah menyerahkan diri seperti itu jarang sekali ditemukan.
Ayat ini dijelaskan dengan baik
sekali dalam Bab Tiga (ayat 14 dan 15) dari svetasvatara Upanisad:
sahasra-śīrṣā puruṣaḥ
sahasrākṣaḥ sahasra-pāt
sa bhūmiḿ viśvato vṛtvā-
tyātiṣṭhad daśāńgulam
puruṣa evedaḿ sarvaḿ
yad bhūtaḿ yac ca bhavyam
utāmṛtatvasyeśāno
yad annenātirohati
Dalam Chandogya Upanisad (5.1.15) dinyatakan, na
vai vaco na caksumsi na srotrani na manamsity acaksate prana iti evacaksate
prano hy evaitani sarvāni bhavānti: Di dalam badan makhluk hidup, unsur yang
paling penting bukan daya bicara, daya melihat, daya mendengar, maupun daya berpikir;
yang paling penting ialah nyawa, pusat segala kegiatan." Begitu pula, Sri
Vasudeva, atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, adalah Kepribadian
Yang Paling Utama di dalam segala sesuatu. Di dalam badan ini ada daya bicara,
melihat, mendengar, kegiatan pikiran, dan sebagainya. Tetapi segala unsur itu
tidak penting bila tidak ada hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh
karena Vasudeva berada di mana-mana dan segala sesuatu adalah Vasudeva, seorang
penyembah menyerahkan diri dalam pengetahuan yang lengkap (lihat Bhagavad-gita
7.17. dan 11.40).
7.20
kāmais tais tair
hṛta-jñānāḥ
prapadyante 'nya-devatāḥ
taḿ taḿ niyamam āsthāya
prakṛtyā niyatāḥ svayā
kāmaiḥ—oleh keinginan; taiḥ taiḥ—berbagai;
hṛta—kehilangan; jñānāḥ—pengetahuan; prapadyante—menyerahkan
diri; anya—kepada yang lain; devatāḥ—para dewa; tam tam—cocok;
niyamam—peraturan; āsthāya—mengikuti; prakṛtyā—oleh
sifat; niyatāḥ—dikendalikan; svayā—oleh yang dimiliki sendiri.
Terjemahan
Orang yang kecerdasannya sudah dicuri oleh
keinginan duniawi menyerahkan diri kepada para dewa dan mengikuti aturan dan
peraturan sembahyang tertentu menurut sifatnya masing-masing.
Penjelasan
Orang yang bebas dari pengaruh material
menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menekuni bhakti kepada Beliau.
Selama pengaruh material belum disucikan sepenuhnya, menurut sifatnya mereka
bukan penyembah. Tetapi orang yang mempunyai keinginan material dan mendekati
Tuhan Yang Maha Esa tidak begitu tertarik kepada alam lahiriah; oleh karena
mereka mendekati tujuan yang benar, dalam waktu yang singkat mereka dibebaskan
dari segala nafsu material. Dalam Srimad-Bhagavatam dianjurkan bahwa baik
seseorang menjadi penyembah murni yang bebas dari segala keinginan material, penuh
segala keinginan material, maupun menginginkan pembebasan dari pengaruh
material, hendaknya dalam segala hal dia menyerahkan diri kepada Vasudeva dan
menyembah Beliau. Sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavatam (2.3.10):
akāmaḥ sarva-kāmo vā
mokṣa-kāma udāra-dhīḥ
tīvreṇa bhakti-yogena
yajeta puruṣaḿ param
Orang yang kurang cerdas yang sudah kehilangan
kecerdasan rohaninya menyerahkan diri kepada para dewa supaya keinginan
duniawinya segera dipenuhi. Pada umumnya, orang seperti itu tidak mendekati Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa, sebab mereka berada dalam sifat-sifat alam yang lebih
rendah (kebodohan dan nafsu). Karena itu mereka menyembah berbagai dewa. Mereka
dipuaskan dengan mengikuti aturan dan peraturan sembahyang. Para penyembah dewa
didorong oleh keinginan-keinginan kecil dan tidak mengetahui bagaimana cara
mencapai tujuan tertinggi, tetapi seorang penyembah Tuhan Yang Maha Esa tidak
tersesat. Dalam Kitab-kitab Veda terdapat saran-saran untuk sembahyang kepada
berbagai dewa untuk aneka tujuan (misalnya, dianjurkan supaya orang sakit
menyembah matahari). Karena itu, orang yang bukan penyembah Tuhan menganggap
bahwa para dewa lebih baik daripada Tuhan Yang Maha Esa untuk tujuan-tujuan
tertentu. Tetapi seorang penyembah murni mengetahui bahwa Tuhan Yang Maha Esa
Krishna adalah penguasa segala sesuatu. Dalam Caitanya-caritamrta (“di 5.142)
dinyatakan, ekale Isvara kṛṣṇa , ara saba bhrtya: Satu-satunya Penguasa
ialah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, dan semua kepribadian lainnya
adalah hamba-hamba. Karena itu seorang penyembah yang murni tidak pernah
mendekati para dewa untuk memenuhi kebutuhan materialnya. Ia bergantung kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Seorang penyembah yang murni puas dengan apapun yang
diberikan oleh Beliau.
7.21
yo yo yāḿ yāḿ tanuḿ
bhaktaḥ
śraddhayārcitum icchati
tasya tasyācalāḿ śraddhāḿ
tām eva vidadhāmy aham
yaḥ yaḥ—siapapun;
yām yām—manapun;
tanum—bentuk dewa;
bhaktaḥ—penyembah;
śraddhayā—dengan kepercayaan;
arcitum—untuk
menyembah;
icchati—menginginkan; tasya
tasya—kepada dia;
acalam—mantap;
śraddhām—kepercayaan;
tam—itu;
evā—pasti;
vidadhāmi—memberikan;
aham—Aku.
Terjemahan
Aku bersemayam di dalam hati semua orang sebagai
Roh Yang Utama. Begitu seseorang menyembah dewa tertentu, Aku menjadikan kepercayaannya
mantap supaya ia dapat menyerahkan diri kepada dewa itu.
Penjelasan
Tuhan Yang Maha Esa sudah memberi kebebasan
kepada semua orang; karena itu, kalau seseorang ingin mendapat kenikmatan
material dan sungguh-sungguh ingin mendapat fasilitas seperti itu dari
dewa-dewa material, maka Tuhan Yang Maha Esa sebagai Roh Yang Utama dalam hati
semua orang, mengerti keinginan itu dan memberi fasilitas kepada orang seperti
itu. Sebagai Ayah Yang Paling Utama bagi semua makhluk hidup, Beliau tidak
campur tangan dengan kebebasan mereka, tetapi Beliau memberi segala fasilitas
supaya mereka dapat memenuhi keinginan duniawinya. Barangkali ada beberapa
orang yang bertanya mengapa Tuhan Yang Mahaperkasa memberi fasilitas kepada
para makhluk hidup untuk menikmati dunia material ini, dan dengan demikian
membiarkan mereka jatuh kedalam perangkap tenaga yang mengkhayalkan. Jawabannya
ialah bahwa kalau Tuhan Yang Maha Esa sebagai Roh Yang Utama tidak memberikan
fasilitas seperti itu, maka kebebasan tidak ada artinya. Karena itu, Tuhan
memberi kebebasan sepenuhnya kepada semua orang—apapun yang disukainya—tetapi
ajaran Beliau yang tertinggi kita ketemukan dalam Bhagavad-gita: Hendaknya
orang meninggalkan segala kebutuhan lainnya dan menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Itulah yang akan membahagiakan manusia.
Makhluk hidup dan para dewa takluk
kepada kehendak Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; karena itu, makhluk hidup
tidak dapat menyembah para dewa atas kehendaknya sendiri, dan dewa juga tidak
dapat menganugerahkan berkat apapun tanpa kehendak Yang Mahakuasa. Sebagaimana
dinyatakan, tiada sehelai rumput pun yang bergerak tanpa kehendak Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa. Pada umumnya, orang yang berduka cita di dunia material
mendekati para dewa, sebagaimana dianjurkan dalam Kitab-kitab Veda. Orang yang
menginginkan sesuatu yang khusus dapat menyembah dewa tertentu. Misalnya, orang
yang sakit dianjurkan agar menyembah dewa matahari, orang yang menginginkan
pendidikan dapat menyembah dewi ilmu pengetahuan, yaitu Dewi Saraswati; dan
orang yang ingin mendapatkan isteri cantik dapat menyembah Dewi Uma, isteri
Dewa Siva. Ada usul-usul seperti ini dalam śastra (Kitab-kitab Veda) untuk
berbagai jenis sembahyang kepada berbagai dewa. Oleh karena makhluk hidup tertentu
ingin menikmati fasilitas material tertentu, Tuhan memberi semangat kepada
makhluk hidup itu berupa keinginan kuat untuk mendapat berkat itu dari dewa
tertentu. Dengan demikian, ia berhasil mendapat berkat itu. Sifat sikap
sembahyang tertentu yang dimiliki makhluk hidup terhadap jenis dewa tertentu
juga diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa. Para dewa tidak dapat menyemangatkan para
makhluk hidup dengan kecenderungan seperti itu. Tetapi oleh karena Krishna
adalah Tuhan Yang maha Esa, atau Roh Yang Utama yang bersemayam di dalam hati
semua makhluk hidup, Beliau memberi dorongan kepada manusia untuk menyembah
dewa-dewa tertentu. Sebenarnya para dewa adalah berbagai anggota badan semesta
Tuhan Yang Maha Esa; karena itu, mereka tidak mempunyai kebebasan. Dalam Kitab-kitab
Veda dinyatakan: Tuhan Yang Maha Esa juga bersemayam di dalam hati dewa sebagai
Roh Yang Utama. Karena itu, Beliau mengatur untuk memenuhi keinginan makhluk
hidup melalui dewa. Tetapi dewa dan makhluk hidup bergantung pada kehendak Yang
Mahakuasa. Mereka tidak bebas."
7.22
sa tayā śraddhayā yuktas
tasyārādhanam īhate
labhate ca tataḥ kāmān
mayā iva vihitān hi tān
saḥ—dia; tayā—dengan itu; śraddhayā—semangat;
yuktaḥ—diberikan; tasya—dari dewa itu; ārādhanam—untuk
sembahyang; īhate—ia bercita-cita; labhate—memperoleh; ca—dan;
tataḥ—dari itu; kāmān—keinginannya; mayā—oleh-Ku; evā—sendiri;
vihitān—diatur; hi—pasti; tān—yang itu.
Terjemahan
Setelah diberi kepercayaan seperti itu, dia
berusaha menyembah dewa tertentu dan memperoleh apa yang diinginkannya. Tetapi
sebenarnya hanya Aku Sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat itu.
Penjelasan
Para dewa tidak dapat menganugerahkan
berkat-berkat kepada para penyembahnya tanpa izin dari Tuhan Yang Maha Esa.
Barangkali makhluk hidup lupa bahwa segala sesuatu adalah milik Tuhan Yang Maha
Esa, tetapi para dewa tidak lupa. Jadi, sembahyang kepada para dewa dan
tercapainya hasil yang diinginkan tidak disebabkan oleh para dewa, melainkan
oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang mengatur hal itu. Makhluk hidup yang
kurang cerdas tidak mengetahui tentang hal ini. Oleh karena itu secara bodoh ia
mendekati dewa-dewa untuk mendapat berkat tertentu. Bila penyembah yang murni
memerlukan sesuatu, ia hanya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi
mencari keuntungan material bukanlah tanda penyembah yang murni. Makhluk hidup
biasanya mendekati para dewa karena ia gila untuk memenuhi nafsunya. Ini
terjadi bila dia menginginkan sesuatu yang tidak pantas dan Tuhan Sendiri tidak
memenuhi keinginan itu. Dalam Caitanya-caritamrta dikatakan bahwa orang yang
menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan pada waktu yang sama menginginkan kenikmatan
material mengalami pertentangan dalam keinginannya. Bhakti kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan sembahyang kepada dewa tidak mungkin pada tingkat yang sama, sebab
sembahyang kepada dewa bersifat material, sedangkan bhakti kepada Tuhan Yang
Maha Esa bersifat rohani sepenuhnya. Keinginan material adalah rintangan bagi
makhluk hidup yang ingin kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu seorang
penyembah Tuhan yang murni tidak dianugerahkan berkat-berkat material yang
diinginkan oleh makhluk-makhluk yang kurang cerdas. Karena itulah makhluk hidup
yang menginginkan berkat-berkat material lebih suka menyembah dewa-dewa didunia
material daripada menekuni bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.
7.23
antavat tu phalaḿ teṣāḿ
tad bhavaty alpa-medhasām
devān deva-yajo yānti
mad-bhaktā yānti mām api
anta-vat—dapat dimusnahkan; tu—tetapi;
phalam—hasil; teṣām—milik mereka; tat—itu; bhavati—menjadi;
alpa-medhasām—orang yang kurang cerdas; devān—kepada para dewa; deva-yajaḥ—penyembah
para dewa; yānti—pergi; mat—milik-Ku; bhaktaḥ—penyembah-penyembah;
yānti—pergi; mām—kepada-Ku; api—juga.
Terjemahan
Orang yang kurang cerdas menyembah para dewa, dan
hasilnya terbatas dan sementara. Orang yang menyembah para dewa pergi ke
planet-planet dewa, tetapi para penyembah-Ku akhirnya mencapai planet-Ku yang
paling tinggi.
Penjelasan
Beberapa penyusun ulasan Bhagavad-gita menyatakan
bahwa orang yang menyembah dewa dapat mencapai kepada Tuhan Yang Maha Esa,
tetapi di sini dinyatakan dengan jelas bahwa para penyembah dewa pergi ke
berbagai susunan planet tempat tinggal berbagai dewa. Misalnya, seorang
penyembah matahari mencapai matahari, atau penyembah dewa di bulan akan
mencapai bulan. Begitu pula, kalau seseorang ingin menyembah dewa seperti
Indra, ia mencapai planet yang dimiliki oleh dewa itu. Ada orang yang
menganggap bahwa semua orang akan mencapai kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa dengan menyembah dewa manapun, tetapi anggapan itu tidak benar. Dalam ayat
ini, anggapan tersebut dinyatakan keliru, sebab dinyatakan dengan jelas bahwa
para penyembah dewa pergi ke berbagai planet di dunia material, sedangkan
seorang penyembah Tuhan Yang Maha Esa pergi langsung ke planet yang paling
utama, tempat tinggal Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Sehubungan dengan hal ini,
barangkali timbul pendapat bahwa kalau para dewa adalah berbagai anggota badan
Tuhan Yang Maha Esa, maka seharusnya tujuan yang sama dicapai dengan cara
menyembah para dewa. Akan tetapi, pengetahuan para penyembah dewa kurang
lengkap karena mereka tidak mengetahui bagian mana dari badan yang harus diberi
makanan. Beberapa di antara para penyembah dewa begitu bodoh sehingga mereka
mengatakan bahwa ada banyak anggota badan yang dapat diberi makanan, dan banyak
cara untuk menyediakan makanan. Anggapan ini tidak masuk akal. Apakah seseorang
dapat memberikan makanan kepada badan melalui telinga atau mata? Mereka tidak
mengetahui bahwa dewa-dewa tersebut adalah berbagai anggota badan semesta Tuhan
Yang Maha Esa. Dalam kebodohannya mereka percaya bahwa tiap-tiap dewa adalah
Tuhan tersendiri yang menyaingi Tuhan Yang Maha Esa.
Para dewa adalah bagian-bagian dari
Tuhan Yang Maha Esa, dan para makhluk hidup biasa juga bagian-bagian dari Tuhan
Yang Maha Esa. Dalam Srimad-Bhagavatam dinyatakan bahwa para brahmaṇā adalah
kepala Tuhan Yang Maha Esa, para ksatriya adalah lengan-lengan-Nya, para vaisya
adalah pinggang-Nya, para sudra adalah kaki-Nya, dan semuanya melaksanakan
berbagai fungsi. Dalam keadaan manapun, kalau seseorang mengetahui bahwa para
dewa dan Diri-Nya sendiri adalah bagian dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai
sifat sama seperti Tuhan, maka pengetahuannya sempurna. Tetapi kalau dia tidak
mengerti kenyataan ini, dia mencapai berbagai planet tempat tinggal para dewa.
Ini tidak sama dengan tujuan yang dicapai oleh para penyembah Krishna.
Hasil yang dicapai dengan berkat
dari para dewa dapat dimusnahkan, sebab di dunia material, planet-planet, para
dewa dan para penyembah dewa semua dapat dimusnahkan. Karena itu, dinyatakan
dengan jelas dalam ayat ini bahwa segala hasil yang dicapai dengan menyembah
para dewa dapat dimusnahkan. Karena itulah sembahyang tersebut dilakukan oleh
orang yang kurang memiliki pengetahuan. Oleh karena penyembah yang murni yang
menekuni kesadaran Krishna dalam bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa mencapai
kehidupan kekal penuh kebahagiaan dan penuh pengetahuan, apa yang dicapai oleh
penyembah Tuhan dan apa yang dicapai oleh penyembah dewa berbeda. Tuhan Yang
Maha Esa tidak terhingga; berkat Tuhan Yang Maha Esa tidak terbatas; dan
karunia Tuhan Yang Maha Esa tidak terhingga. Karena itu, karunia Tuhan Yang
Maha Esa kepada para penyembah-Nya tidak terhingga.
7.24
avyaktaḿ vyaktim āpannaḿ
manyante mām abuddhayaḥ
paraḿ bhāvam ajānanto
mamāvyayām anuttamam
avyaktam—tidak terwujud; vyaktim—kepribadian;
āpannam—dicapai; manyante—berpikir; mām—Aku; abuddhayaḥ—orang
yang kurang cerdas; param—Mahakuasa; bhāvam—keberadaan; ajānantaḥ—tanpa
mengetahui; mama—milik-Ku; avyayām—tidak dapat dimusnahkan; anuttamām—yang
paling halus.
Terjemahan
Orang yang kurang cerdas, tidak mengenal Diri-Ku
secara sempurna, menganggap bahwa dahulu Aku, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa,
Krishna, tidak bersifat pribadi dan sekarang Aku sudah berwujud dalam
kepribadian ini. Oleh karena pengetahuan mereka sangat kurang, mereka tidak
mengenal sifat-Ku yang lebih tinggi, yang tidak dapat dimusnahkan dan bersifat
Mahakuasa.
Penjelasan
Sudah diuraikan sebelumnya bahwa para penyembah
dewa adalah kurang cerdas, dan di sini juga diuraikan bahwa orang yang tidak
mengakui bentuk pribadi Tuhan juga kurang cerdas. Di sini Sri Krishna bersabda
di hadapan Arjuna dalam bentuk pribadi-Nya. Namun, akibat kebodohan, orang yang
tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan mengatakan bahwa pada hakekatnya Tuhan Yang
Maha Esa tidak mempunyai bentuk. Yamunacarya, seorang penyembah Tuhan yang
mulia dalam garis perguruan Ramanujacarya, menyusun dua ayat yang sangat tepat
berhubungan dengan hal ini. Yamunacarya berkata:
tvāḿ śīla-rūpa-caritaiḥ parama
-prakṛṣṭaiḥ
sattvena sāttvikatayā
prabalaiś ca śāstraiḥ
prakhyāta-daiva-paramārtha-vidāḿ
mataiś ca
naivāsura-prakṛtayaḥ
prabhavānti boddhum
Tuhan yang hamba cintai, penyembah-penyembah
seperti Vyasadeva dan Nārada mengenal Anda sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa. Dengan mengerti berbagai sastra Veda, seseorang dapat mengenal ciri-ciri
Anda, bentuk Anda dan kegiatan Anda. Dengan demikian ia dapat mengerti bahwa
Anda adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi orang yang berada dalam
sifat-sifat nafsu dan kebodohan, para raksasa, orang yang bukan penyembah,
tidak dapat mengerti diri Anda. Mereka tidak sanggup mengerti tentang Anda.
Walaupun orang yang bukan penyembah seperti itu barangkali ahli sekali
berdiskusi tentang Vedanta dan Upanisad-upanisad serta Veda lainnya, tidak
mungkin bagi mereka untuk mengerti tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa." (Stotraratna 12)
Dalam Brahma-samhita, dinyatakan
bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat dimengerti hanya dengan
mempelajari sastra Vedanta. Hanya atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa dapat dikenal. Karena itu, dalam ayat ini dinyatakan dengan
jelas bahwa bukan hanya para penyembah dewa yang kurang cerdas, tetapi orang
yang bukan penyembah dan tekun mempelajari Vedanta dan berangan-angan tentang
sastra Veda tanpa corak kesadaran Krishna yang sejati juga kurang cerdas, dan
tidak mungkin mereka mengerti sifat pribadi Tuhan. Orang yang mempunyai kesan
seolah-olah Kebenaran Mutlak tidak bersifat pribadi disebut abuddhayaḥ, yang
berarti orang yang belum mengenal ciri utama Kebenaran Mutlak. Dalam
Srimad-Bhagavatam dinyatakan bahwa keinsafan tertinggi mulai dari Brahman yang
tidak bersifat pribadi, kemudian naik sampai Roh Yang Utama yang berada dalam
setempat—tetapi pengetahuan tertinggi tentang Kebenaran Mutlak adalah
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan
dewasa ini tetap kurang cerdas, sebab sesepuh mereka yang mulia bernama
Sankaracarya pun tidak diikutinya. Sankaracarya sudah menyatakan secara khusus
bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, orang yang
tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan tidak mengenal Kebenaran Tertinggi, dan
mereka menganggap Krishna hanya putera Devaki dan Vasudeva, atau seorang
pangeran, atau makhluk hidup yang perkasa. Anggapan ini juga disalahkan dalam
Bhagavad-gita (9.11) Avajananti mam muda mānuṣīm tanum āśritam : Hanya orang
bodoh menganggap Diri-Ku manusia biasa."
Kenyataannya ialah bahwa tiada
seorangpun yang dapat mengerti Krishna tanpa melakukan bhakti dan tanpa
mengembangkan kesadaran Krishna. Kenyataan ini dibenarkan dalam
Srimad-Bhagavatam (10.14.29):
athāpi te deva padāmbuja-dvaya-
prasāda-leśānugṛhīta eva hi
jānāti tattvaḿ
bhagavan-mahīmno
na cānya eko 'pi ciraḿ
vicinvan
Tuhan yang hamba cintai, kalau seseorang
dianugerahi sedikit saja karunia dari kakipadma Anda, ia dapat mengerti
kemuliaan Kepribadian Anda. Tetapi orang yang berangan-angan untuk mengerti
tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat mengenal Diri Anda,
walaupun mereka terus mempelajari Veda selama bertahun-tahun." Seseorang
tidak dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, maupun bentuk,
sifat atau namanya, hanya dengan berangan-angan atau mengadakan diskusi tentang
sastera Veda. Orang harus mengerti tentang Krishna melalui bhakti. Bila
seseorang sudah tekun sepenuhnya dalam kesadaran Krishna, mulai dengan
mengucapkan mahamantra—Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare/
Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare—baru ia dapat mengerti Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang bukan penyembah yang tidak mengakui bentuk
pribadi Tuhan menganggap badan Krishna terbuat dari alam material ini dan bahwa
segala kegiatan Krishna, bentuk Krishna dan segala sesuatu adalah mayā. Orang
yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan disebut Mayāvadi. Mereka belum
mengenal kebenaran tertinggi.
Dalam ayat kedua puluh dinyatakan
dengan jelas, kamais tais tair hrta jñānāḥ prapadyante 'nyadevatāḥ. Orang
yang sudah dibuat buta oleh keinginan hawa nafsu menyerahkan diri kepada
berbagai dewa." Diakui bahwa ada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan
Beliau mempunyai sebuah planet. Di samping itu diakui pula bahwa ada dewa-dewa
yang masing-masing mempunyai planet. Sebagaimana dinyatakan dalam ayat kedua
puluh tiga devan devayajo yanti mad-bhakta yanti mam api: para penyembah dewa
pergi ke berbagai planet dewa, dan para penyembah Sri Krishna pergi ke planet
Krishnaloka. Walaupun ini sudah dinyatakan dengan jelas, orang bodoh yang tidak
mengakui bentuk pribadi Tuhan masih mengatakan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan
bahwa bentuk-bentuk tersebut adalah sesuatu yang harus dikatakan oleh Beliau.
Setelah mempelajari Bhagavad-gita, apakah kita diberi kesan seolah-olah para
dewa dan tempat tinggalnya tidak bersifat pribadi? Yang jelas, para dewa dan
Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, bukan tanpa sifat pribadi. Krishna
dan para dewa semua tujuan-tujuan; Sri Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa, Krishna mempunyai planet sendiri, dan para dewa juga mempunyai planet
masing-masing.
Karena itu, pendapat filsafat
monisme bahwa kebenaran tertinggi tidak terwujud dan bahwa wujud dikenakan
kepada kebenaran yang paling tinggi itu tidak terbukti benar. Dinyatakan dengan
jelas di sini bahwa wujud tidak dikenakan. Dari Bhagavad-gita, kita dapat
mengerti dengan jelas bahwa bentuk-bentuk para dewa dan bentuk Tuhan Yang Maha
Esa berada pada waktu yang sama, dan bahwa Sri Krishna adalah sac cid-ananda,
pengetahuan kekal penuh kebahagiaan. Dalam Veda juga dibenarkan bahwa Kebenaran
Mutlak Yang paling Utama adalah anandamayo 'bhyasat, atau penuh kebahagiaan menurut
sifatnya, dan bahwa Beliau adalah sumber sifat-sifat mujur yang tidak
terhingga. Dalam Bhagavad-gita, Krishna menyatakan bahwa walaupun Diri-Nya aja
(tidak dilahirkan), namun Beliau masih muncul. Inilah kenyataankenyataan yang
harus dipahami dari Bhagavad-gita. Kita tidak dapat mengerti bagaimana
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dapat dianggap tanpa sifat pribadi; teori bahwa
kepribadian dikenakan yang dikemukakan oleh para penganut filsafat monisme yang
tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan tidak benar menurut pernyataan
Bhagavad-gita. Di sini cukup jelas bahwa Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama,
Sri Krishna, mempunyai bentuk dan kepribadian.
7.25
nāhaḿ prakāśaḥ sarvasya
yoga-māyā-samāvṛtaḥ
mūḍho 'yaḿ nābhijānāti
loko mām ajam avyayām
na—tidak juga; aham—Aku; prakāśaḥ—berwujud;
sarvasya—kepada semua orang; yogamayā—oleh kekuatan dalam; samāvṛtaḥ—tertutup;
mūḍhāḥ—bodoh; ayam—yang ini; na—tidak juga; abhijānāti—dapat
mengerti; lokaḥ—orang; mām—Aku; ajam—tidak dilahirkan; avyayām—tidak
dapat dimusnahkan.
Terjemahan
Aku tidak pernah terwujud kepada orang yang bodoh
dan kurang cerdas. Bagi mereka, aku ditutupi oleh kekuatan dalam dari Diri-Ku.
Karena itu, mereka tidak mengetahui bahwa Aku tidak dilahirkan dan tidak pernah
gagal.
Penjelasan
Krishna pernah ada di bumi ini dan dapat dilihat
oleh semua orang. Karena itu, dapat ditanyakan mengapa Krishna tidak berwujud
di hadapan semua orang sekarang? Tetapi sebenarnya pada waktu itu Krishna tidak
berwujud di hadapan semua orang. Pada waktu Krishna berada di bumi ini, hanya
beberapa orang saja yang dapat mengerti bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa. Dalam sidang para Kuru, ketika Sisupala tidak menyetujui Krishna
dipilih sebagai pemimpin sidang, Bhīṣma mendukung Krishna dan menyatakan bahwa
Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa. Begitupula para Pandava dan beberapa tokoh
yang lain mengetahui bahwa Krishna adalah Yang Maha Kuasa, tetapi tidak semua
orang mengetahui kenyataan ini. Krishna tidak memperlihatkan Diri kepada orang
yang bukan penyembah dan orang biasa. Karena itu, dalam Bhagavad-gita Krishna
menyatakan bahwa selain para penyembah-Nya yang murni, semua orang menganggap
Krishna seperti diri mereka. Krishna hanya terwujud kepada para
penyembah-Nya sebagai sumber segala kebahagiaan. Tetapi bagi orang yang bukan
penyembah dan kurang cerdas, Krishna ditutupi oleh tenaga dalam dari Diri-Nya.
Dalam doa pujian Dewi Kuntī dari
Srimad-Bhagavatam (1.8.19) dinyatakan bahwa Krishna ditutupi oleh tirai
yogamayā. Karena itu, orang biasa tidak dapat mengerti tentang Krishna. Adanya
tirai yogamayā tersebut juga dibenarkan dalam Sri Isopanisad (mantra 15).
Dalam ayat lima belas dari Sri Isopanisad, seorang penyembah berdoa:
hiraṇmayena pātreṇa
satyasyāpihitaḿ mukham
tat tvaḿ pūṣann apāvṛṇu
satya-dharmāya dṛṣṭaye
O Tuhan yang hamba cintai, Anda memelihara
seluruh jagat, dan bhakti kepada Anda adalah prinsip dharma tertinggi. Karena
itu, hamba berdoa kiranya Anda juga memelihara diri hamba. Bentuk rohani Anda
ditutupi oleh yogamayā. Brahmajyoti adalah penutup tenaga dalam. Mohon kiranya
Anda berkenan membuka cahaya yang menyilaukan yang menghalang-halangi hamba
sehingga tidak dapat melihat sac-cid-anandavigraha, yaitu bentuk Anda yang
kekal dan penuh kebahagiaan dan pengetahuan." Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa dalam bentuk rohani kebahagiaan dan pengetahuannya ditutupi oleh tenaga
dalam dari bramajyoti. Karena inilah orang yang kurang cerdas dan tidak
mengakui bentuk pribadi Tuhan tidak dapat melihat Yang Mahakuasa.
Dalam Srimad-Bhagavatam (10.14.7)
ada doa pujian dari Brahma: O Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, o Roh Yang
Utama, o Penguasa segala rahasia, siapakah yang dapat memperhitungkan kekuatan
dan kegiatan Anda didunia ini? Anda selalu mewujudkan kekuatan dalam Diri Anda.
Karena itu tiada seorangpun yang dapat mengerti tentang Anda. Para ilmuwan yang
bijaksana dan sarjana-sarjana yang mempunyai pengetahuan tinggi dapat meneliti
susunan atom-atom di dunia material ataupun di planet-planet, tetapi mereka
masih tidak dapat memperhitungkan tenaga dan kekuatan Anda, walaupun Anda
berada di hadapan mereka." Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna,
bukan hanya tidak dilahirkan, tetapi Beliau juga avyayā, atau tidak dapat
dimusnahkan. Bentuk kekal Krishna adalah kebahagiaan dan pengetahuan, dan
tenaga-tenaga Krishna semua tidak dapat dimusnahkan.
7.26
vedāhaḿ samatītāni
vartamānāni cārjuna
bhaviṣyāṇi ca bhūtāni
māḿ tu veda na kaścana
veda—mengetahui; aham—Aku; samatītāni—masa
lampau sepenuhnya; vartamānāni—masa sekarang; ca—dan; Arjuna—wahai
Arjuna; bhaviṣyāṇi—masa yang akan datang; ca—juga; bhūtāni—semua
makhluk hidup; mām—Aku; tu—tetapi; veda—mengetahui; na—tidak;
kaścana—siapapun.
Terjemahan
Wahai Arjuna, sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa, Aku mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada masa lampau, segala
sesuatu yang sedang terjadi sekarang, dan segala sesuatu yang akan terjadi pada
masa yang akan datang. Aku juga mengenal semua makhluk hidup, namun tiada
seorangpun yang mengenal Diri-Ku.
Penjelasan
Di sini soal kepribadian dan sifat bukan pribadi
dinyatakan dengan jelas. Kalau Krishna, bentuk Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa,
adalah mayā , atau bersifat material, seperti anggapan orang yang tidak
mengakui bentuk pribadi Tuhan, maka pasti Krishna menggantikan badan-Nya
seperti makhluk hidup dan melupakan segala sesuatu tentang penjelmaan-Nya yang
lalu. Siapapun yang memiliki badan jasmani tidak dapat ingat kepada
penjelmaannya yang lalu, meramalkan kehidupannya pada masa yang akan datang,
ataupun meramalkan akibat kehidupannya sekarang. Karena itu, ia tidak dapat
mengetahui apa yang terjadi pada masa lampau, masa sekarang maupun masa yang
akan datang. Kalau seseorang belum dibebaskan dari pengaruh material, ia tidak
dapat mengenal masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang.
Sri Krishna lain daripada makhluk hidup biasa.
Sri Krishna menyatakan dengan jelas bahwa Diri-Nya mengetahui sepenuhnya apa
yang telah terjadi pada masa lampau, apa yang sedang terjadi sekarang, dan apa
yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Dalam Bab Empat, kita sudah
melihat bahwa Sri Krishna ingat waktu Beliau memberi pelajaran kepada Vivasvan,
dewa matahari, berjuta-juta tahun yang lalu. Krishna mengenal setiap makhluk
hidup karena Krishna bersemayam di dalam hati setiap makhluk hidup sebagai Roh
Yang Utama. Krishna bersemayam di dalam hati setiap makhluk hidup sebagai Roh
Yang Utama dan Beliau berada sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kendatipun
demikian, orang yang kurang cerdas tidak dapat menginsafi Sri Krishna sebagai
Kepribadian Tuhan Yang Paling Utama, walaupun barangkali mereka dapat
menginsafi Brahman yang tidak bersifat pribadi. Tentu saja badan rohani Sri
Krishna tidak dapat dimusnahkan. Krishna adalah seperti matahari, dan mayā
seperti awan. Di dunia material kita dapat melihat bahwa ada matahari,
awan dan berbagai jenis bintang dan planet. Barangkali awan menutupi segala
bintang dan planet di langit untuk sementara waktu, tetapi penutup itu tidak
kelihatan karena penglihatan kita terbatas. Matahari, bulan dan bintang
sebenarnya tidak ditutupi. Begitu pula, mayā tidak dapat menutupi Tuhan
Yang Maha Esa. Oleh karena kekuatan dalam dari Diri-Nya, Krishna tidak berwujud
kepada golongan manusia yang kurang cerdas. Sebagaimana dinyatakan dalam ayat
ketiga dari bab ini, diantara berjuta-juta orang, hanya beberapa saja berusaha
menjadi sempurna dalam kehidupan manusia ini, dan di antara beribu-ribu manusia
yang sempurna, hampir tidak satupun dapat mengerti apa arti Sri Krishna. Kalau
pun seseorang sudah mencapai kesempurnaan dengan keinsafan terhadap Brahman
yang tidak bersifat pribadi atau Paramatma yang berada dalam setempat, tidak
mungkin ia mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, tanpa ia
menjadi sadar akan Krishna.
7.27
icchā-dveṣa-samutthena
dvandva-mohena bhārata
sarva-bhūtāni sammohaḿ
sarge yānti parantapa
icchā—keinginan; dveṣa—dan rasa
benci; samutthena—timbul dari; dvandva—dari hal-hal yang relatif;
mohena—oleh khayalan; Bhārata—wahai prabhu dari keluarga Bhārata
; sarva—semua; bhūtāni—makhluk hidup; sammoham—dalam
khayalan; sarge—pada waktu dilahirkan; yānti—pergi; parantapa—wahai
penakluk musuh.
Terjemahan
Wahai prabhu dari keluarga Bhārata, wahai penakluk
musuh, semua makhluk hidup dilahirkan ke dalam khayalan, dan dibingungkan oleh
hal-hal relatif yang timbul dari keinginan dan rasa benci.
Penjelasan
Kedudukan dasar makhluk hidup yang sejati ialah
kedudukan takluk kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa adalah
pengetahuan yang murni. Bila seseorang dikhayalkan hingga dia berpisah dari
pengetahuan murni tersebut, ia dikendalikan oleh tenaga yang mengkhayalkan dan
dia tidak dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Tenaga yang mengkhayalkan
diwujudkan dalam hal-hal relatif berupa keinginan dan rasa benci. Akibat
keinginan dan rasa benci, orang bodoh ingin meninggal dengan Tuhan Yang Maha
Esa, dan dia iri hati kepada Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Para penyembah yang murni, yang tidak dikhayalkan atau dipengaruhi oleh
keinginan dan rasa benci, dapat mengerti bahwa Sri Krishna muncul atas kekuatan
dalam dari Diri-Nya, tetapi orang yang dikhayalkan oleh hal-hal relatif dan
kebodohan menganggap Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa diciptakan oleh
tenaga-tenaga material. Inilah nasib malang mereka. Orang yang dikhayalkan
seperti itu, menurut gejala-gejalanya, hidup dalam hal-hal relatif seperti
penghinaan dan penghormatan, suka dan duka, wanita dan laki-laki, baik dan
buruk, rasa senang dan rasa sakit dan sebagainya. Mereka berpikir, Ini isteri
saya; ini rumah saya; aku penguasa rumah ini; aku suami dan isteri ini."
Inilah hal-hal yang relatif dalam khayalan. Orang yang dikhayalkan oleh hal-hal
relatif bodoh sepenuhnya; karena itu, mereka tidak dapat mengerti Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa.
7.28
yeṣāḿ tv anta-gataḿ pāpaḿ
janānāḿ puṇya-karmaṇām
te dvandva-moha-nirmuktā
bhajante māḿ dṛḍha-vratāḥ
yeṣām—milik siapa; tu—tetapi; anta-gatam—dihilangkan
sepenuhnya; pāpam—dosa; janānām—orang; puṇya—saleh; karmaṇām—kegiatannya
dari sejak dahulu; te—mereka; dvandva—dari hal-hal relatif; moha—khayalan;
nirmuktaḥ—bebas dari; bhajante—menekuni bhakti; mām—kepada-Ku;
dṛḍha-vratāḥ—dengan ketabahan hati.
Terjemahan
Orang yang sudah bertindak dengan cara yang saleh
dalam penjelmaan-penjelmaan yang lalu dan dalam hidup ini dan dosanya sudah
dihilangkan sepenuhnya, dibebaskan dari hal-hal relatif berupa khayalan, dan
mereka menekuni bhakti kepada-Ku dengan ketabahan hati.
Penjelasan
Orang yang memenuhi syarat untuk diangkat sampai
kedudukan rohani disebut dalam ayat ini. Orang yang berdosa, tidak percaya
kepada Tuhan, bodoh dan penipu sulit sekali melampaui hal-hal relatif berupa
keinginan dan rasa benci. Hanya orang yang sudah hidup dengan mengisi waktunya
dalam latihan mengikuti prinsip-prinsip yang mengatur hal-hal keagamaan, sudah
bertindak dengan cara yang saleh dan sudah menaklukkan reaksi-reaksi dosa dapat
menerima bhakti dan berangsur-angsur naik sampai tingkat pengetahuan yang murni
terhadap Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian, berangsur-angsur, mereka
dapat bersemadi dengan khusuk kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Itulah
proses untuk menjadi mantap pada tingkat rohani. Dalam kesadaran Krishna naik tingkat
seperti ini dimungkinkan dalam pergaulan dengan penyembah-penyembah murni,
sebab dalam pergaulan dengan penyembah-penyembah murni seseorang dapat di
selamatkan dari khayalkan.
Dinyatakan dalam Srimad-Bhagavatam (5.5.2) bahwa
kalau seseorang sungguh-sungguh ingin mencapai pembebasan, ia harus mengabdikan
diri kepada para penyembah (mahat-sevam dvāram ahur vimukteh); tetapi orang
yang bergaul dengan orang duniawi sedang menempuh jalan menuju daerah kehidupan
yang paling gelap (tamo dvāram yositam sangi-sangam). Semua penyembah Krishna
berjalan keliling bumi ini hanya untuk menyelamatkan roh-roh yang terikat dari
khayalannya. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan tidak mengetahui
bahwa melupakan kedudukan dasarnya sebagai makhluk yang takluk kepada Tuhan
Yang Maha Esa adalah pelanggaran hukum Tuhan yang paling berat. Kalau seseorang
belum ditempatkan kembali dalam kedudukan dasarnya, tidak mungkin ia mengerti
Kepribadian Yang Paling Utama ataupun menjadi tekun sepenuhnya dalam cinta
bhakti rohani kepada Beliau dengan ketabahan hati.
7.29
jarā-maraṇa-mokṣāya
mām āśritya yatanti ye
te brahma tad viduḥ kṛtsnam
adhyātmaḿ karma cākhilam
jarā—dari usia tua; maraṇa—dan
kematian; mokṣāya—dengan tujuan pembebasan; mām—Aku; āśritya—berlindung
kepada; yatanti—usaha; ye—semua orang yang; te—orang
seperti itu; brahma—Brahman; tat—sebenarnya itu; viduḥ—mereka
mengenal; kṛtsnam—segala sesuatu; adhyātmām—rohani; karma—kegiatan;
ca—juga; akhilam—sepenuhnya.
Terjemahan
Orang cerdas yang sedang berusaha mencapai
pembebasan dari usia tua dan kematian berlindung kepada-Ku dalam bhakti. Mereka
sungguh-sungguh Brahman karena mereka mengetahui sepenuhnya segala sesuatu
tentang kegiatan rohani yang melampaui hal-hal duniawi.
Penjelasan
Kelahiran, kematian, usia tua dan penyakit
mempengaruhi badan material ini, tetapi tidak mempengaruhi badan rohani. Badan
rohani tidak mengalami kelahiran, kematian, usia tua maupun penyakit. Jadi,
orang yang mencapai badan rohani menjadi rekan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
dan menekuni bhakti yang kekal sungguh-sungguh sudah mencapai pembebasan. Aham
brahmasmi: diriku adalah roh. Dinyatakan bahwa seseorang harus mengerti bahwa
Diri-Nya adalah Brahman, atau roh. Paham hidup Brahman juga terdapat dalam
bhakti, sebagaimana diuraikan dalam ayat ini. Para penyembah yang murni mantap
pada tingkat rohani Brahman, dan mereka mengetahui segala sesuatu tentang
kegiatan rohani yang melampaui hal-hal duniawi.
Empat jenis penyembah yang belum murni namun telah
menekuni bhakti rohani kepada Tuhan mencapai tujuannya masing-masing, dan atas
karunia Tuhan Yang Maha Esa, bila mereka sadar akan Krishna sepenuhnya, mereka
sungguh-sungguh menikmati pergaulan rohani dengan Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi
orang yang menyembah dewa tidak pernah mencapai kepada Tuhan Yang Maha Esa di
planet Beliau yang paling utama. Orang yang kurang cerdas yang menginsafi
Brahman pun tidak dapat mencapai planet Krishna Yang Paling Utama bernama
Goloka Vrndavana. Hanya orang yang melakukan kegiatan dalam kesadaran Krishna
(mam asritya) sungguh-sungguh patut disebut Brahman, sebab mereka
sungguh-sungguh berusaha mencapai planet Krishna. Orang seperti itu tidak
ragu-ragu tentang Krishna, karena itu mereka sungguh-sungguh Brahman.
Orang yang tekun menyembah bentuk atau
arca-vigraha Tuhan, atau orang yang tekun bersemadi kepada Tuhan hanya untuk
mencapai pembebasan dari ikatan material, juga mengetahui arti Brahman,
adhibhuta, dan sebagainya atas karunia Tuhan, sebagaimana dijelaskan oleh Krishna
dalam bab berikut.
7.30
sādhibhūtādhidaivaḿ māḿ
sādhiyajñaḿ ca ye viduḥ
prayāṇa-kāle 'pi ca māḿ
te vidur yukta-cetasāḥ
sa-adhibhūta—dan prinsip yang mengatur
manifestasi material; adhidaivam—mengatur semua dewa; mām—Aku; sa-adhiyajñam—dan
mengendalikan semua korban suci; ca—juga; ye—orang yang; viduḥ—mengenal;
prayāṇa—dari kematian; kāle—pada waktu; api—walaupun; ca—dan;
mām—Aku; te—mereka; viduḥ—mengenal; yukta-cetasāḥ—pikirannya
tekun dalam Diri-Ku.
Terjemahan
Orang yang sadar kepada-Ku sepenuhnya, yang
mengenal Diri-Ku, Yang Mahakuasa, sebagai prinsip yang mengendalikan
manifestasi material, para dewa dan segala cara korban suci, dapat mengerti dan
mengenal Diri-Ku, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, bahkan pada saat meninggal
dunia sekalipun.
Penjelasan
Orang yang bertindak dalam kesadaran Krishna
tidak pernah disesatkan dari jalan pengertian sepenuhnya tentang Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pergaulan rohani kesadaran Krishna, seseorang dapat
mengerti bagaimana Tuhan Yang Maha Esa adalah prinsip yang mengendalikan
manifestasi material dan juga mengendalikan para dewa. Berangsur-angsur,
melalui pergaulan rohani seperti itu, seseorang yakin terhadap Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa, dan pada waktu meninggal, orang yang sadar akan Krishna
seperti itu tidak pernah dapat melupakan Krishna. Karena itu, sewajarnya ia
diangkat sampai planet Tuhan Yang Maha Esa, Goloka Vrndavana.
Bab Tujuh ini khususnya menjelaskan bagaimana
seseorang dapat menjadi sadar akan Krishna sepenuhnya. Awal kesadaran Krishna
adalah pergaulan dengan orang yang sadar akan Krishna. Pergaulan seperti itu
bersifat rohani dan memungkinkan seseorang mengadakan hubungan langsung dengan
Tuhan Yang Maha Esa, dan atas karunia Beliau, ia dapat mengerti bahwa Krishna
adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Pada waktu yang sama, seseorang
sungguh-sungguh dapat mengerti kedudukan dasar makhluk hidup dan bagaimana
makhluk hidup melupakan Krishna dan menjadi terikat dalam kegiatan material.
Dengan mengembangkan kesadaran Krishna secara bertahap dengan pergaulan yang
baik, makhluk hidup dapat mengerti bahwa Diri-Nya terikat oleh hukum-hukum alam
material karena ia telah melupakan Krishna. Ia juga dapat mengerti bahwa
kehidupan manusia ini adalah kesempatan untuk memperoleh kembali kesadaran
Krishna dan hendaknya kehidupan manusia ini digunakan sepenuhnya untuk mencapai
karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tiada sebabnya.
Banyak hal sudah dibicarakan di dalam bab ini:
Orang yang berduka cita, orang yang ingin tahu, orang yang memerlukan kebutuhan
material, pengetahuan tentang Brahman, pengetahuan tentang Paramatma,
pembebasan dari kelahiran, kematian dan penyakit, dan sembahyang kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Akan tetapi, orang yang sungguh-sungguh maju dalam kesadaran
Krishna tidak mempedulikan berbagai proses. Dia menekuni kegiatan kesadaran
Krishna secara langsung. Dengan demikian ia sungguh-sungguh mencapai kedudukan
dasarnya sebagai hamba Sri Krishna yang kekal. Dalam keadaan seperti itu, dia
senang mendengar dan memuji Tuhan Yang Maha Esa dalam pengabdian bhakti yang
murni. Dia yakin bahwa dengan demikian, segala tujuannya akan terpenuhi.
Ketabahan hati seperti ini disebut drdavrata, dan itu merupakan awal
bhakti-yoga, atau cinta-bhakti rohani. Itulah keputusan Kitab Suci. Bab Tujuh
dari Bhagavad-gita adalah hakekat keyakinan itu.
Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta
mengenai Bab Tujuh Srimad Bhagavad-gita perihal Pengetahuan Tentang Yang
Mutlak.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Visit Related Posts Below:
Mau Beli Buku Bhagavad-gita, Srimad-bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, dll?
Senin - Minggu - Hari Libur | 08.00 - 21.00 WIB | http://mahanilastore.blogspot.com
0812-7740-3909 dan 0819-9108-4996
SMS/PHONE : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
: 0819-9109-9321 (Mahanila)
WhatsApp : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
BBM : 5D40CF2D dan D5E8718B
Menjual buku-buku rohani Srimad Bhagavad-gita, Srimad Bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Purana, Kue Kering, Dupa, Aksesoris, Kartal, Mrdanga, Saree, Air Gangga, Dipa, Kurta, Dhotti, Kipas Cemara, Kipas Bulu Merak, Poster, Japamala, Kantong Japa, Gelang, Kantimala, Rok Gopi, Choli, Blues, Pin, Bros, Kaos, Desain Website dan Database Microsoft Access, Logo, Neon Box, Safety Sign dll.
Terimakasih Atas Kunjungan Anda.
Cara Mencapai Kepada
Yang Mahakuasa
8.1
Arjuna
uvāca
kiḿ
tad brahma kim adhyātmaḿ
kiḿ
karma puruṣottama
adhibhūtaḿ
ca kiḿ proktām
adhidaivaḿ
kim ucyate
Arjunaḥ
uvāca—Arjuna berkata; kim—apa; tat—itu;
brahma—Brahman; kim—apa; adhyātmām—sang diri; kim—apa;
karma—kegiatan untuk membuahkan hasil; puruṣa-uttama—o
Kepribadian Yang Paling Utama; adhibhūtam—manifestasi material; ca—dan;
kim—apa; proktām—disebut; adhidaivam—para dewa; kim—apa;
ucyate—disebut.
Terjemahan
Arjuna
berkata: O Tuhan Yang Maha Esa, o Kepribadian Yang Paling Utama, apa arti
Brahman? Apa itu sang diri? Apa arti kegiatan untuk membuahkan hasil? Apa arti
manifestasi material ini? Apa arti para dewa? Mohon menjelaskan hal-hal ini
kepada hamba.
Penjelasan
Dalam
bab ini Sri Krishna menjawab berbagai pertanyaan dari Arjuna, mulai dengan
pertanyaan Apa itu Brahman?" Krishna juga menjelaskan karma (kegiatan yang
dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala), bhakti serta prinsip-prinsip
yoga, dan bhakti dalam bentuknya yang murni. Dalam Srimad-Bhagavatam,
dijelaskan bahwa Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama disebut Brahman, Paramatma
dan Bhagavan. Di samping itu, makhluk hidup, roh yang individual, juga disebut
Brahman. Arjuna juga bertanya tentang atma, yang berarti badan, sang roh dan
pikiran. Menurut kamus Veda, atma menunjukkan pikiran, roh, badan dan
indera-indera.
Arjuna
menyapa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Purusottama, Kepribadian Yang Paling
Utama, yang berarti bahwa Arjuna mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini bukan
hanya kepada seorang kawan, tetapi kepada Kepribadian Yang Paling Utama, dengan
mengenal Beliau sebagai Penguasa tertinggi yang sanggup memberi jawaban yang
pasti.
8.2
adhiyajñaḥ kathaḿ ko 'tra
dehe 'smin madhusūdana
prayāṇa-kāle ca kathaḿ
jñeyo 'si niyatātmabhiḥ
adhiyajñaḥ—Penguasa korban suci; katham—bagaimana;
kaḥ—siapa; atra—di sini; dehe—dalam badan; asmin—ini;
Madhusūdana—o Madhusūdana; prayāṇa-kāle—pada waktu
meninggal; ca—dan; katham—bagaimana; jneyah asi—Anda dapat
dikenal; niyata-ātmabhiḥ—oleh orang yang mengendalikan diri.
Terjemahan
Siapakah Penguasa korban suci, dan bagaimana cara
Beliau bersemayam di dalam badan, wahai Madhusūdana? Bagaimana cara orang yang
tekun dalam bhakti dapat mengenal Anda pada saat meninggal?
Penjelasan
"Penguasa korban suci" juga bisa
berarti Indra atau Visnu. Visnu adalah Yang Paling Utama di antara dewa-dewa
utama, termasuk Brahma dan Siva, dan Indra adalah pemimpin para dewa yang
menjadi administrator. Indra dan Visnu disembah dalam pelaksanaan yajñā. Tetapi
di sini Arjuna bertanya siapa sebenarnya Penguasa yajñā (korban suci) dan
bagaimana cara Tuhan bersemayam di dalam badan makhluk hidup.
Arjuna menyebut nama Tuhan sebagai Madhusūdana
karena Krishna pernah membunuh seorang raksasa yang bernama Madhu. Sebenarnya
pertanyaan pertanyaan ini, mencerminkan keragu-raguan, yang seharusnya tidak
timbul di dalam pikiran Arjuna, sebab Arjuna adalah penyembah yang sadar akan
Krishna. Karena itu, keragu-raguan tersebut adalah seperti raksasa. Oleh karena
Krishna sangat ahli membunuh raksasa, di sini Arjuna menyebutkan Krishna
sebagai Madhusūdana agar Krishna membunuh keragu-raguan yang telah timbul di
dalam pikiran Arjuna bagaikan seorang raksasa.
Kata prayāṇa-kāle dalam ayat ini bermakna
sekali, sebab apapun yang kita lakukan dalam hidup ini akan diuji pada saat
meninggal. Arjuna ingin sekali mengetahui tentang orang yang senantiasa tekun
dalam kesadaran Krishna. Bagaimana seharusnya kedudukan mereka pada saat
terakhir? Pada saat kematian, semua fungsi badan menjadi kacau, dan keadaan
pikiran tidak sebagaimana mestinya. Kalau seseorang diganggu oleh keadaan
jasmani seperti itu, mungkin ia tidak dapat ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Maharājā Kulasekhara, seorang penyembah yang mulia, berdoa, Tuhan yang hamba
cintai, saat ini hamba sehat saja. Karena itu, lebih baik hamba segera
meninggal dunia supaya angsa pikiranku dapat memasuki tangkai kaki
padmaMu." Contoh tersebut digunakan sebab burung angsa, sejenis burung
air, senang menggali pada tangkai bunga padma; burung angsa cenderung suka
masuk ke dalam bunga padma. Maharājā Kulasekhara berdoa kepada Tuhan, Sekarang
pikiran hamba tidak terganggu, dan hamba sehat saja. Kalau hamba segera
meninggal dunia, sambil berpikir tentang kakipadma Mu, pasti pelaksanaan bhakti
hamba kepada Anda akan menjadi sempurna. Tetapi kalau hamba harus menunggu
sampai hamba meninggal secara wajar, hamba tidak mengetahui apa yang akan
terjadi, sebab pada saat itu fungsi-fungsi badan akan terganggu, tenggorokan
hamba akan tersendat-tersendat, dan hamba tidak mengetahui apakah hamba dapat
mengucapkan nama suci Anda. Lebih baik hamba segera meninggal dunia."
Arjuna bertanya bagaimana seseorang dapat memusatkan pikirannya kepada
kakipadma Krishna pada saat seperti itu.
8.3
śrī-bhagavān uvāca
akṣaraḿ brahma paramaḿ
svabhāvo 'dhyātmam ucyate
bhūta-bhāvodbhava-karo
visargaḥ karma-saḿjñitaḥ
Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa bersabda; akṣaram—tidak dapat dimusnahkan; brahma—Brahman;
paramam—rohani dan melampaui hal-hal duniawi; sva-bhāvaḥ—sifat
kekal; adhyātmām—sang diri; ucyate—disebut; bhūta-bhāva-udbhava-karaḥ—menghasilkan
badan-badan jasmani para makhluk hidup; visargaḥ—ciptaan; karma—kegiatan
yang dimaksud untuk membuahkan hasil atau pahala; saḿjñitaḥ—disebut.
Terjemahan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Makhluk
hidup yang tidak dapat dimusnahkan dan bersifat rohani disebut Brahman, dan
sifatnya yang kekal disebut adhyātma, atau sang diri. Perbuatan berhubungan
dengan perkembangan badan-badan jasmani para makhluk hidup disebut karma atau
kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala.
Penjelasan
Brahman tidak dapat dimusnahkan dan berada untuk
selamanya. Kedudukan dasar Brahman tidak pernah berubah sama sekali. Tetapi di
luar Brahman ada Parabrahman. Brahman berarti makhluk hidup, dan Parabrahman
berarti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kedudukan dasar makhluk hidup berbeda
dari kedudukan yang diambilnya di dunia material. Bila kesadaran makhluk hidup
bersifat material, menurut sifatnya dia berusaha menjadi penguasa alam, tetapi
bila kesadarannya rohani, yaitu sadar akan Krishna, kedudukannya ialah
pengabdian diri kepada Yang Mahakuasa. Bila kesadaran makhluk hidup bersifat
meterial, ia harus menerima berbagai jenis badan di dunia material. Itu disebut
karma, atau berbagai jenis ciptaan menurut kekuatan kesadaran material.
Dalam sastra Veda, makhluk hidup disebut jivatma
dan Brahman, tetapi dia tidak pernah disebut Parabrahman. Makhluk hidup
(jivatma) mengambil berbagai kedudukan—kadang-kadang ia menunggal di dalam alam
material yang gelap dan mempersamakan Diri-Nya dengan alam, dan kadang-kadang
ia mempersamakan Diri-Nya dengan alam utama atau alam rohani. Karena itu,
makhluk hidup disebut tenaga pinggir Tuhan Yang Maha Esa. Dia menerima badan
material atau badan rohani bergantung pada apakah dia mempersamakan Diri-Nya
dengan alam material atau alam rohani. Di alam material, dia dapat mengambil
badan dari salah satu di antara 8.400.000 jenis kehidupan, tetapi di alam
rohani, badannya satu saja. Di alam material ia kadang-kadang berwujud sebagai
manusia, dewa, binatang, burung, dan sebagainya, menurut karmanya. Untuk
mencapai planet-planet material yang disebut surga dan menikmati fasilitas di
sana, kadang-kadang ia melakukan korban suci (yajñā), tetapi bila pahala dari
perbuatannya habis, dia kembali lagi ke bumi dalam bentuk seorang manusia.
Proses ini disebut karma.
Dalam Chandogya Upanisad, proses korban suci
dalam Veda diuraikan. Lima jenis persembahan dihaturkan ke dalam lima jenis api
di tempat menghaturkan korban suci. Lima jenis api dipahami sebagai
planet-planet surga, awan, bumi, pria dan wanita, dan lima jenis persembahan
korban suci adalah kepercayaan, kepribadian yang menikmati di bulan, hujan,
biji-bijian dan air mani.
Dalam proses korban suci, makhluk hidup
menghaturkan korban khusus untuk mencapai planet-planet surga tertentu, dan
dengan demikian ia mencapai planet-planet itu. Bila pahala korban suci habis,
makhluk hidup turun ke bumi dalam bentuk hujan, kemudian mengambil bentuk
sebagai biji-bijian. Biji-bijian itu dimakan oleh seorang manusia dan diubah
menjadi air mani, yang menyebabkan seorang wanita hamil. Dengan demikian,
sekali lagi makhluk hidup mencapai bentuk manusia untuk melakukan korban suci
dan mengulangi perputaran yang sama dengan cara tersebut. Seperti inilah
makhluk hidup datang dan pergi untuk selamanya dalam menempuh jalan material.
Akan tetapi, orang yang sadar akan Krishna menghindari korban-korban suci
seperti yang tersebut di atas. Dia mulai melakukan kesadaran Krishna secara
langsung, dan dengan demikian ia mempersiapkan diri untuk kembali kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Para penafsir Bhagavad-gita yang tidak mengakui
bentuk pribadi Tuhan dengan cara yang tidak masuk akal menduga bahwa Brahman
mengambil bentuk jiva di dunia material, dan untuk membuktikan dugaan ini
mereka menyebutkan Bab Lima Belas, ayat tujuh, dari Bhagavad-gita. Tetapi dalam
ayat ini Krishna juga membicarakan makhluk hidup sebagai Bagian percikan yang
kekal dari Diri-Ku." bagian percikan dari Tuhan Yang Maha Esa, yaitu
makhluk hidup, barangkali jatuh ke dalam dunia material, tetapi Tuhan Yang Maha
Esa (Acyuta) tidak pernah jatuh. Karena itu, dugaan tersebut bahwa Brahman yang
Paling Utama mengambil bentuk sebagai jiva tidak dapat diterima. Dalam sastra
Veda, Brahman (makhluk hidup) dibedakan dari Parabrahman (Tuhan Yang Maha Esa).
Kenyataan ini penting dan harus diingat.
8.4
adhibhūtaḿ kṣaro bhāvaḥ
puruṣaś cādhidaivatam
adhiyajño 'ham evātra
dehe deha-bhṛtāḿ vara
adhibhūtam—manifestasi alam ini; kṣaraḥ—berubah
senantiasa; bhāvaḥ—sifat; puruṣaḥ—bentuk semesta termasuk
semua dewa, seperti matahari dan bulan; ca—dan; adhidaivatam—disebut
adidaiva; adhiyajñaḥ—Roh Yang Utama; aham—Aku (Krishna); evā—pasti;
atra—dalam ini; dehe—badan; dehabhṛtam—dari yang berada
di dalam badan; vara—wahai yang paling baik.
Terjemahan
Wahai yang paling baik di antara para makhluk
yang berada di dalam badan, alam, yang berubah senantiasa, disebut adhi-bhuta
[manifestasi material]. Bentuk semesta Tuhan, termasuk semua dewa, seperti dewa
matahari dan dewa bulan, disebut adhi-daiva. Aku, Tuhan Yang Maha Esa, yang
berwujud sebagai Roh Yang Utama di dalam hati setiap makhluk yang berada di
dalam badan, disebut adhi-yajna [Penguasa korban suci].
Penjelasan
Alam ini senantiasa berubah. Badan-badan material
pada umumnya mengalami enam tahap: Badan-badan itu dilahirkan, tumbuh, tahan
selama beberapa waktu, menghasilkan sesuatu, merosot, dan kemudian lenyap. Alam
ini disebut adhi-bhuta. Alam ini diciptakan pada saat tertentu dan akan dilebur
pada saat tertentu. Paham bentuk semesta Tuhan Yang Maha Esa, termasuk semua
dewa dan berbagai planet para dewa, disebut adhi-daivata. Roh Yang Utama berada
di dalam badan mendampingi roh yang individual. Roh Yang Utama adalah
perwujudan yang berkuasa penuh dari Sri Krishna. Roh Yang Utama disebut
Paramatma atau adhi-yajna dan Beliau bersemayam di dalam hati. Kata eva
mempunyai makna khusus berhubungan dengan ayat ini, sebab dengan kata ini
Krishna menggarisbawahi bahwa Paramatma tidak berbeda dari Diri-Nya. Roh Yang
Utama, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, bersemayam di sisi roh yang individual,
Roh Yang Utama menyaksikan kegiatan roh yang individual dan Beliau adalah
sumber berbagai jenis kesadaran sang roh. Roh Yang Utama memberi kesempatan
kepada roh yang individual untuk bertindak secara bebas dan Beliau menyaksikan
kegiatan makhluk hidup itu. Fungsi-fungsi berbagai manifestasi Tuhan Yang Maha
Esa tersebut menjadi jelas dengan sendirinya bagi seorang penyembah murni yang
sadar akan Krishna dan tekun dalam pengabdian rohani kepada Tuhan. Bentuk
semesta Tuhan yang besar sekali disebut adhi-daivata. Bentuk itu direnungkan
oleh orang yang baru mulai belajar dan belum dapat mendekati Tuhan Yang Maha
Esa dalam manifestasinya sebagai Roh Yang Utama. Seorang murid yang baru mulai
belajar dianjurkan merenungkan bentuk semesta, atau virat-purusa. Planet-planet
yang rendah dianggap sebagai kaki virat-purusa. Matahari dan bulan dianggap
sebagai mata Beliau, dan susunan planet yang lebih tinggi sebagai kepala-Nya.
8.5
anta-kāle ca mām eva
smaran muktvā kalevaram
yaḥ prayāti sa mad-bhāvaḿ
yāti nāsty atra saḿśayaḥ
anta-kāle—pada akhir hidup; ca—juga;
mām—Aku; evā—pasti; smaran—ingat; muktvā—meninggalkan;
kalevaram—badan; yaḥ—dia yang; prayāti—pergi; saḥ—dia;
mat-bhāvam—sifat-Ku; yāti—mencapai; na—tidak; asti—ada;
atra—di sini; saḿśayaḥ—keragu-raguan.
Terjemahan
Siapapun yang meninggalkan badannya pada saat
ajalnya sambil ingat kepada-Ku, segera mencapai sifat-Ku. Kenyataan ini tidak
dapat diragukan.
Penjelasan
Dalam ayat ini, pentingnya kesadaran Krishna
ditegaskan. Siapapun yang meninggalkan badannya dalam kesadaran Krishna segera
dipindahkan ke alam rohani Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa adalah Yang
Mahasuci. Karena itu, siapapun yang senantiasa sadar akan Krishna juga paling
suci di antara semua orang suci. Kata smaran (ingat") penting dalam ayat ini.
Roh yang tidak suci yang belum mempraktekkan kesadaran Krishna dalam bhakti
tidak mungkin ingat kepada Krishna. Karena itu, hendaknya orang berlatih
kesadaran Krishna sejak awal kehidupannya. Kalau seseorang ingin mencapai
sukses pada akhir riwayatnya, proses ingat kepada Krishna adalah syarat mutlak.
Karena itu, hendaknya orang senantiasa mengucapkan mahamantra Hare Krishna,
Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma,
Hare Hare secara terus menerus. Sri Caitanya Mahaprabhu menganjurkan supaya
seseorang bersikap toleransi seperti sebatang pohon (taror iva sahisnuna).
Barangkali ada begitu banyak rintangan yang harus dihadapi oleh orang yang
sedang mengucapkan mantra Hare Krishna. Walaupun demikian, ia harus tahan
terhadap segala rintangan itu, dan terus mengucapkan Hare Krishna, Hare
Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare
Hare, supaya pada akhir riwayatnya ia dapat memperoleh manfaat yang sempurna
dari kesadaran Krishna.
8.6
yaḿ yaḿ vāpi smaran bhāvaḿ
tyajaty ante kalevaram
taḿ tam evaiti kaunteya
sadā tad-bhāva-bhāvitaḥ
yam yam—apapun; vā api—sama sekali;
smaran—ingat; bhāvam—sifat; tyajati—meninggalkan; ante—pada
akhir; kalevaram—badan ini; tam tam—seperti itu juga; evā—pasti;
eti—mendapat; kaunteya—wahai putera Kuntī ; sadā—selalu;
tat—itu; bhava—keadaan hidup; bhāvitaḥ—ingat.
Terjemahan
Keadaan hidup manapun yang diingat seseorang pada
saat ia meninggalkan badannya, pasti keadaan itulah yang akan dicapainya, wahai
putera Kuntī .
Penjelasan
Proses mengubah sifat orang pada saat kematian
yang sangat menentukan dijelaskan di sini. Orang yang meninggalkan badannya
pada akhir riwayatnya sambil berpikir tentang Krishna akan mencapai alam rohani
Tuhan Yang Maha Esa, tetapi tidak benar bahwa orang yang memikirkan sesuatu
selain Krishna akan mencapai keadaan rohani yang sama. Hendaknya kita
memperhatikan kenyataan ini dengan seksama sekali. Bagaimana cara seseorang
dapat meninggal dunia dengan keadaan pikiran yang benar? Walaupun Maharājā
Bhārata adalah kepribadian yang mulia, beliau memikirkan seekor
rusa pada akhir riwayatnya, dan sebagai akibatnya dalam penjelmaan berikutnya
ia diubah sehingga memiliki badan seekor rusa. Setelah menjadi rusa, dia tetap
mengenang kegiatannya pada masa lampau, namun dia terpaksa menerima badan
sebagai binatang seperti itu. Tentu saja pikiran seseorang selama kehidupannya,
menumpuk untuk mempengaruhi pikirannya pada saat ia meninggal. Jadi, kehidupan
ini menciptakan penjelmaan yang akan datang. Kalau dalam kehidupan sekarang
seseorang hidup dalam sifat kebaikan dan selalu berpikir tentang Krishna,
dimungkinkan ia dapat ingat kepada Krishna pada akhir riwayatnya. Kalau ia
ingat kepada Krishna pada akhir riwayatnya, itu akan membantu Diri-Nya untuk
dipindahkan ke alam rohani Krishna. Kalau seseorang khusuk berpikir secara
rohani dalam pengabdian kepada Krishna, maka badan berikutnya akan bersifat
rohani (spiritual), bukan material. Karena itu, cara mengucapkan mantra Hare
Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma
Rāma, Hare Hare adalah cara terbaik untuk mencapai sukses dalam mengubah
keadaan hidup pada akhir riwayat.
8.7
tasmāt sarveṣu kāleṣu
mām anusmara yudhya ca
mayy arpita-mano-buddhir
mām evaiṣyasy asaḿśayaḥ
tasmāt—karena itu; sarveṣu—pada
segala; kāleṣu—waktu; mām—Aku; anusmara—ingat terus; yudhya—bertempur;
ca—juga; mayi—kepada-Ku; arpita—menyerahkan diri; manaḥ—pikiran;
buddhiḥ—kecerdasan; mām—kepada-Ku; evā—pasti; eṣyasi—engkau
akan mencapai; asaḿśayaḥ—tidak dapat diragukan.
Terjemahan
Wahai Arjuna, karena itu, hendaknya engkau selalu
berpikir tentang-Ku dalam bentuk Krishna dan pada waktu yang sama melaksanakan
tugas kewajibanmu, yaitu bertempur. Dengan kegiatanmu dipersembahkan kepada-Ku
pikiran dan kecerdasanmu dipusatkan kepada-Ku, tidak dapat diragukan bahwa
engkau akan mencapai kepada-Ku.
Penjelasan
Ajaran yang disampaikan kepada Arjuna ini penting
sekali untuk semua orang yang sibuk dalam kegiatan material. Krishna tidak
mengatakan bahwa seseorang harus meninggalkan tugas-tugas kewajiban maupun
kesibukannya. Ia dapat melanjutkan kegiatan itu dan pada waktu yang sama
berpikir tentang Krishna dengan cara mengucapkan mantra Hare Krishna. Ini akan
membebaskan Diri-Nya dari pengaruh material dan menyebabkan pikiran dan
kecerdasannya tekun dalam Krishna. Dengan mengucapkan nama-nama Krishna,
seseorang akan dipindahkan ke planet yang paling utama, Krishnaloka. Kenyataan
ini tidak dapat diragukan.
8.8
abhyāsa-yoga-yuktena
cetasā nānya-gāminā
paramaḿ puruṣaḿ divyaḿ
yāti pārthānucintayan
abhyāsa-yoga—dengan latihan;
yuktena—dengan menekuni semadi;
cetasā—oleh
pikiran dan kecerdasan;
na anya-gāminā—tanpa pikiran dan kecerdasan
disesatkan;
paramam—Yang Mahakuasa;
puruṣam—Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa;
divyam—rohani;
yāti—seseorang mencapai;
pārtha—wahai
putera
Pṛthā;
anucintayan—senantiasa berpikir tentang.
Terjemahan
Orang yang bersemadi kepadaku sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa,
dengan pikirannya senantiasa tekun ingat kepada-Ku, dan tidak pernah menyimpang
dari jalan itu, dialah yang pasti mencapai kepada-Ku, wahai Pārtha.
Penjelasan
Di dalam ayat ini Sri Krishna menegaskan bahwa ingat kepada Krishna sangat
penting. Ingatan seseorang terhadap Krishna dihidupkan kembali dengan cara
mengucapkan mahamantra, Hare Krishna. Dengan latihan ini, yaitu mengucapkan dan
mendengar getaran suara Tuhan Yang Maha Esa, telinga, lidah dan pikiran
seseorang dijadikan tekun. Semadi batin tersebut mudah sekali dipraktekkan dan
membantu seseorang untuk mencapai kepada Tuhan Yang Maha Esa. Puruṣam
berarti kepribadian yang menikmati. Walaupun para makhluk hidup termasuk
tenaga pinggir dari Tuhan Yang Maha Esa, mereka dipengaruhi secara material.
Mereka menganggap Diri-Nya yang menikmati, tetapi sebenarnya mereka bukan
kepribadian tertinggi yang menikmati. Di sini dinyatakan dengan jelas bahwa
Kepribadian Yang Paling Utama yang menikmati ialah Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa Sendiri dalam berbagai manifestasi dan penjelmaan-Nya yang berkuasa penuh
sebagai Narayana, Vasudeva, dan sebagainya.
Seorang penyembah dapat senantiasa memikirkan tujuan
sembahyangnya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dalam salah satu di antara
aspek-aspek-Nya—Narayana, Krishna, Rāma, dan sebagainya—dengan cara mengucapkan
mantra Hare Krishna. Latihan ini akan menyucikan penyembah tersebut sehingga
pada akhir riwayatnya, dia akan dipindahkan ke kerajaan Tuhan karena dia
senantiasa mengucapkan mantra itu. Latihan yoga berarti bersemadi kepada Roh
Yang Utama di dalam hati; begitu pula, dengan mengucapkan mantra Hare Krishna
seseorang dapat memusatkan pikirannya agar selalu mantap kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Pikiran selalu berubah-ubah. Karena itu, pikiran harus dipaksakan supaya
memikirkan Krishna. Salah satu contoh yang sering dikemukakan ialah ulat yang
berpikir untuk menjadi kupu-kupu, dan dengan demikian badannya diubah menjadi
kupu-kupu dalam kehidupan itu juga. Begitu pula, kalau kita senantiasa berpikir
tentang Krishna, pasti pada akhir kehidupan, kita akan mempunyai badan dengan
sifat yang sama seperti Krishna.
8.9
kaviḿ purāṇam anuśāsitāram
aṇor aṇīyāḿsam anusmared
yaḥ
sarvasya dhātāram
acintya-rūpam
āditya-varṇaḿ tamasaḥ
parastāt
kavim—Yang Mahatahu; purāṇam—Yang
paling tua; anuśāsitāram—Yang mengendalikan; aṇoḥ—daripada
atom; aṇīyāḿsam—lebih kecil; anusmaret—selalu berpikir tentang;
yaḥ—orang yang; sarvasya—mengenai segala sesuatu; dhātāram—Pemelihara;
acintya—tidak dapat dibayangkan; rūpam—yang bentuk-Nya; āditya-varṇam—bercahaya
bagaikan matahari; tamasaḥ—ada kegelapan; parastāt—melampaui.
Terjemahan
Hendaknya seseorang bersemadi kepada Kepribadian
Yang Paling Utama sebagai yang Mahatahu. Yang paling tua, Yang mengendalikan,
lebih kecil daripada yang paling kecil, Pemelihara segala sesuatu, Yang berada
di luar segala paham material, Yang tidak dapat dibayangkan, dan selalu
bersifat kepribadian. Beliau bercahaya seperti matahari, dan Beliau bersifat rohani,
di luar alam material ini.
Penjelasan
Proses berpikir tentang Yang Mahakuasa disebut
dalam ayat ini. Yang paling penting ialah bahwa Tuhan bukan tanpa sifat pribadi
dan Tuhan bukan kekosongan. Seseorang tidak akan dapat bersemadi pada
kekosongan atau pada sesuatu yang tidak bersifat pribadi. Itu sulit sekali.
Akan tetapi, proses berpikir tentang Krishna mudah sekali dan dinyatakan dengan
jelas di sini. Pertama, Tuhan adalah purusa, Kepribadian—kita berpikir tentang Kepribadian
Rāma dan Kepribadian Krishna. Baik seseorang berpikir tentang Rāma maupun
Krishna, sifat Beliau diuraikan dalam Bhagavad-gita ayat ini. Tuhan adalah
kavi; yaitu, Beliau mengetahui masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan
datang. Karena itu Beliau mengetahui segala sesuatu. Tuhan adalah Kepribadian
yang paling tua, Beliau adalah asal mula segala sesuatu; segala sesuatu
dilahirkan dari Beliau. Tuhan adalah Yang Mahakuasa di alam semesta, dan Beliau
adalah Pemelihara dan guru manusia. Beliau lebih kecil daripada yang paling
kecil. Ukuran makhluk hidup adalah sepersepuluh ribu ujung bulu atau rambut,
tetapi Tuhan sangat kecil secara tidak terhingga sehingga Beliau dapat masuk
kedalam inti butir yang kecil itu. Karena itu, Tuhan lebih kecil daripada yang
paling kecil. Sebagai Yang Mahakuasa, Beliau dapat masuk ke dalam atom dan ke
dalam hati roh yang paling kecil dan mengendalikannya sebagai Roh Yang Utama.
Walaupun Beliau sangat kecil, Beliau tetap berada di mana-mana dan memelihara
segala sesuatu. Semua susunan planet ini dipelihara oleh Beliau. Kita sering
merenungkan bagaimana planet-planet yang besar melayang di udara. Dinyatakan di
sini bahwa Tuhan Yang Maha Esa memelihara semua planet yang besar dan susunan
bimasakti dengan tenaga-Nya yang tidak dapat dibayangkan. Kata acintya (tidak
dapat dibayangkan") bermakna berhubungan dengan hal ini. Tenaga Tuhan di
luar paham kita, di luar jangkauan pikiran kita. Karena itu, tenaga Tuhan
disebut acintya yang berarti tidak dapat dibayangkan. Siapa yang dapat
membantah kenyataan ini? Tuhan Yang Maha Esa berada di mana-mana di dunia
material ini, namun Beliau berada di luar dunia material ini. Dunia material
ini pun di luar jangkauan pikiran kita, dan dunia material kecil sekali
dibandingkan dengan dunia rohani—karena itu, bagaimana mungkin kita dapat
memahami apa yang ada di luar dunia ini? Acintya berarti sesuatu di luar dunia
material ini, sesuatu di luar jangkauan argumentasi, logika angan-angan
filsafat kita, sesuatu yang tidak dapat dibayangkan. Karena itu, orang cerdas
sebaiknya menghindari argumentasi dan angan-angan yang tidak berguna, menerima
apa yang dinyatakan dalam Kitab Suci seperti Veda, Bhagavad-gita dan
Srimad-Bhagavatam dan mengikuti prinsip-prinsip tercantum dalam Kitab-kitab
Suci itu. Kebijaksanaan ini akan membawa seseorang sampai tingkat pengertian.
8.10
prayāṇa-kāle manasācalena
bhaktyā yukto yoga-balena
caiva
bhruvor madhye prāṇam āveśya
samyak
sa taḿ paraḿ puruṣam
upaiti divyam
prayāṇa-kāle—pada saat-saat meninggal; manasā—oleh
pikiran; acalena—tanpa disesatkan; bhaktyā—dalam bhakti
sepenuhnya; yuktaḥ—tekun; yoga-balena—oleh kekuatan yoga
kebatinan; ca—juga; evā—pasti; bhruvoḥ—dua alis mata; madhye—di
tengah-tengah antara; prāṇam—udara kehidupan; āveśya—memantapkan;
samyak—sepenuhnya; saḥ—dia; tam—itu; param—rohani;
puruṣam—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; upaiti—mencapai; divyam—di
kerajaan rohani.
Terjemahan
Pada saat meninggal, orang yang memusatkan udara
kehidupannya di tengah-tengah antara kedua alis matanya dan tekun ingat kepada
Tuhan Yang Maha Esa dalam bhakti sepenuhnya melalui kekuatan yoga, dengan
pikiran yang tidak pernah menyimpang, pasti akan mencapai kepada Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa.
Penjelasan
Dalam ayat ini dinyatakan dengan jelas bahwa pada
saat meninggal pikiran harus dipusatkan dalam bhakti kepada Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa. Dianjurkan supaya orang yang sudah terlatih dalam yoga,
menaikkan daya hidupnya sampai di tengah-tengah antara kedua alis mata (sampai
ajnacakra). Latihan sat-cakrayoga, yang menyangkut semadi pada enam cakra,
diusulkan di sini. Seorang penyembah yang murni tidak berlatih yoga seperti
itu, tetapi oleh karena ia selalu tekun dalam kesadaran Krishna, pada saat
meninggal ia dapat ingat kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa atas karunia
Beliau. Ini dijelaskan dalam ayat empat belas.
Penggunaan khusus kata yoga-balena bermakna dalam
ayat ini, sebab tanpa berlatih yoga—baik sat-cakra-yoga maupun
bhakti-yoga—seseorang tidak dapat mencapai keadaan hidup yang bersifat rohani
pada saat meninggal. Seseorang tidak dapat tiba-tiba ingat Tuhan Yang Maha Esa
pada saat meninggal. Seharusnya dia sudah berlatih salah satu sistem yoga,
khususnya sistem bhakti-yoga. Oleh karena pikiran pada saat meninggal sangat
terganggu, orang harus berlatih kerohanian melalui yoga semasa hidupnya.
8.11
yad akṣaraḿ veda-vido
vādānti
viśanti yad yatayo
vīta-rāgāḥ
yad icchanto brahmacaryaḿ
caranti
tat te padaḿ sańgraheṇa
pravakṣye
yat—itu yang; akṣaram—suku kata
om; veda-vidaḥ—orang yang menguasai Veda; vādānti—mengatakan; viśanti—masuk;
yat—dalam itu; yatayaḥ—resi-resi yang mulia; vīta-rāgāḥ—pada
tingkat hidup untuk meninggalkan hal-hal duniawi; yat—itu yang; icchantaḥ—menginginkan;
brahmācāryam—berpantangan hubungan suami isteri; caranti—berlatih;
tat—itu; te—kepada engkau; padam—keadaan; sańgraheṇa—sebagai
ringkasan; pravakṣye—Aku akan menjelaskan.
Terjemahan
Orang yang berpengetahuan tentang Veda, yang
mengucapkan oḿ-kāra dan menjadi resi-resi yang mulia pada tingkatan hidup
untuk meninggalkan hal-hal duniawi masuk ke dalam Brahman. Jika seseorang
menginginkan kesempurnaan seperti itu, ia berpantang hubungan suami isteri.
Sekarang Aku akan menjelaskan kepadamu secara singkat proses yang memungkinkan
seseorang mencapai pembebasan.
Penjelasan
Sri Krishna telah menganjurkan latihan
sat-cakrayoga kepada Arjuna. Dalam sat-cakrayoga, seseorang menempatkan udara
kehidupan ditengah-tengah antara kedua alis matanya. Krishna menduga bahwa
mungkin Arjuna belum mengetahui cara berlatih sat-cakrayoga. Karena itu,
Krishna menjelaskan proses tersebut dalam ayat-ayat berikut. Krishna menyatakan
walaupun Brahman adalah yang satu dan tiada duanya, Brahman mempunyai berbagai
manifestasi dan ciri. Khususnya bagi orang yang tidak mengakui bentuk pribadi
Tuhan, akṣara, atau oḿ-kāra—suku kata om—identik dengan Brahman. Di sini
Krishna menjelaskan tentang Brahman yang tidak bersifat pribadi. Resi-resi pada
tingkatan hidup untuk meninggalkan hal-hal duniawi masuk ke dalam Brahman itu.
Dalam sistem pengetahuan Veda, sejak awal
murid-murid diajarkan cara mengucapkan kata om, dan mereka belajar tentang
Brahman yang tidak bersifat pribadi dan paling tinggi dengan cara hidup bersama
guru kerohanian dan berpantang hubungan suami isteri sama sekali. Dengan cara
demikian, mereka menginsafi dua aspek Brahman. Latihan ini sangat diperlukan
supaya seorang siswa maju dalam kehidupan rohani, tetapi saat ini hidup sebagai
brahmacari (tidak menikah dan berpantang hubungan suami isteri sepenuhnya)
tidak mungkin. Susunan masyarakat dunia sudah mengalami perubahan yang begitu
besar sehingga tidak mungkin seseorang berpantang hubungan suami isteri sejak
dia mulai berguru dan menjadi murid. Di seluruh dunia ada banyak lembaga untuk
berbagai jenis pengetahuan, tetapi belum ada suatu lembaga yang diakui untuk
mendidik siswa-siswa dalam prinsip-prinsip brahmacari. Kalau seseorang tidak
berlatih pantangan hubungan suami isteri, kemajuan dalam kehidupan rohani sulit
sekali. Karena itu, Sri Caitanya Mahaprabhu mengumumkan bahwa pada jaman
ini, menurut aturan Kitab suci untuk jaman Kali ini, satu-satunya proses
menginsafi Yang Mahakuasa yang mungkin dijalankan ialah cara memuji nama-nama
suci Sri Krishna: Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare/ Hare
Rāma Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare.
8.12
sarva-dvārāṇi saḿyamya
mano hṛdi nirudhya ca
mūrdhny ādhāyātmanaḥ prāṇam
āsthito yoga-dhāraṇām
sarva-dvārāṇi—semua pintu gerbang pada
badan; saḿyamya—mengendalikan; manaḥ—pikiran; hṛdi—di
dalam jantung; nirudhya—mengurung; ca—juga; mūrdhni—pada
kepala; ādhāya—memantapkan; ātmanāḥ—sang roh; prāṇam—udara
kehidupan; āsthitāḥ—mantap dalam; yoga-dhāraṇām—keadaan yoga.
Terjemahan
Keadaan yoga ialah ketidakterikatan terhadap
segala kesibukan indera-indera. Dengan menutup segala pintu indera-indera dan
memusatkan pikiran pada jantung dan udara kehidupan pada ubun-ubun, seseorang
menjadi mantap dalam yoga.
Penjelasan
Untuk berlatih yoga sebagaimana dianjurkan di
sini, lebih dahulu seseorang harus menutup gerbang segala kenikmatan
indera-indera. Latihan ini disebut pratyahara, atau menarik indera-indera dari
obyek indera. Indera-indera untuk mengumpulkan pengetahuan—mata, telinga,
hidung, lidah dan peraba hendaknya dikendalikan sepenuhnya dan jangan dibiarkan
menjadi sibuk dalam kepuasan sendiri. Dengan cara demikian, pikiran dipusatkan
kepada Roh Yang Utama di dalam jantung, dan daya hidup diangkat sampai
ubun-ubun. Dalam Bab Enam, proses ini diuraikan secara terperinci. Tetapi
sebagaimana disebut dalam Bab Enam, latihan ini tidak praktis pada jaman ini.
Proses terbaik ialah kesadaran Krishna. Kalau seseorang selalu dapat memusatkan
pikirannya kepada Krishna dalam bhakti, mudah sekali berada dalam semadi rohani
yang tidak terganggu, atau dalam samadhi.
8.13
oḿ ity ekākṣaraḿ brahma
vyāharan mām anusmaran
yaḥ prayāti tyajan dehaḿ
sa yāti paramāḿ gatim
oḿ—gabungan huruf (oḿ-kāra); iti—demikian;
eka-akṣaram—suku kata yang satu; brahma—mutlak; vyāharan—mengucapkan;
mām—Aku (Krishna); anusmaran—ingat; yaḥ—siapapun yang; prayāti—meninggalkan;
tyajan—melepaskan; deham—badan ini; saḥ—dia; yāti—mencapai;
paramam—Yang Mahakuasa; gatim—tujuan.
Terjemahan
Sesudah seseorang mantap dalam latihan yoga ini
dan mengucapkan suku kata suci om, gabungan huruf yang paling utama, kalau dia
berpikir tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan meninggalkan badannya,
pasti dia akan mencapai planet-planet rohani.
Penjelasan
Dinyatakan dengan jelas di sini bahwa om, Brahman
dan Sri Krishna tidak berbeda. Suara yang tidak bersifat pribadi dari Krishna
adalah om, tetapi suara Hare Krishna mengandung om. Ucapan mantra Hare Krishna
dianjurkan dengan jelas untuk jaman ini. Jadi, kalau seseorang meninggalkan
badannya pada akhir kehidupannya sambil mengucapkan mantra Hare Krishna, Hare
Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare
Hare, pasti dia mencapai salah satu di antara planet-planet rohani, menurut
sifat latihannya. Para penyembah Krishna memasuki planet Krishna, Goloka Vrndavana.
Untuk orang yang mengakui bentuk pribadi Tuhan, diangkasa rohani ada
planet-planet lain yang jumlahnya tidak dapat dihitung, yang bernama
planet-planet Vaikuntha, sedangkan orang yang tidak mengakui bentuk pribadi
Tuhan tetap dalam brahmajyoti.
8.14
ananya-cetāḥ satataḿ
yo māḿ smarati nityaśaḥ
tasyāhaḿ sulabhaḥ pārtha
nitya-yuktasya yoginaḥ
ananya-cetāḥ—tanpa pikiran menyimpang; satatam—selalu;
yaḥ—siapapun yang; mām—Aku (Sri Krishna); smarati—ingat; nityaśaḥ—secara
teratur; tasya—kepadanya; aham—Aku adalah; su-labhaḥ—mudah
sekali dicapai; pārtha—wahai putera Pṛthā; nitya—secara
teratur; yuktasya—tekun; yoginaḥ—bagi seorang penyembah.
Terjemahan
Wahai putera Pṛthā, Aku mudah sekali dicapai
oleh orang yang selalu ingat kepada-Ku tanpa menyimpang sebab dia senantiasa
tekun dalam bhakti.
Penjelasan
Ayat ini khususnya menguraikan tujuan terakhir
yang dicapai oleh para penyembah murni yang mengabdikan diri kepada Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa dalam bhakti-yoga. Ayat-ayat sebelumnya menyebutkan empat
jenis penyembah—orang yang berduka cita, orang yang ingin tahu, orang yang
mencari keuntungan material, dan para filosof yang berangan-angan. Berbagai
proses pembebasan juga sudah diuraikan karma-yoga, jñāna-yoga, dan hatha-yoga. Prinsip
sistem-sistem yoga tersebut mengandung sekedar bhakti, tetapi ayat ini
khususnya menyebutkan bhakti-yoga yang murni, tanpa dicampur jñāna, karma
maupun hatha. Sebagaimana ditunjukkan dengan kata ananya-cetāḥ, dalam
bhakti-yoga yang murni, seorang penyembah tidak menginginkan sesuatu selain
Krishna. Seorang penyembah murni tidak ingin diangkat sampai planet-planet
surga, dan dia juga tidak berusaha menunggal dalam brahmajyoti atau mencapai
keselamatan atau pembebasan dari ikatan material. Seorang penyembah yang murni
tidak menginginkan sesuatu. Dalam Caitanya-caritamrta, penyembah murni disebut
niskama, yang berarti dia tidak mempunyai keinginan untuk kepentingannya
sendiri. Hanya penyembah murni itulah yang memiliki kedamaian, sedangkan orang
yang berusaha mencari keuntungan pribadi tidak mencapai kedamaian. Seorang
jñāna-yogi, karma-yogi, atau hatha-yogi mementingkan Diri-Nya sendiri,
sedangkan seorang penyembah yang sempurna, tidak mempunyai keinginan selain
memuaskan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, Krishna menyatakan bahwa
Diri-Nya mudah dicapai oleh siapapun yang setia kepada-Nya dan tidak pernah
menyimpang.
Seorang penyembah murni selalu tekun dalam bhakti
kepada Krishna dalam salah satu di antara berbagai aspek pribadi-Nya. Krishna mempunyai
berbagai penjelmaan dan perwujudan yang berkuasa penuh, misalnya Rāma dan
Nrsimha. Seorang penyembah dapat memilih untuk memusatkan pikirannya dalam
cinta-bhakti kepada salah satu di antara bentuk-bentuk rohani Tuhan Yang Maha
Esa. Seorang penyembah seperti itu tidak menghadapi masalah-masalah yang
menyiksa diri seperti mempraktekkan sistem-sistem yoga lainnya. Bhakti-yoga
sangat sederhana, murni dan mudah dilaksanakan. Seseorang dapat mulai melakukan
bhakti-yoga dengan mengucapkan mantra Hare Krishna. Krishna sangat murah hati
kepada semua makhluk hidup, sebagaimana sudah kami jelaskan, Krishna menaruh
minat khusus kepada orang yang mengabdikan diri kepada Beliau tanpa menyimpang.
Krishna membantu penyembah-penyembah seperti itu dengan berbagai cara.
Sebagaimana dinyatakan dalam Veda (Katha Upanisad 1.2.23), yam evaisa vrnute
tena labhyas/tasyaisa atma vivrnute tanum svam: Orang yang sudah menyerahkan
diri sepenuhnya dan tekun dalam bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat
mengerti tentang Tuhan Yang Maha Esa menurut kedudukan Beliau yang sebenarnya.
Sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gita (10.10), dadāmi buddhi-yogam tam:
Krishna memberikan kecerdasan secukupnya kepada seorang penyembah supaya
akhirnya penyembah itu dapat mencapai kepada Krishna di kerajaan rohani-Nya.
Kwalifikasi istimewa yang dimiliki oleh seorang
penyembah yang murni ialah bahwa dia selalu berpikir tentang Krishna tanpa
menyimpang dan tanpa memikirkan waktu maupun tempat. Seharusnya tidak ada
alangan apapun. Seharusnya ia dapat melaksanakan bhaktinya di manapun dan
kapanpun. Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa sebaiknya seorang penyembah
menetap di tempat-tempat suci seperti Vrndavana atau kota suci tempat tinggal
Krishna, tetapi seorang penyembah murni dapat tinggal di manapun dan
menciptakan suasana Vrndavana dengan bhaktinya. Sri Advaita pernah berkata
kepada Sri Caitanya, O Tuhan yang hamba cintai, di manapun Anda berada—di
sanalah Vrndavana."
Seorang penyembah murni senantiasa ingat dan
bersemadi kepada Krishna, sebagaimana ditunjukkan dengan kata satatam dan
nityaśaḥ, yang berarti selalu," secara teratur," atau setiap
hari." Inilah kwalifikasi-kwalifikasi penyembah yang murni, dan Krishna
paling mudah dicapai oleh penyembah yang murni itu. Bhakti-yoga adalah sistem
yang dianjurkan dalam Bhagavad-gita sebagai sistem yang paling baik di antara
segala sistem lainnya. Pada umumnya, para bhaktiyogi tekun dengan lima cara
yang berbeda: (1) santa-bhakta, menekuni bhakti dengan sifat netral; (2)
dasya-bhakta, menekuni bhakti sebagai hamba; (3) sakhya-bhakta, menekuni bhakti
sebagai kawan; (4) vatsalya-bhakta, menekuni bhakti sebagai ayah atau ibu; dan
(5) madhurya-bhakta, menekuni bhakti sebagai kekasih Tuhan Yang Maha Esa. Dalam
segala cara tersebut, seorang penyembah yang murni senantiasa tekun dalam
cinta-bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tidak dapat melupakan Tuhan Yang
Maha Esa. Karena itu, penyembah itu mudah sekali mencapai kepada Tuhan. Seorang
penyembah murni tidak dapat melupakan Tuhan Yang Maha Esa bahkan selama sesaat
pun. Begitu pula, Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat melupakan penyembah-Nya yang
murni bahkan sesaatpun. Inilah karunia besar dari proses dari kesadaran
Krishna, yaitu dengan cara mengucapkan mahamantra—Hare Krishna, Hare Krishna,
Krishna Krishna, Hare Hare/ Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare.
8.15
mām upetya punar janma
duḥkhālayam aśāśvatam
nāpnuvanti mahātmānaḥ
saḿsiddhiḿ paramāḿ gatāḥ
mām—Aku; upetya—mencapai; punaḥ—sekali
lagi; janma—kelahiran; duḥkha-ālayam—tempat kesengsaraan; aśāśvatam—sementara;
na—tidak pernah; āpnuvanti—mencapai; mahā-ātmānaḥ—roh-roh
yang mulia; saḿsiddhim—kesempurnaan; paramam—paling tinggi; gataḥ—sesudah
mencapai.
Terjemahan
Sesudah mencapai kepada-Ku, roh-roh yang mulia, yogi-yogi
dalam bhakti, tidak pernah kembali ke dunia fana yang penuh kesengsaraan, sebab
mereka sudah mencapai kesempurnaan tertinggi.
Penjelasan
Oleh karena dunia material yang bersifat
sementara ini penuh kesengsaraan, kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian,
sewajarnya orang yang mencapai kesempurnaan tertinggi hingga memasuki planet
tertinggi, Krishnaloka, Goloka Vrndavana, tidak ingin kembali lagi ke sini.
Planet yang paling utama diuraikan dalam Veda dengan kata-kata avyakta, Aksara
dan paramagati. Dengan kata lain, planet itu di luar penglihatan material kita,
dan tidak dapat diuraikan. Tetapi planet itu adalah tujuan tertinggi, tujuan
para mahatma (roh-roh yang mulia). Para mahatma menerima amanat-amanat rohani
dari para penyembah yang sudah insaf akan Diri-Nya. Dengan cara demikian
berangsur-angsur mereka mengembangkan bhakti dalam kesadaran Krishna dan
menjadi begitu khusuk dalam pengabdian rohani sehingga mereka tidak ingin lagi
naik tingkat sampai planet material manapun, atau bercita-cita dipindahkan ke
suatu planet rohani. Mereka hanya ingin Krishna dan pergaulan bersama Krishna;
mereka tidak menginginkan sesuatu selain itu. Itulah kesempurnaan hidup
tertinggi. Ayat ini khususnya menyebutkan para penyembah Tuhan Yang Maha Esa,
Krishna, yang mengakui bentuk pribadi Tuhan. Penyembah-penyembah dalam
kesadaran Krishna ini mencapai kesempurnaan hidup tertinggi. Dengan kata lain,
merekalah roh roh yang paling utama.
8.16
ā-brahma-bhuvanāl lokāḥ
punar āvartino 'rjuna
mām upetya tu kaunteya
punar janma na vidyāte
ā-brahma-bhuvanāt—sampai planet
Brahmaloka; lokaḥ—susunan-susunan planet; punaḥ—lagi; āvartinaḥ—kembali;
Arjuna—wahai Arjuna; mām—kepada-Ku; upetya—setelah
tiba; tu—tetapi; kaunteya—wahai putera Kuntī ; punah janma—dilahirkan
berulangkali; na—tidak pernah; vidyāte—terjadi.
Terjemahan
Dari planet tertinggi di dunia material sampai
dengan planet yang paling rendah, semuanya tempat-tempat kesengsaraan, tempat
kelahiran dan kematian dialami berulangkali. Tetapi orang yang mencapai tempat
tinggal-Ku tidak akan pernah dilahirkan lagi, wahai putera Kuntī .
Penjelasan
Segala jenis yogī—karma, jñāna, dan hatha, serta
lainnya—akhirnya harus mencapai kesempurnaan bhakti dalam bhakti-yoga, atau
kesadaran Krishna sebelum mereka dapat pergi ke tempat tinggal rohani Krishna
dan tidak pernah kembali lagi. Orang yang mencapai planet-planet material yang
paling tinggi sekalipun, yaitu planet-planet para dewa, mengalami lagi
kelahiran dan kematian berulang kali. Seperti halnya orang di bumi naik tingkat
sampai planet-planet yang lebih tinggi, penduduk planet-planet yang lebih
tinggi seperti Brahmaloka, Candraloka dan Indraloka jatuh ke bumi. Praktek
korban suci yang disebut pancagnividya, yang dianjurkan dalam Chandogya
Upanisad, memungkinkan seseorang mencapai Brahmaloka. Tetapi setelah orang
mencapai Brahmaloka, kalau ia tidak mau mengembangkan kesadaran Krishna di
sana, ia harus kembali lagi ke bumi. Orang yang maju dalam kesadaran Krishna di
planet-planet yang lebih tinggi berangsur-angsur diangkat sampai planet-planet
yang lebih tinggi lagi, dan pada waktu alam semesta dilebur, mereka dipindahkan
ke kerajaan rohani yang kekal. Sridhara Svami, dalam ulasannya mengenai
Bhagavad-gita, mengutip ayat berikut:
brahmaṇā saha te sarve
samprāpte pratisañcare
parasyānte kṛtātmānaḥ
praviśanti paraḿ padam
"Bila alam semesta material ini dilebur,
Brahma dan para penyembahnya, yang senantiasa tekun dalam kesadaran Krishna,
semua dipindahkan ke alam semesta rohani dan ke planet-planet rohani khusus
menurut keinginannya."
8.17
sahasra-yuga-paryantam
ahar yad brahmaṇo viduḥ
rātriḿ yuga-sahasrāntāḿ
te 'ho-rātra-vido janāḥ
sahasra—seribu; yuga—jaman-jaman; paryantam—termasuk;
ahaḥ—siang hari; yat—itu yang; brahmaṇaḥ—bagi Brahma; viduḥ—mereka
mengenal; rātrim—malam hari; yuga—jaman-jaman; sahasra-antām—seperti
itu pula, berakhir sesudah seribu; te—mereka; ahaḥ-rātra—siang
dan malam; vidaḥ—yang mengerti; janaḥ—orang.
Terjemahan
Menurut perhitungan manusia, seribu jaman sama
dengan kurun waktu satu hari bagi Brahma. Malam hari bagi Brahma sepanjang itu
pula.
Penjelasan
Masa perwujudan alam semesta material terbatas.
Alam semesta diwujudkan dalam siklus-siklus kalpa. Satu kalpa sama dengan satu
hari bagi Brahma, dan satu hari bagi Brahma terdiri dari seribu siklus yuga,
atau jaman: Satya, Treta, Dvapara, dan Kali. Siklus Satya mempunyai ciri
sifat-sifat saleh, kebijaksanaan dan agama, dan hampir tidak ada kebodohan
maupun dosa sama sekali. Satyayuga berjalan selama 1.728.000 tahun. Pada
Tretayuga kegiatan berdosa mulai dilakukan, dan yuga ini berjalan selama
1.296.000 tahun. Pada jaman Dvaparayuga, sifat-sifat saleh dan kegiatan
keagamaan lebih merosot lagi, sedangkan dosa meningkat, dan yuga ini berjalan
selama 864.000 tahun. Akhirnya pada jaman Kaliyuga (yuga yang sudah mulai
semenjak 5.000 tahun yang lalu) kekacauan, kebodohan, hal-hal yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip agama serta kegiatan yang berdosa melimpah, sedangkan
sifat-sifat saleh yang sejati hampir tidak ada. Kaliyuga berjalan selama
432.000 tahun. Pada jaman Kaliyuga, dosa meningkat sampai parah sekali,
sehingga pada akhir yuga ini, Tuhan Yang Maha Esa Sendiri muncul sebagai
avatara Kalki. Kalki akan membinasakan orang-orang jahat, menyelamatkan para
penyembah-Nya dan memulai Satyayuga berikutnya. Kemudian proses tersebut
berputar lagi. Empat yuga tersebut berputar seribu kali, dan itu sama dengan
satu hari bagi Brahma. Malam hari bagi Brahma sepanjang itu pula. Brahma hidup
selama seratus tahun" seperti itu, kemudian beliau meninggal. Seratus
tahun" tersebut menurut perhitungan manusia sama dengan 311 trilyun dan 40
milyard tahun di bumi. Menurut kalkulasi tersebut, usia Brahma terasa
menakjubkan dan hampir tidak berakhir, tetapi dari sudut kekekalan, riwayat
Brahma sesingkat kilatan petir. Dalam lautan penyebab, ada banyak Brahma yang
jumlahnya tidak dapat dihitung yang muncul dan menghilang bagaikan gelembung di
dalam lautan. Brahma dan ciptaannya semua sebagian dari alam semesta material.
Karena itu, Brahma dan ciptaannya senantiasa berubah.
Di alam semesta material, Brahma pun tidak bebas
dari proses kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian. Akan tetapi, Brahma
tekun secara langsung dalam bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka
mengelola alam semesta ini—karena itu, Brahma segera mencapai pembebasan.
sannyāsī-sannyāsī yang sudah maju diangkat sampai planet Brahma yang bernama
Brahmaloka, planet tertinggi di alam semesta material. Brahmaloka tahan lebih
lama daripada semua planet surga di bagian atas susunan planet-planet, tetapi
sesudah beberapa waktu, Brahma dan segenap penduduk Brahmaloka juga mengalami
kematian, menurut hukum alam material.
8.18
avyaktād vyaktayaḥ sarvāḥ
prabhavānty ahar-āgame
rātry-āgame pralīyante
tatraivāvyakta-saḿjñake
avyaktāt—dari yang tidak terwujud; vyaktayaḥ—para
makhluk hidup; sarvaḥ—semua; prabhavānti—terwujud; ahaḥ-āgame—pada
awal satu hari; rātri-āgame—pada waktu malam; pralīyante—dilebur;
tatra—ke dalam itu; evā—pasti; avyakta—yang tidak
terwujud; saḿjñake—yang disebut.
Terjemahan
Pada awal satu hari bagi Brahma, semua makhluk
hidup diwujudkan dari keadaan tidak terwujud. Sesudah itu, bila malam hari
mulai, sekali lagi mereka terlebur ke dalam keadaan tidak berwujud.
Tidak ada penjelasan.
8.19
bhūta-grāmaḥ sa evāyaḿ
bhūtvā bhūtvā pralīyate
rātry-āgame 'vaśaḥ pārtha
prabhavaty ahar-āgame
bhūta-grāmaḥ—keseluruhan makhluk hidup;
saḥ—ini;
evā—pasti;
ayam—ini;
bhūtvā bhūtvā—dilahirkan berulangulang;
pralīyate—dileburkan;
rātri—dari malam hari;
āgame—setiba;
avāsaḥ—dengan
sendirinya;
pārtha—wahai putera
Pṛthā;
prabhavati—terwujud;
ahaḥ—siang hari;
āgame—setiba.
Terjemahan
Semua makhluk hidup terwujud berulangkali bila
hari sudah siang bagi Brahma, lalu dengan mulainya malam hari bagi Brahma,
mereka dilebur dalam keadaan tidak berdaya.
Penjelasan
Orang yang kurang cerdas yang berusaha tetap
tinggal di dunia material ini barangkali diangkat sampai planet-planet yang
lebih tinggi, lalu sekali lagi mereka harus turun ke planet bumi ini. Selama
siang hari bagi Brahma, mereka dapat memperlihatkan kegiatannya di
planet-planet yang lebih tinggi dan lebih rendah di dunia material ini. Tetapi
bila malam hari bagi Brahma mulai, mereka semua dilebur. Selama siang hari bagi
Brahma, mereka menerima berbagai jenis badan untuk kegiatan material, lalu pada
waktu malam mereka tidak mempunyai badan lagi, melainkan mereka terserap di
dalam tubuh Visnu. Kemudian bila hari Brahma mulai, mereka berwujud lagi.
Bhūtvā bhūtvā pralīyate: Selama siang hari mereka berwujud, dan pada waktu
malam hari mereka dilebur sekali lagi. Akhirnya, pada waktu Brahma tutup usia,
mereka semua dilebur dan tetap tidak berwujud selama berjuta-juta tahun. Pada
waktu Brahma dilahirkan sekali lagi pada jaman lain, mereka terwujud lagi.
Dengan cara demikian, mereka terpikat oleh pesona dunia material. Tetapi orang
cerdas yang mulai mengikuti kesadaran Krishna menggunakan kehidupan manusia
sepenuhnya dalam bhakti kepada Tuhan, dengan mengucapkan mantera Hare Krishna, Hare
Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare
Hare. Dengan demikian, dalam kehidupan inipun, mereka pindah ke planet rohani
Krishna dan berbahagia untuk selamanya di sana, sebab mereka tidak mengalami
kelahiran berulang kali seperti yang disebut di atas.
8.20
paras tasmāt tu bhāvo 'nyo
'vyakto 'vyaktāt sanātanaḥ
yaḥ sa sarveṣu bhūteṣu
naśyatsu na vinaśyati
paraḥ—rohani dan melampaui alam; tasmāt—kepada
itu; tu—tetapi; bhāvaḥ—alam; anyaḥ—lain; avyaktaḥ—tidak
terwujud; avyaktāt—kepada yang tidak terwujud; sanātanāḥ—kekal; yaḥ
saḥ—itu yang; sarveṣu—semua; bhūteṣu—perwujudan; naśyatsu—dengan
dilebur; na—tidak pernah; vinaśyāti—dibinasakan.
Terjemahan
Namun ada alam lain yang tidak terwujud, kekal,
dan melampaui alam ini yang terwujud dan tidak terwujud. Alam itu bersifat
utama dan tidak pernah dibinasakan. Bila seluruh dunia ini dilebur, bagian itu
tetap dalam kedudukannya.
Penjelasan
Tenaga utama atau tenaga rohani Krishna bersifat
rohani dan kekal. Tenaga itu di luar segala perubahan alam material, yang
terwujud dan tidak terwujud selama siang dan malam hari bagi Brahma. Sifat
tenaga utama Krishna adalah lawan sifat dari alam material. Alam utama dan alam
yang rendah dijelaskan dalam Bab Tujuh.
8.21
avyakto 'kṣara ity uktas
tam āhuḥ paramāḿ gatim
yaḿ prāpya na nivartante
tad dhāma paramaḿ mama
avyaktaḥ—tidak terwujud; akṣaraḥ—tidak
pernah gagal; iti—demikian; uktaḥ—dikatakan; tam—itu; āhuḥ—dikenal;
paramam—paling tinggi; gatim—tujuan; yam—yang; prāpya—mencapai;
na—tidak pernah; nivartante—kembali lagi; tat—itu; dhāma—tempat
tinggal; paramam—paling tinggi; mama—milik-Ku.
Terjemahan
Yang diuraikan sebagai yang tidak terwujud dan
tidak pernah gagal oleh para ahli Vedanta, yang dikenal sebagai tujuan
tertinggi, dan sesudah mencapai tempat itu, seseorang tidak kembali lagi—itulah
tempat tinggal-Ku yang paling tinggi.
Penjelasan
Tempat tinggal yang paling tinggi milik
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, diuraikan dalam Brahma-samhita
sebagai cintamani-dhāma, tempat segala keinginan terpenuhi. Tempat tinggal Sri
Krishna yang paling utama, yang bernama Goloka Vrndavana, penuh istana-istana
terbuat dari batu cintamani (permata yang dapat mengubah benda-benda lain
menjadi emas). Ada pohon-pohon, yang disebut kalpavrksa atau pohon yang dapat
memenuhi segala keinginan, yang menyediakan segala jenis makanan atas
permintaan. Ada pula sapi-sapi surabhi, yang menyediakan susu dalam jumlah yang
tidak terbatas. Di tempat tinggal ini, Sri Krishna dilayani beratus-ratus ribu
Dewi Keberuntungan (para Laksmi), dan Beliau bernama Govinda, Tuhan Yang
Mahaabadi dan sebab segala sebab. Krishna suka memainkan seruling-Nya (venum
kvanantam). Bentuk rohani Krishna adalah bentuk yang paling menarik di seluruh
dunia—mata Beliau menyerupai kelopak bunga padma, dan warna badan-Nya seperti
warna awan pada musim hujan. Beliau sangat menarik sehingga ketām panan-Nya
melebihi beribu-ribu Dewa Asmara. Beliau memakai kain berwarna kuning emas,
kalung rangkaian bunga pada leher-Nya dan bulu burung merak pada rambut-Nya.
Dalam Bhagavad-gita, Sri Krishna hanya memberikan isyarat kecil tentang tempat
tinggal pribadi-Nya, Goloka Vrndavana, planet tertinggi di kerajaan rohani.
Uraian panjang lebar diberikan dalam Brahma-samhita. Dalam sastera Veda (Katha
Upanisad 1.3.11) dinyatakan bahwa tiada sesuatu yang lebih tinggi daripada
tempat tinggal Tuhan Yang Maha Esa, dan bahwa tempat tinggal itu adalah tujuan
tertinggi (purusan na param kincit sa kastha parama gatiḥ). Bila
seseorang mencapai tempat tinggal itu, ia tidak akan pernah kembali ke dunia
material. Tempat tinggal Krishna yang paling utama dan Krishna Sendiri tidak
berbeda, sebab Krishna dan tempat tinggal-Nya mempunyai sifat yang sama.
Vrndavana di bumi ini terletak seratus empat puluh kilometer ke arah Tenggara
dari kota Delhi, adalah contoh Goloka Vrndavana yang paling utama di angkasa
rohani. Pada waktu Krishna turun ke bumi ini, Beliau bermain di tanah khusus
yang bernama Vrndavana, terdiri dari daerah seluas dua ratus lima belas
kilometer persegi di wilayah Mathura, India.
8.22
puruṣaḥ sa paraḥ pārtha
bhaktyā labhyas tv ananyayā
yasyāntaḥ-sthāni bhūtāni
yena sarvam idaḿ tatam
puruṣaḥ—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa;
saḥ—Beliau; paraḥ—Yang Mahakuasa, Yang Mahatinggi; pārtha—wahai
putera Pṛthā; bhaktyā—oleh bhakti; labhyaḥ—dapat
dicapai; tu—tetapi; ananyayā—murni, tidak pernah menyimpang; yasya—siapa;
antaḥ-sthāni—di dalam; bhūtāni—seluruh manifestasi material; yena—oleh
siapa; sarvam—semua; idam—apapun yang dapat kita lihat; tatam—berada
di mana-mana di dalam.
Terjemahan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang lebih agung
daripada semua kepribadian lainnya, dapat dicapai oleh bhakti yang murni.
Walaupun Beliau berada di tempat tinggal-Nya, Beliau berada di mana-mana, dan
segala sesuatu berada di dalam Diri-Nya.
Penjelasan
Kalau seorang sudah mencapai tempat tinggal yang
paling utama, ia tidak akan pernah kembali lagi. Di sini dinyatakan dengan
jelas bahwa tujuan yang paling utama itu adalah tempat tinggal Krishna,
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Brahma-samhita, tempat tinggal yang
paling utama itu diuraikan sebagai ananda cinmayā rasa, tempat segala
sesuatu penuh kebahagiaan rohani. Segala keanekawarnaan yang terwujud disana
mempunyai sifat kebahagiaan rohani—tiada sesuatupun di sana yang bersifat
material. Keanekawarnaan tersebut diwujudkan sebagai perwujudan rohani dari
Tuhan Yang Maha Esa Sendiri, sebab perwujudan di sana terdiri dari tenaga
rohani sepenuhnya, sebagaimana dijelaskan dalam Bab Tujuh. Walaupun Tuhan Yang
Maha Esa selalu berada di tempat tinggal-Nya Yang Paling Utama, Beliau berada
di mana-mana di dunia material melalui tenaga material-Nya. Jadi, melalui
tenaga rohani dan tenaga material-Nya, Tuhan Yang Maha Esa berada di
mana-mana—baik di alam semesta material maupun di alam semesta rohani.
Yasyantaḥ-sthāni berarti segala sesuatu dipelihara di dalam Diri Beliau, baik
dalam tenaga rohani maupun tenaga material-Nya. Tuhan Yang Maha Esa berada di
mana-mana melalui kedua tenaga tersebut.
Memasuki tempat tinggal Krishna Yang Paling Utama
atau planet-planet Vaikuntha yang jumlahnya tidak dapat dihitung hanya
dimungkinkan melalui bhakti, sebagaimana disebut di sini dengan kata bhaktyā.
Tidak ada cara lain lagi yang dapat menolong seseorang untuk mencapai tempat
tinggal yang paling utama itu. Dalam Veda (Gopala-tapani Upanisad 3.2) tempat
tinggal yang Paling Utama dan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa juga diuraikan.
Eko vasi sarvagah kṛṣṇah. Di tempat tinggal itu, yang ada hanyalah
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Yang tiada duanya, dan Beliau bernama Krishna.
Beliau adalah Tuhan Yang Maha Esa yang Mahakarunia. Walaupun Beliau berada di
sana sebagai yang Mahatunggal, Beliau sudah mewujudkan Diri menjadi berjuta-juta
penjelmaan yang berkuasa penuh. Dalam Veda, Tuhan Yang Maha Esa diumpamakan
sebagai sebatang pohon yang berdiri di satu tempat tetapi menghasilkan berbagai
buah, bunga dan daun yang berubah-ubah. Penjelmaan-penjelmaan yang berkuasa
penuh yang berkuasa di planet-planet Vaikuntha berlengan empat, dan
penjelmaan-penjelmaan itu terkenal dengan berbagai nama—Purusottama,
Trivikrama, Kesava, Mādhava, Aniruddha, Hrsikesa, Sankarsana, Pradyumna,
Sridhara, Vasudeva, Damodara, Janārdana, Narayana, Vamana, Padmanabha, dan
sebagainya.
Dalam Brahma-samhita (5.37) juga dibenarkan bahwa
walaupun Tuhan Yang Maha Esa selalu berada di tempat tinggal yang paling utama,
Goloka Vrndavana, Beliau berada di mana-mana, sehingga segala sesuatu berjalan
dengan baik (goloka eva nivasaty akhilatma bhutah). Sebagaimana dinyata kan
dalam Veda (svetasvatara Upanisad 6.8), parasya saktir vividhaiva sruyate /
svabhaviki jñānabalakriya ca: Tenaga-tenaga Tuhan Yang Maha Esa begitu luas
sehingga tenaga-tenaga itu mengatur segala sesuatu di manifestasi alam semesta
secara sistematis tanpa kesalahan, walaupun Tuhan Yang Maha Esa berada di
tempat yang jauh sekali.
8.23
yatra kāle tv anāvṛttim
āvṛttiḿ caiva yoginaḥ
prayātā yānti taḿ kālaḿ
vakṣyāmi Bhārata rṣabha
yātrā—pada itu; kāle—waktu; tu—dan;
anāvṛttim—tidak kembali; āvṛttim—kembali; ca—juga; evā—pasti;
yoginaḥ—berbagai jenis ahli kebatinan; prayātāḥ—sesudah
meninggal; yānti—mencapai; tam—itu; kālam—waktu; vakṣyāmi—Aku
akan menguraikan; bhārata-ṛṣabha—wahai yang paling baik di antara para
Bhārata.
Terjemahan
Wahai yang paling baik di antara para Bhārata,
sekarang Aku akan menjelaskan kepadamu tentang berbagai jenis waktu untuk
meninggal dunia. Kalau seorang yogi meninggal dunia pada saat-saat tertentu
itu, dia kembali atau tidak kembali ke dunia ini.
Penjelasan
Para penyembah Tuhan Yang Maha Esa yang murni,
yang sudah menyerahkan diri sepenuhnya, tidak peduli kapan mereka akan
meninggalkan badannya atau bagaimana cara mereka akan meninggalkan badan.
Mereka menyerahkan segala sesuatu kepada Krishna. Karena itu, dengan mudah dan
bahagia mereka kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi orang yang belum
menjadi penyembah yang murni dan bergantung pada cara-cara keinsafan diri
seperti karma-yoga, jñāna-yoga, dan hatha-yoga harus meninggalkan badan pada
saat yang tepat, dan dengan demikian mereka yakin apakah mereka akan kembali ke
dunia kelahiran dan kematian atau tidak. Kalau seorang yogi sudah
sempurna, ia dapat memilih waktu dan keadaan untuk meninggalkan dunia material ini.
Tetapi kalau yogi itu belum begitu ahli, suksesnya bergantung apakah secara
kebetulan dia dapat meninggal pada waktu tertentu yang tepat. Saat-saat yang
cocok untuk meninggal dunia dan tidak kembali lagi dijelaskan oleh Krishna
dalam ayat berikut. Menurut Acarya Baladeva Vidyabhusana, kata bahasa
Sansekerta kala yang digunakan di sini berarti dewa waktu.
8.24
agnir jyotir ahaḥ śuklaḥ
ṣaṇ-māsā uttarāyaṇam
tatra prayātā gacchanti
brahma brahma-vido janāḥ
agniḥ—api;
jyotiḥ—cahaya;
ahaḥ—siang;
śuklaḥ—dua
minggu yang putih;
ṣaṭ-māsāḥ—enam bulan;
uttara-ayanam—pada
waktu matahari berjalan menuju utara (Januari-Juni);
tatra—di sana;
prayātāḥ—orang
yang meninggal;
gacchanti—pergi;
brahma—kepada Yang Mutlak;
brahma-vidaḥ—orang
yang mengenal Yang Mutlak;
janaḥ—orang.
Terjemahan
Orang yang mengenal Brahman Yang Paling Utama mencapai kepada Yang Mahakuasa
dengan cara meninggal dunia selama pengaruh dewa api, dalam cahaya, pada saat
suci pada waktu siang, selama dua minggu menjelang bulan purnama, atau selama
enam bulan pada waktu matahari berjalan menuju utara.
Penjelasan
Bila api, cahaya, siang dan dua minggu menjelang bulan purnama disebut,
dimengerti bahwa ada dewa-dewa yang berkuasa di atas segala unsur itu.
Dewa-dewa itu mengatur perjalanan sang roh sesudah meninggal. Pada saat
meninggal, pikiran membawa diri seseorang menempuh jalan menuju hidup baru.
Kalau seseorang meninggalkan badannya pada saat-saat tersebut di atas, baik
secara kebetulan maupun karena diatur, dimungkinkan dia mencapai brahmajyoti
yang tidak bersifat pribadi. Para ahli kebatinan yang sudah maju dalam latihan
yoga dapat mengatur waktu dan tempat untuk meninggalkan badannya. Orang lain
tidak dapat mengendalikan hal-hal itu—kalau kebetulan mereka meninggal pada
saat yang menguntungkan, mereka tidak akan kembali ke dalam peredaran kelahiran
dan kematian, tetapi jika tidak demikian, kemungkinan besar mereka harus
kembali lagi. Akan tetapi, penyembah murni dalam kesadaran Krishna tidak perlu
takut kembali, baik ia meninggalkan badan pada saat yang menguntungkan maupun
tidak menguntungkan, secara kebetulan maupun karena diatur.
8.25
dhūmo rātris tathā kṛṣṇaḥ
ṣaṇ-māsā dakṣiṇāyanam
tatra cāndramasaḿ jyotir
yogī prāpya nivartate
dhūmaḥ—asap; rātriḥ—malam; tathā—juga;
kṛṣṇah—dua minggu menjelang malam bulan mati; ṣaṭ-māsāḥ—enam
bulan; dakṣiṇa-ayanam—waktu matahari berjalan menuju selatan
(Juli-Desember); tatra—di sana; cāndra-masam—bulan; jyotiḥ—cahaya;
yogī—ahli kebatinan; prāpya—mencapai; nivartate—kembali
lagi.
Terjemahan
Seorang ahli kebatinan yang meninggal dunia
selama masa asap, malam hari, selama dua minggu menjelang bulan mati, atau
selama enam bulan pada waktu matahari berjalan menuju selatan akan mencapai
planet bulan, tetapi dia akan kembali lagi.
Penjelasan
Dalam skanda ketiga dari Srimad-Bhagavatam,
Kapila Muni menyebutkan bahwa orang yang ahli dalam kegiatan yang dimaksudkan
untuk membuahkan hasil atau pahala dan cara-cara korban suci di bumi akan
mencapai planet bulan sesudah meninggal. Roh-roh yang sudah maju seperti itu
dapat hidup di bulan selama kurang lebih 10.000 tahun (menurut perhitungan para
dewa) dan menikmati kehidupan dengan minum somarasa. Akhirnya mereka harus
kembali ke bumi. Ini berarti bahwa di bulan ada golongan-golongan makhluk hidup
yang lebih tinggi, walaupun makhluk makhluk itu tidak dapat dilihat oleh
indera-indera yang kasar.
8.26
śukla-kṛṣṇe gatī hy ete
jagataḥ śāśvate mate
ekayā yāty anāvṛttim
anyayāvartate punaḥ
śukla—cahaya; kṛṣṇe—dan
kegelapan; gatī—cara-cara meninggal; hi—pasti; ete—yang
dua ini; jagataḥ—dari dunia material; śāśvate—dari Veda; mate—menurut
pendapat; ekāya—oleh satu; yāti—pergi; anāvṛttim—tidak
kembali lagi; anyayā—oleh yang lain; āvartate—kembali lagi; punaḥ—lagi.
Terjemahan
Menurut pendapat Veda, ada dua cara untuk
meninggalkan dunia ini—yang satu dalam cahaya dan yang lain dalam kegelapan.
Jika seseorang meninggal dunia dalam cahaya, ia tidak akan kembali lagi; tetapi
kalau ia meninggal dalam kegelapan, ia akan kembali lagi.
Penjelasan
Uraian yang sama tentang cara meninggal dan
kembali dikutip oleh Acarya Baladeva Vidyabhusana dari Chandogya Upanisad
(5.10.3-5). Orang yang bekerja dengan tujuan mendapat hasil atau pahala untuk
dinikmati dan filosof-filosof yang berangan-angan sejak sebelum awal sejarah
senantiasa datang dan pergi. Sebenarnya, mereka tidak mencapai pembebasan
tertinggi, sebab mereka tidak menyerahkan diri kepada Krishna.
8.27
naite sṛtī pārtha jānan
yogī muhyati kaścana
tasmāt sarveṣu kāleṣu
yoga-yukto bhavārjuna
na—tidak pernah; ete—yang dua ini; sṛtī—jalanjalan
yang berbeda; pārtha—wahai putera Pṛthā; jānan—kalaupun
ia mengenal; yogī—penyembah Tuhan; muhyāti—dibingungkan; kaścana—apapun;
tasmāt—karena itu; sarveṣu kāleṣu—selalu; yoga-yuktaḥ—tekun
dalam kesadaran Krishna; bhava—jadilah; Arjuna—wahai Arjuna.
Terjemahan
Kendatipun para penyembah mengenal dua jalan
tersebut, mereka tidak pernah dibingungkan, wahai Arjuna. Karena itu, jadilah
selalu mantap dalam bhakti.
Penjelasan
Di sini Krishna menasehati Arjuna supaya Arjuna
tidak digoyahkan oleh berbagai jalan yang dapat ditempuh sang roh pada waktu ia
meninggalkan dunia material. Seorang penyembah Tuhan Yang Maha Esa hendaknya
jangan khawatir apakah dia akan meninggal karena diatur atau secara kebetulan.
Hendaknya seorang penyembah mantap dengan teguh dalam kesadaran Krishna dan
mengucapkan mantra Hare Krishna, dan hendaknya mengetahui bahwa merasa prihatin
terhadap salah satu di antara dua jalan tersebut adalah hal yang menyulitkan.
Cara terbaik supaya khusuk dalam kesadaran Krishna ialah selalu menggabungkan
diri dalam pengabdian kepada Krishna, dan ini akan menyebabkan jalan seseorang
ke kerajaan rohani jadi selamat, pasti dan langsung. Kata yoga-yukta mempunyai
makna khusus dalam ayat ini. Orang yang mantap dalam yoga senantiasa tekun
dalam kesadaran Krishna dalam segala kegiatannya. Sri Rupa Gosvami
menasehatkan, anasaktasya visayan yatharham upayuñjataḥ: Hendaknya orang tidak
terikat dalam urusan material dan melakukan segala sesuatu dalam kesadaran
Krishna. Melalui sistem ini, yang disebut yukta-vairagya, seseorang mencapai
kesempurnaan. Karena itu, seorang penyembah tidak digoyahkan oleh uraian
tersebut, sebab ia mengetahui bahwa perjalanan ke tempat tinggal yang paling
utama dijamin oleh bhakti.
8.28
vedeṣu yajñeṣu tapaḥsu
caiva
dāneṣu yat puṇya-phalaḿ
pradiṣṭam
atyeti tat sarvam idaḿ
viditvā
yogī paraḿ sthānam upaiti
cādyam
vedeṣu—dalam mempelajari Veda; yajñeṣu—dalam
pelaksanaan yajñā, korban suci; tapaḥsu—dalam menjalankan
berbagai jenis kesederhanaan atau pertapaan; ca—juga; evā—pasti; dāneṣu—dalam
memberi sumbangan; yat—itu yang; puṇya-phalam—hasil pekerjaan
yang saleh; pradiṣṭam—ditunjukkan; atyeti—melampaui; tat
sarvam—semua itu; idam—ini; viditvā—mengetahui; yogī—penyembah;
param—paling utama; sthānam—tempat tinggal; upaiti—mencapai;
ca—juga; ādyam—asli.
Terjemahan
Orang yang mulai mengikuti jalan bhakti tidak
kekurangan hasil yang diperoleh dari mempelajari Veda, melakukan korban suci
dengan kesederhanaan dan pertapaan, memberi sumbangan atau mengikuti kegiatan
di bidang filsafat atau kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau
pahala. Hanya dengan melakukan bhakti, ia mencapai segala hasil tersebut, dan
akhirnya ia mencapai tempat tinggal kekal yang paling utama.
Penjelasan
Ayat ini adalah hakekat Bab Tujuh dan Bab
Delapan, yang khususnya menyangkut kesadaran Krishna dan bhakti. Orang yang
harus mempelajari Veda di bawah bimbingan seorang guru kerohanian dan menjalani
banyak kesederhanaan dan pertapaan selama ia hidup di bawah bimbingan beliau.
Seorang brahmacari harus tinggal di rumah guru kerohanian seperti seorang
pelayan, dan ia harus minta sumbangan-sumbangan, lalu membawa
sumbangan-sumbangan itu kepada guru kerohaniannya. Dia hanya makan atas
perintah guru kerohanian, dan kalau sang guru lupa memanggil muridnya untuk
makan pada hari itu, maka murid itu harus puasa. Ini beberapa prinsip Veda
untuk mengikuti brahmacarya.
Sesudah seorang murid mempelajari Veda di bawah
bimbingan guru kerohanian selama masa antara lima dan dua puluh lima tahun, ia
dapat menjadi manusia yang mempunyai watak yang sempurna. Mempelajari Veda
tidak dimaksudkan untuk menghibur orang yang berangan-angan sambil duduk
dikursi santai, melainkan untuk pembentukan watak manusia. Sesudah tamat
pendidikan ini, seorang brahmacari diperbolehkan berumah tangga. Selama ia
berumah tangga, ia harus melakukan korban suci supaya Diri-Nya lebih dibebaskan
lagi dari kebodohan. Dia juga harus memberi sumbangan menurut tempat, waktu dan
kepada orang yang pantas menerimanya, dan membedakan antara kedermawanan dalam
sifat kebaikan, nafsu dan kebodohan, sebagaimana diuraikan dalam Bhagavad-gita.
Kemudian, sesudah mengundurkan diri dari kehidupan rumah tangga, setelah dia
memasuki tingkat vanaprastha, ia melakukan pertapaan yang keras—tinggal di
hutan, memakai kulit pohon sebagai pakaian, tidak cukur dan sebagainya. Dengan
mengikuti aturan brahmacarya, hidup berumah tangga, vanaprastha dan akhirnya
sannyāsa, seorang naik tingkat sampai tingkat hidup yang sempurna. Kemudian
beberapa di antara orang yang telah mengikuti sistem ini diangkat hingga kerajaan
surga, dan bila mereka lebih maju lagi mereka mencapai pembebasan di angkasa
rohani, baik dalam brahmajyoti yang tidak bersifat pribadi maupun planet-planet
Vaikuntha atau Krishnaloka. Inilah jalan yang digariskan oleh sastera Veda.
Akan tetapi, indahnya kesadaran Krishna ialah
bahwa dengan satu perbuatan saja, yaitu dengan menekuni bhakti, seseorang dapat
melampaui segala ritual berbagai tingkat kehidupan. Kata-kata idam viditvā
menunjukkan bahwa seseorang harus memahami ajaran yang diberikan oleh Sri Krishna
dalam bab ini dan dalam Bab Tujuh dari Bhagavad-gita. Hendaknya seseorang
berusaha mengerti bab-bab ini tidak berdasarkan kesarjanaan ataupun
angan-angan, melainkan dengan mendengar bab-bab itu dalam pergaulan dengan para
penyembah. Bab Enam sampai dengan Bab Dua belas adalah hakekat Bhagavad-gita.
Enam bab pertama dan enam bab terakhir adalah seperti bungkusan enam bab
pertengahan, yang khususnya dilindungi oleh Krishna. Kalau seseorang cukup
beruntung hingga dapat mengerti Bhagavad-gita—terutama enam bab
pertengahan—dalam pergaulan dengan para penyembah, maka kehidupannya segera
menjadi mulia dan melampaui segala pertapaan, korban suci, kedermawanan,
angan-angan, dan sebagainya, sebab ia dapat mencapai segala hasil kegiatan itu
hanya dengan kesadaran Krishna saja.
Orang yang hanya sekedar percaya kepada
Bhagavad-gita sebaiknya mempelajari Bhagavad-gita dari seorang penyembah, sebab
pada awal Bab Empat dinyatakan dengan jelas bahwa Bhagavad-gita dapat
dimengerti oleh para penyembah; orang lain tidak dapat mengerti tujuan
Bhagavad-gita secara sempurna. Karena itu hendaknya seseorang belajar
Bhagavad-gita dari seorang penyembah Krishna, bukan dari orang yang
berangan-angan. Inilah tanda keyakinan. Bila seseorang mencari seorang
penyembah dan akhirnya mendapat kesempatan untuk bergaul dengan seorang
penyembah, pada waktu itu ia sungguh-sungguh mulai mempelajari dan memahami
Bhagavad-gita. Melalui kemajuan dalam pergaulan dengan seorang penyembah,
seseorang ditempatkan dalam bhakti, dan pengabdian ini menghilangkan segala keragu-raguan
tentang Krishna, atau Tuhan Yang Maha Esa, serta kegiatan, bentuk, perbuatan,
nama dan ciri-ciri Krishna yang lain. Sesudah segala keragu-raguan tersebut
dihapus secara sempurna, seseorang menjadi mantap dalam mempelajari
Bhagavad-gita. Pada waktu itu, ia menikmati pelajaran Bhagavad-gita dan
mencapai keadaan selalu merasa sadar akan Krishna. Pada tingkat maju, seseorang
jatuh cinta sepenuhnya kepada Krishna. Tingkat kesempurnaan hidup tertinggi
memungkinkan seorang penyembah dipindahkan ke tempat tinggal Krishna di angkasa
rohani, Goloka Vrndavana. Di tempat itulah seorang penyembah berbahagia untuk
selamanya.
Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta
mengenai Bab Delapan Srimad Bhagavad-gita perihal Cara Mencapai Kepada Yang
Mahakuasa."
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Visit Related Posts Below:
Mau Beli Buku Bhagavad-gita, Srimad-bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, dll?
Senin - Minggu - Hari Libur | 08.00 - 21.00 WIB | http://mahanilastore.blogspot.com
0812-7740-3909 dan 0819-9108-4996
SMS/PHONE : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
: 0819-9109-9321 (Mahanila)
WhatsApp : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
BBM : 5D40CF2D dan D5E8718B
Menjual buku-buku rohani Srimad Bhagavad-gita, Srimad Bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Purana, Kue Kering, Dupa, Aksesoris, Kartal, Mrdanga, Saree, Air Gangga, Dipa, Kurta, Dhotti, Kipas Cemara, Kipas Bulu Merak, Poster, Japamala, Kantong Japa, Gelang, Kantimala, Rok Gopi, Choli, Blues, Pin, Bros, Kaos, Desain Website dan Database Microsoft Access, Logo, Neon Box, Safety Sign dll.
Terimakasih Atas Kunjungan Anda.
Pengetahuan Yang Paling
Rahasia
9.1
śrī-bhagavān
uvāca
idaḿ
tu te guhyatamaḿ
pravakṣyāmy
anasūyave
jñānaḿ
vijñāna-sahitaḿ
yaj
jñātvā mokṣyase 'śubhāt
Śrī-bhagavān
uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
bersabda; idam—ini; tu—tetapi; te—kepadamu; guhya-tamam—paling
rahasia; pravakṣyāmi—Aku bersabda; anasūyave—kepada orang yang
tidak iri; jñānam—pengetahuan; vijñāna—pengetahuan yang diinsafi;
sahitam—dengan; yat—yang; jñātvā—mengenal; mokṣyase—engkau
akan dibebaskan; aśubhāt—dari kehidupan material yang sengsara ini.
Terjemahan
Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Arjuna yang baik hati, oleh karena engkau tidak
pernah iri hati kepada-Ku, Aku akan menyampaikan pengetahuan dan keinsafan yang
paling rahasia ini kepadamu. Dengan mengenal pengetahuan rahasia dan keinsafan
ini, engkau akan dibebaskan dari kesengsaraan kehidupan material.
Penjelasan
Seorang
penyembah akan dibebaskan dari kebodohan selama ia mendengar semakin banyak
tentang Tuhan Yang Maha Esa. Cara mendengar tersebut dianjurkan dalam
Srimad-Bhagavatam: Amanat-amanat Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa penuh
kekuatan, dan kekuatan-kekuatan itu dapat diinsafi kalau hal-hal mengenai Tuhan
Yang Maha Esa dibicarakan di kalangan penyembah. Ini tidak dapat dicapai
melalui pergaulan dengan orang yang berangan-angan maupun sarjana-sarjana
perguruan duniawi, sebab ini merupakan pengetahuan yang diinsafi."
Para penyembah senantiasa tekun dalam pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Krishna mengerti jiwa dan ketulusan hati makhluk hidup tertentu yang menekuni
kesadaran Krishna. Krishna memberikan kecerdasan kepada makhluk itu agar ia
dapat mengerti ilmu pengetahuan Krishna dalam pergaulan dengan para penyembah.
Berdiskusi tentang Krishna ialah kegiatan yang sangat kuat, dan kalau seseorang
beruntung hingga mendapat pergaulan seperti itu dan berusaha menyerap
pengetahuan tersebut, maka pasti ia akan maju menuju keinsafan rohani. Untuk
memberi semangat kepada Arjuna agar Arjuna maju sampai tingkat yang semakin
tinggi dalam bhaktinya yang kuat, dalam Bab Sembilan Sri Krishna menguraikan
hal-hal yang lebih rahasia dari yang telah diungkapkan-Nya dalam bab-bab
sebelumnya. Permulaan Bhagavad-gita, Yaitu Bab pertama, kurang lebih merupakan
kata pengantar untuk isi Bhagavad-gita; sedangkan dalam Bab Dua dan Tiga,
pengetahuan rohani yang diuraikan itu disebut rahasia. Dan hal-hal yang
dibicarakan dalam Bab Tujuh serta Delapan khususnya menyangkut bhakti, dan oleh
karena hal-hal itu membawa pembebasan dari kebodohan di dalam kesadaran
Krishna, maka hal-hal itu disebut lebih rahasia. Tetapi hal-hal yang diuraikan
dalam Bab Sembilan adalah hal hal yang menyangkut bhakti yang suci dan murni.
Karena itu, maka Bab Sembilan disebut pengetahuan yang paling rahasia. Orang
yang mantap dalam pengetahuan yang paling rahasia tentang Krishna sewajarnya
melampaui keduniawian; karena itu tiada kesengsaraan material di dalam hatinya,
walaupun dia berada di dunia material. Dalam Bhakti-rasamrta-sindhu dinyatakan
bahwa walaupun orang yang mempunyai keinginan yang tulus ikhlas untuk melakukan
cinta-bhakti kepada Tuhan masih berada dalam keadaan terikat dalam kehidupan
material, ia sudah mencapai pembebasan. Begitu pula, dalam Bhagavad-gita Bab
Sepuluh, kita akan menemukan bahwa siapa pun yang tekun dalam cara seperti itu
sudah mencapai pembebasan.
Ayat
yang pertama ini mengandung makna khusus. Kata-kata idam jñānam (pengetahuan
ini") berarti bhakti yang murni, yang terdiri dari sembilan kegiatan:
Mendengar, memuji, ingat, melayani, menyembah, berdoa, mematuhi, memelihara
persahabatan dan menyerahkan segala sesuatu. Dengan mempraktekkan sembilan
unsur bhakti tersebut, seseorang maju sampai tingkat kesadaran rohani,
kesadaran Krishna. Bila hati seseorang disucikan dari pencemaran material
dengan cara seperti itu, ia dapat mengerti ilmu pengetahuan Krishna tersebut.
Kalau seseorang hanya mengerti bahwa makhluk hidup tidak bersifat material, itu
belumlah cukup. Mungkin itu merupakan awal keinsafan rohani, tetapi hendaknya
seseorang mengerti perbedaan antara kegiatan badan dan kegiatan rohani yang
dilakukan oleh orang yang mengerti bahwa Diri-Nya bukan badan.
Dalam
Bab Tujuh, kita sudah membicarakan kehebatan kekuatan Kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa, berbagai tenaga Beliau, alam rendah maupun alam utama, dan segala
manifestasi material. Sekarang dalam Bab Sembilan, kebesaran Tuhan akan
diuraikan.
Kata
Sansekerta anasūyave dalam ayat ini juga sangat bermakna. Pada umumnya, para
penafsir, bahkan dari tingkat kesarjanaan yang tinggi sekalipun, semuanya iri
kepada Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Sarjana-sarjana yang paling
ahli sekalipun menulis tentang Bhagavad-gita dengan cara yang sangat kurang
tepat. Oleh karena mereka iri kepada Krishna, tafsiran mereka tidak berguna.
Sedangkan ulasan yang diberikan oleh para penyembah Krishna dapat dipercaya.
Tiada seorangpun yang dapat menjelaskan Bhagavad-gita atau memberikan
pengetahuan yang sempurna tentang Krishna kalau ia iri hati. Orang yang
menjelekkan watak Krishna tanpa mengenal Krishna adalah orang yang kurang
cerdas. Hendaknya tafsiran seperti itu dihindari dengan seksama. Bab-bab ini
akan sangat bermanfaat bagi orang yang mengerti bahwa Krishna adalah
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Kepribadian yang murni dan rohani.
9.2
rāja-vidyā rāja-guhyaḿ
pavitram idam uttamam
pratyakṣāvagamaḿ dharmyaḿ
su-sukhaḿ kartum avyayām
rāja-vidyā—raja pendidikan; rāja-guhyam—rājā
pengetahuan rahasia; pavitram—yang paling murni; idam—ini; uttamām—rohani;
pratyakṣa—oleh pengalaman langsung; avagamam—dimengerti; dharmyam—prinsip
dharma; su-sukham—bahagia sekali; kartum—melaksanakan; avyayām—berada
untuk selamanya.
Terjemahan
Pengetahuan ini adalah rājā pendidikan,
yang paling rahasia di antara segala rahasia. Inilah pengetahuan yang paling
murni, pengetahuan ini adalah kesempurnaan dharma, karena memungkinkan
seseorang melihat sang diri secara langsung melalui keinsafan. Pengetahuan ini
kekal dan dilaksanakan dengan riang.
Penjelasan
Bab dari Bhagavad-gita ini disebut rājā
pendidikan karena bab ini adalah hakekat segala ajaran dan filsafat yang
telah dijelaskan sebelumnya. Tersebutlah beberapa di antara filosof-filosof
yang paling terkemuka dalam sejarah India bernama Gautama, Kanada, Kapila,
yajñāvalkya, Sandilya dan Vaisvanara. Akhirnya ada Vyasadeva, penyusun
Vedanta-sutra. Jadi, tidak ada kekurangan pengetahuan di bidang filsafat atau
pengetahuan rohani. Sekarang Sri Krishna menyatakan bahwa Bab Sembilan ini
adalah rājā segala pendidikan tersebut, hakekat segala pengetahuan yang
dapat diperoleh dengan mempelajari Veda dan berbagai jenis filsafat.
Pengetahuan ini paling rahasia, sebab pengetahuan rahasia atau pengetahuan
rohani di luar hal-hal duniawi menyangkut pengertian perbedaan antara roh dan
badan. Rājā segala pengetahuan rahasia memuncak dalam bhakti.
Pada umumnya, orang tidak dididik dalam
pengetahuan rahasia tersebut; mereka dididik di bidang pengetahuan lahiriah. Di
bidang pendidikan biasa, orang sibuk dalam berbagai bidang pengetahuan;
politik, ilmu sosial, fisika, kimia, matematika, ilmu perbintangan, ilmu mesin,
dan sebagainya. Ada banyak bidang pengetahuan di seluruh dunia dan banyak
universitas yang ternama tetapi sayang sekali, belum ada universitas ataupun
lembaga pendidikan yang memberi pelajaran tentang ilmu pengetahuan sang roh.
Padahal bagian yang terpenting dalam badan ialah sang roh; tanpa adanya sang
roh, badan tidak berguna. Namun orang sangat mementingkan kebutuhan jasmani
dalam kehidupan, tanpa mempedulikan sang roh yang hidup.
Dalam Bhagavad-gita, khususnya dari Bab Dua dan
selanjutnya, pentingnya sang roh ditegaskan. Pada permulaan, Sri Krishna
menyatakan bahwa badan ini dapat dimusnahkan sedangkan sang roh tidak dapat
dimusnahkan (antavanta ime deha nityasyoktah saririnah). Itulah bagian
pengetahuan yang rahasia: Mengetahui bahwa sang roh berbeda dari badan ini dan
sifat sang roh bersifat kekal dan tidak dapat diubah atau dibinasakan. Tetapi
pengetahuan itu belum memberi keterangan positif tentang sang roh.
Kadang-kadang, orang mempunyai kesan seolah-olah sang roh berbeda dari badan,
dan apabila badan habis, atau seseorang dibebaskan dari badan, sang roh tinggal
dalam kekosongan dan tidak bersifat pribadi lagi. Tetapi hal itu bukanlah
kenyataan yang sebenarnya. Sang roh sangat giat selama ia berada di dalam
badan. Bagaimana mungkin sang roh tidak giat sesudah dibebaskan dari badan?
Sang roh selalu giat. Jika sang roh bersifat kekal, ia giat untuk selamanya,
dan kegiatan sang roh di kerajaan rohani adalah bagian yang paling rahasia
dalam pengetahuan rohani. Karena itu, kegiatan sang roh tersebut ditunjukkan di
sini sebagai rājā segala pengetahuan.
Pengetahuan ini adalah bentuk termurni segala
kegiatan, sebagaimana dijelaskan di dalam kesusasteraan Veda. Dalam Padma
Purana, kegiatan manusia yang berdosa sudah dianalisis dan dibuktikan bahwa
kegiatan berdosa itu adalah akibat rangkaian dosa yang tertumpuk satu sama
lain. Orang yang sibuk dalam kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil
atau pahala terlibat dalam berbagai tahap dan bentuk reaksi dosa. Misalnya,
bila biji pohon tertentu ditanam, pohon tidak segera tumbuh; pertumbuhan itu
perlu waktu. Pertama-tama, biji pohon itu adalah semi yang kecil. Kemudian pada
tahap permulaan, pohon itu berbentuk bibit yang kecil, lalu bibit itu berubah
menjadi pohon. Sesudah beberapa waktu pohon berbunga dan berbuah. Jika pohon
sudah lengkap, buah dan bunganya dinikmati oleh orang yang telah menānām bibit
pohon itu. Begitu pula, orang yang melakukan kegiatan yang berdosa, bagaikan
perkembangan bibit, dosa itu berbuah sesudah beberapa waktu. Ada beberapa
tahapan. Mungkin orang yang bersangkutan sudah berhenti melakukan perbuatan
yang berdosa, tetapi hasil atau buah perbuatan yang berdosa itu masih harus
diterimanya. Ada dosa yang masih dalam bentuk benih, adapun dosa-dosa lain yang
sudah berbuah dan kita harus menerima akibatnya sebagai rasa duka dan rasa
sakit.
Sebagaimana dijelaskan dalam ayat kedua
puluh delapan dari Bab Tujuh, orang yang sudah mengakhiri sama sekali segala
reaksi kegiatannya yang berdosa menjadi tekun sepenuhnya dalam kegiatan saleh,
menekuni bhakti kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, setelah
dibebaskan dari hal-hal relatif di dunia material ini. Dengan kata lain, orang
yang sungguh sungguh tekun dalam bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa sudah
dibebaskan dari segala reaksi. Pernyataan ini dibenarkan dalam Padma Purana:
aprārabdha-phalaḿ pāpaḿ
kūṭaḿ bījaḿ phalonmukham
krameṇaiva pralīyeta
viṣṇu-bhakti-ratātmanām
Segala reaksi dosa, baik yang sudah berbuah,
tersimpan, maupun dalam bentuk benih, berangsur-angsur lenyap bagi orang yang
menekuni bhakti kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, daya
penyucian bhakti sangat kuat, dan bhakti disebut pavitram uttamam, atau yang
paling suci dan murni. Uttama berarti rohani dan melampaui hal-hal duniawi.
Tamas berarti dunia material ini atau kegelapan, dan uttama berarti sesuatu
yang melampaui kegiatan material. Kegiatan bhakti tidak pernah dianggap
material, walaupun kadang-kadang kelihatannya seorang penyembah sibuk seperti
manusia biasa. Orang yang dapat melihat dan mengenali bhakti dengan baik
mengetahui bahwa bhakti bukan kegiatan material. Kegiatan bhakti semua bersifat
rohani, tidak dicemari oleh sifat-sifat material.
Dinyatakan bahwa pelaksanaan bhakti sangat
sempurna sehingga seseorang dapat melihat hasilnya secara langsung. Hasil
langsung itu sungguh-sungguh dirasakan, dan kami sudah mengalami secara nyata
bahwa siapapun yang mengucapkan nama-nama suci Krishna (Hare Krishna, Hare
Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare/ Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare
Hare) tanpa berbuat kesalahan, merasakan sejenis kebahagiaan rohani dan
Diri-Nya disucikan dari segala pencemaran material dalam waktu yang singkat
sekali. Kenyataan ini sungguh-sungguh tampak. Di samping itu, jika seseorang
tidak hanya mendengar tetapi juga berusaha menyebarkan amanat kegiatan bhakti,
atau kalau dia tekun membantu kegiatan penyebaran kesadaran Krishna,
berangsur-angsur ia merasakan kemajuan rohani. Kemajuan kehidupan rohani
tersebut tidak bergantung kepada sejenis pendidikan atau kwalifikasi
sebelumnya. Cara bhakti dengan sendirinya begitu murni sehingga hanya dengan
menekuninya seseorang disucikan.
Dalam Vedanta-sutra (3.2.26) hal itu juga
diuraikan sebagai berikut: prakasas ca karmany abhyāsāt. Bhakti begitu kuat
sehingga hanya dengan menekuni kegiatan bhakti seseorang pasti dibebaskan dari
kebodohan." Contoh nyata tentang hal ini dapat dilihat dalam penjelmaan
Nārada dahulu. Dalam penjelmaan itu kebetulan Nārada dilahirkan sebagai putera
seorang pembantu. Dia tidak terdidik, dan juga tidak dilahirkan dalam keluarga
yang mempunyai kedudukan tinggi. Tetapi pada waktu ibunya sibuk melayani
beberapa penyembah murni, Nārada pun menjadi tekun, dan kadang-kadang, bila
ibunya sedang ke luar, dia sendiri melayani penyembah-penyembah yang mulia itu.
Nārada sendiri berkata,
ucchiṣṭa-lepān anumodito dvijaiḥ
sakṛt sma bhuñje tad-apāsta-kilbiṣaḥ
evaḿ pravṛttasya
viśuddha-cetasās
tad-dharma evātma-ruciḥ
prajāyate
Dalam ayat Srimad-Bhagavatam (1.5.25), Nārada
menguraikan penjelmaannya yang lalu kepada muridnya yang bernama Vyasadeva.
Nārada mengatakan bahwa pada waktu dia masih anak-anak, dia sibuk sebagai
pembantu penyembah-penyembah murni tersebut. Mereka tinggal di sana selama
empat bulan. Pada waktu itu dia bergaul dengan mereka secara dekat.
Kadang-kadang resi-resi itu meninggalkan sisasisa makanan pada piringnya.
Kemudian anak yang mencuci piring itu ingin mencicipi sisa makanan mereka.
Karena itu, dia minta izin kepada penyembah-penyembah yang mulia itu. Setelah
diizinkan, Nārada mencicipi sisa makanan tersebut. Karena itulah ia dibebaskan
dari segala reaksi dosa. Nārada terus mencicipi sisa makanan resi-resi yang
mulia, sehingga berangsur-angsur hatinya menjadi sesuci resi-resi itu. Para
penyembah yang mulia itu menikmati rasa bhakti yang dilakukan secara terus
menerus kepada Tuhan dengan cara mendengar dan memuji. Tahap demi tahap Nārada
mengembangkan rasa yang sama. Nārada juga berkata:
tatrānvahaḿ kṛṣṇa-kathāḥ
pragāyatām
anugraheṇāśṛṇavaḿ
manoharāḥ
tāḥ śraddhayā me 'nupadaḿ
viśṛṇvataḥ
priyaśravasy ańga mamābhavad
ruciḥ
Melalui pergaulan dengan para resi, berkembanglah
minat dalam hati Nārada untuk mendengar dan memuji kebesaran Tuhan, dan dia
mengembangkan keinginan yang besar untuk berbhakti. Karena itu, sebagaimana
diuraikan dalam Vedanta-sutra, prakasas ca karmany abhyāsāt: Kalau seseorang
hanya menekuni perbuatan bhakti, segala sesuatu akan terungkap kepadanya dengan
sendirinya, sehingga dia dapat mengerti. Ini disebut pratyakṣa, yang berarti
dilihat secara langsung.
Kata dharmyam berarti jalan dharma." Nārada
sebenarnya putera seorang pembantu. Dia tidak mendapat kesempatan untuk
disekolahkan. Dia hanya membantu ibunya. Untungnya ibunya melayani para
penyembah. Nārada yang masih anak-anak juga mendapat kesempatan, dan hanya
dengan pergaulan saja ia mencapai tujuan tertinggi segala kegiatan dharma. Tujuan
tertinggi segala kegiatan dharma ialah bhakti, sebagaimana dinyatakan dalam
Srimad-Bhagavatam (sa vai pumsam paro dharmo yato bhaktir adhoksaje). Orang
yang taat pada prinsip-prinsip dharma pada umumnya tidak mengetahui bahwa
kesempurnaan tertinggi kegiatan dharma ialah tercapai nya bhakti. Sebagaimana
sudah kita bicarakan berhubungan dengan ayat terakhir dari Bab Delapan (vedeṣu
yajñeṣu tapaḥsu caiva), pada umumnya pengetahuan Veda diperlukan untuk
keinsafan diri. Tetapi dalam contoh ini, walaupun Nārada tidak duduk di bangku
perguruan sekolah kerohanian dan belum dididik dalam prinsip-prinsip Veda, ia
mencapai hasil tertinggi pelajaran Veda. Proses tersebut begitu kuat sehingga
walaupun seseorang tidak melaksanakan proses dharma secara teratur, ia dapat di
angkat sampai kesempurnaan tertinggi. Bagaimana mungkin demikian? Ini juga
dibenarkan dalam kesusasteraan Veda; acaryavan puruso veda. Walaupun orang yang
bergaul dengan ācārya-ācārya yang mulia belum terdidik atau belum pernah
mempelajari Veda, ia dapat menguasai segala pengetahuan yang dibutuhkan untuk
keinsafan.
Proses bhakti adalah proses yang sangat
membahagiakan (su-sukham). Mengapa? Bhakti terdiri dari sravanam kirtanam
visnoh. Jadi, seseorang dapat mendengar pujian kebesaran Tuhan atau mendengar
ceramah-ceramah filsafat mengenai pengetahuan rohani yang diberikan oleh
ācārya-ācārya yang dibenarkan. Dengan cara duduk saja seseorang dapat
memperoleh pengetahuan. Kemudian dia dapat mencicipi sisa makanan yang
dipersembahkan kepada Tuhan; makanan yang enak dan lezat. Bhakti bersifat riang
dalam segala keadaan. Seseorang dapat merasakan bhakti dalam keadaan miskin
sekalipun. Krishna bersabda, patram puṣpam phalam toyam: Krishna bersedia
menerima jenis persembahan manapun dari seorang penyembah. Daun, bunga, buah
atau air, yang tersedia di mana-mana di dunia, dapat dipersembahkan oleh semua
orang, walau bagaimanapun kedudukannya dalam masyarakat, dan persembahan itu
akan diterima bila dipersembahkan dengan cinta bhakti. Ada banyak contoh
mengenai hal ini dalam sejarah. Hanya dengan mencicipi daun tulasi yang telah
dipersembahkan pada kakipadma Krishna, resi-resi yang mulia seperti
Sanat-kumara menjadi penyembah-penyembah yang mulia. Karena itu, proses bhakti
sangat baik, dan dapat dilaksanakan dengan riang. Krishna hanya menerima
cinta-bhakti atas benda-benda yang dipersembahkan kepada-Nya.
Di sini dinyatakan bahwa bhakti berada untuk
selamanya. Pendapat para filosof Mayāvadi tentang hal ini tidak benar.
Kadang-kadang mereka mulai melakukan sesuatu yang hanya namanya saja bhakti.
Tetapi maksud mereka ialah meneruskan bhakti selama mereka belum mencapai
pembebasan, tetapi akhirnya, kalau mereka sudah mencapai pembebasan, mereka
akan menunggal dengan Tuhan." Melakukan bhakti secara sementara sampai batas
waktu tertentu itu tidak dapat diakui sebagai bhakti yang murni. Bhakti yang
sejati berjalan terus, bahkan sesudah seseorang mencapai pembebasan sekalipun.
Bila seorang penyembah memasuki planet rohani di kerajaan Tuhan, di sana pula
dia tekun mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dia tidak berusaha
menunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam Bhagavad-gita akan dilihat bahwa bhakti
yang sejati dimulai sesudah pembebasan. Sesudah seseorang mencapai pembebasan,
bila ia mantap pada kedudukan Brahman (brahmabhuta), bhaktinya dimulai (samaḥ
sarveṣu bhūteṣu mad-bhaktim labhate param). Tiada seorangpun yang dapat
memahami Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dengan pelaksanaan karma-yoga,
jñāna-yoga, astanga-yoga atau jenis yoga yang lain secara tersendiri. Cara-cara
yoga tersebut barangkali memungkinkan seseorang maju sedikit menuju
bhakti-yoga, tetapi tanpa mencapai tingkat bhakti, seseorang tidak dapat
mengerti apa arti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Srimad-Bhagavatam,
juga dibenarkan bahwa bila seseorang sudah disucikan dengan cara melaksanakan
proses bhakti, khususnya dengan mendengar Srimad-Bhagavatam atau Bhagavad-gita
dari orang yang sudah insaf akan Diri-Nya, dan dia dapat mengerti ilmu
pengetahuan tentang Krishna, atau ilmu pengetahuan tentang Tuhan Yang Maha Esa.
Evam prasannamanaso bhagavad-bhakti-yogātah. Bila hati seseorang sudah
disucikan dari segala hal yang bukan-bukan, ia dapat mengerti arti Tuhan. Jadi,
proses bhakti, kesadaran Krishna, adalah rājā segala pendidikan dan rājā segala
pengetahuan rahasia. Proses bhakti adalah bentuk kegiatan dharma termurni, dan
dapat dilaksanakan dengan riang tanpa kesulitan. Karena itu, sebaiknya orang
mulai melakukan proses bhakti tersebut.
9.3
aśraddadhānāḥ puruṣā
dharmasyāsya parantapa
aprāpya māḿ nivartante
mṛtyu-saḿsāra-vartmani
aśraddadhānaḥ—orang yang tidak yakin dan
tidak setia; puruṣaḥ—orang seperti itu; dharmasya—menuju proses
dharma; asya—ini; parantapa—wahai pembunuh musuh; aprāpya—tanpa
memperoleh; mām—Aku; nivartante—kembali lagi; mṛtyu—mengenai
kematian; saḿsāra—dalam kehidupan material; vartmani—di jalan.
Terjemahan
Orang yang tidak yakin dan tidak setia
melaksanakan bhakti ini, tidak dapat mencapai kepada-Ku wahai penakluk musuh.
Karena itu, mereka kembali ke jalan kelahiran dan kematian di dunia material.
Penjelasan
Orang yang tidak berkeyakinan tidak dapat
menyelesaikan cara bhakti ini; itulah penjelasan ayat ini. Keyakinan diciptakan
oleh pergaulan dengan para penyembah. Walaupun orang yang kurang beruntung
sudah mendengar segala bukti kesusasteraan Veda dari kepribadian-kepribadian
yang mulia, mereka masih tidak percaya kepada Tuhan. Mereka ragu-ragu dan tidak
dapat menjadi mantap dalam bhakti kepada Tuhan. Jadi, keyakinan merupakan unsur
yang paling penting demi kemajuan kesadaran Krishna. Di dalam
Caitanya-caritamrta dikatakan bahwa keyakinan berarti seseorang yakin
sepenuhnya bahwa hanya dengan mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa Sri
Krishna ia dapat mencapai segala kesempurnaan. Itu disebut keyakinan yang
sejati. Sebagaimana dinyatakan dalam Srimad-Bhagavatam (4.31.14).
yathā taror mūla-niṣecanena
tṛpyanti
tat-skandha-bhujopaśākhāḥ
prāṇopahārāc ca
yathendriyāṇāḿ
tathāiva sarvārhaṇam
acyutejyā
Dengan menyiramkan air pada akar sebatang pohon,
seseorang memuaskan cabang-cabang, ranting-ranting, dan daun-daun pohon itu,
dan dengan memberikan makanan kepada perut, seseorang memuaskan semua indera
pada badan. Begitu pula, dengan menekuni bhakti rohani kepada Tuhan Yang Maha
Esa, dengan sendirinya seseorang memuaskan semua dewa dan makhluk hidup
lainnya." Karena itu, setelah membaca Bhagavad-gita, seharusnya orang
segera mengambil kesimpulan Bhagavad-gita; yaitu, hendaknya ia meninggalkan
segala kesibukan lainnya dan mulai melakukan bhakti kepada Tuhan Yang
Mahakuasa, Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kalau seseorang sudah
yakin tentang filsafat hidup tersebut, itu disebut keyakinan.
Pengembangan keyakinan tersebut adalah proses
kesadaran Krishna. Ada tiga golongan orang yang sadar akan Krishna. Golongan
ketiga adalah orang yang tidak berkeyakinan. Walaupun mereka sibuk dalam bhakti
sebagai kedok, mereka tidak dapat mencapai tingkat kesempurnaan tertinggi.
Kemungkinan besar mereka akan jatuh, sesudah beberapa waktu. Barangkali mereka
menjadi tekun, tetapi oleh karena mereka belum memiliki keyakinan dan
kepercayaan sepenuhnya, sehingga sulit sekali bagi mereka melanjutkan kesadaran
Krishna. Kami sudah mengalami secara nyata dalam menjalankan kegiatan
mengajarkan bahwa ada beberapa orang yang datang dan ikut dalam kesadaran
Krishna, dengan suatu maksud tersembunyi, lalu begitu keadaan ekonomi mereka
menjadi agak baik, mereka meninggalkan proses ini dan mulai lagi mengikuti
cara-cara mereka yang lama. Mengenai pengembangan keyakinan, orang yang sudah menguasai
kesusasteraan bhakti dengan baik dan sudah mencapai tingkat keyakinan yang
teguh disebut manusia kelas utama dalam kesadaran Krishna. Golongan kedua
terdiri dari orang yang belum maju sekali dalam usaha mengerti Kitab-kitab Suci
bhakti, tetapi dengan sendirinya mereka mempunyai keyakinan yang kuat bahwa
Krsna bhakti, atau pengabdian kepada Krishna, adalah cara terbaik, dan karena
itu mereka sudah mulai melakukan bhakti dengan keyakinan yang baik. Mereka
lebih maju dari golongan ketiga yang belum memiliki pengetahuan yang sempurna
tentang Kitab-kitab Suci maupun keyakinan yang baik, tetapi hanya berusaha
mengikuti bhakti melalui pergaulan dan kesederhanaan. Golongan ketiga dalam
kesadaran Krishna tersebut barangkali jatuh, tetapi apabila seorang sudah
mencapai golongan kedua, ia tidak akan jatuh, dan mereka yang sudah mencapai
golongan pertama dalam kesadaran Krishna tidak mungkin jatuh. Mereka yang sudah
mencapai golongan pertama dalam kesadaran Krishna pasti akan maju dan akhirnya
berhasil. Mengenai orang yang termasuk golongan ketiga dalam kesadaran Krishna,
walaupun dia percaya pada keyakinan bahwa bhakti kepada Krishna sangat baik, ia
belum memperoleh pengetahuan secukupnya tentang Krishna melalui Kitab-kitab
Suci seperti Srimad-Bhagavatam dan Bhagavad-gita. Kadang-kadang mereka yang
termasuk golongan ketiga dalam kesadaran Krishna cenderung pada karma-yoga dan
jñāna-yoga, dan kadang-kadang mereka goyah, tetapi begitu penyakit karma-yoga
atau jñāna-yoga sembuh, mereka menjadi golongan kedua atau golongan utama dalam
kesadaran Krishna. Keyakinan terhadap Krishna juga dibagi menjadi tiga tingkat
dan diuraikan dalam Srimad-Bhagavatam. Ikatan kelas utama, ikatan kelas dua dan
ikatan kelas tiga juga dijelaskan dalam skanda kesebelas dari Srimad-Bhagavatam.
Kendatipun orang yang tidak berkeyakinan sama sekali sudah mendengar tentang
Krishna dan kemuliaan bhakti, mereka menganggap hal itu hanya dongeng belaka.
Walaupun mereka dianggap tekun dalam bhakti, tetapi mereka menemukan bahwa
jalan itu amat sulit. Kecil sekali harapan bahwa mereka akan mencapai
kesempurnaan. Karena itu, keyakinan sangat penting dalam pelaksanaan bhakti.
9.4
mayā tatam idaḿ sarvaḿ
jagad avyakta-mūrtinā
mat-sthāni sarva-bhūtāni
na cāhaḿ teṣv avasthitaḥ
mayā—oleh-Ku; tatam—berada di
mana-mana; idam—ini; sarvam—seluruh; jagat—manifestasi
alam semesta; avyakta-mūrtinā—oleh bentuk yang tidak terwujud; mat-sthāni—di
dalam diri-Ku; sarva-bhūtāni—semua makhluk hidup; na—tidak; ca—juga;
aham—Aku; teṣu—dalam mereka; avasthitāḥ—berada.
Terjemahan
Aku berada di mana-mana di seluruh alam semesta dalam bentuk -Ku yang tidak
terwujud. Semua makhluk hidup berada dalam diri-Ku, tetapi Aku tidak berada di
dalam mereka.
Penjelasan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat dipahami
melalui indera-indera yang kasar. Dinyatakan:
ataḥ śrī-kṛṣṇa-nāmādi
na bhaved grāhyam indriyaiḥ
sevonmukhe hi jihvādau
svayam eva sphuraty adaḥ
(Bhakti-rasāmṛta-sindhu 1.2.234)
Nama, kemasyhuran dan kegiatan Sri Krishna dan
sebagainya tidak dapat dimengerti oleh indera-indera material. Krishna hanya
memperlihatkan Diri Beliau kepada orang yang tekun dalam bhakti yang murni di
bawah bimbingan yang benar. Dalam Brahma-samhita (5.38) dinyatakan,
premanjana-cchurita-bhakti-vilocanena santaḥ sadaivah rdayesu vilokayanti:
Seseorang dapat melihat Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Govinda, yang selalu
bersemayam di dalam Diri-Nya dan di luar Diri-Nya kalau ia sudah mengembangkan
sikap cinta bhakti rohani kepada beliau. Jadi, orang awam belum melihat
Krishna. Di sini dinyatakan walaupun Krishna adalah Yang Mahaada dan berada di
mana-mana, Beliau tidak dapat dilihat oleh indera-indera material.
Kenyataan ini disebut di sini dengan kata
avyakta-mūrtinā. Tetapi walaupun kita belum dapat melihat Krishna, sebenarnya
segala sesuatu bersandar di dalam Krishna. Sebagaimana dibicarakan dalam Bab
Tujuh, seluruh manifestasi alam semesta tidak lain daripada gabungan dua tenaga
Krishna—tenaga utama atau tenaga rohani dan tenaga yang rendah atau tenaga
material.
Seperti halnya sinar matahari yang tersebar di
seluruh pelosok alam semesta, begitu pula Tuhan tersebar di mana-mana dalam
ciptaan dan segala sesuatu bersandar di dalam tenaga itu.
Namun seharusnya orang jangan menyimpulkan bahwa
Krishna sudah kehilangan keberadaan pribadi-Nya karena Beliau tersebar di
mana-mana. Untuk membuktikan kesalahan argumentasi itu, Sri Krishna bersabda,
Aku berada di mana-mana, dan segala sesuatu berada di dalam Diri-Ku, namun Aku
tetap menyisih dari semuanya." Misalnya, seorang raja memimpin
pemerintah yang tidak lain daripada manifestasi tenaga dari Diri-Nya. Berbagai
departemen pemerintah tidak lain daripada tenaga-tenaga sang raja , dan
tiap-tiap departemen bersandar pada kekuatan sang raja . Tetapi kita
tidak dapat mengharapkan bahwa sang raja sendiri berada di setiap
departemen. Itu merupakan contoh yang sederhana. Begitu pula, semua manifestasi
yang kita lihat dan segala sesuatu yang ada, baik di dunia material maupun di
dunia rohani, bersandar kepada tenaga Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Ciptaan
terjadi karena tersebarnya berbagai tenaga Krishna. Sebagaimana dinyatakan
dalam Bhagavad-gita, viṣṭabhyaham idam krtsnam: Krishna berada di mana-mana
dalam perwujudan pribadi-Nya, yaitu tersebarnya berbagai tenaga-Nya.
9.5
na ca mat-sthāni bhūtāni
paśya me yogam aiśvaram
bhūta-bhṛn na ca bhūta-stho
mamātmā bhūta-bhāvanaḥ
na—tidak pernah; ca—juga; mat-sthāni—berada
di dalam Diri-Ku; bhūtāni—segala ciptaan; paśya—lihatlah; me—milik-Ku;
yogam aiśvaram—kekuatan batin yang tidak dapat dipahami; bhūta-bhṛt—pemelihara
semua makhluk hidup; na—tidak pernah; ca—juga; bhūta-sthaḥ—dalam
manifestasi alam semesta; mama—milik-Ku; ātmā—Diri; bhūta-bhāvanaḥ—asal
mula segala manifestasi
Terjemahan
Namun segala sesuatu yang diciptakan tidak
bersandar di dalam Diri-Ku. Lihatlah kehebatan batin-Ku! walaupun aku
memelihara semua makhluk hidup dan walaupun Aku berada di mana-mana, namun Aku
bukan bagian dari manifestasi alam semesta ini, sebab Diri-Ku adalah asal mula
ciptaan.
Penjelasan
Krishna menyatakan bahwa segala sesuatu bersandar
pada Diri-Nya (mat-sthāni sarva-bhūtāni). Hendaknya orang jangan salah paham
tentang kenyataan ini. Krishna tidak tersangkut secara langsung dalam
pemeliharaan manifestasi material-Nya. Kadang-kadang kita melihat gambar dewa
Atlas yang sedang memikul bola dunia pada bahūn ya; kelihatannya dia lelah
sekali karena memikul bola bumi yang besar ini. Hendaknya orang jangan
membayangkan gambar seperti itu berhubungan dengan cara Krishna menyangga alam
semesta yang diciptakan. Krishna menyatakan bahwa walaupun segala sesuatu
bersandar pada Diri-Nya, Beliau tetap menyisih. Susunan planet melayang di
angkasa dan angkasa itu adalah tenaga Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi Tuhan Yang
Maha Esa berbeda dari angkasa. Beliau berada di tempat yang lain. Karena itu
Krishna bersabda, Walaupun susunan-susunan planet bersandar pada tenaga-Ku yang
tidak dapat dipahami, namun sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Aku
menyisih dari susunan-susunan planet itu." Inilah kehebatan Tuhan yang
tidak dapat dipahami.
Dalam kamus Veda yang berjudul Nirukti,
dinyatakan yujyate 'nena durghatesu karyesu: Tuhan Yang Maha Esa melakukan
kegiatan ajaib yang tidak dapat dipahami, dan memperlihatkan tenaga-Nya."
Kepribadian Krishna penuh berbagai tenaga yang kuat, dan ketabahan hati Beliau
dengan sendirinya merupakan kenyataan. Dengan cara demikian, Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa dipahami. Barangkali kita berpikir untuk melakukan sesuatu,
tetapi ada banyak alangan dan kadang-kadang kita tidak dapat berbuat sesuka
hati kita. Tetapi bila Krishna ingin melakukan sesuatu, hanya dengan
menginginkan saja, segala sesuatu dilaksanakan dengan cara begitu sempurna
sehingga orang tidak dapat membayangkan bagaimana perbuatan itu sedang
dilaksanakan. Krishna menjelaskan kenyataan ini: Walaupun Krishna memelihara
seluruh manifestasi material namun Beliau tidak menyentuh manifestasi material
ini. Hanya atas kehendak Beliau Yang Paling Utama, segala sesuatu diciptakan,
segala sesuatu dipelihara dan segala sesuatu dilebur. Tidak ada perbedaan
antara pikiran dan Diri Krishna (seperti perbedaan yang ada antara diri kita
dan pikiran material kita sekarang), sebab Krishna bersifat rohani mutlak.
Krishna berada di dalam segala sesuatu pada waktu yang sama; namun orang awam tidak
dapat mengerti bagaimana Beliau juga ada secara pribadi. Krishna berbeda dari
manifestasi material ini, namun segala sesuatu bersandar kepada Beliau.
Kenyataan ini dijelaskan di sini sebagai yogam aiśvaram, kekuatan batin
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
9.6
yathākāśa-sthito nityaḿ
vāyuḥ sarvatra-go mahān
tathā sarvāṇi bhūtāni
mat-sthānīty upadhāraya
yathā—bagaikan; ākāśa-sthitaḥ—terletak
di angkasa; nityam—selalu; vāyuḥ—angin; sarvatra-gaḥ—bertiup
di mana-mana; mahān—besar; tathā—seperti itu pula; sarvāni
bhūtāni—semua makhluk hidup yang diciptakan; mat-sthāni—berada di
dalam Diri-Ku; iti—demikian; upadhāraya—cobalah mengerti.
Terjemahan
Mengertilah bahwa semua makhluk hidup yang
diciptakan bersandar dalam Diri-Ku bagaikan angin besar yang bertiup di
mana-mana selalu berada di angkasa.
Penjelasan
Orang biasa hampir tidak dapat mengerti bagaimana
ciptaan material yang amat besar ini bersandar di dalam Diri Krishna. Tetapi
Krishna mengemukakan contoh yang dapat membantu kita untuk mengerti hal ini.
Mungkin angkasa adalah manifestasi terbesar yang dapat kita bayangkan.
Diangkasa itu, angin atau udara adalah di alam semesta. Gerak angin
mempengaruhi gerak segala benda lainnya. Walaupun angin besar sekali, angin
masih terletak di dalam angkasa; angin tidak di luar angkasa. Begitu pula,
semua manifestasi alam semesta yang ajaib terwujud atas kehendak Yang Paling
Utama, Tuhan Yang Maha Esa, dan semuanya takluk kepada kehendak Yang Paling
Utama itu. Pada umumnya kita mengatakan bahwa tiada sehelai rumput pun yang
bergerak tanpa kehendak Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, segala sesuatu
bergerak di bawah kehendak Krishna: Atas kehendak Krishna segala sesuatu
diciptakan, dan segala sesuatu sedang dipelihara, dan segala sesuatu dilebur.
Namun Krishna masih tetap menyisih dari segala sesuatu, bagaikan angkasa yang
selalu menyisih dari kegiatan angin.
Dalam Upanisad-upanisad, dinyatakan, yad-bhisa
vatah pavate. Angin bertiup karena takut kepada Tuhan Yang Maha Esa"
(Taittiriya Upanisad 2.8.1). Dalam Brhad-aranyaka Upanisad (3.8.9) dinyatakan,
etasya va akṣarasya prasasane gargi suryacandra masau vidhrtau tisthata etasya
va akṣarasya prasasane gargi dyav-aprthivyau vidhrtau tisthatah. Atas perintah
Yang Mahakuasa, di bawah pengawasan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, bulan,
matahari dan planet-planet besar lainnya bergerak." Dalam Brahma-samhita
(5.52) juga dinyatakan:
yac-cakṣur eṣa savitā
sakala-grahāṇāḿ
rājā samasta-sura-mūrtir
aśeṣa-tejāḥ
yasyājñayā bhramati
sambhṛta-kāla-cakro
govindam ādi-puruṣaḿ tam
ahaḿ bhajāmi
Ayat ini menguraikan gerak matahari. Dinyatakan
bahwa matahari adalah salah satu mata Tuhan Yang Maha Esa dan bahwa matahari
mempunyai kekuatan yang besar sekali untuk memancarkan panas dan cahaya. Namun,
matahari bergerak dalam garis perjalanan yang sudah ditetapkan atas perintah
dan kehendak Yang Paling Utama Govinda. Jadi, dari kesusasteraan Veda kita
menemukan bukti bahwa manifestasi material ini, yang kelihatannya sangat ajaib
dan besar menurut pandangan kita, sepenuhnya di bawah pengendalian Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa. Kenyataan ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam ayat-ayat
berikut dalam bab ini.
9.7
sarva-bhūtāni kaunteya
prakṛtiḿ yānti māmikām
kalpa-kṣaye punas tāni
kalpādau visṛjāmy aham
sarva-bhūtāni—semua makhluk yang
diciptakan; kaunteya—wahai putera Kuntī ; prakṛtim—tenaga;
yānti—masuk; māmikām—milik-Ku; kalpa-kṣaye—pada akhir
jaman; punaḥ—lagi; tāni—semua itu; kalpa-ādau—pada awal
jaman; visṛjāmi—menciptakan; aham—Aku.
Terjemahan
Wahai putera Kuntī, pada akhir jaman, semua
manifestasi material masuk ke dalam tenaga-Ku, dan pada awal jaman lain, Aku
menciptakannya sekali lagi dengan kekuatan-Ku.
Penjelasan
Ciptaan, pemeliharaan dan peleburan manifestasi
alam material ini sepenuhnya bergantung kepada kehendak Yang Mahakuasa,
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Pada akhir jaman" berarti pada waktu
Brahma tutup usia. Brahma hidup selama seratus tahun, dan satu hari bagi Brahma
diperhitungkan sama dengan 4.300.000.000 tahun di bumi ini, dan malam harinya
juga sama. Satu bulan bagi Brahma terdiri dari tiga puluh hari dan tiga puluh
malam sepanjang itu, dan satu tahun terdiri dari dua belas bulan. Sesudah
seratus tahun sepanjang itu, pada waktu Brahma tutup usia, terjadilah peleburan
atau pralaya. Ini berarti tenaga yang diwujudkan oleh Tuhan Yang Maha Esa
sekali lagi ditarik ke dalam Diri-Nya. Kemudian sekali lagi, bila alam semesta
perlu diwujudkan lagi, itu diwujudkan atas kehendak Beliau. Bahu syam: Walaupun
Aku adalah satu, Aku akan menjadi banyak. "Semboyan tersebut tercantum
dalam Veda (Chandogya Upanisad 6.2.3). Krishna mewujudkan Diri-Nya dalam tenaga
material ini, dan seluruh manifestasi alam semesta terjadi sekali lagi.
9.8
prakṛtiḿ svām avaṣṭabhya
visṛjāmi punaḥ punaḥ
bhūta-grāmam imaḿ kṛtsnam
avaśaḿ prakṛter vaśāt
prakṛtim—alam material; svām—dari
Diri Pribadi-Ku; avaṣṭabhya—masuk ke dalam; visṛjāmi—Aku
menciptakan; punaḥ punaḥ—berulang kali; bhūta-grāmam—semua
manifestasi alam semesta; imām—yang ini; kṛtsnam—secara
keseluruhan; avaśam—dengan sendirinya; prakṛteḥ—dari kekuatan
alam; vaśāt—di bawah kewajiban.
Terjemahan
Seluruh susunan alam semesta di bawah-Ku. Atas
kehendak-Ku alam semesta dengan sendirinya diwujudkan berulang kali. Atas
kehendak-Ku akhirnya alam semesta dileburkan.
Penjelasan
Dunia material ini adalah manifestasi tenaga
rendah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kenyataan ini sudah dijelaskan beberapa
kali. Pada waktu ciptaan, tenaga material dilepaskan sebagai mahat-tattva.
Tuhan masuk ke dalam mahat-tattva itu sebagai penjelmaan Purusa pertama dari
Diri-Nya. Purusa yang pertama itu bernama MahaVisnu. MahaVisnu berbaring di
dalam lautan penyebab dan menghembuskan alam semesta-alam semesta yang
jumlahnya tidak dapat dihitung. Kemudian Beliau menjelma sekali lagi ke dalam
tiap-tiap alam semesta sebagai Garbhodakakasayi Visnu. Tiap-tiap alam semesta
diciptakan dengan cara seperti itu. Sekali lagi Beliau mewujudkan Diri-Nya
sebagai Ksirodakasayi Visnu, dan Ksirodakasayi Visnu masuk ke dalam segala
sesuatu—bahkan ke dalam atom yang paling kecil sekalipun. Kenyataan ini
dijelaskan di sini. Beliau masuk ke dalam segala sesuatu.
Para makhluk hidup dimasukkan ke dalam alam
material ini, dan sebagai akibat perbuatannya dari dahulu, mereka mengambil
berbagai kedudukan. Dengan cara seperti itu, mulailah kegiatan dunia material
ini. Kegiatan berbagai jenis makhluk hidup dimulai sejak saat dunia diciptakan.
Anggapan bahwa semua jenis kehidupan berevolusi tidak benar. Berbagai jenis kehidupan
diciptakan secara bersamaan dengan alam semesta. Manusia, binatang,
burung—segala sesuatu diciptakan sekaligus, sebab keinginan apapun yang ada di
dalam hati para makhluk hidup pada saat peleburan yang lalu kembali diwujudkan.
Ditunjukkan dengan jelas di sini dengan kata avaśam bahwa para makhluk hidup
tidak mempunyai hubungan apapun dengan proses tersebut. Keadaan para makhluk
hidup dalam penjelmaannya yang lalu dalam ciptaan yang lalu hanya diwujudkan
kembali, dan semua ini dilakukan hanya atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
Inilah kekuatan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang tidak terhingga. Sesudah
menciptakan berbagai jenis kehidupan, Beliau tidak mempunyai hubungan dengan
jenis-jenis kehidupan itu. Ciptaan terjadi untuk memenuhi kecenderungan berbagai
makhluk hidup. Karena itu, Krishna tidak terlibat dalam hal itu.
9.9
na ca māḿ tāni karmaṇi
nibadhnanti dhanañjaya
udāsīna-vad āsīnam
asaktaḿ teṣu karmasu
na—tidak pernah; ca—juga; mām—Aku;
tāni—semua itu; karmaṇi—kegiatan; nibadhnanti—mengikat; dhanañjaya—wahai
perebut kekayaan; udāsīna-vat—seolah-olah netral; āsīnam—terletak;
asaktam—tanpa tertarik; teṣu—untuk yang itu; karmasu—kegiatan.
Terjemahan
Wahai dhanañjaya, segala pekerjaan ini tidak
dapat mengikat Diri-Ku. Aku tetap tidak pernah terikat terhadap segala kegiatan
material itu, dan Aku tetap netral.
Penjelasan
Berhubungan dengan hal ini, hendaknya orang
jangan menganggap Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak mempunyai kesibukan. Di
dunia rohani-Nya Beliau selalu sibuk. Dalam Brahma-samhita (5.6) dinyatakan,
atmaramasya tasyasti prakrtya na samagamaḥ: Beliau selalu sibuk dalam kegiatan
rohani yang kekal dan penuh kebahagiaan, tetapi Beliau tidak mempunyai hubungan
dengan kegiatan material ini. Kegiatan material sedang dijalankan oleh berbagai
kekuatan Krishna. Krishna selalu netral terhadap kegiatan material di dunia
yang diciptakan. Keadaan netral ini disebut dalam ayat ini dengan kata
udāsīna-vat. Walaupun Krishna mengendalikan tiap-tiap kegiatan material sampai
hal kecilkecil, Beliau tetap netral. Contoh dapat diberikan seperti halnya
seorang hakim di Pengadilan Tinggi yang sedang duduk di kursinya. Atas perintah
hakim, begitu banyak kegiatan terjadi—seseorang dijatuhi hukuman mati,
seseorang dipenjarakan, seseorang diberi kekayaan yang banyak—namun hakim tetap
netral. Hakim tidak mempunyai hubungan dengan segala laba dan rugi tersebut.
Begitu pula Tuhan selalu netral, walaupun tangan Beliau berada di setiap
lapangan kegiatan. Dalam Vedanta-sutra (2.1.34) dinyatakan, vaisamyanairgh‚nye
na: Beliau tidak berada di dalam hal-hal relatif dunia material ini. Beliau
melampaui hal-hal relatif itu. Beliau juga tidak terikat kepada ciptaan dan
peleburan dunia material ini. Para makhluk hidup mengambil berbagai bentuknya
dalam aneka jenis kehidupan menurut perbuatannya dari dahulu, dan Tuhan tidak
campur tangan dengan mereka.
9.10
mayādhyakṣeṇa prakṛtiḥ
sūyate sa-carācaram
hetunānena kaunteya
jagad viparivartate
mayā—oleh-Ku; adhyakṣeṇa—oleh
pengawasan; prakṛtiḥ—alam material; sūyate—mewujudkan; sa—kedua-duanya;
cara-acaram—yang bergerak dan yang tidak bergerak; hetunā—karena
alasan; anena—ini; kaunteya—wahai putera Kuntī ; jagat—manifestasi
alam semesta; viparivartate—bekerja.
Terjemahan
Alam material ini, salah satu di antara
tenaga-tenaga-Ku, bekerja dibawah perintah-Ku, dan menghasilkan semua makhluk
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, wahai putera Kuntī. Di bawah
hukum-hukum alam material, manifestasi ini diciptakan dan dilebur berulangkali.
Penjelasan
Dinyatakan dengan jelas di sini bahwa walaupun
Tuhan Yang Maha Esa menyisih dari segala kegiatan dunia material, Beliau tetap
sebagai Yang Mahakuasa. Tuhan Yang Maha Esa adalah hasrat yang paling utama dan
latar belakang manifestasi material ini, tetapi pengelolaan sedang dijalankan
oleh alam material. Dalam Bhagavad-gita Krishna juga bersabda, Aku adalah
ayah," semua makhluk hidup dalam berbagai jenis dan bentuk kehidupan. Ayah
memberi benih anak di dalam kandungan seorang ibu. Begitupula, Tuhan Yang Maha
Esa hanya dengan kedip mata-Nya saja memasukkan semua makhluk hidup ke dalam
kandungan alam material, lalu para makhluk hidup keluar dalam berbagai bentuk
dan jenisnya, menurut keinginan dan kegiatannya yang terakhir. Walaupun semua
makhluk hidup tersebut dilahirkan di bawah pengawasan Tuhan Yang Maha Esa,
mereka mengambil jenis badannya menurut perbuatan dan keinginan yang terakhir.
Jadi, Tuhan Yang Maha Esa tidak terikat secara langsung pada ciptaan material
ini. Beliau hanya memandang alam material; dengan demikian alam material
digerakkan, dan segala sesuatu segera diciptakan. Oleh karena Beliau memandang
alam material, tentu saja ada kegiatan dari pihak Beliau, tetapi Beliau tidak
mempunyai hubungan langsung dengan manifestasi di dunia material. Contoh
berikut diberikan dalam smrti: Bila ada bunga yang wangi di depan seseorang,
bau wangi dari bunga itu disentuh oleh daya cium orang itu, namun kegiatan
mencium bunga dan bunga itu terpisah satu sama lain. Ada hubungan yang serupa
antara dunia material dan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; sebenarnya Beliau
tidak mempunyai hubungan dengan dunia material ini, tetapi Beliau menciptakan
dengan kedip mata-Nya dan memprakarsai. Sebagai ringkasan, tanpa pengawasan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, alam material ini tidak dapat berbuat apa-apa.
Namun Kepribadian Yang Paling Utama menyisihkan diri dari segala kegiatan
material.
9.11
avajānanti māḿ mūḍhā
mānuṣīḿ tanum āśritam
paraḿ bhāvam ajānanto
mama bhūta-maheśvaram
avajānanti—mengejek; mām—Aku; mūḍhāḥ—orang
bodoh; mānuṣīm—dalam bentuk manusia; tanum—sebuah badan; āśritam—menerima;
param—rohani; bhāvam—sifat; ajānantaḥ—tidak mengetahui; mama—milik-Ku;
bhūta—segala sesuatu yang ada; mahā-īśvaram—Pemilik Yang Paling
Utama.
Terjemahan
Orang bodoh mengejek diri-Ku bila Aku turun dalam
bentuk seperti manusia. Mereka tidak mengenal sifat rohani-Ku sebagai Tuhan
Yang Maha Esa yang berkuasa atas segala sesuatu yang ada.
Penjelasan
Berkenaan dengan penjelasan ayat-ayat sebelumnya
dalam bab ini, sudah jelas bahwa walaupun Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
muncul seperti seorang manusia, Beliau bukan manusia biasa. Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa, yang menjalankan ciptaan, pemeliharaan dan peleburan seluruh
manifestasi alam semesta tidak mungkin manusia biasa. Namun, ada banyak orang
bodoh yang menganggap Krishna tidak lebih daripada manusia perkasa. Sebenarnya,
Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang asli, sebagaimana
dibenarkan dalam Brahma-samhita (īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇah); Krishna adalah
Tuhan Yang Maha Esa.
Ada banyak Isvara, tujuan-tujuan yang
mengendalikan, dan kelihatannya yang satu lebih hebat daripada yang lain. Dalam
pelaksanaan kegiatan di dunia material, kita menemukan pejabat atau pengurus.
Di atas pejabat atau pengurus itu ada sekretaris. Di atas sekretaris ada
menteri, dan di atas menteri ada seorang presiden. Tiap-tiap kepribadian
tersebut mengendalikan, tetapi yang satu dikendalikan oleh yang lain. Dalam
Brahma-samhita, dinyatakan bahwa Krishna adalah kepribadian yang mengendalikan
segala sesuatu. Tentu saja ada banyak kepribadian yang mengendalikan, baik di
dunia material maupun di dunia rohani. Tetapi Krishna adalah kepribadian yang
tertinggi yang mengendalikan segala sesuatu (īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇah), dan
badan Krishna bersifat sac-cid-ananda, atau bukan material.
Badan-badan material tidak dapat melakukan
perbuatan ajaib yang diuraikan dalam ayat-ayat sebelum ayat ini. Badan Krishna
kekal, penuh kebahagiaan dan penuh pengetahuan. Kendatipun Krishna bukan
manusia biasa, tetapi orang bodoh mengejek Krishna dan menganggap Krishna
sebagai manusia biasa. Dalam ayat ini, badan Krishna disebut mānuṣīm karena
Krishna bertindak seperti seorang manusia, kawan Arjuna, seorang tokoh politik
yang terlibat dalam Perang Kuruksetra. Krishna bertindak seperti manusia biasa
dengan banyak cara, tetapi sebenarnya badan Krishna adalah sac-cid-ananda
vigraha—kebahagiaan kekal dan pengetahuan mutlak. Kenyataan ini juga dibenarkan
dalam Veda. Sac-cid-anandarupaya kṛṣṇa ya: Hamba bersujud kepada Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, bentuk kekal pengetahuan dan kebahagiaan."
(Gopala-tapani Upanisad 1.1). Ada banyak uraian lain dalam Veda. Tam ekam
govindam: Anda adalah Govinda, kebahagiaan indera-indera dan sapi-sapi." Sac-cid-anandavigraham:
Bentuk anda bersifat rohani, penuh pengetahuan, kebahagiaan dan
kekekalan." (Gopala-tapani Upanisad 1.35)
Walaupun badan Sri Krishna bersifat rohani, penuh
kebahagiaan dan pengetahuan, banyak orang yang hanya namanya saja sarjana dan
penafsir Bhagavad-gita mengejek Krishna sebagai manusia biasa. Mungkin seorang
sarjana dilahirkan sebagai manusia luar biasa karena perbuatan yang baik dari
penjelmaan yang lalu, tetapi paham seperti itu tentang Sri Krishna disebabkan
kekurangan pengetahuan. Karena itu, mereka disebut dengan istilah muda, sebab
hanya orang bodoh menganggap Krishna manusia biasa. Orang bodoh menganggap
Krishna manusia biasa karena mereka belum mengenal kegiatan rahasia Tuhan Yang
Maha Esa dan berbagai tenaga Beliau. Mereka tidak mengetahui bahwa Krishna
adalah lambang pengetahuan dan kebahagiaan lengkap, bahwa Krishna adalah
Pemilik segala sesuatu dan Beliau dapat menganugerahkan pembebasan kepada siapa
pun. Oleh karena mereka tidak mengetahui bahwa Krishna memiliki begitu banyak
kwalifikasi rohani, mereka mengejek Krishna.
Mereka juga tidak mengetahui bahwa penjelmaan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa di dunia material ini adalah perwujudan tenaga
dalam milik Krishna. Krishna adalah Penguasa tenaga material. Sebagaimana
dijelaskan dalam beberapa ayat (mama mayā duratyayā), Krishna menyatakan bahwa
walaupun tenaga material sangat perkasa, tenaga material itu dibawah
pengendalian Diri-Nya, dan siapa pun yang menyerahkan diri kepada Krishna dapat
keluar dari pengendalian tenaga material. Kalau roh yang sudah menyerahkan diri
kepada Krishna dapat keluar dari pengaruh tenaga material, bagaimana mungkin
Tuhan Yang Maha Esa, yang menjalankan ciptaan, pemeliharaan dan peleburan
seluruh alam semesta, dapat memiliki badan material seperti kita? Karena itu,
paham bahwa Krishna mempunyai badan material adalah kebodohan belaka. Akan
tetapi, orang bodoh tidak dapat membayangkan bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa, Krishna, yang muncul seperti manusia biasa, dapat mengendalikan semua atom
dalam manifestasi bentuk semesta yang maha besar. Yang paling besar dan paling
kecil di luar jangkauan mereka, karena itu, mereka tidak dapat membayangkan
bahwa suatu bentuk seperti bentuk manusia dapat mengendalikan yang tidak
terhingga dan yang paling kecil pada waktu yang sama. Sebenarnya, walaupun
Krishna mengendalikan yang tidak terhingga dan yang terbatas, Beliau terpisah
dari segala manifestasi itu. Mengenai yogam aiśvaram, atau kekuatan
rohani Krishna yang tidak dapat dipahami, dinyatakan dengan jelas bahwa Beliau
dapat mengendalikan yang tidak terhingga dan yang terbatas pada waktu yang sama
dan bahwa Beliau tetap menyisih dari semuanya. Orang bodoh tidak dapat
membayangkan bagaimana Krishna, yang muncul seperti manusia biasa, dapat
mengendalikan yang tidak terhingga dan yang terbatas. Tetapi para penyembah
yang murni mengakui kenyataan itu, sebab mereka mengetahui bahwa Krishna adalah
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, mereka menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Krishna dan menekuni kesadaran Krishna, bhakti kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Ada banyak perselisihan paham antara orang yang
tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dan orang yang mengakui bentuk pribadi
Tuhan mengenai penjelmaan Krishna sebagai manusia. Tetapi kalau kita meneliti
Bhagavad-gita dan Srimad-Bhagavatam, teks-teks yang dibenarkan untuk mengerti
ilmu pengetahuan tentang Krishna, kita dapat mengerti bahwa Krishna adalah
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Krishna bukan manusia biasa, walaupun Krishna
muncul di bumi ini seperti manusia biasa. Dalam Srimad-Bhagavatam, Skanda
pertama, Bab Pertama, pada waktu para resi yang dipimpin oleh Saunaka bertanya
tentang kegiatan Krishna, mereka berkata:
kṛtavān kila karmaṇi
saha rāmeṇa keśavaḥ
ati-martyāni bhagavān
gūḍhaḥ kapaṭa-māṇuṣaḥ
Sri Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa,
bersama Balarama, bermain seperti manusia, dan dengan menyamar seperti itu
Beliau melakukan banyak kegiatan yang melampaui kekuatan manusia" (Bhag.
1.1.20). Penjelmaan Krishna sebagai manusia membingungkan orang bodoh. Tidak
mungkin seorang manusia melakukan perbuatan ajaib yang dilakukan oleh Krishna
selama Beliau berada di bumi ini. Pada waktu Krishna muncul di hadapan ayah dan
ibu-Nya, Vasudeva dan Devaki, Beliau muncul dengan bentuk yang berlengan empat,
tetapi sesudah orang tua-Nya berdoa, Beliau mengubah Diri-Nya menjadi anak
biasa. Sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavatam (10.3.46), babhūva
prakrtah sisuh; Krishna menjadi seperti anak biasa, manusia biasa. Di
sini sekali lagi disebut bahwa penjelmaan Krishna sebagai manusia biasa adalah
salah satu ciri badan rohani-Nya. Dalam Bab Sebelas Bhagavad-gita juga
dinyatakan bahwa Arjuna berdoa supaya dia dapat melihat bentuk Krishna yang
berlengan empat (tenaiva rūpeṇa catur-bhujena). Sesudah memperlihatkan bentuk
tersebut, atas permintaan Arjuna, sekali lagi Krishna mengubah Diri dalam
bentuk-Nya yang asli seperti manusia (mānuṣam rupam). Berbagai ciri Tuhan Yang
Maha Esa tersebut tentu saja bukan ciri-ciri manusia biasa.
Beberapa orang yang mengejek Krishna mengidap
penyakit filsafat Mayāvadi, mereka mengutip ayat Srimad-Bhagavatam (3.29.21)
untuk membuktikan bahwa Krishna hanya manusia biasa. Aham sarveṣu bhūteṣu
bhutatma-vāsthitāḥ sada. Yang Mahakuasa berada di dalam setiap makhluk
hidup."
Lebih baik kita mengikuti ayat ini menurut
penjelasan dari para ācārya Vaisnava seperti Jiva Gosvami dan Visvanatha
Cakravarti Thakura daripada mengikuti penafsiran dari orang yang tidak
dibenarkan mengejek Krishna. Jiva Gosvami dalam penjelasannya mengenai ayat ini
menyatakan bahwa Krishna, dalam penjelmaan-Nya yang berkuasa penuh sebagai
Paramatma, bersemayam di dalam hati makhluk hidup yang bergerak dan tidak
bergerak sebagai Roh Yang Utama. Karena itu, penyembah yang baru mulai belajar
yang memperhatikan arcamurti, atau bentuk Tuhan Yang Maha Esa di tempat
sembahyang, tetapi tidak menghormati makhluk hidup lainnya, sebenarnya
sembahyang dengan cara yang kurang berguna. Ada tiga jenis penyembah Tuhan, dan
orang yang baru mulai belajar berada pada tingkat yang paling rendah. Penyembah
yang baru mulai belajar lebih memperhatikan Arca di tempat sembahyang daripada
memperhatikan penyembah-penyembah lain. Karena itu, Visvanatha Cakravarti
Thakura memberi peringatan bahwa sikap mental seperti ini sebaiknya diperbaiki.
Seorang penyembah hendaknya melihat bahwa oleh karena Krishna bersemayam di
dalam hati semua orang sebagai Paramatma, setiap badan adalah penutup jasmani
atau tempat sembahyang memuja Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, seperti halnya
seseorang menghormati tempat sembahyang kepada Tuhan, seperti itu pula dia
harus menghormati setiap badan sebagai tempat tinggal Paramatma. Jadi, semua
orang harus dihormati sebagaimana mestinya dan hendaknya jangan diremehkan.
Ada juga banyak orang yang tidak mengakui bentuk
pribadi Tuhan yang mengejek persembahyangan di tempat-tempat sembahyang. Mereka
mengatakan bahwa Tuhan berada di mana-mana, karena itu, mengapa seseorang harus
membatasi Diri-Nya hanya pada bersembahyang di tempat sembahyang? Tetapi kalau
Tuhan berada di mana-mana, bukankah Tuhan juga berada di tempat sembahyang atau
di tempat Arca? Orang yang mengakui bentuk pribadi Tuhan dan orang yang tidak
mengakui bentuk pribadi Tuhan akan bertengkar satu sama lain untuk selamanya.
Tetapi seorang penyembah yang sempurna dalam kesadaran Krishna mengetahui bahwa
walaupun Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Beliau berada di
mana-mana, sebagaimana dibenarkan dalam Brahma-samhita. Walaupun tempat tinggal
pribadi Krishna adalah Goloka Vrndavana dan Beliau selalu tinggal di sana,
Beliau berada di mana-mana di seluruh ciptaan material dan ciptaan rohani
melalui berbagai manifestasi tenaga-Nya dan penjelmaan yang berkuasa penuh dari
Diri-Nya.
9.12
moghāśā mogha-karmaṇo
mogha-jñānā vicetasāḥ
rākṣasīm āsurīḿ caiva
prakṛtiḿ mohinīḿ śritāḥ
mogha-āśāḥ—dibingungkan dalam harapannya;
mogha-karmaṇaḥ—dibingungkan dalam kegiatan yang dimaksudkan untuk
membuahkan hasil; mogha-jñānāḥ—dibingungkan dalam pengetahuan; vicetasāḥ—dibingungkan;
rākṣasīm—jahat; āsurīm—tidak percaya pada Tuhan; ca—dan; evā—pasti;
prakṛtim—alam; mohinīm—membingungkan; śritāh—berlindung
kepada.
Terjemahan
Orang yang dibingungkan seperti itu tertarik pada
pandangan jahat dan pandangan yang tidak percaya kepada Tuhan. Dalam khayalan
seperti itu, harapan mereka adalah untuk mencapai pembebasan, kegiatannya yang
dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala, serta pengembangan
pengetahuannya semua dikalahkan.
Penjelasan
Ada banyak penyembah yang menganggap Diri-Nya
sadar akan Krishna dan sedang berbhakti, tetapi di dalam hati mereka tidak
mengakui Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, sebagai Kebenaran Mutlak.
Mereka tidak akan pernah merasakan hasil bhakti—yakni kembali kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Begitu pula, orang yang sibuk dalam kegiatan saleh yang dimaksudkan
untuk membuahkan hasil atau pahala dan akhirnya mengharapkan mencapai
pembebasan dari ikatan material, mereka juga tidak akan pernah berhasil, sebab
mereka mengejek Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna. Dengan kata lain,
orang yang menjelekkan Krishna adalah orang jahat atau orang yang tidak percaya
kepada Tuhan. Sebagaimana diuraikan dalam Bab Tujuh dari Bhagavad-gita,
orang jahat seperti itu tidak pernah menyerahkan diri kepada Krishna. Karena
itu, angan-angan mereka untuk mencapai Kebenaran Mutlak membawa mereka sampai
pada kesimpulan palsu seolah-olah makhluk biasa dan Krishna adalah satu dan
sama saja. Dengan keyakinan yang palsu seperti itu, mereka menganggap bahwa
badan manusia manapun sekarang hanya ditutupi oleh alam material, dan begitu
seseorang mencapai pembebasan dari badan material ini, tidak ada perbedaan
antara Tuhan Yang Maha Esa dan Diri-Nya sendiri. Usaha untuk meninggal dengan
Krishna akan digagalkan karena khayalan. Mengembangkan pengetahuan rohani
dengan cara yang tidak percaya kepada Tuhan dan bersifat jahat seperti itu
selalu siasia. Itulah yang ditunjukkan dalam ayat ini. Usaha orang seperti itu
untuk mengembangkan pengetahuan tentang kesusasteraan Veda, seperti
Vedanta-sutra dan Upanisad-upanisad, selalu digagalkan.
Karena itu, kalau seseorang menganggap Krishna,
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, adalah manusia biasa, ia berbuat kesalahan
yang besar. Orang yang beranggapan seperti itu pasti dikhayalkan, karena mereka
tidak mengerti bentuk Krishna yang kekal. Dalam Brhad-Visnusmrti, dinyatakan
dengan jelas:
yo vetti bhautikaḿ dehaḿ
kṛṣṇasya paramātmanaḥ
sa sarvasmād bahiṣ-kāryaḥ
śrauta-smārta-vidhānataḥ
mukhaḿ tasyāvalokyāpi
sa-celaḿ snānam ācaret
Orang yang menganggap badan Krishna bersifat
material hendaknya diusir dari segala ritual dan kegiatan sruti dan smrti.
Kalau kebetulan seseorang melihat muka orang itu, hendaknya dia segera mandi di
sungai Gangga untuk menghilangkan infeksi pada Diri-Nya." Orang mengejek
Krishna karena mereka iri kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Nasib mereka
adalah bahwa mereka pasti akan dilahirkan dalam jenis kehidupan yang tidak
percaya kepada Tuhan dan bersifat jahat. Pengetahuan sejati mereka akan tetap
di bawah khayalan untuk selamanya, dan berangsur-angsur akan mundur hingga
masuk daerah ciptaan yang paling gelap.
9.13
mahātmānas tu māḿ pārtha
daivīḿ prakṛtim āśritāḥ
bhajanty ananya-manaso
jñātvā bhūtādim avyayām
mahā-ātmānaḥ—roh-roh yang mulia; tu—tetapi;
mām—kepada-Ku; pārtha—wahai putera Pṛthā; daivīm—rohani;
prakṛtim—alam; aśritāh—sesudah berlindung kepada; bhajanti—mengabdikan
diri; ananya-manasāḥ—tanpa pikiran menyimpang; jñātvā—mengenal; bhūta—ciptaan;
ādim—asal mula; avyayām—tidak dapat dimusnahkan.
Terjemahan
Wahai putera Pṛthā, orang yang tidak
dikhayalkan, roh-roh yang mulia, di bawah di perlindungan alam rohani. Mereka
tekun sepenuhnya dalam bhakti karena mereka mengenal Diri-Ku sebagai
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, asal mula yang tidak dapat dimusnahkan.
Penjelasan
Dalam ayat ini, uraian tentang seorang mahatma
diberikan dengan jelas. Tanda pertama seorang mahatma adalah bahwa dia sudah
mantap dalam sifat rohani. Dia tidak dikendalikan oleh alam material. Bagaimana
keadaan seperti ini dicapai? Itu dijelaskan dalam Bab Tujuh; orang yang
menyerahkan diri kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, segera
dibebaskan dari pengendalian alam material. Itulah kwalifikasinya. Dan
seseorang dapat dibebaskan dari pengendalian alam material bila ia menyerahkan
diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Itu rumus pendahuluannya. Makhluk hidup adalah
tenaga pinggir. Jadi, begitu makhluk hidup dibebaskan dari pengendalian alam
material, ia di tempatkan di bawah bimbingan alam rohani. Bimbingan alam rohani
disebut daivi prakṛti, atau alam rohani. Jadi, apabila seseorang diangkat
seperti itu—melalui penyerahan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa—ia mencapai
tingkat roh yang mulia, atau mahatma.
Seorang mahatma tidak mengalihkan perhatiannya
pada hal-hal di luar Krishna. Sebab ia mengetahui secara sempurna bahwa Krishna
adalah Kepribadian Tuhan Yang Paling Utama yang asli, sebab segala sebab.
Kenyataan tersebut tidak dapat diragukan sama sekali. Seorang mahatma, atau roh
yang mulia, berkembang melalui pergaulan dengan mahatma-mahatma yang lain,
yaitu para penyembah yang murni. Para penyembah murni tidak tertarik bahkan
kepada ciri-ciri lain dari Visnu, misalnya bentuk Maha Visnu yang berlengan
empat. Mereka hanya tertarik kepada bentuk Krishna yang berlengan dua. Mereka
tidak tertarik kepada bentuk lain, dan mereka juga tidak begitu memperhatikan
bentuk dewa atau bentuk seorang manusia. Mereka hanya bersemadi pada Krishna
dalam kesadaran Krishna. Mereka selalu tekun mengabdikan diri kepada Krishna
dalam kesadaran Krishna tanpa menyimpang.
9.14
satataḿ kīrtayanto māḿ
yatantaś ca dṛḍha-vratāḥ
namasyantaś ca māḿ bhaktyā
nitya-yuktā upāsate
satatam—selalu; kīrtayantaḥ—memuji;
mām—tentang-Ku; yatantaḥ—berusaha sepenuhnya; ca—juga; dṛḍha-vratāḥ—dengan
ketabahan hati; namasyantaḥ—bersujud; ca—dan; mām—Aku; bhaktyā—dalam
bhakti; nitya-yuktāḥ—tekun untuk selamanya; upāsate—menyembah.
Terjemahan
Roh-roh yang mulia ini selalu memuji
kebesaran-Ku, berusaha dengan ketabahan hati yang mantap, bersujud di
hadapan-Ku, dan senantiasa sembahyang kepada-Ku dengan bhakti.
Penjelasan
Seorang mahatma tidak dapat dicetak dengan cara
memberi cap kepada orang biasa. Ciri-ciri seorang mahatma diuraikan di sini:
Seorang mahatma selalu tekun memuji kebesaran Tuhan Yang Mahakuasa Krishna,
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dia tidak mempunyai kesibukan selain itu. Dia
senantiasa tekun memuji kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain,
seorang mahatma bukan orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan. Apabila
pemujian diperlukan, maka orang harus memuji kebesaran Tuhan Yang Maha Esa,
dengan memuji nama-Nya, bentuk-Nya yang kekal, sifat-sifat rohani-Nya dan
kegiatan-Nya yang luar biasa. Orang harus memuji segala ciri Tuhan tersebut;
karena itu, seorang mahatma terikat kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Orang yang terikat pada aspek tak pribadi Tuhan
Yang Maha Esa, yaitu brahmajyoti, tidak disebut mahatma dalam Bhagavad-gita.
Orang seperti itu diuraikan dengan cara yang lain dalam ayat berikut. Seorang
mahatma selalu sibuk dalam berbagai kegiatan bhakti, sebagaimana diuraikan
dalam Srimad-Bhagavatam; yaitu, mendengar tentang Visnu dan memuji Visnu, bukan
dewa atau manusia. Itulah bhakti: sravanam kirtanam visnoh, dan smaranam, ingat
kepada Beliau. Seorang mahatma seperti itu bertabah hati dengan mantap untuk
mencapai tujuan tertinggi, yaitu hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa dalam
salah satu di antara lima rasa rohani. Untuk mencapai sukses seperti itu, ia
menggunakan segala kegiatan—pikiran, badan dan kata-kata, segala sesuatu—dalam
pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna. Itu disebut kesadaran
Krishna yang sempurna.
Dalam bhakti, ada kegiatan tertentu yang disebut
ketabahan hati, misalnya berpuasa pada hari-hari tertentu, seperti pada hari
kesebelas sesudah purnama dan bulan mati, yaitu hari Ekadasi, dan pada hari
besar munculnya penjelmaan Tuhan. Segala aturan dan peraturan tersebut
diberikan oleh para ācārya yang mulia untuk orang yang sungguh-sungguh berminat
memperoleh kesempatan masuk dalam hubungan dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa di dunia rohani. Para mahatma, para roh yang mulia, mematuhi segala aturan
dan peraturan tersebut dengan tegas. Karena itu, mereka pasti mencapai hasil
yang diinginkan.
Sebagaimana diuraikan dalam ayat kedua bab ini,
bhakti tersebut tidak hanya mudah, tetapi dapat dilakukan dengan riang. Orang
tidak perlu melakukan pertapaan dan kesederhanaan yang keras. Dia dapat hidup
dalam bhakti dibimbing oleh seorang guru kerohanian yang ahli. Dalam kedudukan
manapun, baik sebagai orang yang berumah tangga, sannyāsī, maupun brahmacari;
dalam kedudukan manapun dan di manapun di dunia, ia dapat berbhakti kepada
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan dengan cara demikian ia sungguh-sungguh
menjadi seorang mahatma, atau roh yang mulia.
9.15
jñāna-yajñena cāpy anye
yajanto mām upāsate
ekatvena pṛthaktvena
bahudhā viśvato-mukham
jñāna-yajñena—dengan mengembangkan
pengetahuan; ca—juga; api—pasti; anye—orang lain; yajantaḥ—mengorbankan;
mām—Aku; upāsate—menyembah; ekatvena—dalam persatuan; pṛthaktvena—dalam
sifat yang mendua; bahudhā—dalam keanekaan; viśvataḥ-mukham—dan
dalam bentuk semesta.
Terjemahan
Orang lain, yang menekuni korban suci dengan
mengembangkan pengetahuan, menyembah Tuhan Yang Maha Esa sebagai yang satu yang
tiada duanya, sebagai yang mempunyai aneka sifat dalam banyak bentuk, dan dalam
bentuk semesta.
Penjelasan
Ayat ini meringkas ayat-ayat sebelumnya. Krishna
memberitahukan kepada Arjuna bahwa orang yang sadar akan Krishna secara murni
dan tidak mengenal sesuatu pun selain Krishna disebut mahatma; namun ada orang
yang belum mencapai kedudukan mahatma secara tepat tetapi menyembah Krishna
dengan cara-cara yang lain. Beberapa di antaranya sudah diuraikan sebagai orang
yang berdukacita, orang yang kekurangan uang, orang yang ingin tahu, dan orang
yang sibuk mengembangkan pengetahuan. Tetapi ada orang lain lagi yang
kedudukannya lebih rendah, dan orang ini dibagi menjadi tiga kelompok: (1)
orang yang menyembah Diri-Nya sendiri sebagai yang bersatu dengan Tuhan Yang
Maha Esa, (2) orang yang membayangkan suatu bentuk Tuhan Yang Maha Esa dan
menyembah bentuk itu, dan (3) orang yang mengakui bentuk semesta, yaitu
viśva-rūpa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan menyembah bentuk itu. Di antara
ketiga golongan tersebut, yang paling dominan adalah golongan yang paling
rendah, yaitu orang yang menyembah Diri-Nya sendiri sebagai Tuhan Yang Maha
Esa. Mereka menganggap Diri-Nya penganut filsafat monisme atau filsafat yang
menganggap makhluk hidup menunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa. Orang seperti
itu menganggap Diri-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Dengan sikap mental
seperti itu, mereka menyembah Diri-Nya sendiri. Ini juga merupakan sejenis
sembahyang kepada Tuhan, sebab mereka mengerti bahwa Diri-Nya bukan badan
jasmani tetapi Diri-Nya adalah sang roh; sekurang-kurangnya, pengertian seperti
itu menonjol. Pada umumnya orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan
menyembah Tuhan Yang Maha Esa seperti ini. Golongan kedua termasuk orang yang
menyembah dewa, mereka yang karena khayalannya sendiri menganggap bahwa bentuk
manapun adalah bentuk Tuhan Yang Maha Esa. Golongan ketiga termasuk orang yang
tidak dapat membayangkan sesuatu pun di luar manifestasi alam material ini.
Mereka menganggap alam semesta adalah benda hidup yang paling utama, atau
kesatuan yang paling utama. Karena itu mereka menyembah bentuk alam semesta.
Alam semesta juga salah satu bentuk Tuhan.
9.16
ahaḿ kratur ahaḿ yajñaḥ
svadhāham aham auṣadham
mantro 'ham aham evājyam
aham agnir ahaḿ hutam
aham—Aku; kratuḥ—ritual Veda; aham—Aku;
yajñaḥ—korban suci menurut smṛti; svadhā—persembahan;
aham—Aku; aham—Aku; auṣadham—yang menyembuhkan; mantraḥ—mantera
rohani; aham—Aku; aham—Aku; evā—pasti; ājyam—mentega
yang dicairkan; aham—Aku; agniḥ—api; aham—Aku; hutam—persembahan.
Terjemahan
Tetapi Akulah ritual, Akulah korban suci,
persembahan kepada leluhur, ramuan yang menyembuhkan, dan mantera rohani. Aku
adalah mentega, api dan apa yang dipersembahkan.
Penjelasan
Korban suci yang bernama jyotistoma juga Krishna,
dan Krishna juga mahayajna yang disebut dalam smrti. Persembahan yang
dihaturkan kepada Pitrloka yang dianggap sebagai sejenis obat dalam bentuk
mentega yang dimurnikan, juga Krishna. Mantra yang diucapkan berhubungan dengan
korban suci ini juga Krishna. Banyak bahan lain terbuat dari susu untuk
dihaturkan dalam korban-korban suci juga Krishna. Api juga Krishna, sebab api
adalah salah satu di antara lima unsur material. Karena itu, api dinyatakan
sebagai tenaga Krishna yang terpisahkan. Dengan kata lain, korban-korban suci
yang dianjurkan dalam bagian karma-kanda dari Veda secara keseluruhan juga
Krishna. Atau, dengan kata lain, orang yang tekun berbhakti kepada Krishna
sudah melakukan segala korban suci yang dianjurkan dalam Veda.
9.17
pitāham asya jagato
mātā dhātā pitāmahaḥ
vedyaḿ pavitram oḿkāra
ṛk sāma yajur eva ca
pitā—ayah; aham—Aku; asya—dari
ini; jagataḥ—alam semesta; matā—ibu; dhātā—penyangga; pitāmahaḥ—kakek;
vedyam—apa yang dapat diketahui; pavitram—itu yang menyucikan; oḿ-kāra—suku
kata om; ṛk—Ṛg Veda; sāma—Sāma Veda; yajuḥ—Yajur Veda; evā—pasti;
ca—dan.
Terjemahan
Akulah ayah alam semesta ini, ibu, penyangga dan
kakek. Akulah obyek pengetahuan, yang menyucikan dan suku kata om. Aku juga rg,
Sama dan Yajur Veda.
Penjelasan
Seluruh manifestasi alam semesta, baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak, diwujudkan oleh berbagai kegiatan tenaga
Krishna. Dalam kehidupan material, kita menciptakan hubungan dengan berbagai
makhluk hidup yang tidak lain daripada tenaga pinggir Krishna. Menurut ciptaan
prakṛti, beberapa di antaranya muncul sebagai ayah, ibu, kakek, pencipta dan
sebagainya, tetapi sebenarnya mereka bagian dari Krishna yang mempunyai sifat
seperti Krishna. Karena itu, makhluk-makhluk hidup tersebut yang kelihatannya
sebagai ayah kita, ibu kita, dan sebagainya, tidak lain daripada Krishna. Dalam
ayat ini kata dhata berarti pencipta." Bukan hanya ayah dan ibu kita yang
kedudukannya sebagai bagian dari Krishna yang mempunyai sifat seperti Krishna,
tetapi pencipta, nenek dan kakek, dan sebagainya, juga Krishna.
Sebenarnya, makhluk hidup manapun adalah Krishna,
karena makhluk hidup adalah bagian dari Krishna yang mempunyai sifat yang sama
seperti Krishna. Karena itu, satu-satunya tujuan seluruh Veda adalah Krishna.
Apapun yang ingin diketahui melalui Veda adalah langkah maju menuju pengertian
tentang Krishna. Mata pelajaran yang membantu kita dalam usaha menyucikan
kedudukan dasar kita khususnya adalah Krishna. Begitu pula, makhluk hidup yang
ingin tahu untuk mengerti segala prinsip Veda juga bagian dari Krishna yang
mempunyai sifat yang sama seperti Krishna. Karena itu, makhluk hidup itu juga
Krishna. Dalam semua mantra Veda, kata om, yang disebut praṇava adalah suara
rohani. Kata om juga Krishna. Oleh karena praṇava, atau oḿ-kāra, sering
ditemukan dalam semua mantra dari empat Veda—Sama, Yajur, rg dan
Atharva—dimengerti bahwa oḿ-kāra itu adalah Krishna.
9.18
gatir bhartā prabhuḥ sākṣī
nivāsaḥ śaraṇaḿ suhṛt
prabhavaḥ pralayaḥ sthānaḿ
nidhānaḿ bījam avyayām
gatiḥ—tujuan; bhartā—pemelihara; prabhuḥ—penguasa;
sākṣī—saksi; nivāsaḥ—tempat tinggal; śaraṇam—tempat
perlindungan; su-hṛt—kawan yang paling akrab; prabhāvaḥ—ciptaan;
pralayaḥ—peleburan; sthānam—dasar; nidhanam—tempat
bersandar; bījam—benih; avyayām—tidak dapat dimusnahkan.
Terjemahan
Aku adalah tujuan, Pemelihara, Penguasa, saksi,
tempat tinggal, Pelindung dan kawan yang paling tercinta. Aku adalah ciptaan
dan peleburan, dasar segala sesuatu, sandaran dan benih yang kekal.
Penjelasan
Gati artinya tujuan yang kita inginkan. Tetapi
tujuan tertinggi itu adalah Krishna, meskipun orang belum mengetahui tujuan
ini. Dan untuk orang yang belum mengenal Krishna akan tersesat, dan apa yang
dianggap jalan kemajuannya hanya tercapai sebagian atau bersifat khayalan. Ada
banyak orang yang menganggap berbagai dewa adalah tujuannya, dan dengan
melaksanakan cara-cara ketat masing-masing dengan tegas, mereka mencapai
berbagai planet yang bernama Candraloka, Suryaloka, Indraloka, Maharloka, dan
sebagainya. Tetapi semua loka atau planet tersebut adalah ciptaan Krishna.
Karena itu planet-planet tersebut sekaligus adalah Krishna dan bukan Krishna.
Planet-planet seperti itu adalah manifestasi tenaga Krishna. Karena itu
planet-planet itu adalah Krishna, tetapi hanya dimaksudkan sebagai langkah maju
menuju keinsafan Krishna. Mendekati berbagai tenaga Krishna berarti mendekati
Krishna secara tidak langsung. Sebaiknya orang mendekati Krishna secara
langsung, sebab itu akan menghemat waktu dan tenaga. Misalnya, kalau kita dapat
naik sampai ke tingkat yang paling atas di sebuah gedung dengan menggunakan
lift (pesawat angkat), mengapa kita musti naik tangga langkah demi langkah?
Segala sesuatu bergantung pada tenaga Krishna; karena itu, tanpa perlindungan
Krishna, tiada sesuatupun yang dapat hidup. Krishna adalah Penguasa tertinggi,
sebab segala sesuatu adalah milik Krishna dan segala sesuatu bersandar pada
tenaga Krishna. Krishna bersemayam di dalam hati setiap orang sebagai saksi
yang paling utama. Tempat tinggal, negara maupun planet-planet yang kita pakai
sebagai tempat tinggal juga Krishna. Krishna adalah tujuan tertinggi
perlindungan. Karena itu seharusnya semua orang berlindung kepada Krishna, baik
untuk perlindungan maupun untuk menghilangkan dukacitanya. Bilamana kita perlu
mencari perlindungan, hendaknya kita mengetahui bahwa perlindungan kita harus
merupakan suatu daya hidup. Krishna adalah insan hidup yang paling utama. Oleh
karena Krishna adalah sumber kelahiran kita, atau ayah yang paling utama, tiada
seorang pun yang dapat menjadi kawan yang lebih baik daripada Krishna, dan
tiada seorang pun yang dapat menjadi penolong yang lebih baik. Krishna adalah
sumber ciptaan yang asli dan sandaran terakhir sesudah peleburan. Karena itu,
Krishna adalah sebab kekal segala sebab.
9.19
tapāmy aham ahaḿ varṣaḿ
nigṛhṇāmy utsṛjāmi ca
amṛtaḿ caiva mṛtyuś ca
sad asac cāham Arjuna
tapāmi—memberi panas; aham—Aku; aham—Aku;
varṣam—hujan; nigṛhṇāmi—menahan; utsṛjāmi—mengirim; ca—dan;
amṛtam—kekekalan; ca—dan; evā—pasti; mṛtyuḥ—kematian;
ca—dan; sat—roh; asat—alam; ca—dan; aham—Aku;
Arjuna—wahai Arjuna.
Terjemahan
Wahai Arjuna, Aku memberi panas dan Aku menahan
dan mengirim hujan. Aku adalah pembebasan dari kematian, dan Aku juga
kepribadian maut. Baik yang bersifat rohani maupun material berada di dalam
Diri-Ku.
Penjelasan
Krishna memancarkan panas dan cahaya dengan
berbagai tenaga-Nya melalui perantara listrik dan sinar matahari. Selama musim
kemarau, Krishna-lah yang menyebabkan hujan tidak turun dari langit, kemudian
selama musim hujan Krishna-lah yang menyebabkan hujan lebat turun tanpa
berhenti. Tenaga yang memelihara diri kita dan memperpanjang hidup kita adalah
Krishna, dan pada akhirnya Krishna menemui kita sebagai maut. Dengan
menganalisis segala tenaga Krishna tersebut, seseorang dapat menentukan bahwa
bagi Krishna tidak ada perbedaan antara material dan rohani, atau dengan kata
lain, Krishna adalah material dan rohani. Pada tingkat kesadaran Krishna yang
sudah maju, seseorang tidak membedakan seperti itu. Ia hanya melihat Krishna di
dalam segala sesuatu.
Oleh karena Krishna adalah material dan rohani,
bentuk semesta yang maha besar yang terdiri dari segala manifestasi material
juga Krishna, dan kegiatan Krishna di Vrndavana sebagai Syamasundara yang
berlengan dua dan sedang bermain seruling adalah kegiatan Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa.
9.20
trai-vidyā māḿ soma-pāḥ
pūta-pāpā
yajñair iṣṭvā svar-gatiḿ
prārthayante
te puṇyam āsādya
surendra-lokam
aśnanti divyān divi
deva-bhogān
trai-vidyāḥ—orang yang menguasai tiga
Veda; mām—Aku; soma-pāḥ—peminum air soma; pūta—
disucikan; pāpaḥ—dari dosa; yajñaiḥ—dengan korban suci; iṣṭvā—menyembah;
svaḥ-gatim—perjalanan ke surga; prārthayante—berdoa untuk; te—mereka;
puṇyam—saleh; āsādya—mencapai; sura-indra—milik indra; lokam—dunia;
aśnanti—menikmati; divyān—mengenai surga; divi—di surga; deva-bhogān—kesenangan
para dewa.
Terjemahan
Orang yang mempelajari Veda dan minum air soma
dalam usaha mencapai planet-planet surga, menyembah-Ku secara tidak langsung.
Setelah mereka disucikan dari reaksi-reaksi dosa, mereka dilahirkan diplanet
Indra yang saleh di surga. Di sana mereka menikmati kesenangan para dewa.
Penjelasan
Kata trai-vidyāḥ berarti tiga Veda—Sama, Yajur
dan rg. Seorang brahmaṇā yang sudah mempelajari tiga Veda tersebut disebut
trivedi. Siapapun yang sangat terikat pada pengetahuan yang diperoleh dari tiga
Veda tersebut dihormati di dalam masyarakat. Sayang sekali, ada banyak sarjana
Veda yang hebat yang belum mengenal tujuan tertinggi dalam mempelajari Veda.
Karena itu, di sini Krishna menyatakan Diri-Nya adalah tujuan tertinggi bagi
para trivedi. Para trivedi yang sejati berlindung di bawah kaki padma Krishna
dan menekuni bhakti yang murni untuk memuaskan Krishna. Bhakti mulai dengan
mengucapkan mantra Hare Krishna pada waktu yang sama berusaha mengerti tentang
Krishna dengan sebenarnya. Sayang sekali, orang yang hanya mempelajari Veda
secara resmi lebih tertarik untuk menghaturkan korban-korban suci kepada
berbagai dewa seperti Indra dan Candra. Dengan usaha seperti itu, para
penyembah berbagai dewa, tentu saja disucikan dari pencemaran sifat-sifat alam
yang lebih rendah. Dengan demikian mereka diangkat sampai susunan-susunan
planet yang lebih tinggi atau planet-planet surga yang bernama Maharloka,
Janoloka, Tapoloka, dan sebagainya. Kalau seseorang berada di susunan
planet-planet yang lebih tinggi, ia dapat memuaskan indera-inderanya dengan
cara beratus-ratus ribu kali lebih bagus daripada apa yang ada di planet ini.
9.21
te taḿ bhuktvā svarga-lokaḿ
viśālaḿ
kṣīṇe puṇye martya-lokaḿ
viśanti
evaḿ trayī-dharmam
anuprapannā
gatāgataḿ kāma-kāmā labhante
te—mereka; tam—itu; bhuktvā—menikmati;
svargalokam—surga; viśālam—luas; kṣīṇe—dengan habisnya; puṇye—hasil
kegiatannya yang saleh; martya-lokam—ke bumi, tempat kematian; viśanti—jatuh;
evam—demikian; trayī—dari tiga Veda; dharmam—ajaran; anuprapannāḥ—mengikuti;
gata-āgatam—kematian dan kelahiran; kāma-kāmāḥ—menginginkan
kenikmatan indera-indera; labhante—mencapai.
Terjemahan
Bila mereka sudah menikmati kesenangan
indera-indera yang luas disurga seperti itu dan hasil kegiatan salehnya sudah
habis, mereka kembali lagi ke planet ini, tempat kematian. Jadi, orang yang
mencari kenikmatan indera-indera dengan mengikuti prinsip-prinsip dari tiga
Veda hanya mencapai kelahiran dan kematian berulang kali.
Penjelasan
Orang yang diangkat ke susunan-susunan planet
yang lebih tinggi menikmati kehidupan yang lebih panjang serta fasilitas yang
lebih bagus untuk kenikmatan indera-indera, namun ia tidak diperbolehkan
menetap di sana untuk selamanya. Sekali lagi ia dikirim ke bumi sesudah hasil
kegiatannya yang saleh habis. Orang yang belum mencapai kesempurnaan
pengetahuan, sebagaimana disebut dalam Vedanta-sutra (janmady asya yataḥ),
atau, dengan kata lain, orang yang belum berhasil mengerti Krishna, sebab
segala sebab, dibingungkan tentang tercapainya tujuan hidup tertinggi. Sebagai
akibatnya, ia harus mengalami proses pengangkatan sampai planet-planet yang
lebih tinggi, kemudian turun sekali lagi, seolah-seolah dia berada pada kincir
atau roda besar yang kadang-kadang naik lalu kadang-kadang turun. Keadaan ini
menunjukkan bahwa ia tidak diangkat sampai dunia rohani, sebab di dunia rohani
tidak ada kemungkinan lagi untuk turun, oleh karena itu ia hanya berputar dalam
peredaran kelahiran dan kematian di susunan planet-planet yang lebih tinggi dan
lebih rendah. Lebih baik seseorang pergi ke dunia rohani untuk menikmati
kehidupan yang kekal penuh kebahagiaan dan pengetahuan dan tidak pernah kembali
ke dalam kehidupan material yang sengsara ini.
9.22
ananyāś cintayanto māḿ
ye janāḥ paryupāsate
teṣāḿ nityābhiyuktānāḿ
yoga-kṣemaḿ vahāmy aham
ananyāḥ—tidak mempunyai tujuan lain; cintayantaḥ—memusatkan
pikiran; mām—kepada-Ku; ye—orang yang; janaḥ—orang; paryupāsate—menyembah
dengan cara yang sebenarnya; teṣām—kepada mereka; nitya—senantiasa;
abhiyuktānām—mantap dalam bhakti; yoga—kebutuhan; kṣemam—perlindungan;
vahāmi—membawa; aham—Aku.
Terjemahan
Tetapi orang yang selalu menyembah-Ku dengan
bhakti tanpa tujuan yang lain dan bersemadi pada bentuk rohani-Ku—Aku bawakan
apa yang dibutuhkannya, dan Aku memelihara apa yang dimilikinya.
Penjelasan
Orang yang tidak dapat hidup selama sesaatpun
tanpa kesadaran Krishna, dapat berpikir tentang Krishna dua puluh empat jam
setiap hari, karena dia tekun dalam bhakti dengan cara mendengar, memuji,
ingat, mempersembahkan doa pujian, menyembah, mengabdikan diri pada kakipadma
Krishna, mengabdikan diri dengan cara yang lain, mengembangkan hubungan
persahabatan dan menyerahkan Diri-Nya sepenuhnya kepada Krishna. Kegiatan
seperti itu serba menguntungkan dan penuh kekuatan rohani, yang menyebabkan
penyembah sempurna dalam keinsafan diri, sehingga satu-satunya keinginan di
dalam hatinya adalah untuk mencapai pergaulan dengan Kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa. Seorang penyembah seperti itu tentu saja mendekati Tuhan tanpa
kesulitan. Ini disebut yoga. Atas karunia Tuhan, seorang penyembah seperti itu
tidak pernah kembali lagi ke dalam keadaan hidup yang bersifat material. Ksema
berarti perlindungan Tuhan yang penuh karunia. Tuhan membantu seorang penyembah
untuk mencapai kesadaran Krishna melalui yoga. Apabila penyembah itu sadar akan
Krishna sepenuhnya, maka Krishna melindunginya sehingga ia tidak jatuh ke dalam
kehidupan terikat yang sengsara.
9.23
ye 'py anya-devatā-bhaktā
yajante śraddhayānvitāḥ
te 'pi mām eva kaunteya
yajanty avidhi-pūrvakam
ye—orang yang; api—juga; anya—dari
yang lain; devatā—dewa-dewa; bhaktaḥ—para penyembah; yajante—menyembah;
śraddhayā anvitāḥ—dengan kepercayaan; te—mereka; api—juga;
mām—Aku; evā—hanya; kaunteya—wahai putera Kuntī ; yajanti—mereka
menyembah; avidhi-pūrvakam—dengan cara keliru.
Terjemahan
Orang yang menjadi penyembah dewa-dewa lain dan
menyembah dewa-dewa itu dengan kepercayaan sebenarnya hanya menyembah-Ku,
tetapi mereka berbuat demikian dengan cara yang keliru, wahai putera Kuntī .
Penjelasan
Krishna bersabda, Orang yang sibuk bersembahyang
kepada para dewa tidak begitu cerdas, walaupun sembahyang seperti itu
dipersembahkan kepada-Ku secara tidak langsung." Misalnya, apabila
seseorang menyiramkan air pada daun-daun dan cabang-cabang sebatang pohon tanpa
menyiramkan air pada akar pohon itu, ia melakukan demikian tanpa pengertian
secukupnya dan tanpa mengikuti prinsip-prinsip yang mengatur. Begitu pula, cara
mengabdikan diri kepada anggota badan ialah dengan menyediakan makanan kepada
perut. Boleh dikatakan para dewa adalah para pejabat dan pengurus dalam susunan
pemerintahan Tuhan Yang Maha Esa. Orang harus mengikuti hukum-hukum yang dibuat
oleh pemerintah. Hukum-hukum tidak dibuat oleh pejabat atau pengurus saja.
Begitu pula, semua orang harus menghaturkan sembahyang hanya kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Itu dengan sendirinya akan memuaskan para pejabat dan pengurus yang
dikuasakan oleh Tuhan. Para pejabat dan pengurus dipekerjakan sebagai
wakil-wakil pemerintah, dan kalau seseorang menawarkan uang suap kepada para pejabat
dan pengurus, maka itu melanggar hukum. Hal ini dinyatakan di sini sebagai
avidhi-pūrvakam. Dengan kata lain, Krishna tidak menyetujui persembahyangan
kepada para dewa kalau itu tidak diperlukan.
9.24
ahaḿ hi sarva-yajñānāḿ
bhoktā ca prabhur eva ca
na tu mām abhijānanti
tattvenātaś cyavanti te
aham—Aku; hi—pasti; sarva—dari
semua; yajñānām—korban-korban suci; bhoktā—yang menikmati; ca—dan;
prabhuḥ—Tuhan; evā—juga; ca—dan; na—tidak; tu—tetapi;
mām—Aku; abhijānanti—mereka mengenal; tattvena—dalam
kenyataan; ataḥ—karena itu; cyavanti—jatuh; te—mereka.
Terjemahan
Satu-satunya Aku yang menikmati dan menguasai
semua korban suci. Karena itu, orang yang tidak mengakui sifat rohani-Ku yang
sejati jatuh.
Penjelasan
Dalam ayat ini dinyatakan dengan jelas bahwa
banyak jenis yajñā yang dianjurkan dalam kesusasteraan Veda, tetapi sebenarnya
semuanya dimaksudkan untuk memuaskan Tuhan Yang Maha Esa. yajñā berarti Visnu.
Dalam Bhagavad-gita Bab Dua dinyatakan dengan jelas bahwa seharusnya seseorang
bekerja hanya untuk memuaskan yajñā, atau Visnu. Bentuk peradaban manusia yang
sempurna, yang bernama varnasramadharma, khususnya dimaksudkan untuk memuaskan
Visnu. Krishna bersabda dalam ayat ini, Aku menikmati segala korban suci, sebab
Aku adalah penguasa yang paling utama." Akan tetapi, orang yang kurang
cerdas yang tidak mengetahui kenyataan ini menyembah dewa-dewa demi suatu
manfaat yang bersifat sementara. Karena itu, mereka jatuh ke dalam kehidupan
material dan tidak mencapai tujuan hidup yang diinginkan. Tetapi, kalau
seseorang mempunyai keinginan duniawi untuk dipenuhi, lebih baik ia berdoa
kepada Tuhan Yang Maha Esa saja (walaupun itu bukan bhakti yang murni), dan
dengan demikian ia dapat mencapai hasil yang diinginkan.
9.25
yānti deva-vratā devān
pitṝn yānti
pitṛ-vratāḥ
bhūtāni yānti bhūtejyā
yānti mad-yājino 'pi mām
yānti—pergi; deva-vratāḥ—para
penyembah dewa; devān—kepada para dewa; pitṝn—kepada
para leluhur; yānti—pergi; pitṛ-vratāḥ—para penyembah leluhur; bhūtāni—kepada
para hantu dan roh-roh halus; yānti—pergi; bhūta-ijyāḥ—para
penyembah roh-roh halus dan hantu-hantu; yānti—pergi; mat—milik-Ku;
yājinaḥ—para penyembah; api—tetapi; mām—kepada-Ku.
Terjemahan
Orang yang menyembah dewa-dewa akan dilahirkan di
antara para dewa, orang yang menyembah leluhur akan pergi ke leluhur, orang
yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah tengah
makhluk-makhluk seperti itu, dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku.
Penjelasan
Kalau seseorang ingin pergi ke bulan, matahari,
atau planet lain, ia dapat mencapai tujuan yang diinginkan dengan mengikuti
prinsip-prinsip Veda tertentu yang dianjurkan untuk mencapai tujuan tertentu
itu. Misalnya, proses yang disebut dengan istilah darsa-paurnamasi.
Prinsip-prinsip tersebut diuraikan secara panjang lebar di dalam bagian Veda
yang menyangkut kegiatan yang membuahkan hasil atau pahala, yang menganjurkan
sembahyang khusus kepada dewa-dewa yang berada di berbagai planet surga. Begitu
pula, orang dapat mencapai planet-planet Pita dengan melakukan yajñā khusus.
Seperti itu juga, orang dapat pergi ke banyak planet hantu dan menjadi Yaksa,
Raksa atau Pisaca. Sembahyang Pisaca disebut ilmu hitam" atau ilmu
sihir." Banyak orang mempraktekkan ilmu hitam tersebut, dan mereka
menganggap ilmu hitam adalah kerohanian, tetapi kegiatan seperti itu bersifat
duniawi sepenuhnya. Begitu pula, seorang penyembah murni yang hanya menyembah
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, pasti akan mencapai planet-planet Vaikuntha
dan Krishnaloka. Dengan ayat yang penting ini, mudah sekali kita mengerti bahwa
kalau seseorang dapat mencapai planet-planet surga hanya dengan menyembah para
dewa, atau mencapai planet-planet pita dengan menyembah pita, atau mencapai
planet-planet para hantu dengan mempraktekkan ilmu hitam, mengapa seorang
penyembah yang murni tidak dapat mencapai planet Krishna atau Visnu? Sayang
sekali, banyak orang tidak mempunyai keterangan tentang planet-planet yang
mulia tersebut, yaitu tempat tinggal Krishna dan Visnu, dan oleh karena mereka
belum mengetahui tentang planet-planet itu, mereka jatuh. Orang yang tidak
mengakui bentuk pribadi Tuhan juga jatuh dari brahmayjoti. Karena itu,
perkumpulan kesadaran Krishna ini menyebarkan keterangan yang mulia kepada
segenap masyarakat manusia; yaitu, bahwa hanya dengan mengucapkan mantra Hare
Krishna orang dapat menjadi sempurna dalam hidup ini dan pulang, kembali kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
9.26
patraḿ puṣpaḿ phalaḿ
toyaḿ
yo me bhaktyā prayacchati
tad ahaḿ bhakty-upahṛtam
aśnāmi prayatātmanaḥ
patram—daun; puṣpam—bunga; phalam—buah;
toyam—air; yaḥ—siapapun; me—kepada-Ku; bhaktyā—dengan
bhakti; prayacchati—mempersembahkan; tat—itu; aham—Aku;
bhaktiupahṛtam—dipersembahkan dalam bhakti; aśnāmi—menerima; prayata-ātmanaḥ—dari
orang yang kesadarannya murni.
Terjemahan
Kalau seseorang mempersembahkan daun, bunga, buah
atau air dengan cinta bhakti, Aku akan menerimanya.
Penjelasan
Orang cerdas mengerti bahwa ia harus sadar akan
Krishna, yaitu tekun dalam cinta-bhakti rohani kepada Krishna, supaya ia dapat
mencapai tempat tinggal yang kekal dan penuh kebahagiaan dan berbahagia
selamanya. Proses mencapai hasil yang sangat bagus seperti itu mudah sekali,
dan orang yang paling miskin sekalipun dapat berusaha untuk mencapai hasil itu,
tanpa diperlukan kwalifikasi apa pun. Satu-satunya kwalifikasi yang diperlukan
sehubungan dengan hal ini ialah bahwa seseorang harus menjadi penyembah yang
murni. Sifat-sifat maupun kedudukan seseorang tidak menjadi soal. Proses bhakti
ini sangat mudah sehingga daun, bunga, air, atau buah dapat dipersembahkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan cinta-bhakti yang tulus ikhlas dan Tuhan akan
berkenan menerima persembahan itu. Karena itu, tiada seorangpun yang tidak
mampu mengikuti kesadaran Krishna, sebab kesadaran Krishna sangat mudah dan
dapat dipraktekkan di mana-mana. Siapakah begitu bodoh sehingga ia tidak ingin
menjadi sadar akan Krishna melalui cara yang sederhana tersebut yang
memungkinkan ia mencapai kesempurnaan hidup tertinggi, yaitu kekekalan,
pengetahuan dan kebahagiaan? Krishna hanya menginginkan cinta-bhakti, dan tidak
lebih dari itu. Krishna bahkan menerima bunga yang kecil dari penyembah-Nya
yang murni. Krishna tidak menginginkan persembahan apapun dari orang yang bukan
penyembah. Krishna tidak memerlukan sesuatu dari siapapun, sebab Krishna
melengkapi kebutuhan-Nya Sendiri. Namun Krishna menerima persembahan dari
penyembah-Nya dalam cinta-bhakti dan kasih sayang yang bertimbal balik.
Mengembangkan kesadaran Krishna adalah kesempurnaan hidup tertinggi. Bhakti
disebut dua kali dalam ayat ini untuk memaklumkan dengan lebih tegas bahwa
bhakti adalah satu-satunya cara untuk mendekati Krishna. Tidak ada syarat yang
lain, misalnya menjadi brahmaṇā, sarjana yang bijaksana sekali, orang yang
kaya sekali atau filosof yang hebat, yang dapat mempengaruhi Krishna untuk
menerima suatu persembahan. Tanpa prinsip dasar bhakti, tiada sesuatupun yang
dapat mempengaruhi Krishna agar Beliau berkenan menerima sesuatu dari siapapun.
Bhakti tidak pernah disebabkan oleh sesuatu. Proses bhakti adalah kekal. Bhakti
adalah perbuatan langsung dalam pengabdian kepada keseluruhan yang mutlak.
Setelah membuktikan bahwa Diri-Nya satu-satunya
kepribadian yang menikmati, Sri Krishna, Tuhan Yang Mahaabadi dan tujuan sejati
segala persembahan korban suci, Krishna mengungkapkan jenis-jenis korban suci
mana yang diinginkan-Nya. Kalau seseorang ingin menekuni bhakti kepada Yang
Mahakuasa agar Diri-Nya disucikan dan mencapai tujuan hidup—yakni cinta bhakti
rohani kepada Tuhan—maka hendaknya ia mencari apa yang diinginkan oleh Krishna
dari Diri-Nya. Orang yang mencintai Krishna akan memberikan apapun yang
diinginkan oleh Krishna dan menghindari mempersembahkan sesuatu yang tidak
diinginkan atau yang tidak diminta. Karena itu, daging, ikan dan telur tidak
boleh dipersembahkan kepada Krishna. Kalau Krishna menginginkan benda-benda
seperti itu sebagai persembahan, tentu saja Krishna akan mengatakan demikian.
Melainkan, Krishna meminta dengan jelas supaya daun, buah, bunga dan air
dipersembahkan kepada-Nya. Mengenai persembahan ini, Krishna bersabda Aku akan
menerimanya." Karena itu, hendaknya kita mengerti bahwa Krishna tidak akan
menerima daging, ikan, dan telur. Sayur-sayuran, biji-bijian, padi-padian, buah
dan air adalah makanan yang layak untuk manusia dan Krishna Sendiri
menganjurkan makanan seperti itu. Makanan lain yang kita makan tidak dapat
dipersembahkan kepada Krishna, sebab Krishna tidak akan menerima-Nya. Karena
itu, kita tidak bertindak pada tingkat cinta bhakti kalau kita mempersembahkan
makanan seperti itu.
Dalam Bab Tiga, ayat tiga belas, Sri Krishna
menjelaskan bahwa hanya sisa korban suci disucikan dan memenuhi syarat untuk
dimakan oleh orang yang mencari kemajuan dalam kehidupan dan pembebasan dari
cengkraman ikatan material. Orang yang tidak mempersembahkan makanannya hanya
makan dosa, seperti yang dinyatakan oleh Krishna dalam ayat yang sama. Dengan
kata lain, tiap-tiap suap makanannya hanya membuat Diri-Nya terlibat semakin
parah dalam seluk beluk alam material. Tetapi masakan yang sederhana dan enak
yang tidak berisi daging, ikan dan telur dapat disiapkan, kemudian
dipersembahkan di hadapan gambar atau Arca Sri Krishna sambil bersujud dan
berdoa kiranya Krishna berkenan menerima persembahan yang sederhana seperti
itu. Ini memungkinkan seseorang maju dengan mantap dalam kehidupan, menyucikan
badannya, menciptakan bagian halus dalam otak yang akan memungkinkan ia
berpikir dengan jelas. Terutama, persembahan itu harus dibuat dengan sikap
cinta-bhakti. Krishna tidak membutuhkan makanan, sebab Krishna sudah memiliki
segala sesuatu yang ada. Namun Krishna akan menerima persembahan dari orang
yang ingin memuaskan Beliau dengan cara seperti itu. Unsur terpenting dalam
menyiapkan, menghidangkan dan mempersembahkan, ialah seseorang harus bertindak
dengan cinta bhakti kepada Krishna.
Para filosof yang tidak mengakui bentuk pribadi
Tuhan yang ingin mengatakan bahwa Kebenaran Mutlak tidak mempunyai indera,
tidak dapat mengerti ayat Bhagavad-gita ini. Menurut mereka, ayat ini adalah
perumpamaan atau bukti bahwa watak Krishna, yang bersabda dalam Bhagavad-gita
bersifat duniawi. Tetapi sebenarnya Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa,
yang memiliki indera-indera. Dinyatakan bahwa indera-indera Krishna dapat ditukar
satu sama lain; dengan kata lain, salah satu indera dapat melaksanakan fungsi
segala indera lainnya. Inilah yang dimaksudkan bila kita mengatakan bahwa
Krishna bersifat mutlak. Kalau Krishna tidak mempunyai indera-indera, tentu
saja tidak dapat dikatakan bahwa Krishna memiliki segala kehebatan sepenuhnya.
Dalam Bab Tujuh Krishna sudah menjelaskan bahwa Beliau memasukkan semua mahkluk
hidup ke dalam alam material dengan cara memandang alam material itu. Jadi,
apabila Krishna menerima persembahan, Krishna mendengar kata-kata cinta-bhakti
dari seorang penyembah yang sedang mempersembahkan makanan, dan ini sama
sepenuhnya dengan Krishna makan dan sungguh-sungguh mencicipi makanan itu.
Kenyataan ini harus ditegaskan: Oleh karena kedudukan Krishna mutlak, Krishna
mendengar identik sepenuhnya dengan Krishna makan dan mencicipi makanan. Hanya
seorang penyembah, yang mengakui Krishna sesuai dengan uraian Krishna tentang
Diri-Nya, tanpa penafsiran, dapat mengerti bahwa Kebenaran Mutlak Yang Paling
Utama dapat makan dan menikmati makanan.
9.27
yat karoṣi yad aśnāsi
yaj juhoṣi dadāsi yat
yat tapasyasi kaunteya
tat kuruṣva mad-arpaṇam
yat—apapun; karoṣi—engkau lakukan;
yat—apapun; aśnāsi—engkau makan; yat—apapun; juhoṣi—engkau
persembahkan; dadāsi—engkau berikan; yat—apapun; yat—apapun;
tapasyasi—pertapaan yang engkau lakukan; kaunteya—wahai putera Kuntī
; tat—itu; kuruṣva—laksanakan; mat—kepada-Ku; arpaṇam—sebagai
persembahan.
Terjemahan
Apapun yang engkau lakukan, apapun yang engkau
makan, apapun yang engkau persembahkan atau berikan sebagai sumbangan serta
pertapaan dan apapun yang engkau lakukan-lakukanlah kegiatan itu sebagai
persembahan kepada-Ku, wahai putera Kuntī .
Penjelasan
Jadi, kewajiban semua orang ialah untuk membentuk
kehidupannya dengan cara sedemikian rupa agar ia tidak akan lupa pada Krishna
dalam keadaan manapun. Semua orang harus bekerja untuk memelihara jiwa dan
raganya, dan Krishna menganjurkan di sini supaya orang bekerja demi Krishna.
Semua orang harus makan sesuatu untuk hidup; karena itu hendaknya orang
menerima sisa makanan yang dipersembahkan kepada Krishna. Semua orang yang
beradab harus melakukan upacara-upacara ritual keagamaan; karena itu, Krishna
menganjurkan, Lakukanlah kegiatan itu demi-Ku." Ini disebut arcana. Semua
orang cenderung menyumbangkan sesuatu; Krishna bersabda, Berikanlah sumbangan
kepada-Ku." Ini berarti segala sisa uang yang sudah dikumpulkan hendaknya
digunakan dalam memajukan perkumpulan kesadaran Krishna. Dewasa ini orang
menaruh minat besar terhadap proses semadi atau meditasi, yang tidak praktis
pada jaman ini. Tetapi kalau seseorang berlatih semadi kepada Krishna selama
dua puluh empat jam sehari dengan cara mengucapkan mantra Hare Krishna sambil
menghitung dengan tasbihnya, dialah ahli semadi dan yogi yang paling hebat,
sebagaimana dibenarkan dalam Bab Enam dari Bhagavad-gita.
9.28
śubhāśubha-phalair evaḿ
mokṣyase karma-bandhanaiḥ
sannyāsa-yoga-yuktātmā
vimukto mām upaiṣyasi
śubha—dari yang menguntungkan; aśubha—dan
yang tidak menguntungkan; phalaiḥ—hasil; evam—demikian; mokṣyase—engkau
akan dibebaskan; karma—dari pekerjaan; bandhanaiḥ—dari ikatan; sannyāsa—dari
pelepasan ikatan; yoga—yoga; yukta-ātmā—dengan pikiran mantap
pada;
vimuktaḥ—dibebaskan; mām—kepada-Ku;
upaiṣyasi—engkau akan mencapai.
Terjemahan
Dengan cara seperti ini engkau akan dibebaskan
dari ikatan terhadap pekerjaan serta hasil yang menguntungkan dan tidak
menguntungkan dari pekerjaan itu. Dengan pikiran dipusatkan kepada-Ku dalam prinsip
pelepasan ikatan ini, engkau akan mencapai pembebasan dan datang kepada-Ku.
Penjelasan
Orang yang bertindak dalam kesadaran Krishna di
bawah bimbingan penguasa disebut yukta. Istilah yukta-vairagya digunakan dalam
hal ini. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Rupa Gosvami sebagai berikut:
anāsaktasya viṣayān
yathārham upayuñjataḥ
nirbandhaḥ
kṛṣṇa-sambandhe
yuktaḿ vairāgyam ucyate
(Bhakti-rasāmṛta-sindhu 2.255)
Rupa Gosvami menyatakan bahwa selama kita berada
di dunia material ini kita harus bertindak; kita tidak dapat berhenti
bertindak. Karena itu, kalau perbuatan dilakukan dan hasilnya diberikan kepada
Krishna, maka tindakan itu di sebut yukta-vairagya. Bila kegiatan seperti itu
mantap dalam pelepasan ikatan, maka kegiatan itu menyucikan cermin pikiran, dan
orang yang melakukan kegiatan seperti itu berangsur-angsur maju dalam kegiatan
rohani, ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Karena itu akhirnya ia mencapai pembebasan, dan pembebasan ini juga ditentukan.
Dengan pembebasan ini, dia tidak menunggal dengan brahma-jyoty, melainkan ia
memasuki planet Tuhan Yang Maha Esa. Ini disebutkan dengan jelas di sini: mam
upaiṣyasi, Dia datang Kepada-Ku," dia pulang, kembali kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Ada lima tahap pembebasan. Disini ditetapkan bahwa seorang penyembah
yang mematuhi perintah Tuhan Yang Maha Esa seumur hidupnya, sebagaimana
dinyatakan, sudah berkembang sampai ia dapat kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan segera menekuni pergaulan dengan Tuhan Yang Maha Esa setelah ia
meninggalkan badan yang dimilikinya sekarang.
Siapapun yang tidak mempunyai keinginan lain,
selain mempersembahkan kehidupannya untuk pengabdian kepada Tuhan
sungguh-sungguh seorang sannyāsī. Orang seperti itu selalu menganggap Diri-Nya
sebagai hamba kekal, yang tergantung sepenuhnya kepada kehendak Yang Maha
Kuasa. Karena itu, apapun yang dilakukannya, dilakukan demi kepentingan Tuhan.
Perbuatan apapun yang dilakukannya, dilakukan sebagai pengabdian kepada Tuhan.
Ia tidak menaruh perhatian yang serius terhadap kegiatan yang dimaksudkan untuk
membuahkan hasil ataupun tugas-tugas kewajiban yang disebutkan dalam Veda.
Manusia biasa wajib melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan dalam Veda.
Walaupun nampaknya kegiatan seorang penyembah murni yang tekun sepenuhnya dalam
pengabdian kepada Tuhan kelihatannya bertentangan dengan tugas-tugas kewajiban
yang ditetapkan dalam Veda, sebenarnya tidak demikian adanya.
Karena itu, para penguasa Vaisnava menyatakan
bahwa orang yang paling cerdas sekalipun tidak dapat mengerti rencana-rencana
dan kegiatan penyembah yang murni. Kata-kata yang digunakan dalam hal ini
adalah tanravakya, kriya, mudra vijneha na bujhaya (Caitanya-caritamrta, Madhya
23.39). Jadi, orang yang selalu tekun dalam pengabdian kepada Tuhan atau selalu
berpikir dan merencanakan bagaimana cara mengabdikan diri kepada Tuhan, harus
dipandang saat ini sudah mencapai pembebasan sepenuhnya, dan pada masa yang
akan datang terjamin bahwa dia akan pulang, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dia berada di atas segala kritik duniawi, seperti halnya Krishna berada di atas
segala kritik duniawi.
9.29
samo 'haḿ sarva-bhūteṣu
na me dveṣyo 'sti na priyaḥ
ye bhajanti tu māḿ bhaktyā
mayi te teṣu cāpy aham
samaḥ—bersikap yang sama; aham—Aku;
sarva-bhūteṣu—kepada semua mahkluk hidup; na—tiada seorangpun; me—kepada-Ku;
dveṣyah—benci; asti—ada; na—tidak juga; priyaḥ—disayangi;
ye—orang yang; bhajanti—melakukan pengabdian rohani; tu—tetapi;
mām—kepada-Ku; bhaktyā—dalam bhakti; mayi—berada di dalam
diri-Ku; te—orang seperti itu; teṣu—dalam mereka; ca—juga;
api—pasti; aham—Aku.
Terjemahan
Aku tidak iri kepada siapapun, dan Aku tidak
berat sebelah kepada siapapun. Aku bersikap yang sama terhadap semuanya. Tetapi
siapapun yang mengabdikan diri kepada-Ku dalam bhakti adalah kawan, dia berada
di dalam Diri-Ku, dan Aku pun kawan baginya.
Penjelasan
Berhubungan dengan ayat ini, mungkin ada orang
yang bertanya kalau Krishna bersikap yang sama terhadap semua orang, dan tiada
seorangpun yang menjadi kawan istemewa-Nya, mengapa Krishna menaruh perhatian
khusus terhadap para penyembah yang selalu tekun dalam bhakti rohani
kepada-Nya? Tetapi ini bukan diskriminasi; ini adalah hal yang wajar.
Kendatipun seseorang berwatak dermawan yang murah hati sekali, namun ia menaruh
perhatian khusus terhadap anak-anaknya sendiri. Krishna menyatakan bahwa setiap
makhluk hidup—dalam bentuk apapun—adalah putera-Nya. Karena itu, Krishna
menyediakan kebutuhan hidup secara berlimpah untuk semua makhluk. Krishna
seperti awan yang mencurahkan hujan dimana-mana, baik di atas batu, di
permukaan darat atau di atas air. Tetapi Krishna memberikan perhatian khusus
terhadap penyembah-Nya. Penyembah-penyembah seperti itu disebut di sini; mereka
selalu sadar akan Krishna, karena itu mereka selalu mantap secara rohani dalam
Krishna. Istilah kesadaran Krishna" mengandung arti bahwa orang yang sadar
seperti itu adalah rohaniwan yang mantap dalam Krishna dan sudah melampaui
hal-hal duniawi walaupun ia masih hidup di dunia ini. Krishna, menyatakan di
sini dengan jelas mayi te: Mereka berada di dalam Diri-Ku." Sewajarnya,
sebagai akibatnya, Krishna juga selalu berada di dalam diri mereka. Ini
merupakan hal yang bertimbal balik. Hal ini juga menjelaskan kata-kata ye yatha
mam prapadyante tams tathāiva bhajamy aham: Siapapun yang
menyerahkan diri kepada-Ku, Aku memelihara dia setimpal dengan penyerahan diri
itu." Balasan rohani tersebut berjalan karena Tuhan dan seorang penyembah
kedua-duanya sadar. Bila berlian dipasang pada cincin emas, kelihatannya indah
sekali. Cincin emas itu diperindah dan pada saat yang sama berlian mata cincin
itu juga diperindah. Tuhan dan makhluk hidup cemerlang untuk selamanya, dan
bila makhluk hidup berminat untuk berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, makhluk
itu kelihatan seperti emas. Tuhan Yang Maha Esa adalah seperti berlian. Karena
itu, gabungan tersebut sangat bagus. Para makhluk hidup dalam keadaan murni
disebut penyembah-penyembah. Tuhan Yang Maha Esa menjadi penyembah para
penyembah-Nya. Kalau tidak ada hubungan yang bertimbal balik antara seorang
penyembah dengan Tuhan, tidak mungkin ada filsafat yang mengakui bentuk pribadi
Tuhan. Dalam filsafat yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, tidak ada
hubungan yang bertimbal balik antara Yang Mahakuasa dan makhluk hidup, tetapi
dalam filsafat yang mengakui bentuk pribadi Tuhan, ada hubungan bertimbal balik
seperti itu.
Contoh yang sering dikemukakan ialah bahwa Tuhan
adalah pohon yang memenuhi keinginan, dan Krishna menyediakan apapun yang
diinginkan oleh seseorang dari pohon yang memenuhi keinginan itu. Tetapi di
sini penjelasannya lebih lengkap. Di sini dinyatakan bahwa Tuhan menyayangi
para penyembah. Inilah perwujudan karunia Krishna yang istimewa terhadap
penyembah-Nya. Balasan cinta-bhakti Tuhan hendaknya jangan dianggap sesuatu di
bawah hukum karma. Balasan cinta-bhakti itu termasuk keadaan rohani. Tuhan Yang
Maha Esa dan para penyembah-Nya bekerja dalam keadaan rohani itu. Bhakti kepada
Tuhan bukan suatu kegiatan dunia material ini; bhakti adalah bagian dari dunia
rohani, tempat kekekalan, kebahagiaan dan pengetahuan berkuasa.
9.30
api cet su-durācāro
bhajate mām ananya-bhāk
sādhur eva sa mantavyaḥ
samyag vyavasito hi saḥ
api—meskipun; cet—kalau; su-durācāraḥ—orang
yang melakukan perbuatan yang paling jijik; bhajate—tekun dalam bhakti; mām—kepada-Ku;
ananya-bhāk—tanpa menyimpang; sādhuḥ—orang suci; evā—pasti;
saḥ—dia; mantavyaḥ—harus diakui; samyak—sepenuhnya; vyavasitāḥ—mantap
dalam ketabahan hati; hi—pasti; saḥ—dia.
Terjemahan
Meskipun seseorang melakukan perbuatan yang
paling jijik, kalau ia tekun dalam bhakti, ia harus diakui sebagai orang suci
karena ia mantap dalam ketabahan hatinya dengan cara yang benar.
Penjelasan
Kata su-durācāraḥ dalam ayat ini sangat
bermakna, dan hendaknya kita mengerti arti kata itu dengan cara yang benar.
Bila makhluk hidup terikat ada dua jenis kegiatannya: yang satu menurut keadaan
di dunia material dan yang lain menurut kedudukan dasarnya. Untuk melindungi
badan atau mematuhi aturan masyarakat dan negara, tentu saja ada berbagai
kegiatan, bahkan untuk para penyembah sekalipun berhubungan dengan keadaan
kehidupan di dunia. Kegiatan itu disebut kegiatan menurut keadaan di dunia
material. Di samping kegiatan tersebut, makhluk hidup yang sadar sepenuhnya
terhadap sifat rohaninya dan tekun dalam kesadaran Krishna atau bhakti kepada
Tuhan Yang Maha Esa mempunyai kegiatan yang disebut kegiatan rohani. Kegiatan
seperti itu dilakukan dalam kedudukan dasarnya, dan kegiatan itu disebut dengan
istilah bhakti. Dalam keadaan terikat, kadang-kadang bhakti dan pengabdian
menurut keadaan di dunia material yang berhubungan dengan badan berjalan
searah. Tetapi kadang-kadang kegiatan tersebut berlawanan. Sejauh mungkin
seorang penyembah harus sangat hati-hati supaya ia tidak melakukan sesuatu yang
dapat mengganggu keadaannya yang sehat. Ia mengetahui bahwa kesempurnaan
kegiatannya bergantung pada kemajuan keinsafannya terhadap kesadaran Krishna.
Akan tetapi, kadang-kadang tampak bahwa orang dalam kesadaran Krishna melakukan
perbuatan yang dianggap perbuatan yang paling menjijikkan menurut pandangan
masyarakat atau menurut etika politik. Tapi jatuh untuk sementara waktu seperti
itu tidak berarti penyembah yang bersangkutan disekor. Dalam Srimad-Bhagavatam
dinyatakan bahwa kalau seseorang jatuh tetapi tekun dengan tulus ikhlas dalam
bhakti rohani kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka Tuhan yang bersemayam di dalam
hatinya menyucikan penyembah yang bersangkutan dan memaafkan perbuatan yang
menjijikan itu. Pencemaran material sangat kuat sehingga seorang yogi yang
tekun sepenuhnya dalam pengabdian kepada Tuhan pun kadang-kadang terperangkap;
tetapi kesadaran Krishna sangat kuat sehingga jatuh secara kebetulan seperti
itu segera diperbaiki. Karena itu, proses bhakti selalu sukses. Hendaknya orang
jangan mengejek seorang penyembah karena kebetulan ia jatuh dari jalan teladan,
sebab sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut, jatuh secara kebetulan seperti
itu akan dihentikan sesudah beberapa waktu, begitu seorang penyembah mantap
sepenuhnya dalam kesadaran Krishna.
Karena itu, harus diakui bahwa seorang yang
mantap dalam kesadaran Krishna menekuni proses mengucapkan mantra Hare Krishna,
Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare/ Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare
Hare berada dalam kedudukan rohani, meskipun secara kebetulan tampak bahwa ia
sudah jatuh. Kata sadhur eva, dia orang suci," sangat tegas. Kata-kata itu
merupakan peringatan kepada orang yang bukan penyembah supaya seorang penyembah
jangan diejek karena ia celaka sehingga jatuh. Ia harus tetap dianggap orang
suci walaupun kebetulan ia sudah jatuh. Kata mantavyaḥ lebih tegas lagi. Kalau
seseorang tidak mengikuti aturan ini, dan mengejek seorang penyembah karena ia
kecelakaan sehingga jatuh, maka orang yang mengejek tersebut sesungguhnya tidak
mengikuti peraturan Tuhan Yang Maha Esa. Satu-satunya kwalifikasi seorang
penyembah ialah bahwa ia harus tekun sepenuhnya hanya dalam bhakti dan tidak
pernah menyimpang.
Dalam Nrsimha Purana pernyataan berikut
diberikan:
bhagavati ca harāv ananya-cetā
bhṛśa-malino 'pi virājate
manuṣyaḥ
na hi śaśa-kaluṣa-cchabiḥ
kadācit
timira-parābhavatām upaiti
candraḥ
Ayat ini berarti meskipun kadang-kadang tampak
bahwa seseorang yang tekun sepenuhnya dalam bhakti kepada Tuhan melakukan
kegiatan yang menjijikkan, kegiatan tersebut seharusnya dipandang seperti
bintik-bintik yang mirip dengan gambar kelinci pada bulan. Bintik-bintik
seperti itu tidak mengalangi pancaran sinar bulan. Begitu pula, walaupun
seorang penyembah celaka sehingga jatuh dari jalan watak yang suci, namun hal
itu tidak menyebabkan penyembah yang bersangkutan menjijikkan.
Di pihak lain, hendaknya orang jangan salah paham
dan menganggap bahwa seorang penyembah dalam bhakti rohani dapat bertindak dengan
segala cara yang menjijikkan; ayat ini hanya membicarakan kecelakaan yang
terjadi secara kebetulan karena daya hubungan material yang kuat. Bhakti kurang
lebih berarti memaklumkan perang terhadap tenaga yang menyebabkan khayalan.
Selama seseorang belum cukup kuat untuk bertempur melawan tenaga yang
menyebabkan khayalan, mungkin kadang-kadang ia akan jatuh kecelakaan. Tapi
kalau seseorang sudah cukup kuat, dia tidak akan jatuh seperti itu lagi,
sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Hendaknya orang jangan mengambil untung dari
ayat ini dan melakukan kegiatan yang bukan-bukan dan masih menganggap Diri-Nya
penyembah. Kalau dengan bhakti wataknya tidak menjadi lebih baik, harus
dimengerti bahwa dia bukan penyembah yang maju.
9.31
kṣipraḿ bhavati dharmātmā
śaśvac-chāntiḿ nigacchati
kaunteya pratijānīhi
na me bhaktaḥ praṇaśyati
kṣipram—dalam waktu yang dekat sekali; bhavati—menjadi;
dharma-ātmā—saleh; śaśvat-śāntim—kedamaian yang suci; nigacchati—mencapai;
kaunteyā—wahai putera Kuntī ; pratijānīhi—maklumkanlah; na—tidak
pernah; me—milik-Ku; bhaktaḥ—penyembah; praṇaśyāti—binasa.
Terjemahan
Dalam waktu yang singkat ia menjadi saleh dan
mencapai kedamaian yang abadi. Wahai putera Kuntī, nyatakanlah dengan berani
bahwa penyembah-Ku tidak akan pernah binasa.
Penjelasan
Hendaknya orang jangan salah paham tentang ayat
ini. Dalam Bab Tujuh Krishna menyatakan bahwa orang yang sibuk dalam kegiatan
yang nakal tidak dapat menjadi penyembah Tuhan. Orang yang bukan penyembah
Tuhan tidak mempunyai kwalifikasi yang baik sama sekali. Akan tetapi, tetap ada
pernyataan, bagaimana mungkin orang yang sibuk dalam kegiatan yang jijik—baik
karena kecelakaan maupun sengaja—dapat diakui sebagai penyembah murni?
Pertanyaan ini patut diajukan. Orang jahat, sebagaimana dinyatakan dalam Bab
Tujuh, yang tidak pernah berbhakti kepada Tuhan, tidak mempunyai kwalifikasi
baik apapun, sebagaimana dinyatakan dalam Srimad-Bhagavatam. Pada umumnya
seorang penyembah yang tekun dalam sembilan jenis kegiatan bhakti menekuni proses
penyucian segala pencemaran material dari dalam hatinya. Dia menempatkan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa di dalam hatinya dan semua pencemaran yang
berdosa sewajarnya disucikan. Senantiasa berpikir tentang Tuhan Yang Maha Esa
menyebabkan sifat seorang penyembah suci. Menurut Veda, ada peraturan tertentu
yang menyatakan bahwa kalau seseorang jatuh dari kedudukannya yang tinggi, maka
ia harus menjalani proses-proses ritual tertentu untuk menyucikan diri. Tetapi
di sini tidak ada syarat seperti itu, sebab proses penyucian diri sudah ada di
dalam hati seorang penyembah karena dia senantiasa ingat kepada Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, ucapan mantra Hare Krishna, Hare Krishna,
Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare
sebaiknya dilanjutkan tanpa berhenti. Ini akan melindungi penyembah terhadap
segala kemungkinan ia akan jatuh kecelakaan. Dengan demikian, ia akan tetap
bebas untuk selamanya dari segala pencemaran material.
9.32
māḿ hi pārtha vyapāśritya
ye 'pi syuḥ pāpa-yonayaḥ
striyo vaiśyās tathā śūdrās
te 'pi yānti parāḿ gatim
mām—dari-Ku; hi—pasti; pārtha—wahai
putera Pṛthā; vyapāśritya—berlindung secara khusus; ye—orang
yang; api—juga; syuḥ—adalah; pāpa-yonayaḥ—dilahirkan
dalam keluarga yang lebih rendah; striyaḥ—wanita; vaiśyāḥ—para
pedagang; tathā—juga; śūdrāḥ—golongan manusia yang lebih rendah;
te api—merekapun; yānti—pergi; param—kepada yang
tertinggi; gatim—tujuan.
Terjemahan
Wahai putera Pṛthā, orang yang berlindung
kepada-Ku, walaupun mereka dilahirkan dalam keadaan yang lebih rendah, atau
wanita, vaisya [pedagang] dan sudra [buruh] semua dapat mencapai tujuan
tertinggi.
Penjelasan
Dinyatakan dengan jelas di sini oleh Tuhan Yang
Maha Esa bahwa dalam bhakti tidak ada perbedaan antara golongan manusia yang
rendah dan golongan yang tinggi. Dalam paham hidup material ada
golongan-golongan seperti itu, tetapi tidak ada golongan-golongan bagi orang
yang menekuni bhakti rohani kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang memenuhi
syarat untuk mencapai tujuan tertinggi. Dalam Srimad-Bhagavatam (2.4.18)
dinyatakan bahwa manusia yang paling rendah yang disebut candala (orang yang
makan anjing), dapat disucikan melalui pergaulan dengan penyembah yang murni.
Karena itu, bhakti dan bimbingan seorang penyembah yang murni begitu kuat
sehingga tidak ada perbedaan antara golongan manusia yang rendah dan tinggi;
siapapun dapat melakukan bhakti. Orang yang paling sederhana sekalipun yang
berlindung kepada penyembah murni dapat disucikan dengan bimbingan yang benar.
Menurut berbagai sifat alam, manusia digolongkan dalam sifat kebaikan
(brahmaṇā), sifat nafsu (ksatriya, atau administrator), campuran antara sifat
nafsu dan kebodohan (vaisya, atau pedagang), dan sifat kebodohan (sudra atau
buruh). Orang yang lebih rendah daripada mereka disebut candala, dan mereka
dilahirkan dalam keluarga yang berdosa. Pada umumnya, pergaulan dengan orang
yang dilahirkan dalam keluarga yang berdosa tidak diterima oleh
golongan-golongan yang tinggi. Tetapi proses bhakti begitu kuat sehingga
seorang penyembah murni Tuhan Yang Maha Esa dapat memungkinkan semua golongan
yang lebih rendah mencapai kesempurnaan hidup tertinggi. Ini hanya dimungkinkan
kalau seseorang berlindung kepada Krishna. Sebagaimana disebut di sini dengan
kata vyapāśritya, seseorang harus berlindung kepada Krishna sepenuhnya. Dengan
cara demikian ia dapat menjadi jauh lebih hebat daripada parajnani dan yogi
yang besar.
9.33
kiḿ punar brāhmaṇāḥ puṇyā
bhaktā rājarṣayas tathā
anityam asukhaḿ lokam
imaḿ prāpya bhajasva mām
kim—betapa; punaḥ—lagi; brahmaṇaḥ—para
brahmaṇā; puṇyāḥ—saleh; bhaktaḥ—para penyembah; rāja-ṛṣayaḥ—raja-raja
yang suci; tathā—juga; anityam—sementara; asukham—penuh dengan
kesengsaraan; lokam—planet; imām—ini; prāpya—mencapai; bhajasva—menekuni
cinta-bhakti; mām—kepada-Ku.
Terjemahan
Betapa lebih benar lagi kenyataan ini bagi para
brahmaṇā yang saleh, para penyembah dan raja-raja yang suci. Karena itu,
sesudah datang ke dunia fana yang sengsara ini, tekunilah cinta-bhakti
kepada-Ku.
Penjelasan
Di dunia material ini ada golongan-golongan
manusia, tetapi bagaimanapun juga, dunia ini bukan tempat yang menyenangkan
untuk siapapun juga. Dinyatakan dengan jelas di sini anityam asukham lokam:
Dunia ini bersifat sementara dan penuh penderitaan, tidak cocok untuk dihuni
oleh orang yang sopan santun dan waras. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
menyatakan bahwa dunia ini bersifat sementara dan penuh kesengsaraan. Beberapa
filosof, khususnya para filosof Mayāvadi, mengatakan bahwa dunia ini palsu,
tetapi kita dapat mengerti dari Bhagavad-gita bahwa dunia tidak palsu; dunia
bersifat sementara. Ada perbedaan antara sementara dan palsu. Dunia ini
bersifat sementara tetapi ada dunia lain yang bersifat kekal. Dunia ini
bersifat penuh kesengsaraan, tetapi dunia lain bersifat kekal dan penuh
kebahagiaan.
Arjuna dilahirkan dalam keluarga rājā yang
suci. Krishna juga bersabda kepada Arjuna, mulailah berbhakti kepada-Ku dan
dalam waktu yang cepat, pulang kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa."
Hendaknya tidak seorang pun yang tetap tinggal di dunia fana ini, sebab dunia
ini penuh kesengsaraan. Sebaiknya semua orang menggabungkan Diri-Nya di dalam
pelukan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa agar ia berbahagia untuk selamanya.
Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah satu-satunya proses yang memungkinkan
segala masalah yang dihadapi semua golongan manusia dipecahkan. Karena itu,
sebaiknya semua orang mulai mengikuti kesadaran Krishna dan menyempurnakan
kehidupannya.
9.34
man-manā bhava mad-bhakto
mad-yājī māḿ namaskuru
mām evaiṣyasi yuktvāivam
ātmānaḿ mat-parāyaṇaḥ
mat-manāḥ—selalu berpikir tentang-Ku; bhava—jadilah;
mat—milik-Ku; bhaktaḥ—penyembah; mat—milik-Ku; yājī—penyembah;
mām—kepada-Ku; namaskuru—bersujud; mām—kepada-Ku; evā—sepenuhnya;
eṣyasi—engkau akan datang; yuktvā—dengan berpikir secara khusuk;
evam—demikian; ātmanām—rohmu; mat-parāyaṇāḥ—setia
kepada-Ku.
Terjemahan
Berpikirlah tentangku senantiasa, jadilah penyembah-Ku,
bersujud kepada-Ku dan menyembah-Ku. Dengan berpikir tentang-Ku sepenuhnya
secara khusuk, pasti engkau akan datang kepada-Ku.
Penjelasan
Dalam ayat ini dinyatakan dengan jelas bahwa
kesadaran Krishna adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan makhluk dari
cengkraman dunia material yang tercemar ini. Kadang-kadang para penafsir yang
tidak mempunyai prinsip memutarbalikkan arti yang dinyatakan dengan jelas di
sini yaitu: Bahwa hendaknya segala bhakti dipersembahkan kepada Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa, Krishna. Sayang sekali para penafsir yang tidak mempunyai
prinsip mengalihkan pikiran pembaca menuju sesuatu yang sama sekali tidak masuk
akal. Para penafsir seperti itu tidak mengetahui bahwa tidak ada perbedaan
antara pikiran Krishna dan diri Krishna. Krishna bukan manusia biasa; Krishna
adalah Kebenaran Mutlak. Badan, pikiran dan Diri Krishna adalah satu dan
bersifat mutlak. Dinyatakan dalam-Kurma Purana, sebagaimana dikutip oleh
Bhaktisiddhanta Sarasvati Gosvami dalam ulasan Caitanya-caritamrta (Bab Lima,
Adilila, ayat 41-48) yang berjudul Anubhasya, deha-dehī-vibhedo, 'yam
nesvara vidyāte kvacit. Ini berarti tidak ada perbedaan apa pun di dalam
Krishna, Tuhan Yang Maha Esa, antara Diri Krishna dan badan Krishna. Tetapi
oleh karena penafsir tidak menguasai ilmu pengetahuan tersebut tentang Krishna,
mereka menyembunyikan Krishna dan membedakan kepribadian Krishna dari pikiran
atau badan Krishna. Walaupun anggapan seperti itu semata-mata hanya kebodohan
belaka terhadap ilmu pengetahuan Krishna, beberapa orang mengambil untung dari
usaha menyesatkan orang.
Ada orang yang bersifat jahat; mereka juga
berpikir tentang Krishna, tetapi secara iri, seperti Rājā Kamsa, paman
Krishna. Kamsa juga senantiasa memikirkan Krishna, tetapi ia memikirkan Krishna
sebagai musuhnya. Kamsa selalu dalam kecemasan, dan selalu merenungkan kapan
Krishna akan datang untuk membunuhnya. Berpikir seperti itu tidak akan menolong
kita. Hendaknya seseorang berpikir tentang Krishna dalam cinta-bhakti. Itulah
bhakti. Hendaknya orang mengembangkan pengetahuan tentang Krishna senantiasa.
Apa pengembangan yang menguntungkan itu? Mengembangkan pengetahuan tentang
Krishna dengan cara yang menguntungkan berarti belajar dari seorang guru
kerohanian yang dapat dipercaya. Krishna adalah kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
dan sudah beberapa kali kami jelaskan bahwa badan Krishna bukan material,
melainkan bersifat kekal, penuh pengetahuan dan penuh kebahagiaan. Pembicaraan
seperti ini mengenai Krishna akan membantu seseorang menjadi penyembah.
Mengerti tentang Krishna dengan cara yang lain dari sumber yang salah, akan
terbukti sia-sia.
Karena itu, hendaknya orang tekun memikirkan
bentuk kekal, bentuk Krishna yang asli; dengan keyakinan di dalam hatinya bahwa
Krishna adalah Yang Maha Kuasa hendaknya dia menekuni sembahyang. Ada
beratus-ratus ribu tempat sembahyang kepada Krishna, dan bhakti di praktekkan
di sana. Bila bhakti dipraktekkan seperti itu, orang harus bersujud kepada
Krishna. Sebaiknya orang menundukkan kepala di hadapan Arca dan menjadi tekun
dengan pikiran, badan, dan kegiatan—segala sesuatunya. Ini akan memungkinkan
dia khusuk sepenuhnya dalam Krishna tanpa menyimpang. Ini akan membantu dia
untuk berpindah ke Krishnaloka. Hendaknya orang jangan disesatkan oleh para
penafsir yang tidak mempunyai prinsip. Seseorang harus menekuni sembilan proses
bhakti mulai dengan mendengar dan memuji tentang Krishna. Bhakti yang murni
adalah tujuan yang paling mulia yang dapat dicapai oleh masyarakat manusia.
Dalam bab tujuh dan delapan dari Bhagavad-gita
sudah dijelaskan tentang bhakti yang murni kepada Tuhan bebas dari
pengetahuan angan-angan, yoga kebatinan dan kegiatan yang dimaksudkan untuk
membuahkan hasil atau pahala. Orang yang belum disucikan sepenuhnya barangkali
tertarik pada berbagai ciri Tuhan seperti brahmajyoti yang tidak bersifat
pribadi dan Paramatma yang berada dalam setempat, tetapi seorang penyembah
murni mulai berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa secara langsung.
Ada sebuah sanjak yang indah tentang Krishna.
Dalam sanjak itu dinyatakan dengan jelas bahwa orang yang sibuk menyembah
dewa-dewa adalah orang yang kurang cerdas dan dia kadang-kadang tidak dapat
memperoleh berkat tertinggi dari Krishna. Pada awal, barangkali seorang
penyembah jatuh dari standar, tetapi hendaknya ia tetap dianggap lebih maju
dari pada semua filosof dan yogi lainnya. Orang yang menekuni kesadaran Krishna
harus diakui sebagai orang suci yang sempurna. Kegiatan yang bukan bhakti yang
kebetulan kadang-kadang dilakukannya akan berkurang dan dalam waktu yang singkat
ia akan menjadi mantap dalam kesempurnaan lengkap tanpa keragu-raguan apa pun.
Seorang penyembah murni tidak mungkin jatuh, sebab Tuhan Yang Maha Esa Sendiri
menjaga penyembah-Nya yang murni. Karena itu, hendaknya orang cerdas mulai
mengikuti proses kesadaran Krishna secara langsung dan hidup berbahagia di
dunia material ini. Akhirnya ia akan memperoleh anugerah yang paling utama dari
Krishna.
Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai
Bab Sembilan Srimad Bhagavad-gita perihal Pengetahuan Yang Paling
Rahasia."
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Visit Related Posts Below:
Mau Beli Buku Bhagavad-gita, Srimad-bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, dll?
Senin - Minggu - Hari Libur | 08.00 - 21.00 WIB | http://mahanilastore.blogspot.com
0812-7740-3909 dan 0819-9108-4996
SMS/PHONE : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
: 0819-9109-9321 (Mahanila)
WhatsApp : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
BBM : 5D40CF2D dan D5E8718B
Menjual buku-buku rohani Srimad Bhagavad-gita, Srimad Bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Purana, Kue Kering, Dupa, Aksesoris, Kartal, Mrdanga, Saree, Air Gangga, Dipa, Kurta, Dhotti, Kipas Cemara, Kipas Bulu Merak, Poster, Japamala, Kantong Japa, Gelang, Kantimala, Rok Gopi, Choli, Blues, Pin, Bros, Kaos, Desain Website dan Database Microsoft Access, Logo, Neon Box, Safety Sign dll.
Terimakasih Atas Kunjungan Anda.
Kehebatan Tuhan Yang
Mutlak
10.1
śrī-bhagavān uvāca
bhūya
eva mahā-bāho
śṛṇu
me paramaḿ vacaḥ
yat
te 'haḿ prīyamāṇāya
vakṣyāmi
hita-kāmyayā
Śrī-bhagavān
uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
bersabda; bhūyaḥ—lagi; evā—pasti; mahā-bāho—wahai yang
berlengan perkasa; śṛṇu—dengarkanlah; me—milik-Ku; paramam—paling
utama; vacaḥ—pelajaran; yat—itu yang; te—kepadamu; aham—Aku;
prīyamāṇāya—dengan berpikir bahwa engkau tercinta bagi-Ku; vakṣyāmi—bersabda;
hita-kāmyayā—demi keuntunganmu.
Terjemahan
Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Dengar sekali lagi, wahai Arjuna yang berlengan
perkasa. Oleh karena engkau kawan-Ku yang tercinta, demi keuntunganmu Aku akan
bersabda lebih lanjut kepadamu, dan memberikan pengetahuan yang lebih bagus
daripada apa yang sudah –Ku jelaskan.
Penjelasan
Kata
bhagavan dijelaskan oleh Parasaramuni sebagai berikut: Kepribadian yang penuh
dengan enam jenis kehebatan yaitu; memiliki kekuatan penuh, kemasyhuran,
kekayaan, pengetahuan, ketām panan atau kecantikan, dan ketidakterikatan semua
secara penuh, adalah Bhagavan atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Selama
Krishna berada di bumi ini, Beliau memperlihatkan segala jenis dari enam
kehebatan tersebut. Karena itu, resi-resi yang mulia seperti Parasara Muni
semua sudah mengakui Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Sekarang
Krishna sedang memberi pelajaran kepada Arjuna tentang pengetahuan yang lebih
rahasia lagi mengenai kehebatan dan pekerjaan Beliau. Sebelumnya, mulai dengan
Bab Tujuh, Krishna sudah menjelaskan berbagai tenaga-Nya dan bagaimana tenaga-tenaga
itu bertindak. Dalam bab ini Krishna menjelaskan kehebatan-Nya yang khusus
kepada Arjuna. Dalam Bab sebelumnya, Krishna sudah menerangkan dengan jelas
tentang berbagai tenaga-Nya untuk memantapkan bhakti dengan keyakinan yang
teguh. Sekali lagi dalam Bab ini Krishna memberitahukan kepada Arjuna tentang
manifestasi-manifestasi dan berbagai kehebatan-Nya.
Makin
banyak seseorang mendengar tentang Tuhan Yang Maha Esa makin ia mantap dalam
bhakti. Hendaknya orang selalu mendengar tentang Krishna dalam pergaulan dengan
para penyembah; itu akan meningkatkan bhaktinya. Ceramah-ceramah dalam
pergaulan dengan penyembah hanya dapat diadakan di kalangan orang yang
sungguh-sungguh ingin menjadi sadar akan Krishna. Orang lain tidak dapat ikut
dalam diskusi-diskusi seperti itu. Krishna memberitahukan kepada Arjuna dengan
jelas tentang hal itu karena Arjuna sangat dicintai oleh Krishna dan pelajaran
seperti itu diadakan demi keuntungan Arjuna.
10.2
na me viduḥ sura-gaṇāḥ
prabhavaḿ na maharṣayaḥ
aham ādir hi devānāḿ
maharṣīṇāḿ ca sarvaśaḥ
na—tidak pernah; me—milik-Ku; viduḥ—mengenal;
sura-gaṇāḥ—para dewa-dewa; prabhavam—asal mula
kehebatan-kehebatan; na—tidak pernah; mahā-ṛṣayaḥ—resi-resi
yang mulia; aham—Aku adalah; ādiḥ—sumber; hi—pasti; devānām—para
dewa; mahā-ṛṣīṇām—para resi yang mulia; ca—juga; sarvāsaḥ—dalam
segala hal.
Terjemahan
Baik para dewa maupun resi-resi yang mulia tidak
mengenal asal mula maupun kehebatan-Ku, sebab, dalam segala hal, Aku adalah
sumber dewa-dewa dan resi-resi.
Penjelasan
Sebagaimana dinyatakan dalam Brahma-samhita, Sri
Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tiada yang lebih tinggi daripada Krishna;
Krishna adalah sebab segala sebab. Di sini juga dinyatakan oleh Krishna Sendiri
bahwa Diri-Nya adalah sebab semua dewa dan resi. Dewa dan resi yang mulia
sekalipun tidak dapat mengerti tentang Krishna; mereka tidak dapat mengerti
nama Beliau maupun kepribadian Beliau. Karena itu, tentu saja orang yang
namanya saja sarjana di planet yang kecil ini tidak dapat mengerti tentang hal
itu. Tiada seorang pun yang dapat mengerti mengapa Tuhan Yang Maha Esa turun ke
bumi sebagai manusia biasa dan melakukan kegiatan yang ajaib dan luar biasa.
Karena itu, hendaknya orang mengetahui bahwa kesarjanaan bukanlah kwalifikasi
yang dibutuhkan untuk mengerti tentang Krishna. Para dewa dan para resi yang
muliapun sudah berusaha mengerti tentang Krishna dengan angan-angannya, dan
mereka sudah gagal dalam usaha ini. Dalam Srimad-Bhagavatam, juga dinyatakan
dengan jelas bahwa dewa yang mulia sekalipun tidak dapat mengerti tentang
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Mereka dapat berangan-angan sampai batas
indera-inderanya yang kurang sempurna dan dapat mencapai kesimpulan yang
berlawanan, yakni filsafat yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, tentang
sesuatu yang tidak diwujudkan oleh tiga sifat alam material, atau mereka dapat
membayangkan sesuatu melalui angan-angan, tetapi tidak mungkin mereka mengerti
tentang Krishna dengan angan-angan yang bodoh seperti itu.
Di sini secara tidak langsung Krishna menyatakan
bahwa kalau seseorang ingin mengenal Kebenaran Mutlak, Aku berada di sini
sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Aku adalah Tuhan Yang Maha Esa."
Hendaknya orang mengetahui tentang hal ini. Walaupun seseorang tidak dapat mengerti
tentang Tuhan yang tidak terhingga tetapi berada secara pribadi, namun Beliau
tetap ada. Kita sungguh-sungguh dapat mengerti tentang Krishna. Yang bersifat
kekal, penuh kebahagiaan dan pengetahuan, hanya dengan mempelajari sabda Beliau
dalam Bhagavad-gita dan Srimad-Bhagavatam. Paham tentang Tuhan sebagai suatu
kekuatan yang berkuasa atau sebagai Brahman yang tidak bersifat pribadi dapat
dicapai oleh orang yang berada di dalam tenaga rendah Tuhan, tetapi Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat dipahami kecuali seseorang berada dalam
kedudukan rohani.
Oleh karena kebanyakan orang tidak dapat mengerti
tentang Krishna dalam kedudukan-Nya yang sebenarnya, atas karunia Krishna yang
tiada sebabnya Beliau turun untuk memberi karunia kepada orang yang berangan-angan
seperti itu. Walaupun Tuhan Yang Maha Esa melakukan kegiatan yang luar biasa,
orang yang berangan-angan seperti itu masih menganggap Brahman yang tidak
bersifat pribadi adalah Yang Mahatinggi karena pengaruh tenaga material. Hanya
para penyembah yang sudah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha
Esa dapat mengerti bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah Krishna, atas karunia
Kepribadian Yang Paling Utama. Para penyembah Tuhan tidak mempedulikan paham
Brahman yang tidak bersifat pribadi terhadap Tuhan; keyakinan dan bhakti para
penyembah membawa mereka sampai menyerahkan diri langsung kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan atas karunia Krishna yang tiada sebabnya, mereka dapat mengerti
tentang Krishna. Orang lain tidak dapat mengerti tentang Beliau. Resi-resi yang
mulia juga setuju: Apa itu atma, apa itu Yang Mahakuasa? Yang Mahakuasa adalah
Beliau yang harus kita sembah.
10.3
yo mām ajam anādiḿ ca
vetti loka-maheśvaram
asammūḍhaḥ sa martyeṣu
sarva-pāpaiḥ pramucyate
yaḥ—siapa pun yang; mām—Aku; ajam—tidak
dilahirkan; anādim—tidak berawal; ca—juga; vetti—mengenal;
loka—dari planet-planet; mahā-īśvaram—penguasa tertinggi; asammūḍhaḥ—tidak
berkhayal; saḥ—dia; martyeṣu—di kalangan orang yang mengalami
kematian; sarva-pāpaiḥ—dari segala reaksi dosa; pramucyate—diselamatkan.
Terjemahan
Orang yang mengenal Aku sebagai Yang tidak
dilahirkan, sebagai Yang tidak berawal, sebagai Tuhan Yang Maha Esa Yang
berkuasa atas semua dunia di kalangan manusia dia yang tidak berkhayal, dan
hanya dialah yang dibebaskan dari segala dosa.
Penjelasan
Sebagaimana dijelaskan dalam Bab Tujuh (7.3),
manuṣyāṇām sahasresu kascid yatati siddhaye: Orang yang sedang berusaha
mengangkat Diri-Nya sampai tingkat keinsafan rohani bukan manusia biasa; mereka
lebih maju daripada berjuta-juta manusia biasa yang tidak memiliki pengetahuan
tentang keinsafan rohani. Tetapi di antara orang yang sungguh-sungguh berusaha
mengerti kedudukan rohaninya, orang yang dapat mengerti bahwa Krishna adalah
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, pemilik segala sesuatu, yang tidak dilahirkan,
adalah orang yang paling berhasil dalam keinsafan rohani. Hanya pada tingkat
itu saja, bila seseorang sudah mengerti kedudukan Krishna Yang Mahatinggi
secara sempurna, ia dapat dibebaskan sepenuhnya dari segala reaksi dosa.
Di sini Krishna diuraikan dengan kata aja, yang
berarti tidak dilahirkan,"tetapi Beliau berbeda dari para makhluk hidup
yang diuraikan dalam Bab Dua sebagai aja. Tuhan berbeda dari makhluk hidup yang
dilahirkan dan meninggal karena ikatan material. Roh-roh yang terikat menggantikan
badan-badannya, tetapi badan Krishna tidak dapat diubah. Bilamana Beliau datang
ke dunia material ini, Beliau datang sebagai Kepribadian yang sama yang tidak
dilahirkan. Karena itu, dalam Bab Empat dinyatakan bahwa, atas kekuatan dalam
dari Diri-Nya, Tuhan Yang Maha Esa tidak berada di bawah tenaga material yang
rendah, melainkan Beliau selalu berada dalam tenaga utama.
Dalam ayat ini, kata-kata vetti lokāmaḥesvaram
berarti hendaknya orang mengetahui bahwa Sri Krishna adalah Pemilik tertinggi
susunan-susunan planet di alam semesta. Beliau sudah ada sebelum ciptaan dan
Beliau berbeda dari ciptaan-Nya. Semua dewa diciptakan di dunia material ini,
tetapi Krishna tidak diciptakan; karena itu, Krishna berbeda dari dewa-dewa
yang mulia seperti Brahma dan Siva sekalipun. Oleh karena Krishna-lah yang
menciptakan Brahma, Siva, dan semua dewa lainnya, Krishna adalah Kepribadian
Yang Paling Utama yang berkuasa atas semua planet.
Karena itu, Sri Krishna berbeda dari segala
sesuatu yang diciptakan, dan siapapun yang mengenal Krishna seperti itu segera
dibebaskan dari segala reaksi dosa. Seseorang harus dibebaskan dari segala
kegiatan yang berdosa agar ia dapat mengenal Tuhan Yang Maha Esa. Krishna hanya
dapat dikenal melalui bhakti, bukan dengan cara lain, sebagaimana dinyatakan
dalam Bhagavad-gita.
Hendaknya seseorang jangan berusaha mengerti
tentang Krishna sebagai seorang manusia. Sebagaimana sudah dinyatakan
sebelumnya, hanya orang bodoh menganggap Krishna manusia biasa. Sekali lagi
kenyataan ini diungkapkan di sini dengan cara yang lain. Orang yang tidak
bodoh, orang yang cukup cerdas mengerti kedudukan dasar Tuhan Yang Maha Esa,
selalu bebas dari reaksi dosa.
Kalau Krishna dikenal sebagai putera Devaki,
bagaimana mungkin dikatakan bahwa Krishna tidak dilahirkan? Kenyataan ini juga
sudah dijelaskan dalam Srimad-Bhagavatam: ketika Krishna muncul di hadapan
Devaki dan Vasudeva, Krishna tidak dilahirkan sebagai anak-anak biasa; Krishna
muncul dalam bentuk-Nya yang asli, kemudian Beliau mengubah Diri-Nya menjadi
anak-anak biasa.
Apapun yang dilakukan di bawah perintah Krishna
bersifat rohani dan melampaui hal-hal duniawi. Perbuatan di bawah perintah
Krishna tidak mungkin dipengaruhi oleh reaksi-reaksi material, yang barangkali
menguntungkan atau tidak menguntungkan. Paham bahwa ada hal-hal yang
menguntungkan dan yang tidak menguntungkan di dunia material kurang lebih
merupakan angan-angan, sebab tidak ada sesuatupun yang menguntungkan di dunia
material. Segala sesuatu tidak menguntungkan, sebab alam meterialpun tidak
menguntungkan. Kita hanya membayangkan bahwa alam material menguntungkan.
Keuntungan yang sejati bergantung pada kegiatan dalam kesadaran Krishna dalam
bhakti dan pengabdian sepenuhnya. Karena itu, kalau kita sungguh-sungguh ingin
supaya kegiatan kita menguntungkan, hendaknya kita bekerja di bawah
perintah-perintah Tuhan Yang Maha Esa. Perintah-perintah seperti itu diberikan
dalam Kitab-kitab Suci yang dapat dipercaya seperti Srimad-Bhagavatam dan
Bhagavad-gita, atau dari seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya. Oleh
karena guru kerohanian adalah utusan Tuhan Yang Maha Esa, petunjuk dari beliau
secara langsung merupakan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa. Guru kerohanian,
orang-orang suci dan Kitab-kitab Suci memberi pengarahan dengan cara yang sama.
Tidak ada hal-hal yang bertentangan antara tiga sumber tersebut. Segala
perbuatan yang dilakukan di bawah petunjuk-petunjuk seperti itu bebas
dari reaksi-reaksi kegiatan saleh atau kegiatan yang tidak saleh di dunia
material ini. Sikap rohani seorang penyembah dalam pelaksanaan kegiatan adalah
sikap pelepasan ikatan, dan ini disebut sannyāsa. Sebagaimana dinyatakan dalam
ayat pertama dari bab Enam Bhagavad-gita, orang yang bertindak menurut
kewajiban karena ia sudah diperintahkan bertindak seperti itu oleh Tuhan Yang Maha
Esa, dan tidak berlindung pada hasil atau pahala dari kegiatannya (anāśritaḥ
karma-phalam), adalah orang yang sungguh-sungguh melepas kan ikatan. Siapapun
yang bertindak di bawah perintah Tuhan Yang Maha Esa sungguh-sungguh seorang
sannyāsī dan yogi, bukan orang yang hanya mengenakan pakaian sannyāsī, atau
seorang yogi yang palsu.
10.4-5
buddhir jñānam asammohaḥ
kṣamā satyaḿ damaḥ śamaḥ
sukhaḿ duḥkhaḿ bhavo
'bhāvo
bhayaḿ cābhayam eva ca
ahiḿsā samatā tuṣṭis
tapo dānaḿ yaśo 'yaśaḥ
bhavānti bhāvā bhūtānāḿ
matta eva pṛthag-vidhāḥ
buddhiḥ—kecerdasan; jñānam—pengetahuan;
asammohaḥ—kebebasan dari keragu-raguan; kṣamā—pengampunan; satyam—kejujuran;
damaḥ—pengendalian indera-indera; samaḥ—pengendalian pikiran; sukham—kebahagiaan;
duḥkham—dukacita; bhāvaḥ—kelahiran; abhāvaḥ—kematian; bhayam—rasa
takut; ca—juga; abhayam—kebebasan dari rasa takut; evā—juga;
ca—dan; ahiḿsā—tidak melakukan kekerasan; samatā—keseimbangan;
tuṣṭiḥ—kepuasan; tapaḥ—pertapaan; dānam—kedermawanan; yaśaḥ—kemasyhuran;
ayaśaḥ—penghinaan; bhavānti—terjadi; bhāvaḥ—sifat-sifat;
bhūtānām—para makhluk hidup; mattaḥ—dari-Ku; evā—pasti; pṛthak-vidhāḥ—disusun
dengan berbagai cara.
Terjemahan
Kecerdasan, pengetahuan, kebebasan dari
keragu-raguan dan khayalan, pengampunan, kejujuran, pengendalian indera-indera,
pengendalian pikiran, kebahagiaan dan dukacita, kelahiran, kematian, rasa
takut, kebebasan dari rasa takut, tidak melakukan kekerasan, keseimbangan
sikap, kepuasan, kesederhanaan, kedermawanan, kemasyhuran dan penghinaan
berbagai sifat tersebut yang dimiliki oleh para makhluk hidup semua diciptakan
oleh Aku sendiri.
Penjelasan
Berbagai sifat makhluk hidup, baik maupun buruk,
semua diciptakan oleh Krishna, dan sifat-sifat itu diuraikan di sini.
Kecerdasan berarti kekuatan untuk menganalisis
hal-hal menurut pandangan yang sebenarnya, dan pengetahuan berarti mengerti apa
arti sang roh dan apa arti alam. Pengetahuan biasa yang diperoleh melalui
pendidikan di universitas hanya menyangkut alam saja, dan di sini pengetahuan
alam seperti itu tidak diakui sebagai pengetahuan. Pengetahuan berarti
mengetahui perbedaan antara sang roh dan alam. Dalam pendidikan modern tidak
ada pengetahuan tentang sang roh; mereka hanya memperhatikan unsur-unsur
material dan kebutuhan jasmani. Karena itu, pengetahuan dari perguruan tinggi
kurang lengkap.
Asammoha, kebebasan dari keragu-raguan dan
khayalan, dapat dicapai apabila seseorang tidak ragu-ragu dan mengerti filsafat
rohani. Ia dibebaskan dari kebingungan secara berangsur-angsur namun pasti.
Hendaknya sesuatu janganlah diterima secara buta; segala sesuatu harus diterima
dengan penuh perhatian dan kewaspadaan. Ksama, toleransi dan pengampunan, harus
dilatih; sebaiknya orang bersikap toleran dan memaafkan kesalahan kecil yang
dilakukan orang lain. Satyam, kejujuran berarti kenyataan harus disampaikan
menurut kedudukan yang sebenarnya, untuk memberi manfaat kepada orang lain.
Hendaknya kenyataan jangan diputarbalikkan. Menurut kebiasaan masyarakat,
dikatakan bahwa seseorang menyampaikan kebenaran hanya kalau kebenaran itu enak
diterima orang lain. Tetapi itu bukan kejujuran. Hendaknya kebenaran
disampaikan dengan cara terus terang, supaya orang lain akan mengerti bagaimana
kenyataan yang sebenarnya. Kalau ada seorang pencuri, dan orang diberi
peringatan bahwa orang itu adalah pencuri, itulah kebenaran. Walaupun kebenaran
kadang-kadang kurang enak ditelan, hendaknya seseorang jangan segan
menyampaikan kebenaran. Kejujuran mengharuskan agar kenyataan disampaikan
menurut keadaan yang sebenarnya untuk memberi manfaat kepada orang lain. Itulah
definisi kejujuran.
Mengendalikan indera-indera berarti indera-indera
hendaknya tidak digunakan untuk kenikmatan pribadi yang tidak diperlukan.
Memenuhi kebutuhan indera-indera yang layak tidak dilarang, tetapi kenikmatan
indera-indera yang tidak diperlukan merugikan kemajuan rohani. Karena itu,
hendaknya indera-indera dikendalikan serta tidak digunakan bila tidak
diperlukan. Begitu pula, hendaknya orang menahan pikirannya dari pikiran yang
tidak diperlukan; itu disebut sama. Sebaiknya orang jangan mengisi waktunya
dalam merenungkan cara mengumpulkan uang. Ini merupakan penyalahgunaan daya
pikir. Pikiran hendaknya digunakan untuk mengerti kebutuhan utama manusia, dan
hendaknya itu disampaikan dengan cara yang dapat dipercaya. Daya pikir
hendaknya dikembangkan dalam pergaulan dengan orang yang menjadi penguasa di
bidang Kitab Suci, orang-orang suci, para guru kerohanian dan orang yang daya
pikirannya sudah dikembangkan sampai tingkat tinggi. Hendaknya orang selalu
menikmati sukham, yaitu kesenangan atau kebahagiaan, dalam hal-hal yang
menguntungkan untuk perkembangan pengetahuan rohani kesadaran Krishna. Begitu
pula, sesuatu yang menyakitkan atau menyebabkan dukacita tidak bermanfaat untuk
mengembangkan kesadaran Krishna. Apapun yang bermanfaat untuk perkembangan
kesadaran Krishna sebaiknya diterima, dan apapun yang tidak bermanfaat
seharusnya ditolak.
Bhava, kelahiran, dimengerti sebagai hal yang
berhubungan dengan badan. Tidak ada kelahiran maupun kematian bagi sang roh;
kenyataan itu sudah kami bicarakan pada awal Bhagavad-gita. Kelahiran dan
kematian menyangkut badan seseorang di dunia material. Rasa takut disebabkan
karena orang khawatir tentang masa yang akan datang. Orang yang sadar akan Krishna
tidak takut, karena menurut kegiatannya pasti dia akan pulang, kembali ke
angkasa rohani, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, masa depan
orang yang sadar akan Krishna cerah sekali. Akan tetapi, orang lain tidak
mengetahui bagaimana masa depannya; mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang
penjelmaannya yang akan datang. Karena itu, mereka cemas senantiasa. Kalau kita
ingin bebas dari kecemasan, maka cara terbaik ialah mengerti tentang Krishna
dan selalu mantap dalam kesadaran Krishna. Dengan cara demikian, kita akan
selalu bebas dari segala rasa takut. Dalam Srimad-Bhagavatam (11.2.37)
dinyatakan, bhayam dvitiya-bhini vesataḥsyāt: Rasa takut disebabkan karena
kita terikat dalam tenaga yang menyebabkan khayalan. Tetapi orang yang bebas dari
tenaga yang menyebabkan khayalan, orang yang yakin bahwa Diri-Nya bukan badan
jasmani, yaitu bahwa Diri-Nya adalah bagian rohani dari Kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa, dan menekuni bhakti rohani kepada Beliau karena alasan itu, tidak
perlu takut kepada apapun. Masa depan mereka cerah sekali. Rasa takut tersebut
ada lah keadaan orang yang tidak sadar akan Krishna. Abhayam, kebebasan dari
rasa takut, hanya dimungkinkan bagi orang yang sadar akan Krishna.
Ahimsa, yaitu tidak melakukan kekerasan, berarti
hendaknya seseorang janganlah melakukan sesuatu yang akan menyebabkan orang
lain menderita kesengsaraan atau kekacauan. Kegiatan material yang dijanjikan
oleh banyak tokoh politik, ahli sosiologi, dermawan, dan sebagainya, tidak
menghasilkan sesuatu yang bagus sekali karena tokoh-tokoh politik dan dermawan
itu tidak mempunyai pengelihatan rohani; mereka belum mengetahui apa yang
sungguh-sungguh bermanfaat untuk masyarakat manusia. Ahimsa berarti orang harus
dilatih dengan cara sedemikian rupa supaya orang dapat berhasil menggunakan
badan manusia sepenuhnya. Badan manusia dimaksudkan untuk keinsafan rohani.
Karena itu, gerakan atau lembaga manapun yang tidak memajukan tujuan itu
sebenarnya melakukan kekerasan terhadap badan manusia. Sesuatu yang memajukan
kebahagiaan rohani rakyat umum pada masa yang akan datang disebut tidak
melakukan kekerasan.
Samata, keseimbangan, berarti kebebasan dari
ikatan dan rasa benci. Kalau seseorang sangat tidak terikat, maka itu kurang
baik. Hendaknya dunia material ini diterima tanpa ikatan maupun rasa benci.
Sesuatu yang bermanfaat untuk penyebaran kesadaran Krishna hendaknya diterima;
sesuatu yang tidak bermanfaat hendaknya ditolak. Itu disebut samata,
keseimbangan sikap. Orang yang sadar akan Krishna tidak harus menolak atau menerima
sesuatu selain hal-hal yang dinilai menurut gunanya dalam memajukan kesadaran
Krishna.
Tusti, kepuasan, berarti hendaknya seseorang
janganlah terlalu ingin mengumpulkan harta benda material semakin banyak dengan
kegiatan yang tidak diperlukan. Hendaknya ia puas dengan apapun yang diperoleh
atas karunia Tuhan Yang Maha Esa; itu disebut kepuasan. Tapas berarti
kesederhanaan atau pertapaan. Ada banyak aturan dan peraturan dalam Veda yang
berlaku dalam hal ini, misalnya bangun pagi-pagi dan mandi. Kadang-kadang sulit
sekali bangun pagi-pagi, tetapi kesulitan manapun yang dialami seseorang secara
rela dalam hal ini disebut pertapaan. Begitu pula, dianjurkan supaya orang
puasa pada hari-hari tertentu dalam satu bulan. Mungkin seseorang tidak
berminat puasa seperti itu, tetapi oleh karena dia bertabah hati untuk maju
dalam ilmu pengetahuan kesadaran Krishna, sebaiknya ia menerima kesulitan
jasmani seperti itu apabila dianjurkan. Akan tetapi, hendaknya orang tidak
puasa jika itu tidak diperlukan atau menjalankan puasa yang bertentangan dengan
aturan Veda. Hendaknya seseorang tidak puasa untuk suatu tujuan politik; dalam
Bhagavad-gita kegiatan seperti itu diuraikan sebagai puasa dalam kebodohan.
Segala sesuatu yang dilakukan dalam kebodohan atau nafsu tidak membuahkan
langkah maju dalam kerohanian. Segala sesuatu yang dilakukan dalam sifat
kebaikan sungguh-sungguh menyebabkan seseorang maju. Puasa yang dilakukan
menurut aturan Veda memperkaya pengetahuan rohani orang yang menjalankannya.
Dalam hal kedermawanan, sebaiknya orang
menyumbangkan lima puluh persen dari pendapatnya untuk suatu tujuan yang baik.
Apakah tujuan yang baik itu? Tujuan yang baik ialah sesuatu yang dijalankan
menurut kesadaran Krishna. Itu bukan hanya tujuan yang baik, tetapi tujuan
terbaik. Oleh karena Krishna baik, kepentingan Krishna juga baik. Karena itu,
sumbangan sebaiknya diberikan kepada orang yang tekun dalam kesadaran Krishna.
Menurut kesusasteraan Veda, dianjurkan supaya kedermawanan diberikan kepada
para brahmaṇā. Kebiasaan ini masih diikuti, walaupun kadang-kadang tidak
diikuti dengan cara yang tepat sekali menurut aturan Veda. Tetapi aturan bahwa
kedermawanan harus diberikan kepada para brahmaṇā tetap ada. Mengapa? Karena
para brahmaṇā tekun dalam mengembangkan pengetahuan rohani yang lebih tinggi.
Seharusnya seorang brahmaṇā mempersembahkan seluruh kehidupannya untuk
mengerti tentang Brahman. Brahma janatiti brahmaṇaḥ: Orang yang mengenal
Brahman disebut seorang brahmaṇā. Jadi, sumbangan diberikan kepada para
brahmaṇā karena mereka selalu tekun dalam pengabdian rohani yang lebih tinggi
dan tidak ada waktu untuk mencari nafkah. Dalam kesusasteraan Veda, sumbangan
juga diberikan kepada orang yang sudah melepaskan ikatan terhadap hal-hal
duniawi, yaitu seorang sannyāsī. Para sannyāsī minta sumbangan di rumah orang,
bukan dengan tujuan untuk mencari uang, tetapi untuk menyebarkan pengetahuan
rohani. Menurut sistem sannyāsa, seorang sannyāsī pergi ke rumah orang yang
berumah tangga untuk menyadarkan mereka dari keadaan tidur dalam kebodohan.
Oleh karena orang yang berumah tangga sibuk dalam urusan keluarga dan sudah
melupakan tujuannya yang sejati yaitu menjadi sadar akan Krishna maka kewajiban
para sannyāsī ialah pergi sebagai pengemis kepada orang yang berumah tangga dan
memberi semangat mereka agar sadar akan Krishna. Sebagaimana dinyatakan dalam
Veda, hendaknya seseorang menjadi sadar dan mencapai apa yang patut dicapainya
dalam kehidupan manusia ini. Pengetahuan dan cara tersebut disebarkan oleh para
sannyāsī; karena itu, sumbangan diberikan kepada orang yang melepaskan ikatan
terhadap hal-hal duniawi dalam kehidupan ini, kepada para brahmaṇā, dan juga
untuk tujuan-tujuan baik yang serupa, bukan untuk suatu tujuan yang hanya
bersifat bertingkah saja.
Yasas, kemasyhuran, hendaknya dimengerti menurut
Sri Caitanya. Sri Caitanya pernah mengatakan bahwa seseorang termasyhur
bila ia terkenal sebagai penyembah yang mulia. Itulah kemasyhuran yang sejati.
Kalau seseorang sudah menjadi orang yang mulia dalam kesadaran Krishna, dan itu
sudah dikenal orang, maka orang itu sungguh-sungguh termasyhur. Orang yang
termasyhur bukan karena cara itu adalah orang yang terkenal karena sesuatu yang
bersifat jahat.
Segala sifat tersebut diwujudkan di seluruh alam
semesta dalam masyarakat manusia dan masyarakat para dewa. Ada banyak bentuk
manusia di planet-planet lain, dan sifat-sifat tersebut ditemukan di sana.
Krishna menciptakan segala sifat tersebut untuk orang yang ingin maju dalam
kesadaran Krishna, tetapi orang yang bersangkutan sendiri yang mengembangkan
sifat-sifat itu dari dalam hatinya. Orang yang menekuni bhakti kepada Tuhan
Yang Maha Esa mengembangkan segala sifat yang baik, sebagaimana diatur oleh
Tuhan Yang Maha Esa.
Asal mula segala sesuatu yang kita temukan, baik
maupun buruk, adalah Krishna. Tiada sesuatupun yang dapat berwujud sendiri di
dunia material ini yang bukan Krishna. Itulah pengetahuan; walaupun kita
mengetahui bahwa berbagai hal mempunyai kedudukan yang berbeda, kita harus
menginsafi bahwa segala sesuatu berasal dari Krishna.
10.6
maharṣayaḥ sapta pūrve
catvāro manavas tathā
mad-bhāvā mānasā jātā
yeṣāḿ loka imāḥ prajāḥ
mahā-ṛṣayaḥ—resi-resi yang mulia; sapta—tujuh;
pūrve—sebelumnya; catvāraḥ—empat; mānavāḥ—para Manu; tathā—juga;
mat-bhāvaḥ—dilahirkan dari-Ku; mānasaḥ—dari pikiran; jātāḥ—dilahirkan;
yeṣām—dari mereka; loke—di dunia; imāḥ—segala ini; prajāḥ—penduduk.
Terjemahan
Tujuh resi yang mulia, dan sebelum mereka empat
resi lainnya serta para Manu [leluhur manusia], berasal dari-Ku. Mereka
dilahirkan dari pikiran-Ku, dan semua makhluk hidup yang menghuni berbagai
planet adalah keturunan dari mereka.
Penjelasan
Krishna sedang memberikan ringkasan tentang
silsilah penduduk alam semesta. Brahma adalah makhluk pertama yang dilahirkan
dari tenaga Tuhan Yang Maha Esa, yang bernama Hiranyagarbha. Dari Brahma,
terwujudlah tujuh resi yang mulia, dan sebelum mereka empat resi mulia lainnya
yang bernama Sanaka, Sananda, Sanatana dan Sanat-kumara, dan para Manu. Dua
puluh lima resi yang mulia tersebut terkenal sebagai leluhur para makhluk hidup
di seluruh alam semesta. Jumlah alam semesta tidak terhingga, dan jumlah planet
di dalam tiap-tiap alam semesta tidak dapat dihitung. Tiap-tiap planet penuh
dengan berbagai jenis penduduk. Semuanya dilahirkan dari dua puluh lima leluhur
tersebut. Brahma bertapa selama seribu tahun menurut perhitungan para dewa
sebelum dia menginsafi bagaimana cara menciptakan atas karunia Krishna.
Kemudian dari Brahma, muncullah Sanaka, Sananda, Sanatana dan Sanat-kumara,
kemudian Rudra, dan kemudian tujuh resi. Dengan cara demikian, semua brahmaṇā
dan ksatriya dilahirkan dari tenaga Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Brahma
bernama Pitamaha, yang berarti kakek, dan Krishna terkenal sebagai Prapitamaha,
yang berarti kakek moyang. Ini dinyatakan dalam Bab Sebelas dari Bhagavad-gita
(11.39).
10.7
etāḿ vibhūtiḿ yogaḿ ca
mama yo vetti tattvataḥ
so 'vikalpena yogena
yujyate nātra saḿśayaḥ
etām—semua ini; vibhūtim—kehebatan;
yogam—kekuatan batin; ca—juga; mama—milik-Ku; yaḥ—siapa
pun yang; vetti—mengenal; tattvataḥ—dengan sebenarnya; saḥ—dia;
avikalpena—tanpa pembagian; yogena—dalam bhakti; yujyate—tekun;
na—tidak pernah; atra—di sini; saḿśayaḥ—keragu-raguan.
Terjemahan
Orang yang sungguh-sungguh yakin tentang kehebatan
dan kekuatan batin-Ku ini menekuni bhakti yang murni dan tidak dicampur dengan
hal-hal lain; kenyataan ini tidak dapat diragukan.
Penjelasan
Puncak tertinggi kesempurnaan rohani adalah
pengetahuan tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kalau seseorang belum
yakin dengan mantap tentang berbagai kehebatan Tuhan Yang Maha Esa, ia belum
dapat menekuni bhakti. Pada umumnya orang mengetahui bahwa Tuhan adalah Yang
Mahabesar, tetapi mereka belum mengetahui secara terperinci bagaimana Tuhan
adalah Yang Mahabesar. Di sini kebesaran Tuhan diuraikan secara terperinci.
Kalau seseorang sungguh-sungguh mengetahui bagaimana Tuhan adalah Yang
Mahabesar, maka sewajarnya ia menyerahkan diri dan menekuni bhakti kepada
Tuhan. Bila seseorang mengetahui kehebatan Yang Mahakuasa secara nyata, tiada
pilihan lain selain menyerahkan diri kepada Beliau. Pengetahuan yang nyata
tersebut dapat dikenal dari uraian dalam Srimad-Bhagavatam dan Bhagavad-gita
dan kesusasteraan yang serupa.
Dalam administrasi alam semesta ini, ada banyak
dewa yang tersebar diseluruh susunan planet. Yang paling utama di antara
dewa-dewa itu adalah Brahma, Dewa Siva dan empat -Kumara yang mulia, para dewa
dan resi lainnya yang menjadi leluhur. Ada banyak nenek moyang penduduk alam
semesta, dan semuanya dilahirkan dari Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna.
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna adalah leluhur pertama bagi semua
leluhur.
Inilah beberapa di antara kehebatan-kehebatan
Tuhan Yang Maha Esa. Bila seseorang sudah yakin dengan mantap tentang kehebatan
tersebut, dia mengakui Krishna dengan keyakinan yang kuat tanpa keragu-raguan,
dan dia menekuni bhakti. Segala pengetahuan terperinci tersebut dibutuhkan
untuk meningkatkan minat seseorang terhadap cinta-bhakti kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Hendaknya orang tidak alpa untuk mengerti sepenuhnya betapa hebatnya
kebesaran Krishna, sebab dengan mengetahui kebesaran Krishna, seseorang dapat
menjadi mantap dalam bhakti yang tulus ikhlas.
10.8
ahaḿ sarvasya prabhavo
mattaḥ sarvaḿ prāvartate
iti matvā bhajante māḿ
budhā bhāva-samanvitāḥ
aham—Aku; sarvasya—dari semua; prabhāvaḥ—sumber
keturunan; mattaḥ—dari-Ku; sarvam—segala sesuatu; prāvartate—berasal;
iti—demikian; matvā—mengetahui; bhajante—berbhakti; mām—kepada-Ku
budhāḥ—orang bijaksana; bhāva-samanvitāḥ—dengan perhatian
penuh.
Terjemahan
Aku adalah sumber segala dunia rohani dan segala
dunia material. Segala sesuatu berasal dari-Ku. Orang bijaksana yang mengetahui
kenyataan ini secara sempurna menekuni bhakti kepada-Ku dan menyembah-Ku dengan
sepenuh hatinya.
Penjelasan
Sarjana yang bijaksana yang sudah mempelajari
Veda secara sempurna, sudah memiliki keterangan dari penguasa-penguasa seperti
Sri Caitanya dan mengetahui bagaimana cara melaksanakan ajaran tersebut akan
dapat mengerti bahwa Krishna adalah sumber segala sesuatu, baik di dunia
material maupun di dunia rohani. Oleh karena sarjana yang bijaksana itu
mengetahui kenyataan ini secara sempurna, dia menjadi mantap dengan teguh dalam
bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dia tidak akan pernah dapat disesatkan,
walaupun banyak tafsiran yang tidak masuk akal dibuat oleh orang bodoh. Segala
kesusasteraan Veda setuju bahwa Krishna adalah sumber Brahma, Siva, dan semua
dewa lainnya. Dalam Atharva Veda (Gopala-tapani Upanisad 1.24) dinyatakan, yo
brahmaṇām vidadhati purvam yo vai vedams ca gapayati sma kṛṣṇah.
Krishna-lah yang mengajarkan pengetahuan Veda kepada Brahma pada awal dan
menyebarkan pengetahuan Veda pada masa lampau." Kemudian sekali lagi
dinyatakan dalam Narayana Upanisad (1), atha puruso ha vai narayano 'kamayata
prajāḥ srjeyeti. Kemudian Kepribadian Yang Paling Utama Narayana ingin
menciptakan para makhluk hidup." Kemudian dalam Upanisad yang sama
dinyatakan: narayanad brahma jayate, narayanad prajā-patiḥ prājā te, narayanad
indro jayate, narayanad astau vasavo jāyante, narayanad ekadasa rudra jāyante,
narayanad dvadasadityah: Dari Narayana Brahma lahir, dari Narayana para Prājā
pati juga lahir, dari Narayana Indra lahir, dari Narayana delapan Vasu lahir,
dari Narayana sebelas Rudra lahir, dari Narayana dua belas Āditya lahir."
Narayana tersebut adalah penjelmaan dari Krishna.
Dalam Veda yang sama dinyatakan brahmanyo
Devakiputrāḥ: Putera Devaki, Krishna, adalah Kepribadian Yang Paling
Utama." (Narayana Upanisad 4). Kemudian dinyatakan, eko vai narayana asin
na brahma na isa sno napo nagni samau neme dyav-aprthivi na naksatrani na
suryah: Pada awal ciptaan, yang ada hanyalah Kepribadian Yang Paling Utama
Narayana. Belum ada Brahma, belum ada Siva, api, bulan, bintang di langit,
maupun matahari. Yang ada hanya Krishna, yang menciptakan segala sesuatu dan
menikmati segala sesuatu (Maha Upanisad 1). Dalam Maha Upanisad juga dinyatakan
bahwa Siva lahir dari dahi Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, dalam Veda dinyatakan
bahwa Tuhan Yang Maha Esa yang harus disembah, beliau menciptakan Brahma dan
Siva.
Dalam Kitab Moksadharma, Krishna juga bersabda:
prajāpatiḿ ca rudraḿ cāpy
aham eva sṛjāmi vai
tau hi māḿ na vijānīto
mama māyā-vimohitau
Para leluhur, Siva dan lain-lainnya diciptakan
oleh-Ku, walaupun mereka tidak mengetahui bahwa mereka diciptakan oleh-Ku,
karena mereka dikhayalkan oleh tenaga-Ku yang menyebabkan khayalan." Dalam
Varaha Purana juga dinyatakan:
nārāyaṇaḥ paro devas
tasmāj jātaś caturmukhaḥ
tasmād rudro 'bhavad devaḥ
sa ca sarva-jñatāḿ gataḥ
Narayana adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Brahma lahir dari Narayana, dan Siva lahir dari Brahma."
Sri Krishna adalah sumber segala generasi, dan
Krishna disebut penyebab paling efisien segala sesuatu. Krishna bersabda, Oleh
karena segala sesuatu lahir dari-Ku, Aku adalah sumber asli segala sesuatu.
Segala sesuatu berada di bawah Diri-Ku; tiada seorangpun yang berada di atas
Diri-Ku." Yang mengendalikan segala sesuatu tiada lain daripada Krishna.
Orang yang mengerti Krishna dengan cara seperti itu dari seorang guru
kerohanian yang dapat dipercaya dengan ayat-ayat yang dikutip dari
kesusasteraan Veda, menggunakan segala tenaganya dalam kesadaran Krishna dan
menjadi orang yang sungguh-sungguh bijaksana. Dibandingkan dengan orang itu,
orang lain yang belum mengenal Krishna dengan sebenarnya adalah orang-orang
bodoh. Hanya orang bodoh yang menganggap Krishna manusia biasa. Orang yang
sadar akan Krishna hendaknya janganlah dibingungkan oleh orang bodoh; hendaknya
ia menghindari segala tafsiran dan pengertian yang tidak dibenarkan mengenai
Bhagavad-gita dan maju dalam kesadaran Krishna dengan ketabahan hati dan sikap
teguh.
10.9
mac-cittā mad-gata-prāṇā
bodhayantaḥ parasparam
kathayantaś ca māḿ nityaḿ
tuṣyanti ca ramanti ca
mat-cittaḥ—pikiran tekun sepenuhnya
kepada-Ku; mat-gata-prāṇāḥ—kehidupannya dipersembahkan kepada-Ku; bodhayantaḥ—mengajarkan;
parasparam—satu sama lain; kathayantaḥ—berbicara; ca—juga;
mām—tentang-Ku; nityam—untuk selamanya; tusyānti—bersenang
hati; ca—juga; ramanti—menikmati kebahagiaan rohani; ca—juga.
Terjemahan
Para penyembah-Ku yang murni selalu khusuk
berpikir tentang-Ku, kehidupannya dipersembahkan sepenuhnya untuk berbhakti
kepada-Ku, dan mereka memperoleh kepuasan dan kebahagiaan yang besar dari
kegiatan senantiasa memberikan penjelasan satu sama lain dan berbicara
tentang-Ku.
Penjelasan
Para penyembah yang murni, yang ciri-cirinya
disebut di sini, tekun sepenuhnya dalam cinta-bhakti rohani kepada Tuhan. Pikiran
mereka tidak dapat dialihkan dari kakipadma Krishna. Pembicaraan mereka hanya
menyangkut hal-hal rohani. Ciri-ciri penyembah Tuhan yang murni diuraikan dalam
ayat ini secara khusus. Para penyembah Tuhan Yang Maha Esa tekun selama dua
puluh empat jam setiap hari dalam memuji sifat-sifat dan kegiatan Tuhan Yang
Maha Esa. Hati nuraninya senantiasa menyelam dalam Krishna, dan mereka
berbahagia bicara tentang Krishna bersama penyembah lainnya.
Pada tingkat pendahuluan bhakti,
mereka menikmati kesenangan rohani dari pengabdian itu sendiri, dan pada
tingkat matang mereka sungguh-sungguh mantap dalam cinta-bhakti kepada Tuhan.
Kalau mereka sudah mantap dalam kedudukan rohani tersebut, mereka dapat
menikmati kesempurnaan tertinggi yang diperlihatkan oleh Tuhan Yang Maha Esa di
tempat tinggal-Nya. Sri Caitanya Mahaprabhu mengumpamakan cinta-bhakti
rohani sebagai penānāman biji di dalam hati makhluk hidup. Ada makhluk hidup
yang jumlahnya tidak dapat dihitung yang mengembara di seluruh planet di alam semesta.
Di antara makhluk-makhluk hidup itu, ada beberapa yang cukup beruntung hingga
dapat bertemu dengan seorang penyembah murni dan mendapat kesempatan untuk
mengerti tentang bhakti. Bhakti tersebut adalah seperti biji. Kalau biji itu
ditanam di dalam hati makhluk hidup, dan kalau dia terus mendengar dan memuji
mantra Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare/ Hare Rāma, Hare
Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare, maka biji itu berbuah, seperti bibit pohon berbuah
kalau disirami air secara teratur. Tanaman rohani bhakti berangsur-angsur
tumbuh besar sampai menembus penutup alam semesta material dan memasuki cahaya
brahmajyoti di angkasa rohani. Di angkasa rohani tanaman itu juga tumbuh
semakin besar sampai mencapai planet tertinggi, yang bernama Goloka Vrndavana,
planet Krishna yang paling tinggi. Akhirnya, tumbuhan tersebut berlindung di
bawah kakipadma Krishna dan tinggal di sana. Berangsur-angsur tanaman bhakti
tersebut berbuah, bagaikan tanaman yang menghasilkan buah dan bunga, dan proses
menyiramkan air dalam bentuk mendengar dan memuji berjalan terus. Tanaman
bhakti diuraikan sepenuhnya dalam Caitanya-caritamrta (Madhyalila, Bab Sembilan
belas). Dalam Caitanya-caritamrta, diuraikan bahwa bila tanaman yang lengkap
berlindung di bawah kakipadma Tuhan Yang Maha Esa, seseorang menjadi khusuk
sepenuhnya dalam cinta-bhakti kepada Tuhan. Pada waktu itu, ia tidak dapat
hidup bahkan selama sesaat pun tanpa hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Seperti halnya seekor ikan tidak dapat hidup tanpa air. Dalam keadaan seperti
itu, seorang penyembah sungguh-sungguh mencapai sifat-sifat rohani berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Srimad-Bhagavatam juga penuh dengan
ceritera-ceritera tentang hubungan antara Tuhan Yang Maha Esa dengan para
penyembah-Nya; karena itu, Srimad-Bhagavatam sangat dicintai oleh para
penyembah, sebagaimana dinyatakan dalam Srimad-Bhagavatam sendiri (12.13.18).
Srimad-bhagavatam purāṇam amalam yad vaisnavanam priyam. Dalam sejarah
tersebut, tidak ada sesuatupun yang menyangkut kegiatan material, perkembangan
ekonomi, kepuasan indera-indera maupun pembebasan. Srimad-Bhagavatam adalah
satu-satunya ceritera dan yang menguraikan sifat rohani Tuhan Yang Maha Esa dan
para penyembah-Nya sepenuhnya. Karena itu, orang yang sudah insaf akan Diri-Nya
dalam kesadaran Krishna senantiasa senang mendengar kesusasteraan rohani
tersebut, bagaikan seorang pemuda dan seorang pemudi senang bergaul satu sama
lain.
10.10
teṣāḿ satata-yuktānāḿ
bhajatāḿ prīti-pūrvakam
dadāmi buddhi-yogaḿ taḿ
yena mām upayānti te
teṣām—kepada mereka; satata-yuktānām—selalu
tekun; bhajatām—dalam berbhakti; prīti-pūrvakam—dalam
cinta-bhakti kebahagiaan rohani; dadāmi—Aku memberikan; buddhiyogam—kecerdasan
yang sejati; tam—itu; yena—dengan itu; mām—kepada-Ku; upayānti—datang;
te—mereka.
Terjemahan
Kepada mereka yang senantiasa setia berbhakti
kepada-Ku dengan cinta kasih, Aku berikan pengertian yang memungkinkan mereka
datang kepada-Ku.
Penjelasan
Dalam ayat ini, kata buddhiyogam sangat bermakna.
Kita ingat bahwa dalam Bab Dua dalam pelajaran Krishna kepada Arjuna dikatakan
bahwa Krishna sudah membicarakan banyak hal kepada Arjuna dan bahwa Beliau akan
memberi pelajaran kepada Arjuna tentang cara buddhi-yoga. Sekarang buddhi-yoga
dijelaskan. Buddhi-yoga sendiri adalah perbuatan dalam kesadaran Krishna;
itulah kecerdasan tertinggi. Buddhi berarti kecerdasan, yoga berarti kegiatan
batin atau kemajuan dalam ilmu kebatinan. Bila seseorang berusaha pulang,
kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan mulai melaksanakan kesadaran Krishna
dengan bhakti, maka perbuatannya disebut buddhi-yoga. Dengan kata lain,
buddhi-yoga adalah proses yang memungkinkan seseorang keluar dari ikatan dunia
material ini. Krishna adalah tujuan tertinggi kemajuan. Orang belum tahu tentang
hal ini. Karena itu, pergaulan dengan para penyembah dan seorang guru
kerohanian yang dapat dipercaya adalah hal yang penting. Hendaknya orang
mengetahui bahwa tujuannya adalah Krishna. Apabila tujuan sudah ditentukan,
secara berangsur-angsur jalannya ditempuh, hingga tujuan tertinggi tercapai.
Bila seseorang mengetahui tujuan hidup namun
masih ketagihan terhadap hasil dari kegiatan, dia bertindak dalam karma-yoga.
Bila ia mengetahui bahwa tujuan sebenarnya adalah Krishna tetapi masih senang
berangan-angan untuk mengerti tentang Krishna, dia bertindak dalam jñāna-yoga.
Bila ia mengetahui tujuan dan mencari Krishna sepenuhnya dalam kesadaran
Krishna dan bhakti, maka ia bertindak dalam bhakti-yoga, atau buddhi-yoga,
yaitu yoga yang lengkap. Yoga yang lengkap tersebut adalah tingkat kesempurnaan
hidup tertinggi.
Mungkin seseorang sudah mempunyai guru kerohanian
yang dapat dipercaya dan mungkin dia sudah masuk suatu organisasi rohani,
tetapi kalau ia masih belum cukup cerdas untuk maju, maka Krishna yang bersemayam
di dalam hatinya memberi pelajaran supaya akhirnya dia dapat mencapai kepada
Krishna tanpa kesulitan. Kwalifikasi yang dibutuhkan ialah bahwa seseorang
harus selalu menekuni kesadaran Krishna dan mengabdikan diri dengan berbagai
cara dalam cinta-bhakti. Sebaiknya ia melakukan sejenis pekerjaan untuk
Krishna, dan pekerjaan itu harus dilakukan dengan cinta-bhakti. Kalau seorang
penyembah belum cukup cerdas untuk cukup maju dalam menempuh jalan keinsafan
diri tetapi ia tulus ikhlas dan setia pada kegiatan bhakti,maka Krishna memberi
kesempatan kepadanya untuk maju dan akhirnya mencapai kepada Krishna.
10.11
teṣām evānukampārtham
aham ajñāna-jaḿ tamaḥ
nāśayāmy ātma-bhāva-stho
jñāna-dīpena bhāsvatā
teṣām—kepada mereka; evā—pasti; anukampā-artham—untuk
memperlihatkan karunia yang istimewa; aham—Aku; ajñāna-jam—karena
kebodohan; tamaḥ—kegelapan; nāśayāmi—menghilangkan; ātma-bhāva—di
dalam hatinya; sthaḥ—mantap; jñāna—dari pengetahuan; dīpena—dengan
lampu; bhāsvatā—cemerlang.
Terjemahan
Untuk memperlihatkan karunia istimewa kepada
mereka, Aku yang bersemayam di dalam hatinya, membinasakan kegelapan yang
dilahirkan dari kebodohan dengan lampu pengetahuan yang cemerlang.
Penjelasan
Pada waktu Sri Caitanya berada di Benares
dalam rangka mengajarkan cara mengucapkan mantra Hare Krishna, Hare Krishna,
Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare,
beribu-ribu orang mengikuti Beliau. Prakasananda Sarasvati, seorang sarjana
yang sangat berpengaruh di Benares pada waktu itu, menjelekkan Sri Caitanya
dengan menyebutkan Beliau sebagai orang yang berperasaan dangkal. Kadang-kadang
para filosof mengkritik para penyembah karena mereka pikir bahwa kebanyakan
penyembah bodoh dalam kegelapan dan hanya sebagai orang yang berperasaan
dangkal yang belum tahu apa-apa di bidang filsafat. Namun kenyataannya tidak
demikian. Banyak sarjana-sarjana yang berpengetahuan sangat tinggi yang telah
mengemukakan filsafat bhakti. Disamping itu kalaupun seorang penyembah tidak
memanfaatkan kesusasteraan para filosofi bhakti tersebut maupun bimbingan guru
kerohaniannya, jika dia tulus ikhlas dalam bhaktinya, ia akan dibimbing oleh
Krishna Sendiri dari dalam hatinya. Jadi, tidak mungkin seorang penyembah yang
tulus ikhlas yang tekun dalam kesadaran Krishna tidak memiliki pengetahuan.
Satu-satunya kwalifikasi yang diperlukan ialah seseorang harus melakukan bhakti
dalam kesadaran Krishna sepenuhnya.
Para filosof modern berpikir bahwa tanpa
membedakan antara satu dan lain hal, seseorang tidak dapat memperoleh
pengetahuan yang murni. Tuhan Yang Maha Esa memberikan jawaban ini untuk
mereka: Walaupun orang yang tekun dalam bhakti yang murni kurang terdidik atau
kekurangan pengetahuan tentang prinsip-prinsip Veda, ia masih dibantu oleh
Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini.
Krishna memberitahukan kepada Arjuna bahwa pada
dasarnya tidak mungkin seseorang mengerti Kebenaran Yang Paling Utama,
Kebenaran Mutlak, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa hanya dengan cara
berangan-angan, sebab Kebenaran Yang paling Utama begitu tinggi sehingga tidak
mungkin seseorang mengerti atau mencapai kepada Beliau hanya dengan usaha
pikiran. Manusia dapat berangan-angan terus selama berjuta-juta tahun, tetapi
kalau ia tidak berbhakti atau kalau ia tidak mencintai kebenaran Yang Paling
Utama, ia tidak akan pernah mengerti Krishna, maupun Kebenaran Yang Paling
Utama, Krishna, Kebenaran Yang paling Utama, hanya dipuaskan dengan bhakti, dan
Krishna dapat memperlihatkan Diri-Nya di dalam hati seorang penyembah yang
murni melalui tenaga-Nya yang tidak dapat dipahami. Seorang penyembah yang
murni selalu menyimpan Krishna di dalam hatinya; oleh karena Krishna berada di
sana, kegelapan kebodohan segera dihilangkan, sebab Krishna adalah seperti matahari.
Inilah karunia istimewa yang diberikan kepada para penyembah murni oleh
Krishna.
Akibat pencemaran pergaulan material selama
berjuta-juta penjelmaan, hati seseorang selalu ditutupi oleh debu keduniawian.
Tetapi apabila seseorang menekuni bhakti dan senantiasa mengucapkan mantra Hare
Krishna, debu itu dihilangkan dengan cepat dan dia diangkat sampai tingkat
pengetahuan yang murni. Tujuan tertinggi, yaitu Visnu hanya dapat dicapai
dengan cara mengucapkan mantra tersebut dan melalui bhakti. Tujuan tertinggi
itu tidak dapat dicapai melalui angan-angan maupun argumentasi. Seorang
penyembah murni tidak perlu khawatir tentang kebutuhan material dalam
kehidupannya, dia tidak perlu cemas, sebab bila ia menghilangkan kegelapan dari
hatinya, segala sesuatu disediakan secara otomatis oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Tuhan Yang Maha Esa dipuaskan oleh cinta-bhakti yang dilakukan oleh seorang
penyembah. Inilah hakekat ajaran Bhagavad-gita. Dengan mempelajari
Bhagavad-gita, seseorang dapat menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan menekuni bhakti yang murni, demikianlah Tuhan Yang Maha Esa mulai
mengurusnya, maka ia akan dibebaskan sepenuhnya dari segala jenis usaha
duniawi.
10.12-13
Arjuna uvāca
paraḿ brahma paraḿ dhāma
pavitraḿ paramaḿ bhavān
puruṣaḿ śāśvataḿ divyam
ādi-devam ajaḿ vibhum
āhus tvām ṛṣayaḥ sarve
devarṣir nāradas tathā
asito devalo vyāsaḥ
svayaḿ caiva bravīṣi me
Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; param—paling
utama; brahma—kebenaran; param—paling utama; dhāma—pemeliharaan;
pavitram—murni; paramam—paling utama; bhavān—Anda; puruṣam—kepribadian;
śāśvatam—asli; divyam—rohani dan melampaui hal-hal duniawi; ādi-devam—Tuhan
Yang Maha Esa yang asli; ajam—tidak dilahirkan; vibhum—Yang Maha
Tinggi; āhuḥ—berkata; tvām—tentang Anda; ṛṣayaḥ—resi-resi;
sarve—semua; deva-ṛṣiḥ—di kalangan dewa; nāradaḥ—Nārada;
tathā—juga; asitaḥ—Asita; devalaḥ—Devala; vyāsaḥ—Vyasa;
svayam—secara pribadi; ca—juga; evā—pasti; bravīṣī—Anda
menjelaskan; me—kepada hamba.
Terjemahan
Arjuna berkata: Anda adalah Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa, tempat tinggal tertinggi, Yang Mahasuci, Kebenaran Mutlak. Anda
adalah Yang Mahaabadi, Yang rohani dan melampaui dunia ini, Kepribadian yang
asli dan tidak dilahirkan dan Yang Mahabesar. Semua resi yang mulia seperti
Nārada, Asita, Devala dan Vyasa membenarkan kenyataan ini tentang Anda, dan
sekarang Anda Sendiri menyatakan demikian kepada hamba.
Penjelasan
Dalam dua ayat ini, Tuhan Yang Maha Esa
memberikan kesempatan kepada para filosof modern, sebab di sini jelas bahwa
Yang Maha kuasa berbeda dari roh yang individual. Sesudah mendengar empat ayat
yang merupakan hakekat Bhagavad-gita dalam bab ini, Arjuna dibebaskan
sepenuhnya dari segala keragu-raguan dan mengakui Krishna sebagai Tuhan Yang
Maha Esa. Arjuna segera menyatakan dengan berani, Anda adalah parambrahma,
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa." Sebelumnya Krishna menyatakan bahwa
Diri-Nya adalah asal mula segala sesuatu dan semua makhluk. Setiap dewa dan
setiap manusia bergantung kepada Krishna. Manusia dan dewa dipengaruhi oleh
kebodohan; karena itu, mereka menganggap Diri-Nya mutlak dan tidak bergantung
pada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kebodohan seperti itu dihilangkan secara
sempurna oleh pelaksanaan bhakti. Hal ini sudah dijelaskan oleh Krishna dalam
ayat sebelumnya. Sekarang, atas karunia Krishna, Arjuna mengakui Krishna
sebagai Kebenaran Yang Paling Utama, sesuai dengan ajaran Veda. Tidak benar bahwa
Arjuna sedang membujuk Krishna dengan menyebutkan Beliau sebagai Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa, Kebenaran Mutlak, hanya karena Krishna adalah kawan akrab
Arjuna. Apapun yang dikatakan Arjuna dalam dua ayat ini dibenarkan oleh
kebenaran Veda. Ajaran Veda membenarkan bahwa hanya orang yang mulai melakukan
bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat mengerti tentang Beliau, sedangkan
orang lain tidak dapat mengerti. Tiap-tiap kata dalam ayat ini yang dinyatakan
oleh Arjuna dibenarkan oleh ajaran-ajaran Veda.
Dalam Kena Upanisad, dinyatakan bahwa Brahman
Yang Paling Utama adalah sandaran segala sesuatu, dan Krishna sudah menjelaskan
bahwa segala sesuatu bersandar kepada Diri-Nya. Dalam Mundaka Upanisad
dibenarkan bahwa Tuhan Yang Maha Esa, sandaran segala sesuatu, hanya dapat
diinsafi oleh orang yang senantiasa tekun berpikir tentang Beliau. Senantiasa
berpikir tentang Krishna disebut smaranam, salah satu cara bhakti. Hanya dengan
bhakti kepada Krishna saja seseorang dapat mengerti kedudukannya dan menghilangkan
badan material ini.
Dalam Veda, Tuhan Yang Maha Esa diakui sebagai
Yang Mahasuci. Orang yang mengerti bahwa Krishna adalah Yang Mahasuci dapat
disucikan dari segala kegiatannya yang berdosa. Orang tidak dapat disucikan
dari kegiatan berdosa kecuali ia menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Arjuna mengakui Krishna sebagai Yang Mahasuci, dan itu sesuai dengan ajaran
kesusasteraan Veda. Hal ini juga dibenarkan oleh Tujuan-tujuan yang mulia. Di
antara mereka itu, Nārada yang paling terkemuka.
Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa,
dan hendaknya orang selalu bersemadi kepada Krishna dan menikmati hubungan
rohani dengan Beliau. Krishna adalah keberadaan yang paling utama. Krishna
bebas dari kebutuhan jasmani, kelahiran dan kematian. Bukan hanya Arjuna yang
membenarkan kenyataan ini, tetapi segala kesusasteraan Veda, Puranapurana dan
sejarah-sejarah juga membenarkan kenyataan ini. Krishna diuraikan seperti itu
dalam segala kesusasteraan Veda, dan Tuhan Yang Maha Esa Sendiri juga bersabda
dalam Bab Empat, Walaupun Aku tidak dilahirkan, Aku muncul di bumi ini untuk
menegakkan prinsip-prinsip dharma." Krishna adalah sumber Yang Paling
Utama; tidak ada sesuatu yang menyebabkan Krishna, sebab Krishna adalah sebab
segala sebab, dan segala sesuatu berasal dari Krishna. Pengetahuan sempurna
tersebut dapat diperoleh atas karunia Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam ayat ini Arjuna mengungkapkan isi hatinya
atas karunia Krishna. Kalau kita ingin mengerti tentang Bhagavad-gita, kita
harus mengakui pernyataan-pernyataan dalam dua ayat ini. Ini disebut sistem
parampara, pengakuan terhadap garis perguruan. Kalau seseorang tidak termasuk
garis perguruan, ia tidak dapat mengerti Bhagavad-gita. Tidak mungkin seseorang
mengerti tentang Bhagavad-gita hanya dengan sesuatu yang hanya namanya saja
pendidikan akademis. Sayang sekali, orang yang bangga karena pendidikannya di
perguruan tinggi tetap berpegang teguh pada keyakinan mereka yang bersifat
keras kepala bahwa Krishna orang biasa, walaupun sikap itu bertentangan dengan
begitu banyak bukti dari kesusasteraan Veda.
10.14
sarvam etad ṛtaḿ manye
yan māḿ vadasi keśava
na hi te bhagavan vyaktiḿ
vidur devā na dānavāḥ
sarvam—semua; etat—ini; ṛtam—kebenaran;
manye—hamba mengakui; yat—yang; mām—kepada hamba; vadasi—Anda
memberitahukan; keśava—o Krishna; na—tidak pernah; hi—pasti;
te—milik Anda; bhagavan—o Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; vyaktim—wahyu;
viduḥ—dapat mengenal; devāḥ—para dewa; na—tidak juga; dānavāḥ—para
raksasa.
Terjemahan
O Krishna, hamba menerima sepenuhnya sebagai
kebenaran segala sesuatu yang sudah Anda sampaikan kepada hamba. O Tuhan Yang
Maha Esa, baik para dewa maupun para raksasa tidak dapat mengerti kepribadian
Anda.
Penjelasan
Di sini Arjuna membenarkan bahwa orang yang tidak
percaya dan orang yang bersifat jahat tidak dapat mengerti tentang Krishna.
Krishna tidak dikenal, bahkan oleh para dewa sekalipun, apalagi oleh orang yang
hanya namanya sarjana-sarjana di dunia modern. Atas karunia Tuhan Yang Maha
Esa, Arjuna sudah mengerti bahwa Kebenaran Yang Paling Utama adalah Krishna dan
bahwa Krishna adalah Yang Mahasempurna. Karena itu sebaiknya orang mengikuti
jalan yang ditempuh oleh Arjuna. Arjuna menerima kekuasaan Bhagavad-gita.
Sebagaimana diuraikan dalam Bab Empat, sistem garis perguruan parampara untuk
mengerti Bhagavad-gita telah hilang. Karena itu, Krishna mendirikan kembali
garis perguruan tersebut dengan mengangkat Arjuna sebagai murid pertama karena
Krishna menganggap Arjuna adalah kawan-Nya yang akrab dan seorang penyembah
yang mulia. Karena itu, sebagaimana kami nyatakan dalam kata pengantar
Bhagavad-gita atau Gitopanisad ini, Bhagavad-gita harus dimengerti dalam sistem
parampara. Pada waktu sistem parampara telah hilang, Arjuna dipilih untuk
menghidupkan kembali sistem itu. Sebaiknya orang meniru Arjuna dalam mengakui
segala sesuatu yang disabdakan oleh Krishna; dengan demikian, kita dapat
mengerti hakekat Bhagavad-gita. Hanya pada waktu itulah kita dapat mengerti
bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
10.15
svayam evātmanātmānaḿ
vettha tvaḿ puruṣottama
bhūta-bhāvana bhūteśa
deva-deva jagat-pate
svayam—secara pribadi; evā—pasti; ātmanā—oleh
Anda Sendiri; ātmanām—Anda Sendiri; vettha—mengenal; tvām—Anda;
puruṣa-uttama—o Kepribadian Yang Paling Utama; bhutabhāvanā—o
Asal Mula segala sesuatu; bhūta-īśa—o Tuhan Yang Maha Esa; deva-deva—o
Penguasa semua dewa; jagat-pate—o Penguasa seluruh jagat.
Terjemahan
Memang, hanya Anda Sendiri yang mengenal Diri
Anda atas tenaga dalam milik Anda, o Kepribadian Yang Paling Utama, Asal Mula
segala sesuatu, Penguasa semua makhluk hidup, Tuhan yang disembah oleh para
dewa, Penguasa jagat!
Penjelasan
Tuhan Yang Maha Esa Krishna dapat dikenal oleh
orang yang mempunyai hubungan dengan Beliau melalui pelaksanaan bhakti, seperti
Arjuna dan para pengikutnya. Orang yang berjiwa jahat atau tidak percaya kepada
Tuhan tidak dapat mengenal Krishna. Angan-angan yang membawa seseorang makin
jauh dari Tuhan Yang Maha Esa adalah dosa yang berat, dan orang yang belum
mengenal Krishna hendaknya janganlah mencoba menafsirkan Bhagavad-gita.
Bhagavad-gita adalah pernyataan Krishna. Oleh karena Bhagavad-gita adalah ilmu
pengetahuan tentang Krishna, Bhagavad-gita harus dimengerti dari Krishna
sebagaimana Bhagavad-gita dimengerti oleh Arjuna. Sebaiknya jangan menerima
Bhagavad-gita dari orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagaimana dinyatakan dalam Srimad-Bhagavatam
(1.2.11):
vādānti tat tattva-vidas
tattvaḿ yaj jñānam advayam
brahmeti paramātmeti
bhagavān iti śabdyate
Kebenaran Yang Paling Utama diinsafi dalam tiga
aspek: Sebagai Brahman yang tidak bersifat pribadi, Paramatma yang berada dalam
setiap tempat dan akhirnya sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, pada
tingkat terakhir pengertian terhadap Kebenaran Mutlak, seseorang mencapai
kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang awam ataupun orang yang sudah
mencapai pembebasan yang sudah menginsafi Brahman yang tidak bersifat pribadi
atau Paramatma yang berada dalam di tempat-tempat tertentu, mungkin belum
mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, orang seperti itu dapat
berusaha untuk mengerti Kepribadian Yang Paling Utama dari ayat-ayat
Bhagavad-gita, yang disabdakan oleh Kepribadian tersebut, yaitu Sri Krishna.
Kadang-kadang orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan mengakui Krishna
sebagai Bhagavan, atau mereka mengakui kekuasaan Krishna. Namun banyak orang
yang sudah mencapai pembebasan belum dapat mengerti Krishna sebagai
Purusottama, Kepribadian Yang Paling Utama. Karena itu, Arjuna menyebutkan
Krishna dengan nama Purusottama. Namun mungkin seseorang belum mengerti bahwa
Krishna adalah ayah bagi semua makhluk hidup. Karena itu, Arjuna menyebutkan
Krishna dengan nama Bhutabhāvanā. Dan kalau seseorang mengenal Krishna sebagai
ayah makhluk hidup, mungkin dia belum mengenal Krishna sebagai Yang Mahakuasa;
karena itu, Krishna disebut di sini sebagai Bhutesa, atau Kepribadian Yang
Mahakuasa yang mengendalikan semua orang. Walaupun seseorang mengenal Krishna
sebagai yang mengendalikan semua makhluk hidup, mungkin dia belum mengetahui
bahwa Krishna adalah sumber semua dewa. Karena itu, di sini Krishna disebut
Devadeva, atau Tuhan Yang Maha Esa yang disembah oleh semua dewa. Kalaupun
seseorang mengenal Krishna sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang disembah oleh semua
dewa, mungkin ia belum mengetahui bahwa Krishna adalah Pemilik utama segala
sesuatu; karena itu, Krishna disebut Jagatpati. Dengan cara demikian, kebenaran
tentang Krishna dimantapkan dalam ayat ini oleh keinsafan Arjuna, dan hendaknya
kita mengetahui langkah-langkah Arjuna untuk mengerti Krishna menurut kedudukan
Krishna yang sebenarnya.
10.16
vaktum arhasy aśeṣeṇa
divyā hy ātma-vibhūtayaḥ
yābhir vibhūtibhir lokān
imāḿs tvaḿ vyāpya
tiṣṭhasi
vaktum—berkata; arhasi—Anda patut; aśeṣeṇa—secara
terperinci; divyāḥ—rohani; hi—pasti; ātmā—milik Anda
Sendiri; vibhūtayaḥ—kehebatan-kehebatan; yābhiḥ—oleh yang itu; vibhūtibhiḥ—kehebatan-kehebatan;
lokān—semua planet; imān—ini; tvām—Anda; vyāpya—berada
di mana-mana; tiṣṭhasi—tetap.
Terjemahan
Anda berada di mana-mana di semua dunia ini
melalui kehebatan rohani Anda, Mohon memberitahukan kepada hamba secara
terperinci tentang kehebatan-kehebatan rohani itu.
Penjelasan
Dalam ayat ini tampaknya Arjuna sudah puas dengan
pengertiannya tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna. Atas karunia
Krishna, Arjuna mempunyai pengalaman pribadi, kecerdasan, pengetahuan serta
segala hal lain yang dapat dimiliki oleh seseorang melalui semua itu, dan dia
sudah mengerti bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Arjuna
tidak ragu-ragu, namun dia memohon agar Krishna menjelaskan sifat-Nya yang
berada di mana-mana. Sebab rakyat pada umumnya dan orang yang tidak mengakui
bentuk pribadi Tuhan pada khususnya mengutamakan perhatiannya terhadap sifat
Beliau yang berada di mana-mana. Karena itu, Arjuna bertanya kepada Krishna
bagaimana Beliau berada dalam aspek-Nya yang berada di mana-mana melalui
berbagai tenaga Beliau. Harus dimengerti bahwa pertanyaan ini diajukan oleh Arjuna
atas nama orang awam.
10.17
kathaḿ vidyām ahaḿ yogiḿs
tvāḿ sadā paricintayan
keṣu keṣu ca bhāveṣu
cintyo 'si bhagavan mayā
katham—bagaimana; vidyām aham—hamba
akan mengetahui; yogin—o ahli kebatinan yang paling utama; tvām—Anda;
sadā—selalu; paricintayan—berpikir tentang; keṣu—dalam
itu; keṣu—dalam itu; ca—juga; bhāveṣu—sifat-sifat; cintyaḥ
asi—Anda harus diingat; bhagavan—o Tuhan Yang Mahakuasa; mayā—oleh
hamba.
Terjemahan
O Krishna, ahli kebatinan yang paling utama,
bagaimana cara hamba dapat berpikir tentang Anda senantiasa, dan bagaimana cara
hamba dapat mengenal Anda? Anda harus diingat dalam aneka bentuk yang
bagaimana, o Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa?
Penjelasan
Sebagaimana dinyatakan dalam bab sebelumnya,
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa ditutupi oleh yogamayā -Nya. Hanya orang yang
sudah menyerahkan diri serta para penyembah dapat melihat Beliau. Sekarang
Arjuna yakin bahwa kawannya, Krishna, adalah Tuhan Yang Maha Esa, tetapi Arjuna
ingin mengetahui proses umum yang memungkinkan Tuhan Yang Mahaada dapat
dipahami oleh orang awam. Orang awam, termasuk raksasa dan orang yang tidak
percaya kepada Tuhan, tidak dapat mengenal Krishna, sebab Krishna dijaga oleh
tenaga yogamayā -Nya. Sekali lagi, pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan oleh
Arjuna untuk memberi manfaat kepada mereka. Seorang penyembah yang lebih maju
tidak hanya memikirkan pengertiannya sendiri, tetapi juga memikirkan pengertian
segenap manusia. Karena itu, Arjuna, atas karunianya membuka pengertian KeMahaadaan
Tuhan Yang Maha Esa untuk orang awam karena Arjuna adalah seorang Vaisnava,
seorang penyembah. Arjuna menyebutkan Krishna secara khusus sebagai yogin
karena Sri Krishna adalah penguasa tenaga yoga mayā , yang menyebabkan Beliau
tertutup dan terbuka bagi orang awam. Orang awam yang belum mencintai Krishna
tidak dapat berpikir tentang Krishna senantiasa; karena itu dia harus berpikir
secara material. Arjuna mempertimbangkan cara berpikir orang duniawi di dunia
ini. Kata-kata kesu-kesu ca bhāveṣu menunjukkan alam material (kata bhava
berarti benda-benda alam"). Oleh karena orang duniawi tidak dapat mengerti
Krishna secara rohani, dianjurkan supaya mereka memusatkan pikirannya kepada
benda-benda alam dan usaha melihat bagaimana Krishna terwujud melalui perwujudan-perwujudan
alam.
10.18
vistareṇātmano yogaḿ
vibhūtiḿ ca janārdana
bhūyaḥ kathaya tṛptir hi
śṛṇvato nāsti me 'mṛtam
vistareṇa—secara terperinci; ātmanāḥ—milik
Anda; yogam—kekuatan batin; vibhūtim—kehebatan-kehebatan; ca—juga;
jana-ardana—o Pembunuh orang yang tidak percaya kepada Tuhan; bhūyaḥ—sekali
lagi; kathaya—menguraikan; tṛptiḥ—kepuasan; hi—pasti;
s‚nvataḥ—mendengar; na asti—tidak ada; me—milik hamba; amṛtam—manisnya
minuman kekekalan.
Terjemahan
O Janārdana, mohon menguraikan sekali lagi secara
terperinci kekuatan batin kehebatan Anda. Hamba tidak pernah kenyang mendengar
tentang Anda, sebab makin hamba mendengar makin hamba ingin merasakan manisnya
minuman kekekalan sabda Anda.
Penjelasan
Pernyataan yang serupa disampaikan kepada Suta
Gosvami oleh para resi di Naimisaranya, dipimpin oleh Saunaka. Pernyataan
tersebut adalah sebagai berikut:
vayaḿ tu na vitṛpyāma
uttama-śloka-vikrame
yac chṛṇvatāḿ rasa-jñānāḿ
svādu svādu pade pade
Seseorang tidak pernah dapat merasa kenyang
walaupun ia senantiasa mendengar tentang kegiatan rohani Krishna, yang dipuji
oleh doa-doa pujian yang sangat bagus. Orang yang sudah masuk ke dalam hubungan
rohani dengan Krishna menikmati uraian kegiatan Krishna pada setiap
langkah" (Srimad-Bhagavatam 1.1.19). Karena itu, Arjuna berminat untuk
mendengar tentang Krishna, khususnya tentang bagaimana Beliau tetap sebagai
Tuhan Yang Maha Esa yang berada di mana-mana.
Makna kata amṛtam, atau minuman kekekalan, ialah
bahwa ceritera atau pernyataan apapun mengenai Krishna adalah seperti minuman
kekekalan yang manis sekali. Minuman kekekalan tersebut dapat dialami melalui
pengalaman nyata. Ceritera-ceritera modern, ceritera roman dan sejarah-sejarah
berbeda dari kegiatan rohani Tuhan, sebab seseorang akan menjadi bosan
mendengar ceritera-ceritera duniawi, tetapi ia tidak akan pernah bosan
mendengar tentang Krishna. Karena alasan inilah sejarah seluruh alam semesta
penuh dengan ceritera-ceritera tentang kegiatan penjelmaan-penjelmaan Tuhan
Yang Maha Esa. Purana-purana adalah sejarah jaman purbakala yang menceriterakan
berbagai penjelmaan Tuhan. Dengan cara demikian, materi bacaan tetap segar
untuk selamanya, walaupun dibaca berulangkali.
10.19
śrī-bhagavān uvāca
hanta te kathayiṣyāmi
divyā hy ātma-vibhūtayaḥ
prādhānyataḥ kuru-śreṣṭha
nāsty anto vistarasya me
Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa bersabda; hanta—ya; te—kepadamu; kathayiṣyāmi—Aku
akan bersabda; divyāḥ—rohani; hi—pasti; ātma-vibhūtayaḥ—kehebatan-kehebatan
pribadi; prādhānyataḥ—yang penting; kuru-śreṣṭha—wahai yang
paling baik di antara para Kuru; na asti—tidak ada; antaḥ—batas;
vistarasya—sampai batas; me—milik-Ku.
Terjemahan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Ya, Aku
akan memberitahukan kepadamu tentang perwujudan-perwujudan-Ku yang mulia,
tetapi hanya yang paling terkemuka, sebab kehebatan-Ku tidak terhingga, wahai
Arjuna.
Penjelasan
Tidak mungkin seseorang memahami kebesaran
Krishna dan kehebatan-kehebatan-Nya. Indera-indera roh individual adalah
terbatas sehingga tidak memungkinkan ia mengerti keseluruhan kegiatan Krishna.
Namun para penyembah berusaha mengerti tentang Krishna, tetapi tidak
berdasarkan prinsip bahwa mereka akan dapat mengerti Krishna sepenuhnya pada
suatu saat atau dalam suatu keadaan hidup. Melainkan, mata pelajaran tentang
Krishna begitu manis sehingga para penyembah merasakannya sebagai minuman
kekekalan. Karena itu, para penyembah menikmati hal-hal itu. Para penyembah
yang murni menikmati kebahagiaan rohani dalam membicarakan kehebatan-kehebatan
Krishna dan berbagai tenaga Krishna. Karena itu, mereka ingin mendengar dan
membicarakan hal-hal itu. Krishna mengetahui bahwa makhluk hidup tidak mengerti
batas kehebatan-Nya; karena itu, Beliau berkenan menyatakan hanya
manifestasi-manifestasi pokok dari berbagai tenaga-Nya. Kata pradhanyatah
(pokok") sangat penting, sebab kita hanya dapat mengerti beberapa ciri
pokok Tuhan Yang Maha Esa, karena ciri-ciri Beliau tidak terhingga. Tidak mungkin
seseorang mengerti semuanya. Kata vibhūti, yang digunakan dalam ayat ini,
menunjukkan kehebatan-kehebatan yang digunakan oleh Beliau untuk mengendalikan
seluruh manifestasi. Dalam kamus Amarakosa, dinyatakan bahwa vibhūti berar ti
kehebatan yang luar biasa.
Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan
atau orang yang menyembah banyak dewa tidak dapat mengerti kehebatan luar biasa
Tuhan Yang Maha Esa maupun manifestasi-manifestasi tenaga-tenaga rohani
Beliau. Baik di dunia material maupun di dunia rohani tenaga-tenaga Tuhan
tersebar dalam setiap jenis manifestasi. Sekarang Krishna menguraikan apa yang
dapat dilihat secara langsung oleh orang awam; dengan cara demikian, sebagian
dari aneka tenaga Beliau diuraikan sebagai berikut.
10.20
aham ātmā guḍākeśa
sarva-bhūtāśaya-sthitaḥ
aham ādiś ca madhyaḿ ca
bhūtānām anta eva ca
aham—Aku; ātmā—sang roh; guḍākeśa—wahai
Arjuna; sarva-bhūta—semua makhluk hidup; āśaya-sthitaḥ—bersemayam
di dalam hati; aham—Aku adalah; ādiḥ—asal mula; ca—juga; madhyam—pertengahan;
ca—juga; bhūtānām—semua makhluk hidup; antaḥ—akhir; evā—pasti;
ca—dan.
Terjemahan
O Arjuna, Aku adalah Roh Yang Utama yang
bersemayam di dalam hati semua makhluk hidup. Aku adalah awal, pertengahan dan
akhir semua makhluk.
Penjelasan
Dalam ayat ini Arjuna disebut Gudakesa, yang
berarti orang yang sudah menaklukkan kegelapan tidur." Tidak mungkin orang
yang sedang tidur yang kegelapan dalam kebodohan mengerti bagaimana Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa mewujudkan Diri-Nya dengan berbagai cara di dunia material
dan di dunia rohani. Karena itu, sapaan Krishna kepada Arjuna bermakna. Oleh
karena Arjuna berada di atas kegelapan seperti itu, Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa berkenan menguraikan berbagai kehebatan-Nya.
Pertama-tama Krishna memberitahukan kepada Arjuna
bahwa Krishna adalah nyawa seluruh manifestasi alam semesta melalui penjelmaan
yang utama dari Diri-Nya. Sebelum ciptaan material, Tuhan Yang Maha Esa
menjelma sebagai penjelmaan para purusa melalui penjelmaan-Nya yang berkuasa
penuh dan segala sesuatu mulai dari Beliau. Karena itu, Krishna adalah atma,
atau nyawa mahat-tattva, yaitu unsur-unsur alam semesta. Keseluruhan tenaga
material bukan sebab ciptaan; sebenarnya MahaVisnu masuk ke dalam mahat-tattva,
atau keseluruhan tenaga material. Krishna adalah roh alam semesta. Bila
MahaVisnu masuk ke dalam alamsemesta-alamsemesta yang diwujudkan, sekali lagi
Beliau mewujudkan diri sebagai Roh Yang Utama di dalam hati setiap makhluk
hidup. Kita mengalami bahwa badan pribadi makhluk bernyawa karena adanya bunga
api rohani. Tidak mungkin badan berkembang tanpa adanya bunga api rohani.
Begitu pula, manifestasi material tidak dapat berkembang kecuali Roh Yang
Utama, Krishna, masuk ke dalamnya. Sebagaimana dinyatakan dalam Subala
Upanisad, prakrty-adisarva-bhūtantaryami sarvasesi ca narayanah: Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa berada di dalam semua alam semesta yang diwujudkan sebagai
Roh Yang Utama." Tiga purusaavatara diuraikan dalam
Srimad-Bhagavatam. Tiga purusa avatara tersebut juga diuraikan dalam Satvatatantra.
Visnu tu trini rupani purusakhyany atho viduh: Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
mewujudkan tiga aspek sebagai KaranodakaUayi Visnu, Garbhodakakasayi Visnu dan
KsirodakaUayi Visnu dalam manifestasi material ini. MahaVisnu, atau
KaranodakaUayi Visnu diuraikan dalam Brahma-samhita (5.47). Yah karanarnavajale
bhajati sma yoganidram: Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, sebab segala sebab,
berbaring dalam lautan semesta sebagai MahaVisnu. Karena itu, Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa adalah awal alam semesta ini, pemelihara manifestasi-manifestasi
alam semesta, dan akhir segala tenaga
10.21
ādityānām ahaḿ viṣṇur
jyotiṣāḿ ravir aḿśumān
marīcir marutām asmi
nakṣatrāṇām ahaḿ śaśī
ādityānām—di antara para Āditya; aham—Aku
adalah; viṣṇuḥ—Tuhan Yang Maha Esa; jyotiṣām—semua sumber
cahaya; raviḥ—matahari; aḿśu-mān—bercahaya; marīciḥ—Marici;
marutām—dari pada Marut; asmi—Aku adalah; nakṣatrāṇām—di
antara bintang-bintang; aham—Aku adalah; śaśī—bulan.
Terjemahan
Di antara para Āditya Aku adalah Visnu, di antara
sumber-sumber cahaya Aku adalah matahari yang cerah, di antara para Marut Aku
adalah Marici, dan di antara bintangbintang Aku adalah bulan.
Penjelasan
Ada dua belas Āditya. Krishna adalah Yang Paling
Utama di antara dua belas Āditya itu. Di antara semua sumber cahaya di langit,
mataharilah yang paling utama, dalam Brahma-samhita matahari diakui sebagai
mata-Nya Tuhan Yang Maha Esa yang cemerlang. Ada lima puluh jenis angin yang
bertiup di angkasa. Di antara angin-angin itu, Marici, dewa yang menguasainya,
adalah lambang Krishna.
Di antara bintang-bintang, bulanlah yang paling
terkemuka pada waktu malam. Karena itu, bulan adalah lambang Krishna. Dari ayat
ini, rupanya bulan adalah salah satu bintang. Karena itu, bintang-bintang yang
berkelap-kelip di angkasa juga mencerminkan cahaya dari matahari. Teori bahwa
ada banyak matahari dalam alam semesta tidak diakui oleh kesusasteraan Veda.
Matahari adalah satu, bintang-bintang memancarkan cahaya yang dipantulkan dari
matahari. Seperti halnya bulan juga memancarkan cahaya yang dipantulkan dari
matahari. Oleh karena Bhagavad-gita menunjukkan di sini bahwa bulan adalah
salah satu bintang, bintang-bintang yang berkelap-kelip bukan
matahari-matahari, tetapi serupa dengan bulan.
10.22
vedānāḿ sāma-vedo 'smi
devānām asmi vāsavaḥ
indriyāṇāḿ manaś cāsmi
bhūtānām asmi cetanā
vedānam—di antara semua Veda; sāma-vedaḥ—Sama
Veda; asmi—Aku adalah; devānām—di antara dewa; asmi—Aku
adalah; vāsavaḥ—raja surga; indriyāṇām—di antara semua
indera; manaḥ—pikiran; ca—juga; asmi—Aku adalah; bhūtānām—di
antara semua makhluk hidup; asmi—Aku adalah; cetanā—daya hidup.
Terjemahan
Di antara Veda-veda Aku adalah Sama Veda; di antara para dewa Aku adalah
Indra, rājā surga; di antara indera-indera Aku adalah pikiran; dan Aku
adalah hidup [kesadaran] para makhluk hidup.
Penjelasan
Perbedaan antara alam dan sang roh ialah bahwa alam tidak memiliki kesadaran
seperti makhluk hidup; karena itu, kesadaran tersebut bersifat utama dan kekal.
Kesadaran tidak dapat dihasilkan oleh gabungan unsur-unsur alam.
10.23
rudrāṇāḿ śańkaraś cāsmi
vitteśo yakṣa-rakṣasām
vasūnāḿ pāvakaś cāsmi
meruḥ śikhariṇām aham
rudrāṇām—di antara semua Rudra;
śańkaraḥ—Dewa Siva;
ca—juga;
asmi—Aku adalah;
vitta-īśaḥ—penguasa kebendaharaan para dewa;
yakṣa-rakṣasām—di
antara para Yaksa dan Raksasa;
vasūnām—di antara para Vasu;
pavakaḥ—api;
ca—juga;
asmi—aku adalah;
meruḥ—Meru;
śikhariṇām—di
antara semua gunung;
aham—Aku adalah.
Terjemahan
Di antara semua Rudra Aku adalah Dewa siva, di antara para Yaksa dan Raksasa
Aku adalah dewa kekayaan (-Kuvera), di antara para Vasu aku adalah api (Agni),
dan di antara gununggunung Aku adalah Meru.
Penjelasan
Ada sebelas Rudra. Di antara sebelas Rudra itu,
Sankara, Dewa Siva, adalah yang paling terkemuka. Siva adalah penjelmaan dari
Tuhan Yang Maha Esa yang menguasai sifat kebodohan di alam semesta. Pemimpin
para Yaksa dan Raksasa adalah Kuvera, bendahara utama semua dewa. Kuvera adalah
lambang Tuhan Yang Maha Esa. Meru adalah gunung yang terkenal karena kekayaan
sumber alamnya.
10.24
purodhasāḿ ca mukhyaḿ māḿ
viddhi pārtha bṛhaspatim
senānīnām ahaḿ skandaḥ
sarasām asmi sāgaraḥ
purodhasām—di antara semua pendeta; ca—juga;
mukhyam—yang paling utama; mām—Aku; viddhi—mengertilah; pārtha—wahai
putera Pṛthā; bṛhaspatim—Brhaspati; senānīnām—di antara
semua panglima; aham—Aku adalah; skandaḥ—Kartikeya; sarasām—di
antara semua sumber air; asmi—Aku adalah; sāgaraḥ—lautan.
Terjemahan
Wahai Arjuna, di antara semua pendeta, ketahuilah
bahwa Aku adalah Brhaspati, pemimpinnya. Di antara para panglima Aku adalah
Kartikeya, dan di antara sumber-sumber air Aku adalah lautan.
Penjelasan
Indra adalah pimpinan para dewa di planet-planet
surga dan beliau dikenal sebagai rājā surga. Planet pusat kerajaan Indra
disebut Indra loka. Brhaspati adalah pendeta Indra. Oleh karena Indra adalah
rājā segala rājā , Brhaspati adalah pendeta segala pendeta. Seperti
halnya Indra adalah rājā segala rājā , begitu pula Skanda atau Kartikeya,
putera Parvati dan Dewa Siva, adalah panglima segala panglima. Di antara semua
sumber air, lautanlah yang paling besar. Segala perwujudan Krishna tersebut
hanya memberi isyarat-isyarat tentang kebesaran Beliau.
10.25
maharṣīṇāḿ bhṛgur ahaḿ
girām asmy ekam akṣaram
yajñānāḿ japa-yajño 'smi
sthāvarāṇāḿ himālayaḥ
mahā-ṛṣīṇām—di antara resi-resi yang
mulia; bhṛguḥ—Bhṛgu; aham—Aku adalah; girām—di
antara getaran-getaran; asmi—Aku adalah; ekam akṣaram—praṇava;
yajñānām—di antara korban-korban suci; japa-yajñaḥ—mantra
diucapkan berulangkali; asmi—Aku adalah; sthāvarāṇām—di antara
benda-benda yang tidak bergerak; himālayaḥ—pegunungan Himalaya.
Terjemahan
Di antara resi-resi yang mulia, Aku adalah
Bhṛgu; di antara getaran-getaran suara Aku adalah oḿ yang bersifat rohani. Di
antara korban-korban suci Aku adalah ucapanucapan nama-nama suci Tuhan [japa],
dan di antara benda-benda yang tidak bergerak Aku adalah pegunungan Himalaya.
Penjelasan
Brahma, makhluk hidup pertama di alam semesta,
menciptakan beberapa putera untuk berketurunan berbagai jenis kehidupan. Di
antara Putera-putera Brahma, Bhṛgu adalah resi yang paling perkasa. Di antara
semua getaran suara rohani, om (oḿ-kāra) adalah perwujudan Krishna. Di antara
semua korban suci, cara mengucapkan mantra, Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna
Krishna, Hare Hare / Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare adalah
perwujudan Krishna yang tersuci. Kadang-kadang dianjurkan mengorbankan
binatang, tetapi dalam korban suci Hare Krishna, Hare Krishna, tidak ada
kekerasan sama sekali. Korban suci Hare Krishna adalah yang paling sederhana
dan yang paling murni. Apapun yang mulia sekali didunia ini adalah perwujudan
dari Krishna; karena itu, pegunungan Himalaya, yaitu pegunungan yang terbesar
di dunia, juga merupakan perwujudan dari Krishna. Gunung Meru disebut dalam
ayat sebelumnya, tetapi gunung Meru kadang-kadang dapat dipindahkan, sedangkan
pegunungan Himalaya tidak pernah dapat dipindahkan. Karena itu, pegunungan
Himalaya lebih berbobot daripada Meru.
10.26
aśvatthaḥ sarva-vṛkṣāṇāḿ
devarṣīṇāḿ ca nāradaḥ
gandharvāṇāḿ citrarathaḥ
siddhānāḿ kapilo muniḥ
aśvatthaḥ—pohon beringin; sarva-vṛkṣāṇām—di
antara semua pohon; deva-ṛṣīṇām—di antara semua resi di kalangan
dewa; ca—dan; nāradaḥ—Nārada; gandharvāṇām—di antara
para warga planet Gandharva; citrarathaḥ—Citraratha; siddhānām—di
antara semua makhluk yang sudah mencapai kesempurnaan; kapilah muniḥ—Kapila
Muni.
Terjemahan
Di antara semua pohon, Aku adalah pohon beringin.
Di antara resi-resi di kalangan para dewa Aku adalah Nārada. Di antara para
Gandharva Aku adalah Citraratha, dan di antara makhluk-makhluk yang sempurna
Aku adalah resi Kapila.
Penjelasan
Pohon beringin (asvattha) adalah salah satu di
antara pohon-pohon yang paling tinggi dan paling indah, dan banyak pengikut
Veda memuja pohon itu sebagai salah satu ritual yang dilakukan pagi-pagi setiap
hari. Di antara para dewa, mereka juga menyembah Nārada, penyembah yang paling
mulia di alam semesta. Karena itu, Nārada adalah perwujudan Krishna sebagai
seorang penyembah. Planet Gandharva penuh dengan makhluk yang menyanyi dengan
merdu sekali, dan di antara semuanya, penyanyi terbaik adalah Citraratha. Di
antara semua makhluk hidup yang sempurna, Kapila putera Devahuti, adalah
perwujudan dari Krishna. Kapila adalah penjelmaan dari Krishna, dan filsafat
Kapila disebut dalam Srimad-Bhagavatam. Kemudian ada orang lain yang bernama
Kapila yang menjadi terkenal, tetapi filsafat Kapila yang kedua tidak percaya
kepada Tuhan. Karena itu, ada perbedaan besar antara Kapila yang pertama dan
Kapila yang kedua.
10.27
uccaiḥśravaśam aśvānāḿ
viddhi mām amṛtodbhavam
airāvataḿ gajendrāṇāḿ
narāṇāḿ ca narādhipam
uccaiḥśravaśam—Uccaiḥśravā; aśvānām—di
antara kuda-kuda; viddhi—mengetahui; mām—Aku; amṛta-udbhavam—dihasilkan
dari pengocokan lautan; airāvatam—Airāvata; gaja-indrāṇām—di
antara gajah-gajah yang agung; narāṇām—di antara manusia; ca—dan;
nara-adhipam—raja.
Terjemahan
Ketahuilah bahwa di antara kuda-kuda Aku adalah
Uccaihsrava, yang diciptakan pada waktu lautan dikocok untuk menghasilkan
minuman kekekalan. Di antara gajah-gajah yang agung Aku adalah Airavata, dan di
antara manusia aku adalah raja.
Penjelasan
Para dewa (para penyembah) dan para raksasa
(asura) pernah mengocok lautan. Setelah lautan dikocok, minuman kekekalan
(amrta) dan racun dihasilkan, dan Siva meminum racun itu. Dari minuman
kekekalan itu, banyak makhluk dihasilkan. Ada seekor kuda bernama Uccaihsrava
di antara makhluk-makhluk itu. Airavata adalah seekor gajah, binatang lain yang
dihasilkan dari minuman kekekalan itu. Oleh karena kedua binatang tersebut
dihasilkan dari minuman kekekalan, kedua-duanya mempunyai makna yang khusus,
dan binatang-binatang itu adalah lambang-lambang Krishna.
Rājā adalah lambang Krishna dalam
masyarakat manusia. Ini karena Krishna memelihara alam semesta, dan para rājā,
yang dinobatkan karena kwalifikasinya yang suci, memelihara kerajaan nya masing-masing.
raja-raja seperti Maharājā Yudhisthira, Maharājā Pariksit dan
Sri Rāma semua raja-raja yang adil sekali yang selalu memikirkan kesejahteraan
para warga negara. Dalam kesusasteraan Veda, rājā dianggap utusan dari Tuhan.
Akan tetapi, pada jaman ini, dengan merosotnya prinsip-prinsip keagamaan,
sistem pemerintahan kerajaan merosot hingga sekarang akhirnya sudah tiada lagi.
Akan tetapi, dapat dimengerti bahwa jaman dahulu rakyat lebih berbahagia di
bawah pemerintahan raja-raja yang adil.
10.28
āyudhānām ahaḿ vajraḿ
dhenūnām asmi kāmadhuk
prājanaś cāsmi kandarpaḥ
sarpāṇām asmi vāsukiḥ
āyudhānām—di antara semua senjata; aham—Aku
adalah; vajram—petir; dhenūnām—di antara sapi-sapi; asmi—Aku
adalah; kāma-dhuk—sapi surabhi; prājanaḥ—penyebab berketurunan; ca—dan;
asmi—Aku adalah; kandarpaḥ—dewa asmara; sarpāṇām—di
antara ular-ular; asmi—Aku adalah; vāsukiḥ—Vāsuki.
Terjemahan
Di antara senjata-senjata, Aku adalah petir; di
antara sapi-sapi Aku adalah surabhi. Di antara sebab-sebab orang berketurunan,
aku adalah Kandarpa, dewa asmara, dan di antara ular-ular Aku adalah Vāsuki.
Penjelasan
Petir memang senjata yang perkasa. Petir adalah
lambang kekuatan Krishna. Di Krishnaloka di angkasa rohani sapi-sapi yang dapat
diperah pada setiap saat, dan sapi-sapi itu memberi susu sebanyak apa yang
diinginkan seseorang. Tentu saja, sapi-sapi seperti itu tidak ada di dunia
material ini, tetapi disebut bahwa sapi-sapi itu ada di Krishnaloka. Krishna
memelihara banyak sapi-sapi seperti itu yang disebut surabhi. Dinyatakan bahwa
Krishna sibuk mengembala sapi-sapi surabhi. Kandarpa adalah hawa nafsu untuk
mendapat Putera-putera yang baik; karena itu Kandarpa adalah lambang Krishna.
Kadang-kadang orang hanya mengadakan hubungan suami isteri untuk memuaskan
indera-indera. Hubungan suami-isteri seperti itu bukan lambang Krishna. Tetapi
hubungan suami-isteri untuk mendapatkan anak yang baik disebut Kandarpa, dan
Kandarpa itu adalah lambang Krishna.
10.29
anantaś cāsmi nāgānāḿ
varuṇo yādasām aham
pitṝṇām
aryamā cāsmi
yamaḥ saḿyamatām aham
anantāḥ—Ananta; ca—juga; asmi—Aku
adalah; nāgānām—di antara naga-naga yang berkepala banyak; varuṇaḥ—dewa
yang mengendalikan air; yādasām—di antara semua makhluk yang hidup di
dalam air; aham—Aku adalah; pitṝṇām—di antara para leluhur; aryamā—Aryamā;
ca—juga; asmi—Aku adalah; yamaḥ—dewa yang mengendalikan
kematian; saḿyamatam—di antara semua kepribadian yang mengatur; aham—Aku
adalah.
Terjemahan
Di antara para Naga yang berkepala banyak Aku
adalah Ananta. Diantara para makhluk yang hidup di air Aku adalah dewa Varuna.
Diantara para leluhur yang sudah meninggal Aku adalah Aryamā, dan diantara para
pengatur hukum Aku adalah Yama, dewa kematian.
Penjelasan
Di antara naga-naga yang berkepala banyak,
Anantalah yang paling utama dan dewa Varuna adalah yang paling utama di antara
semua makhluk yang tinggal di dalam air. Kedua-duanya adalah lambang Krishna.
Ada planet tempat tinggal para Pita, yaitu para leluhur. Penguasa di planet itu
bernama Aryamā. Aryamā adalah lambang Krishna. Ada banyak makhluk hidup yang
memberi hukuman kepada orang jahat. Di antara semuanya, Yamalah yang paling
utama. Yama tinggal di sebuah planet tidak jauh dari bumi ini. Sesudah
kematian, orang yang sangat berdosa dibawa ke planet itu, dan Yama mengatur
berbagai jenis hukuman untuk mereka.
10.30
prahlādaś cāsmi daityānāḿ
kālaḥ kalayatām aham
mṛgāṇāḿ ca mṛgendro 'haḿ
vainateyaś ca pakṣiṇām
prahlādaḥ—Prahlada; ca—juga; asmi—Aku
adalah; daityānām—di antara para raksasa; kālaḥ—waktu; kalayatām—di
antara para penakluk; aham—Aku adalah; mṛgāṇām—di antara para
binatang; ca—dan; mṛga-indraḥ—singa; aham—Aku adalah;
vainateyah—Garuda; ca—juga; pakṣiṇām—diantara para
burung.
Terjemahan
Di antara para raksasa Daitya Aku adalah Prahlada
yang berbhakti dengan setia. Di antara para penakluk Aku adalah waktu, di
antara para binatang Aku adalah singa, dan di antara para burung Aku adalah
Garuda.
Penjelasan
Dewi Diti dan Dewi Aditi adalah dua orang
bersaudara. Putera-putera Aditi disebut para Āditya, dan para putera Diti
disebut para Daitya. Semua Āditya adalah penyembah-penyembah Tuhan, sedangkan
semua Daitya tidak percaya kepada Tuhan. Walaupun Prahlada dilahirkan dalam
keluarga para Daitya, dia seorang penyembah Tuhan yang mulia sejak masa
kanak-kanaknya. Oleh karena bhakti-Nya dan sifatnya yang suci, Prahlada
dianggap lambang utusan Krishna.
Ada banyak prinsip yang menaklukkan, tetapi waktu mengikis segala benda di alam
semesta. Karena itu, waktu adalah lambang Krishna. Di antara banyak binatang,
singalah yang paling perkasa dan ganas. Di antara satu juta jenis burung,
Garuda, kendaraan Sri Visnu, adalah burung yang paling agung.
10.31
pavanaḥ pavatām asmi
rāmaḥ śastra-bhṛtām aham
jhaṣāṇāḿ makaraś cāsmi
srotasām asmi jāhnavī
pavanaḥ—angin; pavatām—di antara
segala sesuatu yang menyucikan; asmi—Aku adalah; rāmaḥ—Rāma; śastra-bhṛtām—di
antara para pembawa senjata; aham—Aku adalah; jhaṣāṇām—di
antara semua ikan; makaraḥ—ikan hiu; ca—juga; asmi—Aku
adalah; srotasām—di antara sungai-sungai yang mengalir; asmi—Aku
adalah; jāhnavī—sungai Gangga.
Terjemahan
Di antara segala sesuatu yang menyucikan, Aku
adalah angin, di antara para pembawa senjata Aku adalah Rāma. Di antara
ikanikan Aku adalah ikan hiu, dan di antara sungai-sungai yang mengalir Aku
adalah sungai Gangga.
Penjelasan
Di antara semua ikan, ikan hiu adalah salah satu di antara ikan-ikan yang
paling besar dan tentu saja yang paling berbahaya bagi manusia. Karena itu,
ikan hiu adalah lambang Krishna.
10.32
sargāṇām ādir antaś ca
madhyaḿ caivāham Arjuna
adhyātma-vidyā vidyānāḿ
vādaḥ pravadatām aham
sargāṇām—di antara segala ciptaan;
ādiḥ—permulaan;
antaḥ—akhir;
ca—dan;
madhyam—pertengahan;
ca—juga;
evā—pasti;
aham—Aku
adalah;
Arjuna—wahai
Arjuna;
adhyātma-vidyā—pengetahuan
rohani;
vidyānām—di antara segala pendidikan;
vādaḥ—kesimpulan
yang wajar; pravada
tam—di antara argumentasi;
aham—Aku adalah.
Terjemahan
Di antara segala ciptaan Aku adalah permulaan,
akhir dan juga pertengahan, wahai Arjuna. Di antara segala ilmu pengetahuan,
Aku adalah ilmu pengetahuan rohani tentang sang diri, dan di antara para ahli
logika, Aku adalah kebenaran sebagai kesimpulan.
Penjelasan
Di antara perwujudan-perwujudan yang
diciptakan, yang pertama ialah ciptaan keseluruhan unsur-unsur material.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, manifestasi alam semesta diciptakan dan
dijalankan oleh MahaVisnu, Garbhodakakasayi Visnu dan Ksirodakasayi Visnu,
kemudian sekali lagi dilebur oleh Dewa Siva. Brahma adalah pencipta kedua.
Semua unsur ciptaan pemeliharaan dan peleburan tersebut adalah penjelmaan
penjelmaan sifat-sifat material dari Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, Beliau adalah
awal, pertengahan dan akhir segala ciptaan.
Untuk pendidikan tingkat tinggi, ada berbagai
jenis buku pengetahuan, misalnya empat Veda, enam buku pelengkap Veda,
Vedanta-sutra, buku-buku yang berisi logika, buku-buku berisi
prinsip-prinsip keagamaan dan Purana-purana. Secara keseluruhan ada empat belas
golongan buku pendidikan. Di antara semua buku pendidikan tersebut, buku yang
menyampaikan adhyātma-vidyā, pengetahuan rohani—khususnya, Vedanta-sutra—adalah
lambang Krishna.
Di kalangan para ahli logika, ada berbagai jenis
argumentasi. Mendukung argumentasi seseorang dengan bukti yang juga mendukung
pihak lawan disebut jalpa. Hanya mencoba mengalahkan lawan disebut vitanda.
Tetapi kesimpulan yang sejati disebut vada. Kebenaran sebagai kesimpulan
tersebut adalah lambang Krishna.
10.33
akṣarāṇām a-kāro 'smi
dvandvaḥ sāmāsikasya ca
aham evākṣayaḥ kālo
dhātāhaḿ viśvato-mukhaḥ
akṣarāṇām—di antara huruf-huruf;
a-kāraḥ—huruf pertama;
asmi—Aku
adalah;
dvandvaḥ—kata majemuk setara;
sāmāsikasya—di antara
kata-kata majemuk;
ca—dan;
aham—Aku adalah;
evā—pasti;
akṣayaḥ—kekal;
kālaḥ—waktu;
dhātā—pencipta;
aham—Aku adalah;
viśvataḥ-mukhaḥ—Brahma.
Terjemahan
Di antara semua huruf Aku adalah huruf A. Di
antara kata-kata majemuk, Aku adalah kata majemuk setara. Aku adalah waktu yang
tidak dapat dimusnahkan, dan di antara para pencipta Aku adalah Brahma.
Penjelasan
A-kara, huruf pertama dalam abjad Sansekerta, adalah awal
kesusasteraan Veda. Tanpa akara, tiada sesuatupun yang dapat dibunyikan; karena
itu, akara adalah awal suara. Dalam bahasa Sansekerta juga ada banyak kata
majemuk. Di antara kata-kata itu majemuk setara, kata majemuk setara seperti
kata ramakṛṣṇa, disebut dvandva. Dalam kata majemuk ini, dua kata rama dan
kṛṣṇa, mempunyai bentuk yang sama. Karena itu, kata majemuk ini disebut kata
majemuk setara.
Di antara segala sesuatu yang membunuh, waktulah
yang paling utama, sebab waktu membunuh segala sesuatu. Waktu adalah utusan
Krishna, sebab sesudah beberapa waktu, api yang besar akan berkobar dan segala
sesuatu akan dileburkan.
Di antara semua makhluk hidup yang menciptakan,
Brahma, yang berkepala empat, adalah yang paling utama. Karena itu, Brahma
adalah utusan Tuhan Yang Maha Esa, Krishna.
10.34
mṛtyuḥ sarva-haraś cāham
udbhavaś ca bhaviṣyatām
kīrtiḥ śrīr vāk ca nārīṇāḿ
smṛtir medhā dhṛtiḥ kṣamā
mṛtyuḥ—kematian; sarva-haraḥ—makan
segala sesuatu; ca—juga; aham—Aku adalah; udbhavaḥ—yang
menghasilkan; ca—juga; bhaviṣyatām—dari perwujudan-perwujudan
pada masa yang akan datang; kīrtiḥ—kemasyhuran; śrīḥ—kehebatan
atau kecantikan; vāk—bahasa yang halus; ca—juga; nārīṇām—di
kalangan para kaum wanita; smṛtiḥ—ingatan; medhā—kecerdasan; dhṛtiḥ—ketegasan;
kṣamā—kesabaran.
Terjemahan
Aku adalah maut yang memakan segala sesuatu, dan
Aku adalah prinsip yang menghasilkan segala sesuatu yang belum terjadi. Di
kalangan kaum wanita, Aku adalah kemasyhuran, keuntungan, bahasa yang halus,
ingatan, kecerdasan, ketabahan dan kesabaran.
Penjelasan
Begitu seseorang dilahirkan, dia menjalani proses
kematian pada setiap saat. Karena itu, kematian menelan setiap makhluk hidup
setiap saat, tetapi pukulan terakhir disebut kematian sendiri. Kematian itu
adalah Krishna. Mengenai perkembangan pada masa yang akan datang, semua makhluk
hidup mengalami enam perubahan pokok. Para makhluk hidup dilahirkan, tumbuh,
tahan selama beberapa waktu, berketurunan, merosot, dan akhirnya lenyap. Di
antara perubahan-perubahan itu, yang pertama ialah kelahiran dari kandungan.
Perubahan itu adalah Krishna. Kelahiran pertama adalah awal kegiatan pada masa
yang akan datang.
Daftar tujuh kehebatan yang disebut—yaitu,
kemasyhuran, keuntungan, bahasa yang halus, ingatan, kecerdasan, ketabahan dan
kesabaran dianggap sifat-sifat wanita. Kalau seseorang memiliki semua sifat
tersebut atau beberapa diantaranya, dia menjadi mulia. Kalau seseorang terkenal
sebagai orang yang saleh dan adil maka sifat itu menyebabkan dia mulia. Bahasa
Sansekerta adalah bahasa yang sempurna; karena itu, bahasa Sansekerta mulia
sekali. Kalau seseorang dapat ingat mata pelajaran sesudah mempelajarinya, dia
sudah diberkahi dengan ingatan yang baik, atau smrti. Kecerdasan (medha)
berarti kesanggupan bukan hanya untuk membaca banyak buku tentang berbagai mata
pelajaran, tetapi juga mengerti buku-buku itu dan menggunakan pengetahuan
dari buku-buku itu apabila diperlukan. Ini merupakan kehebatan lain lagi.
Kesanggupan untuk mengatasi keadaan yang kurang mantap disebut ketabahan hati
atau sifat mantap (dhrti). Bila seseorang memiliki kwalifikasi sepenuhnya
tetapi tetap rendah hati dan lemah lembut, dan bila seseorang memelihara
keseimbangannya baik dalam duka cita maupun kebahagiaan keadaan yang riang, dia
memiliki kehebatan yang disebut kesabaran (ksama).
10.35
bṛhat-sāma tathā sāmnāḿ
gāyatrī chandasām aham
māsānāḿ mārga-śīrṣo 'ham
ṛtūnāḿ kusumākaraḥ
bṛhat-sāma—
bṛhat-sāma;
tathā—juga;
sāmnām—dari
lagu-lagu Sama Veda;
gāyatrī—mantra-mantra Gayatri;
chandasām—di
antara segala sanjak;
aham—Aku adalah;
māsānām—di antara
bulan-bulan;
mārga-śīrṣaḥ—bulan Nopember-Desember;
aham—Aku
adalah;
ṛtūnām—dari semua musim;
kusuma-ākaraḥ—musim semi.
Terjemahan
Di antara mantra-mantra dalam Sama Veda Aku
adalah bṛhat-sāma. Di antara sanjak-sanjak Aku adalah Gayatri. Di antara
bulan-bulan Aku adalah Margasirsa [Nopember-Desember], dan di antara
musim-musim Aku adalah musim semi, waktu bunga mekar.
Penjelasan
Krishna sudah menjelaskan bahwa di antara semua
Veda, Beliau adalah Sama Veda. Sama Veda kaya dengan lagu-lagu yang indah yang
dimainkan oleh berbagai dewa. Salah satu di antara lagul-agu itu adalah
bṛhat-sāma, dengan irama yang indah luar biasa. bṛhat-sāma dinyanyikan di
tengah malam.
Dalam bahasa Sansekerta, ada aturan tetap yang
mengatur sanjak; sanjak dan irama tidak dikarang begitu saja seperti banyak
sanjak modern. Di antara sanjak-sanjak yang teratur, yang paling terkemuka
ialah mantra Gayatri, yang diucapkan oleh para brahmaṇā yang memiliki
kwalifikasi yang baik. Mantra Gayatri disebut dalam Srimad-Bhagavatam. Mantra
Gayatri khususnya dimaksudkan untuk menginsafi Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu,
mantra Gayatri adalah perwujudan dari Tuhan Yang Maha Esa. Mantra Gayatri
dimaksudkan untuk orang yang sudah maju dalam kerohanian, dan apabila seseorang
sudah mencapai sukses dalam mengucapkan mantra Gayatri, dia dapat memasuki
kedudukan rohani Tuhan Yang Maha Esa. Untuk mengucapkan mantra Gayatri,
terlebih dahulu seseorang harus memperoleh sifat-sifat yang mantap secara
sempurna, yaitu sifat-sifat kebaikan menurut hukum-hukum alam material. Mantra
Gayatri penting sekali dalam peradaban Veda, dan mantra Gayatri adalah
penjelmaan Brahman dalam bentuk suara. Brahma mengucapkan mantra Gayatri
pertama kalinya. Kemudian, mantra Gayatri turun temurun dari Brahma melalui garis
perguruan.
Bulan Nopember-Desember dianggap bulan yang
paling baik, sebab di India biji-bijian dipanen dari ladang selama bulan-bulan
itu dan rakyat bahagia sekali. Tentu saja musim semi disenangi di mana-mana,
sebab tidak terlalu panas ataupun terlalu dingin, bunga-bungaan berkembang dan
pohon pada tumbuh serta berbunga. Pada musim semi juga diadakan banyak upacara
untuk memperingati kegiatan Krishna. Karena itu, musim semi dianggap musim yang
paling riang, dan musim semi adalah lambang Tuhan Yang Maha Esa, Krishna.
10.36
dyūtaḿ chalayatām asmi
tejas tejasvinām aham
jayo 'smi vyavasāyo 'smi
sattvaḿ sattvavatām aham
dyūtam—perjudian; chalayatām—di
antara segala penipu; asmi—Aku adalah; tejaḥ—kemuliaan; tejasvinām—dari
segala sesuatu yang mulia; aham—Aku adalah; jayaḥ—kejayaan; asmi—Aku
adalah; vyavasāyaḥ—usaha atau petualangan; asmi—Aku adalah; sattvām—kekuatan;
sattva-vatām—dari semua orang yang kuat; aham—Aku adalah.
Terjemahan
Aku adalah perjudian kaum penipu, Aku adalah
kemuliaan segala sesuatu yang mulia. Aku adalah kejayaan, Aku adalah
petualangan dan Aku adalah kekuatan orang yang kuat.
Penjelasan
Ada banyak jenis penipu di seluruh alam semesta.
Di antara segala proses penipuan, perjudianlah yang paling utama. Karena itu,
perjudian adalah lambang kehebatan Krishna. Sebagai Yang Mahakuasa, Krishna
dapat menipu dengan cara yang lebih hebat daripada manusia biasa manapun. Kalau
Krishna mau menipu seseorang, maka tiada seorangpun yang dapat melebihi Krishna
dalam penipuannya. Kebesaran Krishna tidak hanya di suatu sisi, tetapi di
segala sisi.
Di antara orang yang jaya, Krishna adalah
kejayaan. Krishna adalah kemuliaan segala sesuatu yang mulia. Di antara orang
yang rajin dan berani berusaha, Krishna adalah yang paling rajin dan berani berusaha.
Di antara para petualang, yang paling berani bertualang adalah Krishna. Di
antara orang yang kuat, Krishna-lah yang paling kuat. Pada waktu Krishna
tinggal di bumi ini, tiada seorangpun yang dapat melampaui kekuatan Beliau.
Krishna mengangkat bukit Govardhana pada waktu Beliau masih kanak-kanak. Tiada
seorangpun yang dapat melampaui Krishna dalam penipuan, tiada seorangpun yang
dapat melampaui Krishna dalam kemuliaan, tiada seorangpun yang dapat melampaui
Krishna dalam kejayaan, tiada seorangpun yang dapat melampaui Krishna dalam
keberanian berusaha, dan tiada seorangpun yang dapat melampaui Krishna dalam
kekuatan.
10.37
vṛṣṇīnāḿ vāsudevo 'smi
pāṇḍavānāḿ dhanañjayaḥ
munīnām apy ahaḿ vyāsaḥ
kavīnām uśanā kaviḥ
vṛṣṇīnām—di antara keturunan Vṛṣṇi;
vāsudevaḥ—Krishna di Dvaraka; asmi—Aku adalah; pāṇḍavānām—di
antara para Pandava; dhanañjayah—Arjuna; munīnām—di antara para
resi; api—juga; aham—Aku adalah; vyāsaḥ—Vyasa, penyusun
semua kesusasteraan Veda; kavīnām—di antara semua orang ahli pikir yang
mulia; uśanā—Uśanā; kaviḥ—ahli pikir.
Terjemahan
Di antara keturunan Vṛṣṇi, Aku adalah
Vasudeva. Di antara para Pandava Aku adalah Arjuna. Di antara resi-resi Aku
adalah Vyasa, dan diantara para ahli pikir yang mulia Aku adalah Usana.
Penjelasan
Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
yang asli, dan Baladeva adalah penjelmaan pertama dari Krishna. Sri Krishna dan
Baladeva muncul sebagai Putera-putera Vasudeva. Karena itu, kedua-duanya dapat
disebut Vasudeva. Dari segi lain, oleh karena Krishna tidak pernah meninggalkan
Vrndavana, semua bentuk Krishna yang muncul di tempat lain adalah
penjelmaan-penjelmaan dari Krishna. Vasudeva adalah penjelmaan langsung dari
Krishna karena itu, Vasudeva tidak lain daripada Krishna. Harus dimengerti
bahwa Vasudeva yang disebut dalam ayat ini dari Bhagavad-gita adalah Baladeva,
atau Balarama, sebab Balarama adalah sumber asli dari segala penjelmaan. Karena
itu Balarama adalah satu-satunya sumber Vasudeva. Penjelmaan-penjelmaan yang
terwujud langsung dari Tuhan disebut svamsa (penjelmaan-penjelmaan pribadi).
Ada juga penjelmaan-penjelmaan yang disebut vibhinnamsa (penjelmaan-penjelmaan
yang terpisah).
Di antara para putera Pāṇḍu, Arjuna terkenal
sebagai dhanañjaya. Arjuna adalah manusia yang paling baik; karena itu Arjuna
adalah lambang Krishna. Di antara para muni, atau orang bijaksana yang
menguasai pengetahuan Veda, Vyasa adalah yang paling mulia, karena Vyasa
menjelaskan pengetahuan Veda dengan berbagai cara untuk dimengerti oleh rakyat
umum pada jaman Kali ini. Vyasa juga terkenal sebagai penjelmaan Krishna.
Karena itu, Vyasa juga lambang Krishna. Kavi adalah orang yang sanggup berpikir
secara mendalam tentang segala mata pelajaran. Di antara para kavi, Usana,
Sukracarya, adalah guru kerohanian para asura atau orang jahat. Sukracarya
adalah ahli politik yang sangat cerdas dan dapat melihat jauh ke depan. Karena
itu, Sukracarya adalah lambang kehebatan Krishna.
10.38
daṇḍo damayatām asmi
nītir asmi jigīṣatām
maunaḿ caivāsmi guhyānāḿ
jñānaḿ jñānavatām aham
daṇḍaḥ—hukuman; damayatāmdi
antara segala cara untuk melarang; asmi—Aku adalah; nītiḥ—moralitas;
asmi—Aku adalah; jigīṣatām—diantara orang yang mencari kejayaan;
maunam—sikap diam; ca—juga; evā—pasti; asmi—Aku
adalah; guhyānām—dari hal-hal rahasia; jñānam—pengetahuan; jñāna-vatām—dari
orang bijaksana; aham—Aku adalah.
Terjemahan
Di antara segala cara untuk melarang pelanggaran
hukum, Aku adalah hukuman, dan di antara orang yang mencari kejayaan Aku adalah
moralitas. Di antara segala hal yang rahasia Aku adalah sikap diam, dan Aku
adalah kebijaksanaan orang yang bijaksana.
Penjelasan
Ada banyak unsur untuk melarang. Di antara
semuanya, yang paling penting ialah unsur-unsur yang menekan orang jahat. Bilamana
orang jahat dihukum, sarana hukuman adalah lambang Krishna. Di antara
orang yang berusaha jaya di suatu bidang kegiatan, unsur yang paling jaya ialah
moralitas. Di antara kegiatan rahasia, yaitu mendengar, berpikir dan bersemadi,
sikap diam adalah yang paling penting, sebab sikap diam dapat memungkinkan
seseorang maju dengan cepat sekali. Orang bijaksana adalah orang yang dapat
membedakan antara unsur-unsur alam dan sang roh, diantara sifat utama dan sifat
rendah Tuhan. Pengetahuan seperti itu adalah Krishna Sendiri.
10.39
yac cāpi sarva-bhūtānāḿ
bījaḿ tad aham Arjuna
na tad asti vinā yat syān
mayā bhūtaḿ carācaram
yat—apapun; ca—juga; api—dapat
berada; sarva-bhūtānām—di antara segala ciptaan; bījam—benih; tat—itu;
aham—Aku adalah; Arjuna—wahai Arjuna; na—tidak; tat—itu;
asti—ada; vinā—tanpa; yat—yang; syāt—berada; mayā—Aku;
bhūtam—makhluk yang diciptakan; cara-acaram—bergerak dan tidak
bergerak.
Terjemahan
Wahai Arjuna, di samping itu Aku adalah benih
yang menghasilkan segala kehidupan. Tiada satu makhlukpun—baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak—yang dapat hidup tanpa-Ku.
Penjelasan
Segala sesuatu ada sebabnya, dan sebab atau benih
perwujudan itu adalah Krishna. Tiada sesuatupun yang dapat hidup tanpa tenaga
Krishna. Karena itu, Krishna disebut Yang Mahaperkasa. Tanpa kekuatan Krishna,
makhluk yang bergerak dan makhluk yang tidak bergerak tidak dapat hidup.
Kehidupan apapun yang tidak didasarkan tenaga Krishna disebut mayā , sesuatu
yang tidak berada."
10.40
nānto 'sti mama divyānāḿ
vibhūtīnāḿ parantapa
eṣa tūddeśataḥ prokto
vibhūter vistaro mayā
na—tidak juga; antaḥ—batas; asti—ada;
mama—milik-Ku; divyānām—mengenai yang rohani; vibhūtīnām—kehebatan-kehebatan;
parantapa—wahai penakluk musuh; eṣaḥ—semua ini; tu—tetapi;
uddeśataḥ—sebagai contoh-contoh; proktāḥ—disabdakan; vibhūteḥ—mengenai
kehebatan; vistaraḥ—luasnya; mayā—oleh-Ku.
Terjemahan
Wahai penakluk musuh yang agung,
perwujudan-perwujudan rohani-Ku tidak ada batasnya. Apa yang telah Ku sabdakan
kepadamu hanya sekedar petunjuk saja tentang kehebatan rohani-Ku yang tidak
terhingga.
Penjelasan
Sebagaimana dinyatakan dalam kesusasteraan Veda,
walaupun kehebatan dan tenaga-tenaga Yang Mahakuasa dimengerti dengan berbagai
cara, kehebatan-kehebatan itu tidak ada batasnya. Karena itu, tidak semua
kehebatan dan tenaga itu dapat dijelaskan. Hanya beberapa contoh sedang
diuraikan kepada Arjuna untuk memuaskan keinginannya untuk mengetahui.
10.41
yad yad vibhūtimat sattvaḿ
śrīmad ūrjitam eva vā
tat tad evāvagaccha tvaḿ
mama tejo-'ḿśa-sambhavam
yat yat—apapun; vibhūti—kehebatan-kehebatan;
mat—memiliki; sattvām—keberadaan; śrī-mat—indah; ūrjitam—mulia;
evā—pasti; vā—atau; tat tat—semua ini; evā—pasti; avagaccha—harus
mengetahui; tvām—engkau; mama—milik-Ku; tejaḥ—dari
kemuliaan; aḿśa—sebagian; sambhavam—dilahirkan dari.
Terjemahan
Ketahuilah bahwa segala ciptaan yang hebat, indah
dan mulia hanya berasal dari segelintir kemuliaan-Ku.
Penjelasan
Apapun yang mulia atau indah yang ada harus
dimengerti sebagai perwujudan bagian percikan dari kehebatan Krishna, baik di
dunia rohani maupun dunia material. Apapun yang hebat luar biasa harus dianggap
sebagai lambang kehebatan Krishna.
10.42
atha vā bahūn aitena
kiḿ jñātena tavārjuna
viṣṭabhyāham idaḿ kṛtsnam
ekāḿśena sthito jagat
atha vā—atau; bahūn ā—banyak; etena—oleh
jenis ini; kim—apa; jñātena—dengan mengetahui; tavā—milikmu;
Arjuna—wahai Arjuna; viṣṭabhya—berada di mana-mana; aham—Aku;
idam—ini; kṛtsnam—seluruh; ekā—oleh satu; aḿśena—bagian;
sthitāḥ—Aku berada; jagat—alam semesta.
Terjemahan
Wahai Arjuna, mengapa segala pengetahuan yang
terperinci ini diperlukan? Dengan satu bagian percikan saja dari Diri-Ku Aku
berada di mana-mana dan menyangga seluruh alam semesta.
Penjelasan
Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan di semua alam
semesta material dengan cara masuk ke dalam segala benda sebagai Roh Yang
Utama. Di sini Krishna memberitahukan kepada Arjuna bahwa tidak ada gunanya
mengerti bagaimana benda-benda berada dalam kehebatan dan kemuliaannya secara
terpisah. Arjuna harus mengetahui bahwa segala sesuatu berada karena Krishna
masuk ke dalamnya sebagai Roh Yang Utama. Dari Brahma, makhluk hidup yang
paling besar, sampai dengan semut yang paling kecil, semua hidup karena Krishna
sudah masuk ke dalam semuanya dan sedang memelihara semuanya.
Ada suatu organisasi yang mengajarkan secara
teratur bahwa sembahyang kepada dewa manapun akan membawa seseorang sampai
kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, atau tujuan tertinggi. Tetapi
sembahyang kepada para dewa sama sekali tidak dianjurkan di sini, sebab dewa
yang paling mulia sekalipun seperti Brahma dan Siva hanya sebagian dari
kehebatan Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa adalah sumber semua makhluk
yang dilahirkan, dan tiada seorangpun yang lebih tinggi daripada Beliau. Tuhan
adalah asamaurdhava, yang berarti bahwa tiada seorangpun yang lebih tinggi
daripada Beliau dan tidak seorangpun yang sejajar dengan Beliau. Dalam Padma
Purana dinyatakan bahwa orang yang menganggap Tuhan Yang Maha Esa Krishna
termasuk golongan yang sama dengan para dewa—bahkan sampai Brahma atau Siva
sekalipun—segera menjadi orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Akan tetapi,
kalau seseorang mempelajari berbagai uraian tentang kehebatan dan penjelmaan
tenaga Krishna secara panjang lebar, ia dapat mengerti kedudukan Sri Krishna
bebas dari segala keragu-raguan dan dapat memusatkan pikirannya dalam
sembahyang kepada Krishna tanpa menyimpang. Sri Krishna berada di mana-mana
melalui perluasan penjelmaan sebagian dari Diri-Nya, yaitu Roh Yang Utama, yang
masuk ke dalam segala sesuatu yang ada. Karena itu, para penyembah yang murni
memusatkan pikirannya dalam kesadaran Krishna dalam bhakti sepenuhnya; karena
itu, mereka selalu mantap dalam kedudukan rohani. Bhakti dan sembahyang kepada
Krishna ditunjukkan dengan jelas sekali dalam ayat delapan sampai dengan
sebelas dalam bab ini. Itulah cara bhakti yang murni. Bagaimana seseorang dapat
mencapai kesempurnaan bhakti tertinggi untuk pergaulan dengan Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa sudah dijelaskan secara panjang lebar dalam bab ini. Srila
Baladeva Vidyabhusana, seorang ācārya yang mulia dalam garis perguruan dari
Krishna, mengakhiri penjelasannya tentang bab ini dengan berkata.\
yac-chakti-leśāt suryādyā
bhavānty aty-ugra-tejasaḥ
yad-aḿśena dhṛtaḿ viśvaḿ
sa kṛṣṇo daśame 'rcyate
Matahari yang perkasa mendapat kekuatannya dari
tenaga Krishna yang kuat sekali, dan seluruh dunia dipelihara oleh penjelmaan
sebagian dari Krishna. Karena itu, Sri Krishna patut disembah.
Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta
mengenai Bab Sepuluh Srimad Bhagavad-gita perihal Kehebatan Tuhan Yang
Mutlak."
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Visit Related Posts Below:
Mau Beli Buku Bhagavad-gita, Srimad-bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, dll?
Senin - Minggu - Hari Libur | 08.00 - 21.00 WIB | http://mahanilastore.blogspot.com
0812-7740-3909 dan 0819-9108-4996
SMS/PHONE : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
: 0819-9109-9321 (Mahanila)
WhatsApp : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
BBM : 5D40CF2D dan D5E8718B
Menjual buku-buku rohani Srimad Bhagavad-gita, Srimad Bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Purana, Kue Kering, Dupa, Aksesoris, Kartal, Mrdanga, Saree, Air Gangga, Dipa, Kurta, Dhotti, Kipas Cemara, Kipas Bulu Merak, Poster, Japamala, Kantong Japa, Gelang, Kantimala, Rok Gopi, Choli, Blues, Pin, Bros, Kaos, Desain Website dan Database Microsoft Access, Logo, Neon Box, Safety Sign dll.
Terimakasih Atas Kunjungan Anda.
Bentuk Semesta
11.1
Arjuna
uvāca
mad-anugrahāya
paramaḿ
guhyam
adhyātma-saḿjñitam
yat
tvayoktaḿ vacas tena
moho
'yaḿ vigato mama
Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; mat-anugrahāya—hanya untuk memberi
berkat kepada hamba; paramam—paling utama; guhyam—hal yang
rahasia; adhyātma—rohani; saḿjñitam—dalam hal; yat—apa; tvayā—oleh
Anda; uktam—dikatakan; vacaḥ—sabda; tena—oleh itu; mohaḥ—khayalan;
ayam—ini; vigataḥ—dihilangkan; mama—milik hamba.
Terjemahan
Arjuna berkata: Dengan mendengar
wejangan tentang mata pelajaran yang paling rahasia ini yang sudah Anda berikan
kepada hamba atas kemurahan hati Anda, khayalan hamba sekarang sudah
dihilangkan.
Penjelasan
Bab ini mengungkapkan Krishna
sebagai sebab segala sebab. Krishna adalah sebab Maha Visnu. Alam semesta-alam
semesta material berasal dari Maha Visnu. Krishna bukan penjelmaan; Krishna
adalah sumber segala penjelmaan. Kenyataan ini sudah dijelaskan sepenuhnya
dalam Bab Sepuluh.
Arjuna mengatakan bahwa dia
tidak berkhayal lagi. Ini berarti bahwa Arjuna tidak menganggap Krishna manusia
biasa lagi, ataupun menganggap Krishna sebagai kawannya, melainkan sebagai
sumber segala sesuatu. Arjuna sudah dibebaskan dari kebodohan dan dia senang
sekali mempunyai kawan yang semulia Krishna. Tetapi sekarang Arjuna berpikir
kendatipun ia mengakui Krishna sebagai asal mula segala sesuatu, mungkin orang
lain tidak mengakui Krishna seperti itu. Untuk membuktikan kepada semua bahwa
Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa, Arjuna memohon agar Krishna memperlihatkan
bentuk semesta-Nya dalam bab ini. Sebenarnya, kalau seseorang melihat bentuk
semesta Krishna, ia merasa takut, seperti Arjuna. Tetapi Krishna begitu murah
hati sehingga sesudah memperlihatkan bentuk semesta itu, Krishna mengubah
kembali bentuk-Nya menjadi bentuk-Nya yang semula. Arjuna setuju dengan apa
yang telah dikatakan beberapa kali oleh Krishna: Krishna sedang bersabda kepada
Arjuna supaya Arjuna memperoleh manfaat. Jadi, Arjuna mengakui bahwa semua ini
sedang terjadi terhadap Diri-Nya atas berkat karunia Krishna. Sekarang Arjuna
yakin bahwa Krishna adalah sebab segala sebab dan bahwa Krishna bersemayam di
dalam hati semua orang sebagai Roh Yang Utama.
11.2
bhavāpyayāu hi bhūtānāḿ
śrutau vistaraśo mayā
tvattaḥ kamala-patrākṣa
māhātmyam api cāvyayām
bhava—munculnya;
apyayāu—menghilangnya;
hi—pasti;
bhūtānām—semua
makhluk hidup;
śrutau—sudah mendengar;
vistaraśaḥ—secara
terperinci;
mayā—olehku;
tvattaḥ—dari Anda;
kamala-patra-akṣa—o
Krishna yang memiliki mata bagaikan bunga padma;
māhātmyam—kebesaran;
api—juga;
ca—dan;
avyayām—tidak dapat dibinasakan.
Terjemahan
O Krishna yang mempunyai mata seperti bunga padma, hamba sudah mendengar
dari Anda secara terperinci tentang muncul dan menghilangnya setiap makhluk
hidup dan hamba sudah menginsafi kebesaran Anda yang tidak pernah dibinasakan.
Penjelasan
Arjuna menyebutkan Sri Krishna sebagai Yang bermata bunga padma" (mata
Krishna tampak bagaikan kelopak bunga padma) karena rasa riang dalam hatinya,
sebab Krishna sudah meyakinkan Arjuna dalam bab sebelumnya, aham krtsnasya
jagataḥ prabhāvaḥ pralayas tathā: Aku adalah sumber muncul dan menghilangnya
seluruh manifestasi material ini." Arjuna sudah mendengar tentang hal ini
dari Krishna secara terperinci. Arjuna juga mengetahui bahwa walaupun Krishna
adalah sumber segala kejadian muncul dan menghilang, namun Krishna menyisih
dari semuanya. Sebagaimana disabdakan oleh Krishna dalam Bab Sembilan, Krishna
berada di mana-mana namun Krishna tidak berada di mana-mana secara pribadi.
Itulah kehebatan Krishna yang tidak dapat dipahami. Arjuna mengakui bahwa dia
sudah mengerti tentang kehebatan Krishna secara mendalam.
11.3
evam etad yathāttha tvām
ātmānaḿ parameśvara
draṣṭum icchāmi te rūpam
aiśvaraḿ puruṣottama
evam—demikian;
etat—ini;
yathā—menurut kedudukannya
yang sebenarnya;
āttha—sudah bersabda;
tvām—Anda;
ātmanām—Anda
sendiri;
parama -īśvara—o Tuhan Yang Maha Esa;
draṣṭum—melihat
icchāmi—hamba
ingin;
te—milik Anda;
rūpam—bentuk;
aiśvaram—rohani;
puruṣa-uttama—o
Kepribadian yang paling baik.
Terjemahan
O Kepribadian yang paling mulia, bentuk yang paling utama, walaupun hamba
melihat Anda berdiri di sini di hadapan hamba dalam kedudukan Anda yang sejati,
sesuai dengan uraian Anda tentang Diri Anda, hamba ingin melihat bagaimana Anda
masuk dalam manifestasi alam semesta ini. Hamba ingin melihat bentuk Anda
tersebut.
Penjelasan
Krishna menyatakan bahwa oleh karena Beliau masuk di dalam alam semesta
material dengan perwujudan pribadi-Nya, manifestasi alam semesta dimungkinkan
dan berjalan terus. Arjuna diberi semangat dari pernyataan-pernyataan Krishna,
tetapi untuk meyakinkan orang lain pada masa yang akan datang yang barangkali
berpikir bahwa Krishna adalah manusia biasa, Arjuna ingin melihat Krishna
benar-benar dalam bentuk semesta-Nya, untuk melihat bagaimana Krishna bertindak
dari dalam alam semesta, walaupun Krishna berpisah dari alam semesta itu.
Arjuna menyebutkan Krishna sebagai purusottama, dan itu juga bermakna. Oleh
karena Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna bersemayam di dalam
hati Arjuna sendiri. Karena itu, Krishna mengetahui keinginan Arjuna. Krishna
dapat mengerti bahwa Arjuna tidak mempunyai keinginan istimewa untuk melihat
Krishna dalam bentuk semesta-Nya, sebab Arjuna puas sepenuhnya untuk melihat
Krishna dalam bentuk pribadi-Nya sebagai Krishna. Tetapi Krishna juga dapat
mengerti bahwa Arjuna ingin melihat bentuk semesta untuk meyakinkan orang lain.
Arjuna sendiri tidak mempunyai keinginan pribadi yang perlu dibenarkan. Krishna
juga mengerti bahwa Arjuna ingin melihat bentuk semesta untuk menetapkan
patokan, sebab pada masa yang akan datang banyak penipu akan menyamar sebagai
penjelmaan-penjelmaan Tuhan. Karena itu, rakyat harus waspada; siapapun yang
mengatakan Diri-Nya adalah Krishna harus bersedia memperlihatkan bentuk
semestanya untuk membuktikan tuntutannya kepada rakyat.
11.4
manyase yadi tac chakyaḿ
mayā draṣṭum iti prabho
yogeśvara tato me tvaḿ
darśayātmānam avyayām
manyase—Anda berpikir;
yādi—kalau;
tat—itu;
śakyam—sanggup;
mayā—oleh hamba;
draṣṭum—untuk dilihat;
iti—demikian;
prabho—o
Tuhan Yang Maha Esa;
yoga-īśvara—o Penguasa segala kekuatan batin;
tataḥ—maka;
me—kepada hamba;
tvām—Anda;
darśaya—sudilah kiranya
memperlihatkan;
ātmanām—Diri Anda;
avyayām—kekal.
Terjemahan
Kalau Anda berpikir hamba sanggup memandang bentuk semesta Anda, sudilah
kiranya Anda memperlihatkan bentuk semesta Diri Anda yang tidak terhingga itu
kepada hamba, O Tuhan yang hamba muliakan, Penguasa segala kekuatan batin.
Penjelasan
Dikatakan bahwa seseorang tidak dapat melihat, mendengar, mengerti maupun
membayangkan Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, melalui indera-indera material.
Tetapi kalau seseorang menekuni cinta-bhakti kepada Tuhan sejak awal, maka ia
dapat melihat Tuhan melalui wahyu. Setiap makhluk hidup hanyalah bunga api
rohani; karena itu, tidak mungkin ia melihat maupun mengerti Tuhan Yang Maha
Esa. Arjuna, sebagai seorang penyembah, tidak bergantung pada angan-angannya;
melainkan, dia mengakui bahwa Diri-Nya terbatas sebagai makhluk hidup dan
mengakui kedudukan Krishna yang tidak dapat diperkirakan. Arjuna dapat mengerti
bahwa makhluk hidup tidak mungkin mengerti yang tak terhingga dan tidak
terbatas. Kalau Yang tidak terhingga memperlihatkan Diri-Nya, baru dimungkinkan
kita mengerti sifat Yang tak terhingga atas karunia Yang tak terhingga itu.
Kata yogesvara juga sangat bermakna di sini karena Krishna mempunyai kekuatan
yang tidak dapat dipahami. Kalau Krishna berkenan, Beliau dapat memperlihatkan
Diri-Nya atas karunia-Nya, meskipun Beliau tidak terhingga. Karena itu, Arjuna
memohonkan karunia Krishna yang tidak dapat dipahami. Arjuna tidak memberi
perintah kepada Krishna. Krishna tidak harus memperlihatkan Diri-Nya kecuali
seseorang menyerahkan diri sepenuhnya dalam kesadaran Krishna dan menekuni
bhakti. Karena itu, orang yang bergantung pada kekuatan angan angannya tidak
mungkin melihat Krishna.
11.5
śrī-bhagavān uvāca
paśya me pārtha rūpāṇi
śataśo 'tha sahasraśaḥ
nānā-vidhāni divyāni
nānā-varṇākṛtīni ca
śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda;
paśya—lihatlah;
me—milik-Ku;
pārtha—wahai putera
Pṛthā;
rūpāṇi—bentuk-bentuk;
śataśaḥ—beratus-ratus;
atha—juga;
sahasrasaḥ—beribu-ribu;
nānā-vidhāni—berbagai;
divyāni—rohani, mengenai Tuhan;
nānā—beraneka;
varṇa—warna;
ākṛtīni—bentuk-bentuk;
ca—juga.
Terjemahan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Wahai Arjuna yang baik hati, wahai
putera Pṛthā, sekarang lihatlah kehebatan-Ku, beratus-ratus ribu jenis bentuk
rohani yang berwarna-warni.
Penjelasan
Arjuna ingin melihat Krishna dalam bentuk semesta-Nya. Walaupun bentuk
semesta Krishna adalah bentuk rohani, bentuk itu hanya dibutuhkan untuk
manifestasi alam semesta. Karena itu, bentuk semesta dipengaruhi oleh waktu
alam material ini yang bersifat sementara. Seperti halnya alam material
diwujudkan dan tidak diwujudkan, begitu pula bentuk semesta Krishna ini
diwujudkan dan tidak diwujudkan. Bentuk semesta itu tidak terletak di angkasa
rohani untuk selamanya seperti bentuk-bentuk Krishna lainnya. Seorang penyembah
tidak berhasrat melihat bentuk semesta, tetapi oleh karena Arjuna ingin melihat
Krishna dengan cara seperti ini, Krishna memperlihatkan bentuk ini. Bentuk
semesta ini tidak mungkin dilihat oleh manusia biasa. Krishna harus memberi
kekuatan kepada seseorang untuk melihat bentuk itu.
11.6
paśyādityān vasūn rudrān
aśvinau marutas tathā
bahūny adṛṣṭa-pūrvāṇi
paśyāścaryāṇi bhārata
paśya—lihatlah;
ādityān—dua belas putera Aditi;
vasūn—delapan
Vasu;
rudrān—sebelas bentuk Rudra;
aśvinau—dua Aśvinīs;
mārutaḥ—empat
puluh sembilan Marut (dewa-dewa angin);
tathā—juga;
bahūni—banyak;
adṛṣṭa—itu yang belum engkau lihat;
pūrvāṇi—sebelumnya;
paśya—lihatlah;
āścaryāṇi—semua keajaiban;
bhārata—wahai yang paling baik di
antara para
Bhārata.
Terjemahan
Wahai yang paling baik di antara para Bhārata, lihatlah di sini berbagai
perwujudan para Āditya, Vasu, Rudra, Asvini-kumara dan semua dewa lainnya.
Lihatlah banyak keajaiban yang belum pernah dilihat atau didengar oleh siapapun
sebelumnya.
Penjelasan
Walaupun Arjuna adalah kawan pribadi Krishna dan yang paling maju di antara
orang yang bijaksana, masih tidak mungkin ia mengetahui segala sesuatu tentang
Krishna. Di sini dinyatakan bahwa manusia belum pernah mendengar atau
mengetahui semua bentuk dan manifestasi tersebut. Sekarang Krishna
memperlihatkan bentuk-bentuk yang ajaib ini.
11.7
ihaika-sthaḿ jagat kṛtsnaḿ
paśyādya sa-carācaram
mama dehe guḍākeśa
yac cānyad draṣṭum icchasi
iha—dalam ini;
eka-stham—di satu tempat;
jagat—alam
semesta;
kṛtsnam—sepenuhnya;
paśya—lihatlah;
adya—segera;
sa—dengan;
cara—yang bergerak;
acaram—dan tidak bergerak;
mama—milik-Ku;
dehe—dalam badan ini;
guḍākeśa—wahai
Arjuna;
yat—itu
yang;
ca—juga;
anyat—lain;
draṣṭum—melihat;
icchasi—engkau
ingin.
Terjemahan
Wahai Arjuna apapun yang ingin engkau lihat, lihatlah dengan segera dalam
badan-Ku ini! Bentuk semesta ini dapat memperlihatkan kepadamu apapun yang
engkau ingin lihat sekarang dan apapun yang engkau ingin lihat pada masa yang
akan datang. Segala sesuatu baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak—berada di sini secara lengkap, di satu tempat.
Penjelasan
Tiada seorangpun yang dapat melihat seluruh alam semesta sambil duduk di
satu tempat. Ahli ilmu pengetahuan yang paling maju sekalipun tidak dapat
melihat apa yang sedang terjadi di tempat-tempat lain di alam semesta. Tetapi
seorang penyembah seperti Arjuna dapat melihat segala sesuatu yang ada di
mana-mana di alam semesta. Krishna memberikan kekuatan kepada Arjuna supaya
Arjuna dapat melihat segala sesuatu yang ingin dilihatnya, baik dari masa
lampau, sekarang maupun pada masa yang akan datang. Atas karunia Krishna,
Arjuna dapat melihat segala sesuatu.
11.8
na tu māḿ śakyase draṣṭum
anenaiva sva-cakṣuṣā
divyaḿ dadāmi te cakṣuḥ
paśya me yogam aiśvaram
na—tidak pernah;
tu—tetapi;
mām—Aku;
śakyase—sanggup;
draṣṭum—melihat;
anena—dengan ini;
evā—pasti;
sva-cakṣuṣā—dengan
matamu sendiri;
divyam—rohani;
dadāmi—Aku memberikan;
te—kepadamu;
cakṣuḥ—mata;
paśya—lihatlah;
me—milik-Ku;
yogam
aiśvaram—kekuatan batin yang tidak dapat dipahami.
Terjemahan
Tetapi engkau tidak dapat melihat-Ku dengan mata yang engkau miliki
sekarang. Karena itu, Aku memberikan mata rohani kepadamu. Lihatlah kehebatan
batin-Ku!
Penjelasan
Seorang penyembah murni tidak suka melihat Krishna dalam bentuk apapun
selain bentuk-Nya yang berlengan dua. Seorang penyembah harus melihat bentuk
semesta Krishna atas karunia Krishna, tidak dengan pikiran, melainkan dengan
mata rohani. Untuk melihat bentuk semesta Krishna, Arjuna tidak disuruh
mengubah pikirannya tetapi mengubah penglihatannya. Bentuk semesta Krishna
tidak begitu penting; kenyataan itu akan dijelaskan dalam ayat-ayat berikut.
Namun oleh karena Arjuna ingin melihat bentuk itu, Krishna memberi penglihatan
khusus yang dibutuhkan untuk melihat bentuk semesta itu. Para penyembah yang
mantap dalam hubungan rohani dengan Krishna dengan cara yang benar tertarik
kepada ciri-ciri yang penuh cinta kasih, mereka tidak tertarik pada suatu
pertunjukkan kehebatan tanpa unsur Ketuhanan. Kawan-kawan Krishna yang bermain
bersama Krishna, para sahabat Krishna, ayah dan ibu Krishna tidak pernah ingin
supaya Krishna memperlihatkan kehebatan-Nya. Mereka sudah begitu khusuk dalam
cinta-bhakti yang murni sehingga mereka tidak mengetahui bahwa Krishna adalah
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hubungan cinta kasihnya yang bertimbal
balik mereka lupa bahwa Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa. Dalam
Srimad-Bhagavatam dinyatakan bahwa semua anak yang bermain bersama Krishna
adalah roh-roh yang saleh sekali yang telah mendapat kesempatan bermain bersama
Krishna sesudah menjelma berulang kali. Anak-anak seperti itu tidak mengetahui
bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Mereka menganggap Krishna
sebagai kawan pribadi. Karena itu, Sukadeva Gosvami membacakan ayat berikut:
itthaḿ satāḿ brahma-sukhānubhūtyā
dāsyaḿ gatānāḿ
para-daivatena
māyāśritānāḿ nara-dārakeṇa
sākaḿ vijahruḥ
kṛta-puṇya-puñjāḥ
Inilah Kepribadian Yang Paling Utama, yang dianggap Brahman yang tidak
bersifat pribadi oleh resi-resi yang mulia, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
oleh para penyembah, dan hasil alam material oleh manusia biasa. Sekarang
anak-anak ini, yang sudah melakukan banyak kegiatan saleh dalam
penjelmaan-penjelmaannya yang lalu, sedang bermain bersama Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa itu." (Srimad-Bhagavatam 10.12.11)
Kenyataannya ialah bahwa seorang penyembah tidak berminat melihat
viśva-rūpa, bentuk semesta. Tetapi Arjuna ingin melihat bentuk itu untuk
membuktikan pernyataan-pernyataan Krishna supaya pada masa yang akan datang
orang dapat mengerti bahwa Krishna sungguh-sungguh memperlihatkan Diri-Nya
sebagai Yang Mahakuasa bukan hanya secara teori atau filsafat kepada Arjuna.
Arjuna harus membuktikan kenyataan ini karena Arjuna adalah kepribadian pertama
dalam sistem parampara. Orang yang sungguh-sungguh tertarik untuk mengerti
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, dan mengikuti langkah-langkah Arjuna,
harus mengerti bahwa Krishna tidak hanya memperlihatkan Diri-Nya sebagai Yang
Mahakuasa secara teori, tetapi benar-benar memperlihatkan Diri-Nya sebagai Yang
Mahakuasa.
Krishna memberi Arjuna kekuatan yang dibutuhkan untuk melihat
bentuk semesta-Nya karena Krishna mengetahui bahwa minat Arjuna untuk melihat bentuk
itu tidak begitu besar, sebagaimana sudah kami jelaskan di atas.
11.9
sañjaya uvāca
evam uktvā tato rājan
mahā-yogeśvaro hariḥ
darśayām āsa pārthāya
paramaḿ rūpam aiśvaram
sañjayaḥ uvāca—Sañjaya berkata;
evam—demikian;
uktvā—bersabda;
tataḥ—sesudah itu;
rājan—wahai Paduka Raja;
mahā-yoga-īśvaraḥ—ahli
kebatinan yang paling perkasa;
hariḥ—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa,
Krishna;
darśayām āsa—memperlihatkan;
pārthāya—kepada
Arjuna;
paramam—mengenai Tuhan; rupam
aiśvaram—bentuk semesta.
Terjemahan
Sañjaya berkata: Wahai Paduka Raja, sesudah bersabda demikian, Tuhan Yang
Mahakuasa, Penguasa segala kekuatan batin, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa,
memperlihatkan bentuk semesta-Nya kepada Arjuna.
Tidak ada penjelasan
11.10-11
aneka-vaktra-nayanam
anekādbhuta-darśanam
aneka-divyābharaṇaḿ
divyānekodyatāyudham
divya-mālyāmbara-dharaḿ
divya-gandhānulepanam
sarvāścarya-mayā ḿ devam
anantaḿ viśvato-mukham
aneka—berbagai; vaktra—mulut-mulut; nayanam—mata;
aneka—berbagai; adbhuta—ajaib; darśanam—wahyu-wahyu; aneka—berbagai;
divya—rohani, mengenai Tuhan; ābharaṇam—perhiasan; divya—rohani,
mengenai Tuhan; aneka—berbagai; udyata—diangkat; āyudham—senjata-senjata;
divya—rohani, mengenai Tuhan; mālya—banyak kalung rangkaian
bunga; ambara—pakaian; dharam—memakai; divya—rohani,
mengenai Tuhan; gandha—wewangian; anulepanam—diolesi dengan; sarva—semua;
āścarya-mayām—ajaib; devam—cemerlang; anantam—tidak
terbatas; viśvataḥ-mukham—berada di mana-mana.
Terjemahan
Dalam bentuk semesta itu, Arjuna melihat mulut-mulut yang tidak terhingga,
mata yang tidak terhingga, dan wahyu-wahyu ajaib yang tidak terhingga. Bentuk
tersebut dihiasi dengan banyak perhiasan rohani dan membawa banyak senjata
rohani yang diangkat. Beliau memakai kalung rangkaian bunga dan perhiasan
rohani, dan banyak jenis minyak wangi rohani dioleskan pada seluruh badan-Nya.
Semuanya ajaib, bercahaya, tidak terbatas dan tersebar ke mana-mana.
Penjelasan
Dalam dua ayat ini, penggunaan kata banyak berulangkali menunjukkan bahwa
jumlah tangan, mulut, kaki dan perwujudan lainnya yang sedang dilihat oleh
Arjuna tidak terhingga. Perwujudan-perwujudan tersebut disebarkan di seluruh
alam semesta, tetapi atas karunia Krishna, Arjuna dapat melihat semuanya sambil
duduk di satu tempat. Itu disebabkan oleh kekuatan Krishna yang tidak dapat
dipahami.
11.12
divi sūrya-sahasrasya
bhaved yugapad utthitā
yadi bhāḥ sadṛśī sā syād
bhāsas tasya mahātmanaḥ
divi—di angkasa;
sūrya—matahari-matahari;
sahasrasya—dari
beribu-ribu;
bhavet—ada;
yugapat—pada waktu yang sama;
utthitā—berada;
yādi—kalau;
bhāḥ—cahaya;
sadṛśī—seperti itu;
sa—itu;
syāt—mungkin menjadi;
bhāsaḥ—cahaya;
tasya—milik Beliau;
mahā-ātmānaḥ—Tuhan
Yang Maha agung.
Terjemahan
Kalau beratus-ratus ribu matahari terbit di langit pada waktu yang sama,
mungkin cahayanya menyerupai cahaya dari Kepribadian Yang Paling Utama dalam
bentuk semesta itu.
Penjelasan
Apa yang dilihat oleh Arjuna tidak dapat diuraikan, namun Sañjaya sedang
berusaha memberikan gambaran pikiran tentang wahyu yang agung itu kepada
Dhṛtarāṣṭra . Sañjaya dan Dhṛtarāṣṭra tidak hadir di sana, tetapi
atas karunia Vyasa, Sañjaya dapat melihat segala sesuatu yang terjadi. Karena
itu, sekarang Sañjaya membandingkan keadaan dengan fenomena yang tidak dapat
dibayangkan (yaitu, beribu-ribu matahari), sejauh keadaan itu dapat dipahami.
11.13
tatraika-sthaḿ jagat
kṛtsnaḿ
pravibhaktam anekadhā
apaśyad deva-devasya
śarīre pāṇḍavas tadā
tatra—di sana;
eka-stham—di satu tempat;
jagat—alam
semesta;
kṛtsnam—lengkap;
pravibhaktam—dibagi;
anekadhā—ke
dalam banyak;
apaśyat—dapat melihat;
deva-devaśya—dari
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa;
śarīre—dalam bentuk semesta;
Pāṇḍavāḥ—
Arjuna;
tadā—pada waktu itu.
Terjemahan
Pada waktu itu, dalam bentuk semesta Tuhan, Arjuna dapat melihat
perwujudan-perwujudan alam semesta yang tidak terhingga terletak di satu tempat
walaupun dibagi menjadi beribu-ribu.
Penjelasan
Kata tatra (di sana") bermakna sekali. Kata itu menunjukkan bahwa
Arjuna dan Krishna sedang duduk di atas kereta pada waktu Arjuna melihat bentuk
semesta. Orang lain di medan perang tidak dapat melihat bentuk ini, sebab
Krishna hanya memberikan daya lihat kepada Arjuna. Arjuna dapat melihat
beribu-ribu planet di dalam badan Krishna. Ada banyak alam semesta dan banyak
planet, sebagaimana kita pelajari dari kesusasteraan Veda. Beberapa di antara
planet-planet itu terbuat dari tanah, beberapa di antaranya terbuat dari emas,
beberapa diantaranya terbuat dari permata, beberapa diantaranya besar sekali,
beberapa tidak begitu besar, dan sebagainya. Arjuna dapat melihat semua alam
semesta dan planet tersebut sambil duduk di keretanya. Tetapi tiada seorangpun
yang dapat mengerti apa yang sedang terjadi antara Arjuna dan Krishna.
11.14
tataḥ sa vismayāviṣṭo
hṛṣṭa-romā dhanañjayaḥ
praṇamya śirasā devaḿ
kṛtāñjalir abhāṣata
tataḥ—sesudah itu;
saḥ—dia;
vismayā-āviṣṭaḥ—tergugah
rasa kagum;
hṛṣṭa-romā—bulu roma tegak berdiri karena kebahagiaan
rohaninya yang tinggi;
dhanañjayah—Arjuna;
praṇamya—bersujud;
śirasā—kepala;
devam—kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa;
kṛta-añjaliḥ—dengan
mencakupkan tangan;
abhāṣata—mulai bicara.
Terjemahan
Kemudian Arjuna kebingungan dan kagum, dan bulu romanya tegak berdiri.
Arjuna menundukkan kepalanya untuk bersujud, lalu mencakupkan tangannya dan
mulai berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Penjelasan
Begitu wahyu rohani diperlihatkan, hubungan antara Krishna dan Arjuna segera
berubah. Sebelumnya, Krishna dan Arjuna mempunyai hubungan berdasarkan
persahabatan, tetapi di sini, sesudah wahyu tersebut, Arjuna bersujud dengan
sikap sangat hormat dan berdoa kepada Krishna sambil mencakupkan tangannya.
Arjuna sedang memuji bentuk semesta. Karena itu, hubungan Arjuna berubah dari
hubungan persahabatan menjadi hubungan rasa kagum. Penyembah-penyembah yang
mulia melihat Krishna sebagai sumber segala hubungan. Dalam Kitab Suci dua
belas jenis hubungan pokok disebutkan, dan semua hubungan itu ada di dalam
Krishna. Dinyatakan bahwa Krishna adalah lautan segala hubungan antara dua
makhluk hidup, antara para dewa, atau antara Tuhan Yang Maha Esa dan para
penyembah-Nya.
Di sini Arjuna diberikan semangat oleh hubungan rasa kagum.
Walaupun Arjuna berwatak kepala dingin tenang dan tidak banyak bicara, dalam
sikap kagum ini Arjuna menjadi penuh kebahagiaan rohani, bulu romanya berdiri,
dan dia mulai bersujud kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan mencakupkan tangannya.
Tentu saja Arjuna tidak takut. Arjuna dipengaruhi oleh keajaiban Tuhan Yang
Maha Esa. Saat ini Arjuna tergugah rasa kagum; hubungan persahabatan kasih
sayang Arjuna yang wajar dikuasai oleh rasa kagum. Karena itulah Arjuna
bertindak dengan cara seperti itu.
11.15
Arjuna uvāca
paśyāmi devāḿs tava deva
dehe
sarvāḿs tathā
bhūta-viśeṣa-sańghān
brahmāṇam īśaḿ
kamalāsana-stham
ṛṣīḿś ca sarvān uragāḿś
ca divyān
Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata;
paśyāmi—hamba melihat;
devān—semua
dewa;
tavā—milik Anda;
deva—o Tuhan;
dehe—dalam badan;
sarvān—semua;
tathā—juga;
bhūta—para makhluk hidup;
viśeṣa-sańghān—dikumpulkan
secara khusus;
brahmaṇām—Dewa Brahma;
īśam—Dewa Siva;
kamala-āsana-stham—duduk
di atas bunga padma;
ṛṣīn—resi-resi yang mulia;
ca—juga;
sarvān—semua;
uragān—naga-naga;
ca—juga;
divyān—rohani.
Terjemahan
Arjuna berkata: Sri Krishna yang hamba muliakan, di dalam badan Anda hamba
melihat semua dewa dan berbagai jenis makhluk hidup yang lain. Hamba melihat
Brahma duduk di atas bunga padma, bersama Dewa siva, semua resi dan naga-naga
rohani.
Penjelasan
Arjuna melihat segala sesuatu di alam semesta. Karena itu, Arjuna melihat
Brahma, makhluk pertama di alam semesta, dan naga rohani yang menjadi tahta
Garbhodakakasayi Visnu di bagian bawah alam semesta. Tempat tidur ini yang
berupa naga disebut Vasuki. Ada naga-naga lain yang juga bernama Vasuki. Arjuna
dapat melihat dari Garbhodakakasayi Visnu sampai bagian tertinggi di alam
semesta di planet yang berbentuk bunga padma. Planet itu adalah tempat tinggal
Brahma, makhluk hidup pertama di alam semesta. Itu berarti bahwa dari awal
sampai akhir, segala sesuatu dapat dilihat oleh Arjuna, yang sedang duduk di
satu tempat di atas kereta. Ini hanya dimungkinkan atas karunia Tuhan Yang Maha
Esa, Krishna.
11.16
aneka-bāhūdara-vaktra-netraḿ
paśyāmi tvāḿ sarvato
'nanta-rūpam
nāntaḿ na madhyaḿ na punas
tavādiḿ
paśyāmi viśveśvara viśva-rūpa
aneka—banyak;
bāhu—lenganlengan; udara—perut-perut;
vaktra—mulut-mulut;
netram—mata;
paśyāmi—hamba melihat;
tvām—Anda;
sarvataḥ—di
segala sisi; ananta
rūpam—bentuk yang tidak terhingga; na
antam—tidak
ada habisnya; na
madhyam—tidak ada pertengahannya; na
punaḥ—tidak
lagi;
tavā—milik Anda;
ādim—permulaan;
paśyāmi—hamba
melihat;
viśva-īśvara—o Penguasa alam semesta;
viśva-rūpa—dalam
bentuk alam semesta.
Terjemahan
O Penguasa alam semesta, o bentuk semesta, di dalam badan Anda hamba melihat
banyak lengan, perut, mulut dan mata, tersebar kemana-mana, tanpa batas. Hamba
tidak dapat melihat akhir, pertengahan maupun awal di dalam Diri Anda.
Penjelasan
Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan Beliau tidak terbatas
karena itu segala sesuatu dapat dilihat melalui Beliau.
11.17
kirīṭinaḿ gadinaḿ
cakriṇaḿ ca
tejo-rāśiḿ sarvato
dīptimantam
paśyāmi tvāḿ durnirīkṣyaḿ
samantād
dīptānalārka-dyutim aprameyam
kirīṭinam—dengan mahkota-mahkota;
gadinam—dengan gada-gada;
cakriṇam—dengan
cakracakra;
ca—dan;
dyutimatejaḥ-rāśim—sinar;
sarvataḥ—di
segala sisi;
dīpti-mantam—menyala;
paśyāmi—hamba melihat;
tvām—Anda;
durnirīkṣyam—sulit dilihat;
samantāt—di mana-mana;
dīpta-anala—api
yang menyala;
arka—dari matahari;
dyutim—sinar matahari;
aprameyam—tidak
dapat diukur.
Terjemahan
Bentuk Anda sulit dilihat karena cahaya-Nya yang menyilaukan, tersebar ke
segala sisi, seperti api yang menyala atau cahaya matahari yang tidak dapat
diukur. Namun hamba melihat bentuk ini yang bernyala di mana-mana dihiasi
dengan berbagai jenis mahkota, gada, dan cakra.
Tidak ad penjelasan.
11.18
tvām akṣaraḿ paramaḿ
veditavyaḿ
tvām asya viśvasya paraḿ
nidhānam
tvām avyayāḥ
śāśvata-dharma-goptā
sanātanas tvaḿ puruṣo mato
me
tvām—Anda;
akṣaram—yang tidak pernah gagal;
paramam—paling
utama;
veditavyam—harus dimengerti;
tvām—Anda;
asya—dari
ini;
viśvasya—alam semesta;
param—paling utama;
nidhanam—dasar;
tvām—Anda;
avyayāḥ—tidak dapat dimusnahkan;
śāśvata-dharma-goptā—Pemelihara
dharma yang kekal;
sanātanāḥ—kekal;
tvām—Anda;
puruṣaḥ—Kepribadian
Yang Paling Utama;
mataḥ me—inilah pendapat hamba.
Terjemahan
Anda adalah tujuan pertama yang paling utama. Andalah sandaran utama seluruh
jagat ini. Anda tidak dapat dimusnahkan, dan Andalah Yang Paling Tua. Andalah
Pemelihara dharma Yang kekal, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Inilah pendapat
hamba.
Tidak ada penjelasan.
11.19
anādi-madhyāntam
ananta-vīryam
ananta-bāhuḿ
śaśi-sūrya-netram
paśyāmi tvāḿ
dīpta-hutāśa-vaktraḿ
sva-tejasā viśvam idaḿ
tapantam
anādi—tidak berawal;
madhya—pertengahan;
antam—atau
akhir;
ananta—tidak terbatas;
vīryam—kebesaran;
ananta—tidak
terbatas;
bāhum—lengan-lengan;
śaśī—bulan;
sūrya—dan
matahari;
netram—mata;
paśyāmi—hamba melihat;
tvām—Anda;
dīpta—bernyala;
hutāśa-vaktram—api keluar dari mulut Anda;
sva-tejasā—oleh cahaya
Anda;
viśvam—alam semesta;
idam—ini;
tapantam—memanaskan.
Terjemahan
Anda tidak berawal, tidak ada masa pertengahan bagi Anda dan Anda tidak
berakhir. Kebesaran Anda tidak terhingga. Jumlah lengan Anda tidak terbilang.
Matahari dan bulan adalah mata Anda. Hamba melihat Anda dengan api yang
bernyala keluar dari mulut Anda, Anda sedang membakar seluruh jagat ini dengan
cahaya pribadi Anda.
Penjelasan
Luasnya enam jenis kehebatan yang dimiliki oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa tidak terhingga. Dalam ayat ini dan banyak ayat lain ada keterangan yang
diulangi, tetapi menurut Kitab Suci, mengulangi uraian tentang kebesaran
Krishna bukan kelemahan di bidang sastera. Dikatakan bahwa pada saat seseorang
kebingungan, terharu rasa kagum atau kebahagiaan rohani yang besar, pernyataan
diucapkan berulang kali. Itu bukan kelemahan.
11.20
dyāv ā-pṛthivyor idam
antaraḿ hi
vyāptaḿ tvayaikena diśaś ca
sarvāḥ
dṛṣṭvādbhutaḿ rūpam
ugraḿ tavedaḿ
loka-trayaḿ pravyathitaḿ
mahātman
dyau—dari antariksa;
ā-pṛthivyoḥ—sampai bumi;
idam—ini;
antaram—antara;
hi—pasti; vyap
tam—berada di mana-mana;
tvayā—oleh
Anda;
ekena—sendiri;
diśaḥ—arah-arah;
ca—dan;
sarvaḥ—semua;
dṛṣṭvā—dengan melihat;
adbhutam—ajaib;
rūpam—bentuk;
ugram—mengerikan;
tava—milik Anda;
idam—ini;
loka—susunan planet-planet;
trayam—tiga;
pravyathitam—digoyahkan;
mahā-ātman—o Yang Mulia.
Terjemahan
Walaupun Anda adalah satu, Anda berada di mana-mana di seluruh angkasa,
planet-planet dan antariksa antar planet-planet. O Kepribadian Yang Mulia
dengan melihat bentuk yang mengagumkan dan mengerikan ini, semua susunan planet
goyah.
Penjelasan
Dyav a-prthivyoh (ruang antara surga dan bumi") dan loka trayam (tiga
dunia") adalah kata-kata yang bermakna dalam ayat ini, sebab rupanya bukan
hanya Arjuna yang melihat bentuk semesta Tuhan, tetapi kepribadian-kepribadian
lain di planet yang lain juga melihat bentuk semesta itu. Ketika Arjuna melihat
bentuk semesta, itu bukan impian. Semua kepribadian yang telah dianugerahi
penglihatan rohani oleh Krishna melihat bentuk semesta itu di medan perang.
11.21
amī hi tvāḿ sura-sańghā
viśanti
kecid bhītāḥ prāñjalayo
gṛṇanti
svastīty uktvā
maharṣi-siddha-sańghāḥ
stuvanti tvāḿ stutibhiḥ
puṣkalābhiḥ
amī—semua itu;
hi—pasti;
tvām—Anda;
sura-sańghāḥ—kelompok-kelompok
dewa;
viśanti—masuk;
kecit—beberapa diantaranya;
bhītāḥ—karena
rasa takut;
prāñjalayaḥ—dengan mencakupkan tangan;
gṛṇanti—mempersembahkan
doa-doa pujian;
svasti—segala kedamaian;
iti—demikian;
uktvā—berkata;
mahā-ṛṣi—para resi-resi yang mulia;
siddha-sańghāḥ—makhluk-makhluk
yang sempurna;
stuvanti—menyanyi doa-doa pujian;
tvām—kepada
Anda;
stutibhiḥ—dengan doa-doa pujian;
puṣkalābhiḥ—mantera-mantera
Veda.
Terjemahan
Semua kelompok dewa menyerahkan diri di hadapan Anda dan masuk ke dalam diri
Anda. Beberapa di antaranya sangat ketakutan dan mereka mempersembahkan doa
pujian sambil mencakupkan tangannya. Banyak resi yang mulia dan makhluk-makhluk
yang sempurna yang sedang berseru, Semoga ada segala kedamaian!" sedang
berdoa kepada Anda dengan menyanyikan mantra-mantra Veda.
Penjelasan
Para dewa di semua susunan planet takut terhadap manifestasi bentuk semesta
yang mengerikan dengan cahaya-Nya yang menyilaukan. Karena itu, mereka berdoa
untuk mohon perlindungan.
11.22
rudrādityā vasavo ye ca
sādhyā
viśve 'śvinau marutaś
coṣmapāś ca
gandharva-yakṣāsura-siddha-sańghā
vīkṣante tvāḿ vismitāś
caiva sarve
rudra—perwujudan-perwujudan Dewa Siva;
ādityāḥ—para
Āditya;
vāsavaḥ—para Vasu;
ye—semua itu;
ca—dan;
sādhyāḥ—para
Sadhya;
viśve—para
Viśvedeva;
aśvinau—kedua
Aśvinī-kumāra;
mārutaḥ—para Marut;
ca—dan;
uṣma-pāḥ—para leluhur;
ca—dan;
gandharva—para Gandharva;
yakṣa—para Yaksa;
asura—para
asura
dan tujuan-tujuan yang jahat;
siddha—dan dewa-dewa yang sempurna;
sańghāḥ—sidang-sidang;
vīkṣante—sedang menatap;
tvām—Anda;
vismitāḥ—dengan rasa
kagum;
ca—juga;
evā—pasti;
sarve—semua.
Terjemahan
Segala manifestasi dari Dewa siva, para Āditya, para Vasu, para Sadhya, para
Visvedeva, dua Asvi, para Marut, para leluhur, para Gandharva, para Yaksa, para
Asura dan dewa-dewa yang sempurna memandang Anda dengan rasa kagum.
Tidak ada penjelasan.
11.23
rūpaḿ mahat te
bahu-vaktra-netraḿ
mahā-bāho bahu-bāhūru-pādam
bahūdaraḿ
bahu-daḿṣṭrā-karālaḿ
dṛṣṭvā lokāḥ pravyathitās
tathāham
rūpam—bentuk;
mahat—mulia sekali;
te—milik Anda;
bahu—banyak;
vaktra—muka-muka;
netram—dan mata;
mahā-bāho—o Kepribadian
yang berlengan perkasa;
bahu—banyak;
bāhu—lengan-lengan;
ūru—paha;
padam—dan kaki;
bahu-udaram—banyak perut;
bahu-daḿṣṭrā—banyak
gigi;
karālam—mengerikan;
dṛṣṭvā—melihat;
lokaḥ—semua
planet;
pravyathitāḥ—digoyahkan;
tathā—seperti itu juga;
aham—hamba.
Terjemahan
O Kepribadian yang berlengan perkasa, semua planet dengan dewa-dewanya goyah
ketika melihat bentuk Anda yang maha agung, dengan banyak muka, mata, lengan,
paha, kaki, dan perutnya, dan banyak gigi Anda yang mengerikan; karena itu,
mereka goyah, dan hamba juga goyah.
Tidak ada penjelasan.
11.24
nabhaḥ-spṛśaḿ dīptam
aneka-varṇaḿ
vyāttānānāḿ
dīpta-viśāla-netram
dṛṣṭvā hi tvāḿ
pravyathitāntar-ātmā
dhṛtiḿ na vindāmi śamaḿ ca
viṣṇo
nabhaḥ-spṛśam—menyentuh langit;
dīptam—bernyala;
aneka—banyak;
varṇam—warna;
vyātta—terbuka;
ānānām—mulut-mulut;
dīpta—menyala;
viśāla—mulia sekali;
netram—mata;
dṛṣṭvā—melihat;
hi—pasti;
tvām—Anda;
pravyathita—goyah;
antaḥ—di dalam;
ātmā—roh;
dhṛtim—sikap mantap;
na—tidak;
vindāmi—hamba mempunyai;
samām—ketenangan
pikiran;
ca—juga;
viṣṇo—o Sri Visnu.
Terjemahan
O Visnu yang berada di mana-mana, ketika hamba melihat Anda dengan berbagai
warna Anda yang bercahaya dan menyentuh langit, mulut-mulut Anda yang terbuka
lebar dan mata Anda yang besar dan menyala, pikiran hamba goyah karena rasa
takut. Hamba tidak dapat memelihara sikap mantap maupun keseimbangan pikiran
lagi.
Tidak ada penjelasan.
11.25
daḿṣṭrā-karālāni ca te
mukhāni
dṛṣṭvaiva
kālānala-sannibhāni
diśo na jāne na labhe ca
śarma
prasīda deveśa jagan-nivāsa
daḿṣṭrā—gigi;
karālāni—mengerikan;
ca—juga;
te—milik
Anda;
mukhāni—wajah-wajah;
dṛṣṭvā—dengan melihat;
evā—demikian;
kāla-anala—api kematian;
sannibhāni—seolah-olah;
diśaḥ—arah-arah;
na—tidak;
jāne—hamba mengetahui;
na—tidak;
labhe—hamba
memperoleh;
ca—dan;
śarma—karunia;
prasīda—berpuas hati;
deva-īśa—o
Penguasa semua dewa;
jagat-nivāsa—o Pelindung dunia-dunia.
Terjemahan
O Penguasa para dewa, Pelindung dunia-dunia, mohon memberi karunia kepada
hamba. Hamba tidak dapat memelihara keseimbangan ketika melihat Anda seperti
ini dengan wajah-wajah Anda yang menyala seperti maut dan gigi yang mengerikan.
Di segala arah hamba kebingungan.
Tidak ada penjelasan.
11.26-27
amī ca tvāḿ
Dhṛtarāṣṭrasya putrāḥ
sarve
sahaivāvani-pāla-sańghaiḥ
bhīṣmo droṇaḥ sūta-putras
tathāsau
sahāsmadīyair api
yodha-mukhyaiḥ
vaktrāṇi te tvaramāṇā
viśanti
daḿṣṭrā-karālāni
bhayānakāni
kecid vilagnā daśanāntareṣu
sandṛśyante cūrṇitair
uttamāńgaiḥ
amī—yang ini;
ca—juga;
tvām—Anda;
dhṛtarāṣṭrasya—milik
Dhṛtarāṣṭra;
putrāḥ—para putera;
sarve—semua;
saha—dengan;
evā—memang;
avani-pāla—para raja kesatria;
sańghaiḥ—kelompok-kelompok;
bhīṣmaḥ—Bhīṣmadeva;
dronaḥ—Dronacarya;
sūta-putraḥ—
Karṇa;
tathā—juga;
asau—itu;
saha—dengan;
asmadīyaiḥ—milik
kita;
api—juga;
yodha-mukhyaiḥ—pemimpin-pemimpin para kesatria;
vaktrāṇi—mulut-mulut;
te—milik Anda;
tvaramāṇāḥ—lari;
viśanti—masuk;
daḿṣṭrā—gigi;
karālāni—mengerikan;
bhayānakāni—sangat menakutkan;
kecit—beberapa
diantaranya;
vilagnāḥ—menjadi terikat;
daśana-antareṣu—antara
gigi;
sandṛśyante—dilihat;
cūrṇitaiḥ—dengan yang dihancurkan;
uttama-ańgaiḥ—kepala-kepala.
Terjemahan
Semua putera Dhṛtarāṣṭra, bersama raja-raja yang bersekutu dengan mereka,
Bhīṣma, Drona, Karṇa dan—semua pemimpin kesatria di pihak kita—lari masuk ke
dalam mulut-mulut Anda yang mengerikan. Hamba melihat beberapa di antaranya
tersangkut dengan kepala-kepalanya hancur di antara gigi-gigi Anda.
Penjelasan
Dalam ayat tujuh, Krishna telah berjanji untuk memperlihatkan hal-hal yang
akan sangat menarik hati Arjuna. Sekarang Arjuna melihat bahwa para pemimpin
pihak lawan (Bhīṣma, Drona, Karṇa dan semua putera Dhṛtarāṣṭra ) berikut
tentaranya dan tentara Arjuna sendiri semua sedang dihancurkan. Ini menunjukkan
bahwa sesudah hampir semua orang yang telah berkumpul di Kuruksetra mati,
Arjuna akhirnya akan menang. Juga disebutkan di sini bahwa Bhīṣma, yang diduga
tidak dapat dikalahkan, juga akan dihancurkan. Demikian pula Karṇa. Bahkan
hanya kesatria-kesatria yang mulia di pihak lawan seperti Bhīṣma yang akan
dihancurkan, tetapi beberapa kesatria besar di pihak Arjuna juga akan
dihancurkan.
11.28
yathā nadīnāḿ bahavo
'mbu-vegāḥ
samudram evābhimukhā dravanti
tathā tavāmī nara-loka-vīrā
viśanti vaktrāṇy
abhivijvalanti
yathā—bagaikan;
nadīnām—dari sungai-sungai;
bahavah—banyak;
ambu-vegāḥ—ombak-ombak dalam air;
samudram—lautan;
evā—pasti;
abhimukhāḥ—menuju;
dravanti—meluncur;
tathā—seperti itu
pula;
tavā—milik Anda;
amī—semua ini;
nara-loka-vīrāḥ—raja-raja
masyarakat manusia;
viśanti—masuk;
vaktrāṇi—mulut-mulut;
abhivijvalanti—dan
menyala.
Terjemahan
Bagaikan ombak-ombak banyak sungai mengalir ke dalam lautan, seperti itu
pula semua kesatria yang hebat ini menyala dan masuk ke dalam mulut-mulut Anda.
Tidak ada penjelasan.
11.29
yathā pradīptaḿ jvalanaḿ patańgā
viśanti nāśāya
samṛddha-vegāḥ
tathāiva nāśāya viśanti lokās
tavāpi vaktrāṇi
samṛddha-vegāḥ
yathā—bagaikan;
pradīptam—menyala;
jvalanam—api;
patańgāḥ—kupu-kupu;
viśanti—masuk;
nāśāya—untuk dihancurkan;
samṛddha—dengan
penuh;
vegāḥ—kecepatan;
tathā evā—seperti itu pula;
nāśāya—untuk
dihancurkan;
viśanti—masuk;
lokaḥ—semua orang;
tavā—milik
Anda;
api—juga;
vaktrāṇi—mulut-mulut;
samṛddhavegāḥ—dengan
kecepatan penuh.
Terjemahan
Hamba melihat semua orang lari dengan kecepatan penuh ke dalam mulut-mulut
Anda, bagaikan kupukupu yang terbang menuju kehancuran di dalam api yang
menyala.
Tidak ada penjelasan.
11.30
lelihyase grasamānaḥ
samantāl
lokān samagrān vādān air
jvaladbhiḥ
tejobhir āpūrya jagat
samagraḿ
bhāsas tavogrāḥ pratapanti
viṣṇo
lelihyase—Anda menjilat;
grasamānaḥ—menelan;
samantāt—segala
arah;
lokān—orang;
samagrān—semua;
vādān aiḥ—oleh
mulut-mulut;
jvaladbhiḥ—yang mengeluarkan banyak api;
tejobhiḥ—oleh
cahaya; apurya—menutupi;
jagat—alam semesta;
samagram—semua;
bhāsaḥ—sinar-sinar;
tava—milik Anda;
ugrāḥ—mengerikan;
pratapanti—menganguskan;
viṣṇo—o Tuhan Yang Maha Esa yang berada di mana-mana.
Terjemahan
O Visnu, hamba melihat Anda menelan semua orang dari segala sisi dengan
mulut-mulut Anda yang mengeluarkan banyak api. Anda menutupi seluruh alam
semesta dengan cahaya Anda, Anda terwujud dengan sinar-sinar yang mengerikan
dan menganguskan.
Tidak ada penjelasan.
11.31
ākhyāhi me ko bhavān
ugra-rūpo
namo 'stu te deva-vara
prasīda
vijñātum icchāmi bhavāntam
ādyaḿ
na hi prajānāmi tava
pravṛttim
ākhyāhi—mohon menjelaskan;
me—kepada hamba;
kaḥ—siapa;
bhavān—Anda;
ugra-rūpaḥ—bentuk yang ganas;
namaḥ astu—sembah
sujud;
te—kepada Anda;
deva-vara—o Kepribadian yang mulia di
kalangan para dewa;
prasīda—memberi karunia;
vijñātum—mengenal;
icchāmi—hamba
ingin;
bhavāntam—Anda;
ādyam—yang asli;
na—tidak;
hi—pasti;
prajānāmi—hamba mengetahui;
tavā—milik Anda;
pravṛttim—maksud.
Terjemahan
O Penguasa semua dewa, yang mempunyai bentuk yang begitu ganas, mohon
beritahukan kepada hamba siapa Anda. Hamba bersujud kepada Anda; mohon memberi
karunia kepada hamba. Anda adalah Tuhan Yang Maha Esa yang asli. Hamba ingin
mengetahui tentang Anda, sebab hamba tidak mengetahui apa maksud Anda.
Tidak ada penjelasan.
11.32
śrī-bhagavān uvāca
kālo 'smi loka-kṣaya-kṛt
pravṛddho
lokān samāhartum iha
pravṛttaḥ
ṛte 'pi tvāḿ na
bhaviṣyanti sarve
ye 'vasthitāḥ pratyanīkeṣu
yodhāḥ
Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda;
kālaḥ—waktu;
asmi—Aku adalah;
loka—terhadap dunia-dunia;
kṣaya-kṛt—yang
membinasakan;
pravṛddhaḥ—mulia;
lokān—semua orang;
samāhartum—dalam
menghancurkan;
iha—di dunia ini;
pravṛddhaḥ—sibuk;
ṛte—tanpa
kecuali;
api—pun;
tvām—engkau;
na—tidak pernah;
bhaviṣyanti—akan
menjadi;
sarve—semua;
ye—yang;
avasthitāḥ—berada;
prati-anīkeṣu—di
pihak-pihak yang saling melawan;
yodhāḥ—tentara.
Terjemahan
Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Aku adalah waktu, Penghancur besar
dunia-dunia, dan Aku datang ke sini untuk menghancurkan semua orang. Kecuali
kalian [para Pandava], semua kesatria di sini dari kedua belah pihak akan
terbunuh.
Penjelasan
Walaupun Arjuna mengetahui bahwa Krishna adalah kawannya dan bahwa Krishna
adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dia dibingungkan oleh berbagai bentuk
yang diperlihatkan oleh Krishna. Karena itu, dia bertanya lebih lanjut tentang
maksud yang sebenarnya yang dibawa oleh kekuatan yang menghancurkan. Dalam Veda
dinyatakan bahwa Kebenaran Yang Paling Utama menghancurkan segala sesuatu,
bahkan sampai para brahmaṇā sekalipun. Sebagaimana dinyatakan dalam Katha
Upanisad (1.2.25).
yasya brahma ca kṣatraḿ ca
ubhe bhavata odanaḥ
mṛtyur yasyopasecanaḿ
ka itthā veda yatra saḥ
Akhir semua brahmaṇā, ksatriya dan semua orang lain ditelan seperti makanan
oleh Yang Mahakuasa. Bentuk Tuhan Yang Maha Esa ini adalah raksasa yang menelan
segala sesuatu. Di sini Krishna mewujudkan Diri-Nya dalam bentuk waktu yang
menelan segala sesuatu. Kecuali beberapa Pandava, semua orang yang hadir di
medan perang itu akan ditelan oleh Beliau.
Arjuna tidak menyetujui pertempuran. Dia berpikir lebih baik tidak
bertempur; dan dengan cara demikian rasa frustrasi tidak akan dialami. Sebagai
jawaban, Krishna menyatakan bahwa kalaupun Arjuna tidak bertempur, semuanya
tetap akan dihancurkan, sebab itulah rencana Krishna. Kalau Arjuna berhenti
bertempur, mereka akan mati dengan cara yang lain. Kematian tidak dapat
dihalang-halangi, meskipun Arjuna tidak bertempur. Sebenarnya, mereka sudah
mati. Waktu adalah kemusnahan, dan semua manifestasi akan dimusnahkan atas
kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Itulah hukum alam.
11.33
tasmāt tvām uttiṣṭha yaśo
labhasva
jitvā śatrūn bhuńkṣva
rājyaḿ samṛddham
mayā ivaite nihatāḥ pūrvam
eva
nimitta-mātraḿ bhava
savya-sācin
tasmāt—karena itu;
tvām—engkau;
uttiṣṭha—bangun;
yaśaḥ—kemasyhuran;
labhasva—keuntungan;
jitvā—menaklukkan;
śatrūn—musuh;
bhuńkṣva—menikmati;
rājyam—kerajaan;
samṛddham—makmur;
mayā—oleh-Ku;
eva—pasti;
ete—semua ini;
nihatāḥ—dibunuh;
pūrvam eva—oleh sesuatu
yang sudah diatur sebelumnya;
nimitta-mātram—hanya menyebabkan;
bhava—menjadi;
savya-sācin—wahai Savyasaci.
Terjemahan
Karena itu, bangunlah. Siap-siap untuk bertempur dan merebut kemashyuran.
Kalahkanlah musuhmu dan menikmati kerajaan yang makmur. Mereka sudah dibunuh
oleh apa yang telah Kuatur, dan engkau hanya dapat menjadi alat dalam
pertempuran, wahai Savyasaci.
Penjelasan
Savyasacin berarti orang yang ahli sekali memanaḥ di medan perang. Jadi
Arjuna disebut kesatria yang ahli dan sanggup memanaḥ untuk membunuh musuhnya.
Jadilah alat": nimitta-mātram. Kata ini sangat bermakna. Seluruh dunia
bergerak menurut rencana Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang bodoh yang
kekurangan pengetahuan menganggap alam bergerak tanpa rencana dan bahwa semua
manifestasi hanya dibentuk secara kebetulan saja. Ada banyak orang yang hanya
namanya saja ahli ilmu pengetahuan yang mengusulkan bahwa dunia mungkin seperti
ini atau mungkin seperti itu. Tetapi dunia ini tidak mungkin terwujud dengan
cara barangkali" dan mungkin." Ada rencana khusus yang sedang
dilaksanakan di dunia material. Apa rencana itu? Manifestasi alam semesta ini
adalah kesempatan yang diberikan kepada roh-roh yang terikat untuk pulang,
kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selama roh-roh terikat mempunyai nafsu
untuk berkuasa yang menyebabkan mereka berusaha menguasai alam material, mereka
tetap diikat. Tetapi siapapun yang dapat mengerti rencana Tuhan Yang Maha Esa
dan mengembangkan kesadaran Krishna adalah orang yang paling cerdas. Ciptaan
dan peleburan manifestasi alam semesta berjalan di bawah bimbingan utama Tuhan
Yang Maha Esa. Jadi, pertempuran dalam perang Kuruksetra berjalan menurut
rencana Tuhan. Arjuna menolak bertempur, tetapi dia diberitahukan bahwa dia
harus bertempur sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Dengan cara
demikian, dia akan berbahagia. Kalau seseorang sadar akan Krishna sepenuhnya dan
kehidupannya dipersembahkan dalam pengabdian rohani kepada Tuhan, ia sempurna.
11.34
droṇaḿ ca bhīṣmaḿ ca
jayadrathaḿ ca
karṇaḿ tathānyān api
yodha-vīrān
mayā hatāḿs tvaḿ jahi mā
vyathiṣṭhā
yudhyasva jetāsi raṇe
sapatnān
droṇam ca—juga Drona;
Bhīṣmam ca—juga
Bhīṣma;
jayadrathamca—juga Jayadratha;
karṇam—
Karṇa;
tathā—juga;
anyān—lain-lain;
api—pasti;
yodha-vīrān—kesatria-kesatria
yang berwibawa;
mayā—oleh-Ku;
hatān—sudah dibunuh;
tvām—engkau;
jahi—membinasakan;
mā—jangan;
vyathiṣṭhāḥ—merasa goyah;
yudhyasva—hanya bertempur;
jetā asi—engkau akan menang;
raṇe—dalam
pertempuran;
sapatnān—musuh.
Terjemahan
Drona, Bhīṣma, Jayadratha, Karṇa dan kesatria-kesatria besar lainnya sudah
Kuhancurkan. Karena itu, bunuhlah mereka dan jangan merasa goyah. Bertempur
saja, dan engkau akan memusnahkan musuh-musuhmu dalam pertempuran.
Penjelasan
Setiap rencana dibuat oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa begitu murah hati dan penuh karunia kepada para
penyembah-Nya sehingga Beliau memberi penghargaan kepada para penyembahnya yang
melaksanakan rencana-Nya yang menurut kehendak-Nya. Karena itu, kehidupan harus
bergerak dengan cara sedemikian rupa supaya semua orang bertindak dalam
kesadaran Krishna dan mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa melalui
perantara seorang guru kerohanian. Rencana-rencana Tuhan Yang Maha Esa
dimengerti atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, dan rencana-rencana para penyembah
sebaik rencana-rencana Tuhan Yang Maha Esa. Sebaiknya orang mengikuti
rencana-rencana itu dan berjaya dalam perjuangan hidup.
11.35
sañjaya uvāca
etac chrutvā vacanaḿ
keśavasya
kṛtāñjalir vepamānaḥ kirītī
namaskṛtvā bhūya evāha
kṛṣṇaḿ
sa-gadgadaḿ bhīta-bhītaḥ
praṇamya
sañjayaḥ uvāca—Sañjaya berkata;
etat—demikian;
śrutvā—mendengar;
vacanam—sabda;
keśavasya—dari Krishna;
kṛta-añjaliḥ—dengan
mencakupkan tangan;
vepamānaḥ—gemetar;
kirītī—
Arjuna;
namaskṛtvā—bersujud;
bhūyaḥ—lagi;
evā—juga;
āha—berkata;
kṛṣṇam—kepada
Krishna;
sa-gadgadam—dengan suara yang tersendat-sendat;
bhīta-bhītaḥ—penuh
rasa takut;
praṇamya—bersujud.
Terjemahan
Sañjaya berkata kepada Dhṛtarāṣṭra : Wahai Baginda Raja , sesudah
mendengar kata-kata ini dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Arjuna yang
sedang gemetar menghaturkan sembah sujud berulangkali dengan mencakupkan
tangannya. Hati Arjuna penuh rasa takut dan dia berkata kepada Sri Krishna dengan
suara yang tersendat-sendat, sebagai berikut.
Penjelasan
Sebagaimana sudah kami jelaskan, oleh karena keadaan yang diciptakan oleh
bentuk semesta Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Arjuna kebingungan karena
tergugah rasa kagum. Karena itu, Arjuna mulai bersujud dengan hormat kepada
Krishna berulang kali, kemudian dengan suara tersendat dia mulai berdoa, bukan
sebagai kawan, tetapi sebagai seorang penyembah yang merasa kagum.
11.36
Arjuna uvāca
sthāne hṛṣīkeśa tava
prakīrtyā
jagat prahṛṣyaty anurajyate
ca
rakṣāḿsi bhītāni diśo
dravanti
sarve namasyanti ca
siddha-sańghāḥ
Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata;
sthāne—patut;
hṛṣīka-īśa—Penguasa
semua indera;
tavā—milik Anda;
prakīrtyā—oleh kebesaran;
jagat—seluruh
dunia;
prahṛṣyati—merasa riang;
anurajyate—menjadi terikat;
ca—dan;
rakṣāḿsi—raksasa-raksasa;
bhītāni—karena takut;
diśaḥ—ke
segala penjuru;
dravanti—lari;
sarve—semua;
namasyanti—bersujud;
ca—juga;
siddha sańghāḥ—manusia yang sempurna.
Terjemahan
Arjuna berkata: O Penguasa indera-indera, dunia menjadi riang dengan
mendengar nama Anda, dan dengan demikian semua orang menjadi terikat kepada
Anda. Kendatipun makhluk-makhluk sempurna bersujud kepada Anda dengan hormat,
para raksasa ketakutan sehingga mereka lari ke sana ke mari. Segala hal ini
memang patut terjadi.
Penjelasan
Sesudah Arjuna mendengar dari Krishna tentang hasil Perang Kuruksetra ,
Arjuna dibebaskan dari kebodohan, dan sebagai seorang penyembah yang mulia dan
kawan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dia mengatakan bahwa segala sesuatu yang
dilakukan oleh Krishna memang pantas. Arjuna membenarkan bahwa Krishna adalah
pemelihara dan tujuan sembah yang bagi para penyembah dan pembinasa segala hal
yang tidak diinginkan. Perbuatan Krishna baik secara merata bagi semua orang.
Di sini Arjuna mengerti bahwa pada waktu perang Kuruksetra sedang
diselesaikan, di antariksa ada banyak dewa, siddha, dan cendekiawan dari
planet-planet yang lebih tinggi yang hadir dan sedang meninjau pertempuran
karena Krishna hadir disana. Pada waktu Arjuna melihat bentuk semesta Tuhan,
para dewa senang melihat bentuk itu, tetapi oknum-oknum yang lain, yaitu orang
jahat dan orang yang tidak percaya kepada Tuhan, tidak tahan bila Tuhan dipuji.
Sewajarnya mereka takut terhadap bentuk Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang
menghancurkan segala sesuatu, karena itu mereka lari. Arjuna memuji cara
Krishna memperlakukan para penyembah dan orang yang tidak percaya kepada Tuhan.
Dalam segala keadaan seorang penyembah memuji kebesaran Tuhan, sebab ia
mengetahui apapun yang dilakukan oleh Krishna dilakukan demi kesejahteraan
semua orang.
11.37
kasmāc ca te na nameran
mahātman
garīyase brahmaṇo 'py
ādi-kartre
ananta deveśa jagan-nivāsa
tvām akṣaraḿ sad-asat tat
paraḿ yat
kasmāt—mengapa;
ca—juga;
te—kepada Anda;
na—tidak;
nameran—seyogyanya mereka bersujud secara layak;
mahā-ātman—o
Kepribadian yang mulia;
garīyase—yang lebih baik;
brahmaṇaḥ—daripada
Brahma;
api—walaupun;
ādi-kartre—kepada Pencipta yang paling
utama;
ananta—o Yang tidak terhingga;
deva-īśa—o Tuhan yang
disembah oleh semua dewa;
jagat-nivāsa—o Pelindung alam semesta;
tvām—Anda
adalah;
akṣaram—tidak dapat dimusnahkan;
sat-asat—menyebabkan
dan melaksanakan; tat
param—melampaui;
yat—karena.
Terjemahan
O Yang Mahabesar, lebih tinggi daripada Brahma, Anda adalah Pencipta yang
asli. Karena itu, bukankah seyogyanya mereka bersujud dengan hormat kepada
Anda? O Kepribadian yang tidak terhingga, Tuhan yang disembah oleh semua dewa,
Pelindung alam semesta! Anda adalah sumber yang tidak dapat dikalahkan, sebab
segala sebab, Yang melampaui manifestasi alam material ini.
Penjelasan
Dengan bersujud seperti itu, Arjuna menunjukkan bahwa Krishna patut disembah
oleh semua orang. Krishna berada di mana-mana dan Krishna adalah Roh Yang Utama
bagi setiap roh. Arjuna menyebut Krishna dengan kata mahatma, yang berarti
Krishna sangat murah hati dan tidak terhingga. Ananta berarti tiada sesuatupun
yang tidak ditutupi oleh pengaruh dan tenaga Tuhan Yang Maha Esa, dan devesa
berarti Krishna mengendalikan semua dewa dan berada di atas semuanya. Krishna
adalah Pelindung alam semesta. Arjuna juga berpikir memang patut semua makhluk
hidup dan dewa-dewa yang perkasa bersujud kepada Krishna, sebab tiada
seorangpun yang lebih agung daripada Krishna. Arjuna khususnya menyebutkan
bahwa Krishna lebih agung daripada Brahma, sebab Brahma diciptakan oleh
Krishna. Brahma dilahirkan dari tangkai bunga padma yang keluar dari pusar
Garbhodakakasayi Visnu. Garbhodakakasayi Visnu adalah penjelmaan yang berkuasa
penuh dari Krishna. Siva dilahirkan dari Brahma. Karena itu, Brahma, Siva dan
semua dewa lainnya harus bersujud dengan hormat kepada Krishna. Dalam
Srimad-Bhagavatam dinyatakan bahwa Krishna dihormati oleh Dewa Siva dan Brahma
dan dewa-dewa lainnya. Kata akṣaramsangat bermakna karena ciptaan material
mengalami peleburan tetapi Krishna berada di atas ciptaan material ini. Krishna
adalah sebab segala sebab. Karena itu, kedudukan Krishna lebih tinggi daripada
semua roh yang terikat di dalam alam material ini dan juga lebih tinggi
daripada manifestasi alam semesta material sendiri. Karena itu, Krishna adalah
Yang Mahakuasa dan Mahabesar.
11.38
tvām ādi-devaḥ puruṣaḥ
purāṇas
tvām asya viśvasya paraḿ
nidhānam
vettāsi vedyaḿ ca paraḿ ca
dhāma
tvayā tataḿ viśvam
ananta-rūpa
tvām—Anda;
ādi-devaḥ—Tuhan Yang Maha Esa yang asli;
puruṣaḥ—Kepribadian;
purāṇaḥ—tua;
tvām—Anda;
asya—dari ini;
viśvasya—alam
semesta;
param—rohani dan melampaui hal-hal duniawi;
nidhanam—Pelindung;
vettā—Yang mengetahui;
asi—Anda adalah;
vedyam—yang dapat
diketahui;
ca—dan;
param—melampaui;
ca—dan;
dhāma—Pelindung;
tvayā—oleh Anda;
tatam—berada di mana-mana;
viśvam—alam
semesta;
ananta-rūpa—o bentuk yang tidak terhingga.
Terjemahan
Anda adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Yang paling tua, Pelindung
utama alam semesta yang terwujud. Andalah Yang Mahatahu, dan Andalah segala
sesuatu yang dapat diketahui. Andalah Pelindung Tertinggi, Anda berada di atas
sifat-sifat material. O bentuk yang tidak terhingga! Anda berada di mana-mana
di seluruh manifestasi alam semesta ini!
Penjelasan
Segala sesuatu bersandar kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu,
Beliau adalah sandaran yang paling utama. Nidhanam berarti segala sesuatu,
termasuk cahaya Brahman, bersandar kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa,
Krishna. Krishna mengetahui segala sesuatu yang sedang terjadi di dunia ini dan
kalau pengetahuan mempunyai tujuan, Krishna adalah tujuan segala pengetahuan.
Karena itu, Krishna adalah yang diketahui dan yang dapat diketahui. Krishna
adalah obyek pengetahuan karena Krishna berada di mana-mana. Oleh karena
Krishna adalah Penyebab di dunia rohani, Krishna bersifat rohani dan malampaui
dunia ini. Krishna juga Kepribadian Yang Paling Utama di dunia rohani.
11.39
vāyur yamo 'gnir varuṇaḥ
śaśāńkaḥ
prajāpatis tvaḿ prapitāmahaś
ca
namo namas te 'stu
sahasra-kṛtvaḥ
punaś ca bhūyo 'pi namo namas
te
vāyuḥ—udara;
yamaḥ—yang mengendalikan;
agniḥ—api;
varuṇaḥ—air;
śaśa-ańkaḥ—bulan;
prajā-patiḥ—Brahma;
tvām—Anda;
prapitāmahaḥ—kakek
moyang;
ca—juga;
namaḥ—hamba bersujud;
namaḥ—sekali lagi
hamba bersujud;
te—kepada Anda;
astu—semoga ada;
sahasrakṛtvāh—seribu
kali; punah
ca—dan sekali lagi;
bhūyaḥ—lagi;
api—juga;
namaḥ—hamba
bersujud;
namaḥ te—hamba bersujud kepada Anda.
Terjemahan
Andalah udara, dan Andalah Yang Mahakuasa! Anda adalah api, Anda adalah air,
dan Anda adalah bulan! Anda adalah Brahma, makhluk hidup yang pertama, Anda
adalah kakek moyang semua makhluk. Karena itu hamba bersujud dengan hormat
kepada Anda seribu kali, kemudian berulang kali lagi.
Penjelasan
Di sini Krishna disebut udara karena udara adalah perwujudan terpenting
semua dewa, sebab udara berada di mana-mana. Arjuna juga menyebutkan Krishna
sebagai kakek moyang semua makhluk hidup karena Krishna adalah ayah Brahma,
makhluk hidup pertama di alam semesta.
11.40
namaḥ purastād atha
pṛṣṭhatas te
namo 'stu te sarvata eva
sarva
ananta-vīryāmita-vikramas
tvaḿ
sarvaḿ samāpnoṣi tato 'si
sarvaḥ
namaḥ—bersujud;
purastāt—dari depan;
atha—juga;
pṛṣṭhataḥ—dari
belakang;
te—kepada Anda;
namaḥ astu—hamba bersujud;
te—kepada
Anda;
sarvataḥ—dari semua sisi;
evā—memang;
sarva—karena
Andalah segala sesuatu;
ananta-vīrya—kekuatan yang tidak terhingga;
amita-vikramaḥ—dan
kekuatan yang tidak terhingga;
tvām—Anda;
sarvam—segala sesuatu;
samāpnoṣi—Anda
menutupi;
tataḥ—karena itu;
asi—Anda adalah;
sarvaḥ—segala
sesuatu.
Terjemahan
Hamba bersujud kepada Anda dari depan, dari belakang dan dari segala sisi! O
kekuatan yang tidak terbatas, Anda Penguasa kewibawaan yang tidak terhingga!
Anda berada di mana-mana, karena itu Andalah segala sesuatu!
Penjelasan
Arjuna bersujud dari segala sisi karena kebahagiaan cinta-bhakti kepada
Krishna, kawannya. Arjuna mengakui bahwa Krishna adalah Penguasa segala
kekuatan dan segala kewibawaan dan jauh lebih unggul daripada semua kesatria
yang telah berkumpul di medan perang. Dalam Visnu Purana (1.9.69) dinyatakan:
yo 'yaḿ tavāgato deva
samīpaḿ devatā-gaṇaḥ
sa tvām eva jagat-sraṣṭā
yataḥ sarva-gato bhavān
Siapapun yang datang di hadapan Anda, bahkan dewa sekalipun, Andalah yang
menciptakannya, o Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa."
11.41-42
sakheti matvā prasabhaḿ yad
uktaḿ
he kṛṣṇa he yādava he
sakheti
ajānatā mahīmānaḿ tavedaḿ
mayā pramādāt praṇayena vāpi
yac cāvahāsārtham asat-kṛto
'si
vihāra-śayyāsana-bhojaneṣu
eko 'tha vāpy acyuta
tat-samakṣaḿ
tat kṣāmaye tvām aham
aprameyam
sakhā—kawan;
iti—dengan demikian;
matvā—berpikir;
prasabham—terlalu
berani;
yat—apa pun;
uktam—dikatakan;
he kṛṣṇa—hai
Krishna;
he yādava—hai Yadava;
he sakhe—hai kawanku yang
tercinta;
iti—seperti itu;
ajānatā—tanpa mengetahui;
mahīmānam—kebesaran;
tavā—milik Anda;
idam—ini;
mayā—olehku;
pramādāt—karena
kebodohan;
praṇayena—karena cinta kasih;
vā api—atau;
yat—apa
pun;
ca—juga;
avahāsa-artham—karena bercanda;
asat-kṛtaḥ—dihina;
asi—Anda sudah;
vihāra—pada waktu istirahat;
śayyā—pada
waktu berbaring;
āsana—pada waktu duduk;
bhojaneṣu—atau sambil
makan bersama-sama;
ekaḥ—sendirian;
atha vā—atau;
api—juga;
acyuta—o Kepribadian yang tidak mungkin gagal;
tat-samakṣam—bersama
rekanrekan;
tat—semua itu;
kṣāmaye—minta maaf;
tvām—dari
Anda;
aham—hamba;
aprameyam—tidak dapat diukur.
Terjemahan
Oleh karena hamba menganggap Anda sebagai kawan, hamba terlalu berani dan
menyapa kepada Anda hai Krishna," hai Yadava," hai kawanku,"
tanpa mengetahui kebesaran Anda. Mohon mengampuni apapun yang sudah hamba
lakukan karena kebodohan atau karena cinta kasih. Berulang kali hamba kurang
hormat kepada Anda, bercanda pada waktu kita sedang istirahat, berbaring di
ranjang yang sama, duduk atau makan bersama-sama kadang-kadang sendirian, dan
kadang-kadang di depan banyak kawan. O Kepribadian yang tidak pernah gagal,
ampunilah segala kesalahan itu yang hamba lakukan.
Penjelasan
Walaupun Krishna berwujud di hadapan Arjuna dalam bentuk semesta-Nya, Arjuna
ingat hubungan persahabatannya dengan Krishna. Karena itu, Arjuna minta maaf
dan memohon supaya Krishna memaafkan semua gerak yang bersifat ramah dan tidak
menurut tata tertib yang timbul karena persahabatan. Arjuna mengakui bahwa
sebelumnya ia tidak mengetahui bahwa Krishna dapat mewujudkan Diri dalam bentuk
semesta seperti itu, kendatipun Krishna menjelaskan kenyataan itu sebagai kawan
Arjuna yang akrab. Arjuna tidak mengetahui berapa kali dia kurang hormat kepada
Krishna dengan menyapa hai kawanku," hai Krishna," hai Yadava, dan
sebagainya, tanpa mengakui kehebatan Krishna. Tetapi Krishna murah hati dan
penuh karunia sehingga walaupun Beliau mempunyai kehebatan seperti itu, Beliau
bermain bersama Arjuna sebagai kawan. Demikianlah hubungan cinta-bhakti rohani
yang timbal balik antara seorang penyembah dan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan
antara makhluk hidup dan Krishna mantap untuk selamanya; hubungan itu tidak
dapat dilupakan, sebagaimana kita lihat dari tingkah laku Arjuna. Walaupun
Arjuna sudah melihat kehebatan bentuk semesta, ia tidak dapat melupakan
hubungan persahabatannya dengan Krishna.
11.43
pitāsi lokasya carācarasya
tvām asya pūjyaś ca gurur
garīyān
na tvat-samo 'sty
abhyadhikaḥ kuto 'nyo
loka-traye 'py
apratima-prabhāva
pitā—ayah;
asi—Anda adalah;
lokasya—bagi seluruh dunia;
cara—bergerak;
acarasya—dan tidak bergerak;
tvām—Anda adalah;
asya—dari;
pūjyaḥ—patut disembah;
ca—juga;
guruḥ—guru;
garīyān—mulia;
na—tidak pernah;
tvat-samaḥ—sejajar dengan
Anda;
asti—ada;
abhyadhikaḥ—lebih agung;
kutaḥ—bagaimana
mungkin;
anyaḥ—lain;
loka-traye—dalam tiga susunan planet;
api—juga;
apratima-prabhāva—o kekuatan yang tidak dapat diukur.
Terjemahan
Anda adalah ayah seluruh manifestasi alam semesta ini, baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak. Anda adalah Pemimpin jagat yang patut disembah,
guru kerohanian yang paling utama. Tiada seorangpun yang sejajar dengan Anda,
dan tidak mungkin seseorang bersatu dengan Anda. Karena itu, bagaimana mungkin
ada seseorang yang lebih agung daripada Anda di dalam seluruh tiga dunia ini, o
Penguasa yang memiliki kekuatan yang tidak terhingga.
Penjelasan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, patut disembah ibarat seorang ayah
patut disembah oleh puteranya. Krishna adalah guru kerohanian, sebab pada
permulaan Krishna memberi pelajaran Veda kepada Brahma, dan saat ini Beliau
juga sedang memberi pelajaran Bhagavad-gita kepada Arjuna. Karena itu, Krishna
adalah guru kerohanian yang asli, dan guru kerohanian manapun yang dapat
dipercaya saat ini harus menjadi ahli waris pengetahuan rohani dalam garis
perguruan yang berasal dari Krishna. Kalau seseorang bukan utusan dari Krishna,
ia tidak dapat menjadi guru atau guru kerohanian untuk mengajarkan mata
pelajaran rohani yang melampaui hal-hal duniawi.
Sembah sujud dihaturkan kepada Krishna dalam segala hal. Kebesaran
Krishna tidak dapat diukur. Tidak mungkin ada seseorang yang lebih agung dari
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, sebab tiada seorang pun yang sejajar
atau lebih tinggi daripada Krishna dalam manifestasi manapun, baik rohani
maupun material. Semua orang di bawah Krishna. Tiada seorang pun yang dapat
melebihi Beliau. Ini dinyatakan dalam svetasvatara Upanisad (6.8):
na tasya kāryaḿ karaṇaḿ ca vidyāte
na tat-samaś cābhyadhikaś ca
dṛśyate
Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna mempunyai indera-indera dan badan seperti
manusia biasa, tetapi tidak ada perbedaan antara indera-indera, badan, pikiran
dan Diri Krishna. Orang bodoh yang belum mengenal Krishna secara sempurna
mengatakan bahwa Krishna berbeda dari roh, pikiran, hati Krishna dan segala
sesuatu yang lain yang dimiliki oleh Krishna. Krishna bersifat mutlak. Karena
itu, kegiatan dan kekuatan Krishna bersifat paling utama. Juga dinyatakan bahwa
walaupun Krishna tidak mempunyai indera-indera seperti kita, Beliau dapat
melaksanakan segala kegiatan indera-indera. Karena itu, indera-indera Krishna
tidak kurang sempurna dan tidak terbatas. Tiada seorangpun yang lebih agung
daripada Krishna, tiada seorangpun yang sejajar dengan Krishna, dan semua orang
lebih rendah daripada Krishna.
Pengetahuan, kekuatan, kegiatan, dan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
semua bersifat rohani. Sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gita (4.9):
janma karma ca me divyam
evaḿ yo vetti tattvataḥ
tyaktvā dehaḿ punar janma
naiti mām eti so 'rjuna
Siapapun yang mengenal badan, kegiatan dan kesempurnaan rohani Krishna, akan
kembali kepada Krishna setelah meninggalkan badannya dan dia tidak akan kembali
lagi ke dunia yang sengsara ini. Karena itu, kita harus mengetahui bahwa
kegiatan Krishna berbeda dari kegiatan orang biasa. Kebijaksanaan yang terbaik
adalah mengikuti prinsip-prinsip Krishna; mengikuti prinsip-prinsip itu akan
menyempurnakan diri kita. Juga dinyatakan bahwa tiada seorangpun di atas
Krishna; semua orang adalah pelayan Krishna. Dalam Caitanya caritamrta (Adi
5.142) dibenarkan, ekala isvara kṛṣṇa , ara saba bhrtya: Krishna adalah
Tuhan Yang Maha Esa dan semua orang adalah hamba Krishna. Semua orang mematuhi
perintah Krishna. Tiada seorangpun yang dapat mengabaikan perintah Krishna.
Semua orang bertindak menurut perintah Krishna, sebab semua orang berada di
bawah pengawasan Krishna. Sebagaimana dinyatakan dalam Brahma-samhita, Krishna
adalah sebab segala sebab.
11.44
tasmāt praṇamya praṇidhāya
kāyaḿ
prasādaye tvām aham īśam
īḍyam
piteva putrasya sakheva
sakhyuḥ
priyaḥ priyāyārhasi deva
soḍhum
tasmāt—karena itu;
praṇamya—bersujud;
praṇidhāya—berbaring;
kāyam—badan;
prasādaye—mohon karunia;
tvām—kepada Anda;
aham—hamba;
īśam—kepada Tuhan Yang Maha Esa;
īḍyam—patut disembah;
pitā
iva—seperti seorang ayah;
putrasya—dengan seorang putera;
sakhā iva—seperti
seorang kawan;
sakhyuḥ—dengan seorang kawan;
priyaḥ—seorang
kekasih;
priyāyāḥ—dengan yang paling tercinta;
arhasi—Anda
harus;
deva—Tuhan;
soḍhum—
membiarkan.
Terjemahan
Anda adalah Tuhan Yang Maha Esa yang patut disembah oleh setiap makhluk
hidup. Karena itu, hamba bersujud dengan hormat kepada Anda dan mohon karunia
Anda. Seperti halnya seorang ayah membiarkan keberanian puteranya, seorang
kawan membiarkan sikap kurang sopan dari kawannya, atau seorang isteri
membiarkan sikap akrab suaminya, mohon memaafkan kesalahan yang mungkin hamba
lakukan terhadap Anda.
Penjelasan
Para penyembah Krishna mempunyai berbagai hubungan dengan Krishna. Ada
penyembah yang memperlakukan Krishna sebagai putera, ada yang memperlakukan
Krishna sebagai suami, sebagai kawan, atau sebagai atasan. Krishna dan Arjuna
mempunyai hubungan persahabatan. Seperti halnya seorang ayah, seorang suami
atau atasan membiarkan tingkah laku orang yang dekat padanya, begitu pula
Krishna memaafkan tingkah laku para penyembah yang dekat pada-Nya.
11.45
adṛṣṭa-pūrvaḿ hṛṣito
'smi dṛṣṭvā
bhayena ca pravyathitaḿ mano
me
tad eva me darśaya deva
rūpaḿ
prasīda deveśa jagan-nivāsa
adṛṣṭa-pūrvam—belum pernah dilihat;
hṛṣitaḥ—berbahagia;
asmi—hamba
menjadi;
dṛṣṭvā—melihat;
bhayena—karena takut;
ca—juga;
pravyathitam—goyah;
manaḥ—pikiran;
me—milik hamba;
tat—itu;
evā—pasti;
me—kepada hamba;
darśaya—memperlihatkan;
deva—o
Tuhan Yang Maha Esa;
rūpam—bentuk;
prasīda—mohon karunia;
deva-īśa—o
Tuhan yang disembah oleh segala dewa;
jagat-nivāsa—o Pelindung alam
semesta.
Terjemahan
Sesudah melihat bentuk semesta ini yang belum pernah hamba lihat sebelumnya,
hamba berbahagia, tetapi pada waktu yang sama pikiran hamba goyah karena
ketakutan. Karena itu, mohon memberi karunia Anda kepada hamba dan sekali lagi
memperlihatkan bentuk Anda sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, o Tuhan
yang disembah oleh semua dewa, Pelindung alam semesta.
Penjelasan
Arjuna selalu terus terang di hadapan Krishna karena Arjuna adalah kawan
yang sangat dicintai. Seperti halnya seorang kawan yang sangat dicintai senang
melihat kehebatan kawannya, begitu pula Arjuna berbahagia sekali melihat bahwa
Krishna, kawannya, adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan dapat
memperlihatkan bentuk semesta yang begitu ajaib.
Tetapi pada waktu yang sama, setelah melihat bentuk semesta itu, Arjuna
takut bahwa ia telah melakukan begitu banyak kesalahan terhadap Krishna karena
persahabatannya yang murni. Jadi, pikiran Arjuna goyah karena rasa takut,
meskipun Arjuna tidak perlu merasa takut. Karena itu, Arjuna memohon agar
Krishna memperlihatkan bentuk-Nya sebagai Narayana, sebab Krishna dapat
mewujudkan Diri-Nya dalam bentuk apapun. Bentuk semesta tersebut bersifat
material dan sementara, seperti dunia material bersifat sementara. Tetapi di
planet-planet Vaikuntha, Krishna mempunyai bentuk rohani-Nya yang berlengan
empat sebagai Narayana. Ada planet-planet yang jumlahnya tidak dapat dihitung
di angkasa rohani, dan Krishna berada di tiap-tiap planet rohani ini melalui
perwujudan-perwujudannya yang berkuasa penuh yang mempunyai banyak nama. Karena
itu, Arjuna ingin melihat salah satu di antara bentuk-bentuk yang diwujudkan di
planet-planet Vaikuntha. Tentu saja di tiap-tiap planet Vaikuntha bentuk Narayana
berlengan empat, tetapi empat tangan-Nya memegang berbagai susunan empat
lambang kerang, gada, bunga padma dan cakra. Bentuk-bentuk Narayana diberi nama
menurut susunan empat lambang tersebut pada tangan-tangan Beliau. Semua bentuk
tersebut bersatu dengan Krishna; karena itu, Arjuna ingin melihat wujud Beliau
yang berlengan empat.
11.46
kirīṭinaḿ gadinaḿ
cakra-hastam
icchāmi tvāḿ draṣṭum ahaḿ
tathāiva
tenaiva rūpeṇa catur-bhujena
sahasra-bāho bhava
viśva-mūrte
kirīṭinam—dengan mahkota;
gadinam—dengan gada;
cakra-hastam—cakra
di tangan;
icchāmi—hamba ingin;
tvām—Anda;
draṣṭum—melihat;
aham—hamba;
tathā evā—dalam kedudukan itu;
tena evā—dalam
itu;
rūpeṇa—bentuk;
catuḥ-bhujena—berlengan empat;
sahasra-bāho—o
Kepribadian yang berlengan seribu;
bhava—mohon menjadi;
viśva-mūrte—o
bentuk semesta.
Terjemahan
O bentuk semesta, Tuhan Yang Maha Esa yang berlengan seribu, hamba ingin
melihat Anda dalam bentuk Anda yang berlengan empat, dengan mahkota pada kepala
Anda dan gada, cakra, kerang dan bunga padma pada tangantangan Anda. Hamba
ingin melihat Anda dalam bentuk itu.
Penjelasan
Dalam Brahma-samhita (5.39) dinyatakan, ramadi-murtisu kalaniyamena tisthan:
Krishna berada dalam beriburibu bentuk untuk selamanya, dan bentuk-bentuk utama
adalah bentuk-bentuk seperti Rāma, Nrsimha, Narayana, dan sebagainya. Jumlah
bentuk-bentuk tersebut tidak dapat dihitung. Tetapi Arjuna mengetahui bahwa
Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang asli, yang sedang
mewujudkan Diri dalam bentuk semesta-Nya yang bersifat sementara. Sekarang
Arjuna minta melihat bentuk Narayana, salah satu bentuk rohani. Ayat ini
membuktikan tanpa keragu-raguan apapun pernyataan dalam Srimad-Bhagavatam bahwa
Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang asli dan bahwa semua aspek
lain berasal dari Krishna. Krishna tidak berbeda dari penjelmaan-penjelmaan-Nya
yang berkuasa penuh. Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa dalam setiap bentuk-Nya
yang jumlahnya tidak dapat dihitung. Dalam segala bentuk tersebut, Krishna
segar bugar seperti seorang pemuda. Itulah ciri tetap Kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa. Orang yang mengenal Krishna segera dibebaskan dari segala pengaruh
dunia material.
11.47
śrī-bhagavān uvāca
mayā prasannena tavārjunedaḿ
rūpaḿ paraḿ darśitam
ātma-yogāt
tejo-mayā ḿ viśvam anantam
ādyaḿ
yan me tvad anyena na
dṛṣṭa-pūrvam
Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda;
mayā—oleh-Ku;
prasannena—dengan bahagia;
tavā—kepadamu;
Arjuna—wahai
Arjuna;
idam—ini;
rūpam—bentuk;
param—rohani;
darśitam—diperlihatkan;
ātma-yogāt—oleh kekuatan dalam dari Diri-Ku;
tejaḥ-mayamm—penuh
cahaya;
viśvam—seluruh alam semesta;
anantam—tidak terbatas;
ādyam—asli;
yat—itu yang;
me—milik-Ku;
tvat anyena—selain engkau;
na
dṛṣṭa-pūrvam—belum pernah ada orang yang melihat sebelumnya.
Terjemahan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Arjuna yang baik hati, atas
kekuatan dalam dari Diri-Ku, dengan senang hati bentuk semesta yang paling
utama di dunia material sudah Kuperlihatkan kepadamu. Sebelum engkau, belum
pernah ada orang yang melihat bentuk yang abadi ini, yang tidak terhingga dan
penuh cahaya yang menyilaukan.
Penjelasan
Arjuna ingin melihat bentuk semesta Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, Sri
Krishna, atas karunia-Nya yang tiada sebabnya kepada Arjuna sebagai
penyembah-Nya, memperlihatkan bentuk semesta-Nya yang penuh cahaya dan
kehebatan. Bentuk tersebut menyilaukan seperti matahari, dan banyak mukanya
berubah-ubah dengan cepat. Krishna memperlihatkan bentuk itu hanya untuk
memuaskan keinginan Arjuna sebagai kawan-Nya. Bentuk tersebut diwujudkan oleh
Krishna melalui tenaga dalam dari Diri-Nya, yang tidak terjangkau oleh
angan-angan manusia. Sebelum Arjuna, belum pernah ada orang yang melihat bentuk
semesta Krishna, tetapi oleh karena bentuk itu diperlihatkan kepada Arjuna,
penyembah-penyembah lain di planet-planet surga dan planet-planet lain di
antariksa juga melihat bentuk itu. Mereka belum pernah melihat bentuk semesta
tetapi karena Arjunalah mereka juga dapat melihat bentuk itu. Dengan kata lain,
semua penyembah Tuhan dalam garis perguruan dapat melihat bentuk semesta yang
diperlihatkan kepada Arjuna atas karunia Krishna. Ada orang yang mengatakan
bahwa bentuk tersebut juga diperlihatkan kepada Duryodhana pada waktu Krishna
menemui Duryodhana untuk merundingkan perdamaian. Sayang sekali, Duryodhana
tidak menerima perdamaian yang ditawarkan, tetapi pada waktu itu Krishna
memperlihatkan beberapa bentuk semesta-Nya. Tetapi bentuk-bentuk tersebut
berbeda dari bentuk ini yang diperlihatkan kepada Arjuna. Dinyatakan dengan
jelas bahwa belum pernah ada orang yang melihat bentuk ini sebelum Arjuna.
11.48
na veda-yajñādhyayānair na
dānair
na ca kriyābhir na tapobhir
ugraiḥ
evaḿ-rūpaḥ śakya ahaḿ
nṛ-loke
draṣṭuḿ tvad anyena
kuru-pravīra
na—tidak pernah;
veda-yajña—oleh korban suci;
adhyayānaiḥ—atau
mempelajari Veda;
na—tidak pernah;
dānaiḥ—oleh kedermawanan;
na—tidak
pernah;
ca—juga;
kriyābhiḥ—oleh kegiatan saleh;
na—tidak
pernah;
tapobhiḥ—oleh pertapaan yang serius;
ugraiḥ—keras;
evam-rūpaḥ—dalam
bentuk ini;
śakyaḥ—dapat;
aham—Aku;
nṛ-loke—di dunia
material ini;
draṣṭum—dilihat;
tvat—daripada engkau;
anyena—oleh
yang lain;
kuru-pravīra—wahai yang paling baik di antara para kesatria Kuru.
Terjemahan
Wahai kesatria Kuru yang paling baik, sebelum engkau, belum pernah ada orang
yang melihat bentuk semesta-Ku ini, sebab Aku tidak dapat dilihat dalam bentuk
ini di dunia material. Baik melalui cara mempelajari Veda, melakukan korban
suci, kedermawanan, kegiatan saleh, maupun pertapaan yang keras.
Penjelasan
Penglihatan rohani berhubungan dengan hal ini harus dimengerti dengan jelas.
Siapa yang dapat memiliki penglihatan rohani? Rohani berarti sifat seperti
sifat Tuhan. Kalau seseorang belum mencapai tingkat kesucian seperti seorang
dewa, dia belum dapat memiliki penglihatan rohani. Apa arti kata dewa? Dalam
kesusasteraan veda bahwa para penyembah Sri Visnu adalah dewa (Visnubhaktaḥ
smṛtā devah). Orang yang tidak percaya kepada Tuhan, yaitu orang yang tidak
percaya kepada Visnu, atau hanya mengakui bagian Krishna yang tidak bersifat
pribadi sebagai Yang Mahakuasa, tidak mungkin memiliki penglihatan rohani.
Tidak mungkin seseorang mengejek Krishna dan pada waktu yang sama memiliki penglihatan
rohani. Seseorang tidak dapat memperoleh penglihatan rohani kalau ia belum
menjadi suci. Dengan kata lain, orang yang mempunyai penglihatan rohani juga
dapat melihat seperti Arjuna.
Bhagavad-gita memberikan uraian tentang bentuk semesta.
Walaupun uraian ini belum dikenal oleh siapapun sebelum Arjuna, sekarang
sesudah peristiwa ini, kita dapat memperoleh pengertian tentang viśva-rūpa.
Orang yang sungguh-sungguh suci dapat melihat bentuk semesta Tuhan. Seseorang
tidak dapat menjadi suci tanpa menjadi penyembah Tuhan yang murni. Akan tetapi,
para penyembah yang sungguh-sungguh berada dalam alam rohani dan memiliki
penglihatan rohani tidak begitu berminat untuk melihat bentuk semesta Krishna.
Sebagaimana diuraikan dalam ayat sebelum ayat ini, Arjuna ingin melihat bentuk
Sri Krishna yang berlengan empat sebagai Sri Visnu, dan Arjuna
sungguh-sungguh takut terhadap bentuk semesta.
Dalam ayat ini ada beberapa kata yang bermakna. Kata veda-yajna
dhyayānaih, yang berarti mempelajari kesusasteraan Veda dan mata pelajaran
aturan korban suci. Veda berarti segala jenis kesusasteraan Veda, misalnya
empat Veda (rg, Yajur, Sama, dan Atharva) dan 18 Purana, Upanisad-upanisad, dan
Vedanta-sutra. Orang dapat mempelajari kesusasteraan tersebut di rumah atau di
tempat lain. Ada juga sutra-sutra—Kalpa-sutra dan Mimamsa-sutra—untuk
mempelajari cara korban suci. Danaih berarti sumbangan yang diberikan kepada
pihak yang patut menerimanya, misalnya orang yang menekuni cinta-bhakti rohani
kepada Tuhan—para brahmaṇā dan para Vaisnava. Begitu pula, kegiatan
saleh" berarti upacara agnihotra dan tugas-tugas kewajiban yang ditetapkan
untuk berbagai golongan masyarakat. Kalau seseorang rela menerima beberapa rasa
sakit jasmani itu disebut tapasya. Jadi, seseorang dapat melakukan segala
kegiatan ini—menjalankan pertapaan jasmani, memberi sumbangan, mempelajari
Veda, dan sebagainya—tetapi kalau ia bukan penyembah seperti Arjuna, tidak
mungkin ia melihat bentuk semesta tersebut. Orang yang tidak mengakui bentuk
pribadi Tuhan juga membayangkan bahwa mereka sedang melihat bentuk semesta
Tuhan, tetapi dari Bhagavad-gita kita mengerti bahwa orang yang tidak mengakui
bentuk pribadi Tuhan bukan penyembah Krishna. Karena itu, mereka tidak dapat
melihat bentuk semesta Krishna.
Ada banyak orang yang menciptakan penjelmaan-penjelmaan Tuhan.
Secara palsu mereka mengatakan seorang manusia biasa adalah penjelmaan atau
titisan Tuhan, tetapi semua ini merupakan kebodohan. Sebaiknya kita mengikuti
prinsip-prinsip Bhagavad-gita, kalau tidak, tidak mungkin kita mencapai
pengetahuan rohani yang sempurna. Walaupun Bhagavad-gita dianggap pelajaran
pendahuluan tentang ilmu pengetahuan Ketuhanan, Bhagavad-gita begitu sempurna
sehingga memungkinkan seseorang membedakan bagaimana kenyataan yang sebenarnya.
Para pengikut penjelmaan palsu barangkali mengatakan bahwa mereka juga sudah
melihat penjelmaan rohani Tuhan, yaitu bentuk semesta. Tetapi pernyataan itu
tidak dapat diterima, sebab dinyatakan dengan jelas bahwa seseorang tidak dapat
melihat bentuk semesta Tuhan kecuali ia menjadi penyembah Krishna. Karena itu,
pertama-tama seseorang harus menjadi penyembah yang murni, baru ia dapat
mengatakan Diri-Nya sanggup memperlihatkan bentuk semesta dari apa yang
dilihatnya. Seorang penyembah Krishna tidak dapat mengakui
penjelmaan-penjelmaan yang palsu ataupun para pengikut penjelmaan-penjelmaan
yang palsu.
11.49
mā te vyathā mā ca
vimūḍha-bhāvo
dṛṣṭvā rūpaḿ ghoram īdṛń
mamedam
vyapeta-bhīḥ prīta-manāḥ
punas tvaḿ
tad eva me rūpam idaḿ
prapaśya
mā—supaya jangan;
te—kepadamu;
vyathā—kesulitan;
mā—supaya
jangan;
ca—juga;
vimūḍhabhāvaḥ—kebingungan;
dṛṣṭvā—dengan
melihat;
rūpam—bentuk;
ghoram—mengerikan;
īdṛk—menurut
aslinya;
mama—milik-Ku;
idam—ini;
vyapeta-bhīḥ—bebas dari
segala rasa takut;
prīta-manāḥ—senang dalam pikiran;
punaḥ—lagi;
tvām—engkau;
tat—itu;
evā—demikian;
me—milik-Ku;
rūpam—bentuk;
idam—ini;
prapaśya—lihatlah.
Terjemahan
Engkau sudah menjadi goyah dan bingung dengan melihat ciri-Ku yang
mengerikan ini. Sekarang itu semua akan berakhir. Penyembah-Ku, sekarang engkau
bebas lagi dari segala gangguan. Dengan pikiran yang tenang, sekarang engkau
dapat melihat bentuk yang engkau inginkan.
Penjelasan
Pada awal Bhagavad-gita Arjuna khawatir untuk membunuh Bhīṣma dan Drona, kakek
dan guru yang patut disembahnya. Tetapi Krishna menyatakan bahwa Arjuna tidak
perlu takut untuk membunuh kakeknya. Pada waktu putera Dhṛtarāṣṭra
mencoba membuka pakaian Draupadi di dalam sidang para Kuru, Bhīṣma dan
Drona diam saja, dan oleh karena mereka telah mengalpakan kewajibannya seperti
itu, seharusnya mereka dibunuh. Krishna memperlihatkan bentuk semesta-Nya
kepada Arjuna hanya untuk memperlihatkan bahwa orang-orang itu sudah terbunuh
karena perbuatannya yang melanggar hukum. Wahyu itu diperlihatkan kepada Arjuna
karena penyembah selalu damai dan mereka tidak dapat melakukan perbuatan yang
mengerikan itu. Tujuan wahyu bentuk semesta diperlihatkan; sekarang Arjuna
ingin melihat bentuk yang berlengan empat, dan Krishna memperlihatkan bentuk itu
kepadanya. Seorang penyembah tidak begitu tertarik pada bentuk semesta, sebab
bentuk itu tidak memungkinkan perasaan cinta-bhakti yang bertimbal balik.
Seorang penyembah ingin mempersembahkan rasa sembahyang dengan hormat, atau dia
ingin melihat bentuk Krishna yang berlengan dua supaya dapat mengabdikan diri
dalam hubungan cinta-bhakti yang bertimbal balik dengan Kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa.
11.50
sañjaya uvāca
ity Arjunaḿ vāsudevas
tathoktvā
svakaḿ rūpaḿ darśayām āsa
bhūyaḥ
āśvāsayām āsa ca bhītam enaḿ
bhūtvā punaḥ saumya-vapur
mahātmā
sañjayaḥ uvāca—Sañjaya berkata;
iti—demikian;
Arjunam—kepada
Arjuna;
vāsudevaḥ—Krishna;
tathā—dengan cara seperti itu;
uktvā—bersabda;
svakam—milik Beliau Sendiri;
rūpam—bentuk;
darśayām āsa—memperlihatkan;
bhūyaḥ—lagi;
āśvāsayām āsa—memberi
semangat;
ca—juga;
bhītam—takut;
enam—dia;
bhūtvā—menjadi;
punaḥ—lagi;
saumya-vapuḥ—bentuk yang tampan;
mahā-ātmā—Kepribadian
yang mulia.
Terjemahan
Sañjaya berkata kepada Dhṛtarāṣṭra : Setelah Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa, Krishna bersabda seperti itu kepada Arjuna, Beliau memperlihatkan
bentuknya yang sejati yang berlengan empat, dan akhirnya memperlihatkan
bentuknya yang berlengan dua. Dengan demikian, Beliau memberi semangat kepada
Arjuna yang sedang ketakutan.
Penjelasan
Ketika Krishna muncul sebagai putera Vasudeva dan Devaki, pertama-tama
Beliau muncul sebagai Narayana yang berlengan empat, tetapi atas permohonan
orang tuanya, Beliau mewujudkan Diri-Nya seperti anak biasa. Begitu pula,
Krishna mengetahui bahwa Arjuna tidak berminat melihat bentuk yang berlengan
empat. Tetapi oleh karena Arjuna minta melihat bentuk yang berlengan empat,
Krishna juga memperlihatkan bentuk ini sekali lagi. Kemudian Krishna
memperlihatkan Diri-Nya dalam bentuk-Nya yang berlengan dua. Kata saumya-vapuḥ
sangat bermakna. Saumyavapuh adalah bentuk yang sangat tampan; bentuk itu
dikenal sebagai bentuk yang paling tampan. Selama Krishna berada di bumi ini,
semua orang hanya tertarik kepada bentuk Krishna. Oleh karena Krishna adalah
Penguasa alam semesta, Beliau menghilangkan rasa takut dari hati Arjuna,
penyembah-Nya, dan sekali lagi memperlihatkan bentuk-Nya yang tampan sebagai
Krishna. Dalam Brahma-samhita (5.38) dinyatakan, premanjana - cchurita-bhakti-vilocanena:
hanya orang yang matanya diolesi dengan salep cinta-bhakti dapat melihat bentuk
Sri Krishna yang tampan.
11.51
Arjuna uvāca
dṛṣṭvedaḿ mānuṣaḿ
rūpaḿ
tava saumyaḿ janārdana
idānīm asmi saḿvṛttaḥ
sa-cetāḥ prakṛtiḿ gataḥ
Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata;
dṛṣṭvā—melihat;
idam—ini;
mānuṣam—seperti manusia;
rūpam—bentuk;
tavā—milik Anda;
saumyam—tampan
sekali
janārdana—o Kepribadian yang menghukum musuh;
idānīm—sekarang;
asmi—hamba adalah;
saḿvṛttaḥ—tenang;
sa-cetāḥ—dalam
kesadaran hamba;
prakṛtim—kepada sifat Anda sendiri;
gataḥ—kembali.
Terjemahan
Ketika Arjuna melihat Krishna seperti itu dalam bentuk-Nya yang asli, dia
berkata: O Janārdana, dengan melihat bentuk ini yang seperti manusia dan sangat
tampan, pikiran hamba sudah tenang, dan hamba kembali pada sifat hamba yang
asli.
Penjelasan
Kata-kata mānuṣam rupam menunjukkan dengan jelas bahwa Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa semula berlengan dua. Orang yang mengejek Krishna seolah-olah
Krishna adalah manusia biasa tidak mengetahui tentang sifat rohani Krishna,
sebagaimana diperlihatkan di sini. Kalau Krishna seperti manusia biasa,
bagaimana mungkin Krishna memperlihatkan bentuk semesta dan kemudian sekali
lagi memperlihatkan bentuk Narayana yang berlengan empat? Dinyatakan dengan
jelas sekali dalam Bhagavad-gita bahwa orang yang menganggap Krishna manusia
biasa dan menyesatkan pembaca dengan mengatakan bahwa yang sedang bersabda
ialah Brahman yang tidak bersifat pribadi di dalam Krishna sebenarnya melakukan
perbuatan yang paling tidak adil. Krishna benar-benar memperlihatkan bentuk
semesta-Nya dan bentuk-Nya yang berlengan empat sebagai Visnu. Karena itu,
bagaimana mungkin Krishna adalah manusia biasa? Penyembah yang murni tidak
dibingungkan oleh tafsiran-tafsiran Bhagavad-gita yang menyesatkan, sebab ia
mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Ayat-ayat asli Bhagavad-gita sejernih
matahari; ayat-ayat Bhagavad-gita tidak perlu disinari oleh sinar lampu dari
para penafsir yang bodoh.
11.52
śrī-bhagavān uvāca
su-durdarśam idaḿ rūpaḿ
dṛṣṭavān asi yan mama
devā apy asya rūpasya
nityaḿ darśana-kāńkṣiṇaḥ
Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda;
su-durdarśam—sulit
sekali dilihat;
idam—ini;
rūpam—bentuk; d‚stavan
asi—sebagaimana
engkau sudah melihat;
yat—yang mana;
mama—milik-Ku;
devāḥ—para
dewa;
api—juga;
asya—ini;
rūpasya—bentuk;
nityam—untuk
selamanya;
darśana-kāńkṣiṇaḥ—bercita-cita melihat.
Terjemahan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Arjuna yang baik hati, bentuk-Ku
yang sedang engkau lihat sulit sekali dipandang. Para dewa pun senantiasa
mencari kesempatan untuk melihat bentuk ini yang sangat tercinta.
Penjelasan
Dalam ayat keempat puluh delapan dari bab ini Sri Krishna mengakhiri wahyu
bentuk semesta-Nya dan memberitahukan kepada Arjuna bahwa bentuk ini tidak
mungkin dilihat dengan cara melakukan banyak kegiatan saleh, korban suci, dan
sebagainya. Sekarang di sini kata su-durdarśam digunakan. Kata ini menunjukkan
bahwa bentuk Krishna yang berlengan dua lebih rahasia lagi. Mungkin seseorang
dapat melihat bentuk semesta Krishna dengan cara menambahkan sekedar bhakti
pada berbagai kegiatan seperti pertapaan, mempelajari Veda dan angan-angan filsafat.
Mungkin ia dapat melihat bentuk semesta dengan cara seperti itu, tetapi tanpa
bhakti, mustahil seseorang melihat bentuk itu; kenyataan itu sudah dijelaskan.
Namun, bentuk Krishna yang berlengan dua melampaui bentuk semesta dan lebih
sulit lagi dilihat, bahkan bagi Brahma dan Siva sekalipun. Para dewa
bercita-cita melihat Krishna, dan kita mempunyai bukti dalam Srimad-Bhagavatam
bahwa ketika Beliau dianggap berada di dalam kandungan ibu-Nya, Devaki, semua
dewa dari surga datang untuk melihat keajaiban Krishna. Pada waktu itu para
dewa mempersembahkan doa-doa pujian yang baik kepada Krishna, meskipun mereka
belum dapat melihat Beliau pada saat itu. Mereka menunggu kesempatan untuk
melihat Krishna. Barangkali orang bodoh mengejek Krishna, dengan menganggap
Krishna orang biasa, dan barangkali ia tidak menghormati Krishna melainkan
menghormati sesuatu" yang tidak bersifat pribadi yang ada di dalam
Krishna, tetapi ini semua sikap-sikap yang tidak masuk akal. Para dewa seperti
Brahma dan Siva sungguh-sungguh ingin melihat Krishna dalam bentuknya yang
berlengan dua.
Dalam Bhagavad-gita (9.11) juga dibenarkan, avajānanti mam muda
mānuṣīm tanum āśritaḥ : Krishna tidak dapat dilihat oleh orang bodoh yang
mengejek Krishna. Sebagaimana dibenarkan dalam Brahma-samhita dan dibenarkan
oleh Krishna Sendiri dalam Bhagavad-gita, badan Krishna bersifat rohani
sepenuhnya dan badan Krishna penuh kebahagiaan dan kekekalan. Badan Krishna
tidak pernah seperti badan jasmani. Tetapi Krishna merupakan teka-teki bagi
beberapa orang yang mempelajari Krishna dengan cara membaca Bhagavad-gita dan
Kitab-kitab Veda yang serupa. Orang yang menggunakan proses yang bersifat
material menganggap Krishna sebagai tokoh besar dalam sejarah dan seorang
filosof yang sangat bijaksana. Tetapi mereka menganggap Krishna manusia biasa
dan bahwa Krishna harus menerima badan jasmani, kendatipun Krishna begitu
perkasa. Pada hakekatnya mereka menganggap bahwa Kebenaran Mutlak tidak
bersifat pribadi; karena itu, mereka menganggap bahwa dari ciri-Nya yang tidak
bersifat pribadi Beliau mengambil ciri pribadi yang diikat pada alam material.
Anggapan ini merupakan perhitungan duniawi tentang Tuhan Yang Maha Esa.
Perhitungan lain bersifat angan-angan. Orang yang mencari pengetahuan juga
berangan-angan tentang Krishna dan menganggap Krishna kurang penting daripada
bentuk semesta Yang Mahakuasa. Jadi, beberapa orang menganggap bentuk semesta
Krishna yang diwujudkan kepada Arjuna lebih penting daripada bentuk
pribadi-Nya. Menurut mereka, bentuk pribadi Yang Mahakuasa adalah sesuatu yang
dibayangkan. Mereka menganggap bahwa, pada hakekatnya, Kebenaran Mutlak bukan
kepribadian. Tetapi proses rohani diuraikan dalam Bhagavad-gita, Bab Empat:
Mendengar tentang Krishna dari penguasa. Itulah proses Veda yang sebenarnya, dan
orang yang sungguh-sungguh mengikuti garis perguruan Veda mendengar tentang
Krishna dari penguasa. Berangsur-angsur mereka mencintai Krishna dengan cara
mendengar tentang Krishna berulang kali. Kami sudah menguraikan beberapa kali
bahwa Krishna ditutupi oleh yoga mayā -Nya. Krishna tidak dapat dilihat atau
diperlihatkan kepada sembarang orang. Krishna hanya dapat dilihat kalau Beliau
memperlihatkan Diri-Nya kepada seseorang. Kenyataan ini dibenarkan dalam
kesusasteraan Veda; Kebenaran Mutlak sungguh-sungguh dapat dimengerti oleh
orang yang sudah menyerahkan Diri-Nya. Mata rohani seorang rohaniwan dapat
dibuka melalui kesadaran Krishna yang ditekuni secara terus-menerus dan bhakti
kepada Krishna sehingga dia dapat melihat Krishna melalui wahyu. Dewa pun tidak
mungkin menerima wahyu seperti itu; karena itu, para dewa pun sulit mengerti
tentang Krishna. Para dewa yang sudah maju selalu bercita-cita melihat Krishna
yang berlengan dua. Kesimpulan ialah bahwa walaupun bentuk semesta Krishna
sulit sekali dilihat, dan bentuk semesta itu tidak mungkin dilihat oleh
sembarang orang, namun lebih sulit lagi mengerti bentuk pribadi Krishna sebagai
Syamasundara.
11.53
nāhaḿ vedair na tapasā
na dānena na cejyayā
śakya evaḿ-vidho draṣṭuḿ
dṛṣṭavān asi māḿ yathā
na—tidak pernah;
aham—Aku;
vedaiḥ—dengan cara
mempelajari Veda;
na—tidak pernah;
tapasā—oleh pertapaan yang
serius;
na—tidak pernah;
dānena—oleh kedermawanan;
na—tidak
pernah;
ca—juga;
ijyayā—oleh sembahyang;
śakyaḥ—dimungkinkan;
evam-vidhaḥ—seperti ini;
draṣṭum—melihat;
dṛṣṭavān—dengan
melihat;
asi—engkau adalah;
mām—Aku;
yathā—sebagai.
Terjemahan
Bentuk yang sedang engkau lihat dengan mata rohanimu tidak dapat dimengerti
hanya dengan mempelajari Veda, melakukan pertapaan yang serius, melalui
kedermawanan maupun sembahyang. Bukan dengan cara-cara ini seseorang dapat
melihat Aku dalam bentuk-Ku yang sebenarnya.
Penjelasan
Pertama-tama Krishna muncul di hadapan orang tua-Nya yang bernama Vasudeva
dan Devaki dalam bentuk yang berlengan empat. Kemudian Krishna mewujudkan
Diri-Nya menjadi bentuk yang berlengan dua. Rahasia ini sulit sekali dimengerti
oleh orang yang tidak percaya kepada Tuhan atau tidak pernah melakukan bhakti.
Krishna tidak mungkin dipahami oleh sarjana-sarjana yang hanya sekedar
mempelajari kesusasteraan Veda melalui pengetahuan tata bahasa atau kwalifikasi
dari perguruan tinggi saja. Krishna juga tidak dapat dimengerti oleh orang yang
hanya pergi ke tempat sembah yang secara lahiriah untuk sembahyang sebagai
ritual. Mereka mengunjungi tempat sembahyang, tetapi mereka belum dapat
mengerti Krishna menurut bentuk-Nya yang sebenarnya. Krishna hanya dapat
dimengerti melalui jalan bhakti, sebagaimana dijelaskan oleh Krishna Sendiri
dalam ayat berikut.
11.54
bhaktyā tv ananyayā śakya
aham evaḿ-vidho 'rjuna
jñātuḿ draṣṭuḿ ca
tattvena
praveṣṭuḿ ca parantapa
bhaktyā—oleh bhakti;
tu—tetapi;
ananyayā—tanpa dicampur
dengan kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pengetahuan
berdasarkan angan-angan;
śakyaḥ—dimungkinkan;
aham—Aku;
evam-vidhaḥ—seperti
ini;
Arjuna—wahai
Arjuna;
jñātum—mengetahui;
draṣṭum—melihat;
ca—dan;
tattvena—dengan sebenarnya;
praveṣṭum—masuk ke
dalam;
ca—juga;
parantapa—wahai yang berlengan perkasa.
Terjemahan
Arjuna yang baik hati, hanya melalui bhakti yang murni dan tidak dicampur
dengan kegiatan yang lain Aku dapat dimengerti menurut kedudukan-Ku yang
sebenarnya, yang sedang berdiri di hadapanmu, dan dengan demikian Aku dapat
dilihat secara langsung. Hanya dengan cara inilah engkau dapat masuk ke dalam
rahasia pengertian-Ku
Penjelasan
Krishna hanya dapat dimengerti melalui proses bhakti yang murni dan tidak
dicampur dengan kegiatan yang lain. Krishna menerangkan kenyataan ini dengan
jelas dalam ayat ini supaya para penafsir yang tidak dibenarkan, yang berusaha
mengerti Bhagavad-gita melalui proses angan-angan, akan mengerti bahwa mereka
hanya memboroskan waktunya. Tiada seorang pun yang dapat mengerti Krishna atau
bagaimana Krishna muncul dari orang tua-Nya dalam bentuk yang berlengan empat
kemudian segera mewujudkan Diri-Nya menjadi bentuk berlengan dua. Hal-hal ini
sulit sekali dimengerti dengan cara mempelajari Veda atau melalui angan-angan
filsafat. Karena itu, dinyatakan dengan jelas di sini bahwa tiada seorang pun
yang dapat melihat Krishna atau mengerti tentang hal-hal ini. Akan tetapi,
orang yang sudah berpengalaman banyak dalam mempelajari kesusasteraan Veda
dapat belajar tentang Krishna dari kesusasteraan Veda dengan berbagai cara. Ada
banyak aturan dan peraturan, dan kalau seseorang sungguh-sungguh ingin mengerti
tentang Krishna, ia harus mengikuti prinsip yang mengatur yang diuraikan dalam
kesusasteraan yang dibenarkan. Orang dapat melakukan pertapaan menurut
prinsip-prinsip tersebut. Misalnya, untuk melakukan pertapaan yang serius,
seseorang dapat berpuasa pada hari Janmastami, hari ulang tahun Krishna muncul
atau dua hari setiap bulan pada hari Ekadasi (hari kesebelas sesudah malam
bulan mati dan hari kesebelas sesudah bulan purnama). Mengenai kedermawanan,
cukup jelas bahwa sumbangan sebaiknya diberikan kepada para penyembah Krishna
yang menekuni bhakti kepada Krishna untuk mengajarkan filsafat bhakti atau
kesadaran Krishna diseluruh dunia. Kesadaran Krishna adalah berkat kepada
manusia. Sri Caitanya dipuji oleh Rupa Gosvami sebagai dermawan yang
paling murah hati, sebab Sri Caitanya membagikan cinta-bhakti kepada
Krishna secara bebas, meskipun cinta-bhakti kepada Krishna adalah sesuatu yang
sulit sekali dicapai. Jadi, kalau seseorang menyumbangkan sejumlah kekayaannya
kepada orang yang tekun dalam mengajarkan kesadaran Krishna, maka kedermawanan
itu yang disumbangkan untuk mengajarkan kesadaran Krishna adalah kedermawanan
paling mulia di dunia. Kalau seseorang sembahyang di tempat sembahyang menurut
peraturan (di tempat-tempat sembahyang di India selalu ada arca, pada umumnya
arca Visnu atau Krishna) itu merupakan kesempatan untuk maju dengan cara
menghaturkan sembahyang dan rasa hormat kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Sembahyang di tempat sembahyang adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh
orang yang baru mulai bhakti kepada Tuhan dan kenyataan ini dibenarkan dalam
kesusasteraan Veda (svetasvatara Upanisad 6.23):
yasya deve parā bhaktir
yathā deve tathā gurau
tasyaite kathitā hy arthāḥ
prakāśante mahātmanaḥ
[ŚU 6.23]
Orang yang setia berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tidak pernah
menyimpang, mematuhi perintah-perintah guru kerohanian dengan keyakinan yang
juga tidak pernah menyimpang, dapat melihat Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
melalui wahyu. Seseorang tidak dapat mengerti Krishna melalui angan-angan.
Orang yang belum dilatih secara pribadi di bawah bimbingan seorang guru
kerohanian yang dapat dipercaya tidak mungkin mulai mengerti tentang Krishna.
Kata tu khususnya digunakan dalam ayat ini untuk menunjukkan bahwa tiada proses
lain lagi yang dapat digunakan, dianjurkan, atau berhasil dalam usaha mengerti
tentang Krishna.
Bentuk-bentuk pribadi Krishna, bentuk berlengan dua dan bentuk
berlengan empat, berbeda sama sekali dari bentuk semesta yang bersifat
sementara yang diperlihatkan kepada Arjuna. Bentuk Narayana yang berlengan
empat dan bentuk Krishna yang berlengan dua bersifat kekal dan rohani,
sedangkan bentuk semesta yang diperlihatkan kepada Arjuna bersifat sementara.
Kata su-durdarśam, yang berarti sulit dilihat", mengisyaratkan bahwa
sebelumnya belum pernah ada orang yang melihat bentuk semesta itu. Kata
su-durdarśam juga mengisyaratkan bahwa bentuk itu tidak perlu dilihat
dikalangan penyembah. Bentuk tersebut diperlihatkan oleh Krishna atas
permohonan Arjuna supaya pada masa yang akan datang, bila seseorang mengatakan
Diri-Nya adalah penjelmaan atau titisan Tuhan, orang dapat meminta supaya dia
memperlihatkan bentuk semestanya.
Kata na, yang digunakan berulang kali dalam ayat sebelumnya,
menunjukkan bahwa seharusnya seseorang jangan bangga sekali tentang gelar-gelar
yang disandangnya, misalnya pendidikan dari perguruan tinggi di bidang
kesusasteraan Veda. Orang harus mulai berbhakti kepada Krishna. Hanya setelah
berbhakti kepada Krishna seseorang dapat berusaha menyusun ulasan-ulasan
Bhagavad-gita.
Krishna berubah dari bentuk semesta menjadi bentuk Narayana
yang berlengan empat, kemudian sekali lagi menjadi bentuk-Nya Sendiri yang
wajar yaitu bentuk yang berlengan dua. Ini berarti bahwa bentuk-bentuk yang
berlengan empat dan bentuk-bentuk lainnya yang disebut dalam kesusasteraan Veda
semua berasal dari bentuk Krishna yang asli yang berlengan dua. Krishna adalah
sumber segala penjelmaan. Krishna juga berbeda dari bentuk-bentuk tersebut, dan
tentu saja Krishna berbeda dari paham yang tidak bersifat pribadi. Dinyatakan
dengan jelas bahwa bentuk-bentuk Krishna yang berlengan empat, termasuk bentuk
Krishna berlengan empat yang paling identik sekalipun (yang bernama MahaVisnu,
yang berbaring di lautan penyebab alam semesta dengan banyak alam semesta
keluar dan masuk dari nafas-Nya) juga penjelmaan-penjelmaan dari Tuhan Yang
Maha Esa, Krishna sebagaimana dinyatakan dalam Brahma-samhita (5.48):
yasyaika-niśvasita-kālam athāvalambya
jīvanti loma-vila-jā
jagad-aṇḍa-nāthāḥ
viṣṇur mahān sa iha yasya
kalā-viśeṣo
govindam ādi-puruṣaḿ tam
ahaḿ bhajāmi
MahaVisnu adalah penjelmaan yang berkuasa penuh dari Krishna. Semua alam
semesta yang jumlahnya tidak dapat dihitung masuk dan keluar sekali lagi hanya
dengan proses nafas MahaVisnu. Karena itu, hamba menyembah Govinda, Krishna,
sebab segala sebab." Karena itu, hendaknya orang menarik kesimpulan dan
menyembah bentuk pribadi Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang
mempunyai kebahagiaan dan pengetahuan yang kekal. Krishna adalah sumber segala
bentuk Visnu, sumber segala bentuk penjelmaan, dan Krishna adalah Kepribadian
Paling Utama yang asli, sebagaimana dibenarkan dalam Bhagavad-gita.
Dalam kesusasteraan Veda (Gopala-tapani Upanisad 1.1)
pernyataan berikut tercantum:
sac-cid-ānanda-rūpāya
kṛṣṇāyākliṣṭa-kāriṇe
namo vedānta-vedyāya
gurave buddhi-sākṣiṇe
Hamba bersujud dengan hormat kepada Krishna, yang mempunyai bentuk rohani,
kebahagiaan, kekekalan, dan pengetahuan. Hamba bersujud kepada Krishna, sebab
mengerti tentang Beliau berarti mengerti tentang Veda. Karena itu, Krishna
adalah guru kerohanian yang paling utama." Kemudian dinyatakan, krsno vai
paramam daivatam: Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa" (Gopala-tapani
1.3). Eko vasi sarvagah kṛṣṇa idyah: Krishna yang satu ini adalah
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan Beliau patut disembah." Eko 'pi san
bahudhā yo 'vabhati: Krishna adalah satu, tetapi Krishna terwujud dalam
bentuk-bentuk dan penjelmaan-penjelmaan yang tidak terhingga."
(Gopala-tapani 1.21)
Dalam Brahma-samhita (5.1) dinyatakan:
īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇaḥ
sac-cid-ānanda-vigrahaḥ
anādir ādir govindaḥ
sarva-kāraṇa-kāraṇam
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah Krishna, yang mempunyai badan
kekekalan, pengetahuan dan kebahagiaan. Krishna tidak mempunyai awal, sebab
Krishna adalah awal segala sesuatu. Krishna adalah sebab segala sebab."
Dalam ayat ini dinyatakan, yatravatirnam kṛṣṇa khyam param
brahma narakrti: Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama adalah kepribadian, Beliau
bernama Krishna, dan kadang kala Beliau turun ke bumi ini." Begitu pula,
dalam Srimad-Bhagavatam kita menemukan uraian tentang segala jenis penjelmaan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Nama Krishna juga tercantum dalam daftar
tersebut. Tetapi kemudian dikatakan bahwa Krishna bukan penjelmaan dari Tuhan
Yang Maha Esa, melainkan Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang
asli Sendiri (ete camsakalah puḿsaḥ kṛṣṇas tu bhagavan svayam).
Begitu pula, dalam Bhagavad-gita Krishna bersabda, mattah
parataram nanyat: Tiada sesuatu yang lebih tinggi daripada bentuk-Ku sebagai
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Krishna." Dalam ayat lain dari
Bhagavad-gita Krishna juga bersabda, aham adir hi devānām: Aku adalah sumber
semua dewa." Sesudah mengerti Bhagavad-gita dari Krishna, Arjuna juga
membenarkan kenyataan ini sebagai berikut: param brahma param dhāma pavitram
paramam bhavān, Sekarang hamba mengerti sepenuhnya bahwa Anda adalah
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Kebenaran Mutlak, dan bahwa Anda adalah
Pelindung segala sesuatu." Karena itu, bentuk semesta yang diperlihatkan
kepada Arjuna oleh Krishna bukan bentuk asli Tuhan. Bentuk asli adalah bentuk
Krishna. Bentuk semesta, yang berkepala ribuan dan berlengan ribuan, diwujudkan
hanya untuk menarik perhatian orang yang tidak mencintai Tuhan. Bentuk semesta
bukan bentuk Tuhan yang asli.
Bentuk semesta tidak menarik hati para penyembah murni, sebab
mereka mencintai Tuhan dalam berbagai hubungan rohani. Ada hubungan cinta-bhakti
yang bertimbal balik antara Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk-Nya yang asli
sebagai Krishna dan para penyembah-Nya. Karena itu, bentuk manifestasi alam
semesta tidak menyenangkan hati Arjuna yang senantiasa menemani Krishna. Karena
itu, tentu saja Arjuna mempunyai mata rohani; Arjuna bukan manusia biasa.
Karena itu, Arjuna tidak tertarik kepada bentuk semesta. Barangkali bentuk
semesta tersebut kelihatannya ajaib bagi orang yang sibuk dalam usaha naik
tingkat melalui kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala,
tetapi bagi orang yang menekuni bhakti paling mencintai bentuk Krishna yang
berlengan dua.
11.55
mat-karma-kṛn mat-paramo
mad-bhaktaḥ sańga-varjitaḥ
nirvairaḥ sarva-bhūteṣu
yaḥ sa mām eti pāṇḍava
mat-karma-kṛt—tekun dalam melakukan pekerjaan-Ku;
mat-paramaḥ—dengan
mengakui Aku sebagai Yang Mahakuasa;
mat-bhaktaḥ—tekun dalam bhakti
kepada-Ku;
sańga-varjitaḥ—bebas dari pengaruh kegiatan untuk membuahkan
hasil dan angan-angan;
nirvairaḥ—tidak mempunyai musuh;
sarva-bhūteṣu—di
antara semua makhluk hidup;
yaḥ—orang yang;
saḥ—dia;
mām—kepada-Ku;
eti—datang;
pāṇḍava—wahai putera
Pāṇḍu.
Terjemahan
Arjuna yang baik hati, orang yang menekuni bhakti yang murni kepada-Ku,
bebas dari pengaruh kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau
pahala dan pengaruh angan-angan, yang bekerja demi-Ku, menjadikan Aku sebagai
tujuan utama dalam hidupnya, dan ramah terhadap semua makhluk hidup—dia pasti
datang kepada-Ku.
Penjelasan
Siapapun yang ingin mendekati Yang Paling Utama di antara semua Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa di planet Krishnaloka di angkasa rohani hingga mempunyai
hubungan dekat dengan Kepribadian Yang Paling Utama, Krishna, harus menerima
rumus tersebut, sebagaimana dinyatakan oleh Yang Mahakuasa Sendiri. Karena itu,
ayat ini dianggap hakekat Bhagavad-gita. Bhagavad-gita adalah sebuah buku yang
dimaksudkan untuk roh-roh yang terikat, yang sibuk di dunia material dengan
tujuan berkuasa atas alam dan tidak mengetahui kehidupan rohani yang sejati. Bhagavad-gita
dimaksudkan untuk memperlihatkan bagaimana seseorang dapat mengerti kehidupan
rohaninya dan hubungannya yang kekal dengan Kepribadian Rohani Yang Paling
Utama dan untuk mengajarkan bagaimana cara pulang, kembali kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Sekarang dalam ayat ini proses yang memungkinkan seseorang mencapai
sukses dalam kegiatan rohaninya diterangkan dengan jelas: Yaitu proses bhakti.
Dalam melaksanakan pekerjaan, hendaknya seseorang memindahkan
tenaganya sepenuhnya kepada kegiatan yang sadar akan Krishna. Sebagaimana
dinyatakan dalam Bhakti-rasamrta-sindhu (2.255):
anāsaktasya viṣayān
yathārham upayuñjataḥ
nirbandhaḥ
kṛṣṇa-sambandhe
yuktaḿ vairāgyam ucyate
Hendaknya tidak ada pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang kecuali dalam hubungannya
dengan Krishna. Ini disebut kṛṣṇa karma. Barangkali seseorang sibuk dalam
berbagai kegiatan, tetapi hendaknya dia jangan terikat kepada hasil
pekerjaannya; hasil pekerjaan itu sebaiknya dilakukan hanya untuk Krishna.
Misalnya, barangkali seseorang sibuk dalam perusahaan, tetapi untuk mengubah
kegiatan itu menjadi kegiatan yang sadar akan Krishna, ia harus menjalankan
perusahaan untuk Krishna. Kalau Krishna adalah pemilik perusahaan, seharusnya
Krishna-lah yang menikmati laba dari perusahaan itu. Jika seorang pengusaha
memiliki uang sebanyak jutaan rupiah, dan jika ia harus mempersembahkan
semuanya kepada Krishna, ia dapat melakukan seperti itu. Inilah pekerjaan demi
Krishna. Daripada mendirikan gedung besar untuk memuaskan indera-inderanya, lebih
baik mendirikan tempat sembahyang yang bagus untuk Krishna, kemudian
menempatkan Arca Krishna dan mengatur agar Arca dilayani, sebagaimana
digariskan dalam buku-buku bhakti yang dibenarkan. Ini semua merupakan
kṛṣṇa karma. Sebaiknya orang janganlah terikat kepada hasil pekerjaannya,
tetapi hasil itu harus dipersembahkan kepada Krishna, dan dia harus menerimanya
sebagai prasādam. Jika seseorang membangun gedung besar untuk Krishna dan
menempatkan Arca Krishna, ia tidak dilarang tinggal di sana, tetapi dimengerti
bahwa pemilik gedung itu adalah Krishna. Ini disebut kesadaran Krishna. Akan
tetapi, jika seseorang tidak mampu mendirikan tempat sembahyang untuk Krishna,
ia dapat menjadi tekun dalam membersihkan tempat sembahyang Krishna; itu juga
Krsna-karma. Seseorang dapat mengatur kebun, siapapun yang memiliki
tanaḥ—sekurang-kurangnya di India, orang yang paling miskinpun masih memiliki
sepetak tanaḥ—dapat menggunakan tanah itu untuk menānām bunga guna
dipersembahkan kepada Krishna. Seseorang dapat menānām pohon tulasi, sebab daun
tulasi sangat penting dan Krishna menganjurkan kegiatan ini dalam
Bhagavad-gita. Patram puṣpam phalam toyam. Krishna menginginkan supaya orang
mempersembahkan daun, bunga, buah atau air—dengan persembahan seperti itu
Krishna sudah puas. Daun dalam ayat tersebut khususnya berarti tulasi. Jadi,
seseorang dapat menānām tulasi dan menyiramkan air pada pohon tulasi itu.
Dengan cara demikian, orang yang miskin sekalipun dapat menekuni bhakti kepada
Krishna. Ini merupakan beberapa contoh tentang bagaimana seseorang dapat
menjadi tekun dalam pekerjaannya untuk Krishna.
Kata mat-paramaḥ berarti orang yang menganggap hubungan
dengan Krishna dan tempat tinggal Krishna adalah kesempurnaan hidup tertinggi.
Orang seperti itu tidak ingin diangkat sampai planet-planet yang lebih tinggi
seperti bulan, matahari atau planet-planet surga, ataupun sampai planet
tertinggi di alam semesta ini, yaitu Brahmaloka. Dia tidak tertarik pada
hal-hal seperti itu. Dia hanya tertarik untuk dipindahkan ke angkasa rohani. Di
angkasa rohanipun ia tidak puas menunggal ke dalam cahaya Brahman yang
menyilaukan, sebab ia ingin memasuki planet rohani tertinggi, yaitu
Krishnaloka, Goloka Vrndavana. Ia memiliki pengetahuan sepenuhnya tentang
planet itu. Karena itu, ia tidak tertarik pada planet yang lain. Sebagaimana
ditunjukkan dengan kata mad-bhaktaḥ, ia menekuni bhakti sepenuhnya, khususnya
sembilan proses bhakti; mendengar, memuji, ingat, sembahyang, melayani kaki
padma Tuhan, mempersembahkan doa-doa pujian, melaksanakan perintah perintah
Tuhan, menjadi sahabat Tuhan dan menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan.
Seseorang dapat menekuni semua sembilan proses bhakti tersebut, atau delapan,
atau tujuh, atau sekurang-kurangnya satu, dan itu pasti akan menyempurnakan Diri-Nya.
Istilah sangavarjitāḥ sangat bermakna. Hendaknya seseorang tidak
bergaul dengan orang yang melawan Krishna. Bukan hanya orang yang tidak percaya
kepada Tuhan yang melawan Krishna, tetapi juga orang yang tertarik kepada
angan-angan dan kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala.
Karena itu, bentuk bhakti yang murni diuraikan dalam Bhakti-rasamrtasindhu
(1.1.11) sebagai berikut:
anyābhilāṣitā-śūnyaḿ
jñāna-karmady-anāvṛtam
ānukūlyena kṛṣṇānu-
śīlanaḿ bhaktir uttamā
[Madhya 19.167]
Dalam ayat ini, Srila Rupa Gosvami menyatakan dengan jelas bahwa kalau
seseorang ingin melaksanakan bhakti yang murni, ia harus bebas dari segala
jenis pengaruh material. Ia harus bebas dari pergaulan orang yang kecanduan
angan-angan dan kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala.
Bila seseorang sudah dibebaskan dari pergaulan yang tidak diinginkan seperti
itu dan juga dibebaskan dari pengaruh keinginan material, ia mengembangkan
pengetahuan tentang Krishna dengan cara yang menguntungkan, dan itu disebut
bhakti yang murni. “nukulyasya sankalpah pratikulyasya varjanam
(Haribhaktivilasa 11.676). Sebaiknya orang berpikir tentang Krishna dan
bertindak demi Krishna dengan cara yang menguntungkan bukan dengan cara yang
tidak menguntungkan. Kamsa adalah musuh Krishna. Sejak Krishna dilahirkan,
Kamsa merencanakan berbagai cara untuk membunuh Krishna, dan oleh karena Kamsa
gagal dia selalu berpikir tentang Krishna. Karena itu, pada waktu bekerja, pada
waktu makan, dan selama tidur, dia selalu sadar akan Krishna dalam segala hal.
Tetapi kesadaran Krishna seperti itu tidak menguntungkan. Karena itu, meskipun
Kamsa selalu berpikir tentang Krishna selama dua puluh empat jam sehari, dia
dianggap raksasa, dan akhirnya Kamsa dibunuh oleh Krishna. Tentu saja, siapapun
yang dibunuh oleh Krishna segera mencapai pembebasan, tetapi itu bukan tujuan
seorang penyembah yang murni. Seorang penyembah yang murni tidak menginginkan
pembebasan. Dia tidak ingin diangkat bahkan ke planet tertinggi sekalipun, yaitu
planet Goloka Vrndavana. Satu-satunya tujuannya ialah untuk mengabdikan diri
kepada Krishna di manapun ia berada.
Seorang penyembah Krishna ramah kepada semua orang. Karena itu,
dinyatakan di sini bahwa ia tidak mempunyai musuh (nirvairaḥ). Bagaimana sampai
begitu? Seorang penyembah yang mantap dalam kesadaran Krishna mengetahui bahwa
hanya bhakti kepada Krishna yang dapat membebaskan seseorang dari segala
masalah hidup. Ia sudah mengalami kenyataan ini secara pribadi. Karena itu, dia
ingin memperkenalkan sistem kesadaran Krishna kepada masyarakat manusia. Ada
banyak contoh dalam sejarah tentang penyembah-penyembah Krishna yang
mempertaruhkan nyawanya untuk mengajarkan kesadaran terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Ada contoh-contoh orang yang bukan penyembah sampai mencoba membunuh
penyembah-penyembah ini. Mereka rela mengorbankan nyawanya untuk menyebarkan
kesadaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tentu saja, kalau seseorang berpikir
penyembah itu terbunuh, maka itu pengertian yang dangkal saja. Di India ada banyak
contoh, misalnya, Thakura Haridasa dan Prahlada Maharājā. Mengapa mereka
mengambil resiko seperti itu? Karena mereka ingin mengajarkan kesadaran
Krishna, dan itu merupakan tugas yang sulit. Orang yang sadar akan Krishna
mengetahui bahwa orang menderita karena melupakan hubungannya yang kekal dengan
Krishna. Karena itu, manfaat tertinggi yang dapat diberikan kepada masyarakat
manusia ialah membebaskan sesama manusia dari segala masalah material. Dengan
cara seperti itu, seorang penyembah yang murni tekun dalam pengabdian kepada
Tuhan. Sekarang, kita dapat membayangkan betapa besarnya karunia Krishna
terhadap orang yang menekuni bhakti kepada-Nya dan mengorbankan segala sesuatu
demi Krishna. Karena itu, pasti orang seperti itu akan mencapai planet tertinggi
sesudah meninggalkan badannya.
Sebagai kesimpulan, bentuk semesta Krishna yang merupakan suatu
perwujudan yang bersifat sementara, bentuk waktu yang menelan segala sesuatudan
bentuk Visnu yang berlengan empat, semua diperlihatkan oleh Krishna. Karena
itu, Krishna adalah sumber segala manifestasi tersebut. Krishna bukan
manifestasi dari viśva-rūpa yang asli, atau Visnu. Krishna adalah sumber segala
bentuk. Ada beratus-ratus ribu Visnu, tetapi bagi seorang penyembah, tiada
bentuk lain dari Krishna yang sepenting bentuk asli, yakni Syamasundara yang
berlengan dua. Dalam Brahma-samhita dinyatakan bahwa orang yang terikat kepada
bentuk sebagai Krishna Syamasundara dalam cinta-bhakti selalu dapat melihat
Krishna di dalam hatinya dan tidak dapat melihat sesuatu yang lain. Karena itu,
sebaiknya orang mengerti bahwa penjelasan Bab Sebelas ini ialah bahwa bentuk
Krishna adalah hakekat Yang Paling Utama.
Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Sebelas Srimad
Bhagavad-gita perihal Bentuk Semesta."
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Visit Related Posts Below:
Mau Beli Buku Bhagavad-gita, Srimad-bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, dll?
Senin - Minggu - Hari Libur | 08.00 - 21.00 WIB | http://mahanilastore.blogspot.com
0812-7740-3909 dan 0819-9108-4996
SMS/PHONE : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
: 0819-9109-9321 (Mahanila)
WhatsApp : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
BBM : 5D40CF2D dan D5E8718B
Menjual buku-buku rohani Srimad Bhagavad-gita, Srimad Bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Purana, Kue Kering, Dupa, Aksesoris, Kartal, Mrdanga, Saree, Air Gangga, Dipa, Kurta, Dhotti, Kipas Cemara, Kipas Bulu Merak, Poster, Japamala, Kantong Japa, Gelang, Kantimala, Rok Gopi, Choli, Blues, Pin, Bros, Kaos, Desain Website dan Database Microsoft Access, Logo, Neon Box, Safety Sign dll.
Terimakasih Atas Kunjungan Anda.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan Tulis Komentar Anda....