-->
Welcome to our online store

Terimakasih kepada semua semua DONATUR, CONTRIBUTOR dan CUSTOMER yang telah berkunjung dan telah membeli buku-buku kami. semoga kita mendapatkan manfaat yang besar setelah membacanya, mengerti dan menjalankannya dengan semangat cinta bhakti yang besar. marilah kita budayakan membaca sastra/ kitab suci dan buku-buku spiritual mulai dari sekarang. Semoga niat baik kita dapat terlaksana dengan sukses. kabari kami pengalaman kemajuan anda semua. Hp./WA. 081277403909


Mahanila Store
Mahanila Store

Bhagavad-gita Bab 7 - 11

Pengetahuan Tentang Yang Mutlak


7.1

śrī-bhagavān uvāca
mayy āsakta-manāḥ pārtha
yogaḿ yuñjan mad-āśrayaḥ
asaḿśayaḿ samagraḿ māḿ
yathā jñāsyasi tac chṛṇu

Śrī-bhagavān  uvāca—Tuhan Yang Maha Esa bersabda; mayi—kepada-Ku; asaktamanaḥ—pikiran terikat; pārtha—wahai putera Pṛthā; yogam—keinsafan diri; yuñjan—berlatih; mat-āśrayaḥ—sadar kepada-Ku (kesadaran Krishna); asaḿśayam—tanpa keragu-raguan; samagram—sepenuhnya; mām—Aku; yathā—bagaimana; jñāsyasi—engkau dapat mengenal; tat—itu; śṛṇu—coba mendengar.


Terjemahan

Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Wahai putera Pṛthā, sekarang dengarlah bagaimana engkau dapat mengenal Diri-Ku sepenuhnya, bebas dari keragu-raguan, dengan cara mempraktekkan yoga dan menyadari Aku sepenuhnya, dengan pikiran terikat kepada-Ku.


Penjelasan

Dalam Bab Tujuh dari Bhagavad-gita, sifat kesadaran Krishna diuraikan sepenuhnya. Krishna memiliki segala kehebatan sepenuhnya, dan bagaimana cara Beliau mewujudkan kehebatan itu diuraikan di sini. Empat jenis orang yang beruntung yang menjadi terikat kepada Krishna dan empat jenis orang yang kurang beruntung yang tidak pernah mendekati Krishna juga diuraikan di dalam bab ini.
   Dalam enam bab pertama dari Bhagavad-gita, makhluk hidup sudah diuraikan sebagai roh yang tidak bersifat material yang sanggup mengangkat Diri-Nya sampai keinsafan diri dengan berbagai jenis yoga. Pada akhir Bab Enam, sudah dinyatakan dengan jelas bahwa memusatkan pikiran dengan mantap kepada Krishna, atau dengan kata lain kesadaran Krishna, adalah bentuk tertinggi segala yoga. Dengan memusatkan pikiran kepada Krishna, seseorang dapat mengenal Kebenaran Mutlak sepenuhnya, bukan dengan cara yang lain. Keinsafan terhadap brahmajyoti yang tidak bersifat pribadi atau Paramatma yang berada di satu tempat bukan pengetahuan yang sempurna tentang Kebenaran Mutlak, sebab pengetahuan itu hanya merupakan sebagian saja. Pengetahuan yang penuh dan ilmiah ialah Krishna, dan segala sesuatu diungkapkan kepada orang yang sadar akan Krishna. Dalam kesadaran Krishna yang lengkap, seseorang mengetahui bahwa Krishna adalah pengetahuan tertinggi di luar segala keragu-raguan. Berbagai jenis yoga hanya merupakan batu loncatan pada jalan menuju kesadaran Krishna. Orang yang mulai mengikuti kesadaran Krishna secara langsung dengan sendirinya mengetahui tentang brahmajyoti dan Paramatma sepenuhnya. Dengan berlatih yoga kesadaran Krishna, seseorang dapat mengetahui segala sesuatu sepenuhnya—yaitu, Kebenaran Mutlak, para makhluk hidup, alam material, serta perwujudan-perwujudannya dengan perlengkapan.
   Karena itu, seseorang harus mulai latihan yoga sebagaimana ditunjukkan dalam ayat terakhir dari Bab Enam. Memusatkan pikiran kepada Krishna sebagai Yang Mahakuasa dimungkinkan dengan bhakti yang telah dianjurkan dengan sembilan bentuk yang berbeda. Di antara sembilan bentuk itu, sravanam adalah bentuk pertama dan bentuk yang paling penting. Karena itu, Krishna bersabda kepada Arjuna, tac chrnu," atau Dengarlah dari-Ku." Tidak ada seorangpun penguasa yang lebih tinggi daripada Krishna, karena itu, dengan mendengar dari Krishna, seseorang mendapat kesempatan yang paling baik untuk menjadi sadar akan Krishna secara sempurna. Karena itu, seseorang harus belajar dari Krishna secara langsung atau belajar dari seorang penyembah Krishna yang murni—bukan dari orang yang masih hijau, bukan penyembah, dan sombong dengan menyandang gelar dari perguruan tinggi.
Dalam Srimad-Bhagavatam proses tersebut untuk mengerti tentang Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Kebenaran Mutlak, diuraikan dalam Bab Dua dari Skanda Pertama sebagai berikut:

śṛṇvatāḿ sva-kathāḥ kṛṣṇaḥ
puṇya-śravaṇa-kīrtanaḥ
hṛdy antaḥ-stho hy abhadrāṇi
vidhunoti suhṛt satām


naṣṭa-prāyeṣv abhadreṣu
nityaḿ bhāgavata-sevayā
bhagavaty uttama-śloke
bhaktir bhavati naiṣṭhikī


tadā  rājā s-tamo-bhāvāḥ
kāma-lobhādayaś ca ye
ceta etair anāviddhaḿ
sthitaḿ sattve prasīdati


evaḿ prasanna-manaso
bhagavad-bhakti-yogātaḥ
bhagavat-tattva-vijñānaḿ
mukta-sańgasya jāyate


bhidyate hṛdaya-granthiś
chidyante sarva-saḿśayāḥ
kṣīyante cāsya karmaṇi
dṛṣṭa evātmanīśvare

Mendengar tentang Krishna dari kesusasteraan Veda, atau mendengar dari Krishna secara langsung melalui Bhagavad-gita, dengan sendirinya merupakan kegiatan yang saleh. Bagi orang yang mendengar tentang Krishna, Sri Krishna, yang bersemayam di dalam hati setiap orang, bertindak sebagai kawan yang paling mengharapkan kesejahteraan penyembah dan menyucikan penyembahyang senantiasa tekun mendengar tentang Beliau. Dengan cara demikian, seorang penyembah secara wajar mengembangkan pengetahuan rohani yang tersimpan di dalam hatinya. Begitu penyembah itu mendengar lebih banyak tentang Krishna dari Bhagavatam dan dari para penyembah, dia menjadi mantap dalam bhakti kepada Tuhan. Dengan mengembangkan bhakti, seseorang dibebaskan dari sifat-sifat nafsu dan kebodohan, dan dengan demikian, nafsu-nafsu material dan kelobaan dihilangkan. Apabila hal-hal yang tidak suci tersebut dihapus, seorang calon menjadi mantap pada kedudukannya, yaitu kebaikan yang murni, dan dia disemangatkan oleh bhakti dan mengerti ilmu pengetahuan tentang Tuhan secara sempurna. Demikianlah bhakti-yoga memotong ikatan keras berupa kasih sayang material dan memungkinkan seseorang segera mencapai tingkat asaḿśayam samagram, yaitu mengerti tentang Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa." (Bhag. 1.2.17-21).
Karena itu, hanya dengan mendengar dari Krishna atau dari penyembah Beliau dalam kesadaran Krishna seseorang dapat mengerti ilmu pengetahuan tentang Krishna.


7.2

 

jñānaḿ te 'haḿ sa-vijñānam
idaḿ vakṣyāmy aśeṣataḥ
yaj jñātvā neha bhūyo 'nyaj
jñātavyam avaśiṣyate

jñānam—pengetahuan yang dapat dilihat; te—kepadamu; aham—Aku; sa—dengan; vijñānam—pengetahuan yang tidak dapat dilihat; idam—ini; vakṣyāmi—akan menjelaskan; aśeṣataḥ—sepenuhnya; yat—yang; jñātvā—mengetahui; na—tidak; iha—di dunia ini; bhūyaḥ—lebih lanjut; anyat—sesuatu yang lebih; jñātavyam—dapat diketahui; avaśiṣyate—tinggal.


Terjemahan

Sekarang Aku akan menyatakan pengetahuan ini kepadamu secara keseluruhan, baik yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat. Dengan menguasai pengetahuan ini, tidak akan ada hal lain lagi yang belum engkau ketahui.


Penjelasan

Pengetahuan yang lengkap meliputi pengetahuan tentang dunia yang dapat dilihat, sang roh yang melatarbelakangi dunia ini, dan sumber kedua-duanya. Inilah pengetahuan rohani. Tuhan ingin menjelaskan sistem pengetahuan tersebut di atas karena Arjuna adalah penyembah dan kawan Krishna yang akrab. Pada awal Bab Empat, penjelasan tersebut telah diberikan oleh Krishna, dan penjelasan itu dibenarkan sekali lagi di sini yaitu; bahwa pengetahuan yang lengkap hanya dapat dicapai oleh seorang penyembah Tuhan secara langsung dari Tuhan dalam garis perguruan. Karena itu, hendaknya orang cukup cerdas untuk mengetahui sumber segala pengetahuan, yang menjadi sebab segala sebab, dan satu-satunya obyek semadi dalam segala jenis latihan yoga. Apabila sebab segala sebab diketahui, maka segala sesuatu yang dapat diketahui dikenal, dan tidak ada sesuatupun yang belum diketahui. Dalam Veda (Mundaka Upanisad 1.3) dinyatakan, kasmin bhaga vo vijnate sarvam idam vijnatam bhavati.


7.3

manuṣyāṇāḿ sahasreṣu
kaścid yatati siddhaye
yatatām api siddhānāḿ
kaścin māḿ vetti tattvataḥ

manuṣyāṇām—di antara manusia; sahasresu—di antara beriburibu; kaścit—seseorang; yatati—berusaha; siddhaye—untuk kesempurnaan; yatatām—mereka yang berusaha seperti itu; api—memang; siddhānām—dari mereka yang sudah mencapai kesempurnaan; kaścit—seseorang; mām—Aku; vetti—mengetahui; tattvataḥ—dengan sebenarnya.


Terjemahan

Di antara beribu-ribu orang, mungkin ada satu yang berusaha untuk mencapai kesempurnaan, dan di antara mereka yang sudah mencapai kesempurnaan, hampir tidak ada satupun yang mengetahui tentang Diri-Ku dengan sebenarnya.



Penjelasan

Ada berbagai tingkat manusia, dan di antara beribu-ribu orang, mungkin ada satu yang cukup tertarik pada keinsafan rohani hingga ia berusaha mengetahui apa itu sang roh, apa itu badan, dan apa itu Kebenaran Mutlak. Pada umumnya manusia hanya sibuk di dalam kegiatan seperti binatang yaitu; makan, tidur, membela diri dan berketurunan, dan hampir tiada seorangpun yang tertarik pada pengetahuan rohani. Enam bab pada awal Bhagavad-gita dimaksudkan untuk orang yang tertarik pada pengetahuan rohani, untuk mengerti tentang sang roh, Roh Yang Utama dan cara keinsafan melalui jñāna-yoga, Dhyana-yoga dan cara membedakan antara sang roh dan alam. Akan tetapi, Krishna hanya dapat dikenal oleh orang yang sadar akan Krishna. Rohaniwan lainnya barangkali mencapai keinsafan terhadap Brahman yang tidak berbentuk pribadi, sebab keinsafan ini lebih mudah daripada mengerti tentang Krishna. Krishna adalah Kepribadian Yang Paling Utama, tetapi pada waktu yang sama Beliau berada di luar jangkauan pengetahuan Brahman dan Paramatma. Para yogi dan para jñānī bingung dalam usaha-usaha mereka untuk mengerti tentang Krishna. Walaupun yang paling terkemuka di antara orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, yaitu Sripada Sankaracarya, dalam penafsiran beliau tentang Bhagavad-gita beliau juga mengakui bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Namun para pengikut Sankaracarya tidak mengakui Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sebab sangat sulit mengenal Krishna, walaupun seseorang sudah mencapai keinsafan rohani terhadap Brahman yang tidak berbentuk pribadi. Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sebab segala sebab, Sri Govinda yang asli. īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇah sac-cid- ananda vigrahah / anadir adir govindah sarva karana-kāraṇam. Orang yang bukan penyembah sulit sekali mengenal Krishna. Walaupun mereka menyatakan bahwa jalan bhakti, atau pengabdian rohani sangat mudah, mereka tidak akan sanggup mempraktekkan cara bhakti. Kalau memang jalan bhakti begitu mudah, seperti yang dikatakan oleh golongan orang yang bukan penyembah, mengapa mereka memilih jalan yang lain dan sulit? Sebenarnya, jalan bhakti tidak mudah. Sesuatu yang hanya namanya saja jalan bhakti yang dipraktekkan oleh orang yang tidak berkualifikasi, karena mereka tanpa pengetahuan tentang bhakti barangkali tampaknya mudah, namun apabi la bhakti dipraktekkan secara nyata menurut aturan dan peraturan, mereka para sarjana dan para filosof yang berangan-angan pikiran akan jatuh dari jalan itu. Srila Rupa Gosvami menulis di dalam karyanya berjudul Bhakti-rasamrta-sindhu (1.2.101):

śruti-smṛti-purāṇādi-
pañcarātra-vidhiḿ vinā
aikāntikī harer bhaktir
utpātāyaiva kalpate

Bhakti kepada Tuhan yang mengabaikan kesusasteraan Veda yang dibenarkan, misalnya Upanisad-upanisad, Puranapurana, dan Naradapancaratra, hanya merupakan gangguan yang tidak diperlukan di dalam masyarakat."
   Bagi yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dan sudah menginsafi Brahman atau yogi yang sudah menginsafi Paramatma tidak mungkin mengerti tentang Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sebagai putera ibu Yasoda atau kusir kereta Arjuna. Para dewa yang muliapun kadang-kadang bingung tentang Krishna: Krishna bersabda, (muhyanti yat surayah). Mam tu veda na kaścana, Tiada seorangpun yang mengenal Diri-Ku dengan sebenarnya." Kalau seseorang sungguh-sungguh mengenal Krishna, maka samaḥ atma sudurlabhah. Roh yang mulia seperti itu jarang sekali ditemukan." Karena itu, kalau seseorang tidak melakukan latihan bhakti kepada Tuhan, ia tidak dapat mengenal Krishna dengan sebenarnya (tattvataḥ), walaupun ia sarjana yang hebat atau ahli filsafat. Hanya para penyembah yang murni dapat mengetahui sesuatu tentang sifat-sifat rohani yang tidak terhingga di dalam Krishna, di dalam sebab segala sebab, dalam Kemahakuasaan dan kemewahan Beliau, dan di dalam kekayaan, kemashyuran, kekuatan, ketām panan, pengetahuan dan ketidakterikatan Beliau, sebab Krishna bersikap murah hati terhadap para penyembah-Nya. Krishna adalah kata terakhir dalam keinsafan Brahman, dan hanya para penyembah dapat menginsafi Beliau dengan sebenarnya. Karena itu, dinyatakan:

ataḥ śrī-kṛṣṇa-nāmādi
na bhaved grāhyam indriyaiḥ
sevonmukhe hi jihvādau
svayam eva sphuraty adaḥ

Tiada seorangpun yang dapat mengerti tentang sifat rohani, nama, bentuk, sifat dan kegiatan Krishna melalui indera-inderanya yang dicemari secara material. Tetapi Krishna memperlihatkan Diri-Nya kepada para penyembah karena Krishna menyayangi mereka atas cinta-bhakti rohani mereka kepada Beliau." (Bhakti-rasamrta-sindhu 1.2.234).


7.4

 

bhūmir āpo 'nalo vāyuḥ
khaḿ mano buddhir eva ca
ahańkāra itīyaḿ me
bhinnā prakṛtir aṣṭadhā

bhūmiḥ—tanah; āpaḥ—air; analaḥ—api; vāyuḥ—udara; kham—angkasa; manaḥ—pikiran; buddhiḥ—kecerdasan; evā—pasti; ca—dan; ahańkāraḥ—keakuan yang palsu; iti—demikian; iyam—semua ini; me—milik-Ku; bhinnā—terpisah; prakṛtiḥ—tenaga-tenaga; aṣṭadhā—delapan jenis.


Terjemahan

Tanah, air, api, udara, angkasa, pikiran, kecerdasan dan keakuan yang palsu—secara keseluruhan delapan unsur ini merupakan tenaga-tenaga material yang terpisah dari Diri-Ku.


Penjelasan

Ilmu pengetahuan Ketuhanan menganalisis kedudukan dasar Tuhan dan berbagai tenaga Beliau. Alam material disebut prakṛti, atau tenaga Tuhan dalam berbagai titisan purusa Beliau (penjelmaan-penjelmaan) sebagaimana diuraikan dalam Satvata Tantra:

viṣṇos tu trīṇi rūpāṇi
puruṣākhyāny atho viduḥ
ekaḿ tu mahatāḥ sraṣṭṛ
dvitīyaḿ tv aṇḍa-saḿsthitam
tṛtīyaḿ sarva-bhūta-sthaḿ
tāni jñātvā vimucyate

Untuk ciptaan material, penjelmaan yang berkuasa penuh dari Sri Krishna berwujud sebagai tiga Visnu. Yang pertama adalah, MahaVisnu, menciptakan seluruh tenaga material, yang bernama mahat-tattva. Yang kedua, Garbhodakakasayi Visnu, memasuki seluruh alam semesta untuk menciptakan keanekawarnaan di dalam tiap-tiap alam semesta itu. Yang ketiga, Ksirodakasayi Visnu, tersebar sebagai Roh Yang Utama yang berada di mana-mana di seluruh alam semesta dan juga bernama Paramatma. Beliau berada di mana-mana bahkan di dalam atomatom sekalipun. Siapapun yang mengenal ketiga Visnu tersebut dapat dibebaskan dari ikatan material."
   Dunia material ini adalah perwujudan sementara dari salah satu di antara tenaga-tenaga Tuhan. Segala kegiatan dunia material diatur oleh tiga penjelmaan Visnu tersebut dari Sri Krishna. Purusa-purusa ini disebut penjelmaan-penjelmaan. Pada umumnya orang yang tidak mengenal ilmu pengetahuan Ketuhanan (Krishna) menduga bahwa dunia material ini dimaksudkan untuk dinikmati oleh para makhluk hidup dan bahwa para makhluk hidup adalah purusa-purusa—tujuan-tujuan yang menyebabkan, mengendalikan dan menikmati tenaga material. Menurut Bhagavad-gita, kesimpulan tersebut yang tidak mengakui Tuhan adalah kesimpulan yang salah. Dalam ayat yang sedang dibicarakan, dinyatakan bahwa Krishna adalah sebab asli manifestasi material. Kenyataan ini juga dibenarkan dalam Srimad-Bhagavatam Unsur-unsur manifestasi material adalah tenaga-tenaga yang dipisahkan dari Tuhan. Brahmajyoti, yang merupakan tujuan utama bagi orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, adalah tenaga rohani yang di wujudkan di angkasa rohani. Tidak ada keanekawarnaan rohani di dalam brahmajyoti seperti keanekawarnaan rohani yang ada di planet-planet Vaikunthaloka, dan orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan menganggap bahwa brahmajyoti tersebut sebagai tujuan kekal yang paling tinggi. Manifestasi Paramatma juga merupakan aspek Ksirodakasayi Visnu yang bersifat sementara dan berada di mana-mana. Manifestasi Paramatma tidak kekal di dunia rohani. Karena itu, Kebenaran Mutlak yang nyata adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Krishna. Krishna adalah kepribadian lengkap sumber tenaga, dan Beliau memiliki berbagai tenaga dalam dan tenaga yang terpisah dari Diri-Nya.
   Di dalam tenaga material, ada delapan perwujudan utama, sebagaimana disebut di atas. Di antara delapan perwujudan tersebut, lima perwujudan pertama, yaitu; tanah, air, api, udara dan angkasa, disebut lima ciptaan besar atau ciptaan kasar, dan lima obyek indera termasuk di dalam lima ciptaan itu. Lima obyek indera tersebut adalah manifestasi-manifestasi  suara, rabaan, bentuk, rasa dan bau alamiah. Ilmu pengetahuan material terdiri dari sepuluh unsur tersebut dan tidak lebih daripada itu. Tetapi tiga unsur lainnya, yaitu pikiran, kecerdasan dan keakuan yang palsu, dialpakan oleh orang duniawi. Filosof-filosof yang menangani kegiatan pikiran juga belum memiliki pengetahuan yang sempurna karena mereka belum mengenal sumber yang paling utama, yaitu Krishna. Keakuan yang palsu—Aku berada," dan Itu milikku," yang merupakan prinsip dasar kehidupan material—termasuk sepuluh indera untuk kegiatan material. Kecerdasan menunjukkan seluruh ciptaan alam, yang disebut mahat-tattva. Karena itu, dari delapan tenaga yang dipisahkan dari Tuhan terwujudlah duapuluh empat unsur dunia material yang merupakan mata pelajaran filsafat Sāńkhya yang tidak percaya kepada Tuhan. Unsur-unsur tersebut semula berasal dari tenaga-tenaga Krishna dan dipisahkan dari Krishna, tetapi para filosof Sāńkhya yang tidak percaya kepada Tuhan dan kurang memiliki pengetahuan tidak mengenal Krishna sebagai sebab segala sebab. Mata pelajaran yang dibicarakan dalam filsafat Sāńkhya hanyalah perwujudan tenaga luar Krishna, sebagaimana diuraikan dalam Bhagavad-gita.

7.5

 

apareyam itas tv anyāḿ
prakṛtiḿ viddhi me parām
jīva-bhūtāḿ mahā-bāho
yayedaḿ dhāryate jagat

aparā—lebih rendah; iyam—ini; itaḥ—di samping ini; tu—tetapi; anyam—lain; prakṛtim—tenaga; viddhi—cobalah untuk mengerti; me—milik-Ku; param—utama; jīva-bhūtām—terdiri dari para makhluk hidup; mahā-bāho—wahai yang berlengan perkasa; yayā—oleh siapa; idam—ini; dhāryate—digunakan atau diperah; jagat—dunia material.


Terjemahan

Wahai Arjuna yang berlengan perkasa, di samping tenaga-tenaga tersebut, ada pula tenaga-Ku yang lain yang bersifat utama, terdiri dari para makhluk hidup yang menggunakan sumber-sumber alam material yang rendah tersebut.


Penjelasan

Di sini disebut dengan jelas bahwa para makhluk hidup adalah bagian dari alam utama (atau tenaga utama) Tuhan Yang Maha Esa. Tenaga yang rendah adalah alam terwujud dalam berbagai unsur, yaitu; tanah, air, api, udara, angkasa, pikiran, kecerdasan, dan keakuan yang palsu. Kedua bentuk alam material, yaitu bentuk kasar (tanah dan sebagainya) dan halus (pikiran dan sebagainya), dihasilkan dari tenaga rendah. Para makhluk hidup, yang memerah tenaga-tenaga rendah tersebut untuk berbagai tujuan, adalah tenaga utama Tuhan Yang Maha Esa, dan oleh karena tenaga tersebut, seluruh dunia material berjalan. Manifestasi alam semesta tidak berdaya untuk bergerak kecuali digerakkan oleh tenaga utama, yaitu makhluk hidup. Tenaga-tenaga selalu dikendalikan oleh sumber tenaga. Karena itu, para makhluk hidup selalu dikendalikan oleh Tuhan—para makhluk hidup tidak mempunyai eksistensi tersendiri. Para makhluk hidup tidak pernah mempunyai kekuatan yang sama dengan kekuatan Tuhan, seperti yang di bayangkan oleh orang yang kurang cerdas. Perbedaan antara makhluk hidup dan Tuhan diuraikan dalam Srimad-Bhagavatam (10.87.30) sebagai berikut:

aparimitā dhruvās tanu-bhṛto yadi sarva-gatās
tarhi na śāsyāteti niyamo dhruva netarathā
ajani ca yan-mayā ḿ tad avimucya niyantṛ bhavet
samam anujānatāḿ yad amataḿ mata-duṣṭatayā

O Kepribadian Yang Mahaabadi! Kalau para makhluk hidup adalah kekal dan berada di mana-mana seperti Anda, maka mereka tidak berada di bawah pengendalian Anda. Tetapi kalau diakui bahwa para makhluk hidup adalah tenaga-tenaga kecil dari Diri Anda, maka mereka segera berada di bawah pengendalian Anda yang paling utama. Karena itu, pembebasan sejati menyangkut penyerahan diri para makhluk hidup terhadap pengendalian Anda, dan penyerahan diri itu akan membahagiakan mereka. Hanya dalam keadaan dasar itulah mereka dapat mengendalikan sesuatu. Karena itu, orang yang kurang berpengetahuan yang mendukung teori monisme yang menganggap Tuhan dan para makhluk hidup sejajar dalam segala hal sebenarnya dibawa oleh anggapan yang salah dan tercemar."
   Satu-satunya Tuhan Yang Maha Esa Krishna yang mengendalikan, dan semua makhluk hidup dikendalikan oleh Beliau. Makhluk-makhluk hidup tersebut adalah tenaga utama Beliau, sebab sifat keberadaan mereka adalah satu dan sama dengan Yang Mahakuasa, tetapi mereka tidak pernah sejajar dengan Tuhan dalam jumlah kekuatan. Sambil memerah tenaga rendah yang kasar dan halus (alam), tenaga utama (makhluk hidup) melupakan pikiran dan kecerdasan rohaninya yang sejati. Kelupaan seperti itu disebabkan oleh pengaruh alam terhadap makhluk hidup. Tetapi apabila makhluk hidup dibebaskan dari pengaruh tenaga material yang mengkhayalkan, dia mencapai tingkat yang disebut mukti, atau pembebasan. Keakuan palsu, di bawah pengaruh khayalan material, berpikir, Diriku adalah unsur-unsur alam, dan benda-benda material yang telah kuperoleh adalah milikku." Kedudukan makhluk hidup yang sejati diinsafi apabila ia dibebaskan dari segala ide material, termasuk paham bahwa Diri-Nya bersatu dengan Tuhan dalam segala hal. Karena itu, seseorang dapat menarik kesimpulan bahwa Bhagavad-gita membenarkan makhluk hidup hanya salah satu di antara berbagai tenaga Krishna; dan apabila tenaga ini dibebaskan dari pencemaran material, maka ia menjadi sadar akan Krishna sepenuhnya, atau mencapai pembebasan.




7.6

 

etad-yonīni bhūtāni
sarvāṇīty upadhāraya
ahaḿ kṛtsnasya jagataḥ
prabhavaḥ pralayas tathā

etat—dua tenaga tersebut; yonīni—sumber kelahirannya; bhūtāni—segala sesuatu yang diciptakan; sarvāni—semua; iti—demikian; upadhāraya—mengenal; aham—Aku; kṛtsnasya—mengandung segala sesuatu; jagataḥ—dunia; prabhāvaḥ—sumber perwujudan; pralayaḥ—peleburan; tathā—beserta.


Terjemahan

Semua makhluk yang diciptakan bersumber dari kedua alam tersebut. Ketahuilah dengan pasti bahwa Aku adalah sumber perwujudan dan peleburan segala sesuatu di dunia ini, baik yang bersifat material maupun yang bersifat rohani.


Penjelasan

Segala sesuatu yang ada dihasilkan dari unsur-unsur alam dan kerohanian. Sang roh adalah lapangan dasar ciptaan, dan unsur-unsur alam diciptakan oleh tenaga rohani. Sang roh tidak diciptakan pada tahap tertentu perkembangan material. Melainkan, dunia material ini diwujudkan hanya atas dasar tenaga rohani. Badan material ini dikembangkan karena sang roh berada di dalam alam. Anak tumbuh berangsur-angsur sampai masa remaja dan kemudian sampai dewasa karena tenaga utama tersebut, yaitu sang roh, berada di dalam badannya. Begitu pula, seluruh manifestasi alam semesta yang besar sekali dikembangkan karena adanya Roh Yang Utama, Visnu. Karena itu, alam dan rohani, yang bergabung untuk mewujudkan bentuk alam semesta yang besar sekali pada permulaan adalah dua tenaga dari Tuhan. Karena itu, Tuhan adalah asal mula segala sesuatu. Bagian percikan dari Tuhan yang mempunyai sifat yang sama seperti Tuhan, yaitu makhluk hidup, dapat membangun gedung pencakar langit yang besar, pabrik besar, ataupun kota yang besar dibangun, tetapi makhluk hidup tidak dapat membangun alam semesta yang besar. Yang menyebabkan alam semesta yang besar diwujudkan ialah roh yang besar, atau Roh Yang Utama. Krishna, Yang Mahakuasa, adalah penyebab roh-roh yang besar maupun roh-roh yang kecil. Karena itu, Krishna adalah penyebab asli segala sebab. Kenyataan ini dibenarkan dalam Katha Upanisad (2.2.13). Nityo nityanam cetanas cetanānām.




7.7

 

mattaḥ parataraḿ nānyat
kiñcid asti dhanañjaya
mayi sarvam idaḿ protaḿ
sūtre maṇi-gaṇā iva

mattaḥ—melampaui-Ku; para-taram—lebih tinggi; na—tidak; anyat kiñcit—apapun yang lain; asti—ada; dhanañjaya—wahai perebut kekayaan; mayi—di dalam Diri-Ku; sarvam—segala sesuatu yang ada; idam—yang kita lihat; protam—diikat pada seutas tali; sūtre—benang; maṇi-gaṇāḥ—mutiara-mutiara; ivā—seperti.


Terjemahan

Wahai perebut kekayaan, tidak ada kebenaran yang lebih tinggi dari pada-Ku. Segala sesuatu bersandar kepada-Ku, bagaikan mutiara diikat pada seutas tali.


Penjelasan

Biasanya ada perdebatan mengenai apakah Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama berbentuk pribadi atau tidak berbentuk pribadi. Menurut Bhagavad-gita, Kebenaran Mutlak adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna, dan kenyataan ini dibenarkan pada setiap langkah. Khususnya dalam ayat ini, ditegaskan bahwa Kebenaran Mutlak adalah kepribadian. Brahma-samhita juga membenarkan bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama: īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇah sac-cid-anandavigrahah; yaitu, Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah Sri Krishna. Tuhan Yang Mahaabadi, sumber segala kebahagiaan, Govinda, dan bentuk kekal kebahagiaan dan pengetahuan yang lengkap. Oleh karena bukti dari sumber-sumber yang dapat dipercaya tersebut, tidak dapat diragu-ragukan bahwa Kebenaran Mutlak adalah Kepribadian Yang Paling Utama, sebab segala sebab. Akan tetapi, orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan berdebat berdasarkan kekuatan versi Veda yang diberikan dalam svetasvatara Upanisad (3.10) sebagai berikut: tato yad uttarataram tad arupam anāmayam/ ya etad vidur amrtas te bhavānti athetare duḥkham evapiyanti. Di dunia material dimengerti bahwa Brahma, makhluk hidup pertama di alam semesta, adalah yang paling tinggi di antara para dewa, manusia, dan binatang-binatang yang lebih rendah. Tetapi di atas Brahma ada Kerohanian (Transenden) yang tidak mempunyai bentuk material dan bebas dari segala pengaruh material. Siapapun yang dapat mengenal Beliau juga menjadi rohani, tetapi mereka yang belum mengenal Beliau menderita kesengsaraan dunia material."
Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan lebih menitikberatkan kata arupam. Tetapi kata arupam tidak berarti tanpa bentuk pribadi. Kata arupam menunjukkan bentuk rohani kekekalan, kebahagiaan dan pengetahuan sebagaimana diuraikan dalam Brahma-samhita yang dikutip diatas. Ayat-ayat lain dari svetasvatara Upanisad membenarkan kenyataan ini sebagai berikut:

vedāham etaḿ puruṣaḿ mahāntam
āditya-varṇaḿ tamasaḥ parastāt
tam eva viditvāti mṛtyum eti
nānyaḥ panthā vidyāte 'yanāya


yasmāt paraḿ nāparam asti kiñcid
yasmān nāṇīyo no jyāyo 'sti kiñcit
vṛkṣa iva stabdho divi tiṣṭhaty ekas
tenedaḿ pūrṇaḿ puruṣeṇa sarvam

Saya mengenal bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa melampaui segala paham material tentang kegelapan. Hanya orang yang mengenal Beliau dapat melampaui ikatan kelahiran dan kematian. Tiada cara lain untuk mencapai pembebasan selain pengetahuan tentang Kepribadian Yang Paling Utama itu.
Tidak ada kebenaran yang lebih tinggi daripada Kepribadian Yang Paling Utama itu, karena Beliau adalah Yang Mahatinggi. Beliau lebih kecil daripada yang paling kecil dan Beliau lebih besar daripada yang paling besar. Beliau mantap bagaikan pohon yang diam. Beliau menerangi angkasa rohani. Seperti halnya sebatang pohon menyebarkan akarnya, begitu pula Beliau menyebarkan tenaga-tenaga-Nya yang luas."




7.8

 

raso 'ham apsu kaunteya
prabhāsmi śaśi-sūryayoḥ
praṇavaḥ sarva-vedeṣu
śabdaḥ khe pauruṣaḿ nṛṣu

rasaḥ—rasa; aham—Aku; apsu—di dalam air; kaunteya—wahai putera Kuntī ; prabhā—cahaya; asmi—Aku adalah; śaśi-sūryayoḥ—dari matahari dan bulan; praṇavaḥ—tiga huruf aum; sarva—di dalam semua; vedeṣu—Veda; śabdaḥ—getaran suara; khe—di angkasa; pauruṣam—kesanggupan; nṛṣu—dalam manusia.


Terjemahan

Wahai putera Kuntī  (Arjuna), Aku adalah rasa air, cahaya matahari dan bulan, suku kata om dalam mantra-mantra Veda; Aku adalah suara di angkasa dan kesanggupan dalam manusia.


Penjelasan

Ayat ini menjelaskan bagaimana Krishna berada di mana-mana melalui berbagai tenaga-Nya yang material dan rohani. Tuhan Yang Maha Esa pada tahap permulaan dipahami melalui berbagai tenaga-Nya, dan dengan cara demikian seseorang menginsafi Beliau secara tidak pribadi. Seperti halnya dewa di planet matahari adalah kepribadian dan adanya dewa matahari dirasakan melalui tenaganya yang berada di mana-mana, yaitu sinar matahari, begitu pula, walaupun Tuhan berada di tempat tinggal-Nya yang kekal, Beliau dirasakan melalui berbagai tenaga-Nya yang berada di mana-mana. Rasa air adalah prinsip aktif di dalam air. Tidak seorangpun yang suka minum air laut, sebab rasa air yang murni sudah tercampur dengan garam. Seseorang tertarik kepada air tergantung pada kemurnian rasa air itu, dan rasa murni ini adalah satu di antara tenaga-tenaga Tuhan. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan merasakan adanya Tuhan di dalam air melalui rasa air, dan orang yang mengakui bentuk pribadi Tuhan juga memuji kebesaran Tuhan karena Beliau bermurah hati untuk menyediakan air yang enak untuk menghilangkan kedahagaan manusia. Itulah cara merasakan adanya Yang Maha Kuasa. Hampir tidak ada hal yang bertentangan antara filsafat yang mengakui bentuk pribadi Tuhan dan filsafat yang tidak mengakui pribadi Tuhan. Orang yang mengenal Tuhan mengetahui bahwa paham yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dan paham yang mengakui bentuk pribadi Tuhan berada di dalam segala sesuatu pada waktu yang sama dan bahwa tidak ada hal yang bertentangan. Karena itu, Sri  Caitanya memantapkan ajaran-Nya yang mulia yaitu: acintya bheda dan abhedatattva—persatuan dan perbedaan pada waktu yang sama.
Cahaya matahari dan bulan juga semula berasal dari brahmajyoti, cahaya Tuhan yang tidak bersifat pribadi. Pranava, atau suara rohani oḿ-kāra pada awal tiap-tiap mantra Veda, untuk penyapaan kepada Tuhan Yang Maha Esa juga berasal dari Beliau. Oleh karena orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan sangat takut menyapa kepada Tuhan Yang Maha Esa Krishna dengan nama-nama-Nya yang tidak dapat dijumlah, mereka lebih suka mengucapkan suara rohani oḿ-kāra. Tetapi mereka tidak mengerti bahwa oḿ-kāra adalah perwujudan Krishna dalam bentuk getaran suara. Jangkauan kesadaran Krishna tersebar di mana-mana, dan orang yang mengenal kesadaran Krishna mendapat berkat. Orang yang belum mengenal Krishna berada di dalam khayalan. Karena itu, pengetahuan tentang Krishna adalah pembebasan, dan tidak mengetahui tentang Krishna adalah ikatan.



7.9

 

puṇyo gandhaḥ pṛthivyāḿ ca
tejaś cāsmi vibhāvasau
jīvanaḿ sarva-bhūteṣu
tapaś cāsmi tapasviṣu

puṇyāḥ—asli; gandhaḥ—harum; pṛthivyām—di dalam tanah; ca—juga; tejaḥ—panas; ca—juga; asmi—Aku adalah; vibhāvasau—di dalam api; jīvanam—nyawa; sarva—di dalam semua; bhūteṣu—para makhluk hidup; tapaḥ—pertapaan; ca—juga; asmi—Aku adalah; tapasviṣu—orang yang bertapa.


Terjemahan

Aku adalah harum yang asli dari tanah, dan Aku adalah panas dalam api. Aku adalah nyawa segala sesuatu yang hidup, dan Aku adalah pertapaan semua orang yang bertapa.


Penjelasan

Punya berarti sesuatu yang tidak busuk; punya adalah sesuatu yang asli. Segala sesuatu di dunia material mempunyai rasa atau aroma tertentu, misalnya rasa dan aroma di dalam bunga, atau di dalam tanah, di dalam air, di dalam api, di dalam udara, dan sebagainya. Rasa yang tidak tercemar, atau rasa yang asli, yang berada di dalam segala sesuatu adalah Krishna. Begitu pula, segala sesuatu mempunyai rasa asli yang khusus, dan rasa itu dapat diubah dengan campuran zat-zat kimia. Karena itu, segala sesuatu yang asli mempunyai bau tertentu, harum tertentu, dan rasa tertentu. Vibhavasu berarti api. Tanpa api kita tidak dapat menjalankan pabrik, kita tidak dapat memasak, dan sebagainya, dan api itu adalah Krishna. Panas dalam api adalah Krishna. Menurut ilmu kedokteran Veda, kesulitan mencerna makanan disebabkan suhu rendah di dalam perut. Karena itu, api diperlukan untuk mencerna makanan. Dalam kesadaran Krishna kita menyadari bahwa tanah, air, api, udara, dan tiap-tiap prinsip yang aktif, semua zat kimia dan semua unsur material disebabkan oleh Krishna. Panjang usia hidup manusia juga disebabkan oleh Krishna. Karena itu, atas berkat karunia Krishna, manusia dapat memperpanjang usianya atau menguranginya. Karena itu, kesadaran Krishna aktif di setiap bidang.



7.10

 

bījaḿ māḿ sarva-bhūtānāḿ
viddhi pārtha sanātanam
buddhir buddhimatām asmi
tejas tejasvinām aham

bījam—biji; mām—Aku; sarva-bhūtānām—milik semua makhluk hidup; viddhi—cobalah mengerti; pārtha—wahai putera Pṛthā; sanātanam—asli, kekal; buddhiḥ—kecerdasan; buddhimatam—milik orang yang cerdas; asmi—Aku adalah; tejaḥ—kewibawaan; tejasvinām—milik orang yang perkasa; aham—Aku adalah.


Terjemahan

Wahai putera Pṛthā, ketahuilah bahwa Aku adalah benih asli segala kehidupan, kecerdasan orang yang cerdas, dan kewibawaan orang yang perkasa.


Penjelasan

Bijam berarti benih; Krishna adalah benih segala sesuatu. Ada berbagai makhluk hidup, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Burung, binatang, manusia dan banyak makhluk hidup lainnya adalah makhluk hidup yang bergerak; sedangkan pohon-pohon dan tumbuhan tidak dapat bergerak, tetapi hanya berdiri di satu tempat. Tiap-tiap makhluk hidup adalah salah satu dari jumlah 8.400.000 jenis kehidupan. Beberapa di antaranya bergerak dan beberapa di antaranya tidak bergerak. Tetapi, dalam setiap jenis kehidupan benih kehidupan mereka adalah Krishna. Sebagaimana dinyatakan dalam kesusasteraan Veda, Brahman, atau Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama, adalah asal mula segala sesuatu. Krishna adalah Parabrahman, Roh Yang Paling Utama. Brahman tidak bersifat pribadi dan Parabrahman bersifat pribadi. Brahman yang tidak bersifat pribadi termasuk di dalam aspek yang bersifat pribādi—demikianlah pernyataan dalam Bhagavad-gita. Karena itu, pada permulaan, Krishna adalah sumber segala sesuatu. Krishna diumpamakan sebagai akar. Seperti halnya akar sebatang pohon memelihara seluruh pohon itu, begitu pula Krishna sebagai akar asli segala sesuatu memelihara segala sesuatu dalam manifestasi material ini. Ini juga dibenarkan dalam kesusasteraan Veda (Katha Upanisad 2.2.13):

nityo nityānāḿ cetanaś cetanānām
eko bahūnāḿ yo vidadhāti kāmān

Krishna adalah Yang Mahakekal di antara semua insan yang kekal, Krishna adalah insan yang paling utama di antara semua insan, dan Krishna Sendiri yang memelihara segala kehidupan. Seseorang tidak dapat berbuat sesuatu tanpa kecerdasan, dan Krishna juga menyatakan bahwa Diri-Nya adalah akar segala kecerdasan. Seseorang tidak dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, kalau ia belum memiliki kecerdasan.



7.11

 

balaḿ bala-vatāḿ cāhaḿ
kāma-rāga-vivarjitam
dharmāviruddho bhūteṣu
kāmo 'smi Bhārata rṣabha

balam—kekuatan; bala-vatam—milik orang yang kuat; ca—dan; aham—Aku adalah; kāma—nafsu; rāga—dan ikatan; vivarjitam—tanpa; dharma-aviruddhaḥ—tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip keagamaan; bhūteṣu—dalam semua makhluk; kāmaḥ—hubungan suami isteri; asmi—Aku adalah; bhārata-ṛṣabha—wahai prabhu dari keluarga Bhārata.


Terjemahan

Aku adalah kekuatan orang yang kuat, bebas dari nafsu dan keinginan. Aku adalah hubungan suami isteri yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip keagamaan, wahai prabhu dari keluarga Bhārata  [Arjuna].


Penjelasan

Kekuatan orang yang kuat hendaknya digunakan untuk melindungi orang yang lemah, dan bukan untuk mengadakan ancaman pribadi. Begitu pula, hubungan suami isteri menurut prinsip-prinsip keagamaan (dharma), hendaknya digunakan untuk berketurunan, dan tidak digunakan untuk tujuan lain. Kemudian tanggung jawab orang tua ialah menjadikan keturunannya sadar akan Krishna.




7.12

 

ye caiva sāttvikā bhāvā
rājasās tāmasāś ca ye
matta eveti tān viddhi
na tv ahaḿ teṣu te mayi


ye—semua yang; ca—dan; evā—pasti; sāttvikaḥ—dalam kebaikan; bhāvaḥ—keadaan-keadaan hidup; rājasāḥ—dalam sifat nafsu; tamasaḥ—dalam sifat kebodohan; ca—juga; ye—semua yang; mattaḥ—dari-Ku; evā—pasti; iti—demikian; tān—yang itu; viddhi—cobalah mengenal; na—tidak; tu—tetapi; aham—Aku; teṣu—dalam itu; te—yang itu; mayi—di dalam Diri-Ku.


Terjemahan

Ketahuilah bahwa segala keadaan hidup; baik kebaikan, nafsu maupun kebodohan—diwujudkan oleh tenaga-Ku. Menurut suatu pengertian, Aku adalah segala sesuatu, tetapi Aku bebas. Aku tidak berada di bawah pengaruh sifat-sifat alam material, sebaliknya sifat-sifat alam berada di dalam Diri-Ku.


Penjelasan

Segala kegiatan material di dunia sedang dijalankan di bawah pengaruh tiga sifat alam material. Walaupun sifat-sifat alam material tersebut berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, Beliau tidak dipengaruhi oleh sifat-sifat itu. Misalnya, menurut hukum negara seseorang dapat dihukum, tetapi rājā , yang membuat hukum, tidak berada di bawah hukum itu. Begitu pula, segala sifat alam material kebaikan, nafsu maupun kebodohan—berasal dari Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna, tetapi Krishna tidak dipengaruhi oleh alam material. Karena itu, Krishna bersifat nirguna, yang berarti bahwa tiga guna, atau sifat-sifat tersebut, tidak mempengaruhi Krishna, walaupun sifat-sifat itu berasal dari Krishna. Itulah salah satu ciri istimewa Bhagavan, atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.

7.13

 

tribhir guṇa-mayā ir bhāvair
ebhiḥ sarvam idaḿ jagat
mohitaḿ nābhijānāti
mām ebhyaḥ param avyayām

tribhiḥ—tiga; guṇa-mayāiḥ—terdiri dari tiga guna; bhāvaiḥ—oleh keadaan keadaan hidup; ebhiḥ—semua ini; sarvam—seluruh; idam—ini; jagat—alam semesta; mohitam—dikhayalkan; na abhijānāti—tidak mengenal; mām—Aku; ebhyaḥ—di atas ini; param—Yang Mahakuasa; avyayām—tidak dapat dihabiskan.


Terjemahan

Dikhayalkan oleh tiga sifat [kebaikan, nafsu dan kebodohan], seluruh dunia tidak mengenal Diri-Ku, yang berada di atas sifat-sifat alam dan tidak dapat dimusnahkan.


Penjelasan

Seluruh dunia dipikat oleh tiga sifat alam material. Orang yang dikhayalkan oleh tiga sifat alam tersebut tidak dapat mengerti bahwa Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, melampaui alam material ini.
Setiap makhluk hidup di bawah pengaruh alam material memiliki jenis badan tertentu dan jenis kegiatan jiwa dan raga menurut jenis badan itu. Ada empat golongan manusia yang bekerja di dalam tiga sifat alam material. Orang yang berada dalam sifat kebaikan sepenuhnya disebut brahmaṇā. Orang yang berada sepenuhnya dalam sifat nafsu disebut ksatriya. Orang yang berada dalam sifat-sifat nafsu dan kebodohan disebut vaisya. Orang yang berada dalam sifat kebodohan sepenuhnya disebut sudra. Makhluk yang lebih rendah daripada itu adalah binatang atau kehidupan mereka seperti binatang. Akan tetapi, julukan tersebut tidak kekal. Kita dapat menjadi brahmaṇā, ksatriya, vaisya atau apapun—dalam keadaan manapun, kehidupan ini bersifat sementara. Tetapi walaupun kehidupan ini bersifat sementara dan kita belum mengetahui bagaimana nasib kita pada penjelmaan yang akan datang, kita dipesona oleh tenaga yang mengkhayalkan hingga memandang diri kita berdasarkan paham hidup jasmani. Karena itu, kita menganggap diri kita orang Amerika, orang India, orang Rusia, brahmaṇā, penganut agama ini ataupun agama itu dan sebagainya. Kalau kita menjadi terikat dengan sifat-sifat material, kita lupa kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang melatarbelakangi segala sifat tersebut. Jadi, Sri Krishna menyatakan bahwa makhluk hidup yang dikhayalkan oleh tiga sifat alam tidak mengerti bahwa di belakang latarbelakang material ada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Ada banyak jenis makhluk hidup—manusia, dewa, binatang, dan lain-lain. Tiap-tiap jenis kehidupan berada di bawah pengaruh alam material, dan semuanya sudah melupakan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang melampaui alam material. Orang yang berada dalam sifat-sifat nafsu dan kebodohan, dan juga orang yang berada dalam sifat kebaikan, tidak dapat melampaui paham Brahman yang tidak berbentuk pribadi tentang Kebenaran Mutlak. Mereka dibingungkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa dalam aspek pribadi-Nya, yang memiliki segala ketampanan, kekayaan, pengetahuan, kekuatan, kemasyhuran dan ketidakterikatan. Kalau orang yang berada dalam sifat kebaikan tidak dapat mengerti, apa yang dapat diharapkan bagi mereka yang berada dalam nafsu dan kebodohan? Kesadaran Krishna melampaui ketiga sifat alam material tersebut, dan orang yang benar-benar mantap dalam kesadaran Krishna sebenarnya sudah mencapai pembebasan.



7.14

 

daivī hy eṣā guṇa-mayī
mama māyā duratyayā
mām eva ye prapadyante
māyām etāḿ taranti te

daivī—rohani; hi—pasti; eṣā—ini; guṇa-mayī—terdiri dari tiga sifat alam material; mama—milik-Ku; mayā—tenaga; duratyayā—sulit sekali diatasi; mām—kepada-Ku; evā—pasti; ye—orang yang; prapadyante—menyerahkan diri; māyām etām—tenaga ini yang mengkhayalkan; taranti—mengatasi; te—mereka.


Terjemahan

Tenaga rohani-Ku, terdiri dari tiga sifat alam material, sulit diatasi. Tetapi orang yang sudah menyerahkan diri kepada-Ku dengan mudah sekali dapat menyeberang melampaui tenaga itu.

Penjelasan

Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa mempunyai tenaga-tenaga yang jumlahnya tidak dapat dihitung, dan semua tenaga itu bersifat rohani. Para makhluk hidup, adalah bagian dari tenaga-tenaga Tuhan, dan karena itu mereka bersifat rohani. Walaupun demikian, oleh karena hubungan para makhluk hidup dengan tenaga material, kekuatan utamanya yang asli ditutupi. Kalau seseorang ditutupi oleh tenaga material seperti itu, ia tidak mungkin mengatasi pengaruhnya. Sebagaimana sudah dinyatakan sebelumnya, baik alam material maupun alam rohani yang berasal dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah kekal. Para makhluk hidup termasuk tenaga utama yang kekal dari Tuhan, tetapi oleh karena pengaruh tenaga yang rendah, yaitu alam material, khayalan mereka juga bersifat kekal. Karena itu, roh yang terikat disebut nityabaddha, atau terikat untuk selamanya. Tiada seorangpun yang dapat menentukan sejarah ia menjadi terikat pada tanggal tertentu dalam sejarah material. Sebagai akibatnya, walaupun alam material itu adalah tenaga yang rendah, pembebasan roh terikat dari cengkraman alam material sangat sulit sebab tenaga material pada hakekatnya dijalankan oleh kehendak Yang Mahakuasa, yang tidak dapat diatasi oleh makhluk hidup. Alam material yang rendah didefinisikan di sini sebagai alam rohani karena hubungannya bersifat rohani dan karena alam bergerak atas kehendak Yang Mahakuasa. Oleh karena alam material dijalankan atas kehendak Yang Mahakuasa, walaupun alam bersifat rendah, alam bertindak dengan begitu ajaib dalam menciptakan dan meleburkan manifestasi alam semesta. Kenyataan ini dibenarkan dalam Veda sebagai berikut: mayā mrtu prakṛtim vidyan mayinam tu mahesvaram. Walaupun mayā  (khayalan) adalah palsu dan sementara, latar belakang mayā  adalah ahli kebatinan yang paling utama, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang bernama Mahesvara, atau Penguasa Yang Paling Utama." (svetasvatara Upanisad 4.10)
Kata guna juga berarti tali; harus dimengerti bahwa roh yang terikat diikat ketat oleh tali-tali khayalan. Jika tangan dan kaki seseorang diikat, ia tidak dapat membebaskan diri—ia harus ditolong oleh orang yang tidak diikat. Oleh karena orang yang terikat tidak dapat membantu orang yang diikat, yang menyelamatkan haruslah orang yang sudah bebas. Karena itu, hanya Sri  Krishna, atau utusan yang dapat dipercaya dari Krishna, yaitu guru kerohanian, dapat membebaskan roh yang terikat. Tanpa bantuan utama seperti itu, seseorang tidak dapat dibebaskan dari ikatan alam material. Bhakti atau kesadaran Krishna, dapat membantu seseorang untuk memperoleh pembebasan seperti itu. Oleh karena Krishna adalah penguasa tenaga yang mengkhayalkan, Beliau dapat menyuruh kepada tenaga yang tidak dapat diatasi tersebut agar roh yang terikat dibebaskan. Krishna memerintahkan pembebasan tersebut atas karunia-Nya yang tiada sebabnya terhadap roh yang sudah menyerahkan diri dan atas kasih sayang Beliau sebagai ayah terhadap makhluk hidup, yang semula menjadi anak kesayangan-Nya. Karena itu, menyerahkan diri kepada kakipadma Tuhan adalah satu-satunya cara untuk dibebaskan dari cengkraman alam material yang keras. Kata-kata mam eva juga bermakna. Mam di sini berarti kepada Krishna (Visnu), bukan Brahma atau Siva. Walaupun kedudukan Brahma dan Siva tinggi sekali dan hampir sejajar dengan Visnu, namun sebagai penjelmaan-penjelmaan rajo-guna (nafsu) dan tamo-guna (kebodohan), mereka tidak dapat membebaskan roh yang terikat dari cengkraman mayā. Brahma dan Siva juga kadang-kadang dipengaruhi oleh mayā. Hanya Visnu yang menguasai mayā. Karena itu, hanya Visnu yang dapat menganugerahkan pembebasan kepada roh yang terikat. Dalam Veda (svetasvatara Upanisad 3.8) kenyataan ini dibenarkan dengan kata-kata tvām eva viditvā, atau Pembebasan hanya dimungkinkan dengan cara mengerti tentang Krishna." Dewa Siva membenarkan bahwa pembebasan dapat dicapai hanya atas karunia Visnu. Dewa Siva bersabda, mukti pradata sarveṣām Visnur eva na saḿśayaḥ. Tidak dapat diragu-ragukan bahwa Visnulah yang menganugerahkan pembebasan kepada semua orang."


7.15

 

na māḿ duṣkṛtino mūḍhāḥ
prapadyante narādhamāḥ
māyayāpahṛta-jñānā
āsuraḿ bhāvam āśritāḥ

na—tidak; mām—kepada-Ku; duṣkṛtinaḥ—orang jahat; mūḍhāḥ—bodoh; prapadyante—menyerahkan diri; nara-adhamāḥ—manusia yang paling rendah; māyayā—oleh tenaga yang mengkhayalkan; apahṛta—dicuri; jñānāḥ—pengetahuan; āsuram—jahat; bhāvam—sifat; aśritāh—menerima.


Terjemahan

Orang jahat yang bodoh secara kasar, manusia yang paling rendah, yang kehilangan pengetahuannya akibat khayalan, dan yang ikut dalam sifat orang jahat yang tidak percaya kepada Tuhan tidak menyerahkan diri kepada-Ku.


Penjelasan

Dalam Bhagavad-gita dinyatakan seseorang dapat mengatasi hukum-hukum alam material yang keras hanya dengan menyerahkan Diri-Nya kepada kakipadma Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Sekarang timbullah pertanyaan: Mengapa filosof-filosof yang terdidik, ahliahli ilmu pengetahuan, pengusaha, administrator dan semua pemimpin manusia biasa tidak menyerahkan diri kepada kakipadma Sri Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan Mahaperkasa? Mukti, atau pembebasan dari hukum-hukum alam material dicari oleh para pemimpin manusia dengan berbagai cara serta rencana-rencana besar dan ketekunan selama bertahun-tahun dan selama banyak penjelmaan. Tetapi kalau pembebasan itu dimungkinkan hanya dengan menyerahkan diri kepada kakipadma Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, mengapa pemimpin-pemimpin yang cerdas dan bekerja keras seperti itu tidak mengikuti cara yang sederhana tersebut?
   Pertanyaan ini dijawab secara gamblang dalam Bhagavad-gita. Pemimpin-pemimpin masyarakat yang sungguh-sungguh bijaksana seperti Brahma, Siva, Kapila, para -Kumara, Manu, Vyasa, Devala, Asita, Janaka, Prahlada, Bali, kemudian Madhvacarya, Ramanujacarya, Sri  Caitanya dan banyak lagi yang lainnya adalah filosof-filosof, tokoh-tokoh politik, pendidik, ahli ilmu pengetahuan dan sebagainya, yang setia—menyerahkan diri kepada kakipadma Kepribadian Tuhan Yang Paling Utama, Penguasa Yang Mahakuasa. Orang yang sebenarnya bukan filosof, ahli ilmu pengetahuan, pendidik, administrator, dan sebagainya, tetapi hanya menyamar seperti itu demi keuntungan material, tidak mengakui rencana maupun jalan Tuhan Yang Maha Esa. Mereka tidak mengerti tentang Tuhan sama sekali; mereka semata-mata membuat rencana-rencana duniawi sendiri, dan sebagai akibatnya merumitkan masalah-masalah kehidupan material dalam usaha-usahanya yang sia-sia untuk memecahkan masalah-masalah itu. Tenaga material (alam) sangat perkasa sehingga dapat menahan rencana-rencana yang tidak dibenarkan yang dibuat oleh orang yang tidak percaya kepada Tuhan, dan juga menggagalkan pengetahuan dari komisi-komisi perencanaan."
   Para perencana yang tidak percaya kepada Tuhan diuraikan di sini dengan kata duskrtinah, yang berarti orang jahat." Krti berarti orang yang sudah melakukan pekerjaan yang terpuji. Para perencana yang tidak percaya kepada Tuhan juga kadang-kadang sangat cerdas dan terpuji, sebab rencana besar manapun, baik maupun buruk, memerlukan kecerdasan untuk pelaksanaannya. Tetapi oleh karena otak orang yang tidak percaya kepada Tuhan disalahgunakan untuk melawan rencana Tuhan Yang Maha Esa, para perencana yang tidak percaya kepada Tuhan disebut duskrti, yang berarti kecerdasan dan usaha-usahanya diarahkan ke tujuan yang salah.
   Dalam Bhagavad-gita disebutkan dengan jelas bahwa tenaga material bekerja sepenuhnya di bawah perintah Tuhan Yang Maha Esa. Alam tidak mempunyai kekuasaan tersendiri. Alam bekerja seperti bayangan, menurut gerak suatu benda. Tetapi tenaga material tetap sangat perkasa, sehingga orang yang tidak percaya kepada Tuhan tidak dapat mengetahui bagaimana cara tenaga material bekerja. Dia juga tidak dapat mengetahui rencana Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang tidak percaya kepada Tuhan berada dalam khayalan dan dipengaruhi oleh sifat-sifat nafsu dan kebodohan, sehingga semua rencana-rencananya digagalkan, seperti yang terjadi terhadap Hiranyakasipu  dan Ravana. Rencana-rencana kedua raksasa itu digagalkan walaupun kedua-duanya sangat ahli secara material sebagai ahli-ahli ilmu pengetahuan, filosof, administrator dan ahli pendidikan. Para duskrtina,atau orang jahat, seperti itu digolongkan menurut empat pola, sebagaimana diuraikan di bawah ini.
   (1) Para muda adalah orang bodoh secara kasar, seperti hewan yang bekerja keras untuk memikul beban. Mereka ingin menikmati hasil pekerjaannya untuk diri sendiri. Karena itu, mereka tidak mau menyerahkan hasil pekerjaannya untuk Yang Mahakuasa. Contoh hewan yang memikul beban ialah keledai. Hewan yang rendah ini dipaksakan bekerja dengan keras sekali oleh tuannya. Keledai sebenarnya tidak mengetahui untuk siapa ia bekerja dengan begitu keras siang dan malam hari. Dia tetap puas mengisi perutnya dengan seikat rumput, tidur sebentar sambil merasa takut bahwa ia akan dipukul oleh tuannya, dan memuaskan hawa nafsunya dengan resiko bahwa badannya ditendang berulangkali oleh keledai betina. Keledai menyanyikan sanjak dan kadang-kadang filsafat, tetapi suara itu hanya mengganggu orang lain. Inilah kedudukan orang bodoh yang bekerja dengan tujuan mendapat hasil untuk dinikmati tetapi tidak mengetahui untuk siapa ia harus bekerja. Ia tidak mengetahui bahwa karma(perbuatan) dimaksudkan untuk yajñā (korban suci).
   Seringkali orang yang bekerja keras siang dan malam untuk membereskan beban tugas-tugas yang diciptakan oleh Diri-Nya sendiri mengatakan bahwa mereka tidak punya waktu untuk mendengar tentang kekekalan makhluk hidup. Keuntungan material, yang dapat dimusnahkan, adalah segala-galanya dalam kehidupan para muda—walaupun kenyataannya para muda itu hanya menikmati sebagian kecil dari hasil pekerjaannya. Kadang-kadang mereka begadang selama berhari-hari  untuk mencari keuntungan atau hasil, dan walaupun kadang-kadang mereka sakit maag atau tidak dapat mencerna makanan, mereka puas dengan hampir tidak makan sama sekali. Mereka hanya sibuk bekerja keras siang dan malam demi keuntungan majikan-majikan yang bersifat khayalan. Mereka tidak mengetahui tentang atasannya yang sejati; karena itu, mereka bekerja untuk memboroskan waktunya yang sangat berharga dalam melayani dewa kekayaan. Sayang sekali, mereka tidak pernah menyerahkan diri kepada atasan segala atasan. Mereka juga tidak mengambil waktu untuk mendengar tentang Beliau dari sumber-sumber yang benar. Babi yang memakan kotoran tidak suka menerima manisan terbuat dari gula dan mentega. Begitu pula, pekerja yang bodoh tidak pernah bosan terus-menerus mendengar berita yang dapat dinikmati oleh indera-indera tentang dunia material yang berkedip-kedip, namun sedikit sekali waktunya untuk mendengar tentang daya hidup yang kekal yang menggerakkan dunia material.
   (2) Golongan duskrti, atau orang jahat, yang lain disebut nara-adhamā, atau manusia yang paling rendah. Nara berarti manusia, dan adhāma berarti paling rendah. Dari 8.400.000 jenis kehidupan, ada 400.000 jenis manusia. Di antara 400.000 jenis manusia, banyak jenis kehidupan manusia yang lebih rendah dan kebanyakan tidak beradab. Manusia beradab ialah manusia yang memiliki prinsip-prinsip yang mengatur kehidupan masyarakat, politik dan keagamaan. Orang yang sudah berkembang di bidang sosial dan politik tetapi tidak mempunyai prinsip-prinsip keagamaan harus dianggap nara-adhamā. Agama tanpa Tuhan juga bukan agama, sebab tujuan mengikuti prinsip-prinsip keagamaan ialah untuk mengenal Kebenaran Yang Paling Utama dan hubungan antara manusia dan Tuhan. Dalam Bhagavad-gita, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa menyatakan dengan jelas bahwa tiada kekuasaan yang lebih tinggi dari Diri-Nya dan bahwa Beliau adalah Kebenaran Yang Paling Utama. Bentuk kehidupan manusia beradab dimaksudkan untuk menghidupkan kembali kesadaran Krishna yang telah hilang dari hati manusia terhadap hubungannya yang kekal dengan Kebenaran Yang Paling Tinggi, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna, yang Mahaperkasa. Siapapun yang kehilangan kesempatan tersebut digolongkan sebagai nara-adhamā. Kita mendapat keterangan dari Kitab-kitab Suci bahwa bila bayi berada di dalam kandungan ibunya (suatu keadaan yang sangat tidak menyenangkan), ia berdoa kepada Tuhan supaya Diri-Nya diselamatkan dan ia berjanji bahwa begitu ia keluar dari kandungan dia hanya akan menyembah Tuhan saja. Berdoa kepada Tuhan bila menghadapi kesulitan adalah perasaan yang wajar di dalam hati setiap makhluk hidup, sebab makhluk hidup mempunyai hubungan yang kekal dengan Tuhan. Tetapi sesudah ia diselamatkan, si anak lupa akan kesulitan kelahirannya, dan ia juga melupakan Beliau yang menyelamatkannya, karena ia dipengaruhi oleh mayā, tenaga yang mengkhayalkan.
   Kewajiban orang tua anak-anak ialah menghidupkan kembali kesadaran rohani yang ada di dalam hati anak-anak itu. Sepuluh proses upacara penyucian diri, sebagaimana tercantum dalam Manusmrti, pedoman untuk prinsip-prinsip dharma, dimaksudkan untuk menghidupkan kembali kesadaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam sistem varnasrama. Akan tetapi, tidak ada proses yang diikuti secara tegas di manapun di dunia sekarang. Karena itu, 99,9 persen penduduk dunia adalah nara-adhamā.
   Apabila seluruh penduduk menjadi nara-adhamā, sewajarnya apa yang hanya namanya saja pendidikan mereka semua dijadikan kosong dan tidak berarti karena pengaruh tenaga alam material yang Mahaperkasa. Menurut standar Bhagavad-gita, orang bijaksana adalah orang yang melihat seorang brahmaṇā yang bijaksana, seekor anjing, seekor sapi, seekor gajah dan orang yang makan anjing pada tingkat yang sama. Itulah penglihatan penyembah yang sejati. Sri  Nityananda Prabhu, penjelmaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai guru kerohanian, menyelamatkan dua orang nara-adhamā biasa, yaitu dua saudara yang bernama Jagai dan Madhai, dan memperlihatkan bagaimana karunia seorang penyembah yang sejati dianugerahkan kepada manusia yang paling rendah. Jadi, seorang nara-adhamā yang sudah dikutuk oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dapat menghidupkan kembali kesadaran rohaninya hanya atas karunia seorang penyembah.
   Dalam menyebarkan bhagavatadharma, atau kegiatan para penyembah, Sri Caitanya Mahaprabhu menganjurkan supaya orang mendengar amanat Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dengan tunduk hati. Hakekat amanat tersebut ialah Bhagavad-gita. Manusia yang paling rendah sekalipun dapat diselamatkan hanya dengan proses mendengar dengan tunduk hati seperti ini. Tetapi sayang sekali mereka menolak mendengar amanat-amanat tersebut, apalagi menyerahkan diri kepada kehendak Tuhan Yang Maha Esa? Para nara-adhamā, atau manusia yang paling rendah, sepenuhnya mengalpakan kewajiban manusia yang paling utama.
   (3) Golongan duskrti berikutnya disebut māyayā pah‚tajñānah. Pengetahuan kesarjanaan orang-orang seperti itu sudah dibatalkan oleh pengaruh tenaga material yang mengkhayalkan. Mereka kebanyakan orang yang berpengetahuan tinggi—filosof-filosof yang besar, penyair, sasterawan, ahli ilmu pengetahuan, dan sebagainya—tetapi tenaga yang mengkhayalkan menyesatkan mereka, sehingga mereka tidak mematuhi perintah-perintah Tuhan Yang Maha Esa.
   Jumlah māyayā pah‚tajñānah besar sekali saat ini, bahkan di kalangan sarjana-sarjana Bhagavad-gita sekalipun. Dalam Bhagavad-gita, dinyatakan dalam bahasa polos dan sederhana bahwa Sri Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Tiada orang yang sejajar atau lebih tinggi daripada Krishna. Krishna disebut sebagai ayah Brahma, ayah pertama semua manusia. Sebenarnya, dikatakan bahwa Krishna tidak hanya ayah Brahma, tetapi juga ayah bagi segala jenis kehidupan. Krishna adalah akar Brahman yang tidak bersifat pribadi. Paramatma, Roh Yang Utama di dalam hati setiap makhluk hidup, adalah bagian yang berkuasa penuh dari Krishna. Krishna adalah sumber segala sesuatu, dan dianjurkan supaya semua orang menyerahkan diri kepada kakipadma Beliau. Walaupun segala pernyataan tersebut cukup jelas, para māyayā pahrtajñānah mengejek Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan menganggap Beliau hanya manusia biasa. Mereka tidak mengetahui bahwa bentuk kehidupan manusia yang suci dibuat seperti ciri Tuhan Yang Maha Esa yang kekal dan rohani.
   Semua penafsiran yang tidak dibenarkan tentang Bhagavad-gita yang di buat oleh golongan māyayā pah‚tajñānah di luar sistem parampara adalah batu-batu rintangan yang besar di jalan menuju pengertian rohani. Para penyusun penafsiran yang dikhayalkan tidak menyerahkan diri kepada kaki padma Sri Krishna, atau mengajar orang lain untuk mengikuti prinsip ini.
   (4) Golongan duskrti yang terakhir disebut āsuram bhavam āśritaḥ  atau orang yang mempunyai prinsip-prinsip yang jahat. Golongan ini secara terang-terangan tidak percaya kepada Tuhan. Beberapa di antaranya mengatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa tidak pernah dapat turun di dunia material ini, tetapi mereka tidak dapat memberi alasan yang masuk akal mengapa Beliau tidak dapat berbuat seperti itu. Ada orang lain yang mengatakan bahwa Krishna di bawah aspek yang tidak bersifat pribadi, walaupun dalam Bhagavad-gita dinyatakan bahwa aspek yang tidak bersifat pribadi di bawah Beliau (Bg. 14.27). Orang yang tidak percaya kepada Tuhan iri hati kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mereka mengemukakan banyak penjelmaan yang tidak dibenarkan buatan pabrik pikirannya sendiri. Prinsip kehidupan orang seperti itu adalah untuk mengejek Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan mereka tidak dapat menyerahkan diri kepada kakipadma Sri Krishna.
   Sri  Yamunacarya Albandaru yang berasal dari India Selatan berkata, O Tuhan Yang hamba cintai! Anda tidak dapat dikenal oleh orang yang terlibat dengan prinsip-prinsip yang tidak percaya kepada Tuhan, walaupun Anda memiliki sifat-sifat, ciri-ciri dan kegiatan luar biasa, kepribadian Anda dibenarkan oleh semua Kitab Suci sebagai sifat kebaikan, dan Anda diakui oleh penguasa-penguasa yang terkenal karena pengetahuannya yang sangat mendalam di bidang ilmu pengetahuan rohani dan mantap dalam sifat-sifat suci."
   Karena itu, (1) orang yang bodoh secara kasar, (2) manusia yang paling rendah, (3) orang yang dikhayalkan berangan-angan, dan (4) orang yang mengaku tidak percaya kepada Tuhan, sebagaimana disebut di atas, tidak pernah menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa walaupun mereka sudah diberi segala nasehat dari Kitab Suci yang dapat dipercaya.



7.16

 

catur-vidhā bhajante māḿ
janāḥ sukṛtino 'rjuna
ārto jijñāsur arthārthī
jñānī ca Bhārata rṣabha
catuḥ-vidhāḥ—empat jenis; bhajante—mengabdikan diri; mām—kepada-Ku; janaḥ—orang; su-kṛtinaḥ—orang saleh; Arjuna—wahai Arjuna; ārtaḥ—orang yang berdukacita; jijñāsuḥ—orang yang ingin tahu; artha-arthī—orang yang menginginkan keuntungan material; jñānī—orang yang mengetahui tentang hal-hal dengan sebenarnya; ca—juga; bhārata-ṛṣabha—wahai Kepribadian Yang Mulia di kalangan keturunan keluarga Bhārata.

Terjemahan

O yang paling baik di antara para Bhārata, empat jenis orang saleh mulai berbhakti kepada-Ku—orang yang berdukacita, orang yang menginginkan kekayaan, orang yang ingin tahu, dan orang yang mencari pengetahuan tentang Yang Mutlak.

Penjelasan

Jenis-jenis orang yang diuraikan dalam ayat ini bukan orang jahat. Mereka mengikuti prinsip-prinsip yang mengatur dari Kitab-kitab Suci. Mereka disebut sukrtinah, atau orang yang mematuhi aturan dan peraturan Kitab Suci, hukum moral dan hukum masyarakat, dan mereka kurang lebih setia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di kalangan para sukrtinah ada empat golongan—yaitu orang yang kadang-kadang berdukacita, orang yang membutuhkan uang, orang yang kadang-kadang ingin tahu, dan orang yang kadang-kadang mencari pengetahuan tentang Kebenaran Mutlak. Empat jenis orang tersebut mendekati Tuhan Yang Maha Esa untuk berbhakti dalam berbagai keadaan. Mereka belum menjadi penyembah yang murni, sebab mereka mempunyai cita-cita yang harus dipenuhi sebagai balasan bhakti. Bhakti yang murni bebas dari cita-cita dan bebas dari keinginan untuk men dapat keuntungan material. Dalam Bhakti-rasamrta-sindhu (1.1.11), bhakti yang murni diuraikan sebagai berikut:

anyābhilāṣitā-śūnyaḿ
jñāna-karmady-anāvṛtam
ānukūlyena kṛṣṇānu-
śīlanaḿ bhaktir uttamā
[Madhya 19.167]

 Orang harus melakukan cinta-bhakti rohani kepada Tuhan Yang Maha Esa Krishna dengan cara yang menguntungkan dan bebas dari keinginan untuk laba material melalui kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau angan-angan filsafat. Itulah yang disebut bhakti yang murni."
   Bilamana empat jenis orang tersebut mendekati Tuhan Yang Maha Esa untuk berbhakti dan disucikan sepenuhnya melalui pergaulan dengan seorang penyembah yang murni, merekapun menjadi penyembah yang murni. Bhakti itu sulit sekali bagi orang jahat, sebab kehidupan mereka mementingkan diri sendiri, tidak teratur dan tidak mempunyai tujuan-tujuan rohani. Tetapi bila beberapa di antaranya kebetulan berhubungan dengan seorang penyembah yang murni, merekapun menjadi penyembah yang murni.
   Orang yang selalu sibuk dengan kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil mendekati Tuhan dalam dukacita material. Pada waktu itu mereka bergaul dengan para penyembah yang murni. Dalam dukacitanya, mereka menjadi penyembah Tuhan. Orang yang hanya frustrasi juga kadang-kadang datang dan bergaul dengan para penyembah yang murni sehingga mereka ingin tahu tentang Tuhan. Begitu pula, apabila para filosof yang hambar merasa frustrasi pada setiap bidang pengetahuan, kadang-kadang mereka ingin belajar tentang Tuhan, dan mereka mendekati Tuhan Yang Maha Esa untuk berbhakti. Dengan demikian, mereka melampaui pengetahuan tentang Brahman yang tidak bersifat pribadi dan Paramatma yang berada di tempat-tempat khusus sehingga mendekati paham pribadi tentang Tuhan Yang Maha Esa atas karunia Tuhan Yang Maha Esa atau penyembah-Nya yang murni. Secara keseluruhan, bila orang yang berdukacita, orang yang ingin tahu, orang yang mencari pengetahuan, dan orang yang membutuhkan uang dibebaskan dari segala keinginan material, dan bila mereka mengerti sepenuhnya bahwa tidak ada hubungan antara keuntungan material dan perbaikan di bidang kerohanian, mereka menjadi penyembah-penyembah yang murni. Selama tingkat murni belum tercapai, penyembah-penyembah dalam pengabdian rohani kepada Tuhan masih dicemari oleh kegiatan yang membuahkan hasil, usaha mencari pengetahuan duniawi, dan sebagainya. Jadi, seseorang harus melampaui segala hal tersebut sebelum ia dapat mencapai tingkat bhakti yang murni.



7.17

 

teṣāḿ jñānī nitya-yukta
eka-bhaktir viśiṣyate
priyo hi jñānino 'tyartham
ahaḿ sa ca mama priyaḥ

teṣām—di antara mereka; jñānī—orang yang memiliki pengetahuan yang lengkap; nitya-yuktaḥ—selalu tekun; ekā—hanya; bhaktiḥ—dalam bhakti; viśiṣyate—adalah istimewa; priyaḥ—sangat dicintai; hi—pasti; jñāninaḥ—kepada orang yang memiliki pengetahuan; atyartham—sangat; aham—Aku adalah; saḥ—dia; ca—juga; mama—kepada-Ku; priyaḥ—tercinta.


Terjemahan

Di antara orang tersebut, orang yang memiliki pengetahuan sepenuhnya dan selalu tekun dalam bhakti yang murni adalah yang paling baik. Sebab dia sangat mencintai-Ku dan Aku sangat mencintainya.


Penjelasan

Setelah dibebaskan dari segala pencemaran keinginan material, orang yang berdukacita, orang yang ingin tahu, orang yang kehabisan uang dan orang yang mencari pengetahuan yang paling utama semua dapat menjadi penyembah yang murni. Tetapi di antara mereka, orang yang memiliki pengetahuan tentang Kebenaran Mutlak dan bebas dari segala keinginan material menjadi penyembah Tuhan yang sungguh-sungguh murni. Di antara empat golongan, seorang penyembah yang memiliki pengetahuan sepenuhnya dan pada waktu yang sama tekun dalam bhakti adalah yang paling baik, menurut sabda Krishna. Dengan mencari pengetahuan, seseorang menginsafi bahwa Diri-Nya berbeda dari badan jasmaninya, dan bila ia sudah maju lebih lanjut, ia mencapai pengetahuan tentang Brahman yang tidak bersifat pribadi dan Paramatma. Bila seseorang disucikan sepenuhnya, ia menginsafi bahwa kedudukan dasarnya sebagai hamba Tuhan yang kekal. Melalui pergaulan dengan penyembah-penyembah murni, orang yang ingin tahu, orang yang berduka cita, orang yang mencari keuntungan material dan orang yang memiliki pengetahuan juga semua menjadi murni. Tetapi pada tahap persiapan, orang yang memiliki pengetahuan sepenuhnya tentang Tuhan Yang Maha Esa dan pada waktu yang sama melaksanakan bhakti sangat dicintai oleh Tuhan. Orang yang mantap dalam pengetahuan murni tentang sifat rohani Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dilindungi dalam bhakti sehingga pengaruh material tidak dapat menyentuh Diri-Nya.


7.18

 

udārāḥ sarva evaite
jñānī tv ātmaiva me matam
āsthitaḥ sa hi yuktātmā
mām evānuttamāḿ gatim

udārāḥ—murah hati; sarve—semua; evā—pasti; ete—ini; jñānī—orang yang memiliki pengetahuan; tu—tetapi; ātmā eva—seperti Diri-Ku; me—milik -Ku; matam—pendapat; āsthitāḥ—mantap; saḥ—dia; hi—pasti; yukta-ātmā—tekun dalam bhakti; mām—dalam Diri-Ku; evā—pasti; anuttamām—tertinggi; gatim—tujuan.


Terjemahan

Semua penyembah tersebut tentu saja roh yang murah hati, tetapi orang yang mantap dalam pengetahuan tentang-Ku Aku anggap seperti Diri-Ku Sendiri. Oleh karena dia tekun dalam bhakti rohani kepada-Ku, dia pasti mencapai kepada-Ku, tujuan tertinggi yang paling sempurna.


Penjelasan

Tidak dimaksud bahwa penyembah-penyembah yang memiliki pengetahuan yang kurang lengkap tidak dicintai oleh Tuhan. Krishna menyatakan bahwa semuanya murah hati, sebab siapapun yang mendekati Tuhan dengan tujuan apapun disebut seorang mahatma, atau roh yang mulia. Penyembah-penyembah yang ingin mendapat suatu keuntungan dari bhakti diterima oleh Krishna, sebab ada balasan cinta-bhakti. Karena kasih sayang mereka meminta suatu keuntungan material dari Tuhan, dan bila mereka dipuaskan dengan cara seperti itu mereka juga maju dalam bhakti. Tetapi seorang penyembah yang memiliki pengetahuan yang lengkap sangat dicintai oleh Krishna, sebab satu-satunya tujuannya ialah mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan cinta-bhakti. Seorang penyembah seperti itu tidak dapat hidup selama sedetikpun tanpa mengadakan hubungan atau mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Begitu pula, Tuhan Yang Maha Esa sangat mencintai penyembah-Nya dan tidak dapat dipisahkan dari penyembah itu.
   Dalam Srimad-Bhagavatam (9.4.68), Krishna bersabda:

sādhavo hṛdayaḿ mahyaḿ
sādhūnāḿ hṛdayaḿ tv aham
mad-anyat te na jānanti
nāhaḿ tebhyo manāg api

Para penyembah selalu di dalam hati-Ku, dan Aku selalu di dalam hati para penyembah. Seorang penyembah tidak mengetahui sesuatupun di luar Diri -Ku. Akupun tidak dapat melupakan penyembah. Ada hubungan yang akrab sekali antara Aku dan para penyembah yang murni. Para penyembah murni yang memiliki pengetahuan lengkap tidak pernah lepas dari hubungan rohani, dan karena itu, Aku sangat mencintai mereka."



7.19

 

bahūnāḿ janmanām ante
jñānavān māḿ prapadyate
vāsudevaḥ sarvam iti
sa mahātmā su-durlabhaḥ

bahūnām—banyak; janmanām—dilahirkan dan meninggal berulangkali; ante—sesudah; jñāna-vān—orang yang memiliki pengetahuan yang lengkap; mām—kepada-Ku; prapadyate—menyerahkan diri; vāsudevaḥ—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna; sarvam—segala sesuatu; iti—demikian; saḥ—itu; mahā-ātmā—roh yang mulia; sudurlabhaḥ—jarang sekali dilihat.


Terjemahan

Sesudah dilahirkan dan meninggal berulangkali, orang yang sungguh-sungguh memiliki pengetahuan menyerahkan diri kepada-Ku, dengan mengenal-Ku sebagai sebab segala sebab dan sebab segala sesuatu yang ada. Roh yang mulia seperti itu jarang sekali ditemukan.


Penjelasan

Selama makhluk hidup melaksanakan bhakti atau ritual-ritual rohani yang melampaui hal-hal duniawi sesudah dilahirkan berulangkali, mungkin ia sungguh-sungguh mantap dalam pengetahuan rohani yang murni bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah tujuan utama keinsafan rohani. Pada awal keinsafan rohani, selama seseorang sedang berusaha melepaskan ikatannya terhadap keduniawian, ada kecenderungan kepada filsafat yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan. Tetapi kalau seseorang sudah maju lebih lanjut, dia dapat mengerti bahwa ada kegiatan dalam kehidupan rohani dan bahwa kegiatan itu merupakan bhakti. Setelah menginsafi kenyataan ini, dia terikat pada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan menyerahkan diri pada Beliau. Pada waktu itu, seseorang dapat mengerti bahwa karunia Sri Krishna adalah segala sesuatu, bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah sebab segala sebab dan bahwa manifestasi material ini tidak lepas dari hubungan dengan Beliau. Dia menginsafi bahwa dunia material adalah bayangan yang terputar balik dari keanekawarnaan rohani dan bahwa ada hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna di dalam segala sesuatu. Jadi, dia memikirkan segala sesuatu berhubungan dengan Vasudeva, atau Sri Krishna. Penglihatan semesta seperti itu tentang Vasudeva menyebabkan seseorang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna sebagai tujuan tertinggi. Roh-roh yang mulia yang sudah menyerahkan diri seperti itu jarang sekali ditemukan.
   Ayat ini dijelaskan dengan baik sekali dalam Bab Tiga (ayat 14 dan 15) dari svetasvatara Upanisad:

sahasra-śīrṣā puruṣaḥ
sahasrākṣaḥ sahasra-pāt
sa bhūmiḿ viśvato vṛtvā-
tyātiṣṭhad daśāńgulam


puruṣa evedaḿ sarvaḿ
yad bhūtaḿ yac ca bhavyam
utāmṛtatvasyeśāno
yad annenātirohati

Dalam Chandogya Upanisad (5.1.15) dinyatakan, na vai vaco na caksumsi na srotrani na manamsity acaksate prana iti evacaksate prano hy evaitani sarvāni bhavānti: Di dalam badan makhluk hidup, unsur yang paling penting bukan daya bicara, daya melihat, daya mendengar, maupun daya berpikir; yang paling penting ialah nyawa, pusat segala kegiatan." Begitu pula, Sri Vasudeva, atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, adalah Kepribadian Yang Paling Utama di dalam segala sesuatu. Di dalam badan ini ada daya bicara, melihat, mendengar, kegiatan pikiran, dan sebagainya. Tetapi segala unsur itu tidak penting bila tidak ada hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena Vasudeva berada di mana-mana dan segala sesuatu adalah Vasudeva, seorang penyembah menyerahkan diri dalam pengetahuan yang lengkap (lihat Bhagavad-gita 7.17. dan 11.40).


7.20

 

kāmais tais tair hṛta-jñānāḥ
prapadyante 'nya-devatāḥ
taḿ taḿ niyamam āsthāya
prakṛtyā niyatāḥ svayā

kāmaiḥ—oleh keinginan; taiḥ taiḥ—berbagai; hṛta—kehilangan; jñānāḥ—pengetahuan; prapadyante—menyerahkan diri; anya—kepada yang lain; devatāḥ—para dewa; tam tam—cocok; niyamam—peraturan; āsthāya—mengikuti; prakṛtyā—oleh sifat; niyatāḥ—dikendalikan; svayā—oleh yang dimiliki sendiri.


Terjemahan

Orang yang kecerdasannya sudah dicuri oleh keinginan duniawi menyerahkan diri kepada para dewa dan mengikuti aturan dan peraturan sembahyang tertentu menurut sifatnya masing-masing.


Penjelasan

Orang yang bebas dari pengaruh material menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menekuni bhakti kepada Beliau. Selama pengaruh material belum disucikan sepenuhnya, menurut sifatnya mereka bukan penyembah. Tetapi orang yang mempunyai keinginan material dan mendekati Tuhan Yang Maha Esa tidak begitu tertarik kepada alam lahiriah; oleh karena mereka mendekati tujuan yang benar, dalam waktu yang singkat mereka dibebaskan dari segala nafsu material. Dalam Srimad-Bhagavatam dianjurkan bahwa baik seseorang menjadi penyembah murni yang bebas dari segala keinginan material, penuh segala keinginan material, maupun menginginkan pembebasan dari pengaruh material, hendaknya dalam segala hal dia menyerahkan diri kepada Vasudeva dan menyembah Beliau. Sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavatam (2.3.10):

akāmaḥ sarva-kāmo vā
mokṣa-kāma udāra-dhīḥ
tīvreṇa bhakti-yogena
yajeta puruṣaḿ param

Orang yang kurang cerdas yang sudah kehilangan kecerdasan rohaninya menyerahkan diri kepada para dewa supaya keinginan duniawinya segera dipenuhi. Pada umumnya, orang seperti itu tidak mendekati Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sebab mereka berada dalam sifat-sifat alam yang lebih rendah (kebodohan dan nafsu). Karena itu mereka menyembah berbagai dewa. Mereka dipuaskan dengan mengikuti aturan dan peraturan sembahyang. Para penyembah dewa didorong oleh keinginan-keinginan kecil dan tidak mengetahui bagaimana cara mencapai tujuan tertinggi, tetapi seorang penyembah Tuhan Yang Maha Esa tidak tersesat. Dalam Kitab-kitab Veda terdapat saran-saran untuk sembahyang kepada berbagai dewa untuk aneka tujuan (misalnya, dianjurkan supaya orang sakit menyembah matahari). Karena itu, orang yang bukan penyembah Tuhan menganggap bahwa para dewa lebih baik daripada Tuhan Yang Maha Esa untuk tujuan-tujuan tertentu. Tetapi seorang penyembah murni mengetahui bahwa Tuhan Yang Maha Esa Krishna adalah penguasa segala sesuatu. Dalam Caitanya-caritamrta (“di 5.142) dinyatakan, ekale Isvara kṛṣṇa , ara saba bhrtya: Satu-satunya Penguasa ialah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, dan semua kepribadian lainnya adalah hamba-hamba. Karena itu seorang penyembah yang murni tidak pernah mendekati para dewa untuk memenuhi kebutuhan materialnya. Ia bergantung kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seorang penyembah yang murni puas dengan apapun yang diberikan oleh Beliau.



7.21

 

yo yo yāḿ yāḿ tanuḿ bhaktaḥ
śraddhayārcitum icchati
tasya tasyācalāḿ śraddhāḿ
tām eva vidadhāmy aham

yaḥ yaḥ—siapapun; yām yām—manapun; tanum—bentuk dewa; bhaktaḥ—penyembah; śraddhayā—dengan kepercayaan; arcitum—untuk menyembah; icchati—menginginkan; tasya tasya—kepada dia; acalam—mantap; śraddhām—kepercayaan; tam—itu; evā—pasti; vidadhāmi—memberikan; aham—Aku.

Terjemahan

Aku bersemayam di dalam hati semua orang sebagai Roh Yang Utama. Begitu seseorang menyembah dewa tertentu, Aku menjadikan kepercayaannya mantap supaya ia dapat menyerahkan diri kepada dewa itu.


Penjelasan

Tuhan Yang Maha Esa sudah memberi kebebasan kepada semua orang; karena itu, kalau seseorang ingin mendapat kenikmatan material dan sungguh-sungguh ingin mendapat fasilitas seperti itu dari dewa-dewa material, maka Tuhan Yang Maha Esa sebagai Roh Yang Utama dalam hati semua orang, mengerti keinginan itu dan memberi fasilitas kepada orang seperti itu. Sebagai Ayah Yang Paling Utama bagi semua makhluk hidup, Beliau tidak campur tangan dengan kebebasan mereka, tetapi Beliau memberi segala fasilitas supaya mereka dapat memenuhi keinginan duniawinya. Barangkali ada beberapa orang yang bertanya mengapa Tuhan Yang Mahaperkasa memberi fasilitas kepada para makhluk hidup untuk menikmati dunia material ini, dan dengan demikian membiarkan mereka jatuh kedalam perangkap tenaga yang mengkhayalkan. Jawabannya ialah bahwa kalau Tuhan Yang Maha Esa sebagai Roh Yang Utama tidak memberikan fasilitas seperti itu, maka kebebasan tidak ada artinya. Karena itu, Tuhan memberi kebebasan sepenuhnya kepada semua orang—apapun yang disukainya—tetapi ajaran Beliau yang tertinggi kita ketemukan dalam Bhagavad-gita: Hendaknya orang meninggalkan segala kebutuhan lainnya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Itulah yang akan membahagiakan manusia.
   Makhluk hidup dan para dewa takluk kepada kehendak Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; karena itu, makhluk hidup tidak dapat menyembah para dewa atas kehendaknya sendiri, dan dewa juga tidak dapat menganugerahkan berkat apapun tanpa kehendak Yang Mahakuasa. Sebagaimana dinyatakan, tiada sehelai rumput pun yang bergerak tanpa kehendak Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Pada umumnya, orang yang berduka cita di dunia material mendekati para dewa, sebagaimana dianjurkan dalam Kitab-kitab Veda. Orang yang menginginkan sesuatu yang khusus dapat menyembah dewa tertentu. Misalnya, orang yang sakit dianjurkan agar menyembah dewa matahari, orang yang menginginkan pendidikan dapat menyembah dewi ilmu pengetahuan, yaitu Dewi Saraswati; dan orang yang ingin mendapatkan isteri cantik dapat menyembah Dewi Uma, isteri Dewa Siva. Ada usul-usul seperti ini dalam śastra (Kitab-kitab Veda) untuk berbagai jenis sembahyang kepada berbagai dewa. Oleh karena makhluk hidup tertentu ingin menikmati fasilitas material tertentu, Tuhan memberi semangat kepada makhluk hidup itu berupa keinginan kuat untuk mendapat berkat itu dari dewa tertentu. Dengan demikian, ia berhasil mendapat berkat itu. Sifat sikap sembahyang tertentu yang dimiliki makhluk hidup terhadap jenis dewa tertentu juga diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa. Para dewa tidak dapat menyemangatkan para makhluk hidup dengan kecenderungan seperti itu. Tetapi oleh karena Krishna adalah Tuhan Yang maha Esa, atau Roh Yang Utama yang bersemayam di dalam hati semua makhluk hidup, Beliau memberi dorongan kepada manusia untuk menyembah dewa-dewa tertentu. Sebenarnya para dewa adalah berbagai anggota badan semesta Tuhan Yang Maha Esa; karena itu, mereka tidak mempunyai kebebasan. Dalam Kitab-kitab Veda dinyatakan: Tuhan Yang Maha Esa juga bersemayam di dalam hati dewa sebagai Roh Yang Utama. Karena itu, Beliau mengatur untuk memenuhi keinginan makhluk hidup melalui dewa. Tetapi dewa dan makhluk hidup bergantung pada kehendak Yang Mahakuasa. Mereka tidak bebas."


7.22

 

sa tayā śraddhayā yuktas
tasyārādhanam īhate
labhate ca tataḥ kāmān
mayā iva vihitān hi tān

saḥ—dia; tayā—dengan itu; śraddhayā—semangat; yuktaḥ—diberikan; tasya—dari dewa itu; ārādhanam—untuk sembahyang; īhate—ia bercita-cita; labhate—memperoleh; ca—dan; tataḥ—dari itu; kāmān—keinginannya; mayā—oleh-Ku; evā—sendiri; vihitān—diatur; hi—pasti; tān—yang itu.


Terjemahan

Setelah diberi kepercayaan seperti itu, dia berusaha menyembah dewa tertentu dan memperoleh apa yang diinginkannya. Tetapi sebenarnya hanya Aku Sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat itu.


Penjelasan

Para dewa tidak dapat menganugerahkan berkat-berkat kepada para penyembahnya tanpa izin dari Tuhan Yang Maha Esa. Barangkali makhluk hidup lupa bahwa segala sesuatu adalah milik Tuhan Yang Maha Esa, tetapi para dewa tidak lupa. Jadi, sembahyang kepada para dewa dan tercapainya hasil yang diinginkan tidak disebabkan oleh para dewa, melainkan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang mengatur hal itu. Makhluk hidup yang kurang cerdas tidak mengetahui tentang hal ini. Oleh karena itu secara bodoh ia mendekati dewa-dewa untuk mendapat berkat tertentu. Bila penyembah yang murni memerlukan sesuatu, ia hanya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi mencari keuntungan material bukanlah tanda penyembah yang murni. Makhluk hidup biasanya mendekati para dewa karena ia gila untuk memenuhi nafsunya. Ini terjadi bila dia menginginkan sesuatu yang tidak pantas dan Tuhan Sendiri tidak memenuhi keinginan itu. Dalam Caitanya-caritamrta dikatakan bahwa orang yang menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan pada waktu yang sama menginginkan kenikmatan material mengalami pertentangan dalam keinginannya. Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sembahyang kepada dewa tidak mungkin pada tingkat yang sama, sebab sembahyang kepada dewa bersifat material, sedangkan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa bersifat rohani sepenuhnya. Keinginan material adalah rintangan bagi makhluk hidup yang ingin kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu seorang penyembah Tuhan yang murni tidak dianugerahkan berkat-berkat material yang diinginkan oleh makhluk-makhluk yang kurang cerdas. Karena itulah makhluk hidup yang menginginkan berkat-berkat material lebih suka menyembah dewa-dewa didunia material daripada menekuni bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.

7.23

 

antavat tu phalaḿ teṣāḿ
tad bhavaty alpa-medhasām
devān deva-yajo yānti
mad-bhaktā yānti mām api

anta-vat—dapat dimusnahkan; tu—tetapi; phalam—hasil; teṣām—milik mereka; tat—itu; bhavati—menjadi; alpa-medhasām—orang yang kurang cerdas; devān—kepada para dewa; deva-yajaḥ—penyembah para dewa; yānti—pergi; mat—milik-Ku; bhaktaḥ—penyembah-penyembah; yānti—pergi; mām—kepada-Ku; api—juga.


Terjemahan

Orang yang kurang cerdas menyembah para dewa, dan hasilnya terbatas dan sementara. Orang yang menyembah para dewa pergi ke planet-planet dewa, tetapi para penyembah-Ku akhirnya mencapai planet-Ku yang paling tinggi.


Penjelasan

Beberapa penyusun ulasan Bhagavad-gita menyatakan bahwa orang yang menyembah dewa dapat mencapai kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi di sini dinyatakan dengan jelas bahwa para penyembah dewa pergi ke berbagai susunan planet tempat tinggal berbagai dewa. Misalnya, seorang penyembah matahari mencapai matahari, atau penyembah dewa di bulan akan mencapai bulan. Begitu pula, kalau seseorang ingin menyembah dewa seperti Indra, ia mencapai planet yang dimiliki oleh dewa itu. Ada orang yang menganggap bahwa semua orang akan mencapai kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dengan menyembah dewa manapun, tetapi anggapan itu tidak benar. Dalam ayat ini, anggapan tersebut dinyatakan keliru, sebab dinyatakan dengan jelas bahwa para penyembah dewa pergi ke berbagai planet di dunia material, sedangkan seorang penyembah Tuhan Yang Maha Esa pergi langsung ke planet yang paling utama, tempat tinggal Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
   Sehubungan dengan hal ini, barangkali timbul pendapat bahwa kalau para dewa adalah berbagai anggota badan Tuhan Yang Maha Esa, maka seharusnya tujuan yang sama dicapai dengan cara menyembah para dewa. Akan tetapi, pengetahuan para penyembah dewa kurang lengkap karena mereka tidak mengetahui bagian mana dari badan yang harus diberi makanan. Beberapa di antara para penyembah dewa begitu bodoh sehingga mereka mengatakan bahwa ada banyak anggota badan yang dapat diberi makanan, dan banyak cara untuk menyediakan makanan. Anggapan ini tidak masuk akal. Apakah seseorang dapat memberikan makanan kepada badan melalui telinga atau mata? Mereka tidak mengetahui bahwa dewa-dewa tersebut adalah berbagai anggota badan semesta Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kebodohannya mereka percaya bahwa tiap-tiap dewa adalah Tuhan tersendiri yang menyaingi Tuhan Yang Maha Esa.
   Para dewa adalah bagian-bagian dari Tuhan Yang Maha Esa, dan para makhluk hidup biasa juga bagian-bagian dari Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Srimad-Bhagavatam dinyatakan bahwa para brahmaṇā adalah kepala Tuhan Yang Maha Esa, para ksatriya adalah lengan-lengan-Nya, para vaisya adalah pinggang-Nya, para sudra adalah kaki-Nya, dan semuanya melaksanakan berbagai fungsi. Dalam keadaan manapun, kalau seseorang mengetahui bahwa para dewa dan Diri-Nya sendiri adalah bagian dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat sama seperti Tuhan, maka pengetahuannya sempurna. Tetapi kalau dia tidak mengerti kenyataan ini, dia mencapai berbagai planet tempat tinggal para dewa. Ini tidak sama dengan tujuan yang dicapai oleh para penyembah Krishna.
   Hasil yang dicapai dengan berkat dari para dewa dapat dimusnahkan, sebab di dunia material, planet-planet, para dewa dan para penyembah dewa semua dapat dimusnahkan. Karena itu, dinyatakan dengan jelas dalam ayat ini bahwa segala hasil yang dicapai dengan menyembah para dewa dapat dimusnahkan. Karena itulah sembahyang tersebut dilakukan oleh orang yang kurang memiliki pengetahuan. Oleh karena penyembah yang murni yang menekuni kesadaran Krishna dalam bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa mencapai kehidupan kekal penuh kebahagiaan dan penuh pengetahuan, apa yang dicapai oleh penyembah Tuhan dan apa yang dicapai oleh penyembah dewa berbeda. Tuhan Yang Maha Esa tidak terhingga; berkat Tuhan Yang Maha Esa tidak terbatas; dan karunia Tuhan Yang Maha Esa tidak terhingga. Karena itu, karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada para penyembah-Nya tidak terhingga.



7.24

 

avyaktaḿ vyaktim āpannaḿ
manyante mām abuddhayaḥ
paraḿ bhāvam ajānanto
mamāvyayām anuttamam

avyaktam—tidak terwujud; vyaktim—kepribadian; āpannam—dicapai; manyante—berpikir; mām—Aku; abuddhayaḥ—orang yang kurang cerdas; param—Mahakuasa; bhāvam—keberadaan; ajānantaḥ—tanpa mengetahui; mama—milik-Ku; avyayām—tidak dapat dimusnahkan; anuttamām—yang paling halus.

Terjemahan

Orang yang kurang cerdas, tidak mengenal Diri-Ku secara sempurna, menganggap bahwa dahulu Aku, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, tidak bersifat pribadi dan sekarang Aku sudah berwujud dalam kepribadian ini. Oleh karena pengetahuan mereka sangat kurang, mereka tidak mengenal sifat-Ku yang lebih tinggi, yang tidak dapat dimusnahkan dan bersifat Mahakuasa.


Penjelasan

Sudah diuraikan sebelumnya bahwa para penyembah dewa adalah kurang cerdas, dan di sini juga diuraikan bahwa orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan juga kurang cerdas. Di sini Sri Krishna bersabda di hadapan Arjuna dalam bentuk pribadi-Nya. Namun, akibat kebodohan, orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan mengatakan bahwa pada hakekatnya Tuhan Yang Maha Esa tidak mempunyai bentuk. Yamunacarya, seorang penyembah Tuhan yang mulia dalam garis perguruan Ramanujacarya, menyusun dua ayat yang sangat tepat berhubungan dengan hal ini. Yamunacarya berkata:

tvāḿ śīla-rūpa-caritaiḥ parama -prakṛṣṭaiḥ
sattvena sāttvikatayā prabalaiś ca śāstraiḥ
prakhyāta-daiva-paramārtha-vidāḿ mataiś ca
naivāsura-prakṛtayaḥ prabhavānti boddhum

Tuhan yang hamba cintai, penyembah-penyembah seperti Vyasadeva dan Nārada mengenal Anda sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dengan mengerti berbagai sastra Veda, seseorang dapat mengenal ciri-ciri Anda, bentuk Anda dan kegiatan Anda. Dengan demikian ia dapat mengerti bahwa Anda adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi orang yang berada dalam sifat-sifat nafsu dan kebodohan, para raksasa, orang yang bukan penyembah, tidak dapat mengerti diri Anda. Mereka tidak sanggup mengerti tentang Anda. Walaupun orang yang bukan penyembah seperti itu barangkali ahli sekali berdiskusi tentang Vedanta dan Upanisad-upanisad serta Veda lainnya, tidak mungkin bagi mereka untuk mengerti tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa." (Stotraratna 12)
   Dalam Brahma-samhita, dinyatakan bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat dimengerti hanya dengan mempelajari sastra Vedanta. Hanya atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dapat dikenal. Karena itu, dalam ayat ini dinyatakan dengan jelas bahwa bukan hanya para penyembah dewa yang kurang cerdas, tetapi orang yang bukan penyembah dan tekun mempelajari Vedanta dan berangan-angan tentang sastra Veda tanpa corak kesadaran Krishna yang sejati juga kurang cerdas, dan tidak mungkin mereka mengerti sifat pribadi Tuhan. Orang yang mempunyai kesan seolah-olah Kebenaran Mutlak tidak bersifat pribadi disebut abuddhayaḥ, yang berarti orang yang belum mengenal ciri utama Kebenaran Mutlak. Dalam Srimad-Bhagavatam dinyatakan bahwa keinsafan tertinggi mulai dari Brahman yang tidak bersifat pribadi, kemudian naik sampai Roh Yang Utama yang berada dalam setempat—tetapi pengetahuan tertinggi tentang Kebenaran Mutlak adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dewasa ini tetap kurang cerdas, sebab sesepuh mereka yang mulia bernama Sankaracarya pun tidak diikutinya. Sankaracarya sudah menyatakan secara khusus bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan tidak mengenal Kebenaran Tertinggi, dan mereka menganggap Krishna hanya putera Devaki dan Vasudeva, atau seorang pangeran, atau makhluk hidup yang perkasa. Anggapan ini juga disalahkan dalam Bhagavad-gita (9.11) Avajananti mam muda mānuṣīm tanum āśritam : Hanya orang bodoh menganggap Diri-Ku manusia biasa."
   Kenyataannya ialah bahwa tiada seorangpun yang dapat mengerti Krishna tanpa melakukan bhakti dan tanpa mengembangkan kesadaran Krishna. Kenyataan ini dibenarkan dalam Srimad-Bhagavatam (10.14.29):

athāpi te deva padāmbuja-dvaya-
prasāda-leśānugṛhīta eva hi
jānāti tattvaḿ bhagavan-mahīmno
na cānya eko 'pi ciraḿ vicinvan

Tuhan yang hamba cintai, kalau seseorang dianugerahi sedikit saja karunia dari kakipadma Anda, ia dapat mengerti kemuliaan Kepribadian Anda. Tetapi orang yang berangan-angan untuk mengerti tentang Kepribadian  Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat mengenal Diri Anda, walaupun mereka terus mempelajari Veda selama bertahun-tahun." Seseorang tidak dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, maupun bentuk, sifat atau namanya, hanya dengan berangan-angan atau mengadakan diskusi tentang sastera Veda. Orang harus mengerti tentang Krishna melalui bhakti. Bila seseorang sudah tekun sepenuhnya dalam kesadaran Krishna, mulai dengan mengucapkan mahamantra—Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare/ Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare—baru ia dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang bukan penyembah yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan menganggap badan Krishna terbuat dari alam material ini dan bahwa segala kegiatan Krishna, bentuk Krishna dan segala sesuatu adalah mayā. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan disebut Mayāvadi. Mereka belum mengenal kebenaran tertinggi.
   Dalam ayat kedua puluh dinyatakan dengan jelas, kamais tais tair hrta jñānāḥ prapadyante 'nyadevatāḥ. Orang yang sudah dibuat buta oleh keinginan hawa nafsu menyerahkan diri kepada berbagai dewa." Diakui bahwa ada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan Beliau mempunyai sebuah planet. Di samping itu diakui pula bahwa ada dewa-dewa yang masing-masing mempunyai planet. Sebagaimana dinyatakan dalam ayat kedua puluh tiga devan devayajo yanti mad-bhakta yanti mam api: para penyembah dewa pergi ke berbagai planet dewa, dan para penyembah Sri Krishna pergi ke planet Krishnaloka. Walaupun ini sudah dinyatakan dengan jelas, orang bodoh yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan masih mengatakan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan bahwa bentuk-bentuk tersebut adalah sesuatu yang harus dikatakan oleh Beliau. Setelah mempelajari Bhagavad-gita, apakah kita diberi kesan seolah-olah para dewa dan tempat tinggalnya tidak bersifat pribadi? Yang jelas, para dewa dan Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, bukan tanpa sifat pribadi. Krishna dan para dewa semua tujuan-tujuan; Sri Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna mempunyai planet sendiri, dan para dewa juga mempunyai planet masing-masing.
   Karena itu, pendapat filsafat monisme bahwa kebenaran tertinggi tidak terwujud dan bahwa wujud dikenakan kepada kebenaran yang paling tinggi itu tidak terbukti benar. Dinyatakan dengan jelas di sini bahwa wujud tidak dikenakan. Dari Bhagavad-gita, kita dapat mengerti dengan jelas bahwa bentuk-bentuk para dewa dan bentuk Tuhan Yang Maha Esa berada pada waktu yang sama, dan bahwa Sri Krishna adalah sac cid-ananda, pengetahuan kekal penuh kebahagiaan. Dalam Veda juga dibenarkan bahwa Kebenaran Mutlak Yang paling Utama adalah anandamayo 'bhyasat, atau penuh kebahagiaan menurut sifatnya, dan bahwa Beliau adalah sumber sifat-sifat mujur yang tidak terhingga. Dalam Bhagavad-gita, Krishna menyatakan bahwa walaupun Diri-Nya aja (tidak dilahirkan), namun Beliau masih muncul. Inilah kenyataankenyataan yang harus dipahami dari Bhagavad-gita. Kita tidak dapat mengerti bagaimana Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dapat dianggap tanpa sifat pribadi; teori bahwa kepribadian dikenakan yang dikemukakan oleh para penganut filsafat monisme yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan tidak benar menurut pernyataan Bhagavad-gita. Di sini cukup jelas bahwa Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama, Sri Krishna, mempunyai bentuk dan kepribadian.



7.25

 

nāhaḿ prakāśaḥ sarvasya
yoga-māyā-samāvṛtaḥ
mūḍho 'yaḿ nābhijānāti
loko mām ajam avyayām

na—tidak juga; aham—Aku; prakāśaḥ—berwujud; sarvasya—kepada semua orang; yogamayā—oleh kekuatan dalam; samāvṛtaḥ—tertutup; mūḍhāḥ—bodoh; ayam—yang ini; na—tidak juga; abhijānāti—dapat mengerti; lokaḥ—orang; mām—Aku; ajam—tidak dilahirkan; avyayām—tidak dapat dimusnahkan.


Terjemahan

Aku tidak pernah terwujud kepada orang yang bodoh dan kurang cerdas. Bagi mereka, aku ditutupi oleh kekuatan dalam dari Diri-Ku. Karena itu, mereka tidak mengetahui bahwa Aku tidak dilahirkan dan tidak pernah gagal.


Penjelasan

Krishna pernah ada di bumi ini dan dapat dilihat oleh semua orang. Karena itu, dapat ditanyakan mengapa Krishna tidak berwujud di hadapan semua orang sekarang? Tetapi sebenarnya pada waktu itu Krishna tidak berwujud di hadapan semua orang. Pada waktu Krishna berada di bumi ini, hanya beberapa orang saja yang dapat mengerti bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam sidang para Kuru, ketika Sisupala tidak menyetujui Krishna dipilih sebagai pemimpin sidang, Bhīṣma mendukung Krishna dan menyatakan bahwa Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa. Begitupula para Pandava dan beberapa tokoh yang lain mengetahui bahwa Krishna adalah Yang Maha Kuasa, tetapi tidak semua orang mengetahui kenyataan ini. Krishna tidak memperlihatkan Diri kepada orang yang bukan penyembah dan orang biasa. Karena itu, dalam Bhagavad-gita Krishna menyatakan bahwa selain para penyembah-Nya yang murni, semua orang menganggap Krishna  seperti diri mereka. Krishna hanya terwujud kepada para penyembah-Nya sebagai sumber segala kebahagiaan. Tetapi bagi orang yang bukan penyembah dan kurang cerdas, Krishna ditutupi oleh tenaga dalam dari Diri-Nya.
  Dalam doa pujian Dewi Kuntī  dari Srimad-Bhagavatam (1.8.19) dinyatakan bahwa Krishna ditutupi oleh tirai yogamayā. Karena itu, orang biasa tidak dapat mengerti tentang Krishna. Adanya tirai yogamayā  tersebut juga dibenarkan dalam Sri Isopanisad (mantra 15). Dalam ayat lima belas dari Sri Isopanisad, seorang penyembah berdoa:

hiraṇmayena pātreṇa
satyasyāpihitaḿ mukham
tat tvaḿ pūṣann apāvṛṇu
satya-dharmāya dṛṣṭaye

O Tuhan yang hamba cintai, Anda memelihara seluruh jagat, dan bhakti kepada Anda adalah prinsip dharma tertinggi. Karena itu, hamba berdoa kiranya Anda juga memelihara diri hamba. Bentuk rohani Anda ditutupi oleh yogamayā. Brahmajyoti adalah penutup tenaga dalam. Mohon kiranya Anda berkenan membuka cahaya yang menyilaukan yang menghalang-halangi hamba sehingga tidak dapat melihat sac-cid-anandavigraha, yaitu bentuk Anda yang kekal dan penuh kebahagiaan dan pengetahuan." Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk rohani kebahagiaan dan pengetahuannya ditutupi oleh tenaga dalam dari bramajyoti. Karena inilah orang yang kurang cerdas dan tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan tidak dapat melihat Yang Mahakuasa.
   Dalam Srimad-Bhagavatam (10.14.7) ada doa pujian dari Brahma: O Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, o Roh Yang Utama, o Penguasa segala rahasia, siapakah yang dapat memperhitungkan kekuatan dan kegiatan Anda didunia ini? Anda selalu mewujudkan kekuatan dalam Diri Anda. Karena itu tiada seorangpun yang dapat mengerti tentang Anda. Para ilmuwan yang bijaksana dan sarjana-sarjana yang mempunyai pengetahuan tinggi dapat meneliti susunan atom-atom di dunia material ataupun di planet-planet, tetapi mereka masih tidak dapat memperhitungkan tenaga dan kekuatan Anda, walaupun Anda berada di hadapan mereka." Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, bukan hanya tidak dilahirkan, tetapi Beliau juga avyayā, atau tidak dapat dimusnahkan. Bentuk kekal Krishna adalah kebahagiaan dan pengetahuan, dan tenaga-tenaga Krishna semua tidak dapat dimusnahkan.



7.26

 

vedāhaḿ samatītāni
vartamānāni cārjuna
bhaviṣyāṇi ca bhūtāni
māḿ tu veda na kaścana

veda—mengetahui; aham—Aku; samatītāni—masa lampau sepenuhnya; vartamānāni—masa sekarang; ca—dan; Arjuna—wahai Arjuna; bhaviṣyāṇi—masa yang akan datang; ca—juga; bhūtāni—semua makhluk hidup; mām—Aku; tu—tetapi; veda—mengetahui; na—tidak; kaścana—siapapun.


Terjemahan

Wahai Arjuna, sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Aku mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada masa lampau, segala sesuatu yang sedang terjadi sekarang, dan segala sesuatu yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Aku juga mengenal semua makhluk hidup, namun tiada seorangpun yang mengenal Diri-Ku.


Penjelasan

Di sini soal kepribadian dan sifat bukan pribadi dinyatakan dengan jelas. Kalau Krishna, bentuk Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, adalah mayā , atau bersifat material, seperti anggapan orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, maka pasti Krishna menggantikan badan-Nya seperti makhluk hidup dan melupakan segala sesuatu tentang penjelmaan-Nya yang lalu. Siapapun yang memiliki badan jasmani tidak dapat ingat kepada penjelmaannya yang lalu, meramalkan kehidupannya pada masa yang akan datang, ataupun meramalkan akibat kehidupannya sekarang. Karena itu, ia tidak dapat mengetahui apa yang terjadi pada masa lampau, masa sekarang maupun masa yang akan datang. Kalau seseorang belum dibebaskan dari pengaruh material, ia tidak dapat mengenal masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang.
Sri Krishna lain daripada makhluk hidup biasa. Sri Krishna menyatakan dengan jelas bahwa Diri-Nya mengetahui sepenuhnya apa yang telah terjadi pada masa lampau, apa yang sedang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Dalam Bab Empat, kita sudah melihat bahwa Sri Krishna ingat waktu Beliau memberi pelajaran kepada Vivasvan, dewa matahari, berjuta-juta tahun yang lalu. Krishna mengenal setiap makhluk hidup karena Krishna bersemayam di dalam hati setiap makhluk hidup sebagai Roh Yang Utama. Krishna bersemayam di dalam hati setiap makhluk hidup sebagai Roh Yang Utama dan Beliau berada sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kendatipun demikian, orang yang kurang cerdas tidak dapat menginsafi Sri Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Paling Utama, walaupun barangkali mereka dapat menginsafi Brahman yang tidak bersifat pribadi. Tentu saja badan rohani Sri Krishna tidak dapat dimusnahkan. Krishna adalah seperti matahari, dan mayā  seperti awan. Di dunia material kita dapat melihat bahwa ada matahari, awan dan berbagai jenis bintang dan planet. Barangkali awan menutupi segala bintang dan planet di langit untuk sementara waktu, tetapi penutup itu tidak kelihatan karena penglihatan kita terbatas. Matahari, bulan dan bintang sebenarnya tidak ditutupi. Begitu pula, mayā  tidak dapat menutupi Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena kekuatan dalam dari Diri-Nya, Krishna tidak berwujud kepada golongan manusia yang kurang cerdas. Sebagaimana dinyatakan dalam ayat ketiga dari bab ini, diantara berjuta-juta orang, hanya beberapa saja berusaha menjadi sempurna dalam kehidupan manusia ini, dan di antara beribu-ribu manusia yang sempurna, hampir tidak satupun dapat mengerti apa arti Sri Krishna. Kalau pun seseorang sudah mencapai kesempurnaan dengan keinsafan terhadap Brahman yang tidak bersifat pribadi atau Paramatma yang berada dalam setempat, tidak mungkin ia mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, tanpa ia menjadi sadar akan Krishna.



7.27

 

icchā-dveṣa-samutthena
dvandva-mohena bhārata
sarva-bhūtāni sammohaḿ
sarge yānti parantapa

icchā—keinginan; dveṣa—dan rasa benci; samutthena—timbul dari; dvandva—dari hal-hal yang relatif; mohena—oleh khayalan; Bhārata—wahai prabhu dari keluarga Bhārata ; sarva—semua; bhūtāni—makhluk hidup; sammoham—dalam khayalan; sarge—pada waktu dilahirkan; yānti—pergi; parantapa—wahai penakluk musuh.


Terjemahan

Wahai prabhu dari keluarga Bhārata, wahai penakluk musuh, semua makhluk hidup dilahirkan ke dalam khayalan, dan dibingungkan oleh hal-hal relatif yang timbul dari keinginan dan rasa benci.


Penjelasan

Kedudukan dasar makhluk hidup yang sejati ialah kedudukan takluk kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa adalah pengetahuan yang murni. Bila seseorang dikhayalkan hingga dia berpisah dari pengetahuan murni tersebut, ia dikendalikan oleh tenaga yang mengkhayalkan dan dia tidak dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Tenaga yang mengkhayalkan diwujudkan dalam hal-hal relatif berupa keinginan dan rasa benci. Akibat keinginan dan rasa benci, orang bodoh ingin meninggal dengan Tuhan Yang Maha Esa, dan dia iri hati kepada Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Para penyembah yang murni, yang tidak dikhayalkan atau dipengaruhi oleh keinginan dan rasa benci, dapat mengerti bahwa Sri Krishna muncul atas kekuatan dalam dari Diri-Nya, tetapi orang yang dikhayalkan oleh hal-hal relatif dan kebodohan menganggap Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa diciptakan oleh tenaga-tenaga material. Inilah nasib malang mereka. Orang yang dikhayalkan seperti itu, menurut gejala-gejalanya, hidup dalam hal-hal relatif seperti penghinaan dan penghormatan, suka dan duka, wanita dan laki-laki, baik dan buruk, rasa senang dan rasa sakit dan sebagainya. Mereka berpikir, Ini isteri saya; ini rumah saya; aku penguasa rumah ini; aku suami dan isteri ini." Inilah hal-hal yang relatif dalam khayalan. Orang yang dikhayalkan oleh hal-hal relatif bodoh sepenuhnya; karena itu, mereka tidak dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.


7.28

 

yeṣāḿ tv anta-gataḿ pāpaḿ
janānāḿ puṇya-karmaṇām
te dvandva-moha-nirmuktā
bhajante māḿ dṛḍha-vratāḥ


yeṣām—milik siapa; tu—tetapi; anta-gatam—dihilangkan sepenuhnya; pāpam—dosa; janānām—orang; puṇya—saleh; karmaṇām—kegiatannya dari sejak dahulu; te—mereka; dvandva—dari hal-hal relatif; moha—khayalan; nirmuktaḥ—bebas dari; bhajante—menekuni bhakti; mām—kepada-Ku; dṛḍha-vratāḥ—dengan ketabahan hati.

Terjemahan

Orang yang sudah bertindak dengan cara yang saleh dalam penjelmaan-penjelmaan yang lalu dan dalam hidup ini dan dosanya sudah dihilangkan sepenuhnya, dibebaskan dari hal-hal relatif berupa khayalan, dan mereka menekuni bhakti kepada-Ku dengan ketabahan hati.

Penjelasan

Orang yang memenuhi syarat untuk diangkat sampai kedudukan rohani disebut dalam ayat ini. Orang yang berdosa, tidak percaya kepada Tuhan, bodoh dan penipu sulit sekali melampaui hal-hal relatif berupa keinginan dan rasa benci. Hanya orang yang sudah hidup dengan mengisi waktunya dalam latihan mengikuti prinsip-prinsip yang mengatur hal-hal keagamaan, sudah bertindak dengan cara yang saleh dan sudah menaklukkan reaksi-reaksi dosa dapat menerima bhakti dan berangsur-angsur naik sampai tingkat pengetahuan yang murni terhadap Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian, berangsur-angsur, mereka dapat bersemadi dengan khusuk kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Itulah proses untuk menjadi mantap pada tingkat rohani. Dalam kesadaran Krishna naik tingkat seperti ini dimungkinkan dalam pergaulan dengan penyembah-penyembah murni, sebab dalam pergaulan dengan penyembah-penyembah murni seseorang dapat di selamatkan dari khayalkan.
Dinyatakan dalam Srimad-Bhagavatam (5.5.2) bahwa kalau seseorang sungguh-sungguh ingin mencapai pembebasan, ia harus mengabdikan diri kepada para penyembah (mahat-sevam dvāram ahur vimukteh); tetapi orang yang bergaul dengan orang duniawi sedang menempuh jalan menuju daerah kehidupan yang paling gelap (tamo dvāram yositam sangi-sangam). Semua penyembah Krishna berjalan keliling bumi ini hanya untuk menyelamatkan roh-roh yang terikat dari khayalannya. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan tidak mengetahui bahwa melupakan kedudukan dasarnya sebagai makhluk yang takluk kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah pelanggaran hukum Tuhan yang paling berat. Kalau seseorang belum ditempatkan kembali dalam kedudukan dasarnya, tidak mungkin ia mengerti Kepribadian Yang Paling Utama ataupun menjadi tekun sepenuhnya dalam cinta bhakti rohani kepada Beliau dengan ketabahan hati.



7.29

 

jarā-maraṇa-mokṣāya
mām āśritya yatanti ye
te brahma tad viduḥ kṛtsnam
adhyātmaḿ karma cākhilam

jarā—dari usia tua; maraṇa—dan kematian; mokṣāya—dengan tujuan pembebasan; mām—Aku; āśritya—berlindung kepada; yatanti—usaha; ye—semua orang yang; te—orang seperti itu; brahma—Brahman; tat—sebenarnya itu; viduḥ—mereka mengenal; kṛtsnam—segala sesuatu; adhyātmām—rohani; karma—kegiatan; ca—juga; akhilam—sepenuhnya.


Terjemahan

Orang cerdas yang sedang berusaha mencapai pembebasan dari usia tua dan kematian berlindung kepada-Ku dalam bhakti. Mereka sungguh-sungguh Brahman karena mereka mengetahui sepenuhnya segala sesuatu tentang kegiatan rohani yang melampaui hal-hal duniawi.


Penjelasan

Kelahiran, kematian, usia tua dan penyakit mempengaruhi badan material ini, tetapi tidak mempengaruhi badan rohani. Badan rohani tidak mengalami kelahiran, kematian, usia tua maupun penyakit. Jadi, orang yang mencapai badan rohani menjadi rekan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan menekuni bhakti yang kekal sungguh-sungguh sudah mencapai pembebasan. Aham brahmasmi: diriku adalah roh. Dinyatakan bahwa seseorang harus mengerti bahwa Diri-Nya adalah Brahman, atau roh. Paham hidup Brahman juga terdapat dalam bhakti, sebagaimana diuraikan dalam ayat ini. Para penyembah yang murni mantap pada tingkat rohani Brahman, dan mereka mengetahui segala sesuatu tentang kegiatan rohani yang melampaui hal-hal duniawi.
Empat jenis penyembah yang belum murni namun telah menekuni bhakti rohani kepada Tuhan mencapai tujuannya masing-masing, dan atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, bila mereka sadar akan Krishna sepenuhnya, mereka sungguh-sungguh menikmati pergaulan rohani dengan Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi orang yang menyembah dewa tidak pernah mencapai kepada Tuhan Yang Maha Esa di planet Beliau yang paling utama. Orang yang kurang cerdas yang menginsafi Brahman pun tidak dapat mencapai planet Krishna Yang Paling Utama bernama Goloka Vrndavana. Hanya orang yang melakukan kegiatan dalam kesadaran Krishna (mam asritya) sungguh-sungguh patut disebut Brahman, sebab mereka sungguh-sungguh berusaha mencapai planet Krishna. Orang seperti itu tidak ragu-ragu tentang Krishna, karena itu mereka sungguh-sungguh Brahman.
Orang yang tekun menyembah bentuk atau arca-vigraha Tuhan, atau orang yang tekun bersemadi kepada Tuhan hanya untuk mencapai pembebasan dari ikatan material, juga mengetahui arti Brahman, adhibhuta, dan sebagainya atas karunia Tuhan, sebagaimana dijelaskan oleh Krishna dalam bab berikut.



7.30

 

sādhibhūtādhidaivaḿ māḿ
sādhiyajñaḿ ca ye viduḥ
prayāṇa-kāle 'pi ca māḿ
te vidur yukta-cetasāḥ


sa-adhibhūta—dan prinsip yang mengatur manifestasi material; adhidaivam—mengatur semua dewa; mām—Aku; sa-adhiyajñam—dan mengendalikan semua korban suci; ca—juga; ye—orang yang; viduḥ—mengenal; prayāṇa—dari kematian; kāle—pada waktu; api—walaupun; ca—dan; mām—Aku; te—mereka; viduḥ—mengenal; yukta-cetasāḥ—pikirannya tekun dalam Diri-Ku.


Terjemahan

Orang yang sadar kepada-Ku sepenuhnya, yang mengenal Diri-Ku, Yang Mahakuasa, sebagai prinsip yang mengendalikan manifestasi material, para dewa dan segala cara korban suci, dapat mengerti dan mengenal Diri-Ku, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, bahkan pada saat meninggal dunia sekalipun.


Penjelasan

Orang yang bertindak dalam kesadaran Krishna tidak pernah disesatkan dari jalan pengertian sepenuhnya tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pergaulan rohani kesadaran Krishna, seseorang dapat mengerti bagaimana Tuhan Yang Maha Esa adalah prinsip yang mengendalikan manifestasi material dan juga mengendalikan para dewa. Berangsur-angsur, melalui pergaulan rohani seperti itu, seseorang yakin terhadap Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan pada waktu meninggal, orang yang sadar akan Krishna seperti itu tidak pernah dapat melupakan Krishna. Karena itu, sewajarnya ia diangkat sampai planet Tuhan Yang Maha Esa, Goloka Vrndavana.
Bab Tujuh ini khususnya menjelaskan bagaimana seseorang dapat menjadi sadar akan Krishna sepenuhnya. Awal kesadaran Krishna adalah pergaulan dengan orang yang sadar akan Krishna. Pergaulan seperti itu bersifat rohani dan memungkinkan seseorang mengadakan hubungan langsung dengan Tuhan Yang Maha Esa, dan atas karunia Beliau, ia dapat mengerti bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Pada waktu yang sama, seseorang sungguh-sungguh dapat mengerti kedudukan dasar makhluk hidup dan bagaimana makhluk hidup melupakan Krishna dan menjadi terikat dalam kegiatan material. Dengan mengembangkan kesadaran Krishna secara bertahap dengan pergaulan yang baik, makhluk hidup dapat mengerti bahwa Diri-Nya terikat oleh hukum-hukum alam material karena ia telah melupakan Krishna. Ia juga dapat mengerti bahwa kehidupan manusia ini adalah kesempatan untuk memperoleh kembali kesadaran Krishna dan hendaknya kehidupan manusia ini digunakan sepenuhnya untuk mencapai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tiada sebabnya.
Banyak hal sudah dibicarakan di dalam bab ini: Orang yang berduka cita, orang yang ingin tahu, orang yang memerlukan kebutuhan material, pengetahuan tentang Brahman, pengetahuan tentang Paramatma, pembebasan dari kelahiran, kematian dan penyakit, dan sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi, orang yang sungguh-sungguh maju dalam kesadaran Krishna tidak mempedulikan berbagai proses. Dia menekuni kegiatan kesadaran Krishna secara langsung. Dengan demikian ia sungguh-sungguh mencapai kedudukan dasarnya sebagai hamba Sri Krishna yang kekal. Dalam keadaan seperti itu, dia senang mendengar dan memuji Tuhan Yang Maha Esa dalam pengabdian bhakti yang murni. Dia yakin bahwa dengan demikian, segala tujuannya akan terpenuhi. Ketabahan hati seperti ini disebut drdavrata, dan itu merupakan awal bhakti-yoga, atau cinta-bhakti rohani. Itulah keputusan Kitab Suci. Bab Tujuh dari Bhagavad-gita adalah hakekat keyakinan itu.

Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Tujuh Srimad Bhagavad-gita perihal Pengetahuan Tentang Yang Mutlak.



--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Visit Related Posts Below:

















  • Mau Beli Buku Bhagavad-gita, Srimad-bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, dll?
    Senin - Minggu - Hari Libur | 08.00 - 21.00 WIB | http://mahanilastore.blogspot.com
    0812-7740-3909 dan 0819-9108-4996

    SMS/PHONE  : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
                           : 0819-9109-9321 (Mahanila)
    WhatsApp     : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
    BBM               : 5D40CF2D dan D5E8718B

    Menjual buku-buku rohani Srimad Bhagavad-gita, Srimad Bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Purana, Kue Kering, Dupa, Aksesoris, Kartal, Mrdanga, Saree, Air Gangga, Dipa, Kurta, Dhotti, Kipas Cemara, Kipas Bulu Merak, Poster, Japamala, Kantong Japa, Gelang, Kantimala, Rok Gopi, Choli, Blues, Pin, Bros, Kaos, Desain Website dan Database Microsoft Access, Logo, Neon Box, Safety Sign dll.

    Terimakasih Atas Kunjungan Anda.

    Cara Mencapai Kepada Yang Mahakuasa


    8.1

    Arjuna uvāca
    kiḿ tad brahma kim adhyātmaḿ
    kiḿ karma puruṣottama
    adhibhūtaḿ ca kiḿ proktām
    adhidaivaḿ kim ucyate

    Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; kim—apa; tat—itu; brahma—Brahman; kim—apa; adhyātmām—sang diri; kim—apa; karma—kegiatan untuk membuahkan hasil; puruṣa-uttama—o Kepribadian Yang Paling Utama; adhibhūtam—manifestasi material; ca—dan; kim—apa; proktām—disebut; adhidaivam—para dewa; kim—apa; ucyate—disebut.


    Terjemahan

    Arjuna berkata: O Tuhan Yang Maha Esa, o Kepribadian Yang Paling Utama, apa arti Brahman? Apa itu sang diri? Apa arti kegiatan untuk membuahkan hasil? Apa arti manifestasi material ini? Apa arti para dewa? Mohon menjelaskan hal-hal ini kepada hamba.


    Penjelasan

    Dalam bab ini Sri Krishna menjawab berbagai pertanyaan dari Arjuna, mulai dengan pertanyaan Apa itu Brahman?" Krishna juga menjelaskan karma (kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala), bhakti serta prinsip-prinsip yoga, dan bhakti dalam bentuknya yang murni. Dalam Srimad-Bhagavatam, dijelaskan bahwa Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama disebut Brahman, Paramatma dan Bhagavan. Di samping itu, makhluk hidup, roh yang individual, juga disebut Brahman. Arjuna juga bertanya tentang atma, yang berarti badan, sang roh dan pikiran. Menurut kamus Veda, atma menunjukkan pikiran, roh, badan dan indera-indera.
     Arjuna menyapa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Purusottama, Kepribadian Yang Paling Utama, yang berarti bahwa Arjuna mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini bukan hanya kepada seorang kawan, tetapi kepada Kepribadian Yang Paling Utama, dengan mengenal Beliau sebagai Penguasa tertinggi yang sanggup memberi jawaban yang pasti.

     

    8.2

     

    adhiyajñaḥ kathaḿ ko 'tra
    dehe 'smin madhusūdana
    prayāṇa-kāle ca kathaḿ
    jñeyo 'si niyatātmabhiḥ

    adhiyajñaḥ—Penguasa korban suci; katham—bagaimana; kaḥ—siapa; atra—di sini; dehe—dalam badan; asmin—ini; Madhusūdana—o Madhusūdana; prayāṇa-kāle—pada waktu meninggal; ca—dan; katham—bagaimana; jneyah asi—Anda dapat dikenal; niyata-ātmabhiḥ—oleh orang yang mengendalikan diri.

    Terjemahan

    Siapakah Penguasa korban suci, dan bagaimana cara Beliau bersemayam di dalam badan, wahai Madhusūdana? Bagaimana cara orang yang tekun dalam bhakti dapat mengenal Anda pada saat meninggal?

    Penjelasan

    "Penguasa korban suci" juga bisa berarti Indra atau Visnu. Visnu adalah Yang Paling Utama di antara dewa-dewa utama, termasuk Brahma dan Siva, dan Indra adalah pemimpin para dewa yang menjadi administrator. Indra dan Visnu disembah dalam pelaksanaan yajñā. Tetapi di sini Arjuna bertanya siapa sebenarnya Penguasa yajñā (korban suci) dan bagaimana cara Tuhan bersemayam di dalam badan makhluk hidup.
    Arjuna menyebut nama Tuhan sebagai Madhusūdana karena Krishna pernah membunuh seorang raksasa yang bernama Madhu. Sebenarnya pertanyaan pertanyaan ini, mencerminkan keragu-raguan, yang seharusnya tidak timbul di dalam pikiran Arjuna, sebab Arjuna adalah penyembah yang sadar akan Krishna. Karena itu, keragu-raguan tersebut adalah seperti raksasa. Oleh karena Krishna sangat ahli membunuh raksasa, di sini Arjuna menyebutkan Krishna sebagai Madhusūdana agar Krishna membunuh keragu-raguan yang telah timbul di dalam pikiran Arjuna bagaikan seorang raksasa.
    Kata prayāṇa-kāle dalam ayat ini bermakna sekali, sebab apapun yang kita lakukan dalam hidup ini akan diuji pada saat meninggal. Arjuna ingin sekali mengetahui tentang orang yang senantiasa tekun dalam kesadaran Krishna. Bagaimana seharusnya kedudukan mereka pada saat terakhir? Pada saat kematian, semua fungsi badan menjadi kacau, dan keadaan pikiran tidak sebagaimana mestinya. Kalau seseorang diganggu oleh keadaan jasmani seperti itu, mungkin ia tidak dapat ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maharājā Kulasekhara, seorang penyembah yang mulia, berdoa, Tuhan yang hamba cintai, saat ini hamba sehat saja. Karena itu, lebih baik hamba segera meninggal dunia supaya angsa pikiranku dapat memasuki tangkai kaki padmaMu." Contoh tersebut digunakan sebab burung angsa, sejenis burung air, senang menggali pada tangkai bunga padma; burung angsa cenderung suka masuk ke dalam bunga padma. Maharājā Kulasekhara berdoa kepada Tuhan, Sekarang pikiran hamba tidak terganggu, dan hamba sehat saja. Kalau hamba segera meninggal dunia, sambil berpikir tentang kakipadma Mu, pasti pelaksanaan bhakti hamba kepada Anda akan menjadi sempurna. Tetapi kalau hamba harus menunggu sampai hamba meninggal secara wajar, hamba tidak mengetahui apa yang akan terjadi, sebab pada saat itu fungsi-fungsi badan akan terganggu, tenggorokan hamba akan tersendat-tersendat, dan hamba tidak mengetahui apakah hamba dapat mengucapkan nama suci Anda. Lebih baik hamba segera meninggal dunia." Arjuna bertanya bagaimana seseorang dapat memusatkan pikirannya kepada kakipadma Krishna pada saat seperti itu.

    8.3

     

    śrī-bhagavān uvāca
    akṣaraḿ brahma paramaḿ
    svabhāvo 'dhyātmam ucyate
    bhūta-bhāvodbhava-karo
    visargaḥ karma-saḿjñitaḥ

     Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; akṣaram—tidak dapat dimusnahkan; brahma—Brahman; paramam—rohani dan melampaui hal-hal duniawi; sva-bhāvaḥ—sifat kekal; adhyātmām—sang diri; ucyate—disebut; bhūta-bhāva-udbhava-karaḥ—menghasilkan badan-badan jasmani para makhluk hidup; visargaḥ—ciptaan; karma—kegiatan yang dimaksud untuk membuahkan hasil atau pahala; saḿjñitaḥ—disebut.

    Terjemahan

    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Makhluk hidup yang tidak dapat dimusnahkan dan bersifat rohani disebut Brahman, dan sifatnya yang kekal disebut adhyātma, atau sang diri. Perbuatan berhubungan dengan perkembangan badan-badan jasmani para makhluk hidup disebut karma atau kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala.

    Penjelasan


    Brahman tidak dapat dimusnahkan dan berada untuk selamanya. Kedudukan dasar Brahman tidak pernah berubah sama sekali. Tetapi di luar Brahman ada Parabrahman. Brahman berarti makhluk hidup, dan Parabrahman berarti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kedudukan dasar makhluk hidup berbeda dari kedudukan yang diambilnya di dunia material. Bila kesadaran makhluk hidup bersifat material, menurut sifatnya dia berusaha menjadi penguasa alam, tetapi bila kesadarannya rohani, yaitu sadar akan Krishna, kedudukannya ialah pengabdian diri kepada Yang Mahakuasa. Bila kesadaran makhluk hidup bersifat meterial, ia harus menerima berbagai jenis badan di dunia material. Itu disebut karma, atau berbagai jenis ciptaan menurut kekuatan kesadaran material.
    Dalam sastra Veda, makhluk hidup disebut jivatma dan Brahman, tetapi dia tidak pernah disebut Parabrahman. Makhluk hidup (jivatma) mengambil berbagai kedudukan—kadang-kadang ia menunggal di dalam alam material yang gelap dan mempersamakan Diri-Nya dengan alam, dan kadang-kadang ia mempersamakan Diri-Nya dengan alam utama atau alam rohani. Karena itu, makhluk hidup disebut tenaga pinggir Tuhan Yang Maha Esa. Dia menerima badan material atau badan rohani bergantung pada apakah dia mempersamakan Diri-Nya dengan alam material atau alam rohani. Di alam material, dia dapat mengambil badan dari salah satu di antara 8.400.000 jenis kehidupan, tetapi di alam rohani, badannya satu saja. Di alam material ia kadang-kadang berwujud sebagai manusia, dewa, binatang, burung, dan  sebagainya, menurut karmanya. Untuk mencapai planet-planet material yang disebut surga dan menikmati fasilitas di sana, kadang-kadang ia melakukan korban suci (yajñā), tetapi bila pahala dari perbuatannya habis, dia kembali lagi ke bumi dalam bentuk seorang manusia. Proses ini disebut karma.
    Dalam Chandogya Upanisad, proses korban suci dalam Veda diuraikan. Lima jenis persembahan dihaturkan ke dalam lima jenis api di tempat menghaturkan korban suci. Lima jenis api dipahami sebagai planet-planet surga, awan, bumi, pria dan wanita, dan lima jenis persembahan korban suci adalah kepercayaan, kepribadian yang menikmati di bulan, hujan, biji-bijian dan air mani.
    Dalam proses korban suci, makhluk hidup menghaturkan korban khusus untuk mencapai planet-planet surga tertentu, dan dengan demikian ia mencapai planet-planet itu. Bila pahala korban suci habis, makhluk hidup turun ke bumi dalam bentuk hujan, kemudian mengambil bentuk sebagai biji-bijian. Biji-bijian itu dimakan oleh seorang manusia dan diubah menjadi air mani, yang menyebabkan seorang wanita hamil. Dengan demikian, sekali lagi makhluk hidup mencapai bentuk manusia untuk melakukan korban suci dan mengulangi perputaran yang sama dengan cara tersebut. Seperti inilah makhluk hidup datang dan pergi untuk selamanya dalam menempuh jalan material. Akan tetapi, orang yang sadar akan Krishna menghindari korban-korban suci seperti yang tersebut di atas. Dia mulai melakukan kesadaran Krishna secara langsung, dan dengan demikian ia mempersiapkan diri untuk kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa.
    Para penafsir Bhagavad-gita yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dengan cara yang tidak masuk akal menduga bahwa Brahman mengambil bentuk jiva di dunia material, dan untuk membuktikan dugaan ini mereka menyebutkan Bab Lima Belas, ayat tujuh, dari Bhagavad-gita. Tetapi dalam ayat ini Krishna juga membicarakan makhluk hidup sebagai Bagian percikan yang kekal dari Diri-Ku." bagian percikan dari Tuhan Yang Maha Esa, yaitu makhluk hidup, barangkali jatuh ke dalam dunia material, tetapi Tuhan Yang Maha Esa (Acyuta) tidak pernah jatuh. Karena itu, dugaan tersebut bahwa Brahman yang Paling Utama mengambil bentuk sebagai jiva tidak dapat diterima. Dalam sastra Veda, Brahman (makhluk hidup) dibedakan dari Parabrahman (Tuhan Yang Maha Esa). Kenyataan ini penting dan harus diingat.


    8.4

     

    adhibhūtaḿ kṣaro bhāvaḥ
    puruṣaś cādhidaivatam
    adhiyajño 'ham evātra
    dehe deha-bhṛtāḿ vara

    adhibhūtam—manifestasi alam ini; kṣaraḥ—berubah senantiasa; bhāvaḥ—sifat; puruṣaḥ—bentuk semesta termasuk semua dewa, seperti matahari dan bulan; ca—dan; adhidaivatam—disebut adidaiva; adhiyajñaḥ—Roh Yang Utama; aham—Aku (Krishna); evā—pasti; atra—dalam ini; dehe—badan; dehabhṛtam—dari yang berada di dalam badan; vara—wahai yang paling baik.


    Terjemahan

    Wahai yang paling baik di antara para makhluk yang berada di dalam badan, alam, yang berubah senantiasa, disebut adhi-bhuta [manifestasi material]. Bentuk semesta Tuhan, termasuk semua dewa, seperti dewa matahari dan dewa bulan, disebut adhi-daiva. Aku, Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud sebagai Roh Yang Utama di dalam hati setiap makhluk yang berada di dalam badan, disebut adhi-yajna [Penguasa korban suci].


    Penjelasan

    Alam ini senantiasa berubah. Badan-badan material pada umumnya mengalami enam tahap: Badan-badan itu dilahirkan, tumbuh, tahan selama beberapa waktu, menghasilkan sesuatu, merosot, dan kemudian lenyap. Alam ini disebut adhi-bhuta. Alam ini diciptakan pada saat tertentu dan akan dilebur pada saat tertentu. Paham bentuk semesta Tuhan Yang Maha Esa, termasuk semua dewa dan berbagai planet para dewa, disebut adhi-daivata. Roh Yang Utama berada di dalam badan mendampingi roh yang individual. Roh Yang Utama adalah perwujudan yang berkuasa penuh dari Sri Krishna. Roh Yang Utama disebut Paramatma atau adhi-yajna dan Beliau bersemayam di dalam hati. Kata eva mempunyai makna khusus berhubungan dengan ayat ini, sebab dengan kata ini Krishna menggarisbawahi bahwa Paramatma tidak berbeda dari Diri-Nya. Roh Yang Utama, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, bersemayam di sisi roh yang individual, Roh Yang Utama menyaksikan kegiatan roh yang individual dan Beliau adalah sumber berbagai jenis kesadaran sang roh. Roh Yang Utama memberi kesempatan kepada roh yang individual untuk bertindak secara bebas dan Beliau menyaksikan kegiatan makhluk hidup itu. Fungsi-fungsi berbagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa tersebut menjadi jelas dengan sendirinya bagi seorang penyembah murni yang sadar akan Krishna dan tekun dalam pengabdian rohani kepada Tuhan. Bentuk semesta Tuhan yang besar sekali disebut adhi-daivata. Bentuk itu direnungkan oleh orang yang baru mulai belajar dan belum dapat mendekati Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Roh Yang Utama. Seorang murid yang baru mulai belajar dianjurkan merenungkan bentuk semesta, atau virat-purusa. Planet-planet yang rendah dianggap sebagai kaki virat-purusa. Matahari dan bulan dianggap sebagai mata Beliau, dan susunan planet yang lebih tinggi sebagai kepala-Nya.



    8.5

     

    anta-kāle ca mām eva
    smaran muktvā kalevaram
    yaḥ prayāti sa mad-bhāvaḿ
    yāti nāsty atra saḿśayaḥ

    anta-kāle—pada akhir hidup; ca—juga; mām—Aku; evā—pasti; smaran—ingat; muktvā—meninggalkan; kalevaram—badan; yaḥ—dia yang; prayāti—pergi; saḥ—dia; mat-bhāvam—sifat-Ku; yāti—mencapai; na—tidak; asti—ada; atra—di sini; saḿśayaḥ—keragu-raguan.


    Terjemahan

    Siapapun yang meninggalkan badannya pada saat ajalnya sambil ingat kepada-Ku, segera mencapai sifat-Ku. Kenyataan ini tidak dapat diragukan.


    Penjelasan

    Dalam ayat ini, pentingnya kesadaran Krishna ditegaskan. Siapapun yang meninggalkan badannya dalam kesadaran Krishna segera dipindahkan ke alam rohani Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa adalah Yang Mahasuci. Karena itu, siapapun yang senantiasa sadar akan Krishna juga paling suci di antara semua orang suci. Kata smaran (ingat") penting dalam ayat ini. Roh yang tidak suci yang belum mempraktekkan kesadaran Krishna dalam bhakti tidak mungkin ingat kepada Krishna. Karena itu, hendaknya orang berlatih kesadaran Krishna sejak awal kehidupannya. Kalau seseorang ingin mencapai sukses pada akhir riwayatnya, proses ingat kepada Krishna adalah syarat mutlak. Karena itu, hendaknya orang senantiasa mengucapkan mahamantra Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare secara terus menerus. Sri Caitanya Mahaprabhu menganjurkan supaya seseorang bersikap toleransi seperti sebatang pohon (taror iva sahisnuna). Barangkali ada begitu banyak rintangan yang harus dihadapi oleh orang yang sedang mengucapkan mantra Hare Krishna. Walaupun demikian, ia harus tahan terhadap segala rintangan itu, dan terus mengucapkan Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare, supaya pada akhir riwayatnya ia dapat memperoleh manfaat yang sempurna dari kesadaran Krishna.


    8.6

     

    yaḿ yaḿ vāpi smaran bhāvaḿ
    tyajaty ante kalevaram
    taḿ tam evaiti kaunteya
    sadā tad-bhāva-bhāvitaḥ
    yam yam—apapun; vā api—sama sekali; smaran—ingat; bhāvam—sifat; tyajati—meninggalkan; ante—pada akhir; kalevaram—badan ini; tam tam—seperti itu juga; evā—pasti; eti—mendapat; kaunteya—wahai putera Kuntī ; sadā—selalu; tat—itu; bhava—keadaan hidup; bhāvitaḥ—ingat.


    Terjemahan

    Keadaan hidup manapun yang diingat seseorang pada saat ia meninggalkan badannya, pasti keadaan itulah yang akan dicapainya, wahai putera Kuntī .

    Penjelasan

    Proses mengubah sifat orang pada saat kematian yang sangat menentukan dijelaskan di sini. Orang yang meninggalkan badannya pada akhir riwayatnya sambil berpikir tentang Krishna akan mencapai alam rohani Tuhan Yang Maha Esa, tetapi tidak benar bahwa orang yang memikirkan sesuatu selain Krishna akan mencapai keadaan rohani yang sama. Hendaknya kita memperhatikan kenyataan ini dengan seksama sekali. Bagaimana cara seseorang dapat meninggal dunia dengan keadaan pikiran yang benar?  Walaupun Maharājā  Bhārata  adalah kepribadian yang mulia, beliau memikirkan seekor rusa pada akhir riwayatnya, dan sebagai akibatnya dalam penjelmaan berikutnya ia diubah sehingga memiliki badan seekor rusa. Setelah menjadi rusa, dia tetap mengenang kegiatannya pada masa lampau, namun dia terpaksa menerima badan sebagai binatang seperti itu. Tentu saja pikiran seseorang selama kehidupannya, menumpuk untuk mempengaruhi pikirannya pada saat ia meninggal. Jadi, kehidupan ini menciptakan penjelmaan yang akan datang. Kalau dalam kehidupan sekarang seseorang hidup dalam sifat kebaikan dan selalu berpikir tentang Krishna, dimungkinkan ia dapat ingat kepada Krishna pada akhir riwayatnya. Kalau ia ingat kepada Krishna pada akhir riwayatnya, itu akan membantu Diri-Nya untuk dipindahkan ke alam rohani Krishna. Kalau seseorang khusuk berpikir secara rohani dalam pengabdian kepada Krishna, maka badan berikutnya akan bersifat rohani (spiritual), bukan material. Karena itu, cara mengucapkan mantra Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare adalah cara terbaik untuk mencapai sukses dalam mengubah keadaan hidup pada akhir riwayat.



    8.7

     

    tasmāt sarveṣu kāleṣu
    mām anusmara yudhya ca
    mayy arpita-mano-buddhir
    mām evaiṣyasy asaḿśayaḥ

    tasmāt—karena itu; sarveṣu—pada segala; kāleṣu—waktu; mām—Aku; anusmara—ingat terus; yudhya—bertempur; ca—juga; mayi—kepada-Ku; arpita—menyerahkan diri; manaḥ—pikiran; buddhiḥ—kecerdasan; mām—kepada-Ku; evā—pasti; eṣyasi—engkau akan mencapai; asaḿśayaḥ—tidak dapat diragukan.

    Terjemahan

    Wahai Arjuna, karena itu, hendaknya engkau selalu berpikir tentang-Ku dalam bentuk Krishna dan pada waktu yang sama melaksanakan tugas kewajibanmu, yaitu bertempur. Dengan kegiatanmu dipersembahkan kepada-Ku pikiran dan kecerdasanmu dipusatkan kepada-Ku, tidak dapat diragukan bahwa engkau akan mencapai kepada-Ku.


    Penjelasan

    Ajaran yang disampaikan kepada Arjuna ini penting sekali untuk semua orang yang sibuk dalam kegiatan material. Krishna tidak mengatakan bahwa seseorang harus meninggalkan tugas-tugas kewajiban maupun kesibukannya. Ia dapat melanjutkan kegiatan itu dan pada waktu yang sama berpikir tentang Krishna dengan cara mengucapkan mantra Hare Krishna. Ini akan membebaskan Diri-Nya dari pengaruh material dan menyebabkan pikiran dan kecerdasannya tekun dalam Krishna. Dengan mengucapkan nama-nama Krishna, seseorang akan dipindahkan ke planet yang paling utama, Krishnaloka. Kenyataan ini tidak dapat diragukan.


    8.8

     

    abhyāsa-yoga-yuktena
    cetasā nānya-gāminā
    paramaḿ puruṣaḿ divyaḿ
    yāti pārthānucintayan

     

    abhyāsa-yoga—dengan latihan; yuktena—dengan menekuni semadi; cetasā—oleh pikiran dan kecerdasan; na anya-gāminā—tanpa pikiran dan kecerdasan disesatkan; paramam—Yang Mahakuasa; puruṣam—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; divyam—rohani; yāti—seseorang mencapai; pārtha—wahai putera Pṛthā; anucintayan—senantiasa berpikir tentang.


    Terjemahan

    Orang yang bersemadi kepadaku sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dengan pikirannya senantiasa tekun ingat kepada-Ku, dan tidak pernah menyimpang dari jalan itu, dialah yang pasti mencapai kepada-Ku, wahai Pārtha.


    Penjelasan

    Di dalam ayat ini Sri Krishna menegaskan bahwa ingat kepada Krishna sangat penting. Ingatan seseorang terhadap Krishna dihidupkan kembali dengan cara mengucapkan mahamantra, Hare Krishna. Dengan latihan ini, yaitu mengucapkan dan mendengar getaran suara Tuhan Yang Maha Esa, telinga, lidah dan pikiran seseorang dijadikan tekun. Semadi batin tersebut mudah sekali dipraktekkan dan membantu seseorang untuk mencapai kepada Tuhan Yang Maha Esa. Puruṣam  berarti kepribadian yang menikmati. Walaupun para makhluk hidup termasuk tenaga pinggir dari Tuhan Yang Maha Esa, mereka dipengaruhi secara material. Mereka menganggap Diri-Nya yang menikmati, tetapi sebenarnya mereka bukan kepribadian tertinggi yang menikmati. Di sini dinyatakan dengan jelas bahwa Kepribadian Yang Paling Utama yang menikmati ialah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sendiri dalam berbagai manifestasi dan penjelmaan-Nya yang berkuasa penuh sebagai Narayana, Vasudeva, dan sebagainya.
       Seorang penyembah dapat senantiasa memikirkan tujuan sembahyangnya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dalam salah satu di antara aspek-aspek-Nya—Narayana, Krishna, Rāma, dan sebagainya—dengan cara mengucapkan mantra Hare Krishna. Latihan ini akan menyucikan penyembah tersebut sehingga pada akhir riwayatnya, dia akan dipindahkan ke kerajaan Tuhan karena dia senantiasa mengucapkan mantra itu. Latihan yoga berarti bersemadi kepada Roh Yang Utama di dalam hati; begitu pula, dengan mengucapkan mantra Hare Krishna seseorang dapat memusatkan pikirannya agar selalu mantap kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pikiran selalu berubah-ubah. Karena itu, pikiran harus dipaksakan supaya memikirkan Krishna. Salah satu contoh yang sering dikemukakan ialah ulat yang berpikir untuk menjadi kupu-kupu, dan dengan demikian badannya diubah menjadi kupu-kupu dalam kehidupan itu juga. Begitu pula, kalau kita senantiasa berpikir tentang Krishna, pasti pada akhir kehidupan, kita akan mempunyai badan dengan sifat yang sama seperti Krishna.



    8.9

     

    kaviḿ purāṇam anuśāsitāram
    aṇor aṇīyāḿsam anusmared yaḥ
    sarvasya dhātāram acintya-rūpam
    āditya-varṇaḿ tamasaḥ parastāt

    kavim—Yang Mahatahu; purāṇam—Yang paling tua; anuśāsitāram—Yang mengendalikan; aṇoḥ—daripada atom; aṇīyāḿsam—lebih kecil; anusmaret—selalu berpikir tentang; yaḥ—orang yang; sarvasya—mengenai segala sesuatu; dhātāram—Pemelihara; acintya—tidak dapat dibayangkan; rūpam—yang bentuk-Nya; āditya-varṇam—bercahaya bagaikan matahari; tamasaḥ—ada kegelapan; parastāt—melampaui.


    Terjemahan

    Hendaknya seseorang bersemadi kepada Kepribadian Yang Paling Utama sebagai yang Mahatahu. Yang paling tua, Yang mengendalikan, lebih kecil daripada yang paling kecil, Pemelihara segala sesuatu, Yang berada di luar segala paham material, Yang tidak dapat dibayangkan, dan selalu bersifat kepribadian. Beliau bercahaya seperti matahari, dan Beliau bersifat rohani, di luar alam material ini.


    Penjelasan

    Proses berpikir tentang Yang Mahakuasa disebut dalam ayat ini. Yang paling penting ialah bahwa Tuhan bukan tanpa sifat pribadi dan Tuhan bukan kekosongan. Seseorang tidak akan dapat bersemadi pada kekosongan atau pada sesuatu yang tidak bersifat pribadi. Itu sulit sekali. Akan tetapi, proses berpikir tentang Krishna mudah sekali dan dinyatakan dengan jelas di sini. Pertama, Tuhan adalah purusa, Kepribadian—kita berpikir tentang Kepribadian Rāma dan Kepribadian Krishna. Baik seseorang berpikir tentang Rāma maupun Krishna, sifat Beliau diuraikan dalam Bhagavad-gita ayat ini. Tuhan adalah kavi; yaitu, Beliau mengetahui masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Karena itu Beliau mengetahui segala sesuatu. Tuhan adalah Kepribadian yang paling tua, Beliau adalah asal mula segala sesuatu; segala sesuatu dilahirkan dari Beliau. Tuhan adalah Yang Mahakuasa di alam semesta, dan Beliau adalah Pemelihara dan guru manusia. Beliau lebih kecil daripada yang paling kecil. Ukuran makhluk hidup adalah sepersepuluh ribu ujung bulu atau rambut, tetapi Tuhan sangat kecil secara tidak terhingga sehingga Beliau dapat masuk kedalam inti butir yang kecil itu. Karena itu, Tuhan lebih kecil daripada yang paling kecil. Sebagai Yang Mahakuasa, Beliau dapat masuk ke dalam atom dan ke dalam hati roh yang paling kecil dan mengendalikannya sebagai Roh Yang Utama. Walaupun Beliau sangat kecil, Beliau tetap berada di mana-mana dan memelihara segala sesuatu. Semua susunan planet ini dipelihara oleh Beliau. Kita sering merenungkan bagaimana planet-planet yang besar melayang di udara. Dinyatakan di sini bahwa Tuhan Yang Maha Esa memelihara semua planet yang besar dan susunan bimasakti dengan tenaga-Nya yang tidak dapat dibayangkan. Kata acintya (tidak dapat dibayangkan") bermakna berhubungan dengan hal ini. Tenaga Tuhan di luar paham kita, di luar jangkauan pikiran kita. Karena itu, tenaga Tuhan disebut acintya yang berarti tidak dapat dibayangkan. Siapa yang dapat membantah kenyataan ini? Tuhan Yang Maha Esa berada di mana-mana di dunia material ini, namun Beliau berada di luar dunia material ini. Dunia material ini pun di luar jangkauan pikiran kita, dan dunia material kecil sekali dibandingkan dengan dunia rohani—karena itu, bagaimana mungkin kita dapat memahami apa yang ada di luar dunia ini? Acintya berarti sesuatu di luar dunia material ini, sesuatu di luar jangkauan argumentasi, logika angan-angan filsafat kita, sesuatu yang tidak dapat dibayangkan. Karena itu, orang cerdas sebaiknya menghindari argumentasi dan angan-angan yang tidak berguna, menerima apa yang dinyatakan dalam Kitab Suci seperti Veda, Bhagavad-gita dan Srimad-Bhagavatam dan mengikuti prinsip-prinsip tercantum dalam Kitab-kitab Suci itu. Kebijaksanaan ini akan membawa seseorang sampai tingkat pengertian.


    8.10

     

    prayāṇa-kāle manasācalena
    bhaktyā yukto yoga-balena caiva
    bhruvor madhye prāṇam āveśya samyak
    sa taḿ paraḿ puruṣam upaiti divyam
    prayāṇa-kāle—pada saat-saat meninggal; manasā—oleh pikiran; acalena—tanpa disesatkan; bhaktyā—dalam bhakti sepenuhnya; yuktaḥ—tekun; yoga-balena—oleh kekuatan yoga kebatinan; ca—juga; evā—pasti; bhruvoḥ—dua alis mata; madhye—di tengah-tengah antara; prāṇam—udara kehidupan; āveśya—memantapkan; samyak—sepenuhnya; saḥ—dia; tam—itu; param—rohani; puruṣam—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; upaiti—mencapai; divyam—di kerajaan rohani.


    Terjemahan

    Pada saat meninggal, orang yang memusatkan udara kehidupannya di tengah-tengah antara kedua alis matanya dan tekun ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam bhakti sepenuhnya melalui kekuatan yoga, dengan pikiran yang tidak pernah menyimpang, pasti akan mencapai kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.



    Penjelasan

    Dalam ayat ini dinyatakan dengan jelas bahwa pada saat meninggal pikiran harus dipusatkan dalam bhakti kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dianjurkan supaya orang yang sudah terlatih dalam yoga, menaikkan daya hidupnya sampai di tengah-tengah antara kedua alis mata (sampai ajnacakra). Latihan sat-cakrayoga, yang menyangkut semadi pada enam cakra, diusulkan di sini. Seorang penyembah yang murni tidak berlatih yoga seperti itu, tetapi oleh karena ia selalu tekun dalam kesadaran Krishna, pada saat meninggal ia dapat ingat kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa atas karunia Beliau. Ini dijelaskan dalam ayat empat belas.
    Penggunaan khusus kata yoga-balena bermakna dalam ayat ini, sebab tanpa berlatih yoga—baik sat-cakra-yoga maupun bhakti-yoga—seseorang tidak dapat mencapai keadaan hidup yang bersifat rohani pada saat meninggal. Seseorang tidak dapat tiba-tiba ingat Tuhan Yang Maha Esa pada saat meninggal. Seharusnya dia sudah berlatih salah satu sistem yoga, khususnya sistem bhakti-yoga. Oleh karena pikiran pada saat meninggal sangat terganggu, orang harus berlatih kerohanian melalui yoga semasa hidupnya.

    8.11

     

    yad akṣaraḿ veda-vido vādānti
    viśanti yad yatayo vīta-rāgāḥ
    yad icchanto brahmacaryaḿ caranti
    tat te padaḿ sańgraheṇa pravakṣye

    yat—itu yang; akṣaram—suku kata om; veda-vidaḥ—orang yang menguasai Veda; vādānti—mengatakan; viśanti—masuk; yat—dalam itu; yatayaḥ—resi-resi yang mulia; vīta-rāgāḥ—pada tingkat hidup untuk meninggalkan hal-hal duniawi; yat—itu yang; icchantaḥ—menginginkan; brahmācāryam—berpantangan hubungan suami isteri; caranti—berlatih; tat—itu; te—kepada engkau; padam—keadaan; sańgraheṇa—sebagai ringkasan; pravakṣye—Aku akan menjelaskan.


    Terjemahan

    Orang yang berpengetahuan tentang Veda, yang mengucapkan oḿ-kāra dan menjadi resi-resi yang mulia pada tingkatan hidup untuk meninggalkan hal-hal duniawi masuk ke dalam Brahman. Jika seseorang menginginkan kesempurnaan seperti itu, ia berpantang hubungan suami isteri. Sekarang Aku akan menjelaskan kepadamu secara singkat proses yang memungkinkan seseorang mencapai pembebasan.


    Penjelasan

    Sri Krishna telah menganjurkan latihan sat-cakrayoga kepada Arjuna. Dalam sat-cakrayoga, seseorang menempatkan udara kehidupan ditengah-tengah antara kedua alis matanya. Krishna menduga bahwa mungkin Arjuna belum mengetahui cara berlatih sat-cakrayoga. Karena itu, Krishna menjelaskan proses tersebut dalam ayat-ayat berikut. Krishna menyatakan walaupun Brahman adalah yang satu dan tiada duanya, Brahman mempunyai berbagai manifestasi dan ciri. Khususnya bagi orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, akṣara, atau oḿ-kāra—suku kata om—identik dengan Brahman. Di sini Krishna menjelaskan tentang Brahman yang tidak bersifat pribadi. Resi-resi pada tingkatan hidup untuk meninggalkan hal-hal duniawi masuk ke dalam Brahman itu.
    Dalam sistem pengetahuan Veda, sejak awal murid-murid diajarkan cara mengucapkan kata om, dan mereka belajar tentang Brahman yang tidak bersifat pribadi dan paling tinggi dengan cara hidup bersama guru kerohanian dan berpantang hubungan suami isteri sama sekali. Dengan cara demikian, mereka menginsafi dua aspek Brahman. Latihan ini sangat diperlukan supaya seorang siswa maju dalam kehidupan rohani, tetapi saat ini hidup sebagai brahmacari (tidak menikah dan berpantang hubungan suami isteri sepenuhnya) tidak mungkin. Susunan masyarakat dunia sudah mengalami perubahan yang begitu besar sehingga tidak mungkin seseorang berpantang hubungan suami isteri sejak dia mulai berguru dan menjadi murid. Di seluruh dunia ada banyak lembaga untuk berbagai jenis pengetahuan, tetapi belum ada suatu lembaga yang diakui untuk mendidik siswa-siswa dalam prinsip-prinsip brahmacari. Kalau seseorang tidak berlatih pantangan hubungan suami isteri, kemajuan dalam kehidupan rohani sulit sekali. Karena itu, Sri  Caitanya Mahaprabhu mengumumkan bahwa pada jaman ini, menurut aturan Kitab suci untuk jaman Kali ini, satu-satunya proses menginsafi Yang Mahakuasa yang mungkin dijalankan ialah cara memuji nama-nama suci Sri Krishna: Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare/ Hare Rāma Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare.



    8.12

     

    sarva-dvārāṇi saḿyamya
    mano hṛdi nirudhya ca
    mūrdhny ādhāyātmanaḥ prāṇam
    āsthito yoga-dhāraṇām

    sarva-dvārāṇi—semua pintu gerbang pada badan; saḿyamya—mengendalikan; manaḥ—pikiran; hṛdi—di dalam jantung; nirudhya—mengurung; ca—juga; mūrdhni—pada kepala; ādhāya—memantapkan; ātmanāḥ—sang roh; prāṇam—udara kehidupan; āsthitāḥ—mantap dalam; yoga-dhāraṇām—keadaan yoga.


    Terjemahan

    Keadaan yoga ialah ketidakterikatan terhadap segala kesibukan indera-indera. Dengan menutup segala pintu indera-indera dan memusatkan pikiran pada jantung dan udara kehidupan pada ubun-ubun, seseorang menjadi mantap dalam yoga.


    Penjelasan

    Untuk berlatih yoga sebagaimana dianjurkan di sini, lebih dahulu seseorang harus menutup gerbang segala kenikmatan indera-indera. Latihan ini disebut pratyahara, atau menarik indera-indera dari obyek indera. Indera-indera  untuk mengumpulkan pengetahuan—mata, telinga, hidung, lidah dan peraba hendaknya dikendalikan sepenuhnya dan jangan dibiarkan menjadi sibuk dalam kepuasan sendiri. Dengan cara demikian, pikiran dipusatkan kepada Roh Yang Utama di dalam jantung, dan daya hidup diangkat sampai ubun-ubun. Dalam Bab Enam, proses ini diuraikan secara terperinci. Tetapi sebagaimana disebut dalam Bab Enam, latihan ini tidak praktis pada jaman ini. Proses terbaik ialah kesadaran Krishna. Kalau seseorang selalu dapat memusatkan pikirannya kepada Krishna dalam bhakti, mudah sekali berada dalam semadi rohani yang tidak terganggu, atau dalam samadhi.



    8.13

    oḿ ity ekākṣaraḿ brahma
    vyāharan mām anusmaran
    yaḥ prayāti tyajan dehaḿ
    sa yāti paramāḿ gatim

    oḿ—gabungan huruf (oḿ-kāra); iti—demikian; eka-akṣaram—suku kata yang satu; brahma—mutlak; vyāharan—mengucapkan; mām—Aku (Krishna); anusmaran—ingat; yaḥ—siapapun yang; prayāti—meninggalkan; tyajan—melepaskan; deham—badan ini; saḥ—dia; yāti—mencapai; paramam—Yang Mahakuasa; gatim—tujuan.


    Terjemahan

    Sesudah seseorang mantap dalam latihan yoga ini dan mengucapkan suku kata suci om, gabungan huruf yang paling utama, kalau dia berpikir tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan meninggalkan badannya, pasti dia akan mencapai planet-planet rohani.

    Penjelasan

    Dinyatakan dengan jelas di sini bahwa om, Brahman dan Sri Krishna tidak berbeda. Suara yang tidak bersifat pribadi dari Krishna adalah om, tetapi suara Hare Krishna mengandung om. Ucapan mantra Hare Krishna dianjurkan dengan jelas untuk jaman ini. Jadi, kalau seseorang meninggalkan badannya pada akhir kehidupannya sambil mengucapkan mantra Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare, pasti dia mencapai salah satu di antara planet-planet rohani, menurut sifat latihannya. Para penyembah Krishna memasuki planet Krishna, Goloka Vrndavana. Untuk orang yang mengakui bentuk pribadi Tuhan, diangkasa rohani ada planet-planet lain yang jumlahnya tidak dapat dihitung, yang bernama planet-planet Vaikuntha, sedangkan orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan tetap dalam brahmajyoti.


    8.14

     

    ananya-cetāḥ satataḿ
    yo māḿ smarati nityaśaḥ
    tasyāhaḿ sulabhaḥ pārtha
    nitya-yuktasya yoginaḥ

    ananya-cetāḥ—tanpa pikiran menyimpang; satatam—selalu; yaḥ—siapapun yang; mām—Aku (Sri Krishna); smarati—ingat; nityaśaḥ—secara teratur; tasya—kepadanya; aham—Aku adalah; su-labhaḥ—mudah sekali dicapai; pārtha—wahai putera Pṛthā; nitya—secara teratur; yuktasya—tekun; yoginaḥ—bagi seorang penyembah.


    Terjemahan

    Wahai putera Pṛthā, Aku mudah sekali dicapai oleh orang yang selalu ingat kepada-Ku tanpa menyimpang sebab dia senantiasa tekun dalam bhakti.


    Penjelasan

    Ayat ini khususnya menguraikan tujuan terakhir yang dicapai oleh para penyembah murni yang mengabdikan diri kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dalam bhakti-yoga. Ayat-ayat sebelumnya menyebutkan empat jenis penyembah—orang yang berduka cita, orang yang ingin tahu, orang yang mencari keuntungan material, dan para filosof yang berangan-angan. Berbagai proses pembebasan juga sudah diuraikan karma-yoga, jñāna-yoga, dan hatha-yoga. Prinsip sistem-sistem yoga tersebut mengandung sekedar bhakti, tetapi ayat ini khususnya menyebutkan bhakti-yoga yang murni, tanpa dicampur jñāna, karma maupun hatha. Sebagaimana ditunjukkan dengan kata ananya-cetāḥ, dalam bhakti-yoga yang murni, seorang penyembah tidak menginginkan sesuatu selain Krishna. Seorang penyembah murni tidak ingin diangkat sampai planet-planet surga, dan dia juga tidak berusaha menunggal dalam brahmajyoti atau mencapai keselamatan atau pembebasan dari ikatan material. Seorang penyembah yang murni tidak menginginkan sesuatu. Dalam Caitanya-caritamrta, penyembah murni disebut niskama, yang berarti dia tidak mempunyai keinginan untuk kepentingannya sendiri. Hanya penyembah murni itulah yang memiliki kedamaian, sedangkan orang yang berusaha mencari keuntungan pribadi tidak mencapai kedamaian. Seorang jñāna-yogi, karma-yogi, atau hatha-yogi mementingkan Diri-Nya sendiri, sedangkan seorang penyembah yang sempurna, tidak mempunyai keinginan selain memuaskan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, Krishna menyatakan bahwa Diri-Nya mudah dicapai oleh siapapun yang setia kepada-Nya dan tidak pernah menyimpang.
    Seorang penyembah murni selalu tekun dalam bhakti kepada Krishna dalam salah satu di antara berbagai aspek pribadi-Nya. Krishna mempunyai berbagai penjelmaan dan perwujudan yang berkuasa penuh, misalnya Rāma dan Nrsimha. Seorang penyembah dapat memilih untuk memusatkan pikirannya dalam cinta-bhakti kepada salah satu di antara bentuk-bentuk rohani Tuhan Yang Maha Esa. Seorang penyembah seperti itu tidak menghadapi masalah-masalah yang menyiksa diri seperti mempraktekkan sistem-sistem yoga lainnya. Bhakti-yoga sangat sederhana, murni dan mudah dilaksanakan. Seseorang dapat mulai melakukan bhakti-yoga dengan mengucapkan mantra Hare Krishna. Krishna sangat murah hati kepada semua makhluk hidup, sebagaimana sudah kami jelaskan, Krishna menaruh minat khusus kepada orang yang mengabdikan diri kepada Beliau tanpa menyimpang. Krishna membantu penyembah-penyembah seperti itu dengan berbagai cara. Sebagaimana dinyatakan dalam Veda (Katha Upanisad 1.2.23), yam evaisa vrnute tena labhyas/tasyaisa atma vivrnute tanum svam: Orang yang sudah menyerahkan diri sepenuhnya dan tekun dalam bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat mengerti tentang Tuhan Yang Maha Esa menurut kedudukan Beliau yang sebenarnya. Sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gita (10.10), dadāmi buddhi-yogam tam: Krishna memberikan kecerdasan secukupnya kepada seorang penyembah supaya akhirnya penyembah itu dapat mencapai kepada Krishna di kerajaan rohani-Nya.
    Kwalifikasi istimewa yang dimiliki oleh seorang penyembah yang murni ialah bahwa dia selalu berpikir tentang Krishna tanpa menyimpang dan tanpa memikirkan waktu maupun tempat. Seharusnya tidak ada alangan apapun. Seharusnya ia dapat melaksanakan bhaktinya di manapun dan kapanpun. Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa sebaiknya seorang penyembah menetap di tempat-tempat suci seperti Vrndavana atau kota suci tempat tinggal Krishna, tetapi seorang penyembah murni dapat tinggal di manapun dan menciptakan suasana Vrndavana dengan bhaktinya. Sri Advaita pernah berkata kepada Sri Caitanya, O Tuhan yang hamba cintai, di manapun Anda berada—di sanalah Vrndavana."
    Seorang penyembah murni senantiasa ingat dan bersemadi kepada Krishna, sebagaimana ditunjukkan dengan kata satatam dan nityaśaḥ, yang berarti selalu," secara teratur," atau setiap hari." Inilah kwalifikasi-kwalifikasi penyembah yang murni, dan Krishna paling mudah dicapai oleh penyembah yang murni itu. Bhakti-yoga adalah sistem yang dianjurkan dalam Bhagavad-gita sebagai sistem yang paling baik di antara segala sistem lainnya. Pada umumnya, para bhaktiyogi tekun dengan lima cara yang berbeda: (1) santa-bhakta, menekuni bhakti dengan sifat netral; (2) dasya-bhakta, menekuni bhakti sebagai hamba; (3) sakhya-bhakta, menekuni bhakti sebagai kawan; (4) vatsalya-bhakta, menekuni bhakti sebagai ayah atau ibu; dan (5) madhurya-bhakta, menekuni bhakti sebagai kekasih Tuhan Yang Maha Esa. Dalam segala cara tersebut, seorang penyembah yang murni senantiasa tekun dalam cinta-bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tidak dapat melupakan Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, penyembah itu mudah sekali mencapai kepada Tuhan. Seorang penyembah murni tidak dapat melupakan Tuhan Yang Maha Esa bahkan selama sesaat pun. Begitu pula, Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat melupakan penyembah-Nya yang murni bahkan sesaatpun. Inilah karunia besar dari proses dari kesadaran Krishna, yaitu dengan cara mengucapkan mahamantra—Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare/ Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare.



    8.15

     

    mām upetya punar janma
    duḥkhālayam aśāśvatam
    nāpnuvanti mahātmānaḥ
    saḿsiddhiḿ paramāḿ gatāḥ

    mām—Aku; upetya—mencapai; punaḥ—sekali lagi; janma—kelahiran; duḥkha-ālayam—tempat kesengsaraan; aśāśvatam—sementara; na—tidak pernah; āpnuvanti—mencapai; mahā-ātmānaḥ—roh-roh yang mulia; saḿsiddhim—kesempurnaan; paramam—paling tinggi; gataḥ—sesudah mencapai.


    Terjemahan

    Sesudah mencapai kepada-Ku, roh-roh yang mulia, yogi-yogi dalam bhakti, tidak pernah kembali ke dunia fana yang penuh kesengsaraan, sebab mereka sudah mencapai kesempurnaan tertinggi.


    Penjelasan

    Oleh karena dunia material yang bersifat sementara ini penuh kesengsaraan, kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian, sewajarnya orang yang mencapai kesempurnaan tertinggi hingga memasuki planet tertinggi, Krishnaloka, Goloka Vrndavana, tidak ingin kembali lagi ke sini. Planet yang paling utama diuraikan dalam Veda dengan kata-kata avyakta, Aksara dan paramagati. Dengan kata lain, planet itu di luar penglihatan material kita, dan tidak dapat diuraikan. Tetapi planet itu adalah tujuan tertinggi, tujuan para mahatma (roh-roh yang mulia). Para mahatma menerima amanat-amanat rohani dari para penyembah yang sudah insaf akan Diri-Nya. Dengan cara demikian berangsur-angsur mereka mengembangkan bhakti dalam kesadaran Krishna dan menjadi begitu khusuk dalam pengabdian rohani sehingga mereka tidak ingin lagi naik tingkat sampai planet material manapun, atau bercita-cita dipindahkan ke suatu planet rohani. Mereka hanya ingin Krishna dan pergaulan bersama Krishna; mereka tidak menginginkan sesuatu selain itu. Itulah kesempurnaan hidup tertinggi. Ayat ini khususnya menyebutkan para penyembah Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, yang mengakui bentuk pribadi Tuhan. Penyembah-penyembah dalam kesadaran Krishna ini mencapai kesempurnaan hidup tertinggi. Dengan kata lain, merekalah roh roh yang paling utama.



    8.16

     

    ā-brahma-bhuvanāl lokāḥ
    punar āvartino 'rjuna
    mām upetya tu kaunteya
    punar janma na vidyāte

    ā-brahma-bhuvanāt—sampai planet Brahmaloka; lokaḥ—susunan-susunan planet; punaḥ—lagi; āvartinaḥ—kembali; Arjuna—wahai Arjuna; mām—kepada-Ku; upetya—setelah tiba; tu—tetapi; kaunteya—wahai putera Kuntī ; punah janma—dilahirkan berulangkali; na—tidak pernah; vidyāte—terjadi.


    Terjemahan

    Dari planet tertinggi di dunia material sampai dengan planet yang paling rendah, semuanya tempat-tempat kesengsaraan, tempat kelahiran dan kematian dialami berulangkali. Tetapi orang yang mencapai tempat tinggal-Ku tidak akan pernah dilahirkan lagi, wahai putera Kuntī .


    Penjelasan

    Segala jenis yogī—karma, jñāna, dan hatha, serta lainnya—akhirnya harus mencapai kesempurnaan bhakti dalam bhakti-yoga, atau kesadaran Krishna sebelum mereka dapat pergi ke tempat tinggal rohani Krishna dan tidak pernah kembali lagi. Orang yang mencapai planet-planet material yang paling tinggi sekalipun, yaitu planet-planet para dewa, mengalami lagi kelahiran dan kematian berulang kali. Seperti halnya orang di bumi naik tingkat sampai planet-planet yang lebih tinggi, penduduk planet-planet yang lebih tinggi seperti Brahmaloka, Candraloka dan Indraloka jatuh ke bumi. Praktek korban suci yang disebut pancagnividya, yang dianjurkan dalam Chandogya Upanisad, memungkinkan seseorang mencapai Brahmaloka. Tetapi setelah orang mencapai Brahmaloka, kalau ia tidak mau mengembangkan kesadaran Krishna di sana, ia harus kembali lagi ke bumi. Orang yang maju dalam kesadaran Krishna di planet-planet yang lebih tinggi berangsur-angsur diangkat sampai planet-planet yang lebih tinggi lagi, dan pada waktu alam semesta dilebur, mereka dipindahkan ke kerajaan rohani yang kekal. Sridhara Svami, dalam ulasannya mengenai Bhagavad-gita, mengutip ayat berikut:

    brahmaṇā saha te sarve
    samprāpte pratisañcare
    parasyānte kṛtātmānaḥ
    praviśanti paraḿ padam

    "Bila alam semesta material ini dilebur, Brahma dan para penyembahnya, yang senantiasa tekun dalam kesadaran Krishna, semua dipindahkan ke alam semesta rohani dan ke planet-planet rohani khusus menurut keinginannya."



    8.17

     

    sahasra-yuga-paryantam
    ahar yad brahmaṇo viduḥ
    rātriḿ yuga-sahasrāntāḿ
    te 'ho-rātra-vido janāḥ

    sahasra—seribu; yuga—jaman-jaman; paryantam—termasuk; ahaḥ—siang hari; yat—itu yang; brahmaṇaḥ—bagi Brahma; viduḥ—mereka mengenal; rātrim—malam hari; yuga—jaman-jaman; sahasra-antām—seperti itu pula, berakhir sesudah seribu; te—mereka; ahaḥ-rātra—siang dan malam; vidaḥ—yang mengerti; janaḥ—orang.


    Terjemahan

    Menurut perhitungan manusia, seribu jaman sama dengan kurun waktu satu hari bagi Brahma. Malam hari bagi Brahma sepanjang itu pula.


    Penjelasan

    Masa perwujudan alam semesta material terbatas. Alam semesta diwujudkan dalam siklus-siklus kalpa. Satu kalpa sama dengan satu hari bagi Brahma, dan satu hari bagi Brahma terdiri dari seribu siklus yuga, atau jaman: Satya, Treta, Dvapara, dan Kali. Siklus Satya mempunyai ciri sifat-sifat saleh, kebijaksanaan dan agama, dan hampir tidak ada kebodohan maupun dosa sama sekali. Satyayuga berjalan selama 1.728.000 tahun. Pada Tretayuga kegiatan berdosa mulai dilakukan, dan yuga ini berjalan selama 1.296.000 tahun. Pada jaman Dvaparayuga, sifat-sifat saleh dan kegiatan keagamaan lebih merosot lagi, sedangkan dosa meningkat, dan yuga ini berjalan selama 864.000 tahun. Akhirnya pada jaman Kaliyuga (yuga yang sudah mulai semenjak 5.000 tahun yang lalu) kekacauan, kebodohan, hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip agama serta kegiatan yang berdosa melimpah, sedangkan sifat-sifat saleh yang sejati hampir tidak ada. Kaliyuga berjalan selama 432.000 tahun. Pada jaman Kaliyuga, dosa meningkat sampai parah sekali, sehingga pada akhir yuga ini, Tuhan Yang Maha Esa Sendiri muncul sebagai avatara Kalki. Kalki akan membinasakan orang-orang jahat, menyelamatkan para penyembah-Nya dan memulai Satyayuga berikutnya. Kemudian proses tersebut berputar lagi. Empat yuga tersebut berputar seribu kali, dan itu sama dengan satu hari bagi Brahma. Malam hari bagi Brahma sepanjang itu pula. Brahma hidup selama seratus tahun" seperti itu, kemudian beliau meninggal. Seratus tahun" tersebut menurut perhitungan manusia sama dengan 311 trilyun dan 40 milyard tahun di bumi. Menurut kalkulasi tersebut, usia Brahma terasa menakjubkan dan hampir tidak berakhir, tetapi dari sudut kekekalan, riwayat Brahma sesingkat kilatan petir. Dalam lautan penyebab, ada banyak Brahma yang jumlahnya tidak dapat dihitung yang muncul dan menghilang bagaikan gelembung di dalam lautan. Brahma dan ciptaannya semua sebagian dari alam semesta material. Karena itu, Brahma dan ciptaannya senantiasa berubah.
    Di alam semesta material, Brahma pun tidak bebas dari proses kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian. Akan tetapi, Brahma tekun secara langsung dalam bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka mengelola alam semesta ini—karena itu, Brahma segera mencapai pembebasan. sannyāsī-sannyāsī yang sudah maju diangkat sampai planet Brahma yang bernama Brahmaloka, planet tertinggi di alam semesta material. Brahmaloka tahan lebih lama daripada semua planet surga di bagian atas susunan planet-planet, tetapi sesudah beberapa waktu, Brahma dan segenap penduduk Brahmaloka juga mengalami kematian, menurut hukum alam material.

    8.18

     

    avyaktād vyaktayaḥ sarvāḥ
    prabhavānty ahar-āgame
    rātry-āgame pralīyante
    tatraivāvyakta-saḿjñake

    avyaktāt—dari yang tidak terwujud; vyaktayaḥ—para makhluk hidup; sarvaḥ—semua; prabhavānti—terwujud; ahaḥ-āgame—pada awal satu hari; rātri-āgame—pada waktu malam; pralīyante—dilebur; tatra—ke dalam itu; evā—pasti; avyakta—yang tidak terwujud; saḿjñake—yang disebut.

    Terjemahan

    Pada awal satu hari bagi Brahma, semua makhluk hidup diwujudkan dari keadaan tidak terwujud. Sesudah itu, bila malam hari mulai, sekali lagi mereka terlebur ke dalam keadaan tidak berwujud.
    Tidak ada penjelasan.



    8.19

     

    bhūta-grāmaḥ sa evāyaḿ
    bhūtvā bhūtvā pralīyate
    rātry-āgame 'vaśaḥ pārtha
    prabhavaty ahar-āgame
    bhūta-grāmaḥ—keseluruhan makhluk hidup; saḥ—ini; evā—pasti; ayam—ini; bhūtvā bhūtvā—dilahirkan berulangulang; pralīyate—dileburkan; rātri—dari malam hari; āgame—setiba; avāsaḥ—dengan sendirinya; pārtha—wahai putera Pṛthā; prabhavati—terwujud; ahaḥ—siang hari; āgame—setiba.


    Terjemahan

    Semua makhluk hidup terwujud berulangkali bila hari sudah siang bagi Brahma, lalu dengan mulainya malam hari bagi Brahma, mereka dilebur dalam keadaan tidak berdaya.


    Penjelasan

    Orang yang kurang cerdas yang berusaha tetap tinggal di dunia material ini barangkali diangkat sampai planet-planet yang lebih tinggi, lalu sekali lagi mereka harus turun ke planet bumi ini. Selama siang hari bagi Brahma, mereka dapat memperlihatkan kegiatannya di planet-planet yang lebih tinggi dan lebih rendah di dunia material ini. Tetapi bila malam hari bagi Brahma mulai, mereka semua dilebur. Selama siang hari bagi Brahma, mereka menerima berbagai jenis badan untuk kegiatan material, lalu pada waktu malam mereka tidak mempunyai badan lagi, melainkan mereka terserap di dalam tubuh Visnu. Kemudian bila hari Brahma mulai, mereka berwujud lagi. Bhūtvā bhūtvā pralīyate: Selama siang hari mereka berwujud, dan pada waktu malam hari mereka dilebur sekali lagi. Akhirnya, pada waktu Brahma tutup usia, mereka semua dilebur dan tetap tidak berwujud selama berjuta-juta tahun. Pada waktu Brahma dilahirkan sekali lagi pada jaman lain, mereka terwujud lagi. Dengan cara demikian, mereka terpikat oleh pesona dunia material. Tetapi orang cerdas yang mulai mengikuti kesadaran Krishna menggunakan kehidupan manusia sepenuhnya dalam bhakti kepada Tuhan, dengan mengucapkan mantera Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare. Dengan demikian, dalam kehidupan inipun, mereka pindah ke planet rohani Krishna dan berbahagia untuk selamanya di sana, sebab mereka tidak mengalami kelahiran berulang kali seperti yang disebut di atas.


    8.20

     

    paras tasmāt tu bhāvo 'nyo
    'vyakto 'vyaktāt sanātanaḥ
    yaḥ sa sarveṣu bhūteṣu
    naśyatsu na vinaśyati

    paraḥ—rohani dan melampaui alam; tasmāt—kepada itu; tu—tetapi; bhāvaḥ—alam; anyaḥ—lain; avyaktaḥ—tidak terwujud; avyaktāt—kepada yang tidak terwujud; sanātanāḥ—kekal; yaḥ saḥ—itu yang; sarveṣu—semua; bhūteṣu—perwujudan; naśyatsu—dengan dilebur; na—tidak pernah; vinaśyāti—dibinasakan.


    Terjemahan

    Namun ada alam lain yang tidak terwujud, kekal, dan melampaui alam ini yang terwujud dan tidak terwujud. Alam itu bersifat utama dan tidak pernah dibinasakan. Bila seluruh dunia ini dilebur, bagian itu tetap dalam kedudukannya.


    Penjelasan

    Tenaga utama atau tenaga rohani Krishna bersifat rohani dan kekal. Tenaga itu di luar segala perubahan alam material, yang terwujud dan tidak terwujud selama siang dan malam hari bagi Brahma. Sifat tenaga utama Krishna adalah lawan sifat dari alam material. Alam utama dan alam yang rendah dijelaskan dalam Bab Tujuh.



    8.21

     

    avyakto 'kṣara ity uktas
    tam āhuḥ paramāḿ gatim
    yaḿ prāpya na nivartante
    tad dhāma paramaḿ mama

    avyaktaḥ—tidak terwujud; akṣaraḥ—tidak pernah gagal; iti—demikian; uktaḥ—dikatakan; tam—itu; āhuḥ—dikenal; paramam—paling tinggi; gatim—tujuan; yam—yang; prāpya—mencapai; na—tidak pernah; nivartante—kembali lagi; tat—itu; dhāma—tempat tinggal; paramam—paling tinggi; mama—milik-Ku.


    Terjemahan

    Yang diuraikan sebagai yang tidak terwujud dan tidak pernah gagal oleh para ahli Vedanta, yang dikenal sebagai tujuan tertinggi, dan sesudah mencapai tempat itu, seseorang tidak kembali lagi—itulah tempat tinggal-Ku yang paling tinggi.


    Penjelasan

    Tempat tinggal yang paling tinggi milik Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, diuraikan dalam Brahma-samhita sebagai cintamani-dhāma, tempat segala keinginan terpenuhi. Tempat tinggal Sri Krishna yang paling utama, yang bernama Goloka Vrndavana, penuh istana-istana terbuat dari batu cintamani (permata yang dapat mengubah benda-benda lain menjadi emas). Ada pohon-pohon, yang disebut kalpavrksa atau pohon yang dapat memenuhi segala keinginan, yang menyediakan segala jenis makanan atas permintaan. Ada pula sapi-sapi surabhi, yang menyediakan susu dalam jumlah yang tidak terbatas. Di tempat tinggal ini, Sri Krishna dilayani beratus-ratus ribu Dewi Keberuntungan (para Laksmi), dan Beliau bernama Govinda, Tuhan Yang Mahaabadi dan sebab segala sebab. Krishna suka memainkan seruling-Nya (venum kvanantam). Bentuk rohani Krishna adalah bentuk yang paling menarik di seluruh dunia—mata Beliau menyerupai kelopak bunga padma, dan warna badan-Nya seperti warna awan pada musim hujan. Beliau sangat menarik sehingga ketām panan-Nya melebihi beribu-ribu Dewa Asmara. Beliau memakai kain berwarna kuning emas, kalung rangkaian bunga pada leher-Nya dan bulu burung merak pada rambut-Nya. Dalam Bhagavad-gita, Sri Krishna hanya memberikan isyarat kecil tentang tempat tinggal pribadi-Nya, Goloka Vrndavana, planet tertinggi di kerajaan rohani. Uraian panjang lebar diberikan dalam Brahma-samhita. Dalam sastera Veda (Katha Upanisad 1.3.11) dinyatakan bahwa tiada sesuatu yang lebih tinggi daripada tempat tinggal Tuhan Yang Maha Esa, dan bahwa tempat tinggal itu adalah tujuan tertinggi (purusan na param kincit sa kastha parama  gatiḥ). Bila seseorang mencapai tempat tinggal itu, ia tidak akan pernah kembali ke dunia material. Tempat tinggal Krishna yang paling utama dan Krishna Sendiri tidak berbeda, sebab Krishna dan tempat tinggal-Nya mempunyai sifat yang sama. Vrndavana di bumi ini terletak seratus empat puluh kilometer ke arah Tenggara dari kota Delhi, adalah contoh Goloka Vrndavana yang paling utama di angkasa rohani. Pada waktu Krishna turun ke bumi ini, Beliau bermain di tanah khusus yang bernama Vrndavana, terdiri dari daerah seluas dua ratus lima belas kilometer persegi di wilayah Mathura, India.



    8.22

     

    puruṣaḥ sa paraḥ pārtha
    bhaktyā labhyas tv ananyayā
    yasyāntaḥ-sthāni bhūtāni
    yena sarvam idaḿ tatam

    puruṣaḥ—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; saḥ—Beliau; paraḥ—Yang Mahakuasa, Yang Mahatinggi; pārtha—wahai putera Pṛthā; bhaktyā—oleh bhakti; labhyaḥ—dapat dicapai; tu—tetapi; ananyayā—murni, tidak pernah menyimpang; yasya—siapa; antaḥ-sthāni—di dalam; bhūtāni—seluruh manifestasi material; yena—oleh siapa; sarvam—semua; idam—apapun yang dapat kita lihat; tatam—berada di mana-mana di dalam.


    Terjemahan

    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang lebih agung daripada semua kepribadian lainnya, dapat dicapai oleh bhakti yang murni. Walaupun Beliau berada di tempat tinggal-Nya, Beliau berada di mana-mana, dan segala sesuatu berada di dalam Diri-Nya.


    Penjelasan

    Kalau seorang sudah mencapai tempat tinggal yang paling utama, ia tidak akan pernah kembali lagi. Di sini dinyatakan dengan jelas bahwa tujuan yang paling utama itu adalah tempat tinggal Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Brahma-samhita, tempat tinggal yang paling utama itu diuraikan sebagai ananda cinmayā  rasa, tempat segala sesuatu penuh kebahagiaan rohani. Segala keanekawarnaan yang terwujud disana mempunyai sifat kebahagiaan rohani—tiada sesuatupun di sana yang bersifat material. Keanekawarnaan tersebut diwujudkan sebagai perwujudan rohani dari Tuhan Yang Maha Esa Sendiri, sebab perwujudan di sana terdiri dari tenaga rohani sepenuhnya, sebagaimana dijelaskan dalam Bab Tujuh. Walaupun Tuhan Yang Maha Esa selalu berada di tempat tinggal-Nya Yang Paling Utama, Beliau berada di mana-mana di dunia material melalui tenaga material-Nya. Jadi, melalui tenaga rohani dan tenaga material-Nya, Tuhan Yang Maha Esa berada di mana-mana—baik di alam semesta material maupun di alam semesta rohani. Yasyantaḥ-sthāni berarti segala sesuatu dipelihara di dalam Diri Beliau, baik dalam tenaga rohani maupun tenaga material-Nya. Tuhan Yang Maha Esa berada di mana-mana melalui kedua tenaga tersebut.
    Memasuki tempat tinggal Krishna Yang Paling Utama atau planet-planet Vaikuntha yang jumlahnya tidak dapat dihitung hanya dimungkinkan melalui bhakti, sebagaimana disebut di sini dengan kata bhaktyā. Tidak ada cara lain lagi yang dapat menolong seseorang untuk mencapai tempat tinggal yang paling utama itu. Dalam Veda (Gopala-tapani Upanisad 3.2) tempat tinggal yang Paling Utama dan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa juga diuraikan. Eko vasi sarvagah kṛṣṇah. Di tempat tinggal itu, yang ada hanyalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Yang tiada duanya, dan Beliau bernama Krishna. Beliau adalah Tuhan Yang Maha Esa yang Mahakarunia. Walaupun Beliau berada di sana sebagai yang Mahatunggal, Beliau sudah mewujudkan Diri menjadi berjuta-juta penjelmaan yang berkuasa penuh. Dalam Veda, Tuhan Yang Maha Esa diumpamakan sebagai sebatang pohon yang berdiri di satu tempat tetapi menghasilkan berbagai buah, bunga dan daun yang berubah-ubah. Penjelmaan-penjelmaan yang berkuasa penuh yang berkuasa di planet-planet Vaikuntha berlengan empat, dan penjelmaan-penjelmaan itu terkenal dengan berbagai nama—Purusottama, Trivikrama, Kesava, Mādhava, Aniruddha, Hrsikesa, Sankarsana, Pradyumna, Sridhara, Vasudeva, Damodara, Janārdana, Narayana, Vamana, Padmanabha, dan sebagainya.
    Dalam Brahma-samhita (5.37) juga dibenarkan bahwa walaupun Tuhan Yang Maha Esa selalu berada di tempat tinggal yang paling utama, Goloka Vrndavana, Beliau berada di mana-mana, sehingga segala sesuatu berjalan dengan baik (goloka eva nivasaty akhilatma bhutah). Sebagaimana dinyata kan dalam Veda (svetasvatara Upanisad 6.8), parasya saktir vividhaiva sruyate / svabhaviki jñānabalakriya ca: Tenaga-tenaga Tuhan Yang Maha Esa begitu luas sehingga tenaga-tenaga itu mengatur segala sesuatu di manifestasi alam semesta secara sistematis tanpa kesalahan, walaupun Tuhan Yang Maha Esa berada di tempat yang jauh sekali.



    8.23

     

    yatra kāle tv anāvṛttim
    āvṛttiḿ caiva yoginaḥ
    prayātā yānti taḿ kālaḿ
    vakṣyāmi Bhārata rṣabha

    yātrā—pada itu; kāle—waktu; tu—dan; anāvṛttim—tidak kembali; āvṛttim—kembali; ca—juga; evā—pasti; yoginaḥ—berbagai jenis ahli kebatinan; prayātāḥ—sesudah meninggal; yānti—mencapai; tam—itu; kālam—waktu; vakṣyāmi—Aku akan menguraikan; bhārata-ṛṣabha—wahai yang paling baik di antara para Bhārata.


    Terjemahan

    Wahai yang paling baik di antara para Bhārata, sekarang Aku akan menjelaskan kepadamu tentang berbagai jenis waktu untuk meninggal dunia. Kalau seorang yogi meninggal dunia pada saat-saat tertentu itu, dia kembali atau tidak kembali ke dunia ini.

    Penjelasan

    Para penyembah Tuhan Yang Maha Esa yang murni, yang sudah menyerahkan diri sepenuhnya, tidak peduli kapan mereka akan meninggalkan badannya atau bagaimana cara mereka akan meninggalkan badan. Mereka menyerahkan segala sesuatu kepada Krishna. Karena itu, dengan mudah dan bahagia mereka kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi orang yang belum menjadi penyembah yang murni dan bergantung pada cara-cara keinsafan diri seperti karma-yoga, jñāna-yoga, dan hatha-yoga harus meninggalkan badan pada saat yang tepat, dan dengan demikian mereka yakin apakah mereka akan kembali ke dunia kelahiran dan kematian atau tidak.  Kalau seorang yogi sudah sempurna, ia dapat memilih waktu dan keadaan untuk meninggalkan dunia material ini. Tetapi kalau yogi itu belum begitu ahli, suksesnya bergantung apakah secara kebetulan dia dapat meninggal pada waktu tertentu yang tepat. Saat-saat yang cocok untuk meninggal dunia dan tidak kembali lagi dijelaskan oleh Krishna dalam ayat berikut. Menurut Acarya Baladeva Vidyabhusana, kata bahasa Sansekerta kala yang digunakan di sini berarti dewa waktu.



    8.24

     

    agnir jyotir ahaḥ śuklaḥ
    ṣaṇ-māsā uttarāyaṇam
    tatra prayātā gacchanti
    brahma brahma-vido janāḥ

    agniḥ—api; jyotiḥ—cahaya; ahaḥ—siang; śuklaḥ—dua minggu yang putih; ṣaṭ-māsāḥ—enam bulan; uttara-ayanam—pada waktu matahari berjalan menuju utara (Januari-Juni); tatra—di sana; prayātāḥ—orang yang meninggal; gacchanti—pergi; brahma—kepada Yang Mutlak; brahma-vidaḥ—orang yang mengenal Yang Mutlak;  janaḥ—orang.


    Terjemahan

    Orang yang mengenal Brahman Yang Paling Utama mencapai kepada Yang Mahakuasa dengan cara meninggal dunia selama pengaruh dewa api, dalam cahaya, pada saat suci pada waktu siang, selama dua minggu menjelang bulan purnama, atau selama enam bulan pada waktu matahari berjalan menuju utara.


    Penjelasan

    Bila api, cahaya, siang dan dua minggu menjelang bulan purnama disebut, dimengerti bahwa ada dewa-dewa yang berkuasa di atas segala unsur itu. Dewa-dewa itu mengatur perjalanan sang roh sesudah meninggal. Pada saat meninggal, pikiran membawa diri seseorang menempuh jalan menuju hidup baru. Kalau seseorang meninggalkan badannya pada saat-saat tersebut di atas, baik secara kebetulan maupun karena diatur, dimungkinkan dia mencapai brahmajyoti yang tidak bersifat pribadi. Para ahli kebatinan yang sudah maju dalam latihan yoga dapat mengatur waktu dan tempat untuk meninggalkan badannya. Orang lain tidak dapat mengendalikan hal-hal itu—kalau kebetulan mereka meninggal pada saat yang menguntungkan, mereka tidak akan kembali ke dalam peredaran kelahiran dan kematian, tetapi jika tidak demikian, kemungkinan besar mereka harus kembali lagi. Akan tetapi, penyembah murni dalam kesadaran Krishna tidak perlu takut kembali, baik ia meninggalkan badan pada saat yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan, secara kebetulan maupun karena diatur.


    8.25

     

    dhūmo rātris tathā kṛṣṇaḥ
    ṣaṇ-māsā dakṣiṇāyanam
    tatra cāndramasaḿ jyotir
    yogī prāpya nivartate

    dhūmaḥ—asap; rātriḥ—malam; tathā—juga; kṛṣṇah—dua minggu menjelang malam bulan mati; ṣaṭ-māsāḥ—enam bulan; dakṣiṇa-ayanam—waktu matahari berjalan menuju selatan (Juli-Desember); tatra—di sana; cāndra-masam—bulan; jyotiḥ—cahaya; yogī—ahli kebatinan; prāpya—mencapai; nivartate—kembali lagi.


    Terjemahan

    Seorang ahli kebatinan yang meninggal dunia selama masa asap, malam hari, selama dua minggu menjelang bulan mati, atau selama enam bulan pada waktu matahari berjalan menuju selatan akan mencapai planet bulan, tetapi dia akan kembali lagi.


    Penjelasan


    Dalam skanda ketiga dari Srimad-Bhagavatam, Kapila Muni menyebutkan bahwa orang yang ahli dalam kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala dan cara-cara korban suci di bumi akan mencapai planet bulan sesudah meninggal. Roh-roh yang sudah maju seperti itu dapat hidup di bulan selama kurang lebih 10.000 tahun (menurut perhitungan para dewa) dan menikmati kehidupan dengan minum somarasa. Akhirnya mereka harus kembali ke bumi. Ini berarti bahwa di bulan ada golongan-golongan makhluk hidup yang lebih tinggi, walaupun makhluk makhluk itu tidak dapat dilihat oleh indera-indera yang kasar.



    8.26

     

    śukla-kṛṣṇe gatī hy ete
    jagataḥ śāśvate mate
    ekayā yāty anāvṛttim
    anyayāvartate punaḥ

    śukla—cahaya; kṛṣṇe—dan kegelapan; gatī—cara-cara meninggal; hi—pasti; ete—yang dua ini; jagataḥ—dari dunia material; śāśvate—dari Veda; mate—menurut pendapat; ekāya—oleh satu; yāti—pergi; anāvṛttim—tidak kembali lagi; anyayā—oleh yang lain; āvartate—kembali lagi; punaḥ—lagi.


    Terjemahan

    Menurut pendapat Veda, ada dua cara untuk meninggalkan dunia ini—yang satu dalam cahaya dan yang lain dalam kegelapan. Jika seseorang meninggal dunia dalam cahaya, ia tidak akan kembali lagi; tetapi kalau ia meninggal dalam kegelapan, ia akan kembali lagi.


    Penjelasan

    Uraian yang sama tentang cara meninggal dan kembali dikutip oleh Acarya Baladeva Vidyabhusana dari Chandogya Upanisad (5.10.3-5). Orang yang bekerja dengan tujuan mendapat hasil atau pahala untuk dinikmati dan filosof-filosof yang berangan-angan sejak sebelum awal sejarah senantiasa datang dan pergi. Sebenarnya, mereka tidak mencapai pembebasan tertinggi, sebab mereka tidak menyerahkan diri kepada Krishna.



    8.27

     

    naite sṛtī pārtha jānan
    yogī muhyati kaścana
    tasmāt sarveṣu kāleṣu
    yoga-yukto bhavārjuna

    na—tidak pernah; ete—yang dua ini; sṛtī—jalanjalan yang berbeda; pārtha—wahai putera Pṛthā; jānan—kalaupun ia mengenal; yogī—penyembah Tuhan; muhyāti—dibingungkan; kaścana—apapun; tasmāt—karena itu; sarveṣu kāleṣu—selalu; yoga-yuktaḥ—tekun dalam kesadaran Krishna; bhava—jadilah; Arjuna—wahai Arjuna.


    Terjemahan

    Kendatipun para penyembah mengenal dua jalan tersebut, mereka tidak pernah dibingungkan, wahai Arjuna. Karena itu, jadilah selalu mantap dalam bhakti.


    Penjelasan

    Di sini Krishna menasehati Arjuna supaya Arjuna tidak digoyahkan oleh berbagai jalan yang dapat ditempuh sang roh pada waktu ia meninggalkan dunia material. Seorang penyembah Tuhan Yang Maha Esa hendaknya jangan khawatir apakah dia akan meninggal karena diatur atau secara kebetulan. Hendaknya seorang penyembah mantap dengan teguh dalam kesadaran Krishna dan mengucapkan mantra Hare Krishna, dan hendaknya mengetahui bahwa merasa prihatin terhadap salah satu di antara dua jalan tersebut adalah hal yang menyulitkan. Cara terbaik supaya khusuk dalam kesadaran Krishna ialah selalu menggabungkan diri dalam pengabdian kepada Krishna, dan ini akan menyebabkan jalan seseorang ke kerajaan rohani jadi selamat, pasti dan langsung. Kata yoga-yukta mempunyai makna khusus dalam ayat ini. Orang yang mantap dalam yoga senantiasa tekun dalam kesadaran Krishna dalam segala kegiatannya. Sri Rupa Gosvami menasehatkan, anasaktasya visayan yatharham upayuñjataḥ: Hendaknya orang tidak terikat dalam urusan material dan melakukan segala sesuatu dalam kesadaran Krishna. Melalui sistem ini, yang disebut yukta-vairagya, seseorang mencapai kesempurnaan. Karena itu, seorang penyembah tidak digoyahkan oleh uraian tersebut, sebab ia mengetahui bahwa perjalanan ke tempat tinggal yang paling utama dijamin oleh bhakti.


    8.28

     

    vedeṣu yajñeṣu tapaḥsu caiva
    dāneṣu yat puṇya-phalaḿ pradiṣṭam
    atyeti tat sarvam idaḿ viditvā
    yogī paraḿ sthānam upaiti cādyam

    vedeṣu—dalam mempelajari Veda; yajñeṣu—dalam pelaksanaan yajñā, korban suci; tapaḥsu—dalam menjalankan berbagai jenis kesederhanaan atau pertapaan; ca—juga; evā—pasti; dāneṣu—dalam memberi sumbangan; yat—itu yang; puṇya-phalam—hasil pekerjaan yang saleh; pradiṣṭam—ditunjukkan; atyeti—melampaui; tat sarvam—semua itu; idam—ini; viditvā—mengetahui; yogī—penyembah; param—paling utama; sthānam—tempat tinggal; upaiti—mencapai; ca—juga; ādyam—asli.


    Terjemahan

    Orang yang mulai mengikuti jalan bhakti tidak kekurangan hasil yang diperoleh dari mempelajari Veda, melakukan korban suci dengan kesederhanaan dan pertapaan, memberi sumbangan atau mengikuti kegiatan di bidang filsafat atau kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala. Hanya dengan melakukan bhakti, ia mencapai segala hasil tersebut, dan akhirnya ia mencapai tempat tinggal kekal yang paling utama.

    Penjelasan

    Ayat ini adalah hakekat Bab Tujuh dan Bab Delapan, yang khususnya menyangkut kesadaran Krishna dan bhakti. Orang yang harus mempelajari Veda di bawah bimbingan seorang guru kerohanian dan menjalani banyak kesederhanaan dan pertapaan selama ia hidup di bawah bimbingan beliau. Seorang brahmacari harus tinggal di rumah guru kerohanian seperti seorang pelayan, dan ia harus minta sumbangan-sumbangan, lalu membawa sumbangan-sumbangan itu kepada guru kerohaniannya. Dia hanya makan atas perintah guru kerohanian, dan kalau sang guru lupa memanggil muridnya untuk makan pada hari itu, maka murid itu harus puasa. Ini beberapa prinsip Veda untuk mengikuti brahmacarya.
    Sesudah seorang murid mempelajari Veda di bawah bimbingan guru kerohanian selama masa antara lima dan dua puluh lima tahun, ia dapat menjadi manusia yang mempunyai watak yang sempurna. Mempelajari Veda tidak dimaksudkan untuk menghibur orang yang berangan-angan sambil duduk dikursi santai, melainkan untuk pembentukan watak manusia. Sesudah tamat pendidikan ini, seorang brahmacari diperbolehkan berumah tangga. Selama ia berumah tangga, ia harus melakukan korban suci supaya Diri-Nya lebih dibebaskan lagi dari kebodohan. Dia juga harus memberi sumbangan menurut tempat, waktu dan kepada orang yang pantas menerimanya, dan membedakan antara kedermawanan dalam sifat kebaikan, nafsu dan kebodohan, sebagaimana diuraikan dalam Bhagavad-gita. Kemudian, sesudah mengundurkan diri dari kehidupan rumah tangga, setelah dia memasuki tingkat vanaprastha, ia melakukan pertapaan yang keras—tinggal di hutan, memakai kulit pohon sebagai pakaian, tidak cukur dan sebagainya. Dengan mengikuti aturan brahmacarya, hidup berumah tangga, vanaprastha dan akhirnya sannyāsa, seorang naik tingkat sampai tingkat hidup yang sempurna. Kemudian beberapa di antara orang yang telah mengikuti sistem ini diangkat hingga kerajaan surga, dan bila mereka lebih maju lagi mereka mencapai pembebasan di angkasa rohani, baik dalam brahmajyoti yang tidak bersifat pribadi maupun planet-planet Vaikuntha atau Krishnaloka. Inilah jalan yang digariskan oleh sastera Veda.
    Akan tetapi, indahnya kesadaran Krishna ialah bahwa dengan satu perbuatan saja, yaitu dengan menekuni bhakti, seseorang dapat melampaui segala ritual berbagai tingkat kehidupan. Kata-kata idam viditvā menunjukkan bahwa seseorang harus memahami ajaran yang diberikan oleh Sri Krishna dalam bab ini dan dalam Bab Tujuh dari Bhagavad-gita. Hendaknya seseorang berusaha mengerti bab-bab ini tidak berdasarkan kesarjanaan ataupun angan-angan, melainkan dengan mendengar bab-bab itu dalam pergaulan dengan para penyembah. Bab Enam sampai dengan Bab Dua belas adalah hakekat Bhagavad-gita. Enam bab pertama dan enam bab terakhir adalah seperti bungkusan enam bab pertengahan, yang khususnya dilindungi oleh Krishna. Kalau seseorang cukup beruntung hingga dapat mengerti Bhagavad-gita—terutama enam bab pertengahan—dalam pergaulan dengan para penyembah, maka kehidupannya segera menjadi mulia dan melampaui segala pertapaan, korban suci, kedermawanan, angan-angan, dan sebagainya, sebab ia dapat mencapai segala hasil kegiatan itu hanya dengan kesadaran Krishna saja.
    Orang yang hanya sekedar percaya kepada Bhagavad-gita sebaiknya mempelajari Bhagavad-gita dari seorang penyembah, sebab pada awal Bab Empat dinyatakan dengan jelas bahwa Bhagavad-gita dapat dimengerti oleh para penyembah; orang lain tidak dapat mengerti tujuan Bhagavad-gita secara sempurna. Karena itu hendaknya seseorang belajar Bhagavad-gita dari seorang penyembah Krishna, bukan dari orang yang berangan-angan. Inilah tanda keyakinan. Bila seseorang mencari seorang penyembah dan akhirnya mendapat kesempatan untuk bergaul dengan seorang penyembah, pada waktu itu ia sungguh-sungguh mulai mempelajari dan memahami Bhagavad-gita. Melalui kemajuan dalam pergaulan dengan seorang penyembah, seseorang ditempatkan dalam bhakti, dan pengabdian ini menghilangkan segala keragu-raguan tentang Krishna, atau Tuhan Yang Maha Esa, serta kegiatan, bentuk, perbuatan, nama dan ciri-ciri Krishna yang lain. Sesudah segala keragu-raguan tersebut dihapus secara sempurna, seseorang menjadi mantap dalam mempelajari Bhagavad-gita. Pada waktu itu, ia menikmati pelajaran Bhagavad-gita dan mencapai keadaan selalu merasa sadar akan Krishna. Pada tingkat maju, seseorang jatuh cinta sepenuhnya kepada Krishna. Tingkat kesempurnaan hidup tertinggi memungkinkan seorang penyembah dipindahkan ke tempat tinggal Krishna di angkasa rohani, Goloka Vrndavana. Di tempat itulah seorang penyembah berbahagia untuk selamanya.
    Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Delapan Srimad Bhagavad-gita perihal Cara Mencapai Kepada Yang Mahakuasa."




    --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Visit Related Posts Below:

















  • Mau Beli Buku Bhagavad-gita, Srimad-bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, dll?
    Senin - Minggu - Hari Libur | 08.00 - 21.00 WIB | http://mahanilastore.blogspot.com
    0812-7740-3909 dan 0819-9108-4996

    SMS/PHONE  : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
                           : 0819-9109-9321 (Mahanila)
    WhatsApp     : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
    BBM               : 5D40CF2D dan D5E8718B

    Menjual buku-buku rohani Srimad Bhagavad-gita, Srimad Bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Purana, Kue Kering, Dupa, Aksesoris, Kartal, Mrdanga, Saree, Air Gangga, Dipa, Kurta, Dhotti, Kipas Cemara, Kipas Bulu Merak, Poster, Japamala, Kantong Japa, Gelang, Kantimala, Rok Gopi, Choli, Blues, Pin, Bros, Kaos, Desain Website dan Database Microsoft Access, Logo, Neon Box, Safety Sign dll.

    Terimakasih Atas Kunjungan Anda.

    Pengetahuan Yang Paling Rahasia


    9.1

    śrī-bhagavān uvāca
    idaḿ tu te guhyatamaḿ
    pravakṣyāmy anasūyave
    jñānaḿ vijñāna-sahitaḿ
    yaj jñātvā mokṣyase 'śubhāt

    Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; idam—ini; tu—tetapi; te—kepadamu; guhya-tamam—paling rahasia; pravakṣyāmi—Aku bersabda; anasūyave—kepada orang yang tidak iri; jñānam—pengetahuan; vijñāna—pengetahuan yang diinsafi; sahitam—dengan; yat—yang; jñātvā—mengenal; mokṣyase—engkau akan dibebaskan; aśubhāt—dari kehidupan material yang sengsara ini.

    Terjemahan

    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Arjuna yang baik hati, oleh karena engkau tidak pernah iri hati kepada-Ku, Aku akan menyampaikan pengetahuan dan keinsafan yang paling rahasia ini kepadamu. Dengan mengenal pengetahuan rahasia dan keinsafan ini, engkau akan dibebaskan dari kesengsaraan kehidupan material.

    Penjelasan

    Seorang penyembah akan dibebaskan dari kebodohan selama ia mendengar semakin banyak tentang Tuhan Yang Maha Esa. Cara mendengar tersebut dianjurkan dalam Srimad-Bhagavatam: Amanat-amanat Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa penuh kekuatan, dan kekuatan-kekuatan itu dapat diinsafi kalau hal-hal mengenai Tuhan Yang Maha Esa dibicarakan di kalangan penyembah. Ini tidak dapat dicapai melalui pergaulan dengan orang yang berangan-angan maupun sarjana-sarjana perguruan duniawi, sebab ini merupakan pengetahuan yang diinsafi."
       Para penyembah senantiasa tekun dalam pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Krishna mengerti jiwa dan ketulusan hati makhluk hidup tertentu yang menekuni kesadaran Krishna. Krishna memberikan kecerdasan kepada makhluk itu agar ia dapat mengerti ilmu pengetahuan Krishna dalam pergaulan dengan para penyembah. Berdiskusi tentang Krishna ialah kegiatan yang sangat kuat, dan kalau seseorang beruntung hingga mendapat pergaulan seperti itu dan berusaha menyerap pengetahuan tersebut, maka pasti ia akan maju menuju keinsafan rohani. Untuk memberi semangat kepada Arjuna agar Arjuna maju sampai tingkat yang semakin tinggi dalam bhaktinya yang kuat, dalam Bab Sembilan Sri Krishna menguraikan hal-hal yang lebih rahasia dari yang telah diungkapkan-Nya dalam bab-bab sebelumnya. Permulaan Bhagavad-gita, Yaitu Bab pertama, kurang lebih merupakan kata pengantar untuk isi Bhagavad-gita; sedangkan dalam Bab Dua dan Tiga, pengetahuan rohani yang diuraikan itu disebut rahasia. Dan hal-hal yang dibicarakan dalam Bab Tujuh serta Delapan khususnya menyangkut bhakti, dan oleh karena hal-hal itu membawa pembebasan dari kebodohan di dalam kesadaran Krishna, maka hal-hal itu disebut lebih rahasia. Tetapi hal-hal yang diuraikan dalam Bab Sembilan adalah hal hal yang menyangkut bhakti yang suci dan murni. Karena itu, maka Bab Sembilan disebut pengetahuan yang paling rahasia. Orang yang mantap dalam pengetahuan yang paling rahasia tentang Krishna sewajarnya melampaui keduniawian; karena itu tiada kesengsaraan material di dalam hatinya, walaupun dia berada di dunia material. Dalam Bhakti-rasamrta-sindhu dinyatakan bahwa walaupun orang yang mempunyai keinginan yang tulus ikhlas untuk melakukan cinta-bhakti kepada Tuhan masih berada dalam keadaan terikat dalam kehidupan material, ia sudah mencapai pembebasan. Begitu pula, dalam Bhagavad-gita Bab Sepuluh, kita akan menemukan bahwa siapa pun yang tekun dalam cara seperti itu sudah mencapai pembebasan.
    Ayat yang pertama ini mengandung makna khusus. Kata-kata idam jñānam (pengetahuan ini") berarti bhakti yang murni, yang terdiri dari sembilan kegiatan: Mendengar, memuji, ingat, melayani, menyembah, berdoa, mematuhi, memelihara persahabatan dan menyerahkan segala sesuatu. Dengan mempraktekkan sembilan unsur bhakti tersebut, seseorang maju sampai tingkat kesadaran rohani, kesadaran Krishna. Bila hati seseorang disucikan dari pencemaran material dengan cara seperti itu, ia dapat mengerti ilmu pengetahuan Krishna tersebut. Kalau seseorang hanya mengerti bahwa makhluk hidup tidak bersifat material, itu belumlah cukup. Mungkin itu merupakan awal keinsafan rohani, tetapi hendaknya seseorang mengerti perbedaan antara kegiatan badan dan kegiatan rohani yang dilakukan oleh orang yang mengerti bahwa Diri-Nya bukan badan.
    Dalam Bab Tujuh, kita sudah membicarakan kehebatan kekuatan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, berbagai tenaga Beliau, alam rendah maupun alam utama, dan segala manifestasi material. Sekarang dalam Bab Sembilan, kebesaran Tuhan akan diuraikan.
    Kata Sansekerta anasūyave dalam ayat ini juga sangat bermakna. Pada umumnya, para penafsir, bahkan dari tingkat kesarjanaan yang tinggi sekalipun, semuanya iri kepada Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Sarjana-sarjana yang paling ahli sekalipun menulis tentang Bhagavad-gita dengan cara yang sangat kurang tepat. Oleh karena mereka iri kepada Krishna, tafsiran mereka tidak berguna. Sedangkan ulasan yang diberikan oleh para penyembah Krishna dapat dipercaya. Tiada seorangpun yang dapat menjelaskan Bhagavad-gita atau memberikan pengetahuan yang sempurna tentang Krishna kalau ia iri hati. Orang yang menjelekkan watak Krishna tanpa mengenal Krishna adalah orang yang kurang cerdas. Hendaknya tafsiran seperti itu dihindari dengan seksama. Bab-bab ini akan sangat bermanfaat bagi orang yang mengerti bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Kepribadian yang murni dan rohani.


    9.2

     

    rāja-vidyā rāja-guhyaḿ
    pavitram idam uttamam
    pratyakṣāvagamaḿ dharmyaḿ
    su-sukhaḿ kartum avyayām

    rāja-vidyā—raja  pendidikan; rāja-guhyam—rājā  pengetahuan rahasia; pavitram—yang paling murni; idam—ini; uttamām—rohani; pratyakṣa—oleh pengalaman langsung; avagamam—dimengerti; dharmyam—prinsip dharma; su-sukham—bahagia sekali; kartum—melaksanakan; avyayām—berada untuk selamanya.


    Terjemahan

    Pengetahuan ini adalah rājā  pendidikan, yang paling rahasia di antara segala rahasia. Inilah pengetahuan yang paling murni, pengetahuan ini adalah kesempurnaan dharma, karena memungkinkan seseorang melihat sang diri secara langsung melalui keinsafan. Pengetahuan ini kekal dan dilaksanakan dengan riang.


    Penjelasan

    Bab dari Bhagavad-gita ini disebut rājā  pendidikan karena bab ini adalah hakekat segala ajaran dan filsafat yang telah dijelaskan sebelumnya. Tersebutlah beberapa di antara filosof-filosof yang paling terkemuka dalam sejarah India bernama Gautama, Kanada, Kapila, yajñāvalkya, Sandilya dan Vaisvanara. Akhirnya ada Vyasadeva, penyusun Vedanta-sutra. Jadi, tidak ada kekurangan pengetahuan di bidang filsafat atau pengetahuan rohani. Sekarang Sri Krishna menyatakan bahwa Bab Sembilan ini adalah rājā  segala pendidikan tersebut, hakekat segala pengetahuan yang dapat diperoleh dengan mempelajari Veda dan berbagai jenis filsafat. Pengetahuan ini paling rahasia, sebab pengetahuan rahasia atau pengetahuan rohani di luar hal-hal duniawi menyangkut pengertian perbedaan antara roh dan badan. Rājā  segala pengetahuan rahasia memuncak dalam bhakti.
    Pada umumnya, orang tidak dididik dalam pengetahuan rahasia tersebut; mereka dididik di bidang pengetahuan lahiriah. Di bidang pendidikan biasa, orang sibuk dalam berbagai bidang pengetahuan; politik, ilmu sosial, fisika, kimia, matematika, ilmu perbintangan, ilmu mesin, dan sebagainya. Ada banyak bidang pengetahuan di seluruh dunia dan banyak universitas yang ternama tetapi sayang sekali, belum ada universitas ataupun lembaga pendidikan yang memberi pelajaran tentang ilmu pengetahuan sang roh. Padahal bagian yang terpenting dalam badan ialah sang roh; tanpa adanya sang roh, badan tidak berguna. Namun orang sangat mementingkan kebutuhan jasmani dalam kehidupan, tanpa mempedulikan sang roh yang hidup.
    Dalam Bhagavad-gita, khususnya dari Bab Dua dan selanjutnya, pentingnya sang roh ditegaskan. Pada permulaan, Sri Krishna menyatakan bahwa badan ini dapat dimusnahkan sedangkan sang roh tidak dapat dimusnahkan (antavanta ime deha nityasyoktah saririnah). Itulah bagian pengetahuan yang rahasia: Mengetahui bahwa sang roh berbeda dari badan ini dan sifat sang roh bersifat kekal dan tidak dapat diubah atau dibinasakan. Tetapi pengetahuan itu belum memberi keterangan positif tentang sang roh. Kadang-kadang, orang mempunyai kesan seolah-olah sang roh berbeda dari badan, dan apabila badan habis, atau seseorang dibebaskan dari badan, sang roh tinggal dalam kekosongan dan tidak bersifat pribadi lagi. Tetapi hal itu bukanlah kenyataan yang sebenarnya. Sang roh sangat giat selama ia berada di dalam badan. Bagaimana mungkin sang roh tidak giat sesudah dibebaskan dari badan? Sang roh selalu giat. Jika sang roh bersifat kekal, ia giat untuk selamanya, dan kegiatan sang roh di kerajaan rohani adalah bagian yang paling rahasia dalam pengetahuan rohani. Karena itu, kegiatan sang roh tersebut ditunjukkan di sini sebagai rājā  segala pengetahuan.
    Pengetahuan ini adalah bentuk termurni segala kegiatan, sebagaimana dijelaskan di dalam kesusasteraan Veda. Dalam Padma Purana, kegiatan manusia yang berdosa sudah dianalisis dan dibuktikan bahwa kegiatan berdosa itu adalah akibat rangkaian dosa yang tertumpuk satu sama lain. Orang yang sibuk dalam kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala terlibat dalam berbagai tahap dan bentuk reaksi dosa. Misalnya, bila biji pohon tertentu ditanam, pohon tidak segera tumbuh; pertumbuhan itu perlu waktu. Pertama-tama, biji pohon itu adalah semi yang kecil. Kemudian pada tahap permulaan, pohon itu berbentuk bibit yang kecil, lalu bibit itu berubah menjadi pohon. Sesudah beberapa waktu pohon berbunga dan berbuah. Jika pohon sudah lengkap, buah dan bunganya dinikmati oleh orang yang telah menānām bibit pohon itu. Begitu pula, orang yang melakukan kegiatan yang berdosa, bagaikan perkembangan bibit, dosa itu berbuah sesudah beberapa waktu. Ada beberapa tahapan. Mungkin orang yang bersangkutan sudah berhenti melakukan perbuatan yang berdosa, tetapi hasil atau buah perbuatan yang berdosa itu masih harus diterimanya. Ada dosa yang masih dalam bentuk benih, adapun dosa-dosa lain yang sudah berbuah dan kita harus menerima akibatnya sebagai rasa duka dan rasa sakit.
     Sebagaimana dijelaskan dalam ayat kedua puluh delapan dari Bab Tujuh, orang yang sudah mengakhiri sama sekali segala reaksi kegiatannya yang berdosa menjadi tekun sepenuhnya dalam kegiatan saleh, menekuni bhakti kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, setelah dibebaskan dari hal-hal relatif di dunia material ini. Dengan kata lain, orang yang sungguh sungguh tekun dalam bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa sudah dibebaskan dari segala reaksi. Pernyataan ini dibenarkan dalam Padma Purana:

    aprārabdha-phalaḿ pāpaḿ
    kūṭaḿ bījaḿ phalonmukham
    krameṇaiva pralīyeta
    viṣṇu-bhakti-ratātmanām

    Segala reaksi dosa, baik yang sudah berbuah, tersimpan, maupun dalam bentuk benih, berangsur-angsur lenyap bagi orang yang menekuni bhakti kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, daya penyucian bhakti sangat kuat, dan bhakti disebut pavitram uttamam, atau yang paling suci dan murni. Uttama berarti rohani dan melampaui hal-hal duniawi. Tamas berarti dunia material ini atau kegelapan, dan uttama berarti sesuatu yang melampaui kegiatan material. Kegiatan bhakti tidak pernah dianggap material, walaupun kadang-kadang kelihatannya seorang penyembah sibuk seperti manusia biasa. Orang yang dapat melihat dan mengenali bhakti dengan baik mengetahui bahwa bhakti bukan kegiatan material. Kegiatan bhakti semua bersifat rohani, tidak dicemari oleh sifat-sifat material.
    Dinyatakan bahwa pelaksanaan bhakti sangat sempurna sehingga seseorang dapat melihat hasilnya secara langsung. Hasil langsung itu sungguh-sungguh dirasakan, dan kami sudah mengalami secara nyata bahwa siapapun yang mengucapkan nama-nama suci Krishna (Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare/ Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare) tanpa berbuat kesalahan, merasakan sejenis kebahagiaan rohani dan Diri-Nya disucikan dari segala pencemaran material dalam waktu yang singkat sekali. Kenyataan ini sungguh-sungguh tampak. Di samping itu, jika seseorang tidak hanya mendengar tetapi juga berusaha menyebarkan amanat kegiatan bhakti, atau kalau dia tekun membantu kegiatan penyebaran kesadaran Krishna, berangsur-angsur ia merasakan kemajuan rohani. Kemajuan kehidupan rohani tersebut tidak bergantung kepada sejenis pendidikan atau kwalifikasi sebelumnya. Cara bhakti dengan sendirinya begitu murni sehingga hanya dengan menekuninya seseorang disucikan.
    Dalam Vedanta-sutra (3.2.26) hal itu juga diuraikan sebagai berikut: prakasas ca karmany abhyāsāt. Bhakti begitu kuat sehingga hanya dengan menekuni kegiatan bhakti seseorang pasti dibebaskan dari kebodohan." Contoh nyata tentang hal ini dapat dilihat dalam penjelmaan Nārada dahulu. Dalam penjelmaan itu kebetulan Nārada dilahirkan sebagai putera seorang pembantu. Dia tidak terdidik, dan juga tidak dilahirkan dalam keluarga yang mempunyai kedudukan tinggi. Tetapi pada waktu ibunya sibuk melayani beberapa penyembah murni, Nārada pun menjadi tekun, dan kadang-kadang, bila ibunya sedang ke luar, dia sendiri melayani penyembah-penyembah yang mulia itu. Nārada sendiri berkata,

    ucchiṣṭa-lepān anumodito dvijaiḥ
    sakṛt sma bhuñje tad-apāsta-kilbiṣaḥ
    evaḿ pravṛttasya viśuddha-cetasās
    tad-dharma evātma-ruciḥ prajāyate

    Dalam ayat Srimad-Bhagavatam (1.5.25), Nārada menguraikan penjelmaannya yang lalu kepada muridnya yang bernama Vyasadeva. Nārada mengatakan bahwa pada waktu dia masih anak-anak, dia sibuk sebagai pembantu penyembah-penyembah murni tersebut. Mereka tinggal di sana selama empat bulan. Pada waktu itu dia bergaul dengan mereka secara dekat. Kadang-kadang resi-resi itu meninggalkan sisasisa makanan pada piringnya. Kemudian anak yang mencuci piring itu ingin mencicipi sisa makanan mereka. Karena itu, dia minta izin kepada penyembah-penyembah yang mulia itu. Setelah diizinkan, Nārada mencicipi sisa makanan tersebut. Karena itulah ia dibebaskan dari segala reaksi dosa. Nārada terus mencicipi sisa makanan resi-resi yang mulia, sehingga berangsur-angsur hatinya menjadi sesuci resi-resi itu. Para penyembah yang mulia itu menikmati rasa bhakti yang dilakukan secara terus menerus kepada Tuhan dengan cara mendengar dan memuji. Tahap demi tahap Nārada mengembangkan rasa yang sama. Nārada juga berkata:

    tatrānvahaḿ kṛṣṇa-kathāḥ pragāyatām
    anugraheṇāśṛṇavaḿ manoharāḥ
    tāḥ śraddhayā me 'nupadaḿ viśṛṇvataḥ
    priyaśravasy ańga mamābhavad ruciḥ

    Melalui pergaulan dengan para resi, berkembanglah minat dalam hati Nārada untuk mendengar dan memuji kebesaran Tuhan, dan dia mengembangkan keinginan yang besar untuk berbhakti. Karena itu, sebagaimana diuraikan dalam Vedanta-sutra, prakasas ca karmany abhyāsāt: Kalau seseorang hanya menekuni perbuatan bhakti, segala sesuatu akan terungkap kepadanya dengan sendirinya, sehingga dia dapat mengerti. Ini disebut pratyakṣa, yang berarti dilihat secara langsung.
    Kata dharmyam berarti jalan dharma." Nārada sebenarnya putera seorang pembantu. Dia tidak mendapat kesempatan untuk disekolahkan. Dia hanya membantu ibunya. Untungnya ibunya melayani para penyembah. Nārada yang masih anak-anak juga mendapat kesempatan, dan hanya dengan pergaulan saja ia mencapai tujuan tertinggi segala kegiatan dharma. Tujuan tertinggi segala kegiatan dharma ialah bhakti, sebagaimana dinyatakan dalam Srimad-Bhagavatam (sa vai pumsam paro dharmo yato bhaktir adhoksaje). Orang yang taat pada prinsip-prinsip dharma pada umumnya tidak mengetahui bahwa kesempurnaan tertinggi kegiatan dharma ialah tercapai nya bhakti. Sebagaimana sudah kita bicarakan berhubungan dengan ayat terakhir dari Bab Delapan (vedeṣu yajñeṣu tapaḥsu caiva), pada umumnya pengetahuan Veda diperlukan untuk keinsafan diri. Tetapi dalam contoh ini, walaupun Nārada tidak duduk di bangku perguruan sekolah kerohanian dan belum dididik dalam prinsip-prinsip Veda, ia mencapai hasil tertinggi pelajaran Veda. Proses tersebut begitu kuat sehingga walaupun seseorang tidak melaksanakan proses dharma secara teratur, ia dapat di angkat sampai kesempurnaan tertinggi. Bagaimana mungkin demikian? Ini juga dibenarkan dalam kesusasteraan Veda; acaryavan puruso veda. Walaupun orang yang bergaul dengan ācārya-ācārya yang mulia belum terdidik atau belum pernah mempelajari Veda, ia dapat menguasai segala pengetahuan yang dibutuhkan untuk keinsafan.
    Proses bhakti adalah proses yang sangat membahagiakan (su-sukham). Mengapa? Bhakti terdiri dari sravanam kirtanam visnoh. Jadi, seseorang dapat mendengar pujian kebesaran Tuhan atau mendengar ceramah-ceramah filsafat mengenai pengetahuan rohani yang diberikan oleh ācārya-ācārya yang dibenarkan. Dengan cara duduk saja seseorang dapat memperoleh pengetahuan. Kemudian dia dapat mencicipi sisa makanan yang dipersembahkan kepada Tuhan; makanan yang enak dan lezat. Bhakti bersifat riang dalam segala keadaan. Seseorang dapat merasakan bhakti dalam keadaan miskin sekalipun. Krishna bersabda, patram puṣpam phalam toyam: Krishna bersedia menerima jenis persembahan manapun dari seorang penyembah. Daun, bunga, buah atau air, yang tersedia di mana-mana di dunia, dapat dipersembahkan oleh semua orang, walau bagaimanapun kedudukannya dalam masyarakat, dan persembahan itu akan diterima bila dipersembahkan dengan cinta bhakti. Ada banyak contoh mengenai hal ini dalam sejarah. Hanya dengan mencicipi daun tulasi yang telah dipersembahkan pada kakipadma Krishna, resi-resi yang mulia seperti Sanat-kumara menjadi penyembah-penyembah yang mulia. Karena itu, proses bhakti sangat baik, dan dapat dilaksanakan dengan riang. Krishna hanya menerima cinta-bhakti atas benda-benda yang dipersembahkan kepada-Nya.
    Di sini dinyatakan bahwa bhakti berada untuk selamanya. Pendapat para filosof Mayāvadi tentang hal ini tidak benar. Kadang-kadang mereka mulai melakukan sesuatu yang hanya namanya saja bhakti. Tetapi maksud mereka ialah meneruskan bhakti selama mereka belum mencapai pembebasan, tetapi akhirnya, kalau mereka sudah mencapai pembebasan, mereka akan menunggal dengan Tuhan." Melakukan bhakti secara sementara sampai batas waktu tertentu itu tidak dapat diakui sebagai bhakti yang murni. Bhakti yang sejati berjalan terus, bahkan sesudah seseorang mencapai pembebasan sekalipun. Bila seorang penyembah memasuki planet rohani di kerajaan Tuhan, di sana pula dia tekun mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dia tidak berusaha menunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa.
    Dalam Bhagavad-gita akan dilihat bahwa bhakti yang sejati dimulai sesudah pembebasan. Sesudah seseorang mencapai pembebasan, bila ia mantap pada kedudukan Brahman (brahmabhuta), bhaktinya dimulai (samaḥ  sarveṣu bhūteṣu mad-bhaktim labhate param). Tiada seorangpun yang dapat memahami Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dengan pelaksanaan karma-yoga, jñāna-yoga, astanga-yoga atau jenis yoga yang lain secara tersendiri. Cara-cara yoga tersebut barangkali memungkinkan seseorang maju sedikit menuju bhakti-yoga, tetapi tanpa mencapai tingkat bhakti, seseorang tidak dapat mengerti apa arti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Srimad-Bhagavatam, juga dibenarkan bahwa bila seseorang sudah disucikan dengan cara melaksanakan proses bhakti, khususnya dengan mendengar Srimad-Bhagavatam atau Bhagavad-gita dari orang yang sudah insaf akan Diri-Nya, dan dia dapat mengerti ilmu pengetahuan tentang Krishna, atau ilmu pengetahuan tentang Tuhan Yang Maha Esa. Evam prasannamanaso bhagavad-bhakti-yogātah. Bila hati seseorang sudah disucikan dari segala hal yang bukan-bukan, ia dapat mengerti arti Tuhan. Jadi, proses bhakti, kesadaran Krishna, adalah rājā  segala pendidikan dan rājā  segala pengetahuan rahasia. Proses bhakti adalah bentuk kegiatan dharma termurni, dan dapat dilaksanakan dengan riang tanpa kesulitan. Karena itu, sebaiknya orang mulai melakukan proses bhakti tersebut.




    9.3

     

    aśraddadhānāḥ puruṣā
    dharmasyāsya parantapa
    aprāpya māḿ nivartante
    mṛtyu-saḿsāra-vartmani

    aśraddadhānaḥ—orang yang tidak yakin dan tidak setia; puruṣaḥ—orang seperti itu; dharmasya—menuju proses dharma; asya—ini; parantapa—wahai pembunuh musuh; aprāpya—tanpa memperoleh; mām—Aku; nivartante—kembali lagi; mṛtyu—mengenai kematian; saḿsāra—dalam kehidupan material; vartmani—di jalan.


    Terjemahan

    Orang yang tidak yakin dan tidak setia melaksanakan bhakti ini, tidak dapat mencapai kepada-Ku wahai penakluk musuh. Karena itu, mereka kembali ke jalan kelahiran dan kematian di dunia material.

    Penjelasan

    Orang yang tidak berkeyakinan tidak dapat menyelesaikan cara bhakti ini; itulah penjelasan ayat ini. Keyakinan diciptakan oleh pergaulan dengan para penyembah. Walaupun orang yang kurang beruntung sudah mendengar segala bukti kesusasteraan Veda dari kepribadian-kepribadian yang mulia, mereka masih tidak percaya kepada Tuhan. Mereka ragu-ragu dan tidak dapat menjadi mantap dalam bhakti kepada Tuhan. Jadi, keyakinan merupakan unsur yang paling penting demi kemajuan kesadaran Krishna. Di dalam Caitanya-caritamrta dikatakan bahwa keyakinan berarti seseorang yakin sepenuhnya bahwa hanya dengan mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna ia dapat mencapai segala kesempurnaan. Itu disebut keyakinan yang sejati. Sebagaimana dinyatakan dalam Srimad-Bhagavatam (4.31.14).

    yathā taror mūla-niṣecanena
    tṛpyanti tat-skandha-bhujopaśākhāḥ
    prāṇopahārāc ca yathendriyāṇāḿ
    tathāiva sarvārhaṇam acyutejyā

    Dengan menyiramkan air pada akar sebatang pohon, seseorang memuaskan cabang-cabang, ranting-ranting, dan daun-daun pohon itu, dan dengan memberikan makanan kepada perut, seseorang memuaskan semua indera pada badan. Begitu pula, dengan menekuni bhakti rohani kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan sendirinya seseorang memuaskan semua dewa dan makhluk hidup lainnya." Karena itu, setelah membaca Bhagavad-gita, seharusnya orang segera mengambil kesimpulan Bhagavad-gita; yaitu, hendaknya ia meninggalkan segala kesibukan lainnya dan mulai melakukan bhakti kepada Tuhan Yang Mahakuasa, Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kalau seseorang sudah yakin tentang filsafat hidup tersebut, itu disebut keyakinan.
    Pengembangan keyakinan tersebut adalah proses kesadaran Krishna. Ada tiga golongan orang yang sadar akan Krishna. Golongan ketiga adalah orang yang tidak berkeyakinan. Walaupun mereka sibuk dalam bhakti sebagai kedok, mereka tidak dapat mencapai tingkat kesempurnaan tertinggi. Kemungkinan besar mereka akan jatuh, sesudah beberapa waktu. Barangkali mereka menjadi tekun, tetapi oleh karena mereka belum memiliki keyakinan dan kepercayaan sepenuhnya, sehingga sulit sekali bagi mereka melanjutkan kesadaran Krishna. Kami sudah mengalami secara nyata dalam menjalankan kegiatan mengajarkan bahwa ada beberapa orang yang datang dan ikut dalam kesadaran Krishna, dengan suatu maksud tersembunyi, lalu begitu keadaan ekonomi mereka menjadi agak baik, mereka meninggalkan proses ini dan mulai lagi mengikuti cara-cara mereka yang lama. Mengenai pengembangan keyakinan, orang yang sudah menguasai kesusasteraan bhakti dengan baik dan sudah mencapai tingkat keyakinan yang teguh disebut manusia kelas utama dalam kesadaran Krishna. Golongan kedua terdiri dari orang yang belum maju sekali dalam usaha mengerti Kitab-kitab Suci bhakti, tetapi dengan sendirinya mereka mempunyai keyakinan yang kuat bahwa Krsna bhakti, atau pengabdian kepada Krishna, adalah cara terbaik, dan karena itu mereka sudah mulai melakukan bhakti dengan keyakinan yang baik. Mereka lebih maju dari golongan ketiga yang belum memiliki pengetahuan yang sempurna tentang Kitab-kitab Suci maupun keyakinan yang baik, tetapi hanya berusaha mengikuti bhakti melalui pergaulan dan kesederhanaan. Golongan ketiga dalam kesadaran Krishna tersebut barangkali jatuh, tetapi apabila seorang sudah mencapai golongan kedua, ia tidak akan jatuh, dan mereka yang sudah mencapai golongan pertama dalam kesadaran Krishna tidak mungkin jatuh. Mereka yang sudah mencapai golongan pertama dalam kesadaran Krishna pasti akan maju dan akhirnya berhasil. Mengenai orang yang termasuk golongan ketiga dalam kesadaran Krishna, walaupun dia percaya pada keyakinan bahwa bhakti kepada Krishna sangat baik, ia belum memperoleh pengetahuan secukupnya tentang Krishna melalui Kitab-kitab Suci seperti Srimad-Bhagavatam dan Bhagavad-gita. Kadang-kadang mereka yang termasuk golongan ketiga dalam kesadaran Krishna cenderung pada karma-yoga dan jñāna-yoga, dan kadang-kadang mereka goyah, tetapi begitu penyakit karma-yoga atau jñāna-yoga sembuh, mereka menjadi golongan kedua atau golongan utama dalam kesadaran Krishna. Keyakinan terhadap Krishna juga dibagi menjadi tiga tingkat dan diuraikan dalam Srimad-Bhagavatam. Ikatan kelas utama, ikatan kelas dua dan ikatan kelas tiga juga dijelaskan dalam skanda kesebelas dari Srimad-Bhagavatam. Kendatipun orang yang tidak berkeyakinan sama sekali sudah mendengar tentang Krishna dan kemuliaan bhakti, mereka menganggap hal itu hanya dongeng belaka. Walaupun mereka dianggap tekun dalam bhakti, tetapi mereka menemukan bahwa jalan itu amat sulit. Kecil sekali harapan bahwa mereka akan mencapai kesempurnaan. Karena itu, keyakinan sangat penting dalam pelaksanaan bhakti.



    9.4

     

    mayā tatam idaḿ sarvaḿ
    jagad avyakta-mūrtinā
    mat-sthāni sarva-bhūtāni
    na cāhaḿ teṣv avasthitaḥ

    mayā—oleh-Ku; tatam—berada di mana-mana; idam—ini; sarvam—seluruh; jagat—manifestasi alam semesta; avyakta-mūrtinā—oleh bentuk yang tidak terwujud; mat-sthāni—di dalam diri-Ku; sarva-bhūtāni—semua makhluk hidup; na—tidak; ca—juga; aham—Aku; teṣu—dalam mereka; avasthitāḥ—berada.


    Terjemahan

    Aku berada di mana-mana di seluruh alam semesta dalam bentuk -Ku yang tidak terwujud. Semua makhluk hidup berada dalam diri-Ku, tetapi Aku tidak berada di dalam mereka.

    Penjelasan

    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat dipahami melalui indera-indera yang kasar. Dinyatakan:

    ataḥ śrī-kṛṣṇa-nāmādi
    na bhaved grāhyam indriyaiḥ
    sevonmukhe hi jihvādau
    svayam eva sphuraty adaḥ

    (Bhakti-rasāmṛta-sindhu 1.2.234)
    Nama, kemasyhuran dan kegiatan Sri Krishna dan sebagainya tidak dapat dimengerti oleh indera-indera material. Krishna hanya memperlihatkan Diri Beliau kepada orang yang tekun dalam bhakti yang murni di bawah bimbingan yang benar. Dalam Brahma-samhita (5.38) dinyatakan, premanjana-cchurita-bhakti-vilocanena santaḥ sadaivah rdayesu vilokayanti: Seseorang dapat melihat Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Govinda, yang selalu bersemayam di dalam Diri-Nya dan di luar Diri-Nya kalau ia sudah mengembangkan sikap cinta bhakti rohani kepada beliau. Jadi, orang awam belum melihat Krishna. Di sini dinyatakan walaupun Krishna adalah Yang Mahaada dan berada di mana-mana, Beliau tidak dapat dilihat oleh indera-indera material.
    Kenyataan ini disebut di sini dengan kata avyakta-mūrtinā. Tetapi walaupun kita belum dapat melihat Krishna, sebenarnya segala sesuatu bersandar di dalam Krishna. Sebagaimana dibicarakan dalam Bab Tujuh, seluruh manifestasi alam semesta tidak lain daripada gabungan dua tenaga Krishna—tenaga utama atau tenaga rohani dan tenaga yang rendah atau tenaga material.
    Seperti halnya sinar matahari yang tersebar di seluruh pelosok alam semesta, begitu pula Tuhan tersebar di mana-mana dalam ciptaan dan segala sesuatu bersandar di dalam tenaga itu.
    Namun seharusnya orang jangan menyimpulkan bahwa Krishna sudah kehilangan keberadaan pribadi-Nya karena Beliau tersebar di mana-mana. Untuk membuktikan kesalahan argumentasi itu, Sri Krishna bersabda, Aku berada di mana-mana, dan segala sesuatu berada di dalam Diri-Ku, namun Aku tetap menyisih dari semuanya." Misalnya, seorang raja  memimpin pemerintah yang tidak lain daripada manifestasi tenaga dari Diri-Nya. Berbagai departemen pemerintah tidak lain daripada tenaga-tenaga sang raja  , dan tiap-tiap departemen bersandar pada kekuatan sang raja  . Tetapi kita tidak dapat mengharapkan bahwa sang raja   sendiri berada di setiap departemen. Itu merupakan contoh yang sederhana. Begitu pula, semua manifestasi yang kita lihat dan segala sesuatu yang ada, baik di dunia material maupun di dunia rohani, bersandar kepada tenaga Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Ciptaan terjadi karena tersebarnya berbagai tenaga Krishna. Sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gita, viṣṭabhyaham idam krtsnam: Krishna berada di mana-mana dalam perwujudan pribadi-Nya, yaitu tersebarnya berbagai tenaga-Nya.


    9.5

    na ca mat-sthāni bhūtāni
    paśya me yogam aiśvaram
    bhūta-bhṛn na ca bhūta-stho
    mamātmā bhūta-bhāvanaḥ

    na—tidak pernah; ca—juga; mat-sthāni—berada di dalam Diri-Ku; bhūtāni—segala ciptaan; paśya—lihatlah; me—milik-Ku; yogam aiśvaram—kekuatan batin yang tidak dapat dipahami; bhūta-bhṛt—pemelihara semua makhluk hidup; na—tidak pernah; ca—juga; bhūta-sthaḥ—dalam manifestasi alam semesta; mama—milik-Ku; ātmā—Diri; bhūta-bhāvanaḥ—asal mula segala manifestasi


    Terjemahan

    Namun segala sesuatu yang diciptakan tidak bersandar di dalam Diri-Ku. Lihatlah kehebatan batin-Ku! walaupun aku memelihara semua makhluk hidup dan walaupun Aku berada di mana-mana, namun Aku bukan bagian dari manifestasi alam semesta ini, sebab Diri-Ku adalah asal mula ciptaan.


    Penjelasan

    Krishna menyatakan bahwa segala sesuatu bersandar pada Diri-Nya (mat-sthāni sarva-bhūtāni). Hendaknya orang jangan salah paham tentang kenyataan ini. Krishna tidak tersangkut secara langsung dalam pemeliharaan manifestasi material-Nya. Kadang-kadang kita melihat gambar dewa Atlas yang sedang memikul bola dunia pada bahūn ya; kelihatannya dia lelah sekali karena memikul bola bumi yang besar ini. Hendaknya orang jangan membayangkan gambar seperti itu berhubungan dengan cara Krishna menyangga alam semesta yang diciptakan. Krishna menyatakan bahwa walaupun segala sesuatu bersandar pada Diri-Nya, Beliau tetap menyisih. Susunan planet melayang di angkasa dan angkasa itu adalah tenaga Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi Tuhan Yang Maha Esa berbeda dari angkasa. Beliau berada di tempat yang lain. Karena itu Krishna bersabda, Walaupun susunan-susunan planet bersandar pada tenaga-Ku yang tidak dapat dipahami, namun sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Aku menyisih dari susunan-susunan planet itu." Inilah kehebatan Tuhan yang tidak dapat dipahami.
    Dalam kamus Veda yang berjudul Nirukti, dinyatakan yujyate 'nena durghatesu karyesu: Tuhan Yang Maha Esa melakukan kegiatan ajaib yang tidak dapat dipahami, dan memperlihatkan tenaga-Nya." Kepribadian Krishna penuh berbagai tenaga yang kuat, dan ketabahan hati Beliau dengan sendirinya merupakan kenyataan. Dengan cara demikian, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dipahami. Barangkali kita berpikir untuk melakukan sesuatu, tetapi ada banyak alangan dan kadang-kadang kita tidak dapat berbuat sesuka hati kita. Tetapi bila Krishna ingin melakukan sesuatu, hanya dengan menginginkan saja, segala sesuatu dilaksanakan dengan cara begitu sempurna sehingga orang tidak dapat membayangkan bagaimana perbuatan itu sedang dilaksanakan. Krishna menjelaskan kenyataan ini: Walaupun Krishna memelihara seluruh manifestasi material namun Beliau tidak menyentuh manifestasi material ini. Hanya atas kehendak Beliau Yang Paling Utama, segala sesuatu diciptakan, segala sesuatu dipelihara dan segala sesuatu dilebur. Tidak ada perbedaan antara pikiran dan Diri Krishna (seperti perbedaan yang ada antara diri kita dan pikiran material kita sekarang), sebab Krishna bersifat rohani mutlak. Krishna berada di dalam segala sesuatu pada waktu yang sama; namun orang awam tidak dapat mengerti bagaimana Beliau juga ada secara pribadi. Krishna berbeda dari manifestasi material ini, namun segala sesuatu bersandar kepada Beliau. Kenyataan ini dijelaskan di sini sebagai yogam aiśvaram, kekuatan batin Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.




    9.6

     

    yathākāśa-sthito nityaḿ
    vāyuḥ sarvatra-go mahān
    tathā sarvāṇi bhūtāni
    mat-sthānīty upadhāraya

    yathā—bagaikan; ākāśa-sthitaḥ—terletak di angkasa; nityam—selalu; vāyuḥ—angin; sarvatra-gaḥ—bertiup di mana-mana; mahān—besar; tathā—seperti itu pula; sarvāni bhūtāni—semua makhluk hidup yang diciptakan; mat-sthāni—berada di dalam Diri-Ku; iti—demikian; upadhāraya—cobalah mengerti.

    Terjemahan

    Mengertilah bahwa semua makhluk hidup yang diciptakan bersandar dalam Diri-Ku bagaikan angin besar yang bertiup di mana-mana selalu berada di angkasa.


    Penjelasan

    Orang biasa hampir tidak dapat mengerti bagaimana ciptaan material yang amat besar ini bersandar di dalam Diri Krishna. Tetapi Krishna mengemukakan contoh yang dapat membantu kita untuk mengerti hal ini. Mungkin angkasa adalah manifestasi terbesar yang dapat kita bayangkan. Diangkasa itu, angin atau udara adalah di alam semesta. Gerak angin mempengaruhi gerak segala benda lainnya. Walaupun angin besar sekali, angin masih terletak di dalam angkasa; angin tidak di luar angkasa. Begitu pula, semua manifestasi alam semesta yang ajaib terwujud atas kehendak Yang Paling Utama, Tuhan Yang Maha Esa, dan semuanya takluk kepada kehendak Yang Paling Utama itu. Pada umumnya kita mengatakan bahwa tiada sehelai rumput pun yang bergerak tanpa kehendak Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, segala sesuatu bergerak di bawah kehendak Krishna: Atas kehendak Krishna segala sesuatu diciptakan, dan segala sesuatu sedang dipelihara, dan segala sesuatu dilebur. Namun Krishna masih tetap menyisih dari segala sesuatu, bagaikan angkasa yang selalu menyisih dari kegiatan angin.
    Dalam Upanisad-upanisad, dinyatakan, yad-bhisa vatah pavate. Angin bertiup karena takut kepada Tuhan Yang Maha Esa" (Taittiriya Upanisad 2.8.1). Dalam Brhad-aranyaka Upanisad (3.8.9) dinyatakan, etasya va akṣarasya prasasane gargi suryacandra masau vidhrtau tisthata etasya va akṣarasya prasasane gargi dyav-aprthivyau vidhrtau tisthatah. Atas perintah Yang Mahakuasa, di bawah pengawasan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, bulan, matahari dan planet-planet besar lainnya bergerak." Dalam Brahma-samhita (5.52) juga dinyatakan:

    yac-cakṣur eṣa savitā sakala-grahāṇāḿ
    rājā samasta-sura-mūrtir aśeṣa-tejāḥ
    yasyājñayā bhramati sambhṛta-kāla-cakro
    govindam ādi-puruṣaḿ tam ahaḿ bhajāmi

    Ayat ini menguraikan gerak matahari. Dinyatakan bahwa matahari adalah salah satu mata Tuhan Yang Maha Esa dan bahwa matahari mempunyai kekuatan yang besar sekali untuk memancarkan panas dan cahaya. Namun, matahari bergerak dalam garis perjalanan yang sudah ditetapkan atas perintah dan kehendak Yang Paling Utama Govinda. Jadi, dari kesusasteraan Veda kita menemukan bukti bahwa manifestasi material ini, yang kelihatannya sangat ajaib dan besar menurut pandangan kita, sepenuhnya di bawah pengendalian Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kenyataan ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam ayat-ayat berikut dalam bab ini.


    9.7

     

    sarva-bhūtāni kaunteya
    prakṛtiḿ yānti māmikām
    kalpa-kṣaye punas tāni
    kalpādau visṛjāmy aham

    sarva-bhūtāni—semua makhluk yang diciptakan; kaunteya—wahai putera Kuntī ; prakṛtim—tenaga; yānti—masuk; māmikām—milik-Ku; kalpa-kṣaye—pada akhir jaman; punaḥ—lagi; tāni—semua itu; kalpa-ādau—pada awal jaman; visṛjāmi—menciptakan; aham—Aku.


    Terjemahan

    Wahai putera Kuntī, pada akhir jaman, semua manifestasi material masuk ke dalam tenaga-Ku, dan pada awal jaman lain, Aku menciptakannya sekali lagi dengan kekuatan-Ku.


    Penjelasan

    Ciptaan, pemeliharaan dan peleburan manifestasi alam material ini sepenuhnya bergantung kepada kehendak Yang Mahakuasa, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Pada akhir jaman" berarti pada waktu Brahma tutup usia. Brahma hidup selama seratus tahun, dan satu hari bagi Brahma diperhitungkan sama dengan 4.300.000.000 tahun di bumi ini, dan malam harinya juga sama. Satu bulan bagi Brahma terdiri dari tiga puluh hari dan tiga puluh malam sepanjang itu, dan satu tahun terdiri dari dua belas bulan. Sesudah seratus tahun sepanjang itu, pada waktu Brahma tutup usia, terjadilah peleburan atau pralaya. Ini berarti tenaga yang diwujudkan oleh Tuhan Yang Maha Esa sekali lagi ditarik ke dalam Diri-Nya. Kemudian sekali lagi, bila alam semesta perlu diwujudkan lagi, itu diwujudkan atas kehendak Beliau. Bahu syam: Walaupun Aku adalah satu, Aku akan menjadi banyak. "Semboyan tersebut tercantum dalam Veda (Chandogya Upanisad 6.2.3). Krishna mewujudkan Diri-Nya dalam tenaga material ini, dan seluruh manifestasi alam semesta terjadi sekali lagi.


    9.8

     

    prakṛtiḿ svām avaṣṭabhya
    visṛjāmi punaḥ punaḥ
    bhūta-grāmam imaḿ kṛtsnam
    avaśaḿ prakṛter vaśāt

    prakṛtim—alam material; svām—dari Diri Pribadi-Ku; avaṣṭabhya—masuk ke dalam; visṛjāmi—Aku menciptakan; punaḥ punaḥ—berulang kali; bhūta-grāmam—semua manifestasi alam semesta; imām—yang ini; kṛtsnam—secara keseluruhan; avaśam—dengan sendirinya; prakṛteḥ—dari kekuatan alam; vaśāt—di bawah kewajiban.


    Terjemahan

    Seluruh susunan alam semesta di bawah-Ku. Atas kehendak-Ku alam semesta dengan sendirinya diwujudkan berulang kali. Atas kehendak-Ku akhirnya alam semesta dileburkan.


    Penjelasan

    Dunia material ini adalah manifestasi tenaga rendah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kenyataan ini sudah dijelaskan beberapa kali. Pada waktu ciptaan, tenaga material dilepaskan sebagai mahat-tattva. Tuhan masuk ke dalam mahat-tattva itu sebagai penjelmaan Purusa pertama dari Diri-Nya. Purusa yang pertama itu bernama MahaVisnu. MahaVisnu berbaring di dalam lautan penyebab dan menghembuskan alam semesta-alam semesta yang jumlahnya tidak dapat dihitung. Kemudian Beliau menjelma sekali lagi ke dalam tiap-tiap alam semesta sebagai Garbhodakakasayi Visnu. Tiap-tiap alam semesta diciptakan dengan cara seperti itu. Sekali lagi Beliau mewujudkan Diri-Nya sebagai Ksirodakasayi Visnu, dan Ksirodakasayi Visnu masuk ke dalam segala sesuatu—bahkan ke dalam atom yang paling kecil sekalipun. Kenyataan ini dijelaskan di sini. Beliau masuk ke dalam segala sesuatu.
    Para makhluk hidup dimasukkan ke dalam alam material ini, dan sebagai akibat perbuatannya dari dahulu, mereka mengambil berbagai kedudukan. Dengan cara seperti itu, mulailah kegiatan dunia material ini. Kegiatan berbagai jenis makhluk hidup dimulai sejak saat dunia diciptakan. Anggapan bahwa semua jenis kehidupan berevolusi tidak benar. Berbagai jenis kehidupan diciptakan secara bersamaan dengan alam semesta. Manusia, binatang, burung—segala sesuatu diciptakan sekaligus, sebab keinginan apapun yang ada di dalam hati para makhluk hidup pada saat peleburan yang lalu kembali diwujudkan. Ditunjukkan dengan jelas di sini dengan kata avaśam bahwa para makhluk hidup tidak mempunyai hubungan apapun dengan proses tersebut. Keadaan para makhluk hidup dalam penjelmaannya yang lalu dalam ciptaan yang lalu hanya diwujudkan kembali, dan semua ini dilakukan hanya atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Inilah kekuatan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang tidak terhingga. Sesudah menciptakan berbagai jenis kehidupan, Beliau tidak mempunyai hubungan dengan jenis-jenis kehidupan itu. Ciptaan terjadi untuk memenuhi kecenderungan berbagai makhluk hidup. Karena itu, Krishna tidak terlibat dalam hal itu.


    9.9

     

    na ca māḿ tāni karmaṇi
    nibadhnanti dhanañjaya
    udāsīna-vad āsīnam
    asaktaḿ teṣu karmasu

    na—tidak pernah; ca—juga; mām—Aku; tāni—semua itu; karmaṇi—kegiatan; nibadhnanti—mengikat; dhanañjaya—wahai perebut kekayaan; udāsīna-vat—seolah-olah netral; āsīnam—terletak; asaktam—tanpa tertarik; teṣu—untuk yang itu; karmasu—kegiatan.


    Terjemahan

    Wahai dhanañjaya, segala pekerjaan ini tidak dapat mengikat Diri-Ku. Aku tetap tidak pernah terikat terhadap segala kegiatan material itu, dan Aku tetap netral.


    Penjelasan

    Berhubungan dengan hal ini, hendaknya orang jangan menganggap Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak mempunyai kesibukan. Di dunia rohani-Nya Beliau selalu sibuk. Dalam Brahma-samhita (5.6) dinyatakan, atmaramasya tasyasti prakrtya na samagamaḥ: Beliau selalu sibuk dalam kegiatan rohani yang kekal dan penuh kebahagiaan, tetapi Beliau tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan material ini. Kegiatan material sedang dijalankan oleh berbagai kekuatan Krishna. Krishna selalu netral terhadap kegiatan material di dunia yang diciptakan. Keadaan netral ini disebut dalam ayat ini dengan kata udāsīna-vat. Walaupun Krishna mengendalikan tiap-tiap kegiatan material sampai hal kecilkecil, Beliau tetap netral. Contoh dapat diberikan seperti halnya seorang hakim di Pengadilan Tinggi yang sedang duduk di kursinya. Atas perintah hakim, begitu banyak kegiatan terjadi—seseorang dijatuhi hukuman mati, seseorang dipenjarakan, seseorang diberi kekayaan yang banyak—namun hakim tetap netral. Hakim tidak mempunyai hubungan dengan segala laba dan rugi tersebut. Begitu pula Tuhan selalu netral, walaupun tangan Beliau berada di setiap lapangan kegiatan. Dalam Vedanta-sutra (2.1.34) dinyatakan, vaisamyanairgh‚nye na: Beliau tidak berada di dalam hal-hal relatif dunia material ini. Beliau melampaui hal-hal relatif itu. Beliau juga tidak terikat kepada ciptaan dan peleburan dunia material ini. Para makhluk hidup mengambil berbagai bentuknya dalam aneka jenis kehidupan menurut perbuatannya dari dahulu, dan Tuhan tidak campur tangan dengan mereka.




    9.10

     

    mayādhyakṣeṇa prakṛtiḥ
    sūyate sa-carācaram
    hetunānena kaunteya
    jagad viparivartate

    mayā—oleh-Ku; adhyakṣeṇa—oleh pengawasan; prakṛtiḥ—alam material; sūyate—mewujudkan; sa—kedua-duanya; cara-acaram—yang bergerak dan yang tidak bergerak; hetunā—karena alasan; anena—ini; kaunteya—wahai putera Kuntī ; jagat—manifestasi alam semesta; viparivartate—bekerja.


    Terjemahan

    Alam material ini, salah satu di antara tenaga-tenaga-Ku, bekerja dibawah perintah-Ku, dan menghasilkan semua makhluk baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, wahai putera Kuntī. Di bawah hukum-hukum alam material, manifestasi ini diciptakan dan dilebur berulangkali.


    Penjelasan

    Dinyatakan dengan jelas di sini bahwa walaupun Tuhan Yang Maha Esa menyisih dari segala kegiatan dunia material, Beliau tetap sebagai Yang Mahakuasa. Tuhan Yang Maha Esa adalah hasrat yang paling utama dan latar belakang manifestasi material ini, tetapi pengelolaan sedang dijalankan oleh alam material. Dalam Bhagavad-gita Krishna juga bersabda, Aku adalah ayah," semua makhluk hidup dalam berbagai jenis dan bentuk kehidupan. Ayah memberi benih anak di dalam kandungan seorang ibu. Begitupula, Tuhan Yang Maha Esa hanya dengan kedip mata-Nya saja memasukkan semua makhluk hidup ke dalam kandungan alam material, lalu para makhluk hidup keluar dalam berbagai bentuk dan jenisnya, menurut keinginan dan kegiatannya yang terakhir. Walaupun semua makhluk hidup tersebut dilahirkan di bawah pengawasan Tuhan Yang Maha Esa, mereka mengambil jenis badannya menurut perbuatan dan keinginan yang terakhir. Jadi, Tuhan Yang Maha Esa tidak terikat secara langsung pada ciptaan material ini. Beliau hanya memandang alam material; dengan demikian alam material digerakkan, dan segala sesuatu segera diciptakan. Oleh karena Beliau memandang alam material, tentu saja ada kegiatan dari pihak Beliau, tetapi Beliau tidak mempunyai hubungan langsung dengan manifestasi di dunia material. Contoh berikut diberikan dalam smrti: Bila ada bunga yang wangi di depan seseorang, bau wangi dari bunga itu disentuh oleh daya cium orang itu, namun kegiatan mencium bunga dan bunga itu terpisah satu sama lain. Ada hubungan yang serupa antara dunia material dan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; sebenarnya Beliau tidak mempunyai hubungan dengan dunia material ini, tetapi Beliau menciptakan dengan kedip mata-Nya dan memprakarsai. Sebagai ringkasan, tanpa pengawasan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, alam material ini tidak dapat berbuat apa-apa. Namun Kepribadian Yang Paling Utama menyisihkan diri dari segala kegiatan material.


    9.11

     

    avajānanti māḿ mūḍhā
    mānuṣīḿ tanum āśritam
    paraḿ bhāvam ajānanto
    mama bhūta-maheśvaram

    avajānanti—mengejek; mām—Aku; mūḍhāḥ—orang bodoh; mānuṣīm—dalam bentuk manusia; tanum—sebuah badan; āśritam—menerima; param—rohani; bhāvam—sifat; ajānantaḥ—tidak mengetahui; mama—milik-Ku; bhūta—segala sesuatu yang ada; mahā-īśvaram—Pemilik Yang Paling Utama.


    Terjemahan

    Orang bodoh mengejek diri-Ku bila Aku turun dalam bentuk seperti manusia. Mereka tidak mengenal sifat rohani-Ku sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang berkuasa atas segala sesuatu yang ada.


    Penjelasan

    Berkenaan dengan penjelasan ayat-ayat sebelumnya dalam bab ini, sudah jelas bahwa walaupun Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa muncul seperti seorang manusia, Beliau bukan manusia biasa. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang menjalankan ciptaan, pemeliharaan dan peleburan seluruh manifestasi alam semesta tidak mungkin manusia biasa. Namun, ada banyak orang bodoh yang menganggap Krishna tidak lebih daripada manusia perkasa. Sebenarnya, Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang asli, sebagaimana dibenarkan dalam Brahma-samhita (īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇah); Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa.
    Ada banyak Isvara, tujuan-tujuan yang mengendalikan, dan kelihatannya yang satu lebih hebat daripada yang lain. Dalam pelaksanaan kegiatan di dunia material, kita menemukan pejabat atau pengurus. Di atas pejabat atau pengurus itu ada sekretaris. Di atas sekretaris ada menteri, dan di atas menteri ada seorang presiden. Tiap-tiap kepribadian tersebut mengendalikan, tetapi yang satu dikendalikan oleh yang lain. Dalam Brahma-samhita, dinyatakan bahwa Krishna adalah kepribadian yang mengendalikan segala sesuatu. Tentu saja ada banyak kepribadian yang mengendalikan, baik di dunia material maupun di dunia rohani. Tetapi Krishna adalah kepribadian yang tertinggi yang mengendalikan segala sesuatu (īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇah), dan badan Krishna bersifat sac-cid-ananda, atau bukan material.
    Badan-badan material tidak dapat melakukan perbuatan ajaib yang diuraikan dalam ayat-ayat sebelum ayat ini. Badan Krishna kekal, penuh kebahagiaan dan penuh pengetahuan. Kendatipun Krishna bukan manusia biasa, tetapi orang bodoh mengejek Krishna dan menganggap Krishna sebagai manusia biasa. Dalam ayat ini, badan Krishna disebut mānuṣīm karena Krishna bertindak seperti seorang manusia, kawan Arjuna, seorang tokoh politik yang terlibat dalam Perang Kuruksetra. Krishna bertindak seperti manusia biasa dengan banyak cara, tetapi sebenarnya badan Krishna adalah sac-cid-ananda vigraha—kebahagiaan kekal dan pengetahuan mutlak. Kenyataan ini juga dibenarkan dalam Veda. Sac-cid-anandarupaya kṛṣṇa ya: Hamba bersujud kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, bentuk kekal pengetahuan dan kebahagiaan." (Gopala-tapani Upanisad 1.1). Ada banyak uraian lain dalam Veda. Tam ekam govindam: Anda adalah Govinda, kebahagiaan indera-indera dan sapi-sapi." Sac-cid-anandavigraham: Bentuk anda bersifat rohani, penuh pengetahuan, kebahagiaan dan kekekalan." (Gopala-tapani Upanisad 1.35)
    Walaupun badan Sri Krishna bersifat rohani, penuh kebahagiaan dan pengetahuan, banyak orang yang hanya namanya saja sarjana dan penafsir Bhagavad-gita mengejek Krishna sebagai manusia biasa. Mungkin seorang sarjana dilahirkan sebagai manusia luar biasa karena perbuatan yang baik dari penjelmaan yang lalu, tetapi paham seperti itu tentang Sri Krishna disebabkan kekurangan pengetahuan. Karena itu, mereka disebut dengan istilah muda, sebab hanya orang bodoh menganggap Krishna manusia biasa. Orang bodoh menganggap Krishna manusia biasa karena mereka belum mengenal kegiatan rahasia Tuhan Yang Maha Esa dan berbagai tenaga Beliau. Mereka tidak mengetahui bahwa Krishna adalah lambang pengetahuan dan kebahagiaan lengkap, bahwa Krishna adalah Pemilik segala sesuatu dan Beliau dapat menganugerahkan pembebasan kepada siapa pun. Oleh karena mereka tidak mengetahui bahwa Krishna memiliki begitu banyak kwalifikasi rohani, mereka mengejek Krishna.
    Mereka juga tidak mengetahui bahwa penjelmaan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa di dunia material ini adalah perwujudan tenaga dalam milik Krishna. Krishna adalah Penguasa tenaga material. Sebagaimana dijelaskan dalam beberapa ayat (mama mayā duratyayā), Krishna menyatakan bahwa walaupun tenaga material sangat perkasa, tenaga material itu dibawah pengendalian Diri-Nya, dan siapa pun yang menyerahkan diri kepada Krishna dapat keluar dari pengendalian tenaga material. Kalau roh yang sudah menyerahkan diri kepada Krishna dapat keluar dari pengaruh tenaga material, bagaimana mungkin Tuhan Yang Maha Esa, yang menjalankan ciptaan, pemeliharaan dan peleburan seluruh alam semesta, dapat memiliki badan material seperti kita? Karena itu, paham bahwa Krishna mempunyai badan material adalah kebodohan belaka. Akan tetapi, orang bodoh tidak dapat membayangkan bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, yang muncul seperti manusia biasa, dapat mengendalikan semua atom dalam manifestasi bentuk semesta yang maha besar. Yang paling besar dan paling kecil di luar jangkauan mereka, karena itu, mereka tidak dapat membayangkan bahwa suatu bentuk seperti bentuk manusia dapat mengendalikan yang tidak terhingga dan yang paling kecil pada waktu yang sama. Sebenarnya, walaupun Krishna mengendalikan yang tidak terhingga dan yang terbatas, Beliau terpisah  dari segala manifestasi itu. Mengenai yogam aiśvaram, atau kekuatan rohani Krishna yang tidak dapat dipahami, dinyatakan dengan jelas bahwa Beliau dapat mengendalikan yang tidak terhingga dan yang terbatas pada waktu yang sama dan bahwa Beliau tetap menyisih dari semuanya. Orang bodoh tidak dapat membayangkan bagaimana Krishna, yang muncul seperti manusia biasa, dapat mengendalikan yang tidak terhingga dan yang terbatas. Tetapi para penyembah yang murni mengakui kenyataan itu, sebab mereka mengetahui bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, mereka menyerahkan diri sepenuhnya kepada Krishna dan menekuni kesadaran Krishna, bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.
    Ada banyak perselisihan paham antara orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dan orang yang mengakui bentuk pribadi Tuhan mengenai penjelmaan Krishna sebagai manusia. Tetapi kalau kita meneliti Bhagavad-gita dan Srimad-Bhagavatam, teks-teks yang dibenarkan untuk mengerti ilmu pengetahuan tentang Krishna, kita dapat mengerti bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Krishna bukan manusia biasa, walaupun Krishna muncul di bumi ini seperti manusia biasa. Dalam Srimad-Bhagavatam, Skanda pertama, Bab Pertama, pada waktu para resi yang dipimpin oleh Saunaka bertanya tentang kegiatan Krishna, mereka berkata:

    kṛtavān kila karmaṇi
    saha rāmeṇa keśavaḥ
    ati-martyāni bhagavān
    gūḍhaḥ kapaṭa-māṇuṣaḥ

    Sri Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, bersama Balarama, bermain seperti manusia, dan dengan menyamar seperti itu Beliau melakukan banyak kegiatan yang melampaui kekuatan manusia" (Bhag. 1.1.20). Penjelmaan Krishna sebagai manusia membingungkan orang bodoh. Tidak mungkin seorang manusia melakukan perbuatan ajaib yang dilakukan oleh Krishna selama Beliau berada di bumi ini. Pada waktu Krishna muncul di hadapan ayah dan ibu-Nya, Vasudeva dan Devaki, Beliau muncul dengan bentuk yang berlengan empat, tetapi sesudah orang tua-Nya berdoa, Beliau mengubah Diri-Nya menjadi anak biasa. Sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavatam (10.3.46), babhūva  prakrtah sisuh; Krishna menjadi seperti anak biasa, manusia biasa. Di sini sekali lagi disebut bahwa penjelmaan Krishna sebagai manusia biasa adalah salah satu ciri badan rohani-Nya. Dalam Bab Sebelas Bhagavad-gita juga dinyatakan bahwa Arjuna berdoa supaya dia dapat melihat bentuk Krishna yang berlengan empat (tenaiva rūpeṇa catur-bhujena). Sesudah memperlihatkan bentuk tersebut, atas permintaan Arjuna, sekali lagi Krishna mengubah Diri dalam bentuk-Nya yang asli seperti manusia (mānuṣam rupam). Berbagai ciri Tuhan Yang Maha Esa tersebut tentu saja bukan ciri-ciri manusia biasa.
    Beberapa orang yang mengejek Krishna mengidap penyakit filsafat Mayāvadi, mereka mengutip ayat Srimad-Bhagavatam (3.29.21) untuk membuktikan bahwa Krishna hanya manusia biasa. Aham sarveṣu bhūteṣu bhutatma-vāsthitāḥ sada. Yang Mahakuasa berada di dalam setiap makhluk hidup."
    Lebih baik kita mengikuti ayat ini menurut penjelasan dari para ācārya Vaisnava seperti Jiva Gosvami dan Visvanatha Cakravarti Thakura daripada mengikuti penafsiran dari orang yang tidak dibenarkan mengejek Krishna. Jiva Gosvami dalam penjelasannya mengenai ayat ini menyatakan bahwa Krishna, dalam penjelmaan-Nya yang berkuasa penuh sebagai Paramatma, bersemayam di dalam hati makhluk hidup yang bergerak dan tidak bergerak sebagai Roh Yang Utama. Karena itu, penyembah yang baru mulai belajar yang memperhatikan arcamurti, atau bentuk Tuhan Yang Maha Esa di tempat sembahyang, tetapi tidak menghormati makhluk hidup lainnya, sebenarnya sembahyang dengan cara yang kurang berguna. Ada tiga jenis penyembah Tuhan, dan orang yang baru mulai belajar berada pada tingkat yang paling rendah. Penyembah yang baru mulai belajar lebih memperhatikan Arca di tempat sembahyang daripada memperhatikan penyembah-penyembah lain. Karena itu, Visvanatha Cakravarti Thakura memberi peringatan bahwa sikap mental seperti ini sebaiknya diperbaiki. Seorang penyembah hendaknya melihat bahwa oleh karena Krishna bersemayam di dalam hati semua orang sebagai Paramatma, setiap badan adalah penutup jasmani atau tempat sembahyang memuja Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, seperti halnya seseorang menghormati tempat sembahyang kepada Tuhan, seperti itu pula dia harus menghormati setiap badan sebagai tempat tinggal Paramatma. Jadi, semua orang harus dihormati sebagaimana mestinya dan hendaknya jangan diremehkan.
    Ada juga banyak orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan yang mengejek persembahyangan di tempat-tempat sembahyang. Mereka mengatakan bahwa Tuhan berada di mana-mana, karena itu, mengapa seseorang harus membatasi Diri-Nya hanya pada bersembahyang di tempat sembahyang? Tetapi kalau Tuhan berada di mana-mana, bukankah Tuhan juga berada di tempat sembahyang atau di tempat Arca? Orang yang mengakui bentuk pribadi Tuhan dan orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan akan bertengkar satu sama lain untuk selamanya. Tetapi seorang penyembah yang sempurna dalam kesadaran Krishna mengetahui bahwa walaupun Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Beliau berada di mana-mana, sebagaimana dibenarkan dalam Brahma-samhita. Walaupun tempat tinggal pribadi Krishna adalah Goloka Vrndavana dan Beliau selalu tinggal di sana, Beliau berada di mana-mana di seluruh ciptaan material dan ciptaan rohani melalui berbagai manifestasi tenaga-Nya dan penjelmaan yang berkuasa penuh dari Diri-Nya.



    9.12

     

    moghāśā mogha-karmaṇo
    mogha-jñānā vicetasāḥ
    rākṣasīm āsurīḿ caiva
    prakṛtiḿ mohinīḿ śritāḥ

    mogha-āśāḥ—dibingungkan dalam harapannya; mogha-karmaṇaḥ—dibingungkan dalam kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil; mogha-jñānāḥ—dibingungkan dalam pengetahuan; vicetasāḥ—dibingungkan; rākṣasīm—jahat; āsurīm—tidak percaya pada Tuhan; ca—dan; evā—pasti; prakṛtim—alam; mohinīm—membingungkan; śritāh—berlindung kepada.


    Terjemahan

    Orang yang dibingungkan seperti itu tertarik pada pandangan jahat dan pandangan yang tidak percaya kepada Tuhan. Dalam khayalan seperti itu, harapan mereka adalah untuk mencapai pembebasan, kegiatannya yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala, serta pengembangan pengetahuannya semua dikalahkan.


    Penjelasan

    Ada banyak penyembah yang menganggap Diri-Nya sadar akan Krishna dan sedang berbhakti, tetapi di dalam hati mereka tidak mengakui Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, sebagai Kebenaran Mutlak. Mereka tidak akan pernah merasakan hasil bhakti—yakni kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Begitu pula, orang yang sibuk dalam kegiatan saleh yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala dan akhirnya mengharapkan mencapai pembebasan dari ikatan material, mereka juga tidak akan pernah berhasil, sebab mereka mengejek Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna. Dengan kata lain, orang yang menjelekkan Krishna adalah orang jahat atau orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Sebagaimana diuraikan dalam Bab Tujuh dari Bhagavad-gita, orang jahat seperti itu tidak pernah menyerahkan diri kepada Krishna. Karena itu, angan-angan mereka untuk mencapai Kebenaran Mutlak membawa mereka sampai pada kesimpulan palsu seolah-olah makhluk biasa dan Krishna adalah satu dan sama saja. Dengan keyakinan yang palsu seperti itu, mereka menganggap bahwa badan manusia manapun sekarang hanya ditutupi oleh alam material, dan begitu seseorang mencapai pembebasan dari badan material ini, tidak ada perbedaan antara Tuhan Yang Maha Esa dan Diri-Nya sendiri. Usaha untuk meninggal dengan Krishna akan digagalkan karena khayalan. Mengembangkan pengetahuan rohani dengan cara yang tidak percaya kepada Tuhan dan bersifat jahat seperti itu selalu siasia. Itulah yang ditunjukkan dalam ayat ini. Usaha orang seperti itu untuk mengembangkan pengetahuan tentang kesusasteraan Veda, seperti Vedanta-sutra dan Upanisad-upanisad, selalu digagalkan.
    Karena itu, kalau seseorang menganggap Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, adalah manusia biasa, ia berbuat kesalahan yang besar. Orang yang beranggapan seperti itu pasti dikhayalkan, karena mereka tidak mengerti bentuk Krishna yang kekal. Dalam Brhad-Visnusmrti, dinyatakan dengan jelas:

    yo vetti bhautikaḿ dehaḿ
    kṛṣṇasya paramātmanaḥ
    sa sarvasmād bahiṣ-kāryaḥ
    śrauta-smārta-vidhānataḥ
    mukhaḿ tasyāvalokyāpi
    sa-celaḿ snānam ācaret

    Orang yang menganggap badan Krishna bersifat material hendaknya diusir dari segala ritual dan kegiatan sruti dan smrti. Kalau kebetulan seseorang melihat muka orang itu, hendaknya dia segera mandi di sungai Gangga untuk menghilangkan infeksi pada Diri-Nya." Orang mengejek Krishna karena mereka iri kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Nasib mereka adalah bahwa mereka pasti akan dilahirkan dalam jenis kehidupan yang tidak percaya kepada Tuhan dan bersifat jahat. Pengetahuan sejati mereka akan tetap di bawah khayalan untuk selamanya, dan berangsur-angsur akan mundur hingga masuk daerah ciptaan yang paling gelap.



    9.13

     

    mahātmānas tu māḿ pārtha
    daivīḿ prakṛtim āśritāḥ
    bhajanty ananya-manaso
    jñātvā bhūtādim avyayām

    mahā-ātmānaḥ—roh-roh yang mulia; tu—tetapi; mām—kepada-Ku; pārtha—wahai putera Pṛthā; daivīm—rohani; prakṛtim—alam; aśritāh—sesudah berlindung kepada; bhajanti—mengabdikan diri; ananya-manasāḥ—tanpa pikiran menyimpang; jñātvā—mengenal; bhūta—ciptaan; ādim—asal mula; avyayām—tidak dapat dimusnahkan.


    Terjemahan

    Wahai putera Pṛthā, orang yang tidak dikhayalkan, roh-roh yang mulia, di bawah di perlindungan alam rohani. Mereka tekun sepenuhnya dalam bhakti karena mereka mengenal Diri-Ku sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, asal mula yang tidak dapat dimusnahkan.

    Penjelasan

    Dalam ayat ini, uraian tentang seorang mahatma diberikan dengan jelas. Tanda pertama seorang mahatma adalah bahwa dia sudah mantap dalam sifat rohani. Dia tidak dikendalikan oleh alam material. Bagaimana keadaan seperti ini dicapai? Itu dijelaskan dalam Bab Tujuh; orang yang menyerahkan diri kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, segera dibebaskan dari pengendalian alam material. Itulah kwalifikasinya. Dan seseorang dapat dibebaskan dari pengendalian alam material bila ia menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Itu rumus pendahuluannya. Makhluk hidup adalah tenaga pinggir. Jadi, begitu makhluk hidup dibebaskan dari pengendalian alam material, ia di tempatkan di bawah bimbingan alam rohani. Bimbingan alam rohani disebut daivi prakṛti, atau alam rohani. Jadi, apabila seseorang diangkat seperti itu—melalui penyerahan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa—ia mencapai tingkat roh yang mulia, atau mahatma.
    Seorang mahatma tidak mengalihkan perhatiannya pada hal-hal di luar Krishna. Sebab ia mengetahui secara sempurna bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Paling Utama yang asli, sebab segala sebab. Kenyataan tersebut tidak dapat diragukan sama sekali. Seorang mahatma, atau roh yang mulia, berkembang melalui pergaulan dengan mahatma-mahatma yang lain, yaitu para penyembah yang murni. Para penyembah murni tidak tertarik bahkan kepada ciri-ciri lain dari Visnu, misalnya bentuk Maha Visnu yang berlengan empat. Mereka hanya tertarik kepada bentuk Krishna yang berlengan dua. Mereka tidak tertarik kepada bentuk lain, dan mereka juga tidak begitu memperhatikan bentuk dewa atau bentuk seorang manusia. Mereka hanya bersemadi pada Krishna dalam kesadaran Krishna. Mereka selalu tekun mengabdikan diri kepada Krishna dalam kesadaran Krishna tanpa menyimpang.



    9.14

     

    satataḿ kīrtayanto māḿ
    yatantaś ca dṛḍha-vratāḥ
    namasyantaś ca māḿ bhaktyā
    nitya-yuktā upāsate
    satatam—selalu; kīrtayantaḥ—memuji; mām—tentang-Ku; yatantaḥ—berusaha sepenuhnya; ca—juga; dṛḍha-vratāḥ—dengan ketabahan hati; namasyantaḥ—bersujud; ca—dan; mām—Aku; bhaktyā—dalam bhakti; nitya-yuktāḥ—tekun untuk selamanya; upāsate—menyembah.


    Terjemahan

    Roh-roh yang mulia ini selalu memuji kebesaran-Ku, berusaha dengan ketabahan hati yang mantap, bersujud di hadapan-Ku, dan senantiasa sembahyang kepada-Ku dengan bhakti.


    Penjelasan

    Seorang mahatma tidak dapat dicetak dengan cara memberi cap kepada orang biasa. Ciri-ciri seorang mahatma diuraikan di sini: Seorang mahatma selalu tekun memuji kebesaran Tuhan Yang Mahakuasa Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dia tidak mempunyai kesibukan selain itu. Dia senantiasa tekun memuji kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, seorang mahatma bukan orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan. Apabila pemujian diperlukan, maka orang harus memuji kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, dengan memuji nama-Nya, bentuk-Nya yang kekal, sifat-sifat rohani-Nya dan kegiatan-Nya yang luar biasa. Orang harus memuji segala ciri Tuhan tersebut; karena itu, seorang mahatma terikat kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
    Orang yang terikat pada aspek tak pribadi Tuhan Yang Maha Esa, yaitu brahmajyoti, tidak disebut mahatma dalam Bhagavad-gita. Orang seperti itu diuraikan dengan cara yang lain dalam ayat berikut. Seorang mahatma selalu sibuk dalam berbagai kegiatan bhakti, sebagaimana diuraikan dalam Srimad-Bhagavatam; yaitu, mendengar tentang Visnu dan memuji Visnu, bukan dewa atau manusia. Itulah bhakti: sravanam kirtanam visnoh, dan smaranam, ingat kepada Beliau. Seorang mahatma seperti itu bertabah hati dengan mantap untuk mencapai tujuan tertinggi, yaitu hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa dalam salah satu di antara lima rasa rohani. Untuk mencapai sukses seperti itu, ia menggunakan segala kegiatan—pikiran, badan dan kata-kata, segala sesuatu—dalam pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna. Itu disebut kesadaran Krishna yang sempurna.
    Dalam bhakti, ada kegiatan tertentu yang disebut ketabahan hati, misalnya berpuasa pada hari-hari tertentu, seperti pada hari kesebelas sesudah purnama dan bulan mati, yaitu hari Ekadasi, dan pada hari besar munculnya penjelmaan Tuhan. Segala aturan dan peraturan tersebut diberikan oleh para ācārya yang mulia untuk orang yang sungguh-sungguh berminat memperoleh kesempatan masuk dalam hubungan dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa di dunia rohani. Para mahatma, para roh yang mulia, mematuhi segala aturan dan peraturan tersebut dengan tegas. Karena itu, mereka pasti mencapai hasil yang diinginkan.
    Sebagaimana diuraikan dalam ayat kedua bab ini, bhakti tersebut tidak hanya mudah, tetapi dapat dilakukan dengan riang. Orang tidak perlu melakukan pertapaan dan kesederhanaan yang keras. Dia dapat hidup dalam bhakti dibimbing oleh seorang guru kerohanian yang ahli. Dalam kedudukan manapun, baik sebagai orang yang berumah tangga, sannyāsī, maupun brahmacari; dalam kedudukan manapun dan di manapun di dunia, ia dapat berbhakti kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan dengan cara demikian ia sungguh-sungguh menjadi seorang mahatma, atau roh yang mulia.



    9.15

     

    jñāna-yajñena cāpy anye
    yajanto mām upāsate
    ekatvena pṛthaktvena
    bahudhā viśvato-mukham

    jñāna-yajñena—dengan mengembangkan pengetahuan; ca—juga; api—pasti; anye—orang lain; yajantaḥ—mengorbankan; mām—Aku; upāsate—menyembah; ekatvena—dalam persatuan; pṛthaktvena—dalam sifat yang mendua; bahudhā—dalam keanekaan; viśvataḥ-mukham—dan dalam bentuk semesta.


    Terjemahan

    Orang lain, yang menekuni korban suci dengan mengembangkan pengetahuan, menyembah Tuhan Yang Maha Esa sebagai yang satu yang tiada duanya, sebagai yang mempunyai aneka sifat dalam banyak bentuk, dan dalam bentuk semesta.


    Penjelasan

    Ayat ini meringkas ayat-ayat sebelumnya. Krishna memberitahukan kepada Arjuna bahwa orang yang sadar akan Krishna secara murni dan tidak mengenal sesuatu pun selain Krishna disebut mahatma; namun ada orang yang belum mencapai kedudukan mahatma secara tepat tetapi menyembah Krishna dengan cara-cara yang lain. Beberapa di antaranya sudah diuraikan sebagai orang yang berdukacita, orang yang kekurangan uang, orang yang ingin tahu, dan orang yang sibuk mengembangkan pengetahuan. Tetapi ada orang lain lagi yang kedudukannya lebih rendah, dan orang ini dibagi menjadi tiga kelompok: (1) orang yang menyembah Diri-Nya sendiri sebagai yang bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa, (2) orang yang membayangkan suatu bentuk Tuhan Yang Maha Esa dan menyembah bentuk itu, dan (3) orang yang mengakui bentuk semesta, yaitu viśva-rūpa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan menyembah bentuk itu. Di antara ketiga golongan tersebut, yang paling dominan adalah golongan yang paling rendah, yaitu orang yang menyembah Diri-Nya sendiri sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Mereka menganggap Diri-Nya penganut filsafat monisme atau filsafat yang menganggap makhluk hidup menunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa. Orang seperti itu menganggap Diri-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Dengan sikap mental seperti itu, mereka menyembah Diri-Nya sendiri. Ini juga merupakan sejenis sembahyang kepada Tuhan, sebab mereka mengerti bahwa Diri-Nya bukan badan jasmani tetapi Diri-Nya adalah sang roh; sekurang-kurangnya, pengertian seperti itu menonjol. Pada umumnya orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan menyembah Tuhan Yang Maha Esa seperti ini. Golongan kedua termasuk orang yang menyembah dewa, mereka yang karena khayalannya sendiri menganggap bahwa bentuk manapun adalah bentuk Tuhan Yang Maha Esa. Golongan ketiga termasuk orang yang tidak dapat membayangkan sesuatu pun di luar manifestasi alam material ini. Mereka menganggap alam semesta adalah benda hidup yang paling utama, atau kesatuan yang paling utama. Karena itu mereka menyembah bentuk alam semesta. Alam semesta juga salah satu bentuk Tuhan.



    9.16

     

    ahaḿ kratur ahaḿ yajñaḥ
    svadhāham aham auṣadham
    mantro 'ham aham evājyam
    aham agnir ahaḿ hutam

    aham—Aku; kratuḥ—ritual Veda; aham—Aku; yajñaḥ—korban suci menurut smṛti;  svadhā—persembahan; aham—Aku; aham—Aku; auṣadham—yang menyembuhkan; mantraḥ—mantera rohani; aham—Aku; aham—Aku; evā—pasti; ājyam—mentega yang dicairkan; aham—Aku; agniḥ—api; aham—Aku; hutam—persembahan.


    Terjemahan

    Tetapi Akulah ritual, Akulah korban suci, persembahan kepada leluhur, ramuan yang menyembuhkan, dan mantera rohani. Aku adalah mentega, api dan apa yang dipersembahkan.

    Penjelasan

    Korban suci yang bernama jyotistoma juga Krishna, dan Krishna juga mahayajna yang disebut dalam smrti. Persembahan yang dihaturkan kepada Pitrloka yang dianggap sebagai sejenis obat dalam bentuk mentega yang dimurnikan, juga Krishna. Mantra yang diucapkan berhubungan dengan korban suci ini juga Krishna. Banyak bahan lain terbuat dari susu untuk dihaturkan dalam korban-korban suci juga Krishna. Api juga Krishna, sebab api adalah salah satu di antara lima unsur material. Karena itu, api dinyatakan sebagai tenaga Krishna yang terpisahkan. Dengan kata lain, korban-korban suci yang dianjurkan dalam bagian karma-kanda dari Veda secara keseluruhan juga Krishna. Atau, dengan kata lain, orang yang tekun berbhakti kepada Krishna sudah melakukan segala korban suci yang dianjurkan dalam Veda.



    9.17

     

    pitāham asya jagato
    mātā dhātā pitāmahaḥ
    vedyaḿ pavitram oḿkāra
    ṛk sāma yajur eva ca

    pitā—ayah; aham—Aku; asya—dari ini; jagataḥ—alam semesta; matā—ibu; dhātā—penyangga; pitāmahaḥ—kakek; vedyam—apa yang dapat diketahui; pavitram—itu yang menyucikan; oḿ-kāra—suku kata om; ṛk—Ṛg Veda; sāma—Sāma Veda; yajuḥ—Yajur Veda; evā—pasti; ca—dan.

    Terjemahan

    Akulah ayah alam semesta ini, ibu, penyangga dan kakek. Akulah obyek pengetahuan, yang menyucikan dan suku kata om. Aku juga rg, Sama dan Yajur Veda.


    Penjelasan

    Seluruh manifestasi alam semesta, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, diwujudkan oleh berbagai kegiatan tenaga Krishna. Dalam kehidupan material, kita menciptakan hubungan dengan berbagai makhluk hidup yang tidak lain daripada tenaga pinggir Krishna. Menurut ciptaan prakṛti, beberapa di antaranya muncul sebagai ayah, ibu, kakek, pencipta dan sebagainya, tetapi sebenarnya mereka bagian dari Krishna yang mempunyai sifat seperti Krishna. Karena itu, makhluk-makhluk hidup tersebut yang kelihatannya sebagai ayah kita, ibu kita, dan sebagainya, tidak lain daripada Krishna. Dalam ayat ini kata dhata berarti pencipta." Bukan hanya ayah dan ibu kita yang kedudukannya sebagai bagian dari Krishna yang mempunyai sifat seperti Krishna, tetapi pencipta, nenek dan kakek, dan sebagainya, juga Krishna.
    Sebenarnya, makhluk hidup manapun adalah Krishna, karena makhluk hidup adalah bagian dari Krishna yang mempunyai sifat yang sama seperti Krishna. Karena itu, satu-satunya tujuan seluruh Veda adalah Krishna. Apapun yang ingin diketahui melalui Veda adalah langkah maju menuju pengertian tentang Krishna. Mata pelajaran yang membantu kita dalam usaha menyucikan kedudukan dasar kita khususnya adalah Krishna. Begitu pula, makhluk hidup yang ingin tahu untuk mengerti segala prinsip Veda juga bagian dari Krishna yang mempunyai sifat yang sama seperti Krishna. Karena itu, makhluk hidup itu juga Krishna. Dalam semua mantra Veda, kata om, yang disebut praṇava adalah suara rohani. Kata om juga Krishna. Oleh karena praṇava, atau oḿ-kāra, sering ditemukan dalam semua mantra dari empat Veda—Sama, Yajur, rg dan Atharva—dimengerti bahwa oḿ-kāra itu adalah Krishna.



    9.18

     

    gatir bhartā prabhuḥ sākṣī
    nivāsaḥ śaraṇaḿ suhṛt
    prabhavaḥ pralayaḥ sthānaḿ
    nidhānaḿ bījam avyayām

    gatiḥ—tujuan; bhartā—pemelihara; prabhuḥ—penguasa; sākṣī—saksi; nivāsaḥ—tempat tinggal; śaraṇam—tempat perlindungan; su-hṛt—kawan yang paling akrab; prabhāvaḥ—ciptaan; pralayaḥ—peleburan; sthānam—dasar; nidhanam—tempat bersandar; bījam—benih; avyayām—tidak dapat dimusnahkan.


    Terjemahan

    Aku adalah tujuan, Pemelihara, Penguasa, saksi, tempat tinggal, Pelindung dan kawan yang paling tercinta. Aku adalah ciptaan dan peleburan, dasar segala sesuatu, sandaran dan benih yang kekal.


    Penjelasan

    Gati artinya tujuan yang kita inginkan. Tetapi tujuan tertinggi itu adalah Krishna, meskipun orang belum mengetahui tujuan ini. Dan untuk orang yang belum mengenal Krishna akan tersesat, dan apa yang dianggap jalan kemajuannya hanya tercapai sebagian atau bersifat khayalan. Ada banyak orang yang menganggap berbagai dewa adalah tujuannya, dan dengan melaksanakan cara-cara ketat masing-masing dengan tegas, mereka mencapai berbagai planet yang bernama Candraloka, Suryaloka, Indraloka, Maharloka, dan sebagainya. Tetapi semua loka atau planet tersebut adalah ciptaan Krishna. Karena itu planet-planet tersebut sekaligus adalah Krishna dan bukan Krishna. Planet-planet seperti itu adalah manifestasi tenaga Krishna. Karena itu planet-planet itu adalah Krishna, tetapi hanya dimaksudkan sebagai langkah maju menuju keinsafan Krishna. Mendekati berbagai tenaga Krishna berarti mendekati Krishna secara tidak langsung. Sebaiknya orang mendekati Krishna secara langsung, sebab itu akan menghemat waktu dan tenaga. Misalnya, kalau kita dapat naik sampai ke tingkat yang paling atas di sebuah gedung dengan menggunakan lift (pesawat angkat), mengapa kita musti naik tangga langkah demi langkah? Segala sesuatu bergantung pada tenaga Krishna; karena itu, tanpa perlindungan Krishna, tiada sesuatupun yang dapat hidup. Krishna adalah Penguasa tertinggi, sebab segala sesuatu adalah milik Krishna dan segala sesuatu bersandar pada tenaga Krishna. Krishna bersemayam di dalam hati setiap orang sebagai saksi yang paling utama. Tempat tinggal, negara maupun planet-planet yang kita pakai sebagai tempat tinggal juga Krishna. Krishna adalah tujuan tertinggi perlindungan. Karena itu seharusnya semua orang berlindung kepada Krishna, baik untuk perlindungan maupun untuk menghilangkan dukacitanya. Bilamana kita perlu mencari perlindungan, hendaknya kita mengetahui bahwa perlindungan kita harus merupakan suatu daya hidup. Krishna adalah insan hidup yang paling utama. Oleh karena Krishna adalah sumber kelahiran kita, atau ayah yang paling utama, tiada seorang pun yang dapat menjadi kawan yang lebih baik daripada Krishna, dan tiada seorang pun yang dapat menjadi penolong yang lebih baik. Krishna adalah sumber ciptaan yang asli dan sandaran terakhir sesudah peleburan. Karena itu, Krishna adalah sebab kekal segala sebab.


    9.19

     

    tapāmy aham ahaḿ varṣaḿ
    nigṛhṇāmy utsṛjāmi ca
    amṛtaḿ caiva mṛtyuś ca
    sad asac cāham Arjuna

    tapāmi—memberi panas; aham—Aku; aham—Aku; varṣam—hujan; nigṛhṇāmi—menahan; utsṛjāmi—mengirim; ca—dan; amṛtam—kekekalan; ca—dan; evā—pasti; mṛtyuḥ—kematian; ca—dan; sat—roh; asat—alam; ca—dan; aham—Aku; Arjuna—wahai Arjuna.


    Terjemahan

    Wahai Arjuna, Aku memberi panas dan Aku menahan dan mengirim hujan. Aku adalah pembebasan dari kematian, dan Aku juga kepribadian maut. Baik yang bersifat rohani maupun material berada di dalam Diri-Ku.

    Penjelasan

    Krishna memancarkan panas dan cahaya dengan berbagai tenaga-Nya melalui perantara listrik dan sinar matahari. Selama musim kemarau, Krishna-lah yang menyebabkan hujan tidak turun dari langit, kemudian selama musim hujan Krishna-lah yang menyebabkan hujan lebat turun tanpa berhenti. Tenaga yang memelihara diri kita dan memperpanjang hidup kita adalah Krishna, dan pada akhirnya Krishna menemui kita sebagai maut. Dengan menganalisis segala tenaga Krishna tersebut, seseorang dapat menentukan bahwa bagi Krishna tidak ada perbedaan antara material dan rohani, atau dengan kata lain, Krishna adalah material dan rohani. Pada tingkat kesadaran Krishna yang sudah maju, seseorang tidak membedakan seperti itu. Ia hanya melihat Krishna di dalam segala sesuatu.
    Oleh karena Krishna adalah material dan rohani, bentuk semesta yang maha besar yang terdiri dari segala manifestasi material juga Krishna, dan kegiatan Krishna di Vrndavana sebagai Syamasundara yang berlengan dua dan sedang bermain seruling adalah kegiatan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.



    9.20

     

    trai-vidyā māḿ soma-pāḥ pūta-pāpā
    yajñair iṣṭvā svar-gatiḿ prārthayante
    te puṇyam āsādya surendra-lokam
    aśnanti divyān divi deva-bhogān

    trai-vidyāḥ—orang yang menguasai tiga Veda; mām—Aku; soma-pāḥ—peminum air soma; pūta— disucikan; pāpaḥ—dari dosa; yajñaiḥ—dengan korban suci; iṣṭvā—menyembah; svaḥ-gatim—perjalanan ke surga; prārthayante—berdoa untuk; te—mereka; puṇyam—saleh; āsādya—mencapai; sura-indra—milik indra; lokam—dunia; aśnanti—menikmati; divyān—mengenai surga; divi—di surga; deva-bhogān—kesenangan para dewa.

    Terjemahan

    Orang yang mempelajari Veda dan minum air soma dalam usaha mencapai planet-planet surga, menyembah-Ku secara tidak langsung. Setelah mereka disucikan dari reaksi-reaksi dosa, mereka dilahirkan diplanet Indra yang saleh di surga. Di sana mereka menikmati kesenangan para dewa.

    Penjelasan

    Kata trai-vidyāḥ berarti tiga Veda—Sama, Yajur dan rg. Seorang brahmaṇā yang sudah mempelajari tiga Veda tersebut disebut trivedi. Siapapun yang sangat terikat pada pengetahuan yang diperoleh dari tiga Veda tersebut dihormati di dalam masyarakat. Sayang sekali, ada banyak sarjana Veda yang hebat yang belum mengenal tujuan tertinggi dalam mempelajari Veda. Karena itu, di sini Krishna menyatakan Diri-Nya adalah tujuan tertinggi bagi para trivedi. Para trivedi yang sejati berlindung di bawah kaki padma Krishna dan menekuni bhakti yang murni untuk memuaskan Krishna. Bhakti mulai dengan mengucapkan mantra Hare Krishna pada waktu yang sama berusaha mengerti tentang Krishna dengan sebenarnya. Sayang sekali, orang yang hanya mempelajari Veda secara resmi lebih tertarik untuk menghaturkan korban-korban suci kepada berbagai dewa seperti Indra dan Candra. Dengan usaha seperti itu, para penyembah berbagai dewa, tentu saja disucikan dari pencemaran sifat-sifat alam yang lebih rendah. Dengan demikian mereka diangkat sampai susunan-susunan planet yang lebih tinggi atau planet-planet surga yang bernama Maharloka, Janoloka, Tapoloka, dan sebagainya. Kalau seseorang berada di susunan planet-planet yang lebih tinggi, ia dapat memuaskan indera-inderanya dengan cara beratus-ratus ribu kali lebih bagus daripada apa yang ada di planet ini.




    9.21

     

    te taḿ bhuktvā svarga-lokaḿ viśālaḿ
    kṣīṇe puṇye martya-lokaḿ viśanti
    evaḿ trayī-dharmam anuprapannā
    gatāgataḿ kāma-kāmā labhante

    te—mereka; tam—itu; bhuktvā—menikmati; svargalokam—surga; viśālam—luas; kṣīṇe—dengan habisnya; puṇye—hasil kegiatannya yang saleh; martya-lokam—ke bumi, tempat kematian; viśanti—jatuh; evam—demikian; trayī—dari tiga Veda; dharmam—ajaran; anuprapannāḥ—mengikuti; gata-āgatam—kematian dan kelahiran; kāma-kāmāḥ—menginginkan kenikmatan indera-indera; labhante—mencapai.


    Terjemahan

    Bila mereka sudah menikmati kesenangan indera-indera yang luas disurga seperti itu dan hasil kegiatan salehnya sudah habis, mereka kembali lagi ke planet ini, tempat kematian. Jadi, orang yang mencari kenikmatan indera-indera dengan mengikuti prinsip-prinsip dari tiga Veda hanya mencapai kelahiran dan kematian berulang kali.


    Penjelasan

    Orang yang diangkat ke susunan-susunan planet yang lebih tinggi menikmati kehidupan yang lebih panjang serta fasilitas yang lebih bagus untuk kenikmatan indera-indera, namun ia tidak diperbolehkan menetap di sana untuk selamanya. Sekali lagi ia dikirim ke bumi sesudah hasil kegiatannya yang saleh habis. Orang yang belum mencapai kesempurnaan pengetahuan, sebagaimana disebut dalam Vedanta-sutra (janmady asya yataḥ), atau, dengan kata lain, orang yang belum berhasil mengerti Krishna, sebab segala sebab, dibingungkan tentang tercapainya tujuan hidup tertinggi. Sebagai akibatnya, ia harus mengalami proses pengangkatan sampai planet-planet yang lebih tinggi, kemudian turun sekali lagi, seolah-seolah dia berada pada kincir atau roda besar yang kadang-kadang naik lalu kadang-kadang turun. Keadaan ini menunjukkan bahwa ia tidak diangkat sampai dunia rohani, sebab di dunia rohani tidak ada kemungkinan lagi untuk turun, oleh karena itu ia hanya berputar dalam peredaran kelahiran dan kematian di susunan planet-planet yang lebih tinggi dan lebih rendah. Lebih baik seseorang pergi ke dunia rohani untuk menikmati kehidupan yang kekal penuh kebahagiaan dan pengetahuan dan tidak pernah kembali ke dalam kehidupan material yang sengsara ini.



    9.22

     

    ananyāś cintayanto māḿ
    ye janāḥ paryupāsate
    teṣāḿ nityābhiyuktānāḿ
    yoga-kṣemaḿ vahāmy aham

    ananyāḥ—tidak mempunyai tujuan lain; cintayantaḥ—memusatkan pikiran; mām—kepada-Ku; ye—orang yang; janaḥ—orang; paryupāsate—menyembah dengan cara yang sebenarnya; teṣām—kepada mereka; nitya—senantiasa; abhiyuktānām—mantap dalam bhakti; yoga—kebutuhan; kṣemam—perlindungan; vahāmi—membawa; aham—Aku.


    Terjemahan

    Tetapi orang yang selalu menyembah-Ku dengan bhakti tanpa tujuan yang lain dan bersemadi pada bentuk rohani-Ku—Aku bawakan apa yang dibutuhkannya, dan Aku memelihara apa yang dimilikinya.


    Penjelasan

    Orang yang tidak dapat hidup selama sesaatpun tanpa kesadaran Krishna, dapat berpikir tentang Krishna dua puluh empat jam setiap hari, karena dia tekun dalam bhakti dengan cara mendengar, memuji, ingat, mempersembahkan doa pujian, menyembah, mengabdikan diri pada kakipadma Krishna, mengabdikan diri dengan cara yang lain, mengembangkan hubungan persahabatan dan menyerahkan Diri-Nya sepenuhnya kepada Krishna. Kegiatan seperti itu serba menguntungkan dan penuh kekuatan rohani, yang menyebabkan penyembah sempurna dalam keinsafan diri, sehingga satu-satunya keinginan di dalam hatinya adalah untuk mencapai pergaulan dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Seorang penyembah seperti itu tentu saja mendekati Tuhan tanpa kesulitan. Ini disebut yoga. Atas karunia Tuhan, seorang penyembah seperti itu tidak pernah kembali lagi ke dalam keadaan hidup yang bersifat material. Ksema berarti perlindungan Tuhan yang penuh karunia. Tuhan membantu seorang penyembah untuk mencapai kesadaran Krishna melalui yoga. Apabila penyembah itu sadar akan Krishna sepenuhnya, maka Krishna melindunginya sehingga ia tidak jatuh ke dalam kehidupan terikat yang sengsara.



    9.23

     

    ye 'py anya-devatā-bhaktā
    yajante śraddhayānvitāḥ
    te 'pi mām eva kaunteya
    yajanty avidhi-pūrvakam

    ye—orang yang; api—juga; anya—dari yang lain; devatā—dewa-dewa; bhaktaḥ—para penyembah; yajante—menyembah; śraddhayā anvitāḥ—dengan kepercayaan; te—mereka; api—juga; mām—Aku; evā—hanya; kaunteya—wahai putera Kuntī ; yajanti—mereka menyembah; avidhi-pūrvakam—dengan cara keliru.


    Terjemahan

    Orang yang menjadi penyembah dewa-dewa lain dan menyembah dewa-dewa itu dengan kepercayaan sebenarnya hanya menyembah-Ku, tetapi mereka berbuat demikian dengan cara yang keliru, wahai putera Kuntī .


    Penjelasan

    Krishna bersabda, Orang yang sibuk bersembahyang kepada para dewa tidak begitu cerdas, walaupun sembahyang seperti itu dipersembahkan kepada-Ku secara tidak langsung." Misalnya, apabila seseorang menyiramkan air pada daun-daun dan cabang-cabang sebatang pohon tanpa menyiramkan air pada akar pohon itu, ia melakukan demikian tanpa pengertian secukupnya dan tanpa mengikuti prinsip-prinsip yang mengatur. Begitu pula, cara mengabdikan diri kepada anggota badan ialah dengan menyediakan makanan kepada perut. Boleh dikatakan para dewa adalah para pejabat dan pengurus dalam susunan pemerintahan Tuhan Yang Maha Esa. Orang harus mengikuti hukum-hukum yang dibuat oleh pemerintah. Hukum-hukum tidak dibuat oleh pejabat atau pengurus saja. Begitu pula, semua orang harus menghaturkan sembahyang hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Itu dengan sendirinya akan memuaskan para pejabat dan pengurus yang dikuasakan oleh Tuhan. Para pejabat dan pengurus dipekerjakan sebagai wakil-wakil pemerintah, dan kalau seseorang menawarkan uang suap kepada para pejabat dan pengurus, maka itu melanggar hukum. Hal ini dinyatakan di sini sebagai avidhi-pūrvakam. Dengan kata lain, Krishna tidak menyetujui persembahyangan kepada para dewa kalau itu tidak diperlukan.


    9.24

     

    ahaḿ hi sarva-yajñānāḿ
    bhoktā ca prabhur eva ca
    na tu mām abhijānanti
    tattvenātaś cyavanti te

    aham—Aku; hi—pasti; sarva—dari semua; yajñānām—korban-korban suci; bhoktā—yang menikmati; ca—dan; prabhuḥ—Tuhan; evā—juga; ca—dan; na—tidak; tu—tetapi; mām—Aku; abhijānanti—mereka mengenal; tattvena—dalam kenyataan; ataḥ—karena itu; cyavanti—jatuh; te—mereka.


    Terjemahan

    Satu-satunya Aku yang menikmati dan menguasai semua korban suci. Karena itu, orang yang tidak mengakui sifat rohani-Ku yang sejati jatuh.


    Penjelasan

    Dalam ayat ini dinyatakan dengan jelas bahwa banyak jenis yajñā yang dianjurkan dalam kesusasteraan Veda, tetapi sebenarnya semuanya dimaksudkan untuk memuaskan Tuhan Yang Maha Esa. yajñā berarti Visnu. Dalam Bhagavad-gita Bab Dua dinyatakan dengan jelas bahwa seharusnya seseorang bekerja hanya untuk memuaskan yajñā, atau Visnu. Bentuk peradaban manusia yang sempurna, yang bernama varnasramadharma, khususnya dimaksudkan untuk memuaskan Visnu. Krishna bersabda dalam ayat ini, Aku menikmati segala korban suci, sebab Aku adalah penguasa yang paling utama." Akan tetapi, orang yang kurang cerdas yang tidak mengetahui kenyataan ini menyembah dewa-dewa demi suatu manfaat yang bersifat sementara. Karena itu, mereka jatuh ke dalam kehidupan material dan tidak mencapai tujuan hidup yang diinginkan. Tetapi, kalau seseorang mempunyai keinginan duniawi untuk dipenuhi, lebih baik ia berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa saja (walaupun itu bukan bhakti yang murni), dan dengan demikian ia dapat mencapai hasil yang diinginkan.



    9.25

     

    yānti deva-vratā devān
    pitṝn yānti pitṛ-vratāḥ
    bhūtāni yānti bhūtejyā
    yānti mad-yājino 'pi mām

    yānti—pergi; deva-vratāḥ—para penyembah dewa; devān—kepada para dewa; pitṝn—kepada para leluhur; yānti—pergi; pitṛ-vratāḥ—para penyembah leluhur; bhūtāni—kepada para hantu dan roh-roh halus; yānti—pergi; bhūta-ijyāḥ—para penyembah roh-roh halus dan hantu-hantu; yānti—pergi; mat—milik-Ku; yājinaḥ—para penyembah; api—tetapi; mām—kepada-Ku.


    Terjemahan

    Orang yang menyembah dewa-dewa akan dilahirkan di antara para dewa, orang yang menyembah leluhur akan pergi ke leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah tengah makhluk-makhluk seperti itu, dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku.


    Penjelasan

    Kalau seseorang ingin pergi ke bulan, matahari, atau planet lain, ia dapat mencapai tujuan yang diinginkan dengan mengikuti prinsip-prinsip Veda tertentu yang dianjurkan untuk mencapai tujuan tertentu itu. Misalnya, proses yang disebut dengan istilah darsa-paurnamasi. Prinsip-prinsip tersebut diuraikan secara panjang lebar di dalam bagian Veda yang menyangkut kegiatan yang membuahkan hasil atau pahala, yang menganjurkan sembahyang khusus kepada dewa-dewa yang berada di berbagai planet surga. Begitu pula, orang dapat mencapai planet-planet Pita dengan melakukan yajñā khusus. Seperti itu juga, orang dapat pergi ke banyak planet hantu dan menjadi Yaksa, Raksa atau Pisaca. Sembahyang Pisaca  disebut ilmu hitam" atau ilmu sihir." Banyak orang mempraktekkan ilmu hitam tersebut, dan mereka menganggap ilmu hitam adalah kerohanian, tetapi kegiatan seperti itu bersifat duniawi sepenuhnya. Begitu pula, seorang penyembah murni yang hanya menyembah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, pasti akan mencapai planet-planet Vaikuntha dan Krishnaloka. Dengan ayat yang penting ini, mudah sekali kita mengerti bahwa kalau seseorang dapat mencapai planet-planet surga hanya dengan menyembah para dewa, atau mencapai planet-planet pita dengan menyembah pita, atau mencapai planet-planet para hantu dengan mempraktekkan ilmu hitam, mengapa seorang penyembah yang murni tidak dapat mencapai planet Krishna atau Visnu? Sayang sekali, banyak orang tidak mempunyai keterangan tentang planet-planet yang mulia tersebut, yaitu tempat tinggal Krishna dan Visnu, dan oleh karena mereka belum mengetahui tentang planet-planet itu, mereka jatuh. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan juga jatuh dari brahmayjoti. Karena itu, perkumpulan kesadaran Krishna ini menyebarkan keterangan yang mulia kepada segenap masyarakat manusia; yaitu, bahwa hanya dengan mengucapkan mantra Hare Krishna orang dapat menjadi sempurna dalam hidup ini dan pulang, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa.



    9.26

     

    patraḿ puṣpaḿ phalaḿ toyaḿ
    yo me bhaktyā prayacchati
    tad ahaḿ bhakty-upahṛtam
    aśnāmi prayatātmanaḥ

    patram—daun; puṣpam—bunga; phalam—buah; toyam—air; yaḥ—siapapun; me—kepada-Ku; bhaktyā—dengan bhakti; prayacchati—mempersembahkan; tat—itu; aham—Aku; bhaktiupahṛtam—dipersembahkan dalam bhakti; aśnāmi—menerima; prayata-ātmanaḥ—dari orang yang kesadarannya murni.


    Terjemahan

    Kalau seseorang mempersembahkan daun, bunga, buah atau air dengan cinta bhakti, Aku akan menerimanya.


    Penjelasan

    Orang cerdas mengerti bahwa ia harus sadar akan Krishna, yaitu tekun dalam cinta-bhakti rohani kepada Krishna, supaya ia dapat mencapai tempat tinggal yang kekal dan penuh kebahagiaan dan berbahagia selamanya. Proses mencapai hasil yang sangat bagus seperti itu mudah sekali, dan orang yang paling miskin sekalipun dapat berusaha untuk mencapai hasil itu, tanpa diperlukan kwalifikasi apa pun. Satu-satunya kwalifikasi yang diperlukan sehubungan dengan hal ini ialah bahwa seseorang harus menjadi penyembah yang murni. Sifat-sifat maupun kedudukan seseorang tidak menjadi soal. Proses bhakti ini sangat mudah sehingga daun, bunga, air, atau buah dapat dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan cinta-bhakti yang tulus ikhlas dan Tuhan akan berkenan menerima persembahan itu. Karena itu, tiada seorangpun yang tidak mampu mengikuti kesadaran Krishna, sebab kesadaran Krishna sangat mudah dan dapat dipraktekkan di mana-mana. Siapakah begitu bodoh sehingga ia tidak ingin menjadi sadar akan Krishna melalui cara yang sederhana tersebut yang memungkinkan ia mencapai kesempurnaan hidup tertinggi, yaitu kekekalan, pengetahuan dan kebahagiaan? Krishna hanya menginginkan cinta-bhakti, dan tidak lebih dari itu. Krishna bahkan menerima bunga yang kecil dari penyembah-Nya yang murni. Krishna tidak menginginkan persembahan apapun dari orang yang bukan penyembah. Krishna tidak memerlukan sesuatu dari siapapun, sebab Krishna melengkapi kebutuhan-Nya Sendiri. Namun Krishna menerima persembahan dari penyembah-Nya dalam cinta-bhakti dan kasih sayang yang bertimbal balik. Mengembangkan kesadaran Krishna adalah kesempurnaan hidup tertinggi. Bhakti disebut dua kali dalam ayat ini untuk memaklumkan dengan lebih tegas bahwa bhakti adalah satu-satunya cara untuk mendekati Krishna. Tidak ada syarat yang lain, misalnya menjadi brahmaṇā, sarjana yang bijaksana sekali, orang yang kaya sekali atau filosof yang hebat, yang dapat mempengaruhi Krishna untuk menerima suatu persembahan. Tanpa prinsip dasar bhakti, tiada sesuatupun yang dapat mempengaruhi Krishna agar Beliau berkenan menerima sesuatu dari siapapun. Bhakti tidak pernah disebabkan oleh sesuatu. Proses bhakti adalah kekal. Bhakti adalah perbuatan langsung dalam pengabdian kepada keseluruhan yang mutlak.
    Setelah membuktikan bahwa Diri-Nya satu-satunya kepribadian yang menikmati, Sri Krishna, Tuhan Yang Mahaabadi dan tujuan sejati segala persembahan korban suci, Krishna mengungkapkan jenis-jenis korban suci mana yang diinginkan-Nya. Kalau seseorang ingin menekuni bhakti kepada Yang Mahakuasa agar Diri-Nya disucikan dan mencapai tujuan hidup—yakni cinta bhakti rohani kepada Tuhan—maka hendaknya ia mencari apa yang diinginkan oleh Krishna dari Diri-Nya. Orang yang mencintai Krishna akan memberikan apapun yang diinginkan oleh Krishna dan menghindari mempersembahkan sesuatu yang tidak diinginkan atau yang tidak diminta. Karena itu, daging, ikan dan telur tidak boleh dipersembahkan kepada Krishna. Kalau Krishna menginginkan benda-benda seperti itu sebagai persembahan, tentu saja Krishna akan mengatakan demikian. Melainkan, Krishna meminta dengan jelas supaya daun, buah, bunga dan air dipersembahkan kepada-Nya. Mengenai persembahan ini, Krishna bersabda Aku akan menerimanya." Karena itu, hendaknya kita mengerti bahwa Krishna tidak akan menerima daging, ikan, dan telur. Sayur-sayuran, biji-bijian, padi-padian, buah dan air adalah makanan yang layak untuk manusia dan Krishna Sendiri menganjurkan makanan seperti itu. Makanan lain yang kita makan tidak dapat dipersembahkan kepada Krishna, sebab Krishna tidak akan menerima-Nya. Karena itu, kita tidak bertindak pada tingkat cinta bhakti kalau kita mempersembahkan makanan seperti itu.
    Dalam Bab Tiga, ayat tiga belas, Sri Krishna menjelaskan bahwa hanya sisa korban suci disucikan dan memenuhi syarat untuk dimakan oleh orang yang mencari kemajuan dalam kehidupan dan pembebasan dari cengkraman ikatan material. Orang yang tidak mempersembahkan makanannya hanya makan dosa, seperti yang dinyatakan oleh Krishna dalam ayat yang sama. Dengan kata lain, tiap-tiap suap makanannya hanya membuat Diri-Nya terlibat semakin parah dalam seluk beluk alam material. Tetapi masakan yang sederhana dan enak yang tidak berisi daging, ikan dan telur dapat disiapkan, kemudian dipersembahkan di hadapan gambar atau Arca Sri Krishna sambil bersujud dan berdoa kiranya Krishna berkenan menerima persembahan yang sederhana seperti itu. Ini memungkinkan seseorang maju dengan mantap dalam kehidupan, menyucikan badannya, menciptakan bagian halus dalam otak yang akan memungkinkan ia berpikir dengan jelas. Terutama, persembahan itu harus dibuat dengan sikap cinta-bhakti. Krishna tidak membutuhkan makanan, sebab Krishna sudah memiliki segala sesuatu yang ada. Namun Krishna akan menerima persembahan dari orang yang ingin memuaskan Beliau dengan cara seperti itu. Unsur terpenting dalam menyiapkan, menghidangkan dan mempersembahkan, ialah seseorang harus bertindak dengan cinta bhakti kepada Krishna.
    Para filosof yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan yang ingin mengatakan bahwa Kebenaran Mutlak tidak mempunyai indera, tidak dapat mengerti ayat Bhagavad-gita ini. Menurut mereka, ayat ini adalah perumpamaan atau bukti bahwa watak Krishna, yang bersabda dalam Bhagavad-gita bersifat duniawi. Tetapi sebenarnya Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki indera-indera. Dinyatakan bahwa indera-indera Krishna dapat ditukar satu sama lain; dengan kata lain, salah satu indera dapat melaksanakan fungsi segala indera lainnya. Inilah yang dimaksudkan bila kita mengatakan bahwa Krishna bersifat mutlak. Kalau Krishna tidak mempunyai indera-indera, tentu saja tidak dapat dikatakan bahwa Krishna memiliki segala kehebatan sepenuhnya. Dalam Bab Tujuh Krishna sudah menjelaskan bahwa Beliau memasukkan semua mahkluk hidup ke dalam alam material dengan cara memandang alam material itu. Jadi, apabila Krishna menerima persembahan, Krishna mendengar kata-kata cinta-bhakti dari seorang penyembah yang sedang mempersembahkan makanan, dan ini sama sepenuhnya dengan Krishna makan dan sungguh-sungguh mencicipi makanan itu. Kenyataan ini harus ditegaskan: Oleh karena kedudukan Krishna mutlak, Krishna mendengar identik sepenuhnya dengan Krishna makan dan mencicipi makanan. Hanya seorang penyembah, yang mengakui Krishna sesuai dengan uraian Krishna tentang Diri-Nya, tanpa penafsiran, dapat mengerti bahwa Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama dapat makan dan menikmati makanan.


    9.27

     

    yat karoṣi yad aśnāsi
    yaj juhoṣi dadāsi yat
    yat tapasyasi kaunteya
    tat kuruṣva mad-arpaṇam

    yat—apapun; karoṣi—engkau lakukan; yat—apapun; aśnāsi—engkau makan; yat—apapun; juhoṣi—engkau persembahkan; dadāsi—engkau berikan; yat—apapun; yat—apapun; tapasyasi—pertapaan yang engkau lakukan; kaunteya—wahai putera Kuntī ; tat—itu; kuruṣva—laksanakan; mat—kepada-Ku; arpaṇam—sebagai persembahan.


    Terjemahan

    Apapun yang engkau lakukan, apapun yang engkau makan, apapun yang engkau persembahkan atau berikan sebagai sumbangan serta pertapaan dan apapun yang engkau lakukan-lakukanlah kegiatan itu sebagai persembahan kepada-Ku, wahai putera Kuntī .


    Penjelasan

    Jadi, kewajiban semua orang ialah untuk membentuk kehidupannya dengan cara sedemikian rupa agar ia tidak akan lupa pada Krishna dalam keadaan manapun. Semua orang harus bekerja untuk memelihara jiwa dan raganya, dan Krishna menganjurkan di sini supaya orang bekerja demi Krishna. Semua orang harus makan sesuatu untuk hidup; karena itu hendaknya orang menerima sisa makanan yang dipersembahkan kepada Krishna. Semua orang yang beradab harus melakukan upacara-upacara ritual keagamaan; karena itu, Krishna menganjurkan, Lakukanlah kegiatan itu demi-Ku." Ini disebut arcana. Semua orang cenderung menyumbangkan sesuatu; Krishna bersabda, Berikanlah sumbangan kepada-Ku." Ini berarti segala sisa uang yang sudah dikumpulkan hendaknya digunakan dalam memajukan perkumpulan kesadaran Krishna. Dewasa ini orang menaruh minat besar terhadap proses semadi atau meditasi, yang tidak praktis pada jaman ini. Tetapi kalau seseorang berlatih semadi kepada Krishna selama dua puluh empat jam sehari dengan cara mengucapkan mantra Hare Krishna sambil menghitung dengan tasbihnya, dialah ahli semadi dan yogi yang paling hebat, sebagaimana dibenarkan dalam Bab Enam dari Bhagavad-gita.



    9.28

     

    śubhāśubha-phalair evaḿ
    mokṣyase karma-bandhanaiḥ
    sannyāsa-yoga-yuktātmā
    vimukto mām upaiṣyasi


    śubha—dari yang menguntungkan; aśubha—dan yang tidak menguntungkan; phalaiḥ—hasil; evam—demikian; mokṣyase—engkau akan dibebaskan; karma—dari pekerjaan; bandhanaiḥ—dari ikatan; sannyāsa—dari pelepasan ikatan; yoga—yoga; yukta-ātmā—dengan pikiran mantap pada;
    vimuktaḥ—dibebaskan; mām—kepada-Ku; upaiṣyasi—engkau akan mencapai.


    Terjemahan

    Dengan cara seperti ini engkau akan dibebaskan dari ikatan terhadap pekerjaan serta hasil yang menguntungkan dan tidak menguntungkan dari pekerjaan itu. Dengan pikiran dipusatkan kepada-Ku dalam prinsip pelepasan ikatan ini, engkau akan mencapai pembebasan dan datang kepada-Ku.


    Penjelasan

    Orang yang bertindak dalam kesadaran Krishna di bawah bimbingan penguasa disebut yukta. Istilah yukta-vairagya digunakan dalam hal ini. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Rupa Gosvami sebagai berikut:

    anāsaktasya viṣayān
    yathārham upayuñjataḥ
    nirbandhaḥ kṛṣṇa-sambandhe
    yuktaḿ vairāgyam ucyate

    (Bhakti-rasāmṛta-sindhu 2.255)
    Rupa Gosvami menyatakan bahwa selama kita berada di dunia material ini kita harus bertindak; kita tidak dapat berhenti bertindak. Karena itu, kalau perbuatan dilakukan dan hasilnya diberikan kepada Krishna, maka tindakan itu di sebut yukta-vairagya. Bila kegiatan seperti itu mantap dalam pelepasan ikatan, maka kegiatan itu menyucikan cermin pikiran, dan orang yang melakukan kegiatan seperti itu berangsur-angsur maju dalam kegiatan rohani, ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu akhirnya ia mencapai pembebasan, dan pembebasan ini juga ditentukan. Dengan pembebasan ini, dia tidak menunggal dengan brahma-jyoty, melainkan ia memasuki planet Tuhan Yang Maha Esa. Ini disebutkan dengan jelas di sini: mam upaiṣyasi, Dia datang Kepada-Ku," dia pulang, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ada lima tahap pembebasan. Disini ditetapkan bahwa seorang penyembah yang mematuhi perintah Tuhan Yang Maha Esa seumur hidupnya, sebagaimana dinyatakan, sudah berkembang sampai ia dapat kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segera menekuni pergaulan dengan Tuhan Yang Maha Esa setelah ia meninggalkan badan yang dimilikinya sekarang.
    Siapapun yang tidak mempunyai keinginan lain, selain mempersembahkan kehidupannya untuk pengabdian kepada Tuhan sungguh-sungguh seorang sannyāsī. Orang seperti itu selalu menganggap Diri-Nya sebagai hamba kekal, yang tergantung sepenuhnya kepada kehendak Yang Maha Kuasa. Karena itu, apapun yang dilakukannya, dilakukan demi kepentingan Tuhan. Perbuatan apapun yang dilakukannya, dilakukan sebagai pengabdian kepada Tuhan. Ia tidak menaruh perhatian yang serius terhadap kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil ataupun tugas-tugas kewajiban yang disebutkan dalam Veda. Manusia biasa wajib melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan dalam Veda. Walaupun nampaknya kegiatan seorang penyembah murni yang tekun sepenuhnya dalam pengabdian kepada Tuhan kelihatannya bertentangan dengan tugas-tugas kewajiban yang ditetapkan dalam Veda, sebenarnya tidak demikian adanya.
    Karena itu, para penguasa Vaisnava menyatakan bahwa orang yang paling cerdas sekalipun tidak dapat mengerti rencana-rencana dan kegiatan penyembah yang murni. Kata-kata yang digunakan dalam hal ini adalah tanravakya, kriya, mudra vijneha na bujhaya (Caitanya-caritamrta, Madhya 23.39). Jadi, orang yang selalu tekun dalam pengabdian kepada Tuhan atau selalu berpikir dan merencanakan bagaimana cara mengabdikan diri kepada Tuhan, harus dipandang saat ini sudah mencapai pembebasan sepenuhnya, dan pada masa yang akan datang terjamin bahwa dia akan pulang, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dia berada di atas segala kritik duniawi, seperti halnya Krishna berada di atas segala kritik duniawi.


    9.29

     

    samo 'haḿ sarva-bhūteṣu
    na me dveṣyo 'sti na priyaḥ
    ye bhajanti tu māḿ bhaktyā
    mayi te teṣu cāpy aham

    samaḥ—bersikap yang sama; aham—Aku; sarva-bhūteṣu—kepada semua mahkluk hidup; na—tiada seorangpun; me—kepada-Ku; dveṣyah—benci; asti—ada; na—tidak juga; priyaḥ—disayangi; ye—orang yang; bhajanti—melakukan pengabdian rohani; tu—tetapi; mām—kepada-Ku; bhaktyā—dalam bhakti; mayi—berada di dalam diri-Ku; te—orang seperti itu; teṣu—dalam mereka; ca—juga; api—pasti; aham—Aku.


    Terjemahan

    Aku tidak iri kepada siapapun, dan Aku tidak berat sebelah kepada siapapun. Aku bersikap yang sama terhadap semuanya. Tetapi siapapun yang mengabdikan diri kepada-Ku dalam bhakti adalah kawan, dia berada di dalam Diri-Ku, dan Aku pun kawan baginya.


    Penjelasan

    Berhubungan dengan ayat ini, mungkin ada orang yang bertanya kalau Krishna bersikap yang sama terhadap semua orang, dan tiada seorangpun yang menjadi kawan istemewa-Nya, mengapa Krishna menaruh perhatian khusus terhadap para penyembah yang selalu tekun dalam bhakti rohani kepada-Nya? Tetapi ini bukan diskriminasi; ini adalah hal yang wajar. Kendatipun seseorang berwatak dermawan yang murah hati sekali, namun ia menaruh perhatian khusus terhadap anak-anaknya sendiri. Krishna menyatakan bahwa setiap makhluk hidup—dalam bentuk apapun—adalah putera-Nya. Karena itu, Krishna menyediakan kebutuhan hidup secara berlimpah untuk semua makhluk. Krishna seperti awan yang mencurahkan hujan dimana-mana, baik di atas batu, di permukaan darat atau di atas air. Tetapi Krishna memberikan perhatian khusus terhadap penyembah-Nya. Penyembah-penyembah seperti itu disebut di sini; mereka selalu sadar akan Krishna, karena itu mereka selalu mantap secara rohani dalam Krishna. Istilah kesadaran Krishna" mengandung arti bahwa orang yang sadar seperti itu adalah rohaniwan yang mantap dalam Krishna dan sudah melampaui hal-hal duniawi walaupun ia masih hidup di dunia ini. Krishna, menyatakan di sini dengan jelas mayi te: Mereka berada di dalam Diri-Ku." Sewajarnya, sebagai akibatnya, Krishna juga selalu berada di dalam diri mereka. Ini merupakan hal yang bertimbal balik. Hal ini juga menjelaskan kata-kata ye yatha mam prapadyante tams tathāiva bhajamy aham: Siapapun yang menyerahkan diri kepada-Ku, Aku memelihara dia setimpal dengan penyerahan diri itu." Balasan rohani tersebut berjalan karena Tuhan dan seorang penyembah kedua-duanya sadar. Bila berlian dipasang pada cincin emas, kelihatannya indah sekali. Cincin emas itu diperindah dan pada saat yang sama berlian mata cincin itu juga diperindah. Tuhan dan makhluk hidup cemerlang untuk selamanya, dan bila makhluk hidup berminat untuk berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, makhluk itu kelihatan seperti emas. Tuhan Yang Maha Esa adalah seperti berlian. Karena itu, gabungan tersebut sangat bagus. Para makhluk hidup dalam keadaan murni disebut penyembah-penyembah. Tuhan Yang Maha Esa menjadi penyembah para penyembah-Nya. Kalau tidak ada hubungan yang bertimbal balik antara seorang penyembah dengan Tuhan, tidak mungkin ada filsafat yang mengakui bentuk pribadi Tuhan. Dalam filsafat yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, tidak ada hubungan yang bertimbal balik antara Yang Mahakuasa dan makhluk hidup, tetapi dalam filsafat yang mengakui bentuk pribadi Tuhan, ada hubungan bertimbal balik seperti itu.
    Contoh yang sering dikemukakan ialah bahwa Tuhan adalah pohon yang memenuhi keinginan, dan Krishna menyediakan apapun yang diinginkan oleh seseorang dari pohon yang memenuhi keinginan itu. Tetapi di sini penjelasannya lebih lengkap. Di sini dinyatakan bahwa Tuhan menyayangi para penyembah. Inilah perwujudan karunia Krishna yang istimewa terhadap penyembah-Nya. Balasan cinta-bhakti Tuhan hendaknya jangan dianggap sesuatu di bawah hukum karma. Balasan cinta-bhakti itu termasuk keadaan rohani. Tuhan Yang Maha Esa dan para penyembah-Nya bekerja dalam keadaan rohani itu. Bhakti kepada Tuhan bukan suatu kegiatan dunia material ini; bhakti adalah bagian dari dunia rohani, tempat kekekalan, kebahagiaan dan pengetahuan berkuasa.



    9.30

     

    api cet su-durācāro
    bhajate mām ananya-bhāk
    sādhur eva sa mantavyaḥ
    samyag vyavasito hi saḥ

    api—meskipun; cet—kalau; su-durācāraḥ—orang yang melakukan perbuatan yang paling jijik; bhajate—tekun dalam bhakti; mām—kepada-Ku; ananya-bhāk—tanpa menyimpang; sādhuḥ—orang suci; evā—pasti; saḥ—dia; mantavyaḥ—harus diakui; samyak—sepenuhnya; vyavasitāḥ—mantap dalam ketabahan hati; hi—pasti; saḥ—dia.


    Terjemahan

    Meskipun seseorang melakukan perbuatan yang paling jijik, kalau ia tekun dalam bhakti, ia harus diakui sebagai orang suci karena ia mantap dalam ketabahan hatinya dengan cara yang benar.


    Penjelasan

    Kata su-durācāraḥ dalam ayat ini sangat bermakna, dan hendaknya kita mengerti arti kata itu dengan cara yang benar. Bila makhluk hidup terikat ada dua jenis kegiatannya: yang satu menurut keadaan di dunia material dan yang lain menurut kedudukan dasarnya. Untuk melindungi badan atau mematuhi aturan masyarakat dan negara, tentu saja ada berbagai kegiatan, bahkan untuk para penyembah sekalipun berhubungan dengan keadaan kehidupan di dunia. Kegiatan itu disebut kegiatan menurut keadaan di dunia material. Di samping kegiatan tersebut, makhluk hidup yang sadar sepenuhnya terhadap sifat rohaninya dan tekun dalam kesadaran Krishna atau bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa mempunyai kegiatan yang disebut kegiatan rohani. Kegiatan seperti itu dilakukan dalam kedudukan dasarnya, dan kegiatan itu disebut dengan istilah bhakti. Dalam keadaan terikat, kadang-kadang bhakti dan pengabdian menurut keadaan di dunia material yang berhubungan dengan badan berjalan searah. Tetapi kadang-kadang kegiatan tersebut berlawanan. Sejauh mungkin seorang penyembah harus sangat hati-hati supaya ia tidak melakukan sesuatu yang dapat mengganggu keadaannya yang sehat. Ia mengetahui bahwa kesempurnaan kegiatannya bergantung pada kemajuan keinsafannya terhadap kesadaran Krishna. Akan tetapi, kadang-kadang tampak bahwa orang dalam kesadaran Krishna melakukan perbuatan yang dianggap perbuatan yang paling menjijikkan menurut pandangan masyarakat atau menurut etika politik. Tapi jatuh untuk sementara waktu seperti itu tidak berarti penyembah yang bersangkutan disekor. Dalam Srimad-Bhagavatam dinyatakan bahwa kalau seseorang jatuh tetapi tekun dengan tulus ikhlas dalam bhakti rohani kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka Tuhan yang bersemayam di dalam hatinya menyucikan penyembah yang bersangkutan dan memaafkan perbuatan yang menjijikan itu. Pencemaran material sangat kuat sehingga seorang yogi yang tekun sepenuhnya dalam pengabdian kepada Tuhan pun kadang-kadang terperangkap; tetapi kesadaran Krishna sangat kuat sehingga jatuh secara kebetulan seperti itu segera diperbaiki. Karena itu, proses bhakti selalu sukses. Hendaknya orang jangan mengejek seorang penyembah karena kebetulan ia jatuh dari jalan teladan, sebab sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut, jatuh secara kebetulan seperti itu akan dihentikan sesudah beberapa waktu, begitu seorang penyembah mantap sepenuhnya dalam kesadaran Krishna.
    Karena itu, harus diakui bahwa seorang yang mantap dalam kesadaran Krishna menekuni proses mengucapkan mantra Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare/ Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare berada dalam kedudukan rohani, meskipun secara kebetulan tampak bahwa ia sudah jatuh. Kata sadhur eva, dia orang suci," sangat tegas. Kata-kata itu merupakan peringatan kepada orang yang bukan penyembah supaya seorang penyembah jangan diejek karena ia celaka sehingga jatuh. Ia harus tetap dianggap orang suci walaupun kebetulan ia sudah jatuh. Kata mantavyaḥ lebih tegas lagi. Kalau seseorang tidak mengikuti aturan ini, dan mengejek seorang penyembah karena ia kecelakaan sehingga jatuh, maka orang yang mengejek tersebut sesungguhnya tidak mengikuti peraturan Tuhan Yang Maha Esa. Satu-satunya kwalifikasi seorang penyembah ialah bahwa ia harus tekun sepenuhnya hanya dalam bhakti dan tidak pernah menyimpang.
    Dalam Nrsimha Purana pernyataan berikut diberikan:

    bhagavati ca harāv ananya-cetā
    bhṛśa-malino 'pi virājate manuṣyaḥ
    na hi śaśa-kaluṣa-cchabiḥ kadācit
    timira-parābhavatām upaiti candraḥ

    Ayat ini berarti meskipun kadang-kadang tampak bahwa seseorang yang tekun sepenuhnya dalam bhakti kepada Tuhan melakukan kegiatan yang menjijikkan, kegiatan tersebut seharusnya dipandang seperti bintik-bintik yang mirip dengan gambar kelinci pada bulan. Bintik-bintik seperti itu tidak mengalangi pancaran sinar bulan. Begitu pula, walaupun seorang penyembah celaka sehingga jatuh dari jalan watak yang suci, namun hal itu tidak menyebabkan penyembah yang bersangkutan menjijikkan.
    Di pihak lain, hendaknya orang jangan salah paham dan menganggap bahwa seorang penyembah dalam bhakti rohani dapat bertindak dengan segala cara yang menjijikkan; ayat ini hanya membicarakan kecelakaan yang terjadi secara kebetulan karena daya hubungan material yang kuat. Bhakti kurang lebih berarti memaklumkan perang terhadap tenaga yang menyebabkan khayalan. Selama seseorang belum cukup kuat untuk bertempur melawan tenaga yang menyebabkan khayalan, mungkin kadang-kadang ia akan jatuh kecelakaan. Tapi kalau seseorang sudah cukup kuat, dia tidak akan jatuh seperti itu lagi, sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Hendaknya orang jangan mengambil untung dari ayat ini dan melakukan kegiatan yang bukan-bukan dan masih menganggap Diri-Nya penyembah. Kalau dengan bhakti wataknya tidak menjadi lebih baik, harus dimengerti bahwa dia bukan penyembah yang maju.



    9.31

     

    kṣipraḿ bhavati dharmātmā
    śaśvac-chāntiḿ nigacchati
    kaunteya pratijānīhi
    na me bhaktaḥ praṇaśyati

    kṣipram—dalam waktu yang dekat sekali; bhavati—menjadi; dharma-ātmā—saleh; śaśvat-śāntim—kedamaian yang suci; nigacchati—mencapai; kaunteyā—wahai putera Kuntī ; pratijānīhi—maklumkanlah; na—tidak pernah; me—milik-Ku; bhaktaḥ—penyembah; praṇaśyāti—binasa.


    Terjemahan

    Dalam waktu yang singkat ia menjadi saleh dan mencapai kedamaian yang abadi. Wahai putera Kuntī, nyatakanlah dengan berani bahwa penyembah-Ku tidak akan pernah binasa.


    Penjelasan

    Hendaknya orang jangan salah paham tentang ayat ini. Dalam Bab Tujuh Krishna menyatakan bahwa orang yang sibuk dalam kegiatan yang nakal tidak dapat menjadi penyembah Tuhan. Orang yang bukan penyembah Tuhan tidak mempunyai kwalifikasi yang baik sama sekali. Akan tetapi, tetap ada pernyataan, bagaimana mungkin orang yang sibuk dalam kegiatan yang jijik—baik karena kecelakaan maupun sengaja—dapat diakui sebagai penyembah murni? Pertanyaan ini patut diajukan. Orang jahat, sebagaimana dinyatakan dalam Bab Tujuh, yang tidak pernah berbhakti kepada Tuhan, tidak mempunyai kwalifikasi baik apapun, sebagaimana dinyatakan dalam Srimad-Bhagavatam. Pada umumnya seorang penyembah yang tekun dalam sembilan jenis kegiatan bhakti menekuni proses penyucian segala pencemaran material dari dalam hatinya. Dia menempatkan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa di dalam hatinya dan semua pencemaran yang berdosa sewajarnya disucikan. Senantiasa berpikir tentang Tuhan Yang Maha Esa menyebabkan sifat seorang penyembah suci. Menurut Veda, ada peraturan tertentu yang menyatakan bahwa kalau seseorang jatuh dari kedudukannya yang tinggi, maka ia harus menjalani proses-proses ritual tertentu untuk menyucikan diri. Tetapi di sini tidak ada syarat seperti itu, sebab proses penyucian diri sudah ada di dalam hati seorang penyembah karena dia senantiasa ingat kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, ucapan mantra Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare sebaiknya dilanjutkan tanpa berhenti. Ini akan melindungi penyembah terhadap segala kemungkinan ia akan jatuh kecelakaan. Dengan demikian, ia akan tetap bebas untuk selamanya dari segala pencemaran material.



    9.32

     

    māḿ hi pārtha vyapāśritya
    ye 'pi syuḥ pāpa-yonayaḥ
    striyo vaiśyās tathā śūdrās
    te 'pi yānti parāḿ gatim


    mām—dari-Ku; hi—pasti; pārtha—wahai putera Pṛthā; vyapāśritya—berlindung secara khusus; ye—orang yang; api—juga; syuḥ—adalah; pāpa-yonayaḥ—dilahirkan dalam keluarga yang lebih rendah; striyaḥ—wanita; vaiśyāḥ—para pedagang; tathā—juga; śūdrāḥ—golongan manusia yang lebih rendah; te api—merekapun; yānti—pergi; param—kepada yang tertinggi; gatim—tujuan.

    Terjemahan

    Wahai putera Pṛthā, orang yang berlindung kepada-Ku, walaupun mereka dilahirkan dalam keadaan yang lebih rendah, atau wanita, vaisya [pedagang] dan sudra [buruh] semua dapat mencapai tujuan tertinggi.


    Penjelasan

    Dinyatakan dengan jelas di sini oleh Tuhan Yang Maha Esa bahwa dalam bhakti tidak ada perbedaan antara golongan manusia yang rendah dan golongan yang tinggi. Dalam paham hidup material ada golongan-golongan seperti itu, tetapi tidak ada golongan-golongan bagi orang yang menekuni bhakti rohani kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang memenuhi syarat untuk mencapai tujuan tertinggi. Dalam Srimad-Bhagavatam (2.4.18) dinyatakan bahwa manusia yang paling rendah yang disebut candala (orang yang makan anjing), dapat disucikan melalui pergaulan dengan penyembah yang murni. Karena itu, bhakti dan bimbingan seorang penyembah yang murni begitu kuat sehingga tidak ada perbedaan antara golongan manusia yang rendah dan tinggi; siapapun dapat melakukan bhakti. Orang yang paling sederhana sekalipun yang berlindung kepada penyembah murni dapat disucikan dengan bimbingan yang benar. Menurut berbagai sifat alam, manusia digolongkan dalam sifat kebaikan (brahmaṇā), sifat nafsu (ksatriya, atau administrator), campuran antara sifat nafsu dan kebodohan (vaisya, atau pedagang), dan sifat kebodohan (sudra atau buruh). Orang yang lebih rendah daripada mereka disebut candala, dan mereka dilahirkan dalam keluarga yang berdosa. Pada umumnya, pergaulan dengan orang yang dilahirkan dalam keluarga yang berdosa tidak diterima oleh golongan-golongan yang tinggi. Tetapi proses bhakti begitu kuat sehingga seorang penyembah murni Tuhan Yang Maha Esa dapat memungkinkan semua golongan yang lebih rendah mencapai kesempurnaan hidup tertinggi. Ini hanya dimungkinkan kalau seseorang berlindung kepada Krishna. Sebagaimana disebut di sini dengan kata vyapāśritya, seseorang harus berlindung kepada Krishna sepenuhnya. Dengan cara demikian ia dapat menjadi jauh lebih hebat daripada parajnani dan yogi yang besar.



    9.33

     

    kiḿ punar brāhmaṇāḥ puṇyā
    bhaktā rājarṣayas tathā
    anityam asukhaḿ lokam
    imaḿ prāpya bhajasva mām

    kim—betapa; punaḥ—lagi; brahmaṇaḥ—para brahmaṇā; puṇyāḥ—saleh; bhaktaḥ—para penyembah; rāja-ṛṣayaḥ—raja-raja yang suci; tathā—juga; anityam—sementara; asukham—penuh dengan kesengsaraan; lokam—planet; imām—ini; prāpya—mencapai; bhajasva—menekuni cinta-bhakti; mām—kepada-Ku.


    Terjemahan

    Betapa lebih benar lagi kenyataan ini bagi para brahmaṇā yang saleh, para penyembah dan raja-raja yang suci. Karena itu, sesudah datang ke dunia fana yang sengsara ini, tekunilah cinta-bhakti kepada-Ku.


    Penjelasan

    Di dunia material ini ada golongan-golongan manusia, tetapi bagaimanapun juga, dunia ini bukan tempat yang menyenangkan untuk siapapun juga. Dinyatakan dengan jelas di sini anityam asukham lokam: Dunia ini bersifat sementara dan penuh penderitaan, tidak cocok untuk dihuni oleh orang yang sopan santun dan waras. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa menyatakan bahwa dunia ini bersifat sementara dan penuh kesengsaraan. Beberapa filosof, khususnya para filosof Mayāvadi, mengatakan bahwa dunia ini palsu, tetapi kita dapat mengerti dari Bhagavad-gita bahwa dunia tidak palsu; dunia bersifat sementara. Ada perbedaan antara sementara dan palsu. Dunia ini bersifat sementara tetapi ada dunia lain yang bersifat kekal. Dunia ini bersifat penuh kesengsaraan, tetapi dunia lain bersifat kekal dan penuh kebahagiaan.
    Arjuna dilahirkan dalam keluarga rājā  yang suci. Krishna juga bersabda kepada Arjuna, mulailah berbhakti kepada-Ku dan dalam waktu yang cepat, pulang kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa." Hendaknya tidak seorang pun yang tetap tinggal di dunia fana ini, sebab dunia ini penuh kesengsaraan. Sebaiknya semua orang menggabungkan Diri-Nya di dalam pelukan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa agar ia berbahagia untuk selamanya. Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah satu-satunya proses yang memungkinkan segala masalah yang dihadapi semua golongan manusia dipecahkan. Karena itu, sebaiknya semua orang mulai mengikuti kesadaran Krishna dan menyempurnakan kehidupannya.




    9.34

     

    man-manā bhava mad-bhakto
    mad-yājī māḿ namaskuru
    mām evaiṣyasi yuktvāivam
    ātmānaḿ mat-parāyaṇaḥ


    mat-manāḥ—selalu berpikir tentang-Ku; bhava—jadilah; mat—milik-Ku; bhaktaḥ—penyembah; mat—milik-Ku; yājī—penyembah; mām—kepada-Ku; namaskuru—bersujud; mām—kepada-Ku; evā—sepenuhnya; eṣyasi—engkau akan datang; yuktvā—dengan berpikir secara khusuk; evam—demikian; ātmanām—rohmu; mat-parāyaṇāḥ—setia kepada-Ku.


    Terjemahan

    Berpikirlah tentangku senantiasa, jadilah penyembah-Ku, bersujud kepada-Ku dan menyembah-Ku. Dengan berpikir tentang-Ku sepenuhnya secara khusuk, pasti engkau akan datang kepada-Ku.


    Penjelasan

    Dalam ayat ini dinyatakan dengan jelas bahwa kesadaran Krishna adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan makhluk dari cengkraman dunia material yang tercemar ini. Kadang-kadang para penafsir yang tidak mempunyai prinsip memutarbalikkan arti yang dinyatakan dengan jelas di sini yaitu: Bahwa hendaknya segala bhakti dipersembahkan kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna. Sayang sekali para penafsir yang tidak mempunyai prinsip mengalihkan pikiran pembaca menuju sesuatu yang sama sekali tidak masuk akal. Para penafsir seperti itu tidak mengetahui bahwa tidak ada perbedaan antara pikiran Krishna dan diri Krishna. Krishna bukan manusia biasa; Krishna adalah Kebenaran Mutlak. Badan, pikiran dan Diri Krishna adalah satu dan bersifat mutlak. Dinyatakan dalam-Kurma Purana, sebagaimana dikutip oleh Bhaktisiddhanta Sarasvati Gosvami dalam ulasan Caitanya-caritamrta (Bab Lima, Adilila, ayat 41-48) yang berjudul Anubhasya, deha-dehī-vibhedo, 'yam nesvara vidyāte kvacit. Ini berarti tidak ada perbedaan apa pun di dalam Krishna, Tuhan Yang Maha Esa, antara Diri Krishna dan badan Krishna. Tetapi oleh karena penafsir tidak menguasai ilmu pengetahuan tersebut tentang Krishna, mereka menyembunyikan Krishna dan membedakan kepribadian Krishna dari pikiran atau badan Krishna. Walaupun anggapan seperti itu semata-mata hanya kebodohan belaka terhadap ilmu pengetahuan Krishna, beberapa orang mengambil untung dari usaha menyesatkan orang.
    Ada orang yang bersifat jahat; mereka juga berpikir tentang Krishna, tetapi secara iri, seperti Rājā  Kamsa, paman Krishna. Kamsa juga senantiasa memikirkan Krishna, tetapi ia memikirkan Krishna sebagai musuhnya. Kamsa selalu dalam kecemasan, dan selalu merenungkan kapan Krishna akan datang untuk membunuhnya. Berpikir seperti itu tidak akan menolong kita. Hendaknya seseorang berpikir tentang Krishna dalam cinta-bhakti. Itulah bhakti. Hendaknya orang mengembangkan pengetahuan tentang Krishna senantiasa. Apa pengembangan yang menguntungkan itu? Mengembangkan pengetahuan tentang Krishna dengan cara yang menguntungkan berarti belajar dari seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya. Krishna adalah kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan sudah beberapa kali kami jelaskan bahwa badan Krishna bukan material, melainkan bersifat kekal, penuh pengetahuan dan penuh kebahagiaan. Pembicaraan seperti ini mengenai Krishna akan membantu seseorang menjadi penyembah. Mengerti tentang Krishna dengan cara yang lain dari sumber yang salah, akan terbukti sia-sia.
    Karena itu, hendaknya orang tekun memikirkan bentuk kekal, bentuk Krishna yang asli; dengan keyakinan di dalam hatinya bahwa Krishna adalah Yang Maha Kuasa hendaknya dia menekuni sembahyang. Ada beratus-ratus ribu tempat sembahyang kepada Krishna, dan bhakti di praktekkan di sana. Bila bhakti dipraktekkan seperti itu, orang harus bersujud kepada Krishna. Sebaiknya orang menundukkan kepala di hadapan Arca dan menjadi tekun dengan pikiran, badan, dan kegiatan—segala sesuatunya. Ini akan memungkinkan dia khusuk sepenuhnya dalam Krishna tanpa menyimpang. Ini akan membantu dia untuk berpindah ke Krishnaloka. Hendaknya orang jangan disesatkan oleh para penafsir yang tidak mempunyai prinsip. Seseorang harus menekuni sembilan proses bhakti mulai dengan mendengar dan memuji tentang Krishna. Bhakti yang murni adalah tujuan yang paling mulia yang dapat dicapai oleh masyarakat manusia.
    Dalam bab tujuh dan delapan dari Bhagavad-gita sudah dijelaskan tentang bhakti yang murni kepada Tuhan bebas dari pengetahuan angan-angan, yoga kebatinan dan kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala. Orang yang belum disucikan sepenuhnya barangkali tertarik pada berbagai ciri Tuhan seperti brahmajyoti yang tidak bersifat pribadi dan Paramatma yang berada dalam setempat, tetapi seorang penyembah murni mulai berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa secara langsung.
    Ada sebuah sanjak yang indah tentang Krishna. Dalam sanjak itu dinyatakan dengan jelas bahwa orang yang sibuk menyembah dewa-dewa adalah orang yang kurang cerdas dan dia kadang-kadang tidak dapat memperoleh berkat tertinggi dari Krishna. Pada awal, barangkali seorang penyembah jatuh dari standar, tetapi hendaknya ia tetap dianggap lebih maju dari pada semua filosof dan yogi lainnya. Orang yang menekuni kesadaran Krishna harus diakui sebagai orang suci yang sempurna. Kegiatan yang bukan bhakti yang kebetulan kadang-kadang dilakukannya akan berkurang dan dalam waktu yang singkat ia akan menjadi mantap dalam kesempurnaan lengkap tanpa keragu-raguan apa pun. Seorang penyembah murni tidak mungkin jatuh, sebab Tuhan Yang Maha Esa Sendiri menjaga penyembah-Nya yang murni. Karena itu, hendaknya orang cerdas mulai mengikuti proses kesadaran Krishna secara langsung dan hidup berbahagia di dunia material ini. Akhirnya ia akan memperoleh anugerah yang paling utama dari Krishna.

    Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Sembilan Srimad Bhagavad-gita perihal Pengetahuan Yang Paling Rahasia."



    --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Visit Related Posts Below:

















  • Mau Beli Buku Bhagavad-gita, Srimad-bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, dll?
    Senin - Minggu - Hari Libur | 08.00 - 21.00 WIB | http://mahanilastore.blogspot.com
    0812-7740-3909 dan 0819-9108-4996

    SMS/PHONE  : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
                           : 0819-9109-9321 (Mahanila)
    WhatsApp     : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
    BBM               : 5D40CF2D dan D5E8718B

    Menjual buku-buku rohani Srimad Bhagavad-gita, Srimad Bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Purana, Kue Kering, Dupa, Aksesoris, Kartal, Mrdanga, Saree, Air Gangga, Dipa, Kurta, Dhotti, Kipas Cemara, Kipas Bulu Merak, Poster, Japamala, Kantong Japa, Gelang, Kantimala, Rok Gopi, Choli, Blues, Pin, Bros, Kaos, Desain Website dan Database Microsoft Access, Logo, Neon Box, Safety Sign dll.

    Terimakasih Atas Kunjungan Anda.

    Kehebatan Tuhan Yang Mutlak


    10.1

    śrī-bhagavān uvāca
    bhūya eva mahā-bāho
    śṛṇu me paramaḿ vacaḥ
    yat te 'haḿ prīyamāṇāya
    vakṣyāmi hita-kāmyayā

    Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; bhūyaḥ—lagi; evā—pasti; mahā-bāho—wahai yang berlengan perkasa; śṛṇu—dengarkanlah; me—milik-Ku; paramam—paling utama; vacaḥ—pelajaran; yat—itu yang; te—kepadamu; aham—Aku; prīyamāṇāya—dengan berpikir bahwa engkau tercinta bagi-Ku; vakṣyāmi—bersabda; hita-kāmyayā—demi keuntunganmu.


    Terjemahan

    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Dengar sekali lagi, wahai Arjuna yang berlengan perkasa. Oleh karena engkau kawan-Ku yang tercinta, demi keuntunganmu Aku akan bersabda lebih lanjut kepadamu, dan memberikan pengetahuan yang lebih bagus daripada apa yang sudah –Ku jelaskan.


    Penjelasan

    Kata bhagavan dijelaskan oleh Parasaramuni sebagai berikut: Kepribadian yang penuh dengan enam jenis kehebatan yaitu; memiliki kekuatan penuh, kemasyhuran, kekayaan, pengetahuan, ketām panan atau kecantikan, dan ketidakterikatan semua secara penuh, adalah Bhagavan atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Selama Krishna berada di bumi ini, Beliau memperlihatkan segala jenis dari enam kehebatan tersebut. Karena itu, resi-resi yang mulia seperti Parasara Muni semua sudah mengakui Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Sekarang Krishna sedang memberi pelajaran kepada Arjuna tentang pengetahuan yang lebih rahasia lagi mengenai kehebatan dan pekerjaan Beliau. Sebelumnya, mulai dengan Bab Tujuh, Krishna sudah menjelaskan berbagai tenaga-Nya dan bagaimana tenaga-tenaga itu bertindak. Dalam bab ini Krishna menjelaskan kehebatan-Nya yang khusus kepada Arjuna. Dalam Bab sebelumnya, Krishna sudah menerangkan dengan jelas tentang berbagai tenaga-Nya untuk memantapkan bhakti dengan keyakinan yang teguh. Sekali lagi dalam Bab ini Krishna memberitahukan kepada Arjuna tentang manifestasi-manifestasi  dan berbagai kehebatan-Nya.
    Makin banyak seseorang mendengar tentang Tuhan Yang Maha Esa makin ia mantap dalam bhakti. Hendaknya orang selalu mendengar tentang Krishna dalam pergaulan dengan para penyembah; itu akan meningkatkan bhaktinya. Ceramah-ceramah dalam pergaulan dengan penyembah hanya dapat diadakan di kalangan orang yang sungguh-sungguh ingin menjadi sadar akan Krishna. Orang lain tidak dapat ikut dalam diskusi-diskusi seperti itu. Krishna memberitahukan kepada Arjuna dengan jelas tentang hal itu karena Arjuna sangat dicintai oleh Krishna dan pelajaran seperti itu diadakan demi keuntungan Arjuna.


    10.2

     

    na me viduḥ sura-gaṇāḥ
    prabhavaḿ na maharṣayaḥ
    aham ādir hi devānāḿ
    maharṣīṇāḿ ca sarvaśaḥ

    na—tidak pernah; me—milik-Ku; viduḥ—mengenal; sura-gaṇāḥ—para dewa-dewa; prabhavam—asal mula kehebatan-kehebatan; na—tidak pernah; mahā-ṛṣayaḥ—resi-resi yang mulia; aham—Aku adalah; ādiḥ—sumber; hi—pasti; devānām—para dewa; mahā-ṛṣīṇām—para resi yang mulia; ca—juga; sarvāsaḥ—dalam segala hal.


    Terjemahan

    Baik para dewa maupun resi-resi yang mulia tidak mengenal asal mula maupun kehebatan-Ku, sebab, dalam segala hal, Aku adalah sumber dewa-dewa dan resi-resi.


    Penjelasan

    Sebagaimana dinyatakan dalam Brahma-samhita, Sri Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tiada yang lebih tinggi daripada Krishna; Krishna adalah sebab segala sebab. Di sini juga dinyatakan oleh Krishna Sendiri bahwa Diri-Nya adalah sebab semua dewa dan resi. Dewa dan resi yang mulia sekalipun tidak dapat mengerti tentang Krishna; mereka tidak dapat mengerti nama Beliau maupun kepribadian Beliau. Karena itu, tentu saja orang yang namanya saja sarjana di planet yang kecil ini tidak dapat mengerti tentang hal itu. Tiada seorang pun yang dapat mengerti mengapa Tuhan Yang Maha Esa turun ke bumi sebagai manusia biasa dan melakukan kegiatan yang ajaib dan luar biasa. Karena itu, hendaknya orang mengetahui bahwa kesarjanaan bukanlah kwalifikasi yang dibutuhkan untuk mengerti tentang Krishna. Para dewa dan para resi yang muliapun sudah berusaha mengerti tentang Krishna dengan angan-angannya, dan mereka sudah gagal dalam usaha ini. Dalam Srimad-Bhagavatam, juga dinyatakan dengan jelas bahwa dewa yang mulia sekalipun tidak dapat mengerti tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Mereka dapat berangan-angan sampai batas indera-inderanya yang kurang sempurna dan dapat mencapai kesimpulan yang berlawanan, yakni filsafat yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, tentang sesuatu yang tidak diwujudkan oleh tiga sifat alam material, atau mereka dapat membayangkan sesuatu melalui angan-angan, tetapi tidak mungkin mereka mengerti tentang Krishna dengan angan-angan yang bodoh seperti itu.
    Di sini secara tidak langsung Krishna menyatakan bahwa kalau seseorang ingin mengenal Kebenaran Mutlak, Aku berada di sini sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Aku adalah Tuhan Yang Maha Esa." Hendaknya orang mengetahui tentang hal ini. Walaupun seseorang tidak dapat mengerti tentang Tuhan yang tidak terhingga tetapi berada secara pribadi, namun Beliau tetap ada. Kita sungguh-sungguh dapat mengerti tentang Krishna. Yang bersifat kekal, penuh kebahagiaan dan pengetahuan, hanya dengan mempelajari sabda Beliau dalam Bhagavad-gita dan Srimad-Bhagavatam. Paham tentang Tuhan sebagai suatu kekuatan yang berkuasa atau sebagai Brahman yang tidak bersifat pribadi dapat dicapai oleh orang yang berada di dalam tenaga rendah Tuhan, tetapi Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat dipahami kecuali seseorang berada dalam kedudukan rohani.
    Oleh karena kebanyakan orang tidak dapat mengerti tentang Krishna dalam kedudukan-Nya yang sebenarnya, atas karunia Krishna yang tiada sebabnya Beliau turun untuk memberi karunia kepada orang yang berangan-angan seperti itu. Walaupun Tuhan Yang Maha Esa melakukan kegiatan yang luar biasa, orang yang berangan-angan seperti itu masih menganggap Brahman yang tidak bersifat pribadi adalah Yang Mahatinggi karena pengaruh tenaga material. Hanya para penyembah yang sudah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat mengerti bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah Krishna, atas karunia Kepribadian Yang Paling Utama. Para penyembah Tuhan tidak mempedulikan paham Brahman yang tidak bersifat pribadi terhadap Tuhan; keyakinan dan bhakti para penyembah membawa mereka sampai menyerahkan diri langsung kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan atas karunia Krishna yang tiada sebabnya, mereka dapat mengerti tentang Krishna. Orang lain tidak dapat mengerti tentang Beliau. Resi-resi yang mulia juga setuju: Apa itu atma, apa itu Yang Mahakuasa? Yang Mahakuasa adalah Beliau yang harus kita sembah.



    10.3

     

    yo mām ajam anādiḿ ca
    vetti loka-maheśvaram
    asammūḍhaḥ sa martyeṣu
    sarva-pāpaiḥ pramucyate

    yaḥ—siapa pun yang; mām—Aku; ajam—tidak dilahirkan; anādim—tidak berawal; ca—juga; vetti—mengenal; loka—dari planet-planet; mahā-īśvaram—penguasa tertinggi; asammūḍhaḥ—tidak berkhayal; saḥ—dia; martyeṣu—di kalangan orang yang mengalami kematian; sarva-pāpaiḥ—dari segala reaksi dosa; pramucyate—diselamatkan.

    Terjemahan

    Orang yang mengenal Aku sebagai Yang tidak dilahirkan, sebagai Yang tidak berawal, sebagai Tuhan Yang Maha Esa Yang berkuasa atas semua dunia di kalangan manusia dia yang tidak berkhayal, dan hanya dialah yang dibebaskan dari segala dosa.


    Penjelasan

    Sebagaimana dijelaskan dalam Bab Tujuh (7.3), manuṣyāṇām sahasresu kascid yatati siddhaye: Orang yang sedang berusaha mengangkat Diri-Nya sampai tingkat keinsafan rohani bukan manusia biasa; mereka lebih maju daripada berjuta-juta manusia biasa yang tidak memiliki pengetahuan tentang keinsafan rohani. Tetapi di antara orang yang sungguh-sungguh berusaha mengerti kedudukan rohaninya, orang yang dapat mengerti bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, pemilik segala sesuatu, yang tidak dilahirkan, adalah orang yang paling berhasil dalam keinsafan rohani. Hanya pada tingkat itu saja, bila seseorang sudah mengerti kedudukan Krishna Yang Mahatinggi secara sempurna, ia dapat dibebaskan sepenuhnya dari segala reaksi dosa.
    Di sini Krishna diuraikan dengan kata aja, yang berarti tidak dilahirkan,"tetapi Beliau berbeda dari para makhluk hidup yang diuraikan dalam Bab Dua sebagai aja. Tuhan berbeda dari makhluk hidup yang dilahirkan dan meninggal karena ikatan material. Roh-roh yang terikat menggantikan badan-badannya, tetapi badan Krishna tidak dapat diubah. Bilamana Beliau datang ke dunia material ini, Beliau datang sebagai Kepribadian yang sama yang tidak dilahirkan. Karena itu, dalam Bab Empat dinyatakan bahwa, atas kekuatan dalam dari Diri-Nya, Tuhan Yang Maha Esa tidak berada di bawah tenaga material yang rendah, melainkan Beliau selalu berada dalam tenaga utama.
    Dalam ayat ini, kata-kata vetti lokāmaḥesvaram berarti hendaknya orang mengetahui bahwa Sri Krishna adalah Pemilik tertinggi susunan-susunan planet di alam semesta. Beliau sudah ada sebelum ciptaan dan Beliau berbeda dari ciptaan-Nya. Semua dewa diciptakan di dunia material ini, tetapi Krishna tidak diciptakan; karena itu, Krishna berbeda dari dewa-dewa yang mulia seperti Brahma dan Siva sekalipun. Oleh karena Krishna-lah yang menciptakan Brahma, Siva, dan semua dewa lainnya, Krishna adalah Kepribadian Yang Paling Utama yang berkuasa atas semua planet.
    Karena itu, Sri Krishna berbeda dari segala sesuatu yang diciptakan, dan siapapun yang mengenal Krishna seperti itu segera dibebaskan dari segala reaksi dosa. Seseorang harus dibebaskan dari segala kegiatan yang berdosa agar ia dapat mengenal Tuhan Yang Maha Esa. Krishna hanya dapat dikenal melalui bhakti, bukan dengan cara lain, sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gita.
    Hendaknya seseorang jangan berusaha mengerti tentang Krishna sebagai seorang manusia. Sebagaimana sudah dinyatakan sebelumnya, hanya orang bodoh menganggap Krishna manusia biasa. Sekali lagi kenyataan ini diungkapkan di sini dengan cara yang lain. Orang yang tidak bodoh, orang yang cukup cerdas mengerti kedudukan dasar Tuhan Yang Maha Esa, selalu bebas dari reaksi dosa.
    Kalau Krishna dikenal sebagai putera Devaki, bagaimana mungkin dikatakan bahwa Krishna tidak dilahirkan? Kenyataan ini juga sudah dijelaskan dalam Srimad-Bhagavatam: ketika Krishna muncul di hadapan Devaki dan Vasudeva, Krishna tidak dilahirkan sebagai anak-anak biasa; Krishna muncul dalam bentuk-Nya yang asli, kemudian Beliau mengubah Diri-Nya menjadi anak-anak biasa.
    Apapun yang dilakukan di bawah perintah Krishna bersifat rohani dan melampaui hal-hal duniawi. Perbuatan di bawah perintah Krishna tidak mungkin dipengaruhi oleh reaksi-reaksi material, yang barangkali menguntungkan atau tidak menguntungkan. Paham bahwa ada hal-hal yang menguntungkan dan yang tidak menguntungkan di dunia material kurang lebih merupakan angan-angan, sebab tidak ada sesuatupun yang menguntungkan di dunia material. Segala sesuatu tidak menguntungkan, sebab alam meterialpun tidak menguntungkan. Kita hanya membayangkan bahwa alam material menguntungkan. Keuntungan yang sejati bergantung pada kegiatan dalam kesadaran Krishna dalam bhakti dan pengabdian sepenuhnya. Karena itu, kalau kita sungguh-sungguh ingin supaya kegiatan kita menguntungkan, hendaknya kita bekerja di bawah perintah-perintah Tuhan Yang Maha Esa. Perintah-perintah seperti itu diberikan dalam Kitab-kitab Suci yang dapat dipercaya seperti Srimad-Bhagavatam dan Bhagavad-gita, atau dari seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya. Oleh karena guru kerohanian adalah utusan Tuhan Yang Maha Esa, petunjuk dari beliau secara langsung merupakan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa. Guru kerohanian, orang-orang suci dan Kitab-kitab Suci memberi pengarahan dengan cara yang sama. Tidak ada hal-hal yang bertentangan antara tiga sumber tersebut. Segala perbuatan yang dilakukan di bawah petunjuk-petunjuk  seperti itu bebas dari reaksi-reaksi kegiatan saleh atau kegiatan yang tidak saleh di dunia material ini. Sikap rohani seorang penyembah dalam pelaksanaan kegiatan adalah sikap pelepasan ikatan, dan ini disebut sannyāsa. Sebagaimana dinyatakan dalam ayat pertama dari bab Enam Bhagavad-gita, orang yang bertindak menurut kewajiban karena ia sudah diperintahkan bertindak seperti itu oleh Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak berlindung pada hasil atau pahala dari kegiatannya (anāśritaḥ karma-phalam), adalah orang yang sungguh-sungguh melepas kan ikatan. Siapapun yang bertindak di bawah perintah Tuhan Yang Maha Esa sungguh-sungguh seorang sannyāsī dan yogi, bukan orang yang hanya mengenakan pakaian sannyāsī, atau seorang yogi yang palsu.

    10.4-5

     

    buddhir jñānam asammohaḥ
    kṣamā satyaḿ damaḥ śamaḥ
    sukhaḿ duḥkhaḿ bhavo 'bhāvo
    bhayaḿ cābhayam eva ca


    ahiḿsā samatā tuṣṭis
    tapo dānaḿ yaśo 'yaśaḥ
    bhavānti bhāvā bhūtānāḿ
    matta eva pṛthag-vidhāḥ

     buddhiḥ—kecerdasan; jñānam—pengetahuan; asammohaḥ—kebebasan dari keragu-raguan; kṣamā—pengampunan; satyam—kejujuran; damaḥ—pengendalian indera-indera; samaḥ—pengendalian pikiran; sukham—kebahagiaan; duḥkham—dukacita; bhāvaḥ—kelahiran; abhāvaḥ—kematian; bhayam—rasa takut; ca—juga; abhayam—kebebasan dari rasa takut; evā—juga; ca—dan; ahiḿsā—tidak melakukan kekerasan; samatā—keseimbangan; tuṣṭiḥ—kepuasan; tapaḥ—pertapaan; dānam—kedermawanan; yaśaḥ—kemasyhuran; ayaśaḥ—penghinaan; bhavānti—terjadi; bhāvaḥ—sifat-sifat; bhūtānām—para makhluk hidup; mattaḥ—dari-Ku; evā—pasti; pṛthak-vidhāḥ—disusun dengan berbagai cara.


    Terjemahan


    Kecerdasan, pengetahuan, kebebasan dari keragu-raguan dan khayalan, pengampunan, kejujuran, pengendalian indera-indera, pengendalian pikiran, kebahagiaan dan dukacita, kelahiran, kematian, rasa takut, kebebasan dari rasa takut, tidak melakukan kekerasan, keseimbangan sikap, kepuasan, kesederhanaan, kedermawanan, kemasyhuran dan penghinaan berbagai sifat tersebut yang dimiliki oleh para makhluk hidup semua diciptakan oleh Aku sendiri.


    Penjelasan

    Berbagai sifat makhluk hidup, baik maupun buruk, semua diciptakan oleh Krishna, dan sifat-sifat itu diuraikan di sini.
    Kecerdasan berarti kekuatan untuk menganalisis hal-hal menurut pandangan yang sebenarnya, dan pengetahuan berarti mengerti apa arti sang roh dan apa arti alam. Pengetahuan biasa yang diperoleh melalui pendidikan di universitas hanya menyangkut alam saja, dan di sini pengetahuan alam seperti itu tidak diakui sebagai pengetahuan. Pengetahuan berarti mengetahui perbedaan antara sang roh dan alam. Dalam pendidikan modern tidak ada pengetahuan tentang sang roh; mereka hanya memperhatikan unsur-unsur material dan kebutuhan jasmani. Karena itu, pengetahuan dari perguruan tinggi kurang lengkap.
    Asammoha, kebebasan dari keragu-raguan dan khayalan, dapat dicapai apabila seseorang tidak ragu-ragu dan mengerti filsafat rohani. Ia dibebaskan dari kebingungan secara berangsur-angsur namun pasti. Hendaknya sesuatu janganlah diterima secara buta; segala sesuatu harus diterima dengan penuh perhatian dan kewaspadaan. Ksama, toleransi dan pengampunan, harus dilatih; sebaiknya orang bersikap toleran dan memaafkan kesalahan kecil yang dilakukan orang lain. Satyam, kejujuran berarti kenyataan harus disampaikan menurut kedudukan yang sebenarnya, untuk memberi manfaat kepada orang lain. Hendaknya kenyataan jangan diputarbalikkan. Menurut kebiasaan masyarakat, dikatakan bahwa seseorang menyampaikan kebenaran hanya kalau kebenaran itu enak diterima orang lain. Tetapi itu bukan kejujuran. Hendaknya kebenaran disampaikan dengan cara terus terang, supaya orang lain akan mengerti bagaimana kenyataan yang sebenarnya. Kalau ada seorang pencuri, dan orang diberi peringatan bahwa orang itu adalah pencuri, itulah kebenaran. Walaupun kebenaran kadang-kadang kurang enak ditelan, hendaknya seseorang jangan segan menyampaikan kebenaran. Kejujuran mengharuskan agar kenyataan disampaikan menurut keadaan yang sebenarnya untuk memberi manfaat kepada orang lain. Itulah definisi kejujuran.
    Mengendalikan indera-indera berarti indera-indera hendaknya tidak digunakan untuk kenikmatan pribadi yang tidak diperlukan. Memenuhi kebutuhan indera-indera yang layak tidak dilarang, tetapi kenikmatan indera-indera yang tidak diperlukan merugikan kemajuan rohani. Karena itu, hendaknya indera-indera dikendalikan serta tidak digunakan bila tidak diperlukan. Begitu pula, hendaknya orang menahan pikirannya dari pikiran yang tidak diperlukan; itu disebut sama. Sebaiknya orang jangan mengisi waktunya dalam merenungkan cara mengumpulkan uang. Ini merupakan penyalahgunaan daya pikir. Pikiran hendaknya digunakan untuk mengerti kebutuhan utama manusia, dan hendaknya itu disampaikan dengan cara yang dapat dipercaya. Daya pikir hendaknya dikembangkan dalam pergaulan dengan orang yang menjadi penguasa di bidang Kitab Suci, orang-orang suci, para guru kerohanian dan orang yang daya pikirannya sudah dikembangkan sampai tingkat tinggi. Hendaknya orang selalu menikmati sukham, yaitu kesenangan atau kebahagiaan, dalam hal-hal yang menguntungkan untuk perkembangan pengetahuan rohani kesadaran Krishna. Begitu pula, sesuatu yang menyakitkan atau menyebabkan dukacita tidak bermanfaat untuk mengembangkan kesadaran Krishna. Apapun yang bermanfaat untuk perkembangan kesadaran Krishna sebaiknya diterima, dan apapun yang tidak bermanfaat seharusnya ditolak.
    Bhava, kelahiran, dimengerti sebagai hal yang berhubungan dengan badan. Tidak ada kelahiran maupun kematian bagi sang roh; kenyataan itu sudah kami bicarakan pada awal Bhagavad-gita. Kelahiran dan kematian menyangkut badan seseorang di dunia material. Rasa takut disebabkan karena orang khawatir tentang masa yang akan datang. Orang yang sadar akan Krishna tidak takut, karena menurut kegiatannya pasti dia akan pulang, kembali ke angkasa rohani, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, masa depan orang yang sadar akan Krishna cerah sekali. Akan tetapi, orang lain tidak mengetahui bagaimana masa depannya; mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang penjelmaannya yang akan datang. Karena itu, mereka cemas senantiasa. Kalau kita ingin bebas dari kecemasan, maka cara terbaik ialah mengerti tentang Krishna dan selalu mantap dalam kesadaran Krishna. Dengan cara demikian, kita akan selalu bebas dari segala rasa takut. Dalam Srimad-Bhagavatam (11.2.37) dinyatakan, bhayam dvitiya-bhini vesataḥsyāt: Rasa takut disebabkan karena kita terikat dalam tenaga yang menyebabkan khayalan. Tetapi orang yang bebas dari tenaga yang menyebabkan khayalan, orang yang yakin bahwa Diri-Nya bukan badan jasmani, yaitu bahwa Diri-Nya adalah bagian rohani dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan menekuni bhakti rohani kepada Beliau karena alasan itu, tidak perlu takut kepada apapun. Masa depan mereka cerah sekali. Rasa takut tersebut ada lah keadaan orang yang tidak sadar akan Krishna. Abhayam, kebebasan dari rasa takut, hanya dimungkinkan bagi orang yang sadar akan Krishna.
    Ahimsa, yaitu tidak melakukan kekerasan, berarti hendaknya seseorang janganlah melakukan sesuatu yang akan menyebabkan orang lain menderita kesengsaraan atau kekacauan. Kegiatan material yang dijanjikan oleh banyak tokoh politik, ahli sosiologi, dermawan, dan sebagainya, tidak menghasilkan sesuatu yang bagus sekali karena tokoh-tokoh politik dan dermawan itu tidak mempunyai pengelihatan rohani; mereka belum mengetahui apa yang sungguh-sungguh bermanfaat untuk masyarakat manusia. Ahimsa berarti orang harus dilatih dengan cara sedemikian rupa supaya orang dapat berhasil menggunakan badan manusia sepenuhnya. Badan manusia dimaksudkan untuk keinsafan rohani. Karena itu, gerakan atau lembaga manapun yang tidak memajukan tujuan itu sebenarnya melakukan kekerasan terhadap badan manusia. Sesuatu yang memajukan kebahagiaan rohani rakyat umum pada masa yang akan datang disebut tidak melakukan kekerasan.
    Samata, keseimbangan, berarti kebebasan dari ikatan dan rasa benci. Kalau seseorang sangat tidak terikat, maka itu kurang baik. Hendaknya dunia material ini diterima tanpa ikatan maupun rasa benci. Sesuatu yang bermanfaat untuk penyebaran kesadaran Krishna hendaknya diterima; sesuatu yang tidak bermanfaat hendaknya ditolak. Itu disebut samata, keseimbangan sikap. Orang yang sadar akan Krishna tidak harus menolak atau menerima sesuatu selain hal-hal yang dinilai menurut gunanya dalam memajukan kesadaran Krishna.
    Tusti, kepuasan, berarti hendaknya seseorang janganlah terlalu ingin mengumpulkan harta benda material semakin banyak dengan kegiatan yang tidak diperlukan. Hendaknya ia puas dengan apapun yang diperoleh atas karunia Tuhan Yang Maha Esa; itu disebut kepuasan. Tapas berarti kesederhanaan atau pertapaan. Ada banyak aturan dan peraturan dalam Veda yang berlaku dalam hal ini, misalnya bangun pagi-pagi dan mandi. Kadang-kadang sulit sekali bangun pagi-pagi, tetapi kesulitan manapun yang dialami seseorang secara rela dalam hal ini disebut pertapaan. Begitu pula, dianjurkan supaya orang puasa pada hari-hari  tertentu dalam satu bulan. Mungkin seseorang tidak berminat puasa seperti itu, tetapi oleh karena dia bertabah hati untuk maju dalam ilmu pengetahuan kesadaran Krishna, sebaiknya ia menerima kesulitan jasmani seperti itu apabila dianjurkan. Akan tetapi, hendaknya orang tidak puasa jika itu tidak diperlukan atau menjalankan puasa yang bertentangan dengan aturan Veda. Hendaknya seseorang tidak puasa untuk suatu tujuan politik; dalam Bhagavad-gita kegiatan seperti itu diuraikan sebagai puasa dalam kebodohan. Segala sesuatu yang dilakukan dalam kebodohan atau nafsu tidak membuahkan langkah maju dalam kerohanian. Segala sesuatu yang dilakukan dalam sifat kebaikan sungguh-sungguh menyebabkan seseorang maju. Puasa yang dilakukan menurut aturan Veda memperkaya pengetahuan rohani orang yang menjalankannya.
    Dalam hal kedermawanan, sebaiknya orang menyumbangkan lima puluh persen dari pendapatnya untuk suatu tujuan yang baik. Apakah tujuan yang baik itu? Tujuan yang baik ialah sesuatu yang dijalankan menurut kesadaran Krishna. Itu bukan hanya tujuan yang baik, tetapi tujuan terbaik. Oleh karena Krishna baik, kepentingan Krishna juga baik. Karena itu, sumbangan sebaiknya diberikan kepada orang yang tekun dalam kesadaran Krishna. Menurut kesusasteraan Veda, dianjurkan supaya kedermawanan diberikan kepada para brahmaṇā. Kebiasaan ini masih diikuti, walaupun kadang-kadang tidak diikuti dengan cara yang tepat sekali menurut aturan Veda. Tetapi aturan bahwa kedermawanan harus diberikan kepada para brahmaṇā tetap ada. Mengapa? Karena para brahmaṇā tekun dalam mengembangkan pengetahuan rohani yang lebih tinggi. Seharusnya seorang brahmaṇā mempersembahkan seluruh kehidupannya untuk mengerti tentang Brahman. Brahma janatiti brahmaṇaḥ: Orang yang mengenal Brahman disebut seorang brahmaṇā. Jadi, sumbangan diberikan kepada para brahmaṇā karena mereka selalu tekun dalam pengabdian rohani yang lebih tinggi dan tidak ada waktu untuk mencari nafkah. Dalam kesusasteraan Veda, sumbangan juga diberikan kepada orang yang sudah melepaskan ikatan terhadap hal-hal duniawi, yaitu seorang sannyāsī. Para sannyāsī minta sumbangan di rumah orang, bukan dengan tujuan untuk mencari uang, tetapi untuk menyebarkan pengetahuan rohani. Menurut sistem sannyāsa, seorang sannyāsī pergi ke rumah orang yang berumah tangga untuk menyadarkan mereka dari keadaan tidur dalam kebodohan. Oleh karena orang yang berumah tangga sibuk dalam urusan keluarga dan sudah melupakan tujuannya yang sejati yaitu menjadi sadar akan Krishna maka kewajiban para sannyāsī ialah pergi sebagai pengemis kepada orang yang berumah tangga dan memberi semangat mereka agar sadar akan Krishna. Sebagaimana dinyatakan dalam Veda, hendaknya seseorang menjadi sadar dan mencapai apa yang patut dicapainya dalam kehidupan manusia ini. Pengetahuan dan cara tersebut disebarkan oleh para sannyāsī; karena itu, sumbangan diberikan kepada orang yang melepaskan ikatan terhadap hal-hal duniawi dalam kehidupan ini, kepada para brahmaṇā, dan juga untuk tujuan-tujuan baik yang serupa, bukan untuk suatu tujuan yang hanya bersifat bertingkah saja.
    Yasas, kemasyhuran, hendaknya dimengerti menurut Sri  Caitanya. Sri Caitanya pernah mengatakan bahwa seseorang termasyhur bila ia terkenal sebagai penyembah yang mulia. Itulah kemasyhuran yang sejati. Kalau seseorang sudah menjadi orang yang mulia dalam kesadaran Krishna, dan itu sudah dikenal orang, maka orang itu sungguh-sungguh termasyhur. Orang yang termasyhur bukan karena cara itu adalah orang yang terkenal karena sesuatu yang bersifat jahat.
    Segala sifat tersebut diwujudkan di seluruh alam semesta dalam masyarakat manusia dan masyarakat para dewa. Ada banyak bentuk manusia di planet-planet lain, dan sifat-sifat tersebut ditemukan di sana. Krishna menciptakan segala sifat tersebut untuk orang yang ingin maju dalam kesadaran Krishna, tetapi orang yang bersangkutan sendiri yang mengembangkan sifat-sifat itu dari dalam hatinya. Orang yang menekuni bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa mengembangkan segala sifat yang baik, sebagaimana diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa.
    Asal mula segala sesuatu yang kita temukan, baik maupun buruk, adalah Krishna. Tiada sesuatupun yang dapat berwujud sendiri di dunia material ini yang bukan Krishna. Itulah pengetahuan; walaupun kita mengetahui bahwa berbagai hal mempunyai kedudukan yang berbeda, kita harus menginsafi bahwa segala sesuatu berasal dari Krishna.



    10.6

     

    maharṣayaḥ sapta pūrve
    catvāro manavas tathā
    mad-bhāvā mānasā jātā
    yeṣāḿ loka imāḥ prajāḥ

    mahā-ṛṣayaḥ—resi-resi yang mulia; sapta—tujuh; pūrve—sebelumnya; catvāraḥ—empat; mānavāḥ—para Manu; tathā—juga; mat-bhāvaḥ—dilahirkan dari-Ku; mānasaḥ—dari pikiran; jātāḥ—dilahirkan; yeṣām—dari mereka; loke—di dunia; imāḥ—segala ini; prajāḥ—penduduk.


    Terjemahan

    Tujuh resi yang mulia, dan sebelum mereka empat resi lainnya serta para Manu [leluhur manusia], berasal dari-Ku. Mereka dilahirkan dari pikiran-Ku, dan semua makhluk hidup yang menghuni berbagai planet adalah keturunan dari mereka.


    Penjelasan

    Krishna sedang memberikan ringkasan tentang silsilah penduduk alam semesta. Brahma adalah makhluk pertama yang dilahirkan dari tenaga Tuhan Yang Maha Esa, yang bernama Hiranyagarbha. Dari Brahma, terwujudlah tujuh resi yang mulia, dan sebelum mereka empat resi mulia lainnya yang bernama Sanaka, Sananda, Sanatana dan Sanat-kumara, dan para Manu. Dua puluh lima resi yang mulia tersebut terkenal sebagai leluhur para makhluk hidup di seluruh alam semesta. Jumlah alam semesta tidak terhingga, dan jumlah planet di dalam tiap-tiap alam semesta tidak dapat dihitung. Tiap-tiap planet penuh dengan berbagai jenis penduduk. Semuanya dilahirkan dari dua puluh lima leluhur tersebut. Brahma bertapa selama seribu tahun menurut perhitungan para dewa sebelum dia menginsafi bagaimana cara menciptakan atas karunia Krishna. Kemudian dari Brahma, muncullah Sanaka, Sananda, Sanatana dan Sanat-kumara, kemudian Rudra, dan kemudian tujuh resi. Dengan cara demikian, semua brahmaṇā dan ksatriya dilahirkan dari tenaga Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Brahma bernama Pitamaha, yang berarti kakek, dan Krishna terkenal sebagai Prapitamaha, yang berarti kakek moyang. Ini dinyatakan dalam Bab Sebelas dari Bhagavad-gita (11.39).



    10.7

     

    etāḿ vibhūtiḿ yogaḿ ca
    mama yo vetti tattvataḥ
    so 'vikalpena yogena
    yujyate nātra saḿśayaḥ

    etām—semua ini; vibhūtim—kehebatan; yogam—kekuatan batin; ca—juga; mama—milik-Ku; yaḥ—siapa pun yang; vetti—mengenal; tattvataḥ—dengan sebenarnya; saḥ—dia; avikalpena—tanpa pembagian; yogena—dalam bhakti; yujyate—tekun; na—tidak pernah; atra—di sini; saḿśayaḥ—keragu-raguan.


    Terjemahan

    Orang yang sungguh-sungguh yakin tentang kehebatan dan kekuatan batin-Ku ini menekuni bhakti yang murni dan tidak dicampur dengan hal-hal lain; kenyataan ini tidak dapat diragukan.


    Penjelasan

    Puncak tertinggi kesempurnaan rohani adalah pengetahuan tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kalau seseorang belum yakin dengan mantap tentang berbagai kehebatan Tuhan Yang Maha Esa, ia belum dapat menekuni bhakti. Pada umumnya orang mengetahui bahwa Tuhan adalah Yang Mahabesar, tetapi mereka belum mengetahui secara terperinci bagaimana Tuhan adalah Yang Mahabesar. Di sini kebesaran Tuhan diuraikan secara terperinci. Kalau seseorang sungguh-sungguh mengetahui bagaimana Tuhan adalah Yang Mahabesar, maka sewajarnya ia menyerahkan diri dan menekuni bhakti kepada Tuhan. Bila seseorang mengetahui kehebatan Yang Mahakuasa secara nyata, tiada pilihan lain selain menyerahkan diri kepada Beliau. Pengetahuan yang nyata tersebut dapat dikenal dari uraian dalam Srimad-Bhagavatam dan Bhagavad-gita dan kesusasteraan yang serupa.
    Dalam administrasi alam semesta ini, ada banyak dewa yang tersebar diseluruh susunan planet. Yang paling utama di antara dewa-dewa itu adalah Brahma, Dewa Siva dan empat -Kumara yang mulia, para dewa dan resi lainnya yang menjadi leluhur. Ada banyak nenek moyang penduduk alam semesta, dan semuanya dilahirkan dari Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna adalah leluhur pertama bagi semua leluhur.
    Inilah beberapa di antara kehebatan-kehebatan Tuhan Yang Maha Esa. Bila seseorang sudah yakin dengan mantap tentang kehebatan tersebut, dia mengakui Krishna dengan keyakinan yang kuat tanpa keragu-raguan, dan dia menekuni bhakti. Segala pengetahuan terperinci tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan minat seseorang terhadap cinta-bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hendaknya orang tidak alpa untuk mengerti sepenuhnya betapa hebatnya kebesaran Krishna, sebab dengan mengetahui kebesaran Krishna, seseorang dapat menjadi mantap dalam bhakti yang tulus ikhlas.



    10.8

     

    ahaḿ sarvasya prabhavo
    mattaḥ sarvaḿ prāvartate
    iti matvā bhajante māḿ
    budhā bhāva-samanvitāḥ

    aham—Aku; sarvasya—dari semua; prabhāvaḥ—sumber keturunan; mattaḥ—dari-Ku; sarvam—segala sesuatu; prāvartate—berasal; iti—demikian; matvā—mengetahui; bhajante—berbhakti; mām—kepada-Ku budhāḥ—orang bijaksana; bhāva-samanvitāḥ—dengan perhatian penuh.


    Terjemahan

    Aku adalah sumber segala dunia rohani dan segala dunia material. Segala sesuatu berasal dari-Ku. Orang bijaksana yang mengetahui kenyataan ini secara sempurna menekuni bhakti kepada-Ku dan menyembah-Ku dengan sepenuh hatinya.


    Penjelasan

    Sarjana yang bijaksana yang sudah mempelajari Veda secara sempurna, sudah memiliki keterangan dari penguasa-penguasa seperti Sri Caitanya dan mengetahui bagaimana cara melaksanakan ajaran tersebut akan dapat mengerti bahwa Krishna adalah sumber segala sesuatu, baik di dunia material maupun di dunia rohani. Oleh karena sarjana yang bijaksana itu mengetahui kenyataan ini secara sempurna, dia menjadi mantap dengan teguh dalam bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dia tidak akan pernah dapat disesatkan, walaupun banyak tafsiran yang tidak masuk akal dibuat oleh orang bodoh. Segala kesusasteraan Veda setuju bahwa Krishna adalah sumber Brahma, Siva, dan semua dewa lainnya. Dalam Atharva Veda (Gopala-tapani Upanisad 1.24) dinyatakan, yo brahmaṇām vidadhati purvam yo vai vedams ca gapayati sma kṛṣṇah. Krishna-lah yang mengajarkan pengetahuan Veda kepada Brahma pada awal dan menyebarkan pengetahuan Veda pada masa lampau." Kemudian sekali lagi dinyatakan dalam Narayana Upanisad (1), atha puruso ha vai narayano 'kamayata prajāḥ srjeyeti. Kemudian Kepribadian Yang Paling Utama Narayana ingin menciptakan para makhluk hidup." Kemudian dalam Upanisad yang sama dinyatakan: narayanad brahma jayate, narayanad prajā-patiḥ prājā te, narayanad indro jayate, narayanad astau vasavo jāyante, narayanad ekadasa rudra jāyante, narayanad dvadasadityah: Dari Narayana Brahma lahir, dari Narayana para Prājā pati juga lahir, dari Narayana Indra lahir, dari Narayana delapan Vasu lahir, dari Narayana sebelas Rudra lahir, dari Narayana dua belas Āditya lahir." Narayana tersebut adalah penjelmaan dari Krishna.
      Dalam Veda yang sama dinyatakan brahmanyo Devakiputrāḥ: Putera Devaki, Krishna, adalah Kepribadian Yang Paling Utama." (Narayana Upanisad 4). Kemudian dinyatakan, eko vai narayana asin na brahma na isa sno napo nagni samau neme dyav-aprthivi na naksatrani na suryah: Pada awal ciptaan, yang ada hanyalah Kepribadian Yang Paling Utama Narayana. Belum ada Brahma, belum ada Siva, api, bulan, bintang di langit, maupun matahari. Yang ada hanya Krishna, yang menciptakan segala sesuatu dan menikmati segala sesuatu (Maha Upanisad 1). Dalam Maha Upanisad juga dinyatakan bahwa Siva lahir dari dahi Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, dalam Veda dinyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa yang harus disembah, beliau menciptakan Brahma dan Siva.
    Dalam Kitab Moksadharma, Krishna juga bersabda:

    prajāpatiḿ ca rudraḿ cāpy
    aham eva sṛjāmi vai
    tau hi māḿ na vijānīto
    mama māyā-vimohitau

    Para leluhur, Siva dan lain-lainnya diciptakan oleh-Ku, walaupun mereka tidak mengetahui bahwa mereka diciptakan oleh-Ku, karena mereka dikhayalkan oleh tenaga-Ku yang menyebabkan khayalan." Dalam Varaha Purana juga dinyatakan:

    nārāyaṇaḥ paro devas
    tasmāj jātaś caturmukhaḥ
    tasmād rudro 'bhavad devaḥ
    sa ca sarva-jñatāḿ gataḥ

    Narayana adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Brahma lahir dari Narayana, dan Siva lahir dari Brahma."  
    Sri Krishna adalah sumber segala generasi, dan Krishna disebut penyebab paling efisien segala sesuatu. Krishna bersabda, Oleh karena segala sesuatu lahir dari-Ku, Aku adalah sumber asli segala sesuatu. Segala sesuatu berada di bawah Diri-Ku; tiada seorangpun yang berada di atas Diri-Ku." Yang mengendalikan segala sesuatu tiada lain daripada Krishna. Orang yang mengerti Krishna dengan cara seperti itu dari seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya dengan ayat-ayat yang dikutip dari kesusasteraan Veda, menggunakan segala tenaganya dalam kesadaran Krishna dan menjadi orang yang sungguh-sungguh bijaksana. Dibandingkan dengan orang itu, orang lain yang belum mengenal Krishna dengan sebenarnya adalah orang-orang bodoh. Hanya orang bodoh yang menganggap Krishna manusia biasa. Orang yang sadar akan Krishna hendaknya janganlah dibingungkan oleh orang bodoh; hendaknya ia menghindari segala tafsiran dan pengertian yang tidak dibenarkan mengenai Bhagavad-gita dan maju dalam kesadaran Krishna dengan ketabahan hati dan sikap teguh.

    10.9

     

    mac-cittā mad-gata-prāṇā
    bodhayantaḥ parasparam
    kathayantaś ca māḿ nityaḿ
    tuṣyanti ca ramanti ca

    mat-cittaḥ—pikiran tekun sepenuhnya kepada-Ku; mat-gata-prāṇāḥ—kehidupannya dipersembahkan kepada-Ku; bodhayantaḥ—mengajarkan; parasparam—satu sama lain; kathayantaḥ—berbicara; ca—juga; mām—tentang-Ku; nityam—untuk selamanya; tusyānti—bersenang hati; ca—juga; ramanti—menikmati kebahagiaan rohani; ca—juga.


    Terjemahan

    Para penyembah-Ku yang murni selalu khusuk berpikir tentang-Ku, kehidupannya dipersembahkan sepenuhnya untuk berbhakti kepada-Ku, dan mereka memperoleh kepuasan dan kebahagiaan yang besar dari kegiatan senantiasa memberikan penjelasan satu sama lain dan berbicara tentang-Ku.


    Penjelasan

    Para penyembah yang murni, yang ciri-cirinya disebut di sini, tekun sepenuhnya dalam cinta-bhakti rohani kepada Tuhan. Pikiran mereka tidak dapat dialihkan dari kakipadma Krishna. Pembicaraan mereka hanya menyangkut hal-hal rohani. Ciri-ciri penyembah Tuhan yang murni diuraikan dalam ayat ini secara khusus. Para penyembah Tuhan Yang Maha Esa tekun selama dua puluh empat jam setiap hari dalam memuji sifat-sifat dan kegiatan Tuhan Yang Maha Esa. Hati nuraninya senantiasa menyelam dalam Krishna, dan mereka berbahagia bicara tentang Krishna bersama penyembah lainnya.
       Pada tingkat pendahuluan bhakti, mereka menikmati kesenangan rohani dari pengabdian itu sendiri, dan pada tingkat matang mereka sungguh-sungguh mantap dalam cinta-bhakti kepada Tuhan. Kalau mereka sudah mantap dalam kedudukan rohani tersebut, mereka dapat menikmati kesempurnaan tertinggi yang diperlihatkan oleh Tuhan Yang Maha Esa di tempat tinggal-Nya. Sri  Caitanya Mahaprabhu mengumpamakan cinta-bhakti rohani sebagai penānāman biji di dalam hati makhluk hidup. Ada makhluk hidup yang jumlahnya tidak dapat dihitung yang mengembara di seluruh planet di alam semesta. Di antara makhluk-makhluk hidup itu, ada beberapa yang cukup beruntung hingga dapat bertemu dengan seorang penyembah murni dan mendapat kesempatan untuk mengerti tentang bhakti. Bhakti tersebut adalah seperti biji. Kalau biji itu ditanam di dalam hati makhluk hidup, dan kalau dia terus mendengar dan memuji mantra Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare/ Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare, maka biji itu berbuah, seperti bibit pohon berbuah kalau disirami air secara teratur. Tanaman rohani bhakti berangsur-angsur tumbuh besar sampai menembus penutup alam semesta material dan memasuki cahaya brahmajyoti di angkasa rohani. Di angkasa rohani tanaman itu juga tumbuh semakin besar sampai mencapai planet tertinggi, yang bernama Goloka Vrndavana, planet Krishna yang paling tinggi. Akhirnya, tumbuhan tersebut berlindung di bawah kakipadma Krishna dan tinggal di sana. Berangsur-angsur tanaman bhakti tersebut berbuah, bagaikan tanaman yang menghasilkan buah dan bunga, dan proses menyiramkan air dalam bentuk mendengar dan memuji berjalan terus. Tanaman bhakti diuraikan sepenuhnya dalam Caitanya-caritamrta (Madhyalila, Bab Sembilan belas). Dalam Caitanya-caritamrta, diuraikan bahwa bila tanaman yang lengkap berlindung di bawah kakipadma Tuhan Yang Maha Esa, seseorang menjadi khusuk sepenuhnya dalam cinta-bhakti kepada Tuhan. Pada waktu itu, ia tidak dapat hidup bahkan selama sesaat pun tanpa hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Seperti halnya seekor ikan tidak dapat hidup tanpa air. Dalam keadaan seperti itu, seorang penyembah sungguh-sungguh mencapai sifat-sifat rohani berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
       Srimad-Bhagavatam juga penuh dengan ceritera-ceritera tentang hubungan antara Tuhan Yang Maha Esa dengan para penyembah-Nya; karena itu, Srimad-Bhagavatam sangat dicintai oleh para penyembah, sebagaimana dinyatakan dalam Srimad-Bhagavatam sendiri (12.13.18). Srimad-bhagavatam purāṇam amalam yad vaisnavanam priyam. Dalam sejarah tersebut, tidak ada sesuatupun yang menyangkut kegiatan material, perkembangan ekonomi, kepuasan indera-indera maupun pembebasan. Srimad-Bhagavatam adalah satu-satunya ceritera dan yang menguraikan sifat rohani Tuhan Yang Maha Esa dan para penyembah-Nya sepenuhnya. Karena itu, orang yang sudah insaf akan Diri-Nya dalam kesadaran Krishna senantiasa senang mendengar kesusasteraan rohani tersebut, bagaikan seorang pemuda dan seorang pemudi senang bergaul satu sama lain.



    10.10

     

    teṣāḿ satata-yuktānāḿ
    bhajatāḿ prīti-pūrvakam
    dadāmi buddhi-yogaḿ taḿ
    yena mām upayānti te

    teṣām—kepada mereka; satata-yuktānām—selalu tekun; bhajatām—dalam berbhakti; prīti-pūrvakam—dalam cinta-bhakti kebahagiaan rohani; dadāmi—Aku memberikan; buddhiyogam—kecerdasan yang sejati; tam—itu; yena—dengan itu; mām—kepada-Ku; upayānti—datang; te—mereka.


    Terjemahan

    Kepada mereka yang senantiasa setia berbhakti kepada-Ku dengan cinta kasih, Aku berikan pengertian yang memungkinkan mereka datang kepada-Ku.


    Penjelasan

    Dalam ayat ini, kata buddhiyogam sangat bermakna. Kita ingat bahwa dalam Bab Dua dalam pelajaran Krishna kepada Arjuna dikatakan bahwa Krishna sudah membicarakan banyak hal kepada Arjuna dan bahwa Beliau akan memberi pelajaran kepada Arjuna tentang cara buddhi-yoga. Sekarang buddhi-yoga dijelaskan. Buddhi-yoga sendiri adalah perbuatan dalam kesadaran Krishna; itulah kecerdasan tertinggi. Buddhi berarti kecerdasan, yoga berarti kegiatan batin atau kemajuan dalam ilmu kebatinan. Bila seseorang berusaha pulang, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan mulai melaksanakan kesadaran Krishna dengan bhakti, maka perbuatannya disebut buddhi-yoga. Dengan kata lain, buddhi-yoga adalah proses yang memungkinkan seseorang keluar dari ikatan dunia material ini. Krishna adalah tujuan tertinggi kemajuan. Orang belum tahu tentang hal ini. Karena itu, pergaulan dengan para penyembah dan seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya adalah hal yang penting. Hendaknya orang mengetahui bahwa tujuannya adalah Krishna. Apabila tujuan sudah ditentukan, secara berangsur-angsur jalannya ditempuh, hingga tujuan tertinggi tercapai.
    Bila seseorang mengetahui tujuan hidup namun masih ketagihan terhadap hasil dari kegiatan, dia bertindak dalam karma-yoga. Bila ia mengetahui bahwa tujuan sebenarnya adalah Krishna tetapi masih senang berangan-angan untuk mengerti tentang Krishna, dia bertindak dalam jñāna-yoga. Bila ia mengetahui tujuan dan mencari Krishna sepenuhnya dalam kesadaran Krishna dan bhakti, maka ia bertindak dalam bhakti-yoga, atau buddhi-yoga, yaitu yoga yang lengkap. Yoga yang lengkap tersebut adalah tingkat kesempurnaan hidup tertinggi.
    Mungkin seseorang sudah mempunyai guru kerohanian yang dapat dipercaya dan mungkin dia sudah masuk suatu organisasi rohani, tetapi kalau ia masih belum cukup cerdas untuk maju, maka Krishna yang bersemayam di dalam hatinya memberi pelajaran supaya akhirnya dia dapat mencapai kepada Krishna tanpa kesulitan. Kwalifikasi yang dibutuhkan ialah bahwa seseorang harus selalu menekuni kesadaran Krishna dan mengabdikan diri dengan berbagai cara dalam cinta-bhakti. Sebaiknya ia melakukan sejenis pekerjaan untuk Krishna, dan pekerjaan itu harus dilakukan dengan cinta-bhakti. Kalau seorang penyembah belum cukup cerdas untuk cukup maju dalam menempuh jalan keinsafan diri tetapi ia tulus ikhlas dan setia pada kegiatan bhakti,maka Krishna memberi kesempatan kepadanya untuk maju dan akhirnya mencapai kepada Krishna.



    10.11

     

    teṣām evānukampārtham
    aham ajñāna-jaḿ tamaḥ
    nāśayāmy ātma-bhāva-stho
    jñāna-dīpena bhāsvatā

    teṣām—kepada mereka; evā—pasti; anukampā-artham—untuk memperlihatkan karunia yang istimewa; aham—Aku; ajñāna-jam—karena kebodohan; tamaḥ—kegelapan; nāśayāmi—menghilangkan; ātma-bhāva—di dalam hatinya; sthaḥ—mantap; jñāna—dari pengetahuan; dīpena—dengan lampu; bhāsvatā—cemerlang.


    Terjemahan

    Untuk memperlihatkan karunia istimewa kepada mereka, Aku yang bersemayam di dalam hatinya, membinasakan kegelapan yang dilahirkan dari kebodohan dengan lampu pengetahuan yang cemerlang.


    Penjelasan

    Pada waktu Sri  Caitanya berada di Benares dalam rangka mengajarkan cara mengucapkan mantra Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare, beribu-ribu orang mengikuti Beliau. Prakasananda Sarasvati, seorang sarjana yang sangat berpengaruh di Benares pada waktu itu, menjelekkan Sri Caitanya dengan menyebutkan Beliau sebagai orang yang berperasaan dangkal. Kadang-kadang para filosof mengkritik para penyembah karena mereka pikir bahwa kebanyakan penyembah bodoh dalam kegelapan dan hanya sebagai orang yang berperasaan dangkal yang belum tahu apa-apa di bidang filsafat. Namun kenyataannya tidak demikian. Banyak sarjana-sarjana yang berpengetahuan sangat tinggi yang telah mengemukakan filsafat bhakti. Disamping itu kalaupun seorang penyembah tidak memanfaatkan kesusasteraan para filosofi bhakti tersebut maupun bimbingan guru kerohaniannya, jika dia tulus ikhlas dalam bhaktinya, ia akan dibimbing oleh Krishna Sendiri dari dalam hatinya. Jadi, tidak mungkin seorang penyembah yang tulus ikhlas yang tekun dalam kesadaran Krishna tidak memiliki pengetahuan. Satu-satunya kwalifikasi yang diperlukan ialah seseorang harus melakukan bhakti dalam kesadaran Krishna sepenuhnya.
    Para filosof modern berpikir bahwa tanpa membedakan antara satu dan lain hal, seseorang tidak dapat memperoleh pengetahuan yang murni. Tuhan Yang Maha Esa memberikan jawaban ini untuk mereka: Walaupun orang yang tekun dalam bhakti yang murni kurang terdidik atau kekurangan pengetahuan tentang prinsip-prinsip Veda, ia masih dibantu oleh Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini.
    Krishna memberitahukan kepada Arjuna bahwa pada dasarnya tidak mungkin seseorang mengerti Kebenaran Yang Paling Utama, Kebenaran Mutlak, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa hanya dengan cara berangan-angan, sebab Kebenaran Yang paling Utama begitu tinggi sehingga tidak mungkin seseorang mengerti atau mencapai kepada Beliau hanya dengan usaha pikiran. Manusia dapat berangan-angan terus selama berjuta-juta tahun, tetapi kalau ia tidak berbhakti atau kalau ia tidak mencintai kebenaran Yang Paling Utama, ia tidak akan pernah mengerti Krishna, maupun Kebenaran Yang Paling Utama, Krishna, Kebenaran Yang paling Utama, hanya dipuaskan dengan bhakti, dan Krishna dapat memperlihatkan Diri-Nya di dalam hati seorang penyembah yang murni melalui tenaga-Nya yang tidak dapat dipahami. Seorang penyembah yang murni selalu menyimpan Krishna di dalam hatinya; oleh karena Krishna berada di sana, kegelapan kebodohan segera dihilangkan, sebab Krishna adalah seperti matahari. Inilah karunia istimewa yang diberikan kepada para penyembah murni oleh Krishna.
    Akibat pencemaran pergaulan material selama berjuta-juta penjelmaan, hati seseorang selalu ditutupi oleh debu keduniawian. Tetapi apabila seseorang menekuni bhakti dan senantiasa mengucapkan mantra Hare Krishna, debu itu dihilangkan dengan cepat dan dia diangkat sampai tingkat pengetahuan yang murni. Tujuan tertinggi, yaitu Visnu hanya dapat dicapai dengan cara mengucapkan mantra tersebut dan melalui bhakti. Tujuan tertinggi itu tidak dapat dicapai melalui angan-angan maupun argumentasi. Seorang penyembah murni tidak perlu khawatir tentang kebutuhan material dalam kehidupannya, dia tidak perlu cemas, sebab bila ia menghilangkan kegelapan dari hatinya, segala sesuatu disediakan secara otomatis oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa dipuaskan oleh cinta-bhakti yang dilakukan oleh seorang penyembah. Inilah hakekat ajaran Bhagavad-gita. Dengan mempelajari Bhagavad-gita, seseorang dapat menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menekuni bhakti yang murni, demikianlah Tuhan Yang Maha Esa mulai mengurusnya, maka ia akan dibebaskan sepenuhnya dari segala jenis usaha duniawi.



    10.12-13

    Arjuna uvāca
    paraḿ brahma paraḿ dhāma
    pavitraḿ paramaḿ bhavān
    puruṣaḿ śāśvataḿ divyam
    ādi-devam ajaḿ vibhum


    āhus tvām ṛṣayaḥ sarve
    devarṣir nāradas tathā
    asito devalo vyāsaḥ
    svayaḿ caiva bravīṣi me

    Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; param—paling utama; brahma—kebenaran; param—paling utama; dhāma—pemeliharaan; pavitram—murni; paramam—paling utama; bhavān—Anda; puruṣam—kepribadian; śāśvatam—asli; divyam—rohani dan melampaui hal-hal duniawi; ādi-devam—Tuhan Yang Maha Esa yang asli; ajam—tidak dilahirkan; vibhum—Yang Maha Tinggi; āhuḥ—berkata; tvām—tentang Anda; ṛṣayaḥ—resi-resi; sarve—semua; deva-ṛṣiḥ—di kalangan dewa; nāradaḥ—Nārada; tathā—juga; asitaḥ—Asita; devalaḥ—Devala; vyāsaḥ—Vyasa; svayam—secara pribadi; ca—juga; evā—pasti; bravīṣī—Anda menjelaskan; me—kepada hamba.


    Terjemahan

    Arjuna berkata: Anda adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, tempat tinggal tertinggi, Yang Mahasuci, Kebenaran Mutlak. Anda adalah Yang Mahaabadi, Yang rohani dan melampaui dunia ini, Kepribadian yang asli dan tidak dilahirkan dan Yang Mahabesar. Semua resi yang mulia seperti Nārada, Asita, Devala dan Vyasa membenarkan kenyataan ini tentang Anda, dan sekarang Anda Sendiri menyatakan demikian kepada hamba.


    Penjelasan

    Dalam dua ayat ini, Tuhan Yang Maha Esa memberikan kesempatan kepada para filosof modern, sebab di sini jelas bahwa Yang Maha kuasa berbeda dari roh yang individual. Sesudah mendengar empat ayat yang merupakan hakekat Bhagavad-gita dalam bab ini, Arjuna dibebaskan sepenuhnya dari segala keragu-raguan dan mengakui Krishna sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Arjuna segera menyatakan dengan berani, Anda adalah parambrahma, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa." Sebelumnya Krishna menyatakan bahwa Diri-Nya adalah asal mula segala sesuatu dan semua makhluk. Setiap dewa dan setiap manusia bergantung kepada Krishna. Manusia dan dewa dipengaruhi oleh kebodohan; karena itu, mereka menganggap Diri-Nya mutlak dan tidak bergantung pada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kebodohan seperti itu dihilangkan secara sempurna oleh pelaksanaan bhakti. Hal ini sudah dijelaskan oleh Krishna dalam ayat sebelumnya. Sekarang, atas karunia Krishna, Arjuna mengakui Krishna sebagai Kebenaran Yang Paling Utama, sesuai dengan ajaran Veda. Tidak benar bahwa Arjuna sedang membujuk Krishna dengan menyebutkan Beliau sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Kebenaran Mutlak, hanya karena Krishna adalah kawan akrab Arjuna. Apapun yang dikatakan Arjuna dalam dua ayat ini dibenarkan oleh kebenaran Veda. Ajaran Veda membenarkan bahwa hanya orang yang mulai melakukan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat mengerti tentang Beliau, sedangkan orang lain tidak dapat mengerti. Tiap-tiap kata dalam ayat ini yang dinyatakan oleh Arjuna dibenarkan oleh ajaran-ajaran Veda.
    Dalam Kena Upanisad, dinyatakan bahwa Brahman Yang Paling Utama adalah sandaran segala sesuatu, dan Krishna sudah menjelaskan bahwa segala sesuatu bersandar kepada Diri-Nya. Dalam Mundaka Upanisad dibenarkan bahwa Tuhan Yang Maha Esa, sandaran segala sesuatu, hanya dapat diinsafi oleh orang yang senantiasa tekun berpikir tentang Beliau. Senantiasa berpikir tentang Krishna disebut smaranam, salah satu cara bhakti. Hanya dengan bhakti kepada Krishna saja seseorang dapat mengerti kedudukannya dan menghilangkan badan material ini.
    Dalam Veda, Tuhan Yang Maha Esa diakui sebagai Yang Mahasuci. Orang yang mengerti bahwa Krishna adalah Yang Mahasuci dapat disucikan dari segala kegiatannya yang berdosa. Orang tidak dapat disucikan dari kegiatan berdosa kecuali ia menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Arjuna mengakui Krishna sebagai Yang Mahasuci, dan itu sesuai dengan ajaran kesusasteraan Veda. Hal ini juga dibenarkan oleh Tujuan-tujuan yang mulia. Di antara mereka itu, Nārada yang paling terkemuka.
    Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan hendaknya orang selalu bersemadi kepada Krishna dan menikmati hubungan rohani dengan Beliau. Krishna adalah keberadaan yang paling utama. Krishna bebas dari kebutuhan jasmani, kelahiran dan kematian. Bukan hanya Arjuna yang membenarkan kenyataan ini, tetapi segala kesusasteraan Veda, Puranapurana dan sejarah-sejarah juga membenarkan kenyataan ini. Krishna diuraikan seperti itu dalam segala kesusasteraan Veda, dan Tuhan Yang Maha Esa Sendiri juga bersabda dalam Bab Empat, Walaupun Aku tidak dilahirkan, Aku muncul di bumi ini untuk menegakkan prinsip-prinsip dharma." Krishna adalah sumber Yang Paling Utama; tidak ada sesuatu yang menyebabkan Krishna, sebab Krishna adalah sebab segala sebab, dan segala sesuatu berasal dari Krishna. Pengetahuan sempurna tersebut dapat diperoleh atas karunia Tuhan Yang Maha Esa.
    Dalam ayat ini Arjuna mengungkapkan isi hatinya atas karunia Krishna. Kalau kita ingin mengerti tentang Bhagavad-gita, kita harus mengakui pernyataan-pernyataan dalam dua ayat ini. Ini disebut sistem parampara, pengakuan terhadap garis perguruan. Kalau seseorang tidak termasuk garis perguruan, ia tidak dapat mengerti Bhagavad-gita. Tidak mungkin seseorang mengerti tentang Bhagavad-gita hanya dengan sesuatu yang hanya namanya saja pendidikan akademis. Sayang sekali, orang yang bangga karena pendidikannya di perguruan tinggi tetap berpegang teguh pada keyakinan mereka yang bersifat keras kepala bahwa Krishna orang biasa, walaupun sikap itu bertentangan dengan begitu banyak bukti dari kesusasteraan Veda.



    10.14

     

    sarvam etad ṛtaḿ manye
    yan māḿ vadasi keśava
    na hi te bhagavan vyaktiḿ
    vidur devā na dānavāḥ

    sarvam—semua; etat—ini; ṛtam—kebenaran; manye—hamba mengakui; yat—yang; mām—kepada hamba; vadasi—Anda memberitahukan; keśava—o Krishna; na—tidak pernah; hi—pasti; te—milik Anda; bhagavan—o Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; vyaktim—wahyu; viduḥ—dapat mengenal; devāḥ—para dewa; na—tidak juga; dānavāḥ—para raksasa.


    Terjemahan

    O Krishna, hamba menerima sepenuhnya sebagai kebenaran segala sesuatu yang sudah Anda sampaikan kepada hamba. O Tuhan Yang Maha Esa, baik para dewa maupun para raksasa tidak dapat mengerti kepribadian Anda.


    Penjelasan

    Di sini Arjuna membenarkan bahwa orang yang tidak percaya dan orang yang bersifat jahat tidak dapat mengerti tentang Krishna. Krishna tidak dikenal, bahkan oleh para dewa sekalipun, apalagi oleh orang yang hanya namanya sarjana-sarjana di dunia modern. Atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, Arjuna sudah mengerti bahwa Kebenaran Yang Paling Utama adalah Krishna dan bahwa Krishna adalah Yang Mahasempurna. Karena itu sebaiknya orang mengikuti jalan yang ditempuh oleh Arjuna. Arjuna menerima kekuasaan Bhagavad-gita. Sebagaimana diuraikan dalam Bab Empat, sistem garis perguruan parampara untuk mengerti Bhagavad-gita telah hilang. Karena itu, Krishna mendirikan kembali garis perguruan tersebut dengan mengangkat Arjuna sebagai murid pertama karena Krishna menganggap Arjuna adalah kawan-Nya yang akrab dan seorang penyembah yang mulia. Karena itu, sebagaimana kami nyatakan dalam kata pengantar Bhagavad-gita atau Gitopanisad ini, Bhagavad-gita harus dimengerti dalam sistem parampara. Pada waktu sistem parampara telah hilang, Arjuna dipilih untuk menghidupkan kembali sistem itu. Sebaiknya orang meniru Arjuna dalam mengakui segala sesuatu yang disabdakan oleh Krishna; dengan demikian, kita dapat mengerti hakekat Bhagavad-gita. Hanya pada waktu itulah kita dapat mengerti bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.




    10.15

     

    svayam evātmanātmānaḿ
    vettha tvaḿ puruṣottama
    bhūta-bhāvana bhūteśa
    deva-deva jagat-pate


    svayam—secara pribadi; evā—pasti; ātmanā—oleh Anda Sendiri; ātmanām—Anda Sendiri; vettha—mengenal; tvām—Anda; puruṣa-uttama—o Kepribadian Yang Paling Utama; bhutabhāvanā—o Asal Mula segala sesuatu; bhūta-īśa—o Tuhan Yang Maha Esa; deva-deva—o Penguasa semua dewa;  jagat-pate—o Penguasa seluruh jagat.


    Terjemahan

    Memang, hanya Anda Sendiri yang mengenal Diri Anda atas tenaga dalam milik Anda, o Kepribadian Yang Paling Utama, Asal Mula segala sesuatu, Penguasa semua makhluk hidup, Tuhan yang disembah oleh para dewa, Penguasa jagat!


    Penjelasan

    Tuhan Yang Maha Esa Krishna dapat dikenal oleh orang yang mempunyai hubungan dengan Beliau melalui pelaksanaan bhakti, seperti Arjuna dan para pengikutnya. Orang yang berjiwa jahat atau tidak percaya kepada Tuhan tidak dapat mengenal Krishna. Angan-angan yang membawa seseorang makin jauh dari Tuhan Yang Maha Esa adalah dosa yang berat, dan orang yang belum mengenal Krishna hendaknya janganlah mencoba menafsirkan Bhagavad-gita. Bhagavad-gita adalah pernyataan Krishna. Oleh karena Bhagavad-gita adalah ilmu pengetahuan tentang Krishna, Bhagavad-gita harus dimengerti dari Krishna sebagaimana Bhagavad-gita dimengerti oleh Arjuna. Sebaiknya jangan menerima Bhagavad-gita dari orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
    Sebagaimana dinyatakan dalam Srimad-Bhagavatam (1.2.11):

    vādānti tat tattva-vidas
    tattvaḿ yaj jñānam advayam
    brahmeti paramātmeti
    bhagavān iti śabdyate

    Kebenaran Yang Paling Utama diinsafi dalam tiga aspek: Sebagai Brahman yang tidak bersifat pribadi, Paramatma yang berada dalam setiap tempat dan akhirnya sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, pada tingkat terakhir pengertian terhadap Kebenaran Mutlak, seseorang mencapai kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang awam ataupun orang yang sudah mencapai pembebasan yang sudah menginsafi Brahman yang tidak bersifat pribadi atau Paramatma yang berada dalam di tempat-tempat tertentu, mungkin belum mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, orang seperti itu dapat berusaha untuk mengerti Kepribadian Yang Paling Utama dari ayat-ayat Bhagavad-gita, yang disabdakan oleh Kepribadian tersebut, yaitu Sri Krishna. Kadang-kadang orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan mengakui Krishna sebagai Bhagavan, atau mereka mengakui kekuasaan Krishna. Namun banyak orang yang sudah mencapai pembebasan belum dapat mengerti Krishna sebagai Purusottama, Kepribadian Yang Paling Utama. Karena itu, Arjuna menyebutkan Krishna dengan nama Purusottama. Namun mungkin seseorang belum mengerti bahwa Krishna adalah ayah bagi semua makhluk hidup. Karena itu, Arjuna menyebutkan Krishna dengan nama Bhutabhāvanā. Dan kalau seseorang mengenal Krishna sebagai ayah makhluk hidup, mungkin dia belum mengenal Krishna sebagai Yang Mahakuasa; karena itu, Krishna disebut di sini sebagai Bhutesa, atau Kepribadian Yang Mahakuasa yang mengendalikan semua orang. Walaupun seseorang mengenal Krishna sebagai yang mengendalikan semua makhluk hidup, mungkin dia belum mengetahui bahwa Krishna adalah sumber semua dewa. Karena itu, di sini Krishna disebut Devadeva, atau Tuhan Yang Maha Esa yang disembah oleh semua dewa. Kalaupun seseorang mengenal Krishna sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang disembah oleh semua dewa, mungkin ia belum mengetahui bahwa Krishna adalah Pemilik utama segala sesuatu; karena itu, Krishna disebut Jagatpati. Dengan cara demikian, kebenaran tentang Krishna dimantapkan dalam ayat ini oleh keinsafan Arjuna, dan hendaknya kita mengetahui langkah-langkah Arjuna untuk mengerti Krishna menurut kedudukan Krishna yang sebenarnya.



    10.16

     

    vaktum arhasy aśeṣeṇa
    divyā hy ātma-vibhūtayaḥ
    yābhir vibhūtibhir lokān
    imāḿs tvaḿ vyāpya tiṣṭhasi

    vaktum—berkata; arhasi—Anda patut; aśeṣeṇa—secara terperinci; divyāḥ—rohani; hi—pasti; ātmā—milik Anda Sendiri; vibhūtayaḥ—kehebatan-kehebatan; yābhiḥ—oleh yang itu; vibhūtibhiḥ—kehebatan-kehebatan; lokān—semua planet; imān—ini; tvām—Anda; vyāpya—berada di mana-mana; tiṣṭhasi—tetap.


    Terjemahan

    Anda berada di mana-mana di semua dunia ini melalui kehebatan rohani Anda, Mohon memberitahukan kepada hamba secara terperinci tentang kehebatan-kehebatan rohani itu.


    Penjelasan

    Dalam ayat ini tampaknya Arjuna sudah puas dengan pengertiannya tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna. Atas karunia Krishna, Arjuna mempunyai pengalaman pribadi, kecerdasan, pengetahuan serta segala hal lain yang dapat dimiliki oleh seseorang melalui semua itu, dan dia sudah mengerti bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Arjuna tidak ragu-ragu, namun dia memohon agar Krishna menjelaskan sifat-Nya yang berada di mana-mana. Sebab rakyat pada umumnya dan orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan pada khususnya mengutamakan perhatiannya terhadap sifat Beliau yang berada di mana-mana. Karena itu, Arjuna bertanya kepada Krishna bagaimana Beliau berada dalam aspek-Nya yang berada di mana-mana melalui berbagai tenaga Beliau. Harus dimengerti bahwa pertanyaan ini diajukan oleh Arjuna atas nama orang awam.


    10.17

     

    kathaḿ vidyām ahaḿ yogiḿs
    tvāḿ sadā paricintayan
    keṣu keṣu ca bhāveṣu
    cintyo 'si bhagavan mayā

     katham—bagaimana; vidyām aham—hamba akan mengetahui; yogin—o ahli kebatinan yang paling utama; tvām—Anda; sadā—selalu; paricintayan—berpikir tentang; keṣu—dalam itu; keṣu—dalam itu; ca—juga; bhāveṣu—sifat-sifat; cintyaḥ asi—Anda harus diingat; bhagavan—o Tuhan Yang Mahakuasa; mayā—oleh hamba.


    Terjemahan

    O Krishna, ahli kebatinan yang paling utama, bagaimana cara hamba dapat berpikir tentang Anda senantiasa, dan bagaimana cara hamba dapat mengenal Anda? Anda harus diingat dalam aneka bentuk yang bagaimana, o Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa?


    Penjelasan

    Sebagaimana dinyatakan dalam bab sebelumnya, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa ditutupi oleh yogamayā -Nya. Hanya orang yang sudah menyerahkan diri serta para penyembah dapat melihat Beliau. Sekarang Arjuna yakin bahwa kawannya, Krishna, adalah Tuhan Yang Maha Esa, tetapi Arjuna ingin mengetahui proses umum yang memungkinkan Tuhan Yang Mahaada dapat dipahami oleh orang awam. Orang awam, termasuk raksasa dan orang yang tidak percaya kepada Tuhan, tidak dapat mengenal Krishna, sebab Krishna dijaga oleh tenaga yogamayā -Nya. Sekali lagi, pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan oleh Arjuna untuk memberi manfaat kepada mereka. Seorang penyembah yang lebih maju tidak hanya memikirkan pengertiannya sendiri, tetapi juga memikirkan pengertian segenap manusia. Karena itu, Arjuna, atas karunianya membuka pengertian KeMahaadaan Tuhan Yang Maha Esa untuk orang awam karena Arjuna adalah seorang Vaisnava, seorang penyembah. Arjuna menyebutkan Krishna secara khusus sebagai yogin karena Sri Krishna adalah penguasa tenaga yoga mayā , yang menyebabkan Beliau tertutup dan terbuka bagi orang awam. Orang awam yang belum mencintai Krishna tidak dapat berpikir tentang Krishna senantiasa; karena itu dia harus berpikir secara material. Arjuna mempertimbangkan cara berpikir orang duniawi di dunia ini. Kata-kata kesu-kesu ca bhāveṣu menunjukkan alam material (kata bhava berarti benda-benda alam"). Oleh karena orang duniawi tidak dapat mengerti Krishna secara rohani, dianjurkan supaya mereka memusatkan pikirannya kepada benda-benda alam dan usaha melihat bagaimana Krishna terwujud melalui perwujudan-perwujudan alam.



    10.18

     

    vistareṇātmano yogaḿ
    vibhūtiḿ ca janārdana
    bhūyaḥ kathaya tṛptir hi
    śṛṇvato nāsti me 'mṛtam

    vistareṇa—secara terperinci; ātmanāḥ—milik Anda; yogam—kekuatan batin; vibhūtim—kehebatan-kehebatan; ca—juga; jana-ardana—o Pembunuh orang yang tidak percaya kepada Tuhan; bhūyaḥ—sekali lagi; kathaya—menguraikan; tṛptiḥ—kepuasan; hi—pasti; s‚nvataḥ—mendengar; na asti—tidak ada; me—milik hamba; amṛtam—manisnya minuman kekekalan.


    Terjemahan

    O Janārdana, mohon menguraikan sekali lagi secara terperinci kekuatan batin kehebatan Anda. Hamba tidak pernah kenyang mendengar tentang Anda, sebab makin hamba mendengar makin hamba ingin merasakan manisnya minuman kekekalan sabda Anda.



    Penjelasan

    Pernyataan yang serupa disampaikan kepada Suta Gosvami oleh para resi di Naimisaranya, dipimpin oleh Saunaka. Pernyataan tersebut adalah sebagai berikut:

    vayaḿ tu na vitṛpyāma
    uttama-śloka-vikrame
    yac chṛṇvatāḿ rasa-jñānāḿ
    svādu svādu pade pade

    Seseorang tidak pernah dapat merasa kenyang walaupun ia senantiasa mendengar tentang kegiatan rohani Krishna, yang dipuji oleh doa-doa pujian yang sangat bagus. Orang yang sudah masuk ke dalam hubungan rohani dengan Krishna menikmati uraian kegiatan Krishna pada setiap langkah" (Srimad-Bhagavatam 1.1.19). Karena itu, Arjuna berminat untuk mendengar tentang Krishna, khususnya tentang bagaimana Beliau tetap sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang berada di mana-mana.
    Makna kata amṛtam, atau minuman kekekalan, ialah bahwa ceritera atau pernyataan apapun mengenai Krishna adalah seperti minuman kekekalan yang manis sekali. Minuman kekekalan tersebut dapat dialami melalui pengalaman nyata. Ceritera-ceritera modern, ceritera roman dan sejarah-sejarah berbeda dari kegiatan rohani Tuhan, sebab seseorang akan menjadi bosan mendengar ceritera-ceritera duniawi, tetapi ia tidak akan pernah bosan mendengar tentang Krishna. Karena alasan inilah sejarah seluruh alam semesta penuh dengan ceritera-ceritera tentang kegiatan penjelmaan-penjelmaan Tuhan Yang Maha Esa. Purana-purana adalah sejarah jaman purbakala yang menceriterakan berbagai penjelmaan Tuhan. Dengan cara demikian, materi bacaan tetap segar untuk selamanya, walaupun dibaca berulangkali.



    10.19

     

    śrī-bhagavān uvāca
    hanta te kathayiṣyāmi
    divyā hy ātma-vibhūtayaḥ
    prādhānyataḥ kuru-śreṣṭha
    nāsty anto vistarasya me

    Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; hanta—ya; te—kepadamu; kathayiṣyāmi—Aku akan bersabda; divyāḥ—rohani; hi—pasti; ātma-vibhūtayaḥ—kehebatan-kehebatan pribadi; prādhānyataḥ—yang penting; kuru-śreṣṭha—wahai yang paling baik di antara para Kuru; na asti—tidak ada; antaḥ—batas; vistarasya—sampai batas; me—milik-Ku.


    Terjemahan

    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Ya, Aku akan memberitahukan kepadamu tentang perwujudan-perwujudan-Ku yang mulia, tetapi hanya yang paling terkemuka, sebab kehebatan-Ku tidak terhingga, wahai Arjuna.


    Penjelasan

    Tidak mungkin seseorang memahami kebesaran Krishna dan kehebatan-kehebatan-Nya. Indera-indera  roh individual adalah terbatas sehingga tidak memungkinkan ia mengerti keseluruhan kegiatan Krishna. Namun para penyembah berusaha mengerti tentang Krishna, tetapi tidak berdasarkan prinsip bahwa mereka akan dapat mengerti Krishna sepenuhnya pada suatu saat atau dalam suatu keadaan hidup. Melainkan, mata pelajaran tentang Krishna begitu manis sehingga para penyembah merasakannya sebagai minuman kekekalan. Karena itu, para penyembah menikmati hal-hal itu. Para penyembah yang murni menikmati kebahagiaan rohani dalam membicarakan kehebatan-kehebatan Krishna dan berbagai tenaga Krishna. Karena itu, mereka ingin mendengar dan membicarakan hal-hal itu. Krishna mengetahui bahwa makhluk hidup tidak mengerti batas kehebatan-Nya; karena itu, Beliau berkenan menyatakan hanya manifestasi-manifestasi  pokok dari berbagai tenaga-Nya. Kata pradhanyatah (pokok") sangat penting, sebab kita hanya dapat mengerti beberapa ciri pokok Tuhan Yang Maha Esa, karena ciri-ciri Beliau tidak terhingga. Tidak mungkin seseorang mengerti semuanya. Kata vibhūti, yang digunakan dalam ayat ini, menunjukkan kehebatan-kehebatan yang digunakan oleh Beliau untuk mengendalikan seluruh manifestasi. Dalam kamus Amarakosa, dinyatakan bahwa vibhūti berar ti kehebatan yang luar biasa.
    Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan atau orang yang menyembah banyak dewa tidak dapat mengerti kehebatan luar biasa Tuhan Yang Maha Esa maupun manifestasi-manifestasi  tenaga-tenaga rohani Beliau. Baik di dunia material maupun di dunia rohani tenaga-tenaga Tuhan tersebar dalam setiap jenis manifestasi. Sekarang Krishna menguraikan apa yang dapat dilihat secara langsung oleh orang awam; dengan cara demikian, sebagian dari aneka tenaga Beliau diuraikan sebagai berikut.



    10.20

     

    aham ātmā guḍākeśa
    sarva-bhūtāśaya-sthitaḥ
    aham ādiś ca madhyaḿ ca
    bhūtānām anta eva ca

    aham—Aku; ātmā—sang roh; guḍākeśa—wahai Arjuna; sarva-bhūta—semua makhluk hidup; āśaya-sthitaḥ—bersemayam di dalam hati; aham—Aku adalah; ādiḥ—asal mula; ca—juga; madhyam—pertengahan; ca—juga; bhūtānām—semua makhluk hidup; antaḥ—akhir; evā—pasti; ca—dan.


    Terjemahan

    O Arjuna, Aku adalah Roh Yang Utama yang bersemayam di dalam hati semua makhluk hidup. Aku adalah awal, pertengahan dan akhir semua makhluk.


    Penjelasan

    Dalam ayat ini Arjuna disebut Gudakesa, yang berarti orang yang sudah menaklukkan kegelapan tidur." Tidak mungkin orang yang sedang tidur yang kegelapan dalam kebodohan mengerti bagaimana Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa mewujudkan Diri-Nya dengan berbagai cara di dunia material dan di dunia rohani. Karena itu, sapaan Krishna kepada Arjuna bermakna. Oleh karena Arjuna berada di atas kegelapan seperti itu, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa berkenan menguraikan berbagai kehebatan-Nya.
    Pertama-tama Krishna memberitahukan kepada Arjuna bahwa Krishna adalah nyawa seluruh manifestasi alam semesta melalui penjelmaan yang utama dari Diri-Nya. Sebelum ciptaan material, Tuhan Yang Maha Esa menjelma sebagai penjelmaan para purusa melalui penjelmaan-Nya yang berkuasa penuh dan segala sesuatu mulai dari Beliau. Karena itu, Krishna adalah atma, atau nyawa mahat-tattva, yaitu unsur-unsur alam semesta. Keseluruhan tenaga material bukan sebab ciptaan; sebenarnya MahaVisnu masuk ke dalam mahat-tattva, atau keseluruhan tenaga material. Krishna adalah roh alam semesta. Bila MahaVisnu masuk ke dalam alamsemesta-alamsemesta yang diwujudkan, sekali lagi Beliau mewujudkan diri sebagai Roh Yang Utama di dalam hati setiap makhluk hidup. Kita mengalami bahwa badan pribadi makhluk bernyawa karena adanya bunga api rohani. Tidak mungkin badan berkembang tanpa adanya bunga api rohani. Begitu pula, manifestasi material tidak dapat berkembang kecuali Roh Yang Utama, Krishna, masuk ke dalamnya. Sebagaimana dinyatakan dalam Subala Upanisad, prakrty-adisarva-bhūtantaryami sarvasesi ca narayanah: Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa berada di dalam semua alam semesta yang diwujudkan sebagai Roh Yang Utama."  Tiga purusaavatara diuraikan dalam Srimad-Bhagavatam. Tiga purusa avatara tersebut juga diuraikan dalam Satvatatantra. Visnu tu trini rupani purusakhyany atho viduh: Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa mewujudkan tiga aspek sebagai KaranodakaUayi Visnu, Garbhodakakasayi Visnu dan KsirodakaUayi Visnu dalam manifestasi material ini. MahaVisnu, atau KaranodakaUayi Visnu diuraikan dalam Brahma-samhita (5.47). Yah karanarnavajale bhajati sma yoganidram: Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, sebab segala sebab, berbaring dalam lautan semesta sebagai MahaVisnu. Karena itu, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah awal alam semesta ini, pemelihara manifestasi-manifestasi  alam semesta, dan akhir segala tenaga




    10.21

     

    ādityānām ahaḿ viṣṇur
    jyotiṣāḿ ravir aḿśumān
    marīcir marutām asmi
    nakṣatrāṇām ahaḿ śaśī

    ādityānām—di antara para Āditya; aham—Aku adalah; viṣṇuḥ—Tuhan Yang Maha Esa; jyotiṣām—semua sumber cahaya; raviḥ—matahari; aḿśu-mān—bercahaya; marīciḥ—Marici; marutām—dari pada Marut; asmi—Aku adalah; nakṣatrāṇām—di antara bintang-bintang; aham—Aku adalah; śaśī—bulan.


    Terjemahan

    Di antara para Āditya Aku adalah Visnu, di antara sumber-sumber cahaya Aku adalah matahari yang cerah, di antara para Marut Aku adalah Marici, dan di antara bintangbintang Aku adalah bulan.


    Penjelasan

    Ada dua belas Āditya. Krishna adalah Yang Paling Utama di antara dua belas Āditya itu. Di antara semua sumber cahaya di langit, mataharilah yang paling utama, dalam Brahma-samhita matahari diakui sebagai mata-Nya Tuhan Yang Maha Esa yang cemerlang. Ada lima puluh jenis angin yang bertiup di angkasa. Di antara angin-angin itu, Marici, dewa yang menguasainya, adalah lambang Krishna.
    Di antara bintang-bintang, bulanlah yang paling terkemuka pada waktu malam. Karena itu, bulan adalah lambang Krishna. Dari ayat ini, rupanya bulan adalah salah satu bintang. Karena itu, bintang-bintang yang berkelap-kelip di angkasa juga mencerminkan cahaya dari matahari. Teori bahwa ada banyak matahari dalam alam semesta tidak diakui oleh kesusasteraan Veda. Matahari adalah satu, bintang-bintang memancarkan cahaya yang dipantulkan dari matahari. Seperti halnya bulan juga memancarkan cahaya yang dipantulkan dari matahari. Oleh karena Bhagavad-gita menunjukkan di sini bahwa bulan adalah salah satu bintang, bintang-bintang yang berkelap-kelip bukan matahari-matahari, tetapi serupa dengan bulan.


    10.22

     

    vedānāḿ sāma-vedo 'smi
    devānām asmi vāsavaḥ
    indriyāṇāḿ manaś cāsmi
    bhūtānām asmi cetanā

    vedānam—di antara semua Veda; sāma-vedaḥ—Sama Veda; asmi—Aku adalah; devānām—di antara dewa; asmi—Aku adalah; vāsavaḥ—raja  surga; indriyāṇām—di antara semua indera; manaḥ—pikiran; ca—juga; asmi—Aku adalah; bhūtānām—di antara semua makhluk hidup; asmi—Aku adalah; cetanā—daya hidup.


    Terjemahan

    Di antara Veda-veda Aku adalah Sama Veda; di antara para dewa Aku adalah Indra, rājā  surga; di antara indera-indera Aku adalah pikiran; dan Aku adalah hidup [kesadaran] para makhluk hidup.

    Penjelasan

    Perbedaan antara alam dan sang roh ialah bahwa alam tidak memiliki kesadaran seperti makhluk hidup; karena itu, kesadaran tersebut bersifat utama dan kekal. Kesadaran tidak dapat dihasilkan oleh gabungan unsur-unsur alam.




    10.23

     

    rudrāṇāḿ śańkaraś cāsmi
    vitteśo yakṣa-rakṣasām
    vasūnāḿ pāvakaś cāsmi
    meruḥ śikhariṇām aham

    rudrāṇām—di antara semua Rudra; śańkaraḥ—Dewa Siva; ca—juga; asmi—Aku adalah; vitta-īśaḥ—penguasa kebendaharaan para dewa; yakṣa-rakṣasām—di antara para Yaksa dan Raksasa; vasūnām—di antara para Vasu; pavakaḥ—api; ca—juga; asmi—aku adalah; meruḥ—Meru; śikhariṇām—di antara semua gunung; aham—Aku adalah.


    Terjemahan

    Di antara semua Rudra Aku adalah Dewa siva, di antara para Yaksa dan Raksasa Aku adalah dewa kekayaan (-Kuvera), di antara para Vasu aku adalah api (Agni), dan di antara gununggunung Aku adalah Meru.


    Penjelasan

    Ada sebelas Rudra. Di antara sebelas Rudra itu, Sankara, Dewa Siva, adalah yang paling terkemuka. Siva adalah penjelmaan dari Tuhan Yang Maha Esa yang menguasai sifat kebodohan di alam semesta. Pemimpin para Yaksa dan Raksasa adalah Kuvera, bendahara utama semua dewa. Kuvera adalah lambang Tuhan Yang Maha Esa. Meru adalah gunung yang terkenal karena kekayaan sumber alamnya.




    10.24

     

    purodhasāḿ ca mukhyaḿ māḿ
    viddhi pārtha bṛhaspatim
    senānīnām ahaḿ skandaḥ
    sarasām asmi sāgaraḥ

    purodhasām—di antara semua pendeta; ca—juga; mukhyam—yang paling utama; mām—Aku; viddhi—mengertilah; pārtha—wahai putera Pṛthā; bṛhaspatim—Brhaspati; senānīnām—di antara semua panglima; aham—Aku adalah; skandaḥ—Kartikeya; sarasām—di antara semua sumber air; asmi—Aku adalah; sāgaraḥ—lautan.


    Terjemahan

    Wahai Arjuna, di antara semua pendeta, ketahuilah bahwa Aku adalah Brhaspati, pemimpinnya. Di antara para panglima Aku adalah Kartikeya, dan di antara sumber-sumber air Aku adalah lautan.


    Penjelasan

    Indra adalah pimpinan para dewa di planet-planet surga dan beliau dikenal sebagai rājā  surga. Planet pusat kerajaan Indra disebut Indra loka. Brhaspati adalah pendeta Indra. Oleh karena Indra adalah rājā  segala rājā , Brhaspati adalah pendeta segala pendeta. Seperti halnya Indra adalah rājā  segala rājā , begitu pula Skanda atau Kartikeya, putera Parvati dan Dewa Siva, adalah panglima segala panglima. Di antara semua sumber air, lautanlah yang paling besar. Segala perwujudan Krishna tersebut hanya memberi isyarat-isyarat tentang kebesaran Beliau.



    10.25

     

    maharṣīṇāḿ bhṛgur ahaḿ
    girām asmy ekam akṣaram
    yajñānāḿ japa-yajño 'smi
    sthāvarāṇāḿ himālayaḥ

    mahā-ṛṣīṇām—di antara resi-resi yang mulia; bhṛguḥBhṛgu; aham—Aku adalah; girām—di antara getaran-getaran; asmi—Aku adalah; ekam akṣarampraṇava; yajñānām—di antara korban-korban suci; japa-yajñaḥ—mantra diucapkan berulangkali; asmi—Aku adalah; sthāvarāṇām—di antara benda-benda yang tidak bergerak; himālayaḥ—pegunungan Himalaya.


    Terjemahan

    Di antara resi-resi yang mulia, Aku adalah Bhṛgu; di antara getaran-getaran suara Aku adalah oḿ yang bersifat rohani. Di antara korban-korban suci Aku adalah ucapanucapan nama-nama suci Tuhan [japa], dan di antara benda-benda yang tidak bergerak Aku adalah pegunungan Himalaya.


    Penjelasan

    Brahma, makhluk hidup pertama di alam semesta, menciptakan beberapa putera untuk berketurunan berbagai jenis kehidupan. Di antara Putera-putera Brahma, Bhṛgu adalah resi yang paling perkasa. Di antara semua getaran suara rohani, om (oḿ-kāra) adalah perwujudan Krishna. Di antara semua korban suci, cara mengucapkan mantra, Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare adalah perwujudan Krishna yang tersuci. Kadang-kadang dianjurkan mengorbankan binatang, tetapi dalam korban suci Hare Krishna, Hare Krishna, tidak ada kekerasan sama sekali. Korban suci Hare Krishna adalah yang paling sederhana dan yang paling murni. Apapun yang mulia sekali didunia ini adalah perwujudan dari Krishna; karena itu, pegunungan Himalaya, yaitu pegunungan yang terbesar di dunia, juga merupakan perwujudan dari Krishna. Gunung Meru disebut dalam ayat sebelumnya, tetapi gunung Meru kadang-kadang dapat dipindahkan, sedangkan pegunungan Himalaya tidak pernah dapat dipindahkan. Karena itu, pegunungan Himalaya lebih berbobot daripada Meru.




    10.26

     

    aśvatthaḥ sarva-vṛkṣāṇāḿ
    devarṣīṇāḿ ca nāradaḥ
    gandharvāṇāḿ citrarathaḥ
    siddhānāḿ kapilo muniḥ

    aśvatthaḥ—pohon beringin; sarva-vṛkṣāṇām—di antara semua pohon; deva-ṛṣīṇām—di antara semua resi di kalangan dewa; ca—dan; nāradaḥ—Nārada; gandharvāṇām—di antara para warga planet Gandharva; citrarathaḥ—Citraratha; siddhānām—di antara semua makhluk yang sudah mencapai kesempurnaan; kapilah muniḥ—Kapila Muni.


    Terjemahan

    Di antara semua pohon, Aku adalah pohon beringin. Di antara resi-resi di kalangan para dewa Aku adalah Nārada. Di antara para Gandharva Aku adalah Citraratha, dan di antara makhluk-makhluk yang sempurna Aku adalah resi Kapila.


    Penjelasan

    Pohon beringin (asvattha) adalah salah satu di antara pohon-pohon yang paling tinggi dan paling indah, dan banyak pengikut Veda memuja pohon itu sebagai salah satu ritual yang dilakukan pagi-pagi setiap hari. Di antara para dewa, mereka juga menyembah Nārada, penyembah yang paling mulia di alam semesta. Karena itu, Nārada adalah perwujudan Krishna sebagai seorang penyembah. Planet Gandharva penuh dengan makhluk yang menyanyi dengan merdu sekali, dan di antara semuanya, penyanyi terbaik adalah Citraratha. Di antara semua makhluk hidup yang sempurna, Kapila putera Devahuti, adalah perwujudan dari Krishna. Kapila adalah penjelmaan dari Krishna, dan filsafat Kapila disebut dalam Srimad-Bhagavatam. Kemudian ada orang lain yang bernama Kapila yang menjadi terkenal, tetapi filsafat Kapila yang kedua tidak percaya kepada Tuhan. Karena itu, ada perbedaan besar antara Kapila yang pertama dan Kapila yang kedua.



    10.27

     

    uccaiḥśravaśam aśvānāḿ
    viddhi mām amṛtodbhavam
    airāvataḿ gajendrāṇāḿ
    narāṇāḿ ca narādhipam

    uccaiḥśravaśam—Uccaiḥśravā; aśvānām—di antara kuda-kuda; viddhi—mengetahui; mām—Aku; amṛta-udbhavam—dihasilkan dari pengocokan lautan; airāvatam—Airāvata; gaja-indrāṇām—di antara gajah-gajah yang agung; narāṇām—di antara manusia; ca—dan; nara-adhipam—raja.


    Terjemahan

    Ketahuilah bahwa di antara kuda-kuda Aku adalah Uccaihsrava, yang diciptakan pada waktu lautan dikocok untuk menghasilkan minuman kekekalan. Di antara gajah-gajah yang agung Aku adalah Airavata, dan di antara manusia aku adalah raja.


    Penjelasan

    Para dewa (para penyembah) dan para raksasa (asura) pernah mengocok lautan. Setelah lautan dikocok, minuman kekekalan (amrta) dan racun dihasilkan, dan Siva meminum racun itu. Dari minuman kekekalan itu, banyak makhluk dihasilkan. Ada seekor kuda bernama Uccaihsrava di antara makhluk-makhluk itu. Airavata adalah seekor gajah, binatang lain yang dihasilkan dari minuman kekekalan itu. Oleh karena kedua binatang tersebut dihasilkan dari minuman kekekalan, kedua-duanya mempunyai makna yang khusus, dan binatang-binatang itu adalah lambang-lambang Krishna.
    Rājā  adalah lambang Krishna dalam masyarakat manusia. Ini karena Krishna memelihara alam semesta, dan para rājā, yang dinobatkan karena kwalifikasinya yang suci, memelihara kerajaan nya masing-masing. raja-raja  seperti Maharājā  Yudhisthira, Maharājā  Pariksit dan Sri Rāma semua raja-raja yang adil sekali yang selalu memikirkan kesejahteraan para warga negara. Dalam kesusasteraan Veda, rājā dianggap utusan dari Tuhan. Akan tetapi, pada jaman ini, dengan merosotnya prinsip-prinsip keagamaan, sistem pemerintahan kerajaan merosot hingga sekarang akhirnya sudah tiada lagi. Akan tetapi, dapat dimengerti bahwa jaman dahulu rakyat lebih berbahagia di bawah pemerintahan raja-raja yang adil.



    10.28

     

    āyudhānām ahaḿ vajraḿ
    dhenūnām asmi kāmadhuk
    prājanaś cāsmi kandarpaḥ
    sarpāṇām asmi vāsukiḥ

    āyudhānām—di antara semua senjata; aham—Aku adalah; vajram—petir; dhenūnām—di antara sapi-sapi; asmi—Aku adalah; kāma-dhuk—sapi surabhi; prājanaḥ—penyebab berketurunan; ca—dan; asmi—Aku adalah; kandarpaḥ—dewa asmara; sarpāṇām—di antara ular-ular; asmi—Aku adalah; vāsukiḥ—Vāsuki.


    Terjemahan

    Di antara senjata-senjata, Aku adalah petir; di antara sapi-sapi Aku adalah surabhi. Di antara sebab-sebab orang berketurunan, aku adalah Kandarpa, dewa asmara, dan di antara ular-ular Aku adalah Vāsuki.


    Penjelasan

    Petir memang senjata yang perkasa. Petir adalah lambang kekuatan Krishna. Di Krishnaloka di angkasa rohani sapi-sapi yang dapat diperah pada setiap saat, dan sapi-sapi itu memberi susu sebanyak apa yang diinginkan seseorang. Tentu saja, sapi-sapi seperti itu tidak ada di dunia material ini, tetapi disebut bahwa sapi-sapi itu ada di Krishnaloka. Krishna memelihara banyak sapi-sapi seperti itu yang disebut surabhi. Dinyatakan bahwa Krishna sibuk mengembala sapi-sapi surabhi. Kandarpa adalah hawa nafsu untuk mendapat Putera-putera yang baik; karena itu Kandarpa adalah lambang Krishna. Kadang-kadang orang hanya mengadakan hubungan suami isteri untuk memuaskan indera-indera. Hubungan suami-isteri seperti itu bukan lambang Krishna. Tetapi hubungan suami-isteri untuk mendapatkan anak yang baik disebut Kandarpa, dan Kandarpa itu adalah lambang Krishna.



    10.29

     

    anantaś cāsmi nāgānāḿ
    varuṇo yādasām aham
    pitṝṇām aryamā cāsmi
    yamaḥ saḿyamatām aham

    anantāḥ—Ananta; ca—juga; asmi—Aku adalah; nāgānām—di antara naga-naga yang berkepala banyak; varuṇaḥ—dewa yang mengendalikan air; yādasām—di antara semua makhluk yang hidup di dalam air; aham—Aku adalah; pitṝṇām—di antara para leluhur; aryamāAryamā; ca—juga; asmi—Aku adalah; yamaḥ—dewa yang mengendalikan kematian; saḿyamatam—di antara semua kepribadian yang mengatur; aham—Aku adalah.


    Terjemahan

    Di antara para Naga yang berkepala banyak Aku adalah Ananta. Diantara para makhluk yang hidup di air Aku adalah dewa Varuna. Diantara para leluhur yang sudah meninggal Aku adalah Aryamā, dan diantara para pengatur hukum Aku adalah Yama, dewa kematian.


    Penjelasan

    Di antara naga-naga yang berkepala banyak, Anantalah yang paling utama dan dewa Varuna adalah yang paling utama di antara semua makhluk yang tinggal di dalam air. Kedua-duanya adalah lambang Krishna. Ada planet tempat tinggal para Pita, yaitu para leluhur. Penguasa di planet itu bernama Aryamā. Aryamā adalah lambang Krishna. Ada banyak makhluk hidup yang memberi hukuman kepada orang jahat. Di antara semuanya, Yamalah yang paling utama. Yama tinggal di sebuah planet tidak jauh dari bumi ini. Sesudah kematian, orang yang sangat berdosa dibawa ke planet itu, dan Yama mengatur berbagai jenis hukuman untuk mereka.




    10.30

     

    prahlādaś cāsmi daityānāḿ
    kālaḥ kalayatām aham
    mṛgāṇāḿ ca mṛgendro 'haḿ
    vainateyaś ca pakṣiṇām

    prahlādaḥ—Prahlada; ca—juga; asmi—Aku adalah; daityānām—di antara para raksasa; kālaḥ—waktu; kalayatām—di antara para penakluk; aham—Aku adalah; mṛgāṇām—di antara para binatang; ca—dan; mṛga-indraḥ—singa; aham—Aku adalah; vainateyah—Garuda; ca—juga; pakṣiṇām—diantara para burung.


    Terjemahan

    Di antara para raksasa Daitya Aku adalah Prahlada yang berbhakti dengan setia. Di antara para penakluk Aku adalah waktu, di antara para binatang Aku adalah singa, dan di antara para burung Aku adalah Garuda.


    Penjelasan

    Dewi Diti dan Dewi Aditi adalah dua orang bersaudara. Putera-putera Aditi disebut para Āditya, dan para putera Diti disebut para Daitya. Semua Āditya adalah penyembah-penyembah Tuhan, sedangkan semua Daitya tidak percaya kepada Tuhan. Walaupun Prahlada dilahirkan dalam keluarga para Daitya, dia seorang penyembah Tuhan yang mulia sejak masa kanak-kanaknya. Oleh karena bhakti-Nya dan sifatnya yang suci, Prahlada dianggap lambang utusan Krishna.
    Ada banyak prinsip yang menaklukkan, tetapi waktu mengikis segala benda di alam semesta. Karena itu, waktu adalah lambang Krishna. Di antara banyak binatang, singalah yang paling perkasa dan ganas. Di antara satu juta jenis burung, Garuda, kendaraan Sri  Visnu, adalah burung yang paling agung.



    10.31

     

    pavanaḥ pavatām asmi
    rāmaḥ śastra-bhṛtām aham
    jhaṣāṇāḿ makaraś cāsmi
    srotasām asmi jāhnavī


    pavanaḥ—angin; pavatām—di antara segala sesuatu yang menyucikan; asmi—Aku adalah; rāmaḥ—Rāma; śastra-bhṛtām—di antara para pembawa senjata; aham—Aku adalah; jhaṣāṇām—di antara semua ikan; makaraḥ—ikan hiu; ca—juga; asmi—Aku adalah; srotasām—di antara sungai-sungai yang mengalir; asmi—Aku adalah; jāhnavī—sungai Gangga.


    Terjemahan

    Di antara segala sesuatu yang menyucikan, Aku adalah angin, di antara para pembawa senjata Aku adalah Rāma. Di antara ikanikan Aku adalah ikan hiu, dan di antara sungai-sungai yang mengalir Aku adalah sungai Gangga.


    Penjelasan

    Di antara semua ikan, ikan hiu adalah salah satu di antara ikan-ikan yang paling besar dan tentu saja yang paling berbahaya bagi manusia. Karena itu, ikan hiu adalah lambang Krishna.

    10.32

     

    sargāṇām ādir antaś ca
    madhyaḿ caivāham Arjuna
    adhyātma-vidyā vidyānāḿ
    vādaḥ pravadatām aham

    sargāṇām—di antara segala ciptaan; ādiḥ—permulaan; antaḥ—akhir; ca—dan; madhyam—pertengahan; ca—juga; evā—pasti; aham—Aku adalah; Arjuna—wahai Arjuna; adhyātma-vidyā—pengetahuan rohani; vidyānām—di antara segala pendidikan; vādaḥ—kesimpulan yang wajar; pravadatam—di antara argumentasi; aham—Aku adalah.


    Terjemahan

    Di antara segala ciptaan Aku adalah permulaan, akhir dan juga pertengahan, wahai Arjuna. Di antara segala ilmu pengetahuan, Aku adalah ilmu pengetahuan rohani tentang sang diri, dan di antara para ahli logika, Aku adalah kebenaran sebagai kesimpulan.

    Penjelasan

     Di antara perwujudan-perwujudan yang diciptakan, yang pertama ialah ciptaan keseluruhan unsur-unsur material. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, manifestasi alam semesta diciptakan dan dijalankan oleh MahaVisnu, Garbhodakakasayi Visnu dan Ksirodakasayi Visnu, kemudian sekali lagi dilebur oleh Dewa Siva. Brahma adalah pencipta kedua. Semua unsur ciptaan pemeliharaan dan peleburan tersebut adalah penjelmaan penjelmaan sifat-sifat material dari Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, Beliau adalah awal, pertengahan dan akhir segala ciptaan.
    Untuk pendidikan tingkat tinggi, ada berbagai jenis buku pengetahuan, misalnya empat Veda, enam buku pelengkap Veda, Vedanta-sutra, buku-buku yang berisi logika, buku-buku  berisi prinsip-prinsip keagamaan dan Purana-purana. Secara keseluruhan ada empat belas golongan buku pendidikan. Di antara semua buku pendidikan tersebut, buku yang menyampaikan adhyātma-vidyā, pengetahuan rohani—khususnya, Vedanta-sutra—adalah lambang Krishna.
    Di kalangan para ahli logika, ada berbagai jenis argumentasi. Mendukung argumentasi seseorang dengan bukti yang juga mendukung pihak lawan disebut jalpa. Hanya mencoba mengalahkan lawan disebut vitanda. Tetapi kesimpulan yang sejati disebut vada. Kebenaran sebagai kesimpulan tersebut adalah lambang Krishna.



    10.33

     

    akṣarāṇām a-kāro 'smi
    dvandvaḥ sāmāsikasya ca
    aham evākṣayaḥ kālo
    dhātāhaḿ viśvato-mukhaḥ

    akṣarāṇām—di antara huruf-huruf; a-kāraḥ—huruf pertama; asmi—Aku adalah; dvandvaḥ—kata majemuk setara; sāmāsikasya—di antara kata-kata majemuk; ca—dan; aham—Aku adalah; evā—pasti; akṣayaḥ—kekal; kālaḥ—waktu; dhātā—pencipta; aham—Aku adalah; viśvataḥ-mukhaḥ—Brahma.


    Terjemahan

    Di antara semua huruf Aku adalah huruf A. Di antara kata-kata majemuk, Aku adalah kata majemuk setara. Aku adalah waktu yang tidak dapat dimusnahkan, dan di antara para pencipta Aku adalah Brahma.


    Penjelasan

    A-kara, huruf pertama dalam abjad Sansekerta, adalah awal kesusasteraan Veda. Tanpa akara, tiada sesuatupun yang dapat dibunyikan; karena itu, akara adalah awal suara. Dalam bahasa Sansekerta juga ada banyak kata majemuk. Di antara kata-kata itu majemuk setara, kata majemuk setara seperti kata ramakṛṣṇa, disebut dvandva. Dalam kata majemuk ini, dua kata rama dan kṛṣṇa, mempunyai bentuk yang sama. Karena itu, kata majemuk ini disebut kata majemuk setara.
    Di antara segala sesuatu yang membunuh, waktulah yang paling utama, sebab waktu membunuh segala sesuatu. Waktu adalah utusan Krishna, sebab sesudah beberapa waktu, api yang besar akan berkobar dan segala sesuatu akan dileburkan.
    Di antara semua makhluk hidup yang menciptakan, Brahma, yang berkepala empat, adalah yang paling utama. Karena itu, Brahma adalah utusan Tuhan Yang Maha Esa, Krishna.



    10.34

     

    mṛtyuḥ sarva-haraś cāham
    udbhavaś ca bhaviṣyatām
    kīrtiḥ śrīr vāk ca nārīṇāḿ
    smṛtir medhā dhṛtiḥ kṣamā

    mṛtyuḥ—kematian; sarva-haraḥ—makan segala sesuatu; ca—juga; aham—Aku adalah; udbhavaḥ—yang menghasilkan; ca—juga; bhaviṣyatām—dari perwujudan-perwujudan pada masa yang akan datang; kīrtiḥ—kemasyhuran; śrīḥ—kehebatan atau kecantikan; vāk—bahasa yang halus; ca—juga; nārīṇām—di kalangan para kaum wanita; smṛtiḥ—ingatan; medhā—kecerdasan; dhṛtiḥ—ketegasan; kṣamā—kesabaran.


    Terjemahan

    Aku adalah maut yang memakan segala sesuatu, dan Aku adalah prinsip yang menghasilkan segala sesuatu yang belum terjadi. Di kalangan kaum wanita, Aku adalah kemasyhuran, keuntungan, bahasa yang halus, ingatan, kecerdasan, ketabahan dan kesabaran.


    Penjelasan

    Begitu seseorang dilahirkan, dia menjalani proses kematian pada setiap saat. Karena itu, kematian menelan setiap makhluk hidup setiap saat, tetapi pukulan terakhir disebut kematian sendiri. Kematian itu adalah Krishna. Mengenai perkembangan pada masa yang akan datang, semua makhluk hidup mengalami enam perubahan pokok. Para makhluk hidup dilahirkan, tumbuh, tahan selama beberapa waktu, berketurunan, merosot, dan akhirnya lenyap. Di antara perubahan-perubahan itu, yang pertama ialah kelahiran dari kandungan. Perubahan itu adalah Krishna. Kelahiran pertama adalah awal kegiatan pada masa yang akan datang.
    Daftar tujuh kehebatan yang disebut—yaitu, kemasyhuran, keuntungan, bahasa yang halus, ingatan, kecerdasan, ketabahan dan kesabaran dianggap sifat-sifat wanita. Kalau seseorang memiliki semua sifat tersebut atau beberapa diantaranya, dia menjadi mulia. Kalau seseorang terkenal sebagai orang yang saleh dan adil maka sifat itu menyebabkan dia mulia. Bahasa Sansekerta adalah bahasa yang sempurna; karena itu, bahasa Sansekerta mulia sekali. Kalau seseorang dapat ingat mata pelajaran sesudah mempelajarinya, dia sudah diberkahi dengan ingatan yang baik, atau smrti. Kecerdasan (medha) berarti kesanggupan bukan hanya untuk membaca banyak buku tentang berbagai mata pelajaran, tetapi juga mengerti buku-buku  itu dan menggunakan pengetahuan dari buku-buku  itu apabila diperlukan. Ini merupakan kehebatan lain lagi. Kesanggupan untuk mengatasi keadaan yang kurang mantap disebut ketabahan hati atau sifat mantap (dhrti). Bila seseorang memiliki kwalifikasi sepenuhnya tetapi tetap rendah hati dan lemah lembut, dan bila seseorang memelihara keseimbangannya baik dalam duka cita maupun kebahagiaan keadaan yang riang, dia memiliki kehebatan yang disebut kesabaran (ksama).



    10.35

     

    bṛhat-sāma tathā sāmnāḿ
    gāyatrī chandasām aham
    māsānāḿ mārga-śīrṣo 'ham
    ṛtūnāḿ kusumākaraḥ

    bṛhat-sāmabṛhat-sāma; tathā—juga; sāmnām—dari lagu-lagu Sama Veda; gāyatrī—mantra-mantra Gayatri; chandasām—di antara segala sanjak; aham—Aku adalah; māsānām—di antara bulan-bulan; mārga-śīrṣaḥ—bulan Nopember-Desember; aham—Aku adalah; ṛtūnām—dari semua musim; kusuma-ākaraḥ—musim semi.


    Terjemahan

    Di antara mantra-mantra dalam Sama Veda Aku adalah bṛhat-sāma. Di antara sanjak-sanjak Aku adalah Gayatri. Di antara bulan-bulan Aku adalah Margasirsa [Nopember-Desember], dan di antara musim-musim Aku adalah musim semi, waktu bunga mekar.


    Penjelasan

    Krishna sudah menjelaskan bahwa di antara semua Veda, Beliau adalah Sama Veda. Sama Veda kaya dengan lagu-lagu yang indah yang dimainkan oleh berbagai dewa. Salah satu di antara lagul-agu itu adalah bṛhat-sāma, dengan irama yang indah luar biasa. bṛhat-sāma dinyanyikan di tengah malam.
    Dalam bahasa Sansekerta, ada aturan tetap yang mengatur sanjak; sanjak dan irama tidak dikarang begitu saja seperti banyak sanjak modern. Di antara sanjak-sanjak yang teratur, yang paling terkemuka ialah mantra Gayatri, yang diucapkan oleh para brahmaṇā yang memiliki kwalifikasi yang baik. Mantra Gayatri disebut dalam Srimad-Bhagavatam. Mantra Gayatri khususnya dimaksudkan untuk menginsafi Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, mantra Gayatri adalah perwujudan dari Tuhan Yang Maha Esa. Mantra Gayatri dimaksudkan untuk orang yang sudah maju dalam kerohanian, dan apabila seseorang sudah mencapai sukses dalam mengucapkan mantra Gayatri, dia dapat memasuki kedudukan rohani Tuhan Yang Maha Esa. Untuk mengucapkan mantra Gayatri, terlebih dahulu seseorang harus memperoleh sifat-sifat yang mantap secara sempurna, yaitu sifat-sifat kebaikan menurut hukum-hukum alam material. Mantra Gayatri penting sekali dalam peradaban Veda, dan mantra Gayatri adalah penjelmaan Brahman dalam bentuk suara. Brahma mengucapkan mantra Gayatri pertama kalinya. Kemudian, mantra Gayatri turun temurun dari Brahma melalui garis perguruan.
    Bulan Nopember-Desember dianggap bulan yang paling baik, sebab di India biji-bijian dipanen dari ladang selama bulan-bulan itu dan rakyat bahagia sekali. Tentu saja musim semi disenangi di mana-mana, sebab tidak terlalu panas ataupun terlalu dingin, bunga-bungaan berkembang dan pohon pada tumbuh serta berbunga. Pada musim semi juga diadakan banyak upacara untuk memperingati kegiatan Krishna. Karena itu, musim semi dianggap musim yang paling riang, dan musim semi adalah lambang Tuhan Yang Maha Esa, Krishna.




    10.36

     

    dyūtaḿ chalayatām asmi
    tejas tejasvinām aham
    jayo 'smi vyavasāyo 'smi
    sattvaḿ sattvavatām aham

    dyūtam—perjudian; chalayatām—di antara segala penipu; asmi—Aku adalah; tejaḥ—kemuliaan; tejasvinām—dari segala sesuatu yang mulia; aham—Aku adalah; jayaḥ—kejayaan; asmi—Aku adalah; vyavasāyaḥ—usaha atau petualangan; asmi—Aku adalah; sattvām—kekuatan; sattva-vatām—dari semua orang yang kuat; aham—Aku adalah.


    Terjemahan

    Aku adalah perjudian kaum penipu, Aku adalah kemuliaan segala sesuatu yang mulia. Aku adalah kejayaan, Aku adalah petualangan dan Aku adalah kekuatan orang yang kuat.


    Penjelasan

    Ada banyak jenis penipu di seluruh alam semesta. Di antara segala proses penipuan, perjudianlah yang paling utama. Karena itu, perjudian adalah lambang kehebatan Krishna. Sebagai Yang Mahakuasa, Krishna dapat menipu dengan cara yang lebih hebat daripada manusia biasa manapun. Kalau Krishna mau menipu seseorang, maka tiada seorangpun yang dapat melebihi Krishna dalam penipuannya. Kebesaran Krishna tidak hanya di suatu sisi, tetapi di segala sisi.
    Di antara orang yang jaya, Krishna adalah kejayaan. Krishna adalah kemuliaan segala sesuatu yang mulia. Di antara orang yang rajin dan berani berusaha, Krishna adalah yang paling rajin dan berani berusaha. Di antara para petualang, yang paling berani bertualang adalah Krishna. Di antara orang yang kuat, Krishna-lah yang paling kuat. Pada waktu Krishna tinggal di bumi ini, tiada seorangpun yang dapat melampaui kekuatan Beliau. Krishna mengangkat bukit Govardhana pada waktu Beliau masih kanak-kanak. Tiada seorangpun yang dapat melampaui Krishna dalam penipuan, tiada seorangpun yang dapat melampaui Krishna dalam kemuliaan, tiada seorangpun yang dapat melampaui Krishna dalam kejayaan, tiada seorangpun yang dapat melampaui Krishna dalam keberanian berusaha, dan tiada seorangpun yang dapat melampaui Krishna dalam kekuatan.




    10.37

     

    vṛṣṇīnāḿ vāsudevo 'smi
    pāṇḍavānāḿ dhanañjayaḥ
    munīnām apy ahaḿ vyāsaḥ
    kavīnām uśanā kaviḥ

    vṛṣṇīnām—di antara keturunan Vṛṣṇi; vāsudevaḥ—Krishna di Dvaraka; asmi—Aku adalah; pāṇḍavānām—di antara para Pandava; dhanañjayah—Arjuna; munīnām—di antara para resi; api—juga; aham—Aku adalah; vyāsaḥ—Vyasa, penyusun semua kesusasteraan Veda; kavīnām—di antara semua orang ahli pikir yang mulia; uśanā—Uśanā; kaviḥ—ahli pikir.


    Terjemahan

    Di antara keturunan Vṛṣṇi, Aku adalah Vasudeva. Di antara para Pandava Aku adalah Arjuna. Di antara resi-resi Aku adalah Vyasa, dan diantara para ahli pikir yang mulia Aku adalah Usana.


    Penjelasan

    Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang asli, dan Baladeva adalah penjelmaan pertama dari Krishna. Sri Krishna dan Baladeva muncul sebagai Putera-putera Vasudeva. Karena itu, kedua-duanya dapat disebut Vasudeva. Dari segi lain, oleh karena Krishna tidak pernah meninggalkan Vrndavana, semua bentuk Krishna yang muncul di tempat lain adalah penjelmaan-penjelmaan dari Krishna. Vasudeva adalah penjelmaan langsung dari Krishna karena itu, Vasudeva tidak lain daripada Krishna. Harus dimengerti bahwa Vasudeva yang disebut dalam ayat ini dari Bhagavad-gita adalah Baladeva, atau Balarama, sebab Balarama adalah sumber asli dari segala penjelmaan. Karena itu Balarama adalah satu-satunya sumber Vasudeva. Penjelmaan-penjelmaan yang terwujud langsung dari Tuhan disebut svamsa (penjelmaan-penjelmaan pribadi). Ada juga penjelmaan-penjelmaan yang disebut vibhinnamsa (penjelmaan-penjelmaan yang terpisah).
    Di antara para putera Pāṇḍu, Arjuna terkenal sebagai dhanañjaya. Arjuna adalah manusia yang paling baik; karena itu Arjuna adalah lambang Krishna. Di antara para muni, atau orang bijaksana yang menguasai pengetahuan Veda, Vyasa adalah yang paling mulia, karena Vyasa menjelaskan pengetahuan Veda dengan berbagai cara untuk dimengerti oleh rakyat umum pada jaman Kali ini. Vyasa juga terkenal sebagai penjelmaan Krishna. Karena itu, Vyasa juga lambang Krishna. Kavi adalah orang yang sanggup berpikir secara mendalam tentang segala mata pelajaran. Di antara para kavi, Usana, Sukracarya, adalah guru kerohanian para asura atau orang jahat. Sukracarya adalah ahli politik yang sangat cerdas dan dapat melihat jauh ke depan. Karena itu, Sukracarya adalah lambang kehebatan Krishna.




    10.38

     

    daṇḍo damayatām asmi
    nītir asmi jigīṣatām
    maunaḿ caivāsmi guhyānāḿ
    jñānaḿ jñānavatām aham

    daṇḍaḥ—hukuman; damayatāmdi antara segala cara untuk melarang; asmi—Aku adalah; nītiḥ—moralitas; asmi—Aku adalah; jigīṣatām—diantara orang yang mencari kejayaan; maunam—sikap diam; ca—juga; evā—pasti; asmi—Aku adalah; guhyānām—dari hal-hal rahasia; jñānam—pengetahuan; jñāna-vatām—dari orang bijaksana; aham—Aku adalah.


    Terjemahan

    Di antara segala cara untuk melarang pelanggaran hukum, Aku adalah hukuman, dan di antara orang yang mencari kejayaan Aku adalah moralitas. Di antara segala hal yang rahasia Aku adalah sikap diam, dan Aku adalah kebijaksanaan orang yang bijaksana.


    Penjelasan

    Ada banyak unsur untuk melarang. Di antara semuanya, yang paling penting ialah unsur-unsur yang menekan orang jahat. Bilamana orang  jahat dihukum, sarana hukuman adalah lambang Krishna. Di antara orang yang berusaha jaya di suatu bidang kegiatan, unsur yang paling jaya ialah moralitas. Di antara kegiatan rahasia, yaitu mendengar, berpikir dan bersemadi, sikap diam adalah yang paling penting, sebab sikap diam dapat memungkinkan seseorang maju dengan cepat sekali. Orang bijaksana adalah orang yang dapat membedakan antara unsur-unsur alam dan sang roh, diantara sifat utama dan sifat rendah Tuhan. Pengetahuan seperti itu adalah Krishna Sendiri.




    10.39

     

    yac cāpi sarva-bhūtānāḿ
    bījaḿ tad aham Arjuna
    na tad asti vinā yat syān
    mayā bhūtaḿ carācaram

    yat—apapun; ca—juga; api—dapat berada; sarva-bhūtānām—di antara segala ciptaan; bījam—benih; tat—itu; aham—Aku adalah; Arjuna—wahai Arjuna; na—tidak; tat—itu; asti—ada; vinā—tanpa; yat—yang; syāt—berada; mayā—Aku; bhūtam—makhluk yang diciptakan; cara-acaram—bergerak dan tidak bergerak.


    Terjemahan

    Wahai Arjuna, di samping itu Aku adalah benih yang menghasilkan segala kehidupan. Tiada satu makhlukpun—baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak—yang dapat hidup tanpa-Ku.


    Penjelasan

    Segala sesuatu ada sebabnya, dan sebab atau benih perwujudan itu adalah Krishna. Tiada sesuatupun yang dapat hidup tanpa tenaga Krishna. Karena itu, Krishna disebut Yang Mahaperkasa. Tanpa kekuatan Krishna, makhluk yang bergerak dan makhluk yang tidak bergerak tidak dapat hidup. Kehidupan apapun yang tidak didasarkan tenaga Krishna disebut mayā , sesuatu yang tidak berada."

    10.40

     

    nānto 'sti mama divyānāḿ
    vibhūtīnāḿ parantapa
    eṣa tūddeśataḥ prokto
    vibhūter vistaro mayā

    na—tidak juga; antaḥ—batas; asti—ada; mama—milik-Ku; divyānām—mengenai yang rohani; vibhūtīnām—kehebatan-kehebatan; parantapa—wahai penakluk musuh; eṣaḥ—semua ini; tu—tetapi; uddeśataḥ—sebagai contoh-contoh; proktāḥ—disabdakan; vibhūteḥ—mengenai kehebatan; vistaraḥ—luasnya; mayā—oleh-Ku.


    Terjemahan

    Wahai penakluk musuh yang agung, perwujudan-perwujudan rohani-Ku tidak ada batasnya. Apa yang telah Ku sabdakan kepadamu hanya sekedar petunjuk saja tentang kehebatan rohani-Ku yang tidak terhingga.


    Penjelasan

    Sebagaimana dinyatakan dalam kesusasteraan Veda, walaupun kehebatan dan tenaga-tenaga Yang Mahakuasa dimengerti dengan berbagai cara, kehebatan-kehebatan itu tidak ada batasnya. Karena itu, tidak semua kehebatan dan tenaga itu dapat dijelaskan. Hanya beberapa contoh sedang diuraikan kepada Arjuna untuk memuaskan keinginannya untuk mengetahui.



    10.41

     

    yad yad vibhūtimat sattvaḿ
    śrīmad ūrjitam eva vā
    tat tad evāvagaccha tvaḿ
    mama tejo-'ḿśa-sambhavam

    yat yat—apapun; vibhūti—kehebatan-kehebatan; mat—memiliki; sattvām—keberadaan; śrī-mat—indah; ūrjitam—mulia; evā—pasti; vā—atau; tat tat—semua ini; evā—pasti; avagaccha—harus mengetahui; tvām—engkau; mama—milik-Ku; tejaḥ—dari kemuliaan; aḿśa—sebagian; sambhavam—dilahirkan dari.


    Terjemahan

    Ketahuilah bahwa segala ciptaan yang hebat, indah dan mulia hanya berasal dari segelintir kemuliaan-Ku.


    Penjelasan

    Apapun yang mulia atau indah yang ada harus dimengerti sebagai perwujudan bagian percikan dari kehebatan Krishna, baik di dunia rohani maupun dunia material. Apapun yang hebat luar biasa harus dianggap sebagai lambang kehebatan Krishna.



    10.42

     

    atha vā bahūn aitena
    kiḿ jñātena tavārjuna
    viṣṭabhyāham idaḿ kṛtsnam
    ekāḿśena sthito jagat

    atha vā—atau; bahūn ā—banyak; etena—oleh jenis ini; kim—apa; jñātena—dengan mengetahui; tavā—milikmu; Arjuna—wahai Arjuna; viṣṭabhya—berada di mana-mana; aham—Aku; idam—ini; kṛtsnam—seluruh; ekā—oleh satu; aḿśena—bagian; sthitāḥ—Aku berada; jagat—alam semesta.


    Terjemahan

    Wahai Arjuna, mengapa segala pengetahuan yang terperinci ini diperlukan? Dengan satu bagian percikan saja dari Diri-Ku Aku berada di mana-mana dan menyangga seluruh alam semesta.


    Penjelasan

    Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan di semua alam semesta material dengan cara masuk ke dalam segala benda sebagai Roh Yang Utama. Di sini Krishna memberitahukan kepada Arjuna bahwa tidak ada gunanya mengerti bagaimana benda-benda berada dalam kehebatan dan kemuliaannya secara terpisah. Arjuna harus mengetahui bahwa segala sesuatu berada karena Krishna masuk ke dalamnya sebagai Roh Yang Utama. Dari Brahma, makhluk hidup yang paling besar, sampai dengan semut yang paling kecil, semua hidup karena Krishna sudah masuk ke dalam semuanya dan sedang memelihara semuanya.
    Ada suatu organisasi yang mengajarkan secara teratur bahwa sembahyang kepada dewa manapun akan membawa seseorang sampai kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, atau tujuan tertinggi. Tetapi sembahyang kepada para dewa sama sekali tidak dianjurkan di sini, sebab dewa yang paling mulia sekalipun seperti Brahma dan Siva hanya sebagian dari kehebatan Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa adalah sumber semua makhluk yang dilahirkan, dan tiada seorangpun yang lebih tinggi daripada Beliau. Tuhan adalah asamaurdhava, yang berarti bahwa tiada seorangpun yang lebih tinggi daripada Beliau dan tidak seorangpun yang sejajar dengan Beliau. Dalam Padma Purana dinyatakan bahwa orang yang menganggap Tuhan Yang Maha Esa Krishna termasuk golongan yang sama dengan para dewa—bahkan sampai Brahma atau Siva sekalipun—segera menjadi orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Akan tetapi, kalau seseorang mempelajari berbagai uraian tentang kehebatan dan penjelmaan tenaga Krishna secara panjang lebar, ia dapat mengerti kedudukan Sri Krishna bebas dari segala keragu-raguan dan dapat memusatkan pikirannya dalam sembahyang kepada Krishna tanpa menyimpang. Sri Krishna berada di mana-mana melalui perluasan penjelmaan sebagian dari Diri-Nya, yaitu Roh Yang Utama, yang masuk ke dalam segala sesuatu yang ada. Karena itu, para penyembah yang murni memusatkan pikirannya dalam kesadaran Krishna dalam bhakti sepenuhnya; karena itu, mereka selalu mantap dalam kedudukan rohani. Bhakti dan sembahyang kepada Krishna ditunjukkan dengan jelas sekali dalam ayat delapan sampai dengan sebelas dalam bab ini. Itulah cara bhakti yang murni. Bagaimana seseorang dapat mencapai kesempurnaan bhakti tertinggi untuk pergaulan dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sudah dijelaskan secara panjang lebar dalam bab ini. Srila Baladeva Vidyabhusana, seorang ācārya yang mulia dalam garis perguruan dari Krishna, mengakhiri penjelasannya tentang bab ini dengan berkata.\

    yac-chakti-leśāt suryādyā
    bhavānty aty-ugra-tejasaḥ
    yad-aḿśena dhṛtaḿ viśvaḿ
    sa kṛṣṇo daśame 'rcyate

    Matahari yang perkasa mendapat kekuatannya dari tenaga Krishna yang kuat sekali, dan seluruh dunia dipelihara oleh penjelmaan sebagian dari Krishna. Karena itu, Sri Krishna patut disembah.


    Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Sepuluh Srimad Bhagavad-gita perihal Kehebatan Tuhan Yang Mutlak."



    --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Visit Related Posts Below:

















  • Mau Beli Buku Bhagavad-gita, Srimad-bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, dll?
    Senin - Minggu - Hari Libur | 08.00 - 21.00 WIB | http://mahanilastore.blogspot.com
    0812-7740-3909 dan 0819-9108-4996

    SMS/PHONE  : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
                           : 0819-9109-9321 (Mahanila)
    WhatsApp     : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
    BBM               : 5D40CF2D dan D5E8718B

    Menjual buku-buku rohani Srimad Bhagavad-gita, Srimad Bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Purana, Kue Kering, Dupa, Aksesoris, Kartal, Mrdanga, Saree, Air Gangga, Dipa, Kurta, Dhotti, Kipas Cemara, Kipas Bulu Merak, Poster, Japamala, Kantong Japa, Gelang, Kantimala, Rok Gopi, Choli, Blues, Pin, Bros, Kaos, Desain Website dan Database Microsoft Access, Logo, Neon Box, Safety Sign dll.

    Terimakasih Atas Kunjungan Anda.

    Bentuk Semesta

    11.1

    Arjuna uvāca
    mad-anugrahāya paramaḿ
    guhyam adhyātma-saḿjñitam
    yat tvayoktaḿ vacas tena
    moho 'yaḿ vigato mama


    Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; mat-anugrahāya—hanya untuk memberi berkat kepada hamba; paramam—paling utama; guhyam—hal yang rahasia; adhyātma—rohani; saḿjñitam—dalam hal; yat—apa; tvayā—oleh Anda; uktam—dikatakan; vacaḥ—sabda; tena—oleh itu; mohaḥ—khayalan; ayam—ini; vigataḥ—dihilangkan; mama—milik hamba.


    Terjemahan

    Arjuna berkata: Dengan mendengar wejangan tentang mata pelajaran yang paling rahasia ini yang sudah Anda berikan kepada hamba atas kemurahan hati Anda, khayalan hamba sekarang sudah dihilangkan.

    Penjelasan

    Bab ini mengungkapkan Krishna sebagai sebab segala sebab. Krishna adalah sebab Maha Visnu. Alam semesta-alam semesta material berasal dari Maha Visnu. Krishna bukan penjelmaan; Krishna adalah sumber segala penjelmaan. Kenyataan ini sudah dijelaskan sepenuhnya dalam Bab Sepuluh.
      Arjuna mengatakan bahwa dia tidak berkhayal lagi. Ini berarti bahwa Arjuna tidak menganggap Krishna manusia biasa lagi, ataupun menganggap Krishna sebagai kawannya, melainkan sebagai sumber segala sesuatu. Arjuna sudah dibebaskan dari kebodohan dan dia senang sekali mempunyai kawan yang semulia Krishna. Tetapi sekarang Arjuna berpikir kendatipun ia mengakui Krishna sebagai asal mula segala sesuatu, mungkin orang lain tidak mengakui Krishna seperti itu. Untuk membuktikan kepada semua bahwa Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa, Arjuna memohon agar Krishna memperlihatkan bentuk semesta-Nya dalam bab ini. Sebenarnya, kalau seseorang melihat bentuk semesta Krishna, ia merasa takut, seperti Arjuna. Tetapi Krishna begitu murah hati sehingga sesudah memperlihatkan bentuk semesta itu, Krishna mengubah kembali bentuk-Nya menjadi bentuk-Nya yang semula. Arjuna setuju dengan apa yang telah dikatakan beberapa kali oleh Krishna: Krishna sedang bersabda kepada Arjuna supaya Arjuna memperoleh manfaat. Jadi, Arjuna mengakui bahwa semua ini sedang terjadi terhadap Diri-Nya atas berkat karunia Krishna. Sekarang Arjuna yakin bahwa Krishna adalah sebab segala sebab dan bahwa Krishna bersemayam di dalam hati semua orang sebagai Roh Yang Utama.




    11.2

     

    bhavāpyayāu hi bhūtānāḿ
    śrutau vistaraśo mayā
    tvattaḥ kamala-patrākṣa
    māhātmyam api cāvyayām


    bhava—munculnya; apyayāu—menghilangnya; hi—pasti; bhūtānām—semua makhluk hidup; śrutau—sudah mendengar; vistaraśaḥ—secara terperinci; mayā—olehku; tvattaḥ—dari Anda; kamala-patra-akṣa—o Krishna yang memiliki mata bagaikan bunga padma; māhātmyam—kebesaran; api—juga; ca—dan; avyayām—tidak dapat dibinasakan.


    Terjemahan

    O Krishna yang mempunyai mata seperti bunga padma, hamba sudah mendengar dari Anda secara terperinci tentang muncul dan menghilangnya setiap makhluk hidup dan hamba sudah menginsafi kebesaran Anda yang tidak pernah dibinasakan.


    Penjelasan

    Arjuna menyebutkan Sri Krishna sebagai Yang bermata bunga padma" (mata Krishna tampak bagaikan kelopak bunga padma) karena rasa riang dalam hatinya, sebab Krishna sudah meyakinkan Arjuna dalam bab sebelumnya, aham krtsnasya jagataḥ prabhāvaḥ pralayas tathā: Aku adalah sumber muncul dan menghilangnya seluruh manifestasi material ini." Arjuna sudah mendengar tentang hal ini dari Krishna secara terperinci. Arjuna juga mengetahui bahwa walaupun Krishna adalah sumber segala kejadian muncul dan menghilang, namun Krishna menyisih dari semuanya. Sebagaimana disabdakan oleh Krishna dalam Bab Sembilan, Krishna berada di mana-mana namun Krishna tidak berada di mana-mana secara pribadi. Itulah kehebatan Krishna yang tidak dapat dipahami. Arjuna mengakui bahwa dia sudah mengerti tentang kehebatan Krishna secara mendalam.



    11.3

     

    evam etad yathāttha tvām
    ātmānaḿ parameśvara
    draṣṭum icchāmi te rūpam
    aiśvaraḿ puruṣottama

    evam—demikian; etat—ini; yathā—menurut kedudukannya yang sebenarnya; āttha—sudah bersabda; tvām—Anda; ātmanām—Anda sendiri; parama -īśvara—o Tuhan Yang Maha Esa; draṣṭum—melihat icchāmi—hamba ingin; te—milik Anda; rūpam—bentuk; aiśvaram—rohani; puruṣa-uttama—o Kepribadian yang paling baik.


    Terjemahan

    O Kepribadian yang paling mulia, bentuk yang paling utama, walaupun hamba melihat Anda berdiri di sini di hadapan hamba dalam kedudukan Anda yang sejati, sesuai dengan uraian Anda tentang Diri Anda, hamba ingin melihat bagaimana Anda masuk dalam manifestasi alam semesta ini. Hamba ingin melihat bentuk Anda tersebut.


    Penjelasan

    Krishna menyatakan bahwa oleh karena Beliau masuk di dalam alam semesta material dengan perwujudan pribadi-Nya, manifestasi alam semesta dimungkinkan dan berjalan terus. Arjuna diberi semangat dari pernyataan-pernyataan Krishna, tetapi untuk meyakinkan orang lain pada masa yang akan datang yang barangkali berpikir bahwa Krishna adalah manusia biasa, Arjuna ingin melihat Krishna benar-benar dalam bentuk semesta-Nya, untuk melihat bagaimana Krishna bertindak dari dalam alam semesta, walaupun Krishna berpisah dari alam semesta itu. Arjuna menyebutkan Krishna sebagai purusottama, dan itu juga bermakna. Oleh karena Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna bersemayam di dalam hati Arjuna sendiri. Karena itu, Krishna mengetahui keinginan Arjuna. Krishna dapat mengerti bahwa Arjuna tidak mempunyai keinginan istimewa untuk melihat Krishna dalam bentuk semesta-Nya, sebab Arjuna puas sepenuhnya untuk melihat Krishna dalam bentuk pribadi-Nya sebagai Krishna. Tetapi Krishna juga dapat mengerti bahwa Arjuna ingin melihat bentuk semesta untuk meyakinkan orang lain. Arjuna sendiri tidak mempunyai keinginan pribadi yang perlu dibenarkan. Krishna juga mengerti bahwa Arjuna ingin melihat bentuk semesta untuk menetapkan patokan, sebab pada masa yang akan datang banyak penipu akan menyamar sebagai penjelmaan-penjelmaan Tuhan. Karena itu, rakyat harus waspada; siapapun yang mengatakan Diri-Nya adalah Krishna harus bersedia memperlihatkan bentuk semestanya untuk membuktikan tuntutannya kepada rakyat.




    11.4

     

    manyase yadi tac chakyaḿ
    mayā draṣṭum iti prabho
    yogeśvara tato me tvaḿ
    darśayātmānam avyayām

    manyase—Anda berpikir; yādi—kalau; tat—itu; śakyam—sanggup; mayā—oleh hamba; draṣṭum—untuk dilihat; iti—demikian; prabho—o Tuhan Yang Maha Esa; yoga-īśvara—o Penguasa segala kekuatan batin; tataḥ—maka; me—kepada hamba; tvām—Anda; darśaya—sudilah kiranya memperlihatkan; ātmanām—Diri Anda; avyayām—kekal.


    Terjemahan

    Kalau Anda berpikir hamba sanggup memandang bentuk semesta Anda, sudilah kiranya Anda memperlihatkan bentuk semesta Diri Anda yang tidak terhingga itu kepada hamba, O Tuhan yang hamba muliakan, Penguasa segala kekuatan batin.

    Penjelasan

    Dikatakan bahwa seseorang tidak dapat melihat, mendengar, mengerti maupun membayangkan Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, melalui indera-indera material. Tetapi kalau seseorang menekuni cinta-bhakti kepada Tuhan sejak awal, maka ia dapat melihat Tuhan melalui wahyu. Setiap makhluk hidup hanyalah bunga api rohani; karena itu, tidak mungkin ia melihat maupun mengerti Tuhan Yang Maha Esa. Arjuna, sebagai seorang penyembah, tidak bergantung pada angan-angannya; melainkan, dia mengakui bahwa Diri-Nya terbatas sebagai makhluk hidup dan mengakui kedudukan Krishna yang tidak dapat diperkirakan. Arjuna dapat mengerti bahwa makhluk hidup tidak mungkin mengerti yang tak terhingga dan tidak terbatas. Kalau Yang tidak terhingga memperlihatkan Diri-Nya, baru dimungkinkan kita mengerti sifat Yang tak terhingga atas karunia Yang tak terhingga itu. Kata yogesvara juga sangat bermakna di sini karena Krishna mempunyai kekuatan yang tidak dapat dipahami. Kalau Krishna berkenan, Beliau dapat memperlihatkan Diri-Nya atas karunia-Nya, meskipun Beliau tidak terhingga. Karena itu, Arjuna memohonkan karunia Krishna yang tidak dapat dipahami. Arjuna tidak memberi perintah kepada Krishna. Krishna tidak harus memperlihatkan Diri-Nya kecuali seseorang menyerahkan diri sepenuhnya dalam kesadaran Krishna dan menekuni bhakti. Karena itu, orang yang bergantung pada kekuatan angan angannya tidak mungkin melihat Krishna.




    11.5

     

    śrī-bhagavān uvāca
    paśya me pārtha rūpāṇi
    śataśo 'tha sahasraśaḥ
    nānā-vidhāni divyāni
    nānā-varṇākṛtīni ca

    śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; paśya—lihatlah; me—milik-Ku; pārtha—wahai putera Pṛthā; rūpāṇi—bentuk-bentuk; śataśaḥ—beratus-ratus; atha—juga; sahasrasaḥ—beribu-ribu; nānā-vidhāni—berbagai; divyāni—rohani, mengenai Tuhan; nānā—beraneka; varṇa—warna; ākṛtīni—bentuk-bentuk; ca—juga.


    Terjemahan

    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Wahai Arjuna yang baik hati, wahai putera Pṛthā, sekarang lihatlah kehebatan-Ku, beratus-ratus ribu jenis bentuk rohani yang berwarna-warni.


    Penjelasan

    Arjuna ingin melihat Krishna dalam bentuk semesta-Nya. Walaupun bentuk semesta Krishna adalah bentuk rohani, bentuk itu hanya dibutuhkan untuk manifestasi alam semesta. Karena itu, bentuk semesta dipengaruhi oleh waktu alam material ini yang bersifat sementara. Seperti halnya alam material diwujudkan dan tidak diwujudkan, begitu pula bentuk semesta Krishna ini diwujudkan dan tidak diwujudkan. Bentuk semesta itu tidak terletak di angkasa rohani untuk selamanya seperti bentuk-bentuk Krishna lainnya. Seorang penyembah tidak berhasrat melihat bentuk semesta, tetapi oleh karena Arjuna ingin melihat Krishna dengan cara seperti ini, Krishna memperlihatkan bentuk ini. Bentuk semesta ini tidak mungkin dilihat oleh manusia biasa. Krishna harus memberi kekuatan kepada seseorang untuk melihat bentuk itu.




    11.6

     

    paśyādityān vasūn rudrān
    aśvinau marutas tathā
    bahūny adṛṣṭa-pūrvāṇi
    paśyāścaryāṇi bhārata

    paśya—lihatlah; ādityān—dua belas putera Aditi; vasūn—delapan Vasu; rudrān—sebelas bentuk Rudra; aśvinau—dua Aśvinīs; mārutaḥ—empat puluh sembilan Marut (dewa-dewa angin); tathā—juga; bahūni—banyak; adṛṣṭa—itu yang belum engkau lihat; pūrvāṇi—sebelumnya; paśya—lihatlah; āścaryāṇi—semua keajaiban; bhārata—wahai yang paling baik di antara para Bhārata.


    Terjemahan

    Wahai yang paling baik di antara para Bhārata, lihatlah di sini berbagai perwujudan para Āditya, Vasu, Rudra, Asvini-kumara dan semua dewa lainnya. Lihatlah banyak keajaiban yang belum pernah dilihat atau didengar oleh siapapun sebelumnya.


    Penjelasan

    Walaupun Arjuna adalah kawan pribadi Krishna dan yang paling maju di antara orang yang bijaksana, masih tidak mungkin ia mengetahui segala sesuatu tentang Krishna. Di sini dinyatakan bahwa manusia belum pernah mendengar atau mengetahui semua bentuk dan manifestasi tersebut. Sekarang Krishna memperlihatkan bentuk-bentuk yang ajaib ini.




    11.7

     

    ihaika-sthaḿ jagat kṛtsnaḿ
    paśyādya sa-carācaram
    mama dehe guḍākeśa
    yac cānyad draṣṭum icchasi


    iha—dalam ini; eka-stham—di satu tempat; jagat—alam semesta; kṛtsnam—sepenuhnya; paśya—lihatlah; adya—segera; sa—dengan; cara—yang bergerak; acaram—dan tidak bergerak; mama—milik-Ku; dehe—dalam badan ini; guḍākeśa—wahai Arjuna; yat—itu yang; ca—juga; anyat—lain; draṣṭum—melihat; icchasi—engkau ingin.


    Terjemahan

    Wahai Arjuna apapun yang ingin engkau lihat, lihatlah dengan segera dalam badan-Ku ini! Bentuk semesta ini dapat memperlihatkan kepadamu apapun yang engkau ingin lihat sekarang dan apapun yang engkau ingin lihat pada masa yang akan datang. Segala sesuatu baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak—berada di sini secara lengkap, di satu tempat.


    Penjelasan

    Tiada seorangpun yang dapat melihat seluruh alam semesta sambil duduk di satu tempat. Ahli ilmu pengetahuan yang paling maju sekalipun tidak dapat melihat apa yang sedang terjadi di tempat-tempat lain di alam semesta. Tetapi seorang penyembah seperti Arjuna dapat melihat segala sesuatu yang ada di mana-mana di alam semesta. Krishna memberikan kekuatan kepada Arjuna supaya Arjuna dapat melihat segala sesuatu yang ingin dilihatnya, baik dari masa lampau, sekarang maupun pada masa yang akan datang. Atas karunia Krishna, Arjuna dapat melihat segala sesuatu.




    11.8

     

    na tu māḿ śakyase draṣṭum
    anenaiva sva-cakṣuṣā
    divyaḿ dadāmi te cakṣuḥ
    paśya me yogam aiśvaram

    na—tidak pernah; tu—tetapi; mām—Aku; śakyase—sanggup; draṣṭum—melihat; anena—dengan ini; evā—pasti; sva-cakṣuṣā—dengan matamu sendiri; divyam—rohani; dadāmi—Aku memberikan; te—kepadamu; cakṣuḥ—mata; paśya—lihatlah; me—milik-Ku; yogam aiśvaram—kekuatan batin yang tidak dapat dipahami.


    Terjemahan

    Tetapi engkau tidak dapat melihat-Ku dengan mata yang engkau miliki sekarang. Karena itu, Aku memberikan mata rohani kepadamu. Lihatlah kehebatan batin-Ku!


    Penjelasan

    Seorang penyembah murni tidak suka melihat Krishna dalam bentuk apapun selain bentuk-Nya yang berlengan dua. Seorang penyembah harus melihat bentuk semesta Krishna atas karunia Krishna, tidak dengan pikiran, melainkan dengan mata rohani. Untuk melihat bentuk semesta Krishna, Arjuna tidak disuruh mengubah pikirannya tetapi mengubah penglihatannya. Bentuk semesta Krishna tidak begitu penting; kenyataan itu akan dijelaskan dalam ayat-ayat berikut. Namun oleh karena Arjuna ingin melihat bentuk itu, Krishna memberi penglihatan khusus yang dibutuhkan untuk melihat bentuk semesta itu. Para penyembah yang mantap dalam hubungan rohani dengan Krishna dengan cara yang benar tertarik kepada ciri-ciri yang penuh cinta kasih, mereka tidak tertarik pada suatu pertunjukkan kehebatan tanpa unsur Ketuhanan. Kawan-kawan Krishna yang bermain bersama Krishna, para sahabat Krishna, ayah dan ibu Krishna tidak pernah ingin supaya Krishna memperlihatkan kehebatan-Nya. Mereka sudah begitu khusuk dalam cinta-bhakti yang murni sehingga mereka tidak mengetahui bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hubungan cinta kasihnya yang bertimbal balik mereka lupa bahwa Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Srimad-Bhagavatam dinyatakan bahwa semua anak yang bermain bersama Krishna adalah roh-roh yang saleh sekali yang telah mendapat kesempatan bermain bersama Krishna sesudah menjelma berulang kali. Anak-anak seperti itu tidak mengetahui bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Mereka menganggap Krishna sebagai kawan pribadi. Karena itu, Sukadeva Gosvami membacakan ayat berikut:

    itthaḿ satāḿ brahma-sukhānubhūtyā
    dāsyaḿ gatānāḿ para-daivatena
    māyāśritānāḿ nara-dārakeṇa
    sākaḿ vijahruḥ kṛta-puṇya-puñjāḥ

    Inilah Kepribadian Yang Paling Utama, yang dianggap Brahman yang tidak bersifat pribadi oleh resi-resi yang mulia, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa oleh para penyembah, dan hasil alam material oleh manusia biasa. Sekarang anak-anak ini, yang sudah melakukan banyak kegiatan saleh dalam penjelmaan-penjelmaannya yang lalu, sedang bermain bersama Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa itu." (Srimad-Bhagavatam 10.12.11)
      Kenyataannya ialah bahwa seorang penyembah tidak berminat melihat viśva-rūpa, bentuk semesta. Tetapi Arjuna ingin melihat bentuk itu untuk membuktikan pernyataan-pernyataan Krishna supaya pada masa yang akan datang orang dapat mengerti bahwa Krishna sungguh-sungguh memperlihatkan Diri-Nya sebagai Yang Mahakuasa bukan hanya secara teori atau filsafat kepada Arjuna. Arjuna harus membuktikan kenyataan ini karena Arjuna adalah kepribadian pertama dalam sistem parampara. Orang yang sungguh-sungguh tertarik untuk mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, dan mengikuti langkah-langkah Arjuna, harus mengerti bahwa Krishna tidak hanya memperlihatkan Diri-Nya sebagai Yang Mahakuasa secara teori, tetapi benar-benar memperlihatkan Diri-Nya sebagai Yang Mahakuasa.
       Krishna memberi Arjuna kekuatan yang dibutuhkan untuk melihat bentuk semesta-Nya karena Krishna mengetahui bahwa minat Arjuna untuk melihat bentuk itu tidak begitu besar, sebagaimana sudah kami jelaskan di atas.



    11.9

     

    sañjaya uvāca
    evam uktvā tato rājan
    mahā-yogeśvaro hariḥ
    darśayām āsa pārthāya
    paramaḿ rūpam aiśvaram

    sañjayaḥ uvāca—Sañjaya berkata; evam—demikian; uktvā—bersabda; tataḥ—sesudah itu; rājan—wahai Paduka Raja; mahā-yoga-īśvaraḥ—ahli kebatinan yang paling perkasa; hariḥ—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna; darśayām āsa—memperlihatkan; pārthāya—kepada Arjuna; paramam—mengenai Tuhan; rupam aiśvaram—bentuk semesta.


    Terjemahan

    Sañjaya berkata: Wahai Paduka Raja, sesudah bersabda demikian, Tuhan Yang Mahakuasa, Penguasa segala kekuatan batin, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, memperlihatkan bentuk semesta-Nya kepada Arjuna.
     Tidak ada penjelasan




    11.10-11

     

    aneka-vaktra-nayanam
    anekādbhuta-darśanam
    aneka-divyābharaṇaḿ
    divyānekodyatāyudham


    divya-mālyāmbara-dharaḿ
    divya-gandhānulepanam
    sarvāścarya-mayā ḿ devam
    anantaḿ viśvato-mukham


    aneka—berbagai; vaktra—mulut-mulut; nayanam—mata; aneka—berbagai; adbhuta—ajaib; darśanam—wahyu-wahyu; aneka—berbagai; divya—rohani, mengenai Tuhan; ābharaṇam—perhiasan; divya—rohani, mengenai Tuhan; aneka—berbagai; udyata—diangkat; āyudham—senjata-senjata; divya—rohani, mengenai Tuhan; mālya—banyak kalung rangkaian bunga; ambara—pakaian; dharam—memakai; divya—rohani, mengenai Tuhan; gandha—wewangian; anulepanam—diolesi dengan; sarva—semua; āścarya-mayām—ajaib; devam—cemerlang; anantam—tidak terbatas; viśvataḥ-mukham—berada di mana-mana.


    Terjemahan

    Dalam bentuk semesta itu, Arjuna melihat mulut-mulut yang tidak terhingga, mata yang tidak terhingga, dan wahyu-wahyu ajaib yang tidak terhingga. Bentuk tersebut dihiasi dengan banyak perhiasan rohani dan membawa banyak senjata rohani yang diangkat. Beliau memakai kalung rangkaian bunga dan perhiasan rohani, dan banyak jenis minyak wangi rohani dioleskan pada seluruh badan-Nya. Semuanya ajaib, bercahaya, tidak terbatas dan tersebar ke mana-mana.


    Penjelasan

    Dalam dua ayat ini, penggunaan kata banyak berulangkali menunjukkan bahwa jumlah tangan, mulut, kaki dan perwujudan lainnya yang sedang dilihat oleh Arjuna tidak terhingga. Perwujudan-perwujudan tersebut disebarkan di seluruh alam semesta, tetapi atas karunia Krishna, Arjuna dapat melihat semuanya sambil duduk di satu tempat. Itu disebabkan oleh kekuatan Krishna yang tidak dapat dipahami.




    11.12

     

    divi sūrya-sahasrasya
    bhaved yugapad utthitā
    yadi bhāḥ sadṛśī sā syād
    bhāsas tasya mahātmanaḥ

    divi—di angkasa; sūrya—matahari-matahari; sahasrasya—dari beribu-ribu; bhavet—ada; yugapat—pada waktu yang sama; utthitā—berada; yādi—kalau; bhāḥ—cahaya; sadṛśī—seperti itu; sa—itu; syāt—mungkin menjadi; bhāsaḥ—cahaya; tasya—milik Beliau; mahā-ātmānaḥ—Tuhan Yang Maha agung.


    Terjemahan

    Kalau beratus-ratus ribu matahari terbit di langit pada waktu yang sama, mungkin cahayanya menyerupai cahaya dari Kepribadian Yang Paling Utama dalam bentuk semesta itu.


    Penjelasan

    Apa yang dilihat oleh Arjuna tidak dapat diuraikan, namun Sañjaya sedang berusaha memberikan gambaran pikiran tentang wahyu yang agung itu kepada Dhṛtarāṣṭra . Sañjaya dan Dhṛtarāṣṭra  tidak hadir di sana, tetapi atas karunia Vyasa, Sañjaya dapat melihat segala sesuatu yang terjadi. Karena itu, sekarang Sañjaya membandingkan keadaan dengan fenomena yang tidak dapat dibayangkan (yaitu, beribu-ribu matahari), sejauh keadaan itu dapat dipahami.




    11.13

     

    tatraika-sthaḿ jagat kṛtsnaḿ
    pravibhaktam anekadhā
    apaśyad deva-devasya
    śarīre pāṇḍavas tadā


    tatra—di sana; eka-stham—di satu tempat; jagat—alam semesta; kṛtsnam—lengkap; pravibhaktam—dibagi; anekadhā—ke dalam banyak; apaśyat—dapat melihat; deva-devaśya—dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; śarīre—dalam bentuk semesta; PāṇḍavāḥArjuna; tadā—pada waktu itu.


    Terjemahan

    Pada waktu itu, dalam bentuk semesta Tuhan, Arjuna dapat melihat perwujudan-perwujudan alam semesta yang tidak terhingga terletak di satu tempat walaupun dibagi menjadi beribu-ribu.


    Penjelasan

    Kata tatra (di sana") bermakna sekali. Kata itu menunjukkan bahwa Arjuna dan Krishna sedang duduk di atas kereta pada waktu Arjuna melihat bentuk semesta. Orang lain di medan perang tidak dapat melihat bentuk ini, sebab Krishna hanya memberikan daya lihat kepada Arjuna. Arjuna dapat melihat beribu-ribu planet di dalam badan Krishna. Ada banyak alam semesta dan banyak planet, sebagaimana kita pelajari dari kesusasteraan Veda. Beberapa di antara planet-planet itu terbuat dari tanah, beberapa di antaranya terbuat dari emas, beberapa diantaranya terbuat dari permata, beberapa diantaranya besar sekali, beberapa tidak begitu besar, dan sebagainya. Arjuna dapat melihat semua alam semesta dan planet tersebut sambil duduk di keretanya. Tetapi tiada seorangpun yang dapat mengerti apa yang sedang terjadi antara Arjuna dan Krishna.




    11.14

     

    tataḥ sa vismayāviṣṭo
    hṛṣṭa-romā dhanañjayaḥ
    praṇamya śirasā devaḿ
    kṛtāñjalir abhāṣata

    tataḥ—sesudah itu; saḥ—dia; vismayā-āviṣṭaḥ—tergugah rasa kagum; hṛṣṭa-romā—bulu roma tegak berdiri karena kebahagiaan rohaninya yang tinggi; dhanañjayah—Arjuna; praṇamya—bersujud; śirasā—kepala; devam—kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; kṛta-añjaliḥ—dengan mencakupkan tangan; abhāṣata—mulai bicara.


    Terjemahan

    Kemudian Arjuna kebingungan dan kagum, dan bulu romanya tegak berdiri. Arjuna menundukkan kepalanya untuk bersujud, lalu mencakupkan tangannya dan mulai berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


    Penjelasan

    Begitu wahyu rohani diperlihatkan, hubungan antara Krishna dan Arjuna segera berubah. Sebelumnya, Krishna dan Arjuna mempunyai hubungan berdasarkan persahabatan, tetapi di sini, sesudah wahyu tersebut, Arjuna bersujud dengan sikap sangat hormat dan berdoa kepada Krishna sambil mencakupkan tangannya. Arjuna sedang memuji bentuk semesta. Karena itu, hubungan Arjuna berubah dari hubungan persahabatan menjadi hubungan rasa kagum. Penyembah-penyembah yang mulia melihat Krishna sebagai sumber segala hubungan. Dalam Kitab Suci dua belas jenis hubungan pokok disebutkan, dan semua hubungan itu ada di dalam Krishna. Dinyatakan bahwa Krishna adalah lautan segala hubungan antara dua makhluk hidup, antara para dewa, atau antara Tuhan Yang Maha Esa dan para penyembah-Nya.
       Di sini Arjuna diberikan semangat oleh hubungan rasa kagum. Walaupun Arjuna berwatak kepala dingin tenang dan tidak banyak bicara, dalam sikap kagum ini Arjuna menjadi penuh kebahagiaan rohani, bulu romanya berdiri, dan dia mulai bersujud kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan mencakupkan tangannya. Tentu saja Arjuna tidak takut. Arjuna dipengaruhi oleh keajaiban Tuhan Yang Maha Esa. Saat ini Arjuna tergugah rasa kagum; hubungan persahabatan kasih sayang Arjuna yang wajar dikuasai oleh rasa kagum. Karena itulah Arjuna bertindak dengan cara seperti itu.




    11.15

     

    Arjuna uvāca
    paśyāmi devāḿs tava deva dehe
    sarvāḿs tathā bhūta-viśeṣa-sańghān
    brahmāṇam īśaḿ kamalāsana-stham
    ṛṣīḿś ca sarvān uragāḿś ca divyān

    Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; paśyāmi—hamba melihat; devān—semua dewa; tavā—milik Anda; deva—o Tuhan; dehe—dalam badan; sarvān—semua; tathā—juga; bhūta—para makhluk hidup; viśeṣa-sańghān—dikumpulkan secara khusus; brahmaṇām—Dewa Brahma; īśam—Dewa Siva; kamala-āsana-stham—duduk di atas bunga padma; ṛṣīn—resi-resi yang mulia; ca—juga; sarvān—semua; uragān—naga-naga; ca—juga; divyān—rohani.


    Terjemahan

    Arjuna berkata: Sri Krishna yang hamba muliakan, di dalam badan Anda hamba melihat semua dewa dan berbagai jenis makhluk hidup yang lain. Hamba melihat Brahma duduk di atas bunga padma, bersama Dewa siva, semua resi dan naga-naga rohani.


    Penjelasan

    Arjuna melihat segala sesuatu di alam semesta. Karena itu, Arjuna melihat Brahma, makhluk pertama di alam semesta, dan naga rohani yang menjadi tahta Garbhodakakasayi Visnu di bagian bawah alam semesta. Tempat tidur ini yang berupa naga disebut Vasuki. Ada naga-naga lain yang juga bernama Vasuki. Arjuna dapat melihat dari Garbhodakakasayi Visnu sampai bagian tertinggi di alam semesta di planet yang berbentuk bunga padma. Planet itu adalah tempat tinggal Brahma, makhluk hidup pertama di alam semesta. Itu berarti bahwa dari awal sampai akhir, segala sesuatu dapat dilihat oleh Arjuna, yang sedang duduk di satu tempat di atas kereta. Ini hanya dimungkinkan atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, Krishna.





    11.16

     

    aneka-bāhūdara-vaktra-netraḿ
    paśyāmi tvāḿ sarvato 'nanta-rūpam
    nāntaḿ na madhyaḿ na punas tavādiḿ
    paśyāmi viśveśvara viśva-rūpa

    aneka—banyak; bāhu—lenganlengan; udara—perut-perut; vaktra—mulut-mulut; netram—mata; paśyāmi—hamba melihat; tvām—Anda; sarvataḥ—di segala sisi; anantarūpam—bentuk yang tidak terhingga; na antam—tidak ada habisnya; na madhyam—tidak ada pertengahannya; na punaḥ—tidak lagi; tavā—milik Anda; ādim—permulaan; paśyāmi—hamba melihat; viśva-īśvara—o Penguasa alam semesta; viśva-rūpa—dalam bentuk alam semesta.


    Terjemahan

    O Penguasa alam semesta, o bentuk semesta, di dalam badan Anda hamba melihat banyak lengan, perut, mulut dan mata, tersebar kemana-mana, tanpa batas. Hamba tidak dapat melihat akhir, pertengahan maupun awal di dalam Diri Anda.


    Penjelasan

    Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan Beliau tidak terbatas karena itu segala sesuatu dapat dilihat melalui Beliau.




    11.17

     

    kirīṭinaḿ gadinaḿ cakriṇaḿ ca
    tejo-rāśiḿ sarvato dīptimantam
    paśyāmi tvāḿ durnirīkṣyaḿ samantād
    dīptānalārka-dyutim aprameyam

    kirīṭinam—dengan mahkota-mahkota; gadinam—dengan gada-gada; cakriṇam—dengan cakracakra; ca—dan; dyutimatejaḥ-rāśim—sinar; sarvataḥ—di segala sisi; dīpti-mantam—menyala; paśyāmi—hamba melihat; tvām—Anda; durnirīkṣyam—sulit dilihat; samantāt—di mana-mana; dīpta-anala—api yang menyala; arka—dari matahari; dyutim—sinar matahari; aprameyam—tidak dapat diukur.


    Terjemahan

    Bentuk Anda sulit dilihat karena cahaya-Nya yang menyilaukan, tersebar ke segala sisi, seperti api yang menyala atau cahaya matahari yang tidak dapat diukur. Namun hamba melihat bentuk ini yang bernyala di mana-mana dihiasi dengan berbagai jenis mahkota, gada, dan cakra.
    Tidak ad penjelasan.




    11.18

     

    tvām akṣaraḿ paramaḿ veditavyaḿ
    tvām asya viśvasya paraḿ nidhānam
    tvām avyayāḥ śāśvata-dharma-goptā
    sanātanas tvaḿ puruṣo mato me

    tvām—Anda; akṣaram—yang tidak pernah gagal; paramam—paling utama; veditavyam—harus dimengerti; tvām—Anda; asya—dari ini; viśvasya—alam semesta; param—paling utama; nidhanam—dasar; tvām—Anda; avyayāḥ—tidak dapat dimusnahkan; śāśvata-dharma-goptā—Pemelihara dharma yang kekal; sanātanāḥ—kekal; tvām—Anda; puruṣaḥ—Kepribadian Yang Paling Utama; mataḥ me—inilah pendapat hamba.


    Terjemahan

    Anda adalah tujuan pertama yang paling utama. Andalah sandaran utama seluruh jagat ini. Anda tidak dapat dimusnahkan, dan Andalah Yang Paling Tua. Andalah Pemelihara dharma Yang kekal, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Inilah pendapat hamba.
    Tidak ada penjelasan.




    11.19

     

    anādi-madhyāntam ananta-vīryam
    ananta-bāhuḿ śaśi-sūrya-netram
    paśyāmi tvāḿ dīpta-hutāśa-vaktraḿ
    sva-tejasā viśvam idaḿ tapantam

    anādi—tidak berawal; madhya—pertengahan; antam—atau akhir; ananta—tidak terbatas; vīryam—kebesaran; ananta—tidak terbatas; bāhum—lengan-lengan; śaśī—bulan; sūrya—dan matahari; netram—mata; paśyāmi—hamba melihat; tvām—Anda; dīpta—bernyala; hutāśa-vaktram—api keluar dari mulut Anda; sva-tejasā—oleh cahaya Anda; viśvam—alam semesta; idam—ini; tapantam—memanaskan.


    Terjemahan

    Anda tidak berawal, tidak ada masa pertengahan bagi Anda dan Anda tidak berakhir. Kebesaran Anda tidak terhingga. Jumlah lengan Anda tidak terbilang. Matahari dan bulan adalah mata Anda. Hamba melihat Anda dengan api yang bernyala keluar dari mulut Anda, Anda sedang membakar seluruh jagat ini dengan cahaya pribadi Anda.


    Penjelasan

    Luasnya enam jenis kehebatan yang dimiliki oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak terhingga. Dalam ayat ini dan banyak ayat lain ada keterangan yang diulangi, tetapi menurut Kitab Suci, mengulangi uraian tentang kebesaran Krishna bukan kelemahan di bidang sastera. Dikatakan bahwa pada saat seseorang kebingungan, terharu rasa kagum atau kebahagiaan rohani yang besar, pernyataan diucapkan berulang kali. Itu bukan kelemahan.




    11.20

     

    dyāv ā-pṛthivyor idam antaraḿ hi
    vyāptaḿ tvayaikena diśaś ca sarvāḥ
    dṛṣṭvādbhutaḿ rūpam ugraḿ tavedaḿ
    loka-trayaḿ pravyathitaḿ mahātman

    dyau—dari antariksa; ā-pṛthivyoḥ—sampai bumi; idam—ini; antaram—antara; hi—pasti; vyaptam—berada di mana-mana; tvayā—oleh Anda; ekena—sendiri; diśaḥ—arah-arah; ca—dan; sarvaḥ—semua; dṛṣṭvā—dengan melihat; adbhutam—ajaib; rūpam—bentuk; ugram—mengerikan; tava—milik Anda; idam—ini; loka—susunan planet-planet; trayam—tiga; pravyathitam—digoyahkan; mahā-ātman—o Yang Mulia.


    Terjemahan

    Walaupun Anda adalah satu, Anda berada di mana-mana di seluruh angkasa, planet-planet dan antariksa antar planet-planet. O Kepribadian Yang Mulia dengan melihat bentuk yang mengagumkan dan mengerikan ini, semua susunan planet goyah.


    Penjelasan

    Dyav a-prthivyoh (ruang antara surga dan bumi") dan loka trayam (tiga dunia") adalah kata-kata yang bermakna dalam ayat ini, sebab rupanya bukan hanya Arjuna yang melihat bentuk semesta Tuhan, tetapi kepribadian-kepribadian lain di planet yang lain juga melihat bentuk semesta itu. Ketika Arjuna melihat bentuk semesta, itu bukan impian. Semua kepribadian yang telah dianugerahi penglihatan rohani oleh Krishna melihat bentuk semesta itu di medan perang.




    11.21

     

    amī hi tvāḿ sura-sańghā viśanti
    kecid bhītāḥ prāñjalayo gṛṇanti
    svastīty uktvā maharṣi-siddha-sańghāḥ
    stuvanti tvāḿ stutibhiḥ puṣkalābhiḥ

    amī—semua itu; hi—pasti; tvām—Anda; sura-sańghāḥ—kelompok-kelompok dewa; viśanti—masuk; kecit—beberapa diantaranya; bhītāḥ—karena rasa takut; prāñjalayaḥ—dengan mencakupkan tangan; gṛṇanti—mempersembahkan doa-doa pujian; svasti—segala kedamaian; iti—demikian; uktvā—berkata; mahā-ṛṣi—para resi-resi yang mulia;siddha-sańghāḥ—makhluk-makhluk yang sempurna; stuvanti—menyanyi doa-doa pujian; tvām—kepada Anda; stutibhiḥ—dengan doa-doa pujian; puṣkalābhiḥ—mantera-mantera Veda.


    Terjemahan

    Semua kelompok dewa menyerahkan diri di hadapan Anda dan masuk ke dalam diri Anda. Beberapa di antaranya sangat ketakutan dan mereka mempersembahkan doa pujian sambil mencakupkan tangannya. Banyak resi yang mulia dan makhluk-makhluk yang sempurna yang sedang berseru, Semoga ada segala kedamaian!" sedang berdoa kepada Anda dengan menyanyikan mantra-mantra Veda.


    Penjelasan

    Para dewa di semua susunan planet takut terhadap manifestasi bentuk semesta yang mengerikan dengan cahaya-Nya yang menyilaukan. Karena itu, mereka berdoa untuk mohon perlindungan.




    11.22

     

    rudrādityā vasavo ye ca sādhyā
    viśve 'śvinau marutaś coṣmapāś ca
    gandharva-yakṣāsura-siddha-sańghā
    vīkṣante tvāḿ vismitāś caiva sarve

    rudra—perwujudan-perwujudan Dewa Siva; ādityāḥ—para Āditya; vāsavaḥ—para Vasu; ye—semua itu; ca—dan; sādhyāḥ—para Sadhya; viśve—para Viśvedeva; aśvinau—kedua Aśvinī-kumāra; mārutaḥ—para Marut; ca—dan; uṣma-pāḥ—para leluhur; ca—dan; gandharva—para Gandharva; yakṣa—para Yaksa; asura—para asura dan tujuan-tujuan yang jahat; siddha—dan dewa-dewa yang sempurna; sańghāḥ—sidang-sidang; vīkṣante—sedang menatap; tvām—Anda; vismitāḥ—dengan rasa kagum; ca—juga; evā—pasti; sarve—semua.


    Terjemahan

    Segala manifestasi dari Dewa siva, para Āditya, para Vasu, para Sadhya, para Visvedeva, dua Asvi, para Marut, para leluhur, para Gandharva, para Yaksa, para Asura dan dewa-dewa yang sempurna memandang Anda dengan rasa kagum.
    Tidak ada penjelasan.




    11.23

     

    rūpaḿ mahat te bahu-vaktra-netraḿ
    mahā-bāho bahu-bāhūru-pādam
    bahūdaraḿ bahu-daḿṣṭrā-karālaḿ
    dṛṣṭvā lokāḥ pravyathitās tathāham

    rūpam—bentuk; mahat—mulia sekali; te—milik Anda; bahu—banyak; vaktra—muka-muka; netram—dan mata; mahā-bāho—o Kepribadian yang berlengan perkasa; bahu—banyak; bāhu—lengan-lengan; ūru—paha; padam—dan kaki; bahu-udaram—banyak perut; bahu-daḿṣṭrā—banyak gigi; karālam—mengerikan; dṛṣṭvā—melihat; lokaḥ—semua planet; pravyathitāḥ—digoyahkan; tathā—seperti itu juga; aham—hamba.


    Terjemahan

    O Kepribadian yang berlengan perkasa, semua planet dengan dewa-dewanya goyah ketika melihat bentuk Anda yang maha agung, dengan banyak muka, mata, lengan, paha, kaki, dan perutnya, dan banyak gigi Anda yang mengerikan; karena itu, mereka goyah, dan hamba juga goyah.
    Tidak ada penjelasan.




    11.24

     

    nabhaḥ-spṛśaḿ dīptam aneka-varṇaḿ
    vyāttānānāḿ dīpta-viśāla-netram
    dṛṣṭvā hi tvāḿ pravyathitāntar-ātmā
    dhṛtiḿ na vindāmi śamaḿ ca viṣṇo

    nabhaḥ-spṛśam—menyentuh langit; dīptam—bernyala; aneka—banyak; varṇam—warna; vyātta—terbuka; ānānām—mulut-mulut; dīpta—menyala; viśāla—mulia sekali; netram—mata; dṛṣṭvā—melihat; hi—pasti; tvām—Anda; pravyathita—goyah; antaḥ—di dalam; ātmā—roh; dhṛtim—sikap mantap; na—tidak; vindāmi—hamba mempunyai; samām—ketenangan pikiran; ca—juga; viṣṇo—o Sri  Visnu.


    Terjemahan

    O Visnu yang berada di mana-mana, ketika hamba melihat Anda dengan berbagai warna Anda yang bercahaya dan menyentuh langit, mulut-mulut Anda yang terbuka lebar dan mata Anda yang besar dan menyala, pikiran hamba goyah karena rasa takut. Hamba tidak dapat memelihara sikap mantap maupun keseimbangan pikiran lagi.
    Tidak ada penjelasan.



    11.25

     

    daḿṣṭrā-karālāni ca te mukhāni
    dṛṣṭvaiva kālānala-sannibhāni
    diśo na jāne na labhe ca śarma
    prasīda deveśa jagan-nivāsa

    daḿṣṭrā—gigi; karālāni—mengerikan; ca—juga; te—milik Anda; mukhāni—wajah-wajah; dṛṣṭvā—dengan melihat; evā—demikian; kāla-anala—api kematian; sannibhāni—seolah-olah; diśaḥ—arah-arah; na—tidak; jāne—hamba mengetahui; na—tidak; labhe—hamba memperoleh; ca—dan; śarma—karunia; prasīda—berpuas hati; deva-īśa—o Penguasa semua dewa; jagat-nivāsa—o Pelindung dunia-dunia.


    Terjemahan

    O Penguasa para dewa, Pelindung dunia-dunia, mohon memberi karunia kepada hamba. Hamba tidak dapat memelihara keseimbangan ketika melihat Anda seperti ini dengan wajah-wajah Anda yang menyala seperti maut dan gigi yang mengerikan. Di segala arah hamba kebingungan.
    Tidak ada penjelasan.




    11.26-27

     

    amī ca tvāḿ Dhṛtarāṣṭrasya putrāḥ
    sarve sahaivāvani-pāla-sańghaiḥ
    bhīṣmo droṇaḥ sūta-putras tathāsau
    sahāsmadīyair api yodha-mukhyaiḥ


    vaktrāṇi te tvaramāṇā viśanti
    daḿṣṭrā-karālāni bhayānakāni
    kecid vilagnā daśanāntareṣu
    sandṛśyante cūrṇitair uttamāńgaiḥ

    amī—yang ini; ca—juga; tvām—Anda; dhṛtarāṣṭrasya—milik Dhṛtarāṣṭra; putrāḥ—para putera; sarve—semua; saha—dengan; evā—memang; avani-pāla—para raja  kesatria; sańghaiḥ—kelompok-kelompok; bhīṣmaḥ—Bhīṣmadeva; dronaḥ—Dronacarya; sūta-putraḥKarṇa; tathā—juga; asau—itu; saha—dengan; asmadīyaiḥ—milik kita; api—juga; yodha-mukhyaiḥ—pemimpin-pemimpin para kesatria; vaktrāṇi—mulut-mulut; te—milik Anda; tvaramāṇāḥ—lari; viśanti—masuk; daḿṣṭrā—gigi; karālāni—mengerikan; bhayānakāni—sangat menakutkan; kecit—beberapa diantaranya; vilagnāḥ—menjadi terikat; daśana-antareṣu—antara gigi; sandṛśyante—dilihat; cūrṇitaiḥ—dengan yang dihancurkan; uttama-ańgaiḥ—kepala-kepala.


    Terjemahan

    Semua putera Dhṛtarāṣṭra, bersama raja-raja yang bersekutu dengan mereka, Bhīṣma, Drona, Karṇa dan—semua pemimpin kesatria di pihak kita—lari masuk ke dalam mulut-mulut Anda yang mengerikan. Hamba melihat beberapa di antaranya tersangkut dengan kepala-kepalanya hancur di antara gigi-gigi Anda.

    Penjelasan

    Dalam ayat tujuh, Krishna telah berjanji untuk memperlihatkan hal-hal yang akan sangat menarik hati Arjuna. Sekarang Arjuna melihat bahwa para pemimpin pihak lawan (Bhīṣma, Drona, Karṇa dan semua putera Dhṛtarāṣṭra ) berikut tentaranya dan tentara Arjuna sendiri semua sedang dihancurkan. Ini menunjukkan bahwa sesudah hampir semua orang yang telah berkumpul di Kuruksetra  mati, Arjuna akhirnya akan menang. Juga disebutkan di sini bahwa Bhīṣma, yang diduga tidak dapat dikalahkan, juga akan dihancurkan. Demikian pula Karṇa. Bahkan hanya kesatria-kesatria yang mulia di pihak lawan seperti Bhīṣma yang akan dihancurkan, tetapi beberapa kesatria besar di pihak Arjuna juga akan dihancurkan.




    11.28

     

    yathā nadīnāḿ bahavo 'mbu-vegāḥ
    samudram evābhimukhā dravanti
    tathā tavāmī nara-loka-vīrā
    viśanti vaktrāṇy abhivijvalanti

    yathā—bagaikan; nadīnām—dari sungai-sungai; bahavah—banyak; ambu-vegāḥ—ombak-ombak dalam air; samudram—lautan; evā—pasti; abhimukhāḥ—menuju; dravanti—meluncur; tathā—seperti itu pula; tavā—milik Anda; amī—semua ini; nara-loka-vīrāḥ—raja-raja masyarakat manusia; viśanti—masuk; vaktrāṇi—mulut-mulut; abhivijvalanti—dan menyala.


    Terjemahan

    Bagaikan ombak-ombak banyak sungai mengalir ke dalam lautan, seperti itu pula semua kesatria yang hebat ini menyala dan masuk ke dalam mulut-mulut Anda.
    Tidak ada penjelasan.




    11.29

     

    yathā pradīptaḿ jvalanaḿ patańgā
    viśanti nāśāya samṛddha-vegāḥ
    tathāiva nāśāya viśanti lokās
    tavāpi vaktrāṇi samṛddha-vegāḥ

    yathā—bagaikan; pradīptam—menyala; jvalanam—api; patańgāḥ—kupu-kupu; viśanti—masuk; nāśāya—untuk dihancurkan; samṛddha—dengan penuh; vegāḥ—kecepatan; tathā evā—seperti itu pula; nāśāya—untuk dihancurkan; viśanti—masuk; lokaḥ—semua orang; tavā—milik Anda; api—juga; vaktrāṇi—mulut-mulut; samṛddhavegāḥ—dengan kecepatan penuh.


    Terjemahan

    Hamba melihat semua orang lari dengan kecepatan penuh ke dalam mulut-mulut Anda, bagaikan kupukupu yang terbang menuju kehancuran di dalam api yang menyala.
    Tidak ada penjelasan.




    11.30

     

    lelihyase grasamānaḥ samantāl
    lokān samagrān vādān air jvaladbhiḥ
    tejobhir āpūrya jagat samagraḿ
    bhāsas tavogrāḥ pratapanti viṣṇo

    lelihyase—Anda menjilat; grasamānaḥ—menelan; samantāt—segala arah; lokān—orang; samagrān—semua; vādān aiḥ—oleh mulut-mulut; jvaladbhiḥ—yang mengeluarkan banyak api; tejobhiḥ—oleh cahaya; apurya—menutupi; jagat—alam semesta; samagram—semua; bhāsaḥ—sinar-sinar; tava—milik Anda; ugrāḥ—mengerikan; pratapanti—menganguskan; viṣṇo—o Tuhan Yang Maha Esa yang berada di mana-mana.


    Terjemahan

    O Visnu, hamba melihat Anda menelan semua orang dari segala sisi dengan mulut-mulut Anda yang mengeluarkan banyak api. Anda menutupi seluruh alam semesta dengan cahaya Anda, Anda terwujud dengan sinar-sinar yang mengerikan dan menganguskan.
    Tidak ada penjelasan.




    11.31

     

    ākhyāhi me ko bhavān ugra-rūpo
    namo 'stu te deva-vara prasīda
    vijñātum icchāmi bhavāntam ādyaḿ
    na hi prajānāmi tava pravṛttim


    ākhyāhi—mohon menjelaskan; me—kepada hamba; kaḥ—siapa; bhavān—Anda; ugra-rūpaḥ—bentuk yang ganas; namaḥ astu—sembah sujud; te—kepada Anda; deva-vara—o Kepribadian yang mulia di kalangan para dewa; prasīda—memberi karunia; vijñātum—mengenal; icchāmi—hamba ingin; bhavāntam—Anda; ādyam—yang asli; na—tidak; hi—pasti; prajānāmi—hamba mengetahui; tavā—milik Anda; pravṛttim—maksud.


    Terjemahan

    O Penguasa semua dewa, yang mempunyai bentuk yang begitu ganas, mohon beritahukan kepada hamba siapa Anda. Hamba bersujud kepada Anda; mohon memberi karunia kepada hamba. Anda adalah Tuhan Yang Maha Esa yang asli. Hamba ingin mengetahui tentang Anda, sebab hamba tidak mengetahui apa maksud Anda.
    Tidak ada penjelasan.




    11.32

     

    śrī-bhagavān uvāca
    kālo 'smi loka-kṣaya-kṛt pravṛddho
    lokān samāhartum iha pravṛttaḥ
    ṛte 'pi tvāḿ na bhaviṣyanti sarve
    ye 'vasthitāḥ pratyanīkeṣu yodhāḥ


    Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; kālaḥ—waktu; asmi—Aku adalah; loka—terhadap dunia-dunia; kṣaya-kṛt—yang membinasakan; pravṛddhaḥ—mulia; lokān—semua orang; samāhartum—dalam menghancurkan; iha—di dunia ini; pravṛddhaḥ—sibuk; ṛte—tanpa kecuali; api—pun; tvām—engkau; na—tidak pernah; bhaviṣyanti—akan menjadi; sarve—semua; ye—yang; avasthitāḥ—berada; prati-anīkeṣu—di pihak-pihak yang saling melawan; yodhāḥ—tentara.


    Terjemahan

    Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Aku adalah waktu, Penghancur besar dunia-dunia, dan Aku datang ke sini untuk menghancurkan semua orang. Kecuali kalian [para Pandava], semua kesatria di sini dari kedua belah pihak akan terbunuh.


    Penjelasan

    Walaupun Arjuna mengetahui bahwa Krishna adalah kawannya dan bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dia dibingungkan oleh berbagai bentuk yang diperlihatkan oleh Krishna. Karena itu, dia bertanya lebih lanjut tentang maksud yang sebenarnya yang dibawa oleh kekuatan yang menghancurkan. Dalam Veda dinyatakan bahwa Kebenaran Yang Paling Utama menghancurkan segala sesuatu, bahkan sampai para brahmaṇā sekalipun. Sebagaimana dinyatakan dalam Katha Upanisad (1.2.25).

    yasya brahma ca kṣatraḿ ca
    ubhe bhavata odanaḥ
    mṛtyur yasyopasecanaḿ
    ka itthā veda yatra saḥ

    Akhir semua brahmaṇā, ksatriya dan semua orang lain ditelan seperti makanan oleh Yang Mahakuasa. Bentuk Tuhan Yang Maha Esa ini adalah raksasa yang menelan segala sesuatu. Di sini Krishna mewujudkan Diri-Nya dalam bentuk waktu yang menelan segala sesuatu. Kecuali beberapa Pandava, semua orang yang hadir di medan perang itu akan ditelan oleh Beliau.
      Arjuna tidak menyetujui pertempuran. Dia berpikir lebih baik tidak bertempur; dan dengan cara demikian rasa frustrasi tidak akan dialami. Sebagai jawaban, Krishna menyatakan bahwa kalaupun Arjuna tidak bertempur, semuanya tetap akan dihancurkan, sebab itulah rencana Krishna. Kalau Arjuna berhenti bertempur, mereka akan mati dengan cara yang lain. Kematian tidak dapat dihalang-halangi, meskipun Arjuna tidak bertempur. Sebenarnya, mereka sudah mati. Waktu adalah kemusnahan, dan semua manifestasi akan dimusnahkan atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Itulah hukum alam.





    11.33

     

    tasmāt tvām uttiṣṭha yaśo labhasva
    jitvā śatrūn bhuńkṣva rājyaḿ samṛddham
    mayā ivaite nihatāḥ pūrvam eva
    nimitta-mātraḿ bhava savya-sācin

    tasmāt—karena itu; tvām—engkau; uttiṣṭha—bangun; yaśaḥ—kemasyhuran; labhasva—keuntungan; jitvā—menaklukkan; śatrūn—musuh; bhuńkṣva—menikmati; rājyam—kerajaan; samṛddham—makmur; mayā—oleh-Ku; eva—pasti; ete—semua ini; nihatāḥ—dibunuh; pūrvam eva—oleh sesuatu yang sudah diatur sebelumnya; nimitta-mātram—hanya menyebabkan; bhava—menjadi; savya-sācin—wahai Savyasaci.


    Terjemahan

    Karena itu, bangunlah. Siap-siap untuk bertempur dan merebut kemashyuran. Kalahkanlah musuhmu dan menikmati kerajaan yang makmur. Mereka sudah dibunuh oleh apa yang telah Kuatur, dan engkau hanya dapat menjadi alat dalam pertempuran, wahai Savyasaci.


    Penjelasan

    Savyasacin berarti orang yang ahli sekali memanaḥ di medan perang. Jadi Arjuna disebut kesatria yang ahli dan sanggup memanaḥ untuk membunuh musuhnya. Jadilah alat": nimitta-mātram. Kata ini sangat bermakna. Seluruh dunia bergerak menurut rencana Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang bodoh yang kekurangan pengetahuan menganggap alam bergerak tanpa rencana dan bahwa semua manifestasi hanya dibentuk secara kebetulan saja. Ada banyak orang yang hanya namanya saja ahli ilmu pengetahuan yang mengusulkan bahwa dunia mungkin seperti ini atau mungkin seperti itu. Tetapi dunia ini tidak mungkin terwujud dengan cara barangkali" dan mungkin." Ada rencana khusus yang sedang dilaksanakan di dunia material. Apa rencana itu? Manifestasi alam semesta ini adalah kesempatan yang diberikan kepada roh-roh yang terikat untuk pulang, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selama roh-roh terikat mempunyai nafsu untuk berkuasa yang menyebabkan mereka berusaha menguasai alam material, mereka tetap diikat. Tetapi siapapun yang dapat mengerti rencana Tuhan Yang Maha Esa dan mengembangkan kesadaran Krishna adalah orang yang paling cerdas. Ciptaan dan peleburan manifestasi alam semesta berjalan di bawah bimbingan utama Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, pertempuran dalam perang Kuruksetra  berjalan menurut rencana Tuhan. Arjuna menolak bertempur, tetapi dia diberitahukan bahwa dia harus bertempur sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Dengan cara demikian, dia akan berbahagia. Kalau seseorang sadar akan Krishna sepenuhnya dan kehidupannya dipersembahkan dalam pengabdian rohani kepada Tuhan, ia sempurna.

    11.34

     

    droṇaḿ ca bhīṣmaḿ ca jayadrathaḿ ca
    karṇaḿ tathānyān api yodha-vīrān
    mayā hatāḿs tvaḿ jahi mā vyathiṣṭhā
    yudhyasva jetāsi raṇe sapatnān

    droṇam ca—juga Drona; Bhīṣmam ca—juga Bhīṣma; jayadrathamca—juga Jayadratha; karṇamKarṇa; tathā—juga; anyān—lain-lain; api—pasti; yodha-vīrān—kesatria-kesatria yang berwibawa; mayā—oleh-Ku; hatān—sudah dibunuh; tvām—engkau; jahi—membinasakan; mā—jangan; vyathiṣṭhāḥ—merasa goyah; yudhyasva—hanya bertempur; jetā asi—engkau akan menang; raṇe—dalam pertempuran; sapatnān—musuh.


    Terjemahan

    Drona, Bhīṣma, Jayadratha, Karṇa dan kesatria-kesatria besar lainnya sudah Kuhancurkan. Karena itu, bunuhlah mereka dan jangan merasa goyah. Bertempur saja, dan engkau akan memusnahkan musuh-musuhmu dalam pertempuran.


    Penjelasan

    Setiap rencana dibuat oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa begitu murah hati dan penuh karunia kepada para penyembah-Nya sehingga Beliau memberi penghargaan kepada para penyembahnya yang melaksanakan rencana-Nya yang menurut kehendak-Nya. Karena itu, kehidupan harus bergerak dengan cara sedemikian rupa supaya semua orang bertindak dalam kesadaran Krishna dan mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa melalui perantara seorang guru kerohanian. Rencana-rencana Tuhan Yang Maha Esa dimengerti atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, dan rencana-rencana para penyembah sebaik rencana-rencana Tuhan Yang Maha Esa. Sebaiknya orang mengikuti rencana-rencana itu dan berjaya dalam perjuangan hidup.




    11.35

     

    sañjaya uvāca
    etac chrutvā vacanaḿ keśavasya
    kṛtāñjalir vepamānaḥ kirītī
    namaskṛtvā bhūya evāha kṛṣṇaḿ
    sa-gadgadaḿ bhīta-bhītaḥ praṇamya

    sañjayaḥ uvāca—Sañjaya berkata; etat—demikian; śrutvā—mendengar; vacanam—sabda; keśavasya—dari Krishna; kṛta-añjaliḥ—dengan mencakupkan tangan; vepamānaḥ—gemetar; kirītīArjuna; namaskṛtvā—bersujud; bhūyaḥ—lagi; evā—juga; āha—berkata; kṛṣṇam—kepada Krishna; sa-gadgadam—dengan suara yang tersendat-sendat; bhīta-bhītaḥ—penuh rasa takut; praṇamya—bersujud.


    Terjemahan

    Sañjaya berkata kepada Dhṛtarāṣṭra : Wahai Baginda Raja , sesudah mendengar kata-kata ini dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Arjuna yang sedang gemetar menghaturkan sembah sujud berulangkali dengan mencakupkan tangannya. Hati Arjuna penuh rasa takut dan dia berkata kepada Sri Krishna dengan suara yang tersendat-sendat, sebagai berikut.


    Penjelasan

    Sebagaimana sudah kami jelaskan, oleh karena keadaan yang diciptakan oleh bentuk semesta Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Arjuna kebingungan karena tergugah rasa kagum. Karena itu, Arjuna mulai bersujud dengan hormat kepada Krishna berulang kali, kemudian dengan suara tersendat dia mulai berdoa, bukan sebagai kawan, tetapi sebagai seorang penyembah yang merasa kagum.




    11.36

     

    Arjuna uvāca
    sthāne hṛṣīkeśa tava prakīrtyā
    jagat prahṛṣyaty anurajyate ca
    rakṣāḿsi bhītāni diśo dravanti
    sarve namasyanti ca siddha-sańghāḥ


    Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; sthāne—patut; hṛṣīka-īśa—Penguasa semua indera; tavā—milik Anda; prakīrtyā—oleh kebesaran; jagat—seluruh dunia; prahṛṣyati—merasa riang; anurajyate—menjadi terikat; ca—dan; rakṣāḿsi—raksasa-raksasa; bhītāni—karena takut; diśaḥ—ke segala penjuru; dravanti—lari; sarve—semua; namasyanti—bersujud; ca—juga; siddha sańghāḥ—manusia yang sempurna.


    Terjemahan

    Arjuna berkata: O Penguasa indera-indera, dunia menjadi riang dengan mendengar nama Anda, dan dengan demikian semua orang menjadi terikat kepada Anda. Kendatipun makhluk-makhluk sempurna bersujud kepada Anda dengan hormat, para raksasa ketakutan sehingga mereka lari ke sana ke mari. Segala hal ini memang patut terjadi.


    Penjelasan

    Sesudah Arjuna mendengar dari Krishna tentang hasil Perang Kuruksetra , Arjuna dibebaskan dari kebodohan, dan sebagai seorang penyembah yang mulia dan kawan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dia mengatakan bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh Krishna memang pantas. Arjuna membenarkan bahwa Krishna adalah pemelihara dan tujuan sembah yang bagi para penyembah dan pembinasa segala hal yang tidak diinginkan. Perbuatan Krishna baik secara merata bagi semua orang. Di sini Arjuna mengerti bahwa pada waktu perang Kuruksetra  sedang diselesaikan, di antariksa ada banyak dewa, siddha, dan cendekiawan dari planet-planet yang lebih tinggi yang hadir dan sedang meninjau pertempuran karena Krishna hadir disana. Pada waktu Arjuna melihat bentuk semesta Tuhan, para dewa senang melihat bentuk itu, tetapi oknum-oknum yang lain, yaitu orang jahat dan orang yang tidak percaya kepada Tuhan, tidak tahan bila Tuhan dipuji. Sewajarnya mereka takut terhadap bentuk Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang menghancurkan segala sesuatu, karena itu mereka lari. Arjuna memuji cara Krishna memperlakukan para penyembah dan orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Dalam segala keadaan seorang penyembah memuji kebesaran Tuhan, sebab ia mengetahui apapun yang dilakukan oleh Krishna dilakukan demi kesejahteraan semua orang.

    11.37

     

    kasmāc ca te na nameran mahātman
    garīyase brahmaṇo 'py ādi-kartre
    ananta deveśa jagan-nivāsa
    tvām akṣaraḿ sad-asat tat paraḿ yat

    kasmāt—mengapa; ca—juga; te—kepada Anda; na—tidak; nameran—seyogyanya mereka bersujud secara layak; mahā-ātman—o Kepribadian yang mulia; garīyase—yang lebih baik; brahmaṇaḥ—daripada Brahma; api—walaupun; ādi-kartre—kepada Pencipta yang paling utama; ananta—o Yang tidak terhingga; deva-īśa—o Tuhan yang disembah oleh semua dewa; jagat-nivāsa—o Pelindung alam semesta; tvām—Anda adalah; akṣaram—tidak dapat dimusnahkan; sat-asat—menyebabkan dan melaksanakan; tat param—melampaui; yat—karena.


    Terjemahan

    O Yang Mahabesar, lebih tinggi daripada Brahma, Anda adalah Pencipta yang asli. Karena itu, bukankah seyogyanya mereka bersujud dengan hormat kepada Anda? O Kepribadian yang tidak terhingga, Tuhan yang disembah oleh semua dewa, Pelindung alam semesta! Anda adalah sumber yang tidak dapat dikalahkan, sebab segala sebab, Yang melampaui manifestasi alam material ini.


    Penjelasan

    Dengan bersujud seperti itu, Arjuna menunjukkan bahwa Krishna patut disembah oleh semua orang. Krishna berada di mana-mana dan Krishna adalah Roh Yang Utama bagi setiap roh. Arjuna menyebut Krishna dengan kata mahatma, yang berarti Krishna sangat murah hati dan tidak terhingga. Ananta berarti tiada sesuatupun yang tidak ditutupi oleh pengaruh dan tenaga Tuhan Yang Maha Esa, dan devesa berarti Krishna mengendalikan semua dewa dan berada di atas semuanya. Krishna adalah Pelindung alam semesta. Arjuna juga berpikir memang patut semua makhluk hidup dan dewa-dewa yang perkasa bersujud kepada Krishna, sebab tiada seorangpun yang lebih agung daripada Krishna. Arjuna khususnya menyebutkan bahwa Krishna lebih agung daripada Brahma, sebab Brahma diciptakan oleh Krishna. Brahma dilahirkan dari tangkai bunga padma yang keluar dari pusar Garbhodakakasayi Visnu. Garbhodakakasayi Visnu adalah penjelmaan yang berkuasa penuh dari Krishna. Siva dilahirkan dari Brahma. Karena itu, Brahma, Siva dan semua dewa lainnya harus bersujud dengan hormat kepada Krishna. Dalam Srimad-Bhagavatam dinyatakan bahwa Krishna dihormati oleh Dewa Siva dan Brahma dan dewa-dewa lainnya. Kata akṣaramsangat bermakna karena ciptaan material mengalami peleburan tetapi Krishna berada di atas ciptaan material ini. Krishna adalah sebab segala sebab. Karena itu, kedudukan Krishna lebih tinggi daripada semua roh yang terikat di dalam alam material ini dan juga lebih tinggi daripada manifestasi alam semesta material sendiri. Karena itu, Krishna adalah Yang Mahakuasa dan Mahabesar.




    11.38

     

    tvām ādi-devaḥ puruṣaḥ purāṇas
    tvām asya viśvasya paraḿ nidhānam
    vettāsi vedyaḿ ca paraḿ ca dhāma
    tvayā tataḿ viśvam ananta-rūpa


    tvām—Anda; ādi-devaḥ—Tuhan Yang Maha Esa yang asli; puruṣaḥ—Kepribadian; purāṇaḥ—tua; tvām—Anda; asya—dari ini; viśvasya—alam semesta; param—rohani dan melampaui hal-hal duniawi; nidhanam—Pelindung; vettā—Yang mengetahui; asi—Anda adalah; vedyam—yang dapat diketahui; ca—dan; param—melampaui; ca—dan; dhāma—Pelindung; tvayā—oleh Anda; tatam—berada di mana-mana; viśvam—alam semesta; ananta-rūpa—o bentuk yang tidak terhingga.


    Terjemahan

    Anda adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Yang paling tua, Pelindung utama alam semesta yang terwujud. Andalah Yang Mahatahu, dan Andalah segala sesuatu yang dapat diketahui. Andalah Pelindung Tertinggi, Anda berada di atas sifat-sifat material. O bentuk yang tidak terhingga! Anda berada di mana-mana di seluruh manifestasi alam semesta ini!


    Penjelasan

    Segala sesuatu bersandar kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, Beliau adalah sandaran yang paling utama. Nidhanam berarti segala sesuatu, termasuk cahaya Brahman, bersandar kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna. Krishna mengetahui segala sesuatu yang sedang terjadi di dunia ini dan kalau pengetahuan mempunyai tujuan, Krishna adalah tujuan segala pengetahuan. Karena itu, Krishna adalah yang diketahui dan yang dapat diketahui. Krishna adalah obyek pengetahuan karena Krishna berada di mana-mana. Oleh karena Krishna adalah Penyebab di dunia rohani, Krishna bersifat rohani dan malampaui dunia ini. Krishna juga Kepribadian Yang Paling Utama di dunia rohani.





    11.39

     

    vāyur yamo 'gnir varuṇaḥ śaśāńkaḥ
    prajāpatis tvaḿ prapitāmahaś ca
    namo namas te 'stu sahasra-kṛtvaḥ
    punaś ca bhūyo 'pi namo namas te

    vāyuḥ—udara; yamaḥ—yang mengendalikan; agniḥ—api; varuṇaḥ—air; śaśa-ańkaḥ—bulan; prajā-patiḥ—Brahma; tvām—Anda; prapitāmahaḥ—kakek moyang; ca—juga; namaḥ—hamba bersujud; namaḥ—sekali lagi hamba bersujud; te—kepada Anda; astu—semoga ada; sahasrakṛtvāh—seribu kali; punah ca—dan sekali lagi; bhūyaḥ—lagi; api—juga; namaḥ—hamba bersujud; namaḥ te—hamba bersujud kepada Anda.


    Terjemahan

    Andalah udara, dan Andalah Yang Mahakuasa! Anda adalah api, Anda adalah air, dan Anda adalah bulan! Anda adalah Brahma, makhluk hidup yang pertama, Anda adalah kakek moyang semua makhluk. Karena itu hamba bersujud dengan hormat kepada Anda seribu kali, kemudian berulang kali lagi.


    Penjelasan

    Di sini Krishna disebut udara karena udara adalah perwujudan terpenting semua dewa, sebab udara berada di mana-mana. Arjuna juga menyebutkan Krishna sebagai kakek moyang semua makhluk hidup karena Krishna adalah ayah Brahma, makhluk hidup pertama di alam semesta.

    11.40

     

    namaḥ purastād atha pṛṣṭhatas te
    namo 'stu te sarvata eva sarva
    ananta-vīryāmita-vikramas tvaḿ
    sarvaḿ samāpnoṣi tato 'si sarvaḥ

    namaḥ—bersujud; purastāt—dari depan; atha—juga; pṛṣṭhataḥ—dari belakang; te—kepada Anda; namaḥ astu—hamba bersujud; te—kepada Anda; sarvataḥ—dari semua sisi; evā—memang; sarva—karena Andalah segala sesuatu; ananta-vīrya—kekuatan yang tidak terhingga; amita-vikramaḥ—dan kekuatan yang tidak terhingga; tvām—Anda; sarvam—segala sesuatu; samāpnoṣi—Anda menutupi; tataḥ—karena itu; asi—Anda adalah; sarvaḥ—segala sesuatu.


    Terjemahan

    Hamba bersujud kepada Anda dari depan, dari belakang dan dari segala sisi! O kekuatan yang tidak terbatas, Anda Penguasa kewibawaan yang tidak terhingga! Anda berada di mana-mana, karena itu Andalah segala sesuatu!


    Penjelasan

    Arjuna bersujud dari segala sisi karena kebahagiaan cinta-bhakti kepada Krishna, kawannya. Arjuna mengakui bahwa Krishna adalah Penguasa segala kekuatan dan segala kewibawaan dan jauh lebih unggul daripada semua kesatria yang telah berkumpul di medan perang. Dalam Visnu Purana (1.9.69) dinyatakan:

    yo 'yaḿ tavāgato deva
    samīpaḿ devatā-gaṇaḥ
    sa tvām eva jagat-sraṣṭā
    yataḥ sarva-gato bhavān

    Siapapun yang datang di hadapan Anda, bahkan dewa sekalipun, Andalah yang menciptakannya, o Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa."




    11.41-42

     

    sakheti matvā prasabhaḿ yad uktaḿ
    he kṛṣṇa he yādava he sakheti
    ajānatā mahīmānaḿ tavedaḿ
    mayā pramādāt praṇayena vāpi


    yac cāvahāsārtham asat-kṛto 'si
    vihāra-śayyāsana-bhojaneṣu
    eko 'tha vāpy acyuta tat-samakṣaḿ
    tat kṣāmaye tvām aham aprameyam


    sakhā—kawan; iti—dengan demikian; matvā—berpikir; prasabham—terlalu berani; yat—apa pun; uktam—dikatakan; he kṛṣṇa—hai Krishna; he yādava—hai Yadava; he sakhe—hai kawanku yang tercinta; iti—seperti itu; ajānatā—tanpa mengetahui; mahīmānam—kebesaran; tavā—milik Anda; idam—ini; mayā—olehku; pramādāt—karena kebodohan; praṇayena—karena cinta kasih; vā api—atau; yat—apa pun; ca—juga; avahāsa-artham—karena bercanda; asat-kṛtaḥ—dihina; asi—Anda sudah; vihāra—pada waktu istirahat; śayyā—pada waktu berbaring; āsana—pada waktu duduk; bhojaneṣu—atau sambil makan bersama-sama; ekaḥ—sendirian; atha vā—atau; api—juga; acyuta—o Kepribadian yang tidak mungkin gagal; tat-samakṣam—bersama rekanrekan; tat—semua itu; kṣāmaye—minta maaf; tvām—dari Anda; aham—hamba; aprameyam—tidak dapat diukur.


    Terjemahan

    Oleh karena hamba menganggap Anda sebagai kawan, hamba terlalu berani dan menyapa kepada Anda hai Krishna," hai Yadava," hai kawanku," tanpa mengetahui kebesaran Anda. Mohon mengampuni apapun yang sudah hamba lakukan karena kebodohan atau karena cinta kasih. Berulang kali hamba kurang hormat kepada Anda, bercanda pada waktu kita sedang istirahat, berbaring di ranjang yang sama, duduk atau makan bersama-sama kadang-kadang sendirian, dan kadang-kadang di depan banyak kawan. O Kepribadian yang tidak pernah gagal, ampunilah segala kesalahan itu yang hamba lakukan.


    Penjelasan

    Walaupun Krishna berwujud di hadapan Arjuna dalam bentuk semesta-Nya, Arjuna ingat hubungan persahabatannya dengan Krishna. Karena itu, Arjuna minta maaf dan memohon supaya Krishna memaafkan semua gerak yang bersifat ramah dan tidak menurut tata tertib yang timbul karena persahabatan. Arjuna mengakui bahwa sebelumnya ia tidak mengetahui bahwa Krishna dapat mewujudkan Diri dalam bentuk semesta seperti itu, kendatipun Krishna menjelaskan kenyataan itu sebagai kawan Arjuna yang akrab. Arjuna tidak mengetahui berapa kali dia kurang hormat kepada Krishna dengan menyapa hai kawanku," hai Krishna," hai Yadava, dan sebagainya, tanpa mengakui kehebatan Krishna. Tetapi Krishna murah hati dan penuh karunia sehingga walaupun Beliau mempunyai kehebatan seperti itu, Beliau bermain bersama Arjuna sebagai kawan. Demikianlah hubungan cinta-bhakti rohani yang timbal balik antara seorang penyembah dan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan antara makhluk hidup dan Krishna mantap untuk selamanya; hubungan itu tidak dapat dilupakan, sebagaimana kita lihat dari tingkah laku Arjuna. Walaupun Arjuna sudah melihat kehebatan bentuk semesta, ia tidak dapat melupakan hubungan persahabatannya dengan Krishna.






    11.43

     

    pitāsi lokasya carācarasya
    tvām asya pūjyaś ca gurur garīyān
    na tvat-samo 'sty abhyadhikaḥ kuto 'nyo
    loka-traye 'py apratima-prabhāva

    pitā—ayah; asi—Anda adalah; lokasya—bagi seluruh dunia; cara—bergerak; acarasya—dan tidak bergerak; tvām—Anda adalah; asya—dari; pūjyaḥ—patut disembah; ca—juga; guruḥ—guru; garīyān—mulia; na—tidak pernah; tvat-samaḥ—sejajar dengan Anda; asti—ada; abhyadhikaḥ—lebih agung; kutaḥ—bagaimana mungkin; anyaḥ—lain; loka-traye—dalam tiga susunan planet; api—juga; apratima-prabhāva—o kekuatan yang tidak dapat diukur.


    Terjemahan

    Anda adalah ayah seluruh manifestasi alam semesta ini, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Anda adalah Pemimpin jagat yang patut disembah, guru kerohanian yang paling utama. Tiada seorangpun yang sejajar dengan Anda, dan tidak mungkin seseorang bersatu dengan Anda. Karena itu, bagaimana mungkin ada seseorang yang lebih agung daripada Anda di dalam seluruh tiga dunia ini, o Penguasa yang memiliki kekuatan yang tidak terhingga.


    Penjelasan

    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, patut disembah ibarat seorang ayah patut disembah oleh puteranya. Krishna adalah guru kerohanian, sebab pada permulaan Krishna memberi pelajaran Veda kepada Brahma, dan saat ini Beliau juga sedang memberi pelajaran Bhagavad-gita kepada Arjuna. Karena itu, Krishna adalah guru kerohanian yang asli, dan guru kerohanian manapun yang dapat dipercaya saat ini harus menjadi ahli waris pengetahuan rohani dalam garis perguruan yang berasal dari Krishna. Kalau seseorang bukan utusan dari Krishna, ia tidak dapat menjadi guru atau guru kerohanian untuk mengajarkan mata pelajaran rohani yang melampaui hal-hal duniawi.
      Sembah sujud dihaturkan kepada Krishna dalam segala hal. Kebesaran Krishna tidak dapat diukur. Tidak mungkin ada seseorang yang lebih agung dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, sebab tiada seorang pun yang sejajar atau lebih tinggi daripada Krishna dalam manifestasi manapun, baik rohani maupun material. Semua orang di bawah Krishna. Tiada seorang pun yang dapat melebihi Beliau. Ini dinyatakan dalam svetasvatara Upanisad (6.8):

    na tasya kāryaḿ karaṇaḿ ca vidyāte
    na tat-samaś cābhyadhikaś ca dṛśyate

    Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna mempunyai indera-indera dan badan seperti manusia biasa, tetapi tidak ada perbedaan antara indera-indera, badan, pikiran dan Diri Krishna. Orang bodoh yang belum mengenal Krishna secara sempurna mengatakan bahwa Krishna berbeda dari roh, pikiran, hati Krishna dan segala sesuatu yang lain yang dimiliki oleh Krishna. Krishna bersifat mutlak. Karena itu, kegiatan dan kekuatan Krishna bersifat paling utama. Juga dinyatakan bahwa walaupun Krishna tidak mempunyai indera-indera seperti kita, Beliau dapat melaksanakan segala kegiatan indera-indera. Karena itu, indera-indera Krishna tidak kurang sempurna dan tidak terbatas. Tiada seorangpun yang lebih agung daripada Krishna, tiada seorangpun yang sejajar dengan Krishna, dan semua orang lebih rendah daripada Krishna.
      Pengetahuan, kekuatan, kegiatan, dan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa semua bersifat rohani. Sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gita (4.9):

    janma karma ca me divyam
    evaḿ yo vetti tattvataḥ
    tyaktvā dehaḿ punar janma
    naiti mām eti so 'rjuna

    Siapapun yang mengenal badan, kegiatan dan kesempurnaan rohani Krishna, akan kembali kepada Krishna setelah meninggalkan badannya dan dia tidak akan kembali lagi ke dunia yang sengsara ini. Karena itu, kita harus mengetahui bahwa kegiatan Krishna berbeda dari kegiatan orang biasa. Kebijaksanaan yang terbaik adalah mengikuti prinsip-prinsip Krishna; mengikuti prinsip-prinsip itu akan menyempurnakan diri kita. Juga dinyatakan bahwa tiada seorangpun di atas Krishna; semua orang adalah pelayan Krishna. Dalam Caitanya caritamrta (Adi 5.142) dibenarkan, ekala isvara kṛṣṇa , ara saba bhrtya: Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa dan semua orang adalah hamba Krishna. Semua orang mematuhi perintah Krishna. Tiada seorangpun yang dapat mengabaikan perintah Krishna. Semua orang bertindak menurut perintah Krishna, sebab semua orang berada di bawah pengawasan Krishna. Sebagaimana dinyatakan dalam Brahma-samhita, Krishna adalah sebab segala sebab.




    11.44

     

    tasmāt praṇamya praṇidhāya kāyaḿ
    prasādaye tvām aham īśam īḍyam
    piteva putrasya sakheva sakhyuḥ
    priyaḥ priyāyārhasi deva soḍhum

    tasmāt—karena itu; praṇamya—bersujud; praṇidhāya—berbaring; kāyam—badan; prasādaye—mohon karunia; tvām—kepada Anda; aham—hamba; īśam—kepada Tuhan Yang Maha Esa; īḍyam—patut disembah; pitā iva—seperti seorang ayah; putrasya—dengan seorang putera; sakhā iva—seperti seorang kawan; sakhyuḥ—dengan seorang kawan; priyaḥ—seorang kekasih; priyāyāḥ—dengan yang paling tercinta; arhasi—Anda harus; deva—Tuhan; soḍhum
    membiarkan.


    Terjemahan

    Anda adalah Tuhan Yang Maha Esa yang patut disembah oleh setiap makhluk hidup. Karena itu, hamba bersujud dengan hormat kepada Anda dan mohon karunia Anda. Seperti halnya seorang ayah membiarkan keberanian puteranya, seorang kawan membiarkan sikap kurang sopan dari kawannya, atau seorang isteri membiarkan sikap akrab suaminya, mohon memaafkan kesalahan yang mungkin hamba lakukan terhadap Anda.


    Penjelasan

    Para penyembah Krishna mempunyai berbagai hubungan dengan Krishna. Ada penyembah yang memperlakukan Krishna sebagai putera, ada yang memperlakukan Krishna sebagai suami, sebagai kawan, atau sebagai atasan. Krishna dan Arjuna mempunyai hubungan persahabatan. Seperti halnya seorang ayah, seorang suami atau atasan membiarkan tingkah laku orang yang dekat padanya, begitu pula Krishna memaafkan tingkah laku para penyembah yang dekat pada-Nya.




    11.45

     

    adṛṣṭa-pūrvaḿ hṛṣito 'smi dṛṣṭvā
    bhayena ca pravyathitaḿ mano me
    tad eva me darśaya deva rūpaḿ
    prasīda deveśa jagan-nivāsa


    adṛṣṭa-pūrvam—belum pernah dilihat; hṛṣitaḥ—berbahagia; asmi—hamba menjadi; dṛṣṭvā—melihat; bhayena—karena takut; ca—juga; pravyathitam—goyah; manaḥ—pikiran; me—milik hamba; tat—itu; evā—pasti; me—kepada hamba; darśaya—memperlihatkan; deva—o Tuhan Yang Maha Esa; rūpam—bentuk; prasīda—mohon karunia; deva-īśa—o Tuhan yang disembah oleh segala dewa; jagat-nivāsa—o Pelindung alam semesta.


    Terjemahan

    Sesudah melihat bentuk semesta ini yang belum pernah hamba lihat sebelumnya, hamba berbahagia, tetapi pada waktu yang sama pikiran hamba goyah karena ketakutan. Karena itu, mohon memberi karunia Anda kepada hamba dan sekali lagi memperlihatkan bentuk Anda sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, o Tuhan yang disembah oleh semua dewa, Pelindung alam semesta.


    Penjelasan

    Arjuna selalu terus terang di hadapan Krishna karena Arjuna adalah kawan yang sangat dicintai. Seperti halnya seorang kawan yang sangat dicintai senang melihat kehebatan kawannya, begitu pula Arjuna berbahagia sekali melihat bahwa Krishna, kawannya, adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan dapat memperlihatkan bentuk semesta yang begitu ajaib.
    Tetapi pada waktu yang sama, setelah melihat bentuk semesta itu, Arjuna takut bahwa ia telah melakukan begitu banyak kesalahan terhadap Krishna karena persahabatannya yang murni. Jadi, pikiran Arjuna goyah karena rasa takut, meskipun Arjuna tidak perlu merasa takut. Karena itu, Arjuna memohon agar Krishna memperlihatkan bentuk-Nya sebagai Narayana, sebab Krishna dapat mewujudkan Diri-Nya dalam bentuk apapun. Bentuk semesta tersebut bersifat material dan sementara, seperti dunia material bersifat sementara. Tetapi di planet-planet Vaikuntha, Krishna mempunyai bentuk rohani-Nya yang berlengan empat sebagai Narayana. Ada planet-planet yang jumlahnya tidak dapat dihitung di angkasa rohani, dan Krishna berada di tiap-tiap planet rohani ini melalui perwujudan-perwujudannya yang berkuasa penuh yang mempunyai banyak nama. Karena itu, Arjuna ingin melihat salah satu di antara bentuk-bentuk yang diwujudkan di planet-planet Vaikuntha. Tentu saja di tiap-tiap planet Vaikuntha bentuk Narayana berlengan empat, tetapi empat tangan-Nya memegang berbagai susunan empat lambang kerang, gada, bunga padma dan cakra. Bentuk-bentuk Narayana diberi nama menurut susunan empat lambang tersebut pada tangan-tangan Beliau. Semua bentuk tersebut bersatu dengan Krishna; karena itu, Arjuna ingin melihat wujud Beliau yang berlengan empat.





                                                                                          

    11.46

     

    kirīṭinaḿ gadinaḿ cakra-hastam
    icchāmi tvāḿ draṣṭum ahaḿ tathāiva
    tenaiva rūpeṇa catur-bhujena
    sahasra-bāho bhava viśva-mūrte

    kirīṭinam—dengan mahkota; gadinam—dengan gada; cakra-hastam—cakra di tangan; icchāmi—hamba ingin; tvām—Anda; draṣṭum—melihat; aham—hamba; tathā evā—dalam kedudukan itu; tena evā—dalam itu; rūpeṇa—bentuk; catuḥ-bhujena—berlengan empat; sahasra-bāho—o Kepribadian yang berlengan seribu; bhava—mohon menjadi; viśva-mūrte—o bentuk semesta.


    Terjemahan

    O bentuk semesta, Tuhan Yang Maha Esa yang berlengan seribu, hamba ingin melihat Anda dalam bentuk Anda yang berlengan empat, dengan mahkota pada kepala Anda dan gada, cakra, kerang dan bunga padma pada tangantangan Anda. Hamba ingin melihat Anda dalam bentuk itu.

    Penjelasan

    Dalam Brahma-samhita (5.39) dinyatakan, ramadi-murtisu kalaniyamena tisthan: Krishna berada dalam beriburibu bentuk untuk selamanya, dan bentuk-bentuk utama adalah bentuk-bentuk seperti Rāma, Nrsimha, Narayana, dan sebagainya. Jumlah bentuk-bentuk tersebut tidak dapat dihitung. Tetapi Arjuna mengetahui bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang asli, yang sedang mewujudkan Diri dalam bentuk semesta-Nya yang bersifat sementara. Sekarang Arjuna minta melihat bentuk Narayana, salah satu bentuk rohani. Ayat ini membuktikan tanpa keragu-raguan apapun pernyataan dalam Srimad-Bhagavatam bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang asli dan bahwa semua aspek lain berasal dari Krishna. Krishna tidak berbeda dari penjelmaan-penjelmaan-Nya yang berkuasa penuh. Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa dalam setiap bentuk-Nya yang jumlahnya tidak dapat dihitung. Dalam segala bentuk tersebut, Krishna segar bugar seperti seorang pemuda. Itulah ciri tetap Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang mengenal Krishna segera dibebaskan dari segala pengaruh dunia material.





    11.47

     

    śrī-bhagavān uvāca
    mayā prasannena tavārjunedaḿ
    rūpaḿ paraḿ darśitam ātma-yogāt
    tejo-mayā ḿ viśvam anantam ādyaḿ
    yan me tvad anyena na dṛṣṭa-pūrvam

    Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; mayā—oleh-Ku; prasannena—dengan bahagia; tavā—kepadamu; Arjuna—wahai Arjuna; idam—ini; rūpam—bentuk; param—rohani; darśitam—diperlihatkan; ātma-yogāt—oleh kekuatan dalam dari Diri-Ku; tejaḥ-mayamm—penuh cahaya; viśvam—seluruh alam semesta; anantam—tidak terbatas; ādyam—asli; yat—itu yang; me—milik-Ku; tvat anyena—selain engkau; na dṛṣṭa-pūrvam—belum pernah ada orang yang melihat sebelumnya.


    Terjemahan

    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Arjuna yang baik hati, atas kekuatan dalam dari Diri-Ku, dengan senang hati bentuk semesta yang paling utama di dunia material sudah Kuperlihatkan kepadamu. Sebelum engkau, belum pernah ada orang yang melihat bentuk yang abadi ini, yang tidak terhingga dan penuh cahaya yang menyilaukan.


    Penjelasan

    Arjuna ingin melihat bentuk semesta Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, Sri Krishna, atas karunia-Nya yang tiada sebabnya kepada Arjuna sebagai penyembah-Nya, memperlihatkan bentuk semesta-Nya yang penuh cahaya dan kehebatan. Bentuk tersebut menyilaukan seperti matahari, dan banyak mukanya berubah-ubah dengan cepat. Krishna memperlihatkan bentuk itu hanya untuk memuaskan keinginan Arjuna sebagai kawan-Nya. Bentuk tersebut diwujudkan oleh Krishna melalui tenaga dalam dari Diri-Nya, yang tidak terjangkau oleh angan-angan manusia. Sebelum Arjuna, belum pernah ada orang yang melihat bentuk semesta Krishna, tetapi oleh karena bentuk itu diperlihatkan kepada Arjuna, penyembah-penyembah lain di planet-planet surga dan planet-planet lain di antariksa juga melihat bentuk itu. Mereka belum pernah melihat bentuk semesta tetapi karena Arjunalah mereka juga dapat melihat bentuk itu. Dengan kata lain, semua penyembah Tuhan dalam garis perguruan dapat melihat bentuk semesta yang diperlihatkan kepada Arjuna atas karunia Krishna. Ada orang yang mengatakan bahwa bentuk tersebut juga diperlihatkan kepada Duryodhana pada waktu Krishna menemui Duryodhana untuk merundingkan perdamaian. Sayang sekali, Duryodhana tidak menerima perdamaian yang ditawarkan, tetapi pada waktu itu Krishna memperlihatkan beberapa bentuk semesta-Nya. Tetapi bentuk-bentuk tersebut berbeda dari bentuk ini yang diperlihatkan kepada Arjuna. Dinyatakan dengan jelas bahwa belum pernah ada orang yang melihat bentuk ini sebelum Arjuna.





    11.48

     

    na veda-yajñādhyayānair na dānair
    na ca kriyābhir na tapobhir ugraiḥ
    evaḿ-rūpaḥ śakya ahaḿ nṛ-loke
    draṣṭuḿ tvad anyena kuru-pravīra

    na—tidak pernah; veda-yajña—oleh korban suci; adhyayānaiḥ—atau mempelajari Veda; na—tidak pernah; dānaiḥ—oleh kedermawanan; na—tidak pernah; ca—juga; kriyābhiḥ—oleh kegiatan saleh; na—tidak pernah; tapobhiḥ—oleh pertapaan yang serius; ugraiḥ—keras; evam-rūpaḥ—dalam bentuk ini; śakyaḥ—dapat; aham—Aku; nṛ-loke—di dunia material ini; draṣṭum—dilihat; tvat—daripada engkau; anyena—oleh yang lain; kuru-pravīra—wahai yang paling baik di antara para kesatria Kuru.


    Terjemahan

    Wahai kesatria Kuru yang paling baik, sebelum engkau, belum pernah ada orang yang melihat bentuk semesta-Ku ini, sebab Aku tidak dapat dilihat dalam bentuk ini di dunia material. Baik melalui cara mempelajari Veda, melakukan korban suci, kedermawanan, kegiatan saleh, maupun pertapaan yang keras.


    Penjelasan

    Penglihatan rohani berhubungan dengan hal ini harus dimengerti dengan jelas. Siapa yang dapat memiliki penglihatan rohani? Rohani berarti sifat seperti sifat Tuhan. Kalau seseorang belum mencapai tingkat kesucian seperti seorang dewa, dia belum dapat memiliki penglihatan rohani. Apa arti kata dewa? Dalam kesusasteraan veda bahwa para penyembah Sri Visnu adalah dewa (Visnubhaktaḥ smṛtā devah). Orang yang tidak percaya kepada Tuhan, yaitu orang yang tidak percaya kepada Visnu, atau hanya mengakui bagian Krishna yang tidak bersifat pribadi sebagai Yang Mahakuasa, tidak mungkin memiliki penglihatan rohani. Tidak mungkin seseorang mengejek Krishna dan pada waktu yang sama memiliki penglihatan rohani. Seseorang tidak dapat memperoleh penglihatan rohani kalau ia belum menjadi suci. Dengan kata lain, orang yang mempunyai penglihatan rohani juga dapat melihat seperti Arjuna.
        Bhagavad-gita memberikan uraian tentang bentuk semesta. Walaupun uraian ini belum dikenal oleh siapapun sebelum Arjuna, sekarang sesudah peristiwa ini, kita dapat memperoleh pengertian tentang viśva-rūpa. Orang yang sungguh-sungguh suci dapat melihat bentuk semesta Tuhan. Seseorang tidak dapat menjadi suci tanpa menjadi penyembah Tuhan yang murni. Akan tetapi, para penyembah yang sungguh-sungguh berada dalam alam rohani dan memiliki penglihatan rohani tidak begitu berminat untuk melihat bentuk semesta Krishna. Sebagaimana diuraikan dalam ayat sebelum ayat ini, Arjuna ingin melihat bentuk Sri Krishna yang berlengan empat sebagai Sri  Visnu, dan Arjuna sungguh-sungguh takut terhadap bentuk semesta.
       Dalam ayat ini ada beberapa kata yang bermakna. Kata veda-yajna dhyayānaih, yang berarti mempelajari kesusasteraan Veda dan mata pelajaran aturan korban suci. Veda berarti segala jenis kesusasteraan Veda, misalnya empat Veda (rg, Yajur, Sama, dan Atharva) dan 18 Purana, Upanisad-upanisad, dan Vedanta-sutra. Orang dapat mempelajari kesusasteraan tersebut di rumah atau di tempat lain. Ada juga sutra-sutra—Kalpa-sutra dan Mimamsa-sutra—untuk mempelajari cara korban suci. Danaih berarti sumbangan yang diberikan kepada pihak yang patut menerimanya, misalnya orang yang menekuni cinta-bhakti rohani kepada Tuhan—para brahmaṇā dan para Vaisnava. Begitu pula, kegiatan saleh" berarti upacara agnihotra dan tugas-tugas kewajiban yang ditetapkan untuk berbagai golongan masyarakat. Kalau seseorang rela menerima beberapa rasa sakit jasmani itu disebut tapasya. Jadi, seseorang dapat melakukan segala kegiatan ini—menjalankan pertapaan jasmani, memberi sumbangan, mempelajari Veda, dan sebagainya—tetapi kalau ia bukan penyembah seperti Arjuna, tidak mungkin ia melihat bentuk semesta tersebut. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan juga membayangkan bahwa mereka sedang melihat bentuk semesta Tuhan, tetapi dari Bhagavad-gita kita mengerti bahwa orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan bukan penyembah Krishna. Karena itu, mereka tidak dapat melihat bentuk semesta Krishna.
       Ada banyak orang yang menciptakan penjelmaan-penjelmaan Tuhan. Secara palsu mereka mengatakan seorang manusia biasa adalah penjelmaan atau titisan Tuhan, tetapi semua ini merupakan kebodohan. Sebaiknya kita mengikuti prinsip-prinsip Bhagavad-gita, kalau tidak, tidak mungkin kita mencapai pengetahuan rohani yang sempurna. Walaupun Bhagavad-gita dianggap pelajaran pendahuluan tentang ilmu pengetahuan Ketuhanan, Bhagavad-gita begitu sempurna sehingga memungkinkan seseorang membedakan bagaimana kenyataan yang sebenarnya. Para pengikut penjelmaan palsu barangkali mengatakan bahwa mereka juga sudah melihat penjelmaan rohani Tuhan, yaitu bentuk semesta. Tetapi pernyataan itu tidak dapat diterima, sebab dinyatakan dengan jelas bahwa seseorang tidak dapat melihat bentuk semesta Tuhan kecuali ia menjadi penyembah Krishna. Karena itu, pertama-tama seseorang harus menjadi penyembah yang murni, baru ia dapat mengatakan Diri-Nya sanggup memperlihatkan bentuk semesta dari apa yang dilihatnya. Seorang penyembah Krishna tidak dapat mengakui penjelmaan-penjelmaan yang palsu ataupun para pengikut penjelmaan-penjelmaan yang palsu.


    11.49




    mā te vyathā mā ca vimūḍha-bhāvo
    dṛṣṭvā rūpaḿ ghoram īdṛń mamedam
    vyapeta-bhīḥ prīta-manāḥ punas tvaḿ
    tad eva me rūpam idaḿ prapaśya

    mā—supaya jangan; te—kepadamu; vyathā—kesulitan; mā—supaya jangan; ca—juga; vimūḍhabhāvaḥ—kebingungan; dṛṣṭvā—dengan melihat; rūpam—bentuk; ghoram—mengerikan; īdṛk—menurut aslinya; mama—milik-Ku; idam—ini; vyapeta-bhīḥ—bebas dari segala rasa takut; prīta-manāḥ—senang dalam pikiran; punaḥ—lagi; tvām—engkau; tat—itu; evā—demikian; me—milik-Ku; rūpam—bentuk; idam—ini; prapaśya—lihatlah.


    Terjemahan

    Engkau sudah menjadi goyah dan bingung dengan melihat ciri-Ku yang mengerikan ini. Sekarang itu semua akan berakhir. Penyembah-Ku, sekarang engkau bebas lagi dari segala gangguan. Dengan pikiran yang tenang, sekarang engkau dapat melihat bentuk yang engkau inginkan.


    Penjelasan

    Pada awal Bhagavad-gita Arjuna khawatir untuk membunuh Bhīṣma dan Drona, kakek dan guru yang patut disembahnya. Tetapi Krishna menyatakan bahwa Arjuna tidak perlu takut untuk membunuh kakeknya. Pada waktu putera Dhṛtarāṣṭra  mencoba membuka pakaian Draupadi di dalam sidang para Kuru, Bhīṣma dan Drona diam saja, dan oleh karena mereka telah mengalpakan kewajibannya seperti itu, seharusnya mereka dibunuh. Krishna memperlihatkan bentuk semesta-Nya kepada Arjuna hanya untuk memperlihatkan bahwa orang-orang itu sudah terbunuh karena perbuatannya yang melanggar hukum. Wahyu itu diperlihatkan kepada Arjuna karena penyembah selalu damai dan mereka tidak dapat melakukan perbuatan yang mengerikan itu. Tujuan wahyu bentuk semesta diperlihatkan; sekarang Arjuna ingin melihat bentuk yang berlengan empat, dan Krishna memperlihatkan bentuk itu kepadanya. Seorang penyembah tidak begitu tertarik pada bentuk semesta, sebab bentuk itu tidak memungkinkan perasaan cinta-bhakti yang bertimbal balik. Seorang penyembah ingin mempersembahkan rasa sembahyang dengan hormat, atau dia ingin melihat bentuk Krishna yang berlengan dua supaya dapat mengabdikan diri dalam hubungan cinta-bhakti yang bertimbal balik dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.




    11.50

     

    sañjaya uvāca
    ity Arjunaḿ vāsudevas tathoktvā
    svakaḿ rūpaḿ darśayām āsa bhūyaḥ
    āśvāsayām āsa ca bhītam enaḿ
    bhūtvā punaḥ saumya-vapur mahātmā

    sañjayaḥ uvāca—Sañjaya berkata; iti—demikian; Arjunam—kepada Arjuna; vāsudevaḥ—Krishna; tathā—dengan cara seperti itu; uktvā—bersabda; svakam—milik Beliau Sendiri; rūpam—bentuk; darśayām āsa—memperlihatkan; bhūyaḥ—lagi; āśvāsayām āsa—memberi semangat; ca—juga; bhītam—takut; enam—dia; bhūtvā—menjadi; punaḥ—lagi; saumya-vapuḥ—bentuk yang tampan; mahā-ātmā—Kepribadian yang mulia.


    Terjemahan

    Sañjaya berkata kepada Dhṛtarāṣṭra : Setelah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna bersabda seperti itu kepada Arjuna, Beliau memperlihatkan bentuknya yang sejati yang berlengan empat, dan akhirnya memperlihatkan bentuknya yang berlengan dua. Dengan demikian, Beliau memberi semangat kepada Arjuna yang sedang ketakutan.


    Penjelasan

    Ketika Krishna muncul sebagai putera Vasudeva dan Devaki, pertama-tama Beliau muncul sebagai Narayana yang berlengan empat, tetapi atas permohonan orang tuanya, Beliau mewujudkan Diri-Nya seperti anak biasa. Begitu pula, Krishna mengetahui bahwa Arjuna tidak berminat melihat bentuk yang berlengan empat. Tetapi oleh karena Arjuna minta melihat bentuk yang berlengan empat, Krishna juga memperlihatkan bentuk ini sekali lagi. Kemudian Krishna memperlihatkan Diri-Nya dalam bentuk-Nya yang berlengan dua. Kata saumya-vapuḥ sangat bermakna. Saumyavapuh adalah bentuk yang sangat tampan; bentuk itu dikenal sebagai bentuk yang paling tampan. Selama Krishna berada di bumi ini, semua orang hanya tertarik kepada bentuk Krishna. Oleh karena Krishna adalah Penguasa alam semesta, Beliau menghilangkan rasa takut dari hati Arjuna, penyembah-Nya, dan sekali lagi memperlihatkan bentuk-Nya yang tampan sebagai Krishna. Dalam Brahma-samhita (5.38) dinyatakan, premanjana - cchurita-bhakti-vilocanena: hanya orang yang matanya diolesi dengan salep cinta-bhakti dapat melihat bentuk Sri Krishna yang tampan.


    11.51

     

    Arjuna uvāca
    dṛṣṭvedaḿ mānuṣaḿ rūpaḿ
    tava saumyaḿ janārdana
    idānīm asmi saḿvṛttaḥ
    sa-cetāḥ prakṛtiḿ gataḥ


    Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; dṛṣṭvā—melihat; idam—ini; mānuṣam—seperti manusia; rūpam—bentuk; tavā—milik Anda; saumyam—tampan sekali janārdana—o Kepribadian yang menghukum musuh; idānīm—sekarang; asmi—hamba adalah; saḿvṛttaḥ—tenang; sa-cetāḥ—dalam kesadaran hamba; prakṛtim—kepada sifat Anda sendiri; gataḥ—kembali.


    Terjemahan

    Ketika Arjuna melihat Krishna seperti itu dalam bentuk-Nya yang asli, dia berkata: O Janārdana, dengan melihat bentuk ini yang seperti manusia dan sangat tampan, pikiran hamba sudah tenang, dan hamba kembali pada sifat hamba yang asli.


    Penjelasan

    Kata-kata mānuṣam rupam menunjukkan dengan jelas bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa semula berlengan dua. Orang yang mengejek Krishna seolah-olah Krishna adalah manusia biasa tidak mengetahui tentang sifat rohani Krishna, sebagaimana diperlihatkan di sini. Kalau Krishna seperti manusia biasa, bagaimana mungkin Krishna memperlihatkan bentuk semesta dan kemudian sekali lagi memperlihatkan bentuk Narayana yang berlengan empat? Dinyatakan dengan jelas sekali dalam Bhagavad-gita bahwa orang yang menganggap Krishna manusia biasa dan menyesatkan pembaca dengan mengatakan bahwa yang sedang bersabda ialah Brahman yang tidak bersifat pribadi di dalam Krishna sebenarnya melakukan perbuatan yang paling tidak adil. Krishna benar-benar memperlihatkan bentuk semesta-Nya dan bentuk-Nya yang berlengan empat sebagai Visnu. Karena itu, bagaimana mungkin Krishna adalah manusia biasa? Penyembah yang murni tidak dibingungkan oleh tafsiran-tafsiran Bhagavad-gita yang menyesatkan, sebab ia mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Ayat-ayat asli Bhagavad-gita sejernih matahari; ayat-ayat Bhagavad-gita tidak perlu disinari oleh sinar lampu dari para penafsir yang bodoh.




    11.52

     

    śrī-bhagavān uvāca
    su-durdarśam idaḿ rūpaḿ
    dṛṣṭavān asi yan mama
    devā apy asya rūpasya
    nityaḿ darśana-kāńkṣiṇaḥ

    Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; su-durdarśam—sulit sekali dilihat; idam—ini; rūpam—bentuk; d‚stavan asi—sebagaimana engkau sudah melihat; yat—yang mana; mama—milik-Ku; devāḥ—para dewa; api—juga; asya—ini; rūpasya—bentuk; nityam—untuk selamanya; darśana-kāńkṣiṇaḥ—bercita-cita melihat.


    Terjemahan

    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Arjuna yang baik hati, bentuk-Ku yang sedang engkau lihat sulit sekali dipandang. Para dewa pun senantiasa mencari kesempatan untuk melihat bentuk ini yang sangat tercinta.


    Penjelasan

    Dalam ayat keempat puluh delapan dari bab ini Sri Krishna mengakhiri wahyu bentuk semesta-Nya dan memberitahukan kepada Arjuna bahwa bentuk ini tidak mungkin dilihat dengan cara melakukan banyak kegiatan saleh, korban suci, dan sebagainya. Sekarang di sini kata su-durdarśam digunakan. Kata ini menunjukkan bahwa bentuk Krishna yang berlengan dua lebih rahasia lagi. Mungkin seseorang dapat melihat bentuk semesta Krishna dengan cara menambahkan sekedar bhakti pada berbagai kegiatan seperti pertapaan, mempelajari Veda dan angan-angan filsafat. Mungkin ia dapat melihat bentuk semesta dengan cara seperti itu, tetapi tanpa bhakti, mustahil seseorang melihat bentuk itu; kenyataan itu sudah dijelaskan. Namun, bentuk Krishna yang berlengan dua melampaui bentuk semesta dan lebih sulit lagi dilihat, bahkan bagi Brahma dan Siva sekalipun. Para dewa bercita-cita melihat Krishna, dan kita mempunyai bukti dalam Srimad-Bhagavatam bahwa ketika Beliau dianggap berada di dalam kandungan ibu-Nya, Devaki, semua dewa dari surga datang untuk melihat keajaiban Krishna. Pada waktu itu para dewa mempersembahkan doa-doa pujian yang baik kepada Krishna, meskipun mereka belum dapat melihat Beliau pada saat itu. Mereka menunggu kesempatan untuk melihat Krishna. Barangkali orang bodoh mengejek Krishna, dengan menganggap Krishna orang biasa, dan barangkali ia tidak menghormati Krishna melainkan menghormati sesuatu" yang tidak bersifat pribadi yang ada di dalam Krishna, tetapi ini semua sikap-sikap yang tidak masuk akal. Para dewa seperti Brahma dan Siva sungguh-sungguh ingin melihat Krishna dalam bentuknya yang berlengan dua.
       Dalam Bhagavad-gita (9.11) juga dibenarkan, avajānanti mam muda mānuṣīm tanum āśritaḥ : Krishna tidak dapat dilihat oleh orang bodoh yang mengejek Krishna. Sebagaimana dibenarkan dalam Brahma-samhita dan dibenarkan oleh Krishna Sendiri dalam Bhagavad-gita, badan Krishna bersifat rohani sepenuhnya dan badan Krishna penuh kebahagiaan dan kekekalan. Badan Krishna tidak pernah seperti badan jasmani. Tetapi Krishna merupakan teka-teki bagi beberapa orang yang mempelajari Krishna dengan cara membaca Bhagavad-gita dan Kitab-kitab Veda yang serupa. Orang yang menggunakan proses yang bersifat material menganggap Krishna sebagai tokoh besar dalam sejarah dan seorang filosof yang sangat bijaksana. Tetapi mereka menganggap Krishna manusia biasa dan bahwa Krishna harus menerima badan jasmani, kendatipun Krishna begitu perkasa. Pada hakekatnya mereka menganggap bahwa Kebenaran Mutlak tidak bersifat pribadi; karena itu, mereka menganggap bahwa dari ciri-Nya yang tidak bersifat pribadi Beliau mengambil ciri pribadi yang diikat pada alam material. Anggapan ini merupakan perhitungan duniawi tentang Tuhan Yang Maha Esa. Perhitungan lain bersifat angan-angan. Orang yang mencari pengetahuan juga berangan-angan tentang Krishna dan menganggap Krishna kurang penting daripada bentuk semesta Yang Mahakuasa. Jadi, beberapa orang menganggap bentuk semesta Krishna yang diwujudkan kepada Arjuna lebih penting daripada bentuk pribadi-Nya. Menurut mereka, bentuk pribadi Yang Mahakuasa adalah sesuatu yang dibayangkan. Mereka menganggap bahwa, pada hakekatnya, Kebenaran Mutlak bukan kepribadian. Tetapi proses rohani diuraikan dalam Bhagavad-gita, Bab Empat: Mendengar tentang Krishna dari penguasa. Itulah proses Veda yang sebenarnya, dan orang yang sungguh-sungguh mengikuti garis perguruan Veda mendengar tentang Krishna dari penguasa. Berangsur-angsur mereka mencintai Krishna dengan cara mendengar tentang Krishna berulang kali. Kami sudah menguraikan beberapa kali bahwa Krishna ditutupi oleh yoga mayā -Nya. Krishna tidak dapat dilihat atau diperlihatkan kepada sembarang orang. Krishna hanya dapat dilihat kalau Beliau memperlihatkan Diri-Nya kepada seseorang. Kenyataan ini dibenarkan dalam kesusasteraan Veda; Kebenaran Mutlak sungguh-sungguh dapat dimengerti oleh orang yang sudah menyerahkan Diri-Nya. Mata rohani seorang rohaniwan dapat dibuka melalui kesadaran Krishna yang ditekuni secara terus-menerus dan bhakti kepada Krishna sehingga dia dapat melihat Krishna melalui wahyu. Dewa pun tidak mungkin menerima wahyu seperti itu; karena itu, para dewa pun sulit mengerti tentang Krishna. Para dewa yang sudah maju selalu bercita-cita melihat Krishna yang berlengan dua. Kesimpulan ialah bahwa walaupun bentuk semesta Krishna sulit sekali dilihat, dan bentuk semesta itu tidak mungkin dilihat oleh sembarang orang, namun lebih sulit lagi mengerti bentuk pribadi Krishna sebagai Syamasundara.





    11.53

     

    nāhaḿ vedair na tapasā
    na dānena na cejyayā
    śakya evaḿ-vidho draṣṭuḿ
    dṛṣṭavān asi māḿ yathā

    na—tidak pernah; aham—Aku; vedaiḥ—dengan cara mempelajari Veda; na—tidak pernah; tapasā—oleh pertapaan yang serius; na—tidak pernah; dānena—oleh kedermawanan; na—tidak pernah; ca—juga; ijyayā—oleh sembahyang; śakyaḥ—dimungkinkan; evam-vidhaḥ—seperti ini; draṣṭum—melihat; dṛṣṭavān—dengan melihat; asi—engkau adalah; mām—Aku; yathā—sebagai.


    Terjemahan

    Bentuk yang sedang engkau lihat dengan mata rohanimu tidak dapat dimengerti hanya dengan mempelajari Veda, melakukan pertapaan yang serius, melalui kedermawanan maupun sembahyang. Bukan dengan cara-cara ini seseorang dapat melihat Aku dalam bentuk-Ku yang sebenarnya.


    Penjelasan

    Pertama-tama Krishna muncul di hadapan orang tua-Nya yang bernama Vasudeva dan Devaki dalam bentuk yang berlengan empat. Kemudian Krishna mewujudkan Diri-Nya menjadi bentuk yang berlengan dua. Rahasia ini sulit sekali dimengerti oleh orang yang tidak percaya kepada Tuhan atau tidak pernah melakukan bhakti. Krishna tidak mungkin dipahami oleh sarjana-sarjana yang hanya sekedar mempelajari kesusasteraan Veda melalui pengetahuan tata bahasa atau kwalifikasi dari perguruan tinggi saja. Krishna juga tidak dapat dimengerti oleh orang yang hanya pergi ke tempat sembah yang secara lahiriah untuk sembahyang sebagai ritual. Mereka mengunjungi tempat sembahyang, tetapi mereka belum dapat mengerti Krishna menurut bentuk-Nya yang sebenarnya. Krishna hanya dapat dimengerti melalui jalan bhakti, sebagaimana dijelaskan oleh Krishna Sendiri dalam ayat berikut.


    11.54

     

    bhaktyā tv ananyayā śakya
    aham evaḿ-vidho 'rjuna
    jñātuḿ draṣṭuḿ ca tattvena
    praveṣṭuḿ ca parantapa

    bhaktyā—oleh bhakti; tu—tetapi; ananyayā—tanpa dicampur dengan kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pengetahuan berdasarkan angan-angan; śakyaḥ—dimungkinkan; aham—Aku; evam-vidhaḥ—seperti ini; Arjuna—wahai Arjuna; jñātum—mengetahui; draṣṭum—melihat; ca—dan; tattvena—dengan sebenarnya; praveṣṭum—masuk ke dalam; ca—juga; parantapa—wahai yang berlengan perkasa.


    Terjemahan

    Arjuna yang baik hati, hanya melalui bhakti yang murni dan tidak dicampur dengan kegiatan yang lain Aku dapat dimengerti menurut kedudukan-Ku yang sebenarnya, yang sedang berdiri di hadapanmu, dan dengan demikian Aku dapat dilihat secara langsung. Hanya dengan cara inilah engkau dapat masuk ke dalam rahasia pengertian-Ku


    Penjelasan

    Krishna hanya dapat dimengerti melalui proses bhakti yang murni dan tidak dicampur dengan kegiatan yang lain. Krishna menerangkan kenyataan ini dengan jelas dalam ayat ini supaya para penafsir yang tidak dibenarkan, yang berusaha mengerti Bhagavad-gita melalui proses angan-angan, akan mengerti bahwa mereka hanya memboroskan waktunya. Tiada seorang pun yang dapat mengerti Krishna atau bagaimana Krishna muncul dari orang tua-Nya dalam bentuk yang berlengan empat kemudian segera mewujudkan Diri-Nya menjadi bentuk berlengan dua. Hal-hal ini sulit sekali dimengerti dengan cara mempelajari Veda atau melalui angan-angan filsafat. Karena itu, dinyatakan dengan jelas di sini bahwa tiada seorang pun yang dapat melihat Krishna atau mengerti tentang hal-hal ini. Akan tetapi, orang yang sudah berpengalaman banyak dalam mempelajari kesusasteraan Veda dapat belajar tentang Krishna dari kesusasteraan Veda dengan berbagai cara. Ada banyak aturan dan peraturan, dan kalau seseorang sungguh-sungguh ingin mengerti tentang Krishna, ia harus mengikuti prinsip yang mengatur yang diuraikan dalam kesusasteraan yang dibenarkan. Orang dapat melakukan pertapaan menurut prinsip-prinsip tersebut. Misalnya, untuk melakukan pertapaan yang serius, seseorang dapat berpuasa pada hari Janmastami, hari ulang tahun Krishna muncul atau dua hari setiap bulan pada hari Ekadasi (hari kesebelas sesudah malam bulan mati dan hari kesebelas sesudah bulan purnama). Mengenai kedermawanan, cukup jelas bahwa sumbangan sebaiknya diberikan kepada para penyembah Krishna yang menekuni bhakti kepada Krishna untuk mengajarkan filsafat bhakti atau kesadaran Krishna diseluruh dunia. Kesadaran Krishna adalah berkat kepada manusia. Sri  Caitanya dipuji oleh Rupa Gosvami sebagai dermawan yang paling murah hati, sebab Sri  Caitanya membagikan cinta-bhakti kepada Krishna secara bebas, meskipun cinta-bhakti kepada Krishna adalah sesuatu yang sulit sekali dicapai. Jadi, kalau seseorang menyumbangkan sejumlah kekayaannya kepada orang yang tekun dalam mengajarkan kesadaran Krishna, maka kedermawanan itu yang disumbangkan untuk mengajarkan kesadaran Krishna adalah kedermawanan paling mulia di dunia. Kalau seseorang sembahyang di tempat sembahyang menurut peraturan (di tempat-tempat sembahyang di India selalu ada arca, pada umumnya arca Visnu atau Krishna) itu merupakan kesempatan untuk maju dengan cara menghaturkan sembahyang dan rasa hormat kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Sembahyang di tempat sembahyang adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh orang yang baru mulai bhakti kepada Tuhan dan kenyataan ini dibenarkan dalam kesusasteraan Veda (svetasvatara Upanisad 6.23):

    yasya deve parā bhaktir
    yathā deve tathā gurau
    tasyaite kathitā hy arthāḥ
    prakāśante mahātmanaḥ

    [ŚU 6.23]
    Orang yang setia berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tidak pernah menyimpang, mematuhi perintah-perintah guru kerohanian dengan keyakinan yang juga tidak pernah menyimpang, dapat melihat Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa melalui wahyu. Seseorang tidak dapat mengerti Krishna melalui angan-angan. Orang yang belum dilatih secara pribadi di bawah bimbingan seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya tidak mungkin mulai mengerti tentang Krishna. Kata tu khususnya digunakan dalam ayat ini untuk menunjukkan bahwa tiada proses lain lagi yang dapat digunakan, dianjurkan, atau berhasil dalam usaha mengerti tentang Krishna.
       Bentuk-bentuk pribadi Krishna, bentuk berlengan dua dan bentuk berlengan empat, berbeda sama sekali dari bentuk semesta yang bersifat sementara yang diperlihatkan kepada Arjuna. Bentuk Narayana yang berlengan empat dan bentuk Krishna yang berlengan dua bersifat kekal dan rohani, sedangkan bentuk semesta yang diperlihatkan kepada Arjuna bersifat sementara. Kata su-durdarśam, yang berarti sulit dilihat", mengisyaratkan bahwa sebelumnya belum pernah ada orang yang melihat bentuk semesta itu. Kata su-durdarśam juga mengisyaratkan bahwa bentuk itu tidak perlu dilihat dikalangan penyembah. Bentuk tersebut diperlihatkan oleh Krishna atas permohonan Arjuna supaya pada masa yang akan datang, bila seseorang mengatakan Diri-Nya adalah penjelmaan atau titisan Tuhan, orang dapat meminta supaya dia memperlihatkan bentuk semestanya.
       Kata na, yang digunakan berulang kali dalam ayat sebelumnya, menunjukkan bahwa seharusnya seseorang jangan bangga sekali tentang gelar-gelar yang disandangnya, misalnya pendidikan dari perguruan tinggi di bidang kesusasteraan Veda. Orang harus mulai berbhakti kepada Krishna. Hanya setelah berbhakti kepada Krishna seseorang dapat berusaha menyusun ulasan-ulasan Bhagavad-gita.
       Krishna berubah dari bentuk semesta menjadi bentuk Narayana yang berlengan empat, kemudian sekali lagi menjadi bentuk-Nya Sendiri yang wajar yaitu bentuk yang berlengan dua. Ini berarti bahwa bentuk-bentuk yang berlengan empat dan bentuk-bentuk lainnya yang disebut dalam kesusasteraan Veda semua berasal dari bentuk Krishna yang asli yang berlengan dua. Krishna adalah sumber segala penjelmaan. Krishna juga berbeda dari bentuk-bentuk tersebut, dan tentu saja Krishna berbeda dari paham yang tidak bersifat pribadi. Dinyatakan dengan jelas bahwa bentuk-bentuk Krishna yang berlengan empat, termasuk bentuk Krishna berlengan empat yang paling identik sekalipun (yang bernama MahaVisnu, yang berbaring di lautan penyebab alam semesta dengan banyak alam semesta keluar dan masuk dari nafas-Nya) juga penjelmaan-penjelmaan dari Tuhan Yang Maha Esa, Krishna sebagaimana dinyatakan dalam Brahma-samhita (5.48):

    yasyaika-niśvasita-kālam athāvalambya
    jīvanti loma-vila-jā jagad-aṇḍa-nāthāḥ
    viṣṇur mahān sa iha yasya kalā-viśeṣo
    govindam ādi-puruṣaḿ tam ahaḿ bhajāmi

    MahaVisnu adalah penjelmaan yang berkuasa penuh dari Krishna. Semua alam semesta yang jumlahnya tidak dapat dihitung masuk dan keluar sekali lagi hanya dengan proses nafas MahaVisnu. Karena itu, hamba menyembah Govinda, Krishna, sebab segala sebab." Karena itu, hendaknya orang menarik kesimpulan dan menyembah bentuk pribadi Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai kebahagiaan dan pengetahuan yang kekal. Krishna adalah sumber segala bentuk Visnu, sumber segala bentuk penjelmaan, dan Krishna adalah Kepribadian Paling Utama yang asli, sebagaimana dibenarkan dalam Bhagavad-gita.
       Dalam kesusasteraan Veda (Gopala-tapani Upanisad 1.1) pernyataan berikut tercantum:

    sac-cid-ānanda-rūpāya
    kṛṣṇāyākliṣṭa-kāriṇe
    namo vedānta-vedyāya
    gurave buddhi-sākṣiṇe

    Hamba bersujud dengan hormat kepada Krishna, yang mempunyai bentuk rohani, kebahagiaan, kekekalan, dan pengetahuan. Hamba bersujud kepada Krishna, sebab mengerti tentang Beliau berarti mengerti tentang Veda. Karena itu, Krishna adalah guru kerohanian yang paling utama." Kemudian dinyatakan, krsno vai paramam daivatam: Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa" (Gopala-tapani 1.3). Eko vasi sarvagah kṛṣṇa  idyah: Krishna yang satu ini adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan Beliau patut disembah." Eko 'pi san bahudhā yo 'vabhati: Krishna adalah satu, tetapi Krishna terwujud dalam bentuk-bentuk dan penjelmaan-penjelmaan yang tidak terhingga." (Gopala-tapani 1.21)
       Dalam Brahma-samhita (5.1) dinyatakan:

    īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇaḥ
    sac-cid-ānanda-vigrahaḥ
    anādir ādir govindaḥ
    sarva-kāraṇa-kāraṇam

    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah Krishna, yang mempunyai badan kekekalan, pengetahuan dan kebahagiaan. Krishna tidak mempunyai awal, sebab Krishna adalah awal segala sesuatu. Krishna adalah sebab segala sebab."
       Dalam ayat ini dinyatakan, yatravatirnam kṛṣṇa khyam param brahma narakrti: Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama adalah kepribadian, Beliau bernama Krishna, dan kadang kala Beliau turun ke bumi ini." Begitu pula, dalam Srimad-Bhagavatam kita menemukan uraian tentang segala jenis penjelmaan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Nama Krishna juga tercantum dalam daftar tersebut. Tetapi kemudian dikatakan bahwa Krishna bukan penjelmaan dari Tuhan Yang Maha Esa, melainkan Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang asli Sendiri (ete camsakalah puḿsaḥ kṛṣṇas tu bhagavan svayam).
       Begitu pula, dalam Bhagavad-gita Krishna bersabda, mattah parataram nanyat: Tiada sesuatu yang lebih tinggi daripada bentuk-Ku sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Krishna." Dalam ayat lain dari Bhagavad-gita Krishna juga bersabda, aham adir hi devānām: Aku adalah sumber semua dewa." Sesudah mengerti Bhagavad-gita dari Krishna, Arjuna juga membenarkan kenyataan ini sebagai berikut: param brahma param dhāma pavitram paramam bhavān, Sekarang hamba mengerti sepenuhnya bahwa Anda adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Kebenaran Mutlak, dan bahwa Anda adalah Pelindung segala sesuatu." Karena itu, bentuk semesta yang diperlihatkan kepada Arjuna oleh Krishna bukan bentuk asli Tuhan. Bentuk asli adalah bentuk Krishna. Bentuk semesta, yang berkepala ribuan dan berlengan ribuan, diwujudkan hanya untuk menarik perhatian orang yang tidak mencintai Tuhan. Bentuk semesta bukan bentuk Tuhan yang asli.
       Bentuk semesta tidak menarik hati para penyembah murni, sebab mereka mencintai Tuhan dalam berbagai hubungan rohani. Ada hubungan cinta-bhakti yang bertimbal balik antara Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk-Nya yang asli sebagai Krishna dan para penyembah-Nya. Karena itu, bentuk manifestasi alam semesta tidak menyenangkan hati Arjuna yang senantiasa menemani Krishna. Karena itu, tentu saja Arjuna mempunyai mata rohani; Arjuna bukan manusia biasa. Karena itu, Arjuna tidak tertarik kepada bentuk semesta. Barangkali bentuk semesta tersebut kelihatannya ajaib bagi orang yang sibuk dalam usaha naik tingkat melalui kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala, tetapi bagi orang yang menekuni bhakti paling mencintai bentuk Krishna yang berlengan dua.





    11.55

     

    mat-karma-kṛn mat-paramo
    mad-bhaktaḥ sańga-varjitaḥ
    nirvairaḥ sarva-bhūteṣu
    yaḥ sa mām eti pāṇḍava


    mat-karma-kṛt—tekun dalam melakukan pekerjaan-Ku; mat-paramaḥ—dengan mengakui Aku sebagai Yang Mahakuasa; mat-bhaktaḥ—tekun dalam bhakti kepada-Ku; sańga-varjitaḥ—bebas dari pengaruh kegiatan untuk membuahkan hasil dan angan-angan; nirvairaḥ—tidak mempunyai musuh; sarva-bhūteṣu—di antara semua makhluk hidup; yaḥ—orang yang; saḥ—dia; mām—kepada-Ku; eti—datang; pāṇḍava—wahai putera Pāṇḍu.


    Terjemahan

    Arjuna yang baik hati, orang yang menekuni bhakti yang murni kepada-Ku, bebas dari pengaruh kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala dan pengaruh angan-angan, yang bekerja demi-Ku, menjadikan Aku sebagai tujuan utama dalam hidupnya, dan ramah terhadap semua makhluk hidup—dia pasti datang kepada-Ku.


    Penjelasan

    Siapapun yang ingin mendekati Yang Paling Utama di antara semua Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa di planet Krishnaloka di angkasa rohani hingga mempunyai hubungan dekat dengan Kepribadian Yang Paling Utama, Krishna, harus menerima rumus tersebut, sebagaimana dinyatakan oleh Yang Mahakuasa Sendiri. Karena itu, ayat ini dianggap hakekat Bhagavad-gita. Bhagavad-gita adalah sebuah buku yang dimaksudkan untuk roh-roh yang terikat, yang sibuk di dunia material dengan tujuan berkuasa atas alam dan tidak mengetahui kehidupan rohani yang sejati. Bhagavad-gita dimaksudkan untuk memperlihatkan bagaimana seseorang dapat mengerti kehidupan rohaninya dan hubungannya yang kekal dengan Kepribadian Rohani Yang Paling Utama dan untuk mengajarkan bagaimana cara pulang, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sekarang dalam ayat ini proses yang memungkinkan seseorang mencapai sukses dalam kegiatan rohaninya diterangkan dengan jelas: Yaitu proses bhakti.
       Dalam melaksanakan pekerjaan, hendaknya seseorang memindahkan tenaganya sepenuhnya kepada kegiatan yang sadar akan Krishna. Sebagaimana dinyatakan dalam Bhakti-rasamrta-sindhu (2.255):

    anāsaktasya viṣayān
    yathārham upayuñjataḥ
    nirbandhaḥ kṛṣṇa-sambandhe
    yuktaḿ vairāgyam ucyate

    Hendaknya tidak ada pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang kecuali dalam hubungannya dengan Krishna. Ini disebut kṛṣṇa karma. Barangkali seseorang sibuk dalam berbagai kegiatan, tetapi hendaknya dia jangan terikat kepada hasil pekerjaannya; hasil pekerjaan itu sebaiknya dilakukan hanya untuk Krishna. Misalnya, barangkali seseorang sibuk dalam perusahaan, tetapi untuk mengubah kegiatan itu menjadi kegiatan yang sadar akan Krishna, ia harus menjalankan perusahaan untuk Krishna. Kalau Krishna adalah pemilik perusahaan, seharusnya Krishna-lah yang menikmati laba dari perusahaan itu. Jika seorang pengusaha memiliki uang sebanyak jutaan rupiah, dan jika ia harus mempersembahkan semuanya kepada Krishna, ia dapat melakukan seperti itu. Inilah pekerjaan demi Krishna. Daripada mendirikan gedung besar untuk memuaskan indera-inderanya, lebih baik mendirikan tempat sembahyang yang bagus untuk Krishna, kemudian menempatkan Arca Krishna dan mengatur agar Arca dilayani, sebagaimana digariskan dalam buku-buku  bhakti yang dibenarkan. Ini semua merupakan kṛṣṇa karma. Sebaiknya orang janganlah terikat kepada hasil pekerjaannya, tetapi hasil itu harus dipersembahkan kepada Krishna, dan dia harus menerimanya sebagai prasādam. Jika seseorang membangun gedung besar untuk Krishna dan menempatkan Arca Krishna, ia tidak dilarang tinggal di sana, tetapi dimengerti bahwa pemilik gedung itu adalah Krishna. Ini disebut kesadaran Krishna. Akan tetapi, jika seseorang tidak mampu mendirikan tempat sembahyang untuk Krishna, ia dapat menjadi tekun dalam membersihkan tempat sembahyang Krishna; itu juga Krsna-karma. Seseorang dapat mengatur kebun, siapapun yang memiliki tanaḥ—sekurang-kurangnya di India, orang yang paling miskinpun masih memiliki sepetak tanaḥ—dapat menggunakan tanah itu untuk menānām bunga guna dipersembahkan kepada Krishna. Seseorang dapat menānām pohon tulasi, sebab daun tulasi sangat penting dan Krishna menganjurkan kegiatan ini dalam Bhagavad-gita. Patram puṣpam phalam toyam. Krishna menginginkan supaya orang mempersembahkan daun, bunga, buah atau air—dengan persembahan seperti itu Krishna sudah puas. Daun dalam ayat tersebut khususnya berarti tulasi. Jadi, seseorang dapat menānām tulasi dan menyiramkan air pada pohon tulasi itu. Dengan cara demikian, orang yang miskin sekalipun dapat menekuni bhakti kepada Krishna. Ini merupakan beberapa contoh tentang bagaimana seseorang dapat menjadi tekun dalam pekerjaannya untuk Krishna.
        Kata mat-paramaḥ berarti orang yang menganggap hubungan dengan Krishna dan tempat tinggal Krishna adalah kesempurnaan hidup tertinggi. Orang seperti itu tidak ingin diangkat sampai planet-planet yang lebih tinggi seperti bulan, matahari atau planet-planet surga, ataupun sampai planet tertinggi di alam semesta ini, yaitu Brahmaloka. Dia tidak tertarik pada hal-hal seperti itu. Dia hanya tertarik untuk dipindahkan ke angkasa rohani. Di angkasa rohanipun ia tidak puas menunggal ke dalam cahaya Brahman yang menyilaukan, sebab ia ingin memasuki planet rohani tertinggi, yaitu Krishnaloka, Goloka Vrndavana. Ia memiliki pengetahuan sepenuhnya tentang planet itu. Karena itu, ia tidak tertarik pada planet yang lain. Sebagaimana ditunjukkan dengan kata mad-bhaktaḥ, ia menekuni bhakti sepenuhnya, khususnya sembilan proses bhakti; mendengar, memuji, ingat, sembahyang, melayani kaki padma Tuhan, mempersembahkan doa-doa pujian, melaksanakan perintah perintah Tuhan, menjadi sahabat Tuhan dan menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan. Seseorang dapat menekuni semua sembilan proses bhakti tersebut, atau delapan, atau tujuh, atau sekurang-kurangnya satu, dan itu pasti akan menyempurnakan Diri-Nya.
      Istilah sangavarjitāḥ sangat bermakna. Hendaknya seseorang tidak bergaul dengan orang yang melawan Krishna. Bukan hanya orang yang tidak percaya kepada Tuhan yang melawan Krishna, tetapi juga orang yang tertarik kepada angan-angan dan kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala. Karena itu, bentuk bhakti yang murni diuraikan dalam Bhakti-rasamrtasindhu (1.1.11) sebagai berikut:

    anyābhilāṣitā-śūnyaḿ
    jñāna-karmady-anāvṛtam
    ānukūlyena kṛṣṇānu-
    śīlanaḿ bhaktir uttamā

    [Madhya 19.167]
    Dalam ayat ini, Srila Rupa Gosvami menyatakan dengan jelas bahwa kalau seseorang ingin melaksanakan bhakti yang murni, ia harus bebas dari segala jenis pengaruh material. Ia harus bebas dari pergaulan orang yang kecanduan angan-angan dan kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala. Bila seseorang sudah dibebaskan dari pergaulan yang tidak diinginkan seperti itu dan juga dibebaskan dari pengaruh keinginan material, ia mengembangkan pengetahuan tentang Krishna dengan cara yang menguntungkan, dan itu disebut bhakti yang murni. “nukulyasya sankalpah pratikulyasya varjanam (Haribhaktivilasa 11.676). Sebaiknya orang berpikir tentang Krishna dan bertindak demi Krishna dengan cara yang menguntungkan bukan dengan cara yang tidak menguntungkan. Kamsa adalah musuh Krishna. Sejak Krishna dilahirkan, Kamsa merencanakan berbagai cara untuk membunuh Krishna, dan oleh karena Kamsa gagal dia selalu berpikir tentang Krishna. Karena itu, pada waktu bekerja, pada waktu makan, dan selama tidur, dia selalu sadar akan Krishna dalam segala hal. Tetapi kesadaran Krishna seperti itu tidak menguntungkan. Karena itu, meskipun Kamsa selalu berpikir tentang Krishna selama dua puluh empat jam sehari, dia dianggap raksasa, dan akhirnya Kamsa dibunuh oleh Krishna. Tentu saja, siapapun yang dibunuh oleh Krishna segera mencapai pembebasan, tetapi itu bukan tujuan seorang penyembah yang murni. Seorang penyembah yang murni tidak menginginkan pembebasan. Dia tidak ingin diangkat bahkan ke planet tertinggi sekalipun, yaitu planet Goloka Vrndavana. Satu-satunya tujuannya ialah untuk mengabdikan diri kepada Krishna di manapun ia berada.
       Seorang penyembah Krishna ramah kepada semua orang. Karena itu, dinyatakan di sini bahwa ia tidak mempunyai musuh (nirvairaḥ). Bagaimana sampai begitu? Seorang penyembah yang mantap dalam kesadaran Krishna mengetahui bahwa hanya bhakti kepada Krishna yang dapat membebaskan seseorang dari segala masalah hidup. Ia sudah mengalami kenyataan ini secara pribadi. Karena itu, dia ingin memperkenalkan sistem kesadaran Krishna kepada masyarakat manusia. Ada banyak contoh dalam sejarah tentang penyembah-penyembah Krishna yang mempertaruhkan nyawanya untuk mengajarkan kesadaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ada contoh-contoh orang yang bukan penyembah sampai mencoba membunuh penyembah-penyembah ini. Mereka rela mengorbankan nyawanya untuk menyebarkan kesadaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tentu saja, kalau seseorang berpikir penyembah itu terbunuh, maka itu pengertian yang dangkal saja. Di India ada banyak contoh, misalnya, Thakura Haridasa dan Prahlada Maharājā. Mengapa mereka mengambil resiko seperti itu? Karena mereka ingin mengajarkan kesadaran Krishna, dan itu merupakan tugas yang sulit. Orang yang sadar akan Krishna mengetahui bahwa orang menderita karena melupakan hubungannya yang kekal dengan Krishna. Karena itu, manfaat tertinggi yang dapat diberikan kepada masyarakat manusia ialah membebaskan sesama manusia dari segala masalah material. Dengan cara seperti itu, seorang penyembah yang murni tekun dalam pengabdian kepada Tuhan. Sekarang, kita dapat membayangkan betapa besarnya karunia Krishna terhadap orang yang menekuni bhakti kepada-Nya dan mengorbankan segala sesuatu demi Krishna. Karena itu, pasti orang seperti itu akan mencapai planet tertinggi sesudah meninggalkan badannya.
       Sebagai kesimpulan, bentuk semesta Krishna yang merupakan suatu perwujudan yang bersifat sementara, bentuk waktu yang menelan segala sesuatudan bentuk Visnu yang berlengan empat, semua diperlihatkan oleh Krishna. Karena itu, Krishna adalah sumber segala manifestasi tersebut. Krishna bukan manifestasi dari viśva-rūpa yang asli, atau Visnu. Krishna adalah sumber segala bentuk. Ada beratus-ratus ribu Visnu, tetapi bagi seorang penyembah, tiada bentuk lain dari Krishna yang sepenting bentuk asli, yakni Syamasundara yang berlengan dua. Dalam Brahma-samhita dinyatakan bahwa orang yang terikat kepada bentuk sebagai Krishna Syamasundara dalam cinta-bhakti selalu dapat melihat Krishna di dalam hatinya dan tidak dapat melihat sesuatu yang lain. Karena itu, sebaiknya orang mengerti bahwa penjelasan Bab Sebelas ini ialah bahwa bentuk Krishna adalah hakekat Yang Paling Utama.
    Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Sebelas Srimad Bhagavad-gita perihal Bentuk Semesta."



    --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Visit Related Posts Below:

















  • Mau Beli Buku Bhagavad-gita, Srimad-bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, dll?
    Senin - Minggu - Hari Libur | 08.00 - 21.00 WIB | http://mahanilastore.blogspot.com
    0812-7740-3909 dan 0819-9108-4996

    SMS/PHONE  : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
                           : 0819-9109-9321 (Mahanila)
    WhatsApp     : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
    BBM               : 5D40CF2D dan D5E8718B

    Menjual buku-buku rohani Srimad Bhagavad-gita, Srimad Bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Purana, Kue Kering, Dupa, Aksesoris, Kartal, Mrdanga, Saree, Air Gangga, Dipa, Kurta, Dhotti, Kipas Cemara, Kipas Bulu Merak, Poster, Japamala, Kantong Japa, Gelang, Kantimala, Rok Gopi, Choli, Blues, Pin, Bros, Kaos, Desain Website dan Database Microsoft Access, Logo, Neon Box, Safety Sign dll.

    Terimakasih Atas Kunjungan Anda.

    I Wayan Mesra Ariyawan | December 03, 2018 | Be the first to comment!

    0 comments:

    Post a Comment

    Silahkan Tulis Komentar Anda....

    Ditulis Oleh: I Wayan Mesra Ariyawan (Mahanila Das)

    Saat ini anda sedang membaca artikel di Website: "https://jayjivjago.blogspot.com". Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kita semua. Kami menunggu tanggapan untuk saling berbagi melalui komentar di bawah ini. Mari kita bersama-sama saling berbagi pengetahuan kerohanian untuk meningkatkan kualitas hidup kita yang sesungguhnya. Kami sangat berterimakasih atas semua pihak yang telah berkenan membantu mengembangkan website ini. Semoga usaha kita ini membuahkan hasil yang baik.

    :: Thank you for visiting MAHANILA STORE ::

    Follow him on:

    Bhagavad-gita Sloka

    Expand + | - Collapse

    Chat Via WhatsApp

    News News

    Recent Posts

    Doa-doa Pujian

    Expandable Comments

    Top Commentators

    Mahanila Store

    Doa-doa Pujian

    Doa-doa Pujian

    TODAY CALENDAR

    Calendar Widget by CalendarLabs

    Bhagavad-gita Sloka

    Expand + | - Collapse

    Bhagavad-gita Sloka

    Expand + | - Collapse

    Support : Mahanila Website | Mahanila Template | Mahanila Template
    Copyrights © 2017. MAHANILA BOOK STORE - All Rights Reserved
    Template Created by Mahanila Website Published by Mahanila Template
    Proudly powered by Blogger

    Copyright © 2013-17 Cakadola Engineering. All Rights Reserved.

    Breaking News