-->
Welcome to our online store

Terimakasih kepada semua semua DONATUR, CONTRIBUTOR dan CUSTOMER yang telah berkunjung dan telah membeli buku-buku kami. semoga kita mendapatkan manfaat yang besar setelah membacanya, mengerti dan menjalankannya dengan semangat cinta bhakti yang besar. marilah kita budayakan membaca sastra/ kitab suci dan buku-buku spiritual mulai dari sekarang. Semoga niat baik kita dapat terlaksana dengan sukses. kabari kami pengalaman kemajuan anda semua. Hp./WA. 081277403909


Mahanila Store
Mahanila Store

Bhagavad-gita Bab 3 - 6

Karma-yoga

3.1
Arjuna uvāca
jyāyasī cet karmaṇas te
matā buddhir janārdana
tat kiḿ karmaṇi ghore māḿ
niyojayasi keśava

Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; jyāyasī—lebih baik; cet—kalau; karmaṇaḥ—daripada perbuatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil; te—oleh Anda; matā—dianggap; buddhiḥ—kecerdasan; janārdana—o Krishna; tat—karena itu; kim—mengapa; karmaṇi—dalam perbuatan; ghore—mengerikan; mām—hamba; niyojayasi—Anda menjadikan sibuk; keśava—o Krishna.

Terjemahan
Arjuna berkata: O Janārdana, o Kesava, mengapa Anda ingin supaya hamba menjadi sibuk dalam perang yang mengerikan ini, kalau Anda menganggap kecerdasan lebih baik daripada pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil?

Penjelasan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna sudah menguraikan kedudukan dasar sang roh secara panjang lebar dalam bab sebelumnya dengan maksud menyelamatkan Arjuna, kawan dekat-Nya, dari lautan kesedihan material. Jalan keinsafan sudah dianjurkan: buddhi-yoga, atau kesadaran Krishna. Kadang-kadang orang salah paham dengan anggapan bahwa mengikuti kesadaran Krishna berarti tidak melakukan kegiatan apapun, dan orang yang salah paham seperti itu sering mengundurkan diri ke tempat sunyi untuk menginsafi Krishna sepenuhnya dengan cara mengucapkan nama suci Sri Krishna. Tetapi jika seseorang belum terlatih dalam filsafat kesadaran Krishna, tidak dianjurkan agar ia mengucapkan nama suci Krishna di tempat sunyi, sebab di sana ia hanya memperoleh pujian murahan dari orang yang tidak tahu apa-apa. Arjuna juga berpikir bahwa kesadaran Krishna, buddhi yoga atau kecerdasan dalam kemajuan pengetahuan secara rohani, adalah seperti mengundurkan diri dari kehidupan yang aktif dan berlatih melakukan pertapaan dan kesederhanaan di tempat sunyi. Dengan kata lain, secara lihai Arjuna ingin menghindari pertempuran dengan menggunakan kesadaran Krishna sebagai alasan. Tetapi sebagai seorang murid yang tulus ikhlas, Arjuna mengutarakan hal itu di hadapan guru kerohaniannya dan bertanya kepada Krishna mengenai perbuatan mana yang paling baik untuk dilakukannya. Sebagai jawaban, Sri Krishna menjelaskan karma-yoga, atau pekerjaan dalam kesadaran Krishna, secara panjang lebar dalam Bab Tiga ini.


3.2
vyāmiśreṇeva vākyena
buddhiḿ mohayasīva me
tad ekaḿ vada niścitya
yena śreyo 'ham āpnuyām

vyāmiśreṇa—oleh sesuatu yang mengandung dua arti; ivā—pasti; vākyena—kata-kata; buddhim—kecerdasan; mohayasi—Anda membingungkan; ivā—pasti; me—milik hamba; tat—karena itu; ekam—hanya satu; vada—mohon memberitahukan; niścitya—menentukan; yena—melalui itu; śreyaḥ—manfaat yang sejati; aham—hamba; āpnuyām—dapat memperoleh.

Terjemahan
Kecerdasan hamba dibingungkan oleh pelajaran Anda yang mengandung dua arti. Karena itu, mohon beritahukan kepada hamba dengan pasti mana yang paling bermanfaat untuk hamba.

Penjelasan
Dalam bab sebelumnya, sebagai kata pengantar Bhagavad-gita, banyak cara dan jalan yang berbeda-beda dijelaskan, misalnya sankhya  yoga, buddhi-yoga, mengendalikan indera-indera dengan kecerdasan, bekerja tanpa keinginan untuk hasil atau pahala, dan kedudukan orang yang baru mulai belajar. Segala macam hal tersebut dikemukakan dengan cara yang tidak sistematis. Uraian jalan yang lebih sistematis akan diperlukan guna mengambil tindakan dan mencapai pengertian. Karena itu, Arjuna ingin mendapat penjelasan tentang hal-hal tersebut yang rupanya membingungkan, dan agar orang awam manapun dapat menerimanya tanpa salah tafsir. Walaupun Krishna tidak bermaksud membingungkan Arjuna dengan mempermain kan kata-kata, yang mana Arjuna tidak dapat mengikuti proses kesadaran Krishna—baik dengan diam saja ataupun dengan pengabdian yang aktif. Dengan kata lain, melalui pertanyaan-pertanyaannya, Arjuna membuka jalan kesadaran Krishna bagi semua murid yang sungguh-sungguh ingin mengerti rahasia Bhagavad-gita.

3.3
śrī-bhagavān uvāca
loke 'smin dvi-vidhā niṣṭhā
purā proktā mayānagha
jñāna-yogena sāńkhyānāḿ
karma-yogena yoginām

Śrī-bhagavān  uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; loke—di dunia; asmin—ini; dvi-vidhā—dua jenis; niṣṭhā—keyakinan; purā—tadi; proktā—dikatakan; mayā—oleh-Ku; anagha—wahai yang tidak berdosa; jñāna-yogena—oleh proses pengetahuan untuk menghubungkan; sāńkhyānām—mengenai para filosof yang mendasarkan pengetahuannya pada percobaan; karma-yogena—oleh proses penghubungan bhakti; yoginām—mengenai para penyembah.

Terjemahan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: O Arjuna yang tidak berdosa, Aku sudah menjelaskan bahwa ada dua golongan manusia yang berusaha menginsafi sang diri. Beberapa orang berminat mengerti tentang hal itu melalui angan-angan filsafat berdasarkan percobaan, sedangkan orang lain berusaha mengerti tentang hal itu melalui bhakti.

Penjelasan
Dalam Bab Dua, ayat 39, Krishna menjelaskan dua jenis prosedur—yaitu sankhya-yoga dan karma-yoga, atau buddhi-yoga. Dalam ayat ini, Krishna menerangkan hal yang sama dengan cara yang lebih jelas. Sāńkhya-yoga, atau mempelajari sifat kerohanian dan alam secara analisis, adalah mata pelajaran bagi orang yang berminat untuk berangan-angan dan mengerti tentang hal-hal melalui pengetahuan dan filsafat berdasarkan percobaan. Golongan manusia yang lain bekerja dalam kesadaran Krishna, sebagaimana dijelaskan dalam ayat 61 dari Bab Dua. Krishna juga sudah menjelaskan dalam ayat 39, seseorang dapat dibebaskan dari ikatan perbuatan kalau ia bekerja menurut prinsip-prinsip buddhi-yoga, atau dengan kesadaran Krishna; di samping itu tidak ada kelemahan dalam proses tersebut. Prinsip yang sama diterangkan dengan lebih jelas dalam ayat 61—yaitu bahwa buddhi-yoga tersebut berarti bergantung sepenuhnya kepada Yang Mahakuasa (atau lebih tepat kepada Krishna), dan dengan cara demikian semua indera dapat dikendalikan dengan mudah sekali. Karena itu, kedua yoga tersebut bergantung satu sama lain, sebagai halnya agama dan filsafat. Agama tanpa filsafat adalah perasaan yang dangkal, atau kadang-kadang sikap fanatik, sedangkan filsafat tanpa agama adalah angan-angan pikiran. Tujuan utama adalah Krishna, sebab para filosof yang juga mencari Kebenaran Mutlak secara tulus ikhlas akhirnya mencapai kesadaran Krishna. Ini juga dinyatakan dalam Bhagavad-gita. Seluruh proses adalah mengerti kedudukan sejati sang diri berhubungan dengan Diri Yang Utama. Proses tidak langsung ialah angan-angan filsafat, yang memungkinkan seseorang berangsur-angsur mencapai tingkat kesadaran Krishna; dan cara lain ialah langsung menghubungkan segala sesuatu dalam kesadaran Krishna. Di antara dua jalan tersebut, jalan kesadaran Krishna lebih baik, sebab jalan kesadaran Krishna tidak tergantung pada penyucian indera-indera melalui proses filsafat. Kesadaran Krishna sendiri adalah proses penyucian, dan cara bhakti secara langsung sekaligus mudah dan mulia.

3.4

na karmaṇām anārambhān
naiṣkarmyaḿ puruṣo 'śnute
na ca sannyāsanād eva
siddhiḿ samadhigacchati

na—tidak; karmaṇām—dari tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan; anārambhāt—dengan tidak melakukan; naiṣkarmyam—kebebasan dari reaksi; puruṣaḥ—seorang manusia; aśnute—mencapai; na—tidak juga; ca—juga; sannyāsanāt—dengan melepaskan ikatan; evā—hanya; siddhim—sukses; samadhigacchati—mencapai.

Terjemahan
Bukan hanya dengan menghindari pekerjaan seseorang dapat mencapai pembebasan dari reaksi, dan bukan hanya dengan melepaskan ikatan saja seseorang dapat mencapai kesempurnaan.

Penjelasan
Tingkat hidup melepaskan ikatan dapat diterima apabila seseorang sudah disucikan oleh pelaksanaan bentuk kewajiban yang telah ditetapkan dan digariskan hanya untuk menyucikan hati orang duniawi. Tanpa penyucian diri, seseorang tidak dapat mencapai sukses dengan cara tiba-tiba mulai mengikuti tingkatan hidup keempat (sannyāsa). Menurut para filosof yang mendasarkan pengetahuannya pada percobaan, hanya dengan mengikuti sannyāsa, atau mengundurkan diri dari kegiatan yang membuahkan hasil, seseorang segera menjadi semulia Narayana. Tetapi Sri Krishna tidak menyetujui prinsip tersebut. Tanpa menyucikan hati, sannyāsa hanya merupakan gangguan terhadap ketertiban masyarakat. Dengan kata lain, kalau seseorang mulai melakukan pengabdian rohani kepada Tuhan, tanpa pelaksanaan tugas-tugas kewajiban sekalipun, kemajuan apapun yang dapat dicapainya ke arah itu diterima oleh Tuhan (buddhi-yoga). Svalpam apy asya dharmasya trāyate mahato bhayāt. Melaksanakan prinsip tersebut sedikit saja memungkinkan seseorang dapat mengatasi kesulitan yang besar.

3.5

na hi kaścit kṣaṇam api
jātu tiṣṭhaty akarma-kṛt
kāryate hy avaśaḥ karma
sarvaḥ prakṛti-jair guṇaiḥ

na—tidak juga; hi—pasti; kaścit—siapapun; kṣaṇam—satu saat; api—juga; jātu——pada suatu waktu; tiṣṭhati—tetap; akarma-kṛt—tanpa melakukan sesuatu; kāryate—dipaksakan melakukan; hi—pasti; avāsaḥ—tidak berdaya; karma—pekerjaan; sarvaḥ—segala; prakṛti-jaiḥ—di lahirkan dari sifat-sifat alam material; guṇaiḥ—oleh sifat-sifat.

Terjemahan
Semua orang dipaksakan bekerja tanpa berdaya menurut sifat-sifat yang telah diperolehnya dari sifat-sifat alam material; karena itu, tiada seorangpun yang dapat menghindari berbuat sesuatu, bahkan selama sesaatpun.

Penjelasan
Bukan soal kehidupan di dalam badan, melainkan sifat sang roh ialah bahwa dia selalu giat. Tanpa adanya sang roh, badan jasmani tidak dapat bergerak. Badan hanya merupakan kendaraan mati untuk digerakkan oleh sang roh yang selalu giat dan tidak dapat berhenti bahkan selama sesaatpun. Karena itu, sang roh harus dijadikan tekun dalam pekerjaan kesadaran Krishna yang baik. Kalau tidak, ia akan menjadi sibuk dalam kegiatan yang di perintahkan oleh tenaga yang mengkhayalkan. Berhubungan dengan tenaga material, sang roh memperoleh sifat-sifat alam material, dan untuk menyucikan sang roh dari hubungan-hubungan seperti itu, ia perlu dijadikan tekun dalam tugas-tugas yang telah ditetapkan dan diajarkan dalam śastra. Tetapi kalau sang roh dijadikan tekun dalam fungsinya yang wajar, yaitu kesadaran Krishna, maka apapun yang dapat dilakukan bermanfaat baginya. Dalam Srimad-Bhagavatam (1.5.17), kenyataan ini dibenarkan:

tyaktvā sva-dharmaḿ caraṇāmbujaḿ harer
bhajann apakvo 'tha patet tato yadi
yatra kva vābhadram abhūd amuṣya kiḿ
ko vārtha āpto 'bhajatāḿ sva-dharmataḥ

Kalau seseorang mulai mengikuti kesadaran Krishna, walaupun barangkali dia tidak mengikuti tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan dalam śastra-śastra, atau melaksanakan bhakti dengan cara yang sebenarnya, dan walaupun barangkali ia jatuh dari standar, namun tidak ada kerugian maupun hal yang buruk baginya. Sedangkan kalau dia melaksanakan segala peraturan untuk penyucian diri di dalam śastra-śastra, apa gunanya kalau dia tidak sadar akan Krishna?" Karena itu, proses penyucian diri diperlukan untuk mencapai tingkat kesadaran Krishna. Karena itu, sannyāsa, atau proses penyucian diri mana pun, adalah untuk membantu seseorang mencapai tujuan tertinggi, yaitu menjadi sadar akan Krishna, dan tanpa menjadi sadar akan Krishna, segala sesuatu dianggap gagal.

3.6

karmendriyāṇi saḿyamya
ya āste manasā smaran
indriyārthān vimūḍhātmā
mithyācāraḥ sa ucyate

karma-indriyāṇi—lima indera yang bekerja; saḿyamya—mengendalikan; yah—siapapun yang; aste—tetap; manasā—oleh pikiran; smaran—berpikir tentang; indriya-arthān—obyek-obyek indera; vimūḍha—bodoh; ātmā—roh; mithyā-ācāraḥ—orang yang berpura-pura; saḥ—dia; ucyate—disebut.
Terjemahan
Orang yang mengekang indera-indera yang bekerja tetapi pikirannya merenungkan obyek-obyek indera pasti menipu Diri-Nya sendiri dan disebut orang yang berpura-pura.

Penjelasan
Ada banyak orang yang berpura-pura yang menolak bekerja dalam kesadaran Krishna tetapi membuat pertunjukkan meditasi, sambil sungguh-sungguh merenungkan kenikmatan indera-indera dalam pikiran. Orang yang berpura-pura seperti itu juga barangkali berbicara tentang filsafat yang hambar untuk menipu pengikut yang sudah pintar, tetapi menurut ayat ini, orang itu adalah penipu yang paling besar. Demi kenikmatan indera-indera, seseorang dapat bertindak sebagai apapun dalam susunan dalam masyarakat, tetapi kalau seseorang mengikuti aturan dan peraturan statusnya yang khusus, berangsur-angsur dia dapat maju dalam menyucikan kehidupannya. Tetapi kalau dia menyamar sebagai yogi sambil sebenarnya mencari obyek-obyek kepuasan indera-indera, maka dia harus disebut penipu yang paling besar, meskipun kadang-kadang dia membicarakan filsafat. Pengetahuan orang seperti itu tidak berharga, sebab efek pengetahuan orang yang berdosa seperti itu diambil oleh tenaga Tuhan yang mengkhayalkan. Pikiran orang yang berpura-pura seperti itu selalu tidak suci, karena itu, pertunjukkan meditasi yoganya tidak berharga sama sekali.

3.7

yas tv indriyāṇi manasā
niyamyārabhate 'rjuna
karmendriyaiḥ karma-yogam
asaktaḥ sa viśiṣyate

yaḥ—orang yang; tu—tetapi; indriyāṇi—indera-indera; manasā—oleh pikiran; niyamya—mengatur; ārabhate—memulai; Arjuna—wahai Arjuna; karma-indriyaiḥ—oleh indera-indera yang giat; karma-yogam—bhakti; asaktaḥ—tanpa ikatan; saḥ— dia; viśiṣyate—jauh lebih maju.

Terjemahan
Di pihak lain, kalau orang yang tulus ikhlas berusaha mengendalikan indera-indera yang giat dengan pikiran dan mulai melakukan karma-yoga (dalam kesadaran Krishna) tanpa ikatan, ia jauh lebih maju.

Penjelasan
Daripada menjadi rohaniwan palsu demi kehidupan yang berdosa dan kenikmatan indera-indera, jauh lebih baik seseorang tetap melakukan tugas sendiri dan melaksanakan tugas hidup, yaitu mencapai pembebasan dari ikatan material dan memasuki kerajaan Tuhan. Svarthagati utama, atau sasaran kepentingan diri, ialah mencapai Visnu. Seluruh lembaga varna dan asrama disusun untuk membantu kita dalam usaha mencapai tujuan hidup tersebut. Orang yang berumah tangga juga dapat mencapai tujuan tersebut dengan mengabdikan diri secara teratur dalam kesadaran Krishna. Demi keinsafan diri, seseorang dapat hidup dengan mengendalikan diri, sebagaimana diajarkan dalam śastra-śastra, dan terus melaksanakan tugasnya tanpa ikatan. Dengan cara demikian ia mencapai kemajuan. Kedudukan orang yang tulus ikhlas yang mengikuti cara tersebut jauh lebih baik daripada orang palsu yang berpura-pura yang mulai mengikuti kerohanian sebagai tontonan untuk menipu orang yang tidak tahu apa-apa. Tukang sapu yang tulus ikhlas di jalanan jauh lebih baik daripada ahli semadi gadungan yang hanya bersemadi untuk mencari nafkah.

3.8

niyataḿ kuru karma tvaḿ
karma jyāyo hy akarmaṇaḥ
śarīra-yātrāpi ca te
na prasiddhyed akarmaṇaḥ

 niyatam—ditetapkan; kuru—lakukanlah; karma—tugas kewajiban; tvām—engkau; karma—pekerjaan; jyāyaḥ—lebih baik; hi—pasti; akarmaṇaḥ—daripada tidak bekerja; śarīra—jasmani; yātrā—pemeliharaan; api—walaupun; ca—juga; te—milik engkau; na—tidak pernah; prasiddhyet—dilaksanakan; akarmaṇaḥ—tanpa bekerja.

Terjemahan
Lakukanlah tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, sebab melakukan hal demikian lebih baik daripada tidak bekerja. Seseorang bahkan tidak dapat memelihara badan jasmaninya tanpa bekerja.

Penjelasan
Ada banyak juru semadi palsu yang menyamar sebagai orang keturunan bangsawan, dan banyak professional yang hebat yang menyamar secara palsu seolah-olah mereka sudah mengorbankan segala sesuatu demi kemajuan dalam kehidupan rohani. Sri Krishna tidak menginginkan Arjuna menjadi orang yang berpura-pura. Melainkan, Krishna ingin agar Arjuna melakukan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan sebagaimana ditentukan untuk para ksatriya. Arjuna berumah tangga dan menjadi jendral di bidang militer. Karena itu, lebih baik Arjuna tetap demikian dan melaksanakan tugas kewajiban keagamaan sebagaimana dianjurkan bagi seorang ksatriya yang berumah tangga. Kegiatan seperti itu berangsur-angsur menyucikan hati orang duniawi dan membebaskan Diri-Nya dari pencemaran material. Apa yang hanya namanya saja melepaskan ikatan dengan tujuan mencari rejeki tidak dibenarkan oleh Krishna, ataupun dibenarkan oleh Kitab Suci manapun. Bagaimanapun, seseorang harus memelihara jiwa dan raganya dengan sejenis pekerjaan. Hendaknya pekerjaan jangan ditinggalkan secara bertingkah saja, tanpa penyucian Kecenderungan-kecenderungan duniawi. Siapapun yang berada di dunia material tentu saja memiliki kecenderungan yang tidak suci untuk berkuasa di atas alam material, atau dengan kata lain, untuk kepuasan indera-indera. Kecenderungan-kecenderungan yang kotor seperti itu harus dihilangkan. Tanpa berbuat demikian, melalui tugas-tugas yang telah ditetapkan, hendaknya seseorang tidak berusaha menjadi apa yang hanya namanya saja rohaniwan, meninggalkan ikatan terhadap pekerjaan dan hidup dibiayai orang lain.

3.9

yajñārthāt karmaṇo 'nyatra
loko 'yaḿ karma-bandhanaḥ
tad-arthaḿ karma kaunteya
mukta-sańgaḥ samācara

yajña-arthāt—dilakukan hanya demi yajñā, atau untuk Visnu; karmaṇaḥ—daripada pekerjaan; anyatra—selain itu; lokaḥ—dunia; ayam—ini; karma-bandhanaḥ—ikatan oleh pekerjaan; tat—mengenai Beliau; artham—demi; karma—pekerjaan; kaunteya—wahai putera Kuntī ; mukta-sańgaḥ—pembebasan dari hubungan; samācara—lakukanlah secara sempurna.

Terjemahan
Pekerjaan yang dilakukan sebagai korban suci untuk Visnu harus dilakukan. Kalau tidak, pekerjaan mengakibatkan ikatan di dunia material ini. Karena itu, lakukanlah tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan guna memuaskan Beliau, wahai putera Kuntī. Dengan cara demikian, engkau akan selalu tetap bebas dari ikatan.

Penjelasan
Untuk memelihara badan secara sederhana sekalipun seseorang harus bekerja. Karena itu, tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan untuk kedudukan dan sifat tertentu dalam masyarakat sudah dibuat sedemikian rupa agar tujuan itu dapat dipenuhi. yajñā berarti Sri  Visnu, atau pelaksanaan korban suci. Segala pelaksanaan korban suci juga dimaksudkan untuk memuaskan Sri  Visnu. Dalam Veda diajarkan: yajñā vai Visnu. Dengan kata lain, tujuan yang sama dipenuhi, baik seseorang melakukan yajñā yang ditetapkan maupun mengabdikan diri kepada Sri  Visnu secara langsung. Karena itu, kesadaran Krishna adalah pelaksanaan yajñā sebagaimana dianjurkan dalam ayat ini. Lembaga varnasrama juga bertujuan untuk memuaskan Sri  Visnu. Varnasramacaravata purusena parah puman/ Visnur aradhyate (Visnu Purana 3.8.8).
   Karena itu, seseorang harus bekerja untuk memuaskan Visnu. Pekerjaan lain yang dilakukan di dunia material ini akan mengakibatkan ikatan, sebab pekerjaan baik maupun buruk mempunyai reaksi, dan reaksi mana pun mengikat pelaksana pekerjaan. Karena itu, seseorang harus bekerja dalam kesadaran Krishna untuk memuaskan Krishna atau Visnu. Selama seseorang melaksanakan kegiatan seperti itu, ia berada pada tingkat pembebasan. Inilah ilmu yang mulia untuk melakukan pekerjaan. Pada tahap permulaan, proses tersebut memerlukan bimbingan yang ahli sekali. Karena itu, hendaknya seseorang bertindak dengan rajin sekali, di bawah bimbingan seorang penyembah Krishna yang ahli, atau di bawah perintah Sri Krishna Sendiri secara langsung (Arjuna sempat bekerja di bawah Sri Krishna Sendiri). Hendaknya seseorang jangan berbuat sesuatu demi kepuasan indera-indera, melainkan hendaknya segala sesuatu dilakukan untuk memuaskan Krishna. Latihan tersebut tidak hanya akan menyelamatkan seseorang dari reaksi pekerjaan, tetapi juga berangsur-angsur mengangkat Diri-Nya sampai tingkat cinta-bhakti rohani kepada Tuhan, satu-satunya kegiatan yang dapat mengangkat Diri-Nya sampai kerajaan Tuhan.


3.10

saha-yajñāḥ prajāḥ sṛṣṭvā
purovāca prajāpatiḥ
anena prasaviṣyadhvam
eṣa vo 'stv iṣṭa-kāma-dhuk


saha— beserta; yajñaḥ—korban-korban suci; prajāḥ—generasigenerasi; sṛṣṭvā—menciptakan; purā—pada jaman purbakala; uvāca—bersabda; prajā-patiḥ—penguasa para makhluk hidup; anena—oleh ini; prasaviṣyadhvam—menjadi semakin makmur; eṣaḥ— ini; vaḥ—milik engkau; astu—agar ada; iṣṭa—segala benda yang diinginkan; kāma-dhuk—yang menganugerahkan.

Terjemahan
Pada awal ciptaan, Penguasa semua makhluk mengirim generasi-generasi manusia dan dewa, beserta korban-korban suci untuk Visnu, dan memberkahi mereka dengan bersabda: Berbahagialah engkau dengan yajñā [korban suci] ini sebab pelaksanaannya akan menganugerahkan segala sesuatu yang dapat diinginkan untuk hidup secara bahagia dan mencapai pembebasan.

Penjelasan
Ciptaan material yang disediakan oleh Penguasa seluruh makhluk hidup (Visnu) adalah sebagai kesempatan yang ditawarkan kepada roh-roh yang terikat untuk pulang—kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semua makhluk hidup dalam ciptaan meterial diikat oleh alam material karena mereka lupa akan hubungannya dengan Visnu, atau Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip-prinsip Veda dimaksudkan untuk membantu kita dalam usaha mengerti hubungan kekal tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gita: vedais ca sarvair aham eva vedyah. Krishna menyatakan bahwa maksud Veda ialah untuk mengerti tentang Krishna. Dalam mantra-mantra Veda dinyatakan: patim visvasyātmesvaram. Karena itu, Penguasa para makhluk hidup ialah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Visnu. Dalam Srimad-Bhagavatam (2.4.20) Srila Sukadeva Gosvami menguraikan tentang Tuhan sebagai pati dengan banyak cara:
śriyaḥ patir yajña-patiḥ prajā-patir
dhiyāḿ patir loka-patir dharā-patiḥ
patir gatiś cāndhaka-vṛṣṇi-sātvatāḿ
prasīdatāḿ me bhagavān satāḿ patiḥ
Prājā pati adalah Sri  Visnu, Sri  Visnu adalah Penguasa semua makhluk hidup, semua dunia, dan semua keindahan, dan Pelindung semua makhluk. Tuhan menciptakan dunia material ini untuk memungkinkan roh-roh yang terikat mempelajari cara melakukan yajñā (korban-korban suci) demi kepuasan Visnu, supaya selama berada di dunia material mereka dapat hidup dengan cara yang sangat menyenangkan tanpa kecemasan dan sesudah badan material yang dihuninya sekarang berakhir, mereka dapat memasuki kerajaan Tuhan. Itulah seluruh acara bagi roh yang terikat. Dengan pelaksanaan yajñā, roh-roh yang terikat berangsur-angsur menjadi sadar akan Krishna dan menjadi suci dalam segala hal. Pada jaman Kali ini, sankirtana yajñā (memuji nama-nama suci Tuhan) dianjurkan oleh Kitab-kitab suci Veda, dan sistem rohani tersebut dimulai oleh Sri  Caitanya untuk menyelamatkan semua manusia pada jaman ini. Sankirtana yajñā dan kesadaran Krishna cocok satu sama lain. Sri Krishna dalam bentuk Beliau sebagai penyembah (sebagai Sri Caitanya) disebut dalam Srimad-Bhagavatam (11.5.29), dengan menyebutkan sankirtana yajñā secara khusus, sebagai berikut:
kṛṣṇa-varṇaḿ tviṣākṛṣṇaḿ
sāńgopāńgāstra-pārṣadam
yajñaiḥ sańkīrtana-prāyair
yajanti hi su-medhasaḥ
Pada jaman Kali, orang yang cukup cerdas akan menyembah Tuhan, diiringi oleh rekan-rekan Beliau, dengan melaksanakan sankirtana yajñā." yajñā-yajñā lain yang dianjurkan dalam kesusasteraan Veda tidak mudah dilakukan pada jaman Kali ini, tetapi sankirtana yajñā mudah dan mulia untuk segala tujuan, sebagaimana dianjurkan dalam Bhagavad-gita (9.14).


3.11

devān bhāvayatānena
te devā bhāvayantu vaḥ
parasparaḿ bhāvayantaḥ
śreyaḥ param avāpsyātha




devān—para dewa-dewa; bhāvayatā—sesudah dipuaskan; anena—oleh korban suci ini; te—itu; devāḥ—para dewa; bhāvayantu—akan menyenangkan; vaḥ—engkau; parasparam—satu sama lain; bhāvayantaḥ—saling menyenangkan; śreyaḥ—berkat; param—paling utama; avāpsyātha—engkau akan mencapai.

Terjemahan
Para dewa, sesudah dipuaskan dengan korban-korban suci, juga akan memuaskan engkau. Dengan demikian, melalui kerja sama antara manusia dengan para dewa, kemakmuran akan berkuasa bagi semua.

Penjelasan
Para dewa adalah administrator-administrator yang dikuasakan untuk mengurus kegiatan material. Persediaan udara, cahaya, air, dan segala berkat lainnya untuk memelihara jiwa dan raga setiap makhluk hidup dipercayakan kepada para dewa, pembantu-pembantu yang jumlahnya tidak dapat dihitung dalam berbagai bagian badan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Mereka senang atau tidak senang tergantung pada pelaksanaan yajñā-yajñā oleh manusia. Beberapa yajñā dimaksudkan untuk memuaskan dewa-dewa tertentu; tetapi dalam melaksanakan yajña-yajna kepada dewa pun, Sri Visnu disembah dalam segala yajñā sebagai penerima utama. Juga dinyatakan dalam Bhagavad-gita bahwa Krishna Sendiri adalah penerima segala jenis yajñā: bhoktāram yajñātapasām. Karena itu, kepuasan tertinggi Sang yajñāpati adalah tujuan utama segala yajñā. Apabila yajña-yajna tersebut dilaksanakan secara sempurna, sewajarnya para dewa yang mengurus berbagai bagian persediaan merasa puas, dan tidak ada kekurangan dalam persediaan hasil-hasil alam. Pelaksanaan yajñā menghasilkan banyak manfaat sampingan, yang pada akhirnya membawa seseorang sampai pembebasan dari ikatan material. Dengan melaksanakan yajñā, maka segala kegiatan disucikan, sebagaimana dinyatakan dalam Veda: aharasuddhau sattvasuddhih sattvasuddhau dhruva smṛtiḥ smrtilambhe sarvagrantinam vipramokṣah. Dengan pelaksanaan yajñā, makanan seseorang disucikan dan dengan makan makanan yang sudah disucikan, kehidupan seseorang juga disucikan. Dengan penyucian kehidupan, bagian-bagian yang lebih halus dalam ingatan disucikan. Apabila ingatan disucikan, seseorang dapat memikirkan jalan menuju pembebasan, dan segala hal tersebut sama-sama membawa seseorang sampai ke kesadaran Krishna, kesadaran yang sangat dibutuhkan dalam masyarakat dewasa ini.


3.12

iṣṭān bhogān hi vo devā
dāsyante yajña-bhāvitāḥ
tair dattān apradāyaibhyo
yo bhuńkte stena eva saḥ

 iṣṭān—diinginkan; bhogān—kebutuhan hidup; hi—pasti; vaḥ—kepadamu; devāḥ—para dewa; dāsyante—akan menganugerahkan; yajña-bhāvitāḥ—dengan dipuaskan oleh pelaksanaan korban-korban suci; taiḥ—oleh mereka; dattān—benda-benda yang diberikan; apradāya—tanpa mempersembahkan; ebhyaḥ—kepada dewa-dewa tersebut; yaḥ—orang yang; bhuńkte—menikmati; stenaḥ—pencuri; evā—pasti; saḥ— dia.

Terjemahan
Para dewa mengurus berbagai kebutuhan hidup. Bila para dewa dipuaskan dengan pelaksanaan yajñā [korban suci], mereka akan menyediakan segala kebutuhan untukmu. Tetapi orang yang menikmati berkat-berkat itu tanpa mempersembahkannya kepada para dewa sebagai balasan pasti adalah pencuri.
Penjelasan
Para dewa adalah utusan-utusan yang dikuasakan untuk menyediakan bahan atas nama Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Visnu. Karena itu, para dewa harus dipuaskan dengan pelaksanaan yajña-yajna yang sudah ditentukan. Dalam Veda, ada berbagai jenis yajñā yang dilakukan untuk berbagai jenis dewa, tetapi akhirnya semuanya dipersembahkan kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Bagi orang yang tidak mengerti apa itu Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, korban suci kepada para dewa dianjurkan. Menurut pelbagai sifat material orang yang bersangkutan, berbagai jenis yajñā dianjurkan dalam Veda. Sembahyang kepada berbagai dewa juga mempunyai dasar yang sama, yaitu menurut berbagai sifat. Misalnya, dianjurkan agar orang yang makan daging menyembah dewi Kali, bentuk alam material yang mengerikan. Di hadapan dewi Kali, pengorbanan binatang dianjurkan. Bagi orang yang berada dalam sifat kebaikan, sembahyang rohani kepada Visnu dianjurkan. Tapi akhirnya segala yajñā dimaksudkan untuk berangsur-angsur mengangkat seseorang sampai kedudukan rohani. Manusia biasa memerlukan sekurang-kurangnya lima yajñā, yang disebut pancamaha yajñā.
   Akan tetapi, hendaknya diketahui bahwa segala kebutuhan hidup masyarakat manusia disediakan oleh para dewa sebagai pesuruh-pesuruh Tuhan. Tiada seorangpun yang dapat menyediakan sesuatu. Misalnya, sebagai contoh kita dapat memikirkan pangan masyarakat manusia. Makanan tersebut termasuk biji-bijian, buah-buahan, sayur-sayuran, susu, gula, dan sebagainya bagi orang dalam sifat kebaikan, dan juga makanan untuk orang yang tidak berpantang makan daging, misalnya daging dan sejenisnya. Tidak satupun di antara makanan-makanan itu dapat diciptakan oleh manusia. Demikian juga, panas, cahaya, air, udara, dan sebagainya juga merupakan kebutuhan hidup—tidak satupun di antaranya dapat dibuat oleh masyarakat manusia. Tanpa Tuhan Yang Maha Esa, tidak mungkin ada sinar matahari, sinar bulan, hujan, angin, dan sebagainya yang berlimpah-limpah, dan tanpa unsur-unsur itu tidak seorangpun dapat hidup. Ternyata kehidupan kita tergantung pada persediaan dari Tuhan. Untuk usaha pabrik pun kita membutuhkan begitu banyak bahan baku seperti logam, belerang, air raksa, mangan, dan kebutuhan pokok lainnya. Semua bahan tersebut disediakan oleh para pesuruh Tuhan, dengan maksud agar kita menggunakan bahan-bahan itu dengan cara yang sebenarnya untuk memelihara diri kita dalam keadaan sehat dan kuat dengan tujuan keinsafan diri, dan akhirnya menuju tujuan hidup yang paling utama, yaitu, pembebasan dari perjuangan hidup yang bersifat material. Tujuan hidup tersebut dicapai dengan pelaksanaan yajñā-yajna. Kalau kita lupa tujuan kehidupan hidup manusia dan hanya menerima persediaan dari pesuruh Tuhan demi kepuasan indera-indera dan menjadi semakin terikat dalam kehidupan material, yang tidak merupakan tujuan ciptaan, maka tentu saja kita menjadi pencuri. Karena itu kita dihukum oleh hukum-hukum alam material. Masyarakat pencuri tidak akan pernah berbahagia, sebab mereka tidak mempunyai tujuan hidup. Para pencuri duniawi yang kasar tidak mempunyai tujuan utama dalam kehidupan. Mereka hanya diarahkan menuju kepuasan indera-indera. Mereka juga tidak mempunyai pengetahuan tentang bagaimana cara melakukan yajñā-yajna. Akan tetapi, Sri  Caitanya memulai pelaksanaan yajñā yang termudah, yaitu, sankirtana yajñā yang dapat dilakukan oleh siapapun di dunia yang mengakui prinsip-prinsip kesadaran Krishna.


3.13

yajña-śiṣṭāśinaḥ santo
mucyante sarva-kilbiṣaiḥ
bhuñjate te tv aghaḿ pāpā
ye pacanty ātma-kāraṇāt

yajña-śiṣṭa—mengenai makanan yang di terima setelah pelaksanaan yajñā; aśinaḥ—orang yang makan; santaḥ—para penyembah; mucyante—mendapat kelegaan; sarva—segala jenis; kilbiṣaiḥ—dari dosa; bhuñjate—menikmati; te—mereka; tu—tetapi; agham—dosa-dosa yang berat; pāpaḥ—orang berbuat dosa; ye—siapa; pacanti—menyiapkan makanan; ātma-kāraṇāt—demi kenikmatan indera-indera.
Terjemahan
Para penyembah Tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa karena mereka makan makanan yang dipersembahkan terlebih dahulu untuk korban suci. Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan indera-indera pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja.

Penjelasan
Para penyembah Tuhan Yang Maha Esa, atau orang yang sadar akan Krishna, disebut para santa, dan mereka itu selalu mencintai Tuhan sebagaimana diuraikan dalam Brahma-samhita (5.38.2): premanjanacchurita bhaktivilocanena santaḥ sadaivah‚dayesu vilokayanti. Para santa yang selalu berada dalam hubungan cinta-bhakti dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Govinda (Yang menganugerahkan segala kesenangan), atau Mukunda beliau (Yang menganugerahkan pembebasan), atau Krishna (Kepribadian Tuhan Yang Mahamenarik), tidak dapat menerima sesuatupun tanpa mempersembahkan benda itu lebih dahulu kepada Kepribadian Yang Paling Utama. Karena itu, penyembah-penyembah seperti itu selalu melakukan yajñā-yajñā dengan pelbagai sifat bhakti, misalnya sravanam, kirtanam, smaranam, arcanam, dan sebagainya. Segala pelaksanaan yajñā tersebut menjaga diri mereka selalu jauh dari segala jenis pencemaran dari pergaulan yang berdosa di dunia material. Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kepuasan diri atau kepuasan indera-indera tidak hanya menjadi pencuri, tetapi juga makan segala jenis dosa. Bagaimana mungkin seseorang berbahagia kalau dia menjadi pencuri dan juga berdosa? Itu tidak mungkin. Karena itu, agar orang dapat berbahagia dalam segala hal, mereka harus dididik untuk melaksanakan cara mudah sankirtana yajñā, dalam kesadaran Krishna sepenuhnya. Kalau tidak demikian, tidak mungkin ada kedamaian atau kebahagiaan di dunia.


3.14

annād bhavānti bhūtāni
parjanyād anna-sambhavaḥ
yajñād bhavati parjanyo
yajñaḥ karma-samudbhavaḥ

annāt—dari biji-bijian; bhavānti—tumbuh; bhūtāni—badan jasmani; parjanyāt—dari hujan; anna—dari biji-bijian sebagai makanan; sambhavaḥ—produksi; yajñāt—dari pelaksanaan yajñā; bhavati—dimungkinkan; parjanyaḥ—hujan; yajñaḥ—pelaksanaan yajñā; karma—tugas kewajiban yang sudah ditetapkan; samudbhavaḥ—dilahirkan dari.
Terjemahan
Semua badan yang bernyawa hidup dengan cara makan biji-bijian, yang dihasilkan dari hujan. Hujan dihasilkan oleh pelaksanaan yajñā [korban suci] dan yajñā dilahirkan dari tugas kewajiban yang sudah ditetapkan.
Penjelasan
Srila Baladeva Vidyabhusana, Kepribadian yang mulia yang telah menyusun penjelasan Bhagavad-gita, menulis sebagai berikut: ye indrady-angatayavasthitam yajnam sarvesvaram visnum abhyarcya tac-chesam aśnanti tena tad dehayatram sampadayanti, te santaḥ sarvesvarasya yajna puruṣasya bhaktaḥ sarvakilbisair anadikalaviv‚ddhair atmanubhavaprati bhandhakair nikhilaih papair vimucyante. Tuhan Yang Maha Esa, yang terkenal sebagai yajñāpurusa, atau Penerima pribadi segala korban suci, adalah Penguasa semua dewa, yang mengabdikan diri kepada Beliau seperti aneka anggota badan mengabdikan diri kepada seluruh badan. Para dewa seperti Indra, Candra, dan Varuna adalah petugaspetugas yang diangkat untuk mengurus kegiatan material, dan Veda mengatur korban-korban suci untuk memuaskan dewa-dewa tersebut agar mereka berkenan menyediakan udara, cahaya, dan air secukupnya untuk menghasilkan biji-bijian sebagai bahan pangan. Apabila Sri Krishna disembah, maka para dewa, aneka anggota badan Tuhan, juga disembah dengan sendirinya; karena itu, para dewa tidak perlu disembah secara tersendiri. Dengan alasan inilah, para penyembah Tuhan, yang sadar akan Krishna, mempersembahkan makanan kepada Krishna dan kemudian menerimanya—suatu proses yang memberikan gizi kepada badan secara rohani. Dengan perbuatan seperti itu, bukan hanya reaksi-reaksi dosa dari dahulu di dalam badan dihilangkan, tetapi badan menjadi kebal terhadap segala pengaruh alam material. Apabila ada penyakit menular, suntikan vaksinasi antiseptik melindungi seseorang terhadap serangan penyakit menular seperti itu. Begitu pula, kalau kita menerima makanan yang sudah dipersembahkan kepada Sri  Visnu, kita menjadi cukup kebal terhadap kasih sayang material, dan orang yang sudah biasa melatih diri seperti itu disebut seorang penyembah Tuhan. Karena itu, orang yang sadar akan Krishna, yang hanya menikmati makanan yang sudah dipersembahkan kepada Krishna, dapat melawan segala reaksi infeksi-infeksi material dari dahulu, yang merupakan rintangan terhadap kemajuan keinsafan diri. Di pihak lain, orang yang tidak berbuat demikian terus meningkatkan jumlah perbuatan yang berdosa, dan ini menyiapkan badan berikut yang sesuai, misalnya badan babi atau anjing, untuk menderita reaksi-reaksi akibat segala dosa. Dunia material penuh pencemaran, dan orang yang telah diimunisasi dengan cara menerima prasādam dari Tuhan (makanan yang sudah dipersembahkan kepada Visnu) diselamatkan dari serangan, sedangkan orang yang tidak berbuat demikian dipengaruhi oleh pencemaran tersebut.
   Biji-bijian serta sayur-mayur merupakan bahan pangan. Manusia menerima berbagai jenis biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan dan sebagainya, menjadi makanan, binatang memakan sisa biji-bijian dan sayur-sayuran, rumput, tumbuhan, dan sebagainya. Manusia yang biasanya memakan daging juga harus bergantung pada penghasilan tetumbuhan agar mereka dapat memakan binatang. Karena itu, akhirnya, kita harus bergantung pada produksi ladang bukanlah pada produksi pabrik-pabrik besar. Produksi ladang disebabkan hujan secukupnya dari langit, dan hujan dikendalikan oleh dewa-dewa seperti Indra, matahari, bulan, dan sebagainya, dan semuanya hamba-hamba Tuhan. Tuhan dapat dipuaskan dengan korban-korban suci; karena itu, orang yang tidak dapat melaksanakan korban-korban suci tersebut akan mengalami kekurangan, demikianlah hukum alam. Karena itu, yajñā, khususnya sankirtana yajñā yang dianjurkan untuk jaman ini, harus dilakukan sekurang-kurangnya untuk menyelamatkan kita dari kekurangan pangan.


3.15

karma brahmodbhavaḿ viddhi
brahmākṣara-samudbhavam
tasmāt sarva-gataḿ brahma
nityaḿ yajñe pratiṣṭhitam

karma—pekerjaan; brahma—dari Veda; udbhāvam—dihasilkan; viddhi—hendaknya engkau mengetahui; brahma—Veda; akṣara—dari Brahman Yang Paling Utama (Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa); samudbhāvam—diwujudkan secara langsung; tasmāt—karena itu; sarva-gatam—berada di mana-mana; brahma—yang melampaui hal-hal duniawi; nityam—untuk selamanya; yajñe—dalam korban suci; pratiṣṭhitam—terletak.

Terjemahan
Kegiatan yang teratur dianjurkan di dalam Veda dan Veda diwujudkan secara langsung dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, yang melampaui hal-hal duniawi dan berada di mana-mana untuk selamanya dalam perbuatan korban suci.

Penjelasan
yajñārtha-karma, atau kebutuhan bekerja demi kepuasan Krishna saja, dinyatakan dengan cara yang lebih jelas dalam ayat ini. Kalau kita harus bekerja demi kepuasan yajñāpurusa, Visnu, maka kita harus menemukan arah pekerjaan dari Brahman, atau Veda yang melampaui hal-hal duniawi. Karena itu, Veda adalah rumus-rumus petunjuk untuk bekerja. Apapun yang dilakukan tanpa petunjuk dari Veda disebut vikarma, atau pekerjaan yang tidak dibenarkan atau pekerjaan yang berdosa. Karena itu, hendaknya orang selalu menerima petunjuk dari Veda agar Diri-Nya diselamatkan dari reaksi pekerjaan. Seperti halnya seseorang harus bekerja dalam kehidupan biasa atas petunjuk dari negara, begitu pula orang harus bekerja dengan cara yang serupa di bawah petunjuk negara yang paling utama, yaitu Tuhan. Petunjuk-petunjuk  dalam Veda diwujudkan secara langsung dari nafas Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Veda dinyatakan, asya mahato bhutasya nisvasitam etad yad rgvedo yajurvedo samavedo atharvangi rasaḥ. Empat Veda—yaitu, rg Veda, Yajur Veda, Sama Veda dan Atharva Veda semua berasal dari nafas Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang mulia" (Brhad-aranyaka Upanisad 4.5.11). Tuhan, sebagai Yang Mahaperkasa, dapat berbicara dengan cara tarik nafas, sebab, sebagaimana dibenarkan dalam Brahma-samhita, Tuhan mempunyai segala kekuatan untuk melakukan semua kegiatan segala indera melalui tiap-tiap indera-Nya. Dengan kata lain, Tuhan dapat bersabda melalui nafas-Nya, dan Beliau dapat menghamili melalui mata-Nya. Dinyatakan bahwa Tuhan memandang alam material, dan dengan demikian Tuhan menjadi ayah semua makhluk hidup. Sesudah menciptakan atau memasukkan roh-roh yang terikat ke dalam kandungan alam material, Beliau memberikan petunjuk dalam kebijaksanaan Veda tentang bagaimana cara roh-roh yang terikat seperti itu dapat pulang, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hendaknya kita selalu ingat bahwa roh-roh yang terikat di alam material semua ingin sekali mendapat kenikmatan material. Tetapi petunjuk-petunjuk Veda dibuat sedemikian rupa agar seseorang dapat memuaskan keinginannya yang terputar balik, kemudian kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa, setelah menyelesaikan apa yang hanya namanya saja kenikmatannya. Itu merupakan kesempatan bagi roh-roh yang terikat untuk mencapai pembebasan; karena itu, roh-roh yang terikat harus berusaha mengikuti proses yajñā dan menjadi sadar akan Krishna. Orang yang belum mengikuti aturan Veda dapat mulai mengikuti prinsip-prinsip kesadaran Krishna, dan itu akan menjadi pengganti pelaksanaan yajña-yajna atau karma-karma Veda.


3.16

evaḿ pravartitaḿ cakraḿ
nānuvartayatīha yaḥ
aghāyur indriyārāmo
moghaḿ pārtha sa jīvati

evam—demikian; pravartitam—ditetapkan oleh Veda; cakram—lingkaran; na—tidak; anuvartayāti—mulai mengikuti; iha—dalam hidup ini; yaḥ—orang yang; agha-āyuḥ—yang kehidupannya penuh dosa; indriya-ārāmaḥ—dipuaskan dalam kepuasan indera-indera; mogham—secara tidak berguna; pārtha—wahai putera Pṛthā (Arjuna); saḥ— dia; jīvati—hidup.

Terjemahan
Arjuna yang baik hati, orang yang tidak mengikuti sistem korban suci tersebut yang ditetapkan dalam Veda pasti hidup dengan cara yang penuh dosa. Siasialah kehidupan orang seperti itu yang hanya hidup untuk memuaskan indera-indera.

Penjelasan
Filsafat orang yang mendewakan uang, yaitu bekerja dengan membanting tulang dan menikmati kepuasan indera-indera" disalahkan di sini oleh Krishna. Karena itu, bagi orang yang ingin menikmati dunia material ini, lingkaran pelaksanaan yajña-yajna tersebut di atas adalah syarat mutlak. Orang yang tidak mengikuti peraturan seperti itu hidup dengan cara yang mengandung resiko besar sekali, dan dia akan semakin dikutuk. Menurut hukum alam, bentuk kehidupan manusia ini khususnya dimaksudkan untuk keinsafan diri, melalui salah satu di antara tiga cara—yaitu, karma-yoga, jñāna-yoga, atau bhakti-yoga. Rohaniwan-rohaniwan yang berada di atas dosa dan perbuatan yang baik dan buruk tidak diharuskan mengikuti pelaksanaan yajña-yajna yang telah ditetapkan secara ketat; tetapi orang yang sibuk dalam kepuasan indera-indera perlu disucikan oleh lingkaran pelaksanaan yajñā tersebut di atas. Ada berbagai jenis kegiatan. Orang yang belum sadar akan Krishna tentu saja sibuk dengan kesadaran yang dipusatkan pada indera-indera; karena itu, mereka perlu melakukan pekerjaan yang saleh. Sistem yajñā di rencanakan sedemikian rupa agar orang yang sadar akan indera-indera dapat memuaskan keinginannya tanpa menjadi terikat dalam reaksi pekerjaan untuk memuaskan indera-indera. Kemakmuran dunia tidak tergantung pada usaha-usaha pribadi kita, melainkan pada apa yang diatur di latar belakang dunia oleh Tuhan Yang Maha Esa, yang dilaksanakan secara langsung oleh para dewa. Karena itu, yajña-yajna ditujukan langsung kepada dewa-dewa tertentu yang tersebut dalam Veda. Secara tidak langsung, itu merupakan pelaksanaan kesadaran Krishna, sebab apabila seseorang menguasai pelaksanaan yajñā-yajna, pasti ia menjadi sadar akan Krishna Tetapi kalau seseorang tidak menjadi sadar akan Krishna dengan melaksanakan yajñā-yajna, maka prinsip-prinsip tersebut hanya dihitung sebagai rumus-rumus moral. Karena itu, hendaknya seseorang jangan membatasi kemajuannya hanya sampai tingkat rumus-rumus moral, tetapi sebaiknya ia melampaui rumus-rumus itu untuk mencapai kesadaran Krishna.


3.17

yas tv ātma-ratir eva syād
ātma-tṛptaś ca mānavaḥ
ātmany eva ca santuṣṭas
tasya kāryaḿ na vidyāte

yaḥ—orang yang; tu—tetapi; ātma-ratiḥ—bersenang hati dalam sang diri; evā—pasti; syāt—tetap; ātma-tṛptaḥ—diterangi sendiri; ca—dan; mānavaḥ—seorang manusia; ātmani—di dalam Diri-Nya; evā—hanya; ca—dan; santuṣṭaḥ—dipuaskan secara sempurna; tasya—milik dia; kāryam—tugas kewajiban; na—tidak; vidyāte—ada.

Terjemahan
Tetapi orang yang bersenang hati di dalam sang diri, yang hidup sebagai manusia demi keinsafan diri, dan berpuas hati di dalam sang diri saja, puas sepenuhnya—bagi orang tersebut tidak ada tugas kewajiban.

Penjelasan
Orang yang sadar akan Krishna sepenuhnya, dan puas sepenuhnya dengan perbuatannya dalam kesadaran Krishna, tidak mempunyai tugas kewajiban lagi untuk dilaksanakan. Oleh karena dia sadar akan Krishna, segala hal yang tidak baik di dalam hatinya segera disucikan, suatu efek yang dicapai sesudah melaksanakan yajñā beribu-ribu kali. Dengan menyucikan kesadaran seperti itu, seseorang yakin sepenuhnya tentang kedudukannya yang kekal berhubungan dengan Yang Mahakuasa. Dengan demikian tugas kewajibannya diterangi sendiri atas berkat karunia Tuhan, sehingga dia tidak mempunyai kewajiban lagi terhadap peraturan Veda. Orang yang sadar akan Krishna seperti itu tidak berminat lagi terhadap kegiatan material dan tidak bersenang hati lagi dalam hal-hal yang diatur di bidang material, misalnya minuman keras, main perempuan dan hal-hal lain yang memikat hati.


3.18

naiva tasya kṛtenārtho
nākṛteneha kaścana
na cāsya sarva-bhūteṣu
kaścid artha-vyapāśrayaḥ

na—tidak pernah; evā—pasti; tasya—milik dia; kṛtena—oleh pelaksanaan tugas kewajiban; arthaḥ—tujuan; na—tidak juga; akṛtena—tanpa pelaksanaan tugas kewajiban; iha—di dunia ini; kaścana—apapun; na—tidak pernah; ca—dan; asya—dari dia; sarva-bhūteṣu—di antara semua makhluk hidup; kaścit—apapun; artha—tujuan; vyapāśrayaḥ—berlindung kepada.

Terjemahan
Orang yang sudah insaf akan Diri-Nya tidak mempunyai maksud untuk dipenuhi dalam pelaksanaan tugas-tugas kewajibannya, dan dia juga tidak mempunyai alasan untuk tidak melaksanakan pekerjaan seperti itu. Dia juga tidak perlu bergantung pada makhluk hidup manapun.

Penjelasan
Tidak ada tugas yang ditetapkan lagi yang harus dilakukan oleh orang yang sudah insaf akan Diri-Nya, kecuali kegiatan dalam kesadaran Krishna. Kesadaran Krishna juga tidak berarti tidak melakukan kegiatan, sebagaimana akan dijelaskan dalam ayat-ayat berikut. Orang yang sadar akan Krishna tidak berlindung kepada kepribadian manapun—baik manusia maupun dewa. Apapun yang dilakukannya dalam kesadaran Krishna cukup dalam menunaikan tugas kewajibannya.


3.19

tasmād asaktaḥ satataḿ
kāryaḿ karma samācara
asakto hy ācaran karma
param āpnoti pūruṣaḥ

tasmāt—karena itu; asaktaḥ—tanpa ikatan; satatam—senantiasa; kāryam—sebagai kewajiban; karma—pekerjaan; samācara—melakukan; asaktaḥ—tidak terikat; hi—pasti; ācaran—melakukan; karma—pekerjaan; param—Yang Mahakuasa; āpnoti—mencapai; puruṣaḥ—seorang manusia.

Terjemahan
Karena itu hendaknya seseorang bertindak karena kewajiban tanpa terikat terhadap hasil kegiatan, sebab dengan bekerja tanpa ikatan terhadap hasil seseorang sampai kepada Yang Mahakuasa.

Penjelasan
Yang Mahakuasa adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bagi para penyembah dan pembebasan bagi orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan. Karena itu, orang yang bertindak demi Krishna, atau dalam kesadaran Krishna, di bawah bimbingan yang benar tanpa ikatan terhadap hasil pekerjaan, pasti maju menuju tujuan hidup yang paling utama. Arjuna diberitahu bahwa sebaiknya ia bertempur dalam Perang Kuruksetra demi kepentingan Krishna karena Krishna ingin supaya Arjuna bertempur. Menjadi orang baik atau orang yang tidak melakukan kekerasan adalah ikatan pribadi, tetapi bertindak atas nama Yang Mahakuasa berarti bertindak tanpa ikatan terhadap hasil. Itulah perbuatan sempurna pada tingkat tertinggi, yang dianjurkan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna.
Ritual-ritual Veda, seperti korban-korban suci yang telah ditetapkan, dilakukan untuk menyucikan kegiatan yang tidak saleh yang telah dilakukan di bidang kepuasan indera-indera. Tetapi perbuatan dalam kesadaran Krishna melampaui reaksi dari pekerjaan yang baik maupun pekerjaan yang buruk. Orang yang sadar akan Krishna tidak terikat terhadap hasil, melainkan ia bertindak atas nama Krishna saja. Dia menekuni segala jenis kegiatan, tetapi dia sama sekali tidak terikat.


3.20

karmaṇaiva hi saḿsiddhim
āsthitā janakādayaḥ
loka-sańgraham evāpi
sampaśyan kartum arhasi

karmaṇā—oleh pekerjaan; evā—walaupun; hi—pasti; saḿsiddhim—di dalam kesempurnaan; āsthitāḥ—terletak; janaka-ādayaḥ—Janaka dan raja-raja  lainnya; loka-sańgraham—rakyat umum; evā api—juga; sampaśyan—dengan mempertimbangkan; kartum—bertindak; arhasi—patut bagimu.
Terjemahan
Raja-raja  yang seperti Janaka mencapai kesempurnaan hanya dengan pelaksanaan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan. Karena itu, untuk mendidik rakyat umum, hendaknya engkau melakukan pekerjaanmu.

Penjelasan
Raja-raja  seperti Janaka, semua sudah insaf akan diri; karena itu, mereka tidak diwajibkan melakukan tugas-tugas yang telah ditetapkan dalam Veda. Walaupun demikian, mereka melaksanakan segala kegiatan yang telah ditetapkan hanya untuk memberikan contoh untuk rakyat umum. Janaka adalah ayah Sita dan mertua Sri  Rāma. Sebagai seorang penyembah
Tuhan yang mulia, dia mantap dalam kedudukan rohani, tetapi karena dia menjadi rājā  Mithila (sebagian dari propinsi Bihar di India), dia harus mengajarkan para warga negaranya cara melakukan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan. Sri Krishna dan Arjuna, kawan Krishna yang kekal, tidak perlu bertempur dalam perang Kuruksetra , tetapi mereka bertempur untuk mengajarkan rakyat umum bahwa kekerasan juga diperlukan bila argumentasi yang baik gagal dilaksanakan. Sebelum perang Kuruksetra , segala upaya telah ditempuh untuk menghindari perang, bahkan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sekalipun, tetapi pihak lawan telah bertekad. Karena itu, demi tujuan yang benar, pertempuran diperlukan. Walaupun orang yang mantap dalam kesadaran Krishna barangkali tidak mempunyai kepentingan di dunia, namun ia masih bekerja untuk mengajar rakyat cara hidup dan cara bertindak. Orang yang berpengalaman dalam kesadaran Krishna dapat bertindak dengan cara sedemikian rupa supaya orang lain akan ikut, dan hal ini dijelaskan dalam ayat berikut.


3.21

yad yad ācarati śreṣṭhas
tat tad evetaro janaḥ
sa yat pramāṇaḿ kurute
lokas tad anuvartate
yat yat—apa pun; ācarati—dia melakukan; śreṣṭhaḥ—pemimpin yang terhormat; tat—itu; tat—dan itu saja; evā—pasti; itaraḥ—umum; janaḥ—seseorang; saḥ—dia; yat—manapun; pramāṇam—teladan; kurute—melakukan; lokaḥ—seluruh dunia; tat—itu; anuvartate—mengikuti langkah-langkah.
Terjemahan
Perbuatan apapun yang dilakukan orang besar, akan diikuti oleh orang awam. Standar apa pun yang ditetapkan dengan perbuatannya sebagai teladan, diikuti oleh seluruh dunia.

Penjelasan
Rakyat umum selalu memerlukan pemimpin yang dapat mengajar rakyat dengan tingkah laku yang praktis. Seorang pemimpin tidak dapat mengajar rakyat untuk berhenti merokok kalau dia sendiri merokok. Sri  Caitanya Mahaprabhu mengatakan bahwa seharusnya tingkah laku seorang guru sudah baik bahkan sebelum dia mulai mengajar. Orang yang mengajar dengan cara seperti itu disebut ācārya, atau guru teladan. Karena itu, seorang guru harus mengikuti prinsip-prinsip śastra (Kitab Suci) untuk mengajar orang awam. Seorang guru tidak dapat membuat peraturan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Kitab-kitab Suci yang sudah diwahyukan. Kitab-kitab Suci, misalnya Manusamhita dan lain sebagainya, dianggap buku-buku  baku untuk diikuti oleh masyarakat manusia. Jadi, apa yang diajarkan oleh pemimpin seharusnya berdasarkan prinsip-prinsip śastra-śastra baku seperti itu. Orang yang ingin memperbaiki Diri-Nya harus mengikuti aturan baku sebagaimana dipraktekkan oleh para guru besar. Srimad-Bhagavatam juga membenarkan bahwa hendaknya seseorang mengikuti langkah-langkah penyembah-penyembah yang mulia, dan itulah cara maju dalam menempuh jalan keinsafan rohani. Seorang rājā , atau pemimpin negara, ayah dan guru di sekolah semua dianggap pemimpin yang wajar bagi rakyat umum yang tidak berdosa. Semua pemimpin tersebut harus memikul tanggung jawab yang besar terhadap bawahannya. Karena itu, mereka harus menguasai kitab-kitab baku yang berisi rumus-rumus moral dan rumus-rumus rohani.


3.22

na me pārthāsti kartavyaḿ
triṣu lokeṣu kiñcana
nānavāptam avāptavyaḿ
varta eva ca karmaṇi
na—tidak; me—milik-Ku; pārtha—wahai putera Pṛthā; asti—ada; kartavyam—tugas kewajiban yang ditetapkan; triṣu—di dalam tiga; lokeṣu—susunan-susunan planet; kiñcana—apapun; na—tidak sesuatupun; anavāptam—diinginkan; avāptavyam—untuk diperoleh; varte—Aku sibuk; evā—pasti; ca—juga; karmaṇi—dalam tugas kewajiban yang ditetapkan.

Terjemahan
Wahai putera Pṛthā, tidak ada pekerjaan yang ditetapkan bagiku dalam seluruh tiga susunan planet. Aku juga tidak kekurangan apapun dan Aku tidak perlu memperoleh sesuatu, namun Aku sibuk melakukan tugas-tugas kewajiban yang sudah ditetapkan.

Penjelasan
Dalam kesusasteraan Veda, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa diuraikan sebagai berikut:
tam īśvarāṇāḿ paramaḿ maheśvaraḿ
taḿ devatānāḿ paramaḿ ca daivatam
patiḿ patīnāḿ paramaḿ parastād
vidāma devaḿ bhuvaneśam īḍyam
na tasya kāryaḿ karaṇaḿ ca vidyāte
na tat-samaś cābhyadhikaś ca dṛśyate
parāsya śaktir vividhaiva śrūyate
svābhāvikī jñāna-bala-kriyā ca
Tuhan Yang Maha Esa adalah pengendali semua kepribadian lain yang juga mengendalikan, dan Beliau adalah yang paling besar di antara berbagai pemimpin planet-planet. Semua insan dikendalikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua makhluk diberi kekuatan khusus hanya oleh Tuhan Yang Maha Esa Sendiri; mereka itu bukan Yang Mahakuasa. Beliau yang sudah disembah oleh semua dewa dan Beliau adalah pemimpin yang paling utama di antara segala pemimpin. Karena itu, Beliau melampaui segala pemimpin dan pengendali material. Beliau patut disembah oleh semua orang. Tiada orang yang lebih besar daripada Beliau, dan Beliau adalah sebab utama segala sebab."
Beliau mempunyai bentuk jasmani seperti bentuk jasmani makhluk hidup biasa. Tidak ada perbedaan antara badan-Nya dan roh-Nya. Beliau bersifat mutlak. Segala indera-Nya bersifat rohani. Tiap-tiap indera-Nya dapat melakukan perbuatan tiap-tiap indera yang lain. Karena itu, tiada orang yang lebih besar dari Beliau atau sejajar dengan Beliau. Beliau mempunyai berbagai kekuatan; karena itu, perbuatan Beliau dilaksanakan secara otomatis sebagai urutan yang wajar." (Svetasvatara-Upanisad 6.7-8)
Dalam Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa segala sesuatu berada dalam kehebatan dan kebenaran sepenuhnya. Karena itu, tidak ada tugas kewajiban yang harus dilakukan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang harus menerima hasil pekerjaan mempunyai suatu tugas kewajiban yang telah ditetapkan, tetapi kepribadian yang tidak harus mencapai sesuatu dalam seluruh tiga susunan planet tentu saja tidak mempunyai tugas kewajiban. Namun Sri Krishna sibuk di medan perang Kuruksetra  sebagai pemimpin para ksatriya karena para ksatriya diikat oleh kewajiban memberikan perlindungan kepada orang yang berdukacita. Walaupun Krishna berada di atas segala peraturan Kitab-kitab Suci yang sudah diwahyukan, Beliau tidak melakukan sesuatu yang melanggar Kitab-kitab Suci.


3.23

yadi hy ahaḿ na varteyaḿ
jātu karmaṇy atandritaḥ
mama vartmānuvartante
manuṣyāḥ pārtha sarvaśaḥ

yādi—kalau; hi—pasti; aham—Aku; na—tidak; varteyam—menjadi sibuk seperti itu; jātu——pernah; karmaṇi—dalam pelaksanaan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan; atandritaḥ—dengan teliti sekali; mama—milik -Ku; vartma—jalan; anuvartante—akan mengikuti; manuṣyāḥ—semua orang; pārtha—wahai putera Pṛthā; sarvāsaḥ—dalam segala hal.
Terjemahan
Sebab kalau Aku pernah gagal menekuni pelaksanaan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan dengan teliti, tentu saja semua orang akan mengikuti jalan-Ku, wahai putera Pārtha.

Penjelasan
Untuk memelihara keseimbangan ketenangan masyarakat demi kemajuan dalam kehidupan rohani, ada hal-hal yang digunakan oleh keluarga menurut tradisi yang dimaksudkan untuk tiap-tiap manusia yang berada. Aturan dan peraturan seperti itu dimaksudkan untuk roh-roh yang terikat bukan untuk Sri Krishna, namun oleh karena Beliau turun untuk menegakkan prinsip-prinsip dharma, Beliau mengikuti peraturan yang telah ditetapkan. Kalau tidak demikian, orang awam akan mengikuti langkah-langkah-Nya, sebab Beliau adalah Penguasa tertinggi. Dari Srimad-Bhagavatam, dimengerti bahwa Sri Krishna melakukan segala tugas keagamaan di rumah dan di luar rumah, sebagaimana diharuskan untuk orang yang berumah tangga.


3.24

utsīdeyur ime lokā
na kuryāḿ karma ced aham
sańkarasya ca kartā syām
upahanyām imāḥ prajāḥ

utsīdeyuḥ—akan hancur; ime—semua ini; lokaḥ—dunia-dunia; na—tidak; kuryām—Aku melakukan; karma—tugas-tugas kewajiban yang sudah ditetapkan; cet—kalau; aham—Aku; sańkarasya—milik penduduk yang tidak diinginkan; ca—dan; kartā—pencipta; syām—akan menjadi; upahanyām—akan membinasakan; imāḥ—semua ini; prajāḥ—para makhluk hidup.

Terjemahan
Kalau Aku tidak melakukan tugas-tugas kewajiban yang sudah ditetapkan, maka semua dunia ini akan hancur. Kalau Aku berbuat demikian, berarti Aku menyebabkan penduduk yang tidak dinginkan diciptakan, dan dengan demikian Aku menghancurkan kedamaian semua makhluk hidup.

Penjelasan
Varṇa-sańkara adalah semua penduduk yang tidak diinginkan, yang akan mengganggu kedamaian rakyat umum. Untuk membatasi gangguan tersebut dalam masyarakat, ada aturan dan peraturan yang memungkinkan penduduk dengan sendirinya dapat menjadi damai dan teratur demi kemajuan rohani dalam hidupnya. Bila Sri Krishna turun, sewajarnya Beliau memperlakukan aturan dan peraturan seperti itu dengan cara sedemikian rupa untuk memelihara prestasi dan keperluan serta pelaksanaan hal-hal yang penting seperti itu. Krishna adalah ayah bagi semua makhluk hidup, dan kalau para makhluk hidup disesatkan, maka secara tidak langsung Tuhanlah yang memikul tanggung jawab. Karena itu, bilamana prinsip-prinsip yang mengatur dialpakan oleh rakyat umum, maka Tuhan Sendiri turun dan memperbaiki masyarakat. Akan tetapi, hendaknya kita memperhatikan dengan seksama bahwa walaupun kita harus mengikuti langkah-langkah Tuhan, kita harus ingat bahwa kita tidak dapat meniru Beliau. Mengikuti dan meniru tidak sejajar. Kita tidak dapat meniru Tuhan dengan mengangkat Bukit Govardhana, seperti yang dilakukan oleh Krishna pada waktu Beliau masih anak-anak. Itu mustahil bagi manusia manapun. Kita harus mengikuti ajaran Tuhan, tetapi kita sama sekali tidak boleh meniru Beliau. Kenyataan ini dibenarkan dalam Srimad-Bhagavatam (10.33.30-31):
naitat samācarej jātu
manasāpi hy anīśvaraḥ
vinaśyaty ācaran mauḍhyād
yathā 'rudro 'bdhi-jaḿ viṣam
īśvarāṇāḿ vacaḥ satyaḿ
tathāivācaritaḿ kvacit
teṣāḿ yat sva-vaco-yuktaḿ
buddhimāḿs tat samācaret
Hendaknya seseorang hanya mengikuti ajaran Tuhan dan hamba-hamba Beliau yang telah dikuasakan. Ajaran mereka baik bagi semuanya, dan setiap orang cerdas akan melaksanakan sebagaimana diajarkan. Akan tetapi, hendaknya seseorang hati-hati jangan sampai dia mencoba meniru perbuatan mereka. Hendaknya seseorang janganlah mencoba meminum lautan racun untuk meniru Dewa Siva."
   Hendaknya kita selalu memandang kedudukan para Isvara, atau mereka yang sungguh-sungguh mengendalikan gerak matahari dan bulan, sebagai kedudukan yang lebih tinggi. Tanpa kekuatan para Isvara, seseorang tidak dapat meniru para Isvara yang maha perkasa. Dewa Siva minum lautan racun, tetapi kalau orang awam mencoba minum racun seperti itu sebanyak satu tetes saja, dia akan segera mati. Ada banyak penyembah Dewa Siva yang palsu yang ingin menghisap ganja dan menggunakan obat bius yang serupa. Mereka lupa bahwa dengan meniru perbuatan Dewa Siva, mereka memanggil maut untuk mendekat. Begitu pula, ada beberapa penyembah Krishna yang palsu yang lebih suka meniru Krishna dalam tarian cinta rasa-lila-Nya. Mereka lupa bahwa mereka tidak sanggup mengangkat Bukit Govardhana. Karena itu, sebaiknya siapapun janganlah mencoba meniru kepribadian yang perkasa, tetapi hanya mengikuti ajaran mereka; dan hendaknya pula orang tidak dan jangan berusaha menduduki jabatan-jabatan mereka tanpa memiliki kwalifikasi. Ada begitu banyak titisan" Tuhan yang tidak mempunyai kekuatan Tuhan Yang Maha Esa.

3.25

saktāḥ karmaṇy avidvāḿso
yathā kurvanti bhārata
kuryād vidvāḿs tathāsaktaś
cikīrṣur loka-sańgraham

saktāḥ—dengan menjadi terikat; karmaṇi—dengan tugas-tugas yang telah ditetapkan; avidvāḿsaḥ—orang bodoh; yathā—sejauh mana; kurvanti—mereka melakukan; Bhārata—wahai putera keluarga Bhārata ; kuryāt—harus melakukan; vidvān—orang bijaksana; tathā—demikian; asaktaḥ—tanpa ikatan; cikirsuh—dengan keinginan untuk memimpin; loka-sańgraham—rakyat umum.

Terjemahan
Seperti halnya orang bodoh melakukan tugas-tugas kewajibannya dengan ikatan terhadap hasil, begitu pula orang bijaksana dapat bertindak dengan cara yang serupa, tetapi tanpa ikatan, dengan tujuan memimpin rakyat dalam menempuh jalan yang benar.

Penjelasan
Orang yang sadar akan Krishna dan orang yang tidak sadar akan Krishna dibedakan menurut keinginan yang berbeda. Orang yang sadar akan Krishna tidak melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk mengembangkan kesadaran Krishna. Barangkali ia bertindak persis seperti orang bodoh yang terlalu terikat terhadap kegiatan material, tetapi orang bodoh sibuk dalam kegiatan seperti itu untuk memuaskan kepuasan indera-indera, sedangkan yang lain sibuk untuk memuaskan Krishna. Karena itu, orang yang sadar akan Krishna diperlukan untuk memperlihatkan cara bertindak dan cara menggunakan hasil perbuatan untuk tujuan kesadaran Krishna kepada rakyat.


3.26

na buddhi-bhedaḿ janayed
ajñānāḿ karma-sańginām
joṣayet sarva-karmaṇi
vidvān yuktaḥ samācaran

na—tidak; buddhi-bhedam—pengacauan kecerdasan; janayet—hendaknya ia menyebabkan; ajñānām—terhadap orang bodoh; karma-sańginām—yang terikat kepada pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil; joṣayet—hendaknya dia menggabungkan; sarva—semua; karmaṇi—pekerjaan; vidvān—orang bijaksana; yuktaḥ—dijadikan sibuk; samācaran—mempraktekkan.

Terjemahan
Agar tidak mengacaukan pikiran orang bodoh yang terikat terhadap hasil atau pahala dari tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan, hendaknya orang bijaksana jangan menyuruh mereka berhenti bekerja. Melainkan, sebaiknya ia bekerja dengan semangat bhakti dan menjadikan mereka sibuk dalam segala jenis kegiatan (untuk berangsur-angsur mengembangkan kesadaran Krishna).

Penjelasan
Vedais ca sarvair aham eva vedyah. Itulah tujuan segala ritual Veda. Segala ritual, segala pelaksanaan korban suci, dan segala sesuatu yang tercantum dalam Veda, termasuk pula segala petunjuk untuk kegiatan material, dimaksudkan untuk mengerti tentang Krishna, tujuan tertinggi dalam kehidupan. Tetapi oleh karena roh-roh yang terikat tidak mengenal sesuatu pun di luar kepuasan indera-indera, mereka mempelajari Veda dengan tujuan itu. Tetapi melalui kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil dan kepuasan indera-indera yang diatur oleh ritual-ritual Veda, berangsur-angsur seseorang diangkat sampai tingkat kesadaran Krishna. Karena itu, orang yang sudah insaf akan Diri-Nya dalam kesadaran Krishna hendaknya jangan mengganggu orang lain dalam kegiatan maupun pengertian mereka, melainkan sebaiknya ia bertindak dengan memperlihatkan bagaimana hasil segala pekerjaan dapat dipersembahkan untuk bhakti kepada Krishna. Orang bijaksana yang sadar akan Krishna barangkali bertindak dengan cara supaya orang bodoh yang bekerja demi kepuasan indera-indera dapat belajar cara bertindak dan cara berbuat. Walaupun orang bodoh hendaknya tidak diganggu dalam kegiatannya, namun orang yang sudah maju sedikit dalam kesadaran Krishna dapat diajak menekuni bhakti kepada Tuhan secara langsung tanpa menunggu rumus-rumus Veda lainnya. Orang yang beruntung tersebut tidak perlu mengikuti ritual-ritual Veda, sebab dengan kesadaran Krishna secara langsung, seseorang dapat memperoleh segala hasil yang dapat diperoleh dengan cara mengikuti tugas-tugas yang telah ditetapkan untuk Diri-Nya.


3.27

prakṛteḥ kriyamāṇāni
guṇaiḥ karmaṇi sarvaśaḥ
ahańkāra-vimūḍhātmā
kartāham iti manyate

prakṛteḥ—dari alam material; kriyamāṇāni—dengan dilakukan; guṇaiḥ—oleh sifat-sifat; karmaṇi—kegiatan; sarvāsaḥ—segala jenis; ahańkāra-vimūḍha—dibingungkan oleh keakuan palsu; ātmā—sang roh; kartā—pelaku; aham—aku; iti—demikian; manyate—dia berpikir.

Terjemahan
Sang roh yang dibingungkan oleh pengaruh keakuan palsu menganggap Diri-Nya pelaku kegiatan yang sebenarnya dilakukan oleh tiga sifat alam material.

Penjelasan
Ada dua orang, yang satu sadar akan Krishna dan yang lain dalam kesadaran material. Barangkali kelihatannya dua orang tersebut bekerja pada tingkat yang sama, tetapi kedudukan mereka masing-masing jauh berbeda. Orang yang kesadarannya duniawi diyakinkan oleh keakuan yang palsu bahwa Diri-Nya melakukan segala sesuatu. Dia tidak mengetahui bahwa mesin badan dihasilkan oleh alam material, yang bekerja di bawah pengawasan Tuhan Yang Maha Esa. Orang duniawi tidak mempunyai pengetahuan bahwa pada hakekatnya Diri-Nya dikendalikan oleh Krishna. Orang di bawah pengaruh keakuan yang palsu menerima segala pujian karena Diri-Nya telah melakukan segala sesuatu secara tersendiri, dan itulah gejala kebodohannya. Dia tidak mengetahui bahwa badan kasar dan badan halus ini diciptakan oleh alam material, di bawah perintah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan karena itu kegiatan jiwa dan raganya hendaknya dijadikan tekun dalam bhakti kepada Krishna, dalam kesadaran Krishna. Orang bodoh lupa bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bernama Hrsikesa, atau Penguasa indera-indera badan jasmani. Dia lupa karena sudah lama menyalahgunakan indera-inderanya untuk kepuasan indera-indera, sehingga ia sungguh-sungguh dibingungkan oleh keakuan yang palsu, yang menyebabkan ia melupakan hubungannya yang kekal dengan Krishna.


3.28

tattva-vit tu mahā-bāho
guṇa-karma-vibhāgayoḥ
guṇā guṇeṣu vartanta
iti matvā na sajjate

tattva-vit—orang yang mengenal Kebenaran Mutlak; tu—tetapi; mahā-bāho—wahai yang berlengan perkasa; guṇa-karma—pekerjaan di bawah pengaruh material; vibhāgayoḥ—perbedaanperbedaan; guṇāḥ—indera-indera; guṇeṣu—dalam kepuasan indera-indera; vartante—dijadikan tekun; iti—demikian; matvā—berpikir; na—tidak pernah; sajjate—menjadi terikat.
Terjemahan
Orang yang memiliki pengetahuan tentang Kebenaran Mutlak tidak menjadi sibuk dalam indera-indera dan kepuasan indera-indera, sebab ia mengetahui dengan baik perbedaan antara pekerjaan dalam bhakti dan pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala, wahai yang berlengan perkasa.

Penjelasan
Orang yang mengetahui tentang Kebenaran Mutlak yakin bahwa kedudukan Diri-Nya sulit dalam hubungan material. Dia mengetahui bahwa Diri-Nya adalah bagian dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, yang mempunyai sifat yang sama seperti Krishna, dan bahwa hendaknya ia jangan tetap tinggal di dalam ciptaan material. Dia mengetahui identitasnya yang sejati sebagai bagian dari Yang Mahakuasa yang mempunyai sifat sama seperti Yang Mahakuasa. Yang Mahakuasa mempunyai sifat kebahagiaan dan pengetahuan yang kekal. Dia menginsafi bahwa entah bagaimana ia terperangkap dalam paham hidup duniawi. Dalam keadaan kehidupannya yang murni, dia dimaksudkan untuk menggabungkan kegiatannya dalam bhakti kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna. Karena itu, dia menekuni kegiatan kesadaran Krishna dan sewajarnya tidak terikat terhadap kegiatan indera-indera material, yang semua tergantung pada keadaan dan bersifat sementara. Dia mengetahui bahwa keadaan hidupnya yang bersifat material dibawah Kemahakuasaan Tuhan; karena itu, dia tidak digoyahkan sama sekali oleh segala jenis reaksi material. Dia menganggap reaksi-reaksi material sebagai karunia Tuhan. Menurut Srimad-Bhagavatam, orang yang mengenal Kebenaran Mutlak dalam tiga aspek yang berbeda—yaitu Brahman, Paramatma dan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa—disebut tattva-vit, sebab dia juga mengetahui kedudukannya yang nyata berhubungan dengan Yang Mahakuasa.


3.29

prakṛter guṇa-sammūḍhāḥ
sajjante  guṇa-karmasu
tān akṛtsna-vido mandān
kṛtsna-vin na vicālayet

prakṛteḥ—dari alam material; guṇa—oleh sifat-sifat; sammūḍhāḥ—dibodohkan karena mempersamakan diri dengan hal-hal material; sajjante—mereka menjadi sibuk; guṇa-karmasu—dalam kegiatan material; tān—itu; akṛtsna-vidaḥ—orang yang kekurangan pengetahuan; mandān—malas untuk mengerti keinsafan diri; kṛtsna-vit—orang yang mempunyai pengetahuan yang nyata; na—tidak; vicālayet—hendaknya berusaha menggoyahkan.

Terjemahan
Oleh karena orang bodoh dibingungkan oleh sifat-sifat alam material, maka mereka sepenuhnya menekuni kegiatan material hingga menjadi terikat. Tetapi sebaiknya orang bijaksana jangan menggoyahkan mereka, walaupun tugas-tugas tersebut lebih rendah karena yang melakukan tugas-tugas itu kekurangan pengetahuan.

Penjelasan
Orang yang tidak memiliki pengetahuan menyamakan diri secara palsu dengan kesadaran material yang kasar dan penuh julukan material. Badan adalah berkat dari alam material, dan orang yang terlalu terikat terhadap kesadaran jasmani disebut manda, atau orang malas yang tidak mengerti tentang sang roh. Orang bodoh menganggap badan adalah Diri-Nya; hubungan-hubungan jasmani dengan orang lain dianggap sebagai sanak keluarga; tanah tempat badan diperoleh adalah obyek sembahyang; dan rumus-rumus ritual keagamaan dianggap tujuan dengan sendirinya. Kegiatan sosial, nasionalisme, dan perikemanusiaan adalah beberapa kegiatan bagi orang yang mempunyai julukan material seperti itu. Terpesona oleh julukan seperti itu, mereka selalu sibuk di bidang material. Bagi mereka keinsafan rohani adalah dongeng, sehingga mereka tidak tertarik. Akan tetapi, orang yang sudah dibebaskan dari kebodohan dalam kehidupan rohani hendaknya jangan berusaha menggoyahkan orang yang terikat dalam kegiatan material seperti itu. Lebih baik menjalankan kegiatan rohani sendiri secara diam. Orang yang dibingungkan seperti itu barangkali sibuk mengikuti prinsip-prinsip moral tingkat dasar, misalnya tidak melakukan kekerasan dan pekerjaan kedermawanan material yang serupa.
Orang bodoh tidak dapat menghargai kegiatan dalam kesadaran Krishna; karena itu, Sri Krishna menasehati kita supaya jangan menggoyahkan mereka dan hanya memboroskan waktu yang berharga. Tetapi para penyembah Tuhan lebih murah hati daripada Tuhan Sendiri, sebab mereka dapat mengerti maksud Krishna. Karena itu, mereka mengambil segala jenis resiko, bahkan sampai mendekati orang-orang bodoh dan berusaha membimbing mereka supaya tekun dalam perbuatan kesadaran Krishna, yang merupakan kebutuhan mutlak manusia.


3.30

mayi sarvāṇi karmaṇi
sannyasyādhyātma-cetasā
nirāśīr nirmamo bhūtvā
yudhyasva vigata-jvaraḥ
mayi—kepada-Ku; sarvāni—segala jenis; karmaṇi—kegiatan; sannyasya—meninggalkan sepenuhnya; adhyātma—dengan pengetahuan lengkap tentang sang diri; cetasā—oleh kesadaran; nirāśīḥ—tanpa keinginan untuk keuntungan; nirmamaḥ—tanpa hak milik; bhūtvā—menjadi demikian; yudhyasva—bertempur; vigata-jvaraḥ—tanpa menjadi malas.

Terjemahan
O Arjuna, karena itu, dengan menyerahkan segala pekerjaanmu kepada-Ku, dengan pengetahuan sepenuhnya tentang-Ku, bebas dari keinginan untuk keuntungan, tanpa tuntutan hak milik, dan bebas dari sifat malas, bertempurlah.

Penjelasan
Ayat ini menunjukkan maksud Bhagavad-gita dengan jelas. Krishna mengajarkan bahwa orang harus menjadi sadar akan Krishna sepenuhnya untuk melaksanakan tugas kewajiban, seolah-olah dalam disiplin militer. Perintah seperti itu barangkali menimbulkan sedikit kesulitan. Walaupun demikian, tugas-tugas kewajiban harus dilaksanakan, dengan bergantung kepada Krishna, sebab itulah kedudukan dasar makhluk hidup. Makhluk hidup tidak mungkin berbahagia lepas dari kerjasama dengan Tuhan Yang Maha Esa, sebab kedudukan dasar kekal makhluk hidup ialah kedudukan menaklukkan diri pada kehendak Tuhan. Karena itu, Arjuna disuruh bertempur oleh Sri Krishna seolah-olah Krishna menjadi komandannya dalam tentara. Seseorang harus mengorbankan segala sesuatu demi kehendak Tuhan Yang Maha Esa yang baik, dan pada waktu yang sama melakukan tugas-tugas kewajiban tanpa menuntut hak milik. Arjuna tidak harus mempertimbangkan perintah Krishna; dia hanya harus melaksanakan perintah Beliau. Tuhan Yang Maha Esa adalah Roh Yang Utama bagi semua roh; karena itu, orang yang bergantung sepenuhnya kepada Roh Yang Utama tanpa pertimbangan pribadi, atau dengan kata lain, orang sadar akan Krishna sepenuhnya, disebut adhyātmacetas, nirāśīḥ berarti seseorang harus bertindak atas perintah atasan tetapi hendaknya jangan mengharapkan hasil atau pahala. Seorang kasir barangkali menghitung uang sebanyak bermiliyard-miliyard rupiah untuk majikannya, tetapi dia tidak menuntut satu rupiahpun untuk Diri-Nya. Begitupula, orang harus menginsafi bahwa tiada sesuatupun di dunia ini yang dimiliki oleh seseorang secara pribadi, melainkan segala sesuatu adalah milik Tuhan Yang Maha Esa. Itulah arti sejati kata mayi, atau kepada-Ku." Apabila seseorang bertindak dalam kesadaran Krishna seperti itu, pasti dia tidak menuntut hak milik atas segala sesuatu. Kesadaran ini disebut nirmama, atau tiada sesuatu yang menjadi milik saya." Kalau ada rasa enggan untuk melaksanakan perintah yang tegas itu, yang tidak mempertimbangkan apa yang disebut sanak keluarga dalam hubungan jasmani, maka rasa enggan tersebut hendaknya dibuang. Dengan cara demikian, seseorang dapat menjadi vigata jvara atau bebas dari demam mental atau sifat malas. Semua orang mempunyai jenis pekerjaan tertentu yang harus dilaksanakan menurut sifat dan kedudukannya, dan segala tugas kewajibannya itu dapat dilaksanakan dalam kesadaran Krishna, sebagaimana diuraikan di atas. Itu akan membawa Diri-Nya sampai jalan menuju pembebasan.


3.31

ye me matam idaḿ nityam
anutiṣṭhanti mānavāḥ
śraddhāvanto 'nasūyanto
mucyante te 'pi karmabhiḥ

ye—orang-orang yang; me—milik-Ku; matam—perintah-perintah; idam—yang ini; nityam—sebagai fungsi yang kekal; anutiṣṭhanti—melaksanakan secara teratur; mānavāḥ—manusia; śraddhā-vantaḥ—dengan keyakinan dan bhakti; anasūyantaḥ—tanpa rasa iri; mucyante—menjadi bebas; te—semua nya; api—walaupun; karmabhiḥ—dari ikatan hukum perbuatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil.

Terjemahan
Orang yang melakukan tugas-tugas kewajibannya menurut perintah-perintah-Ku dan mengikuti ajaran ini dengan setia, bebas dari rasa iri, dibebaskan dari ikatan perbuatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil.

Penjelasan
Perintah dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Krishna, adalah hakekat segala kebijaksanaan Veda. Karena itu, perintah Krishna benar untuk selamanya tanpa kecuali. Veda adalah kekal. Begitu pula kebenaran kesadaran Krishna ini juga kekal. Hendaknya orang yakin dengan teguh terhadap perintah tersebut, tanpa merasa iri kepada Krishna. Ada banyak filosof yang mengarang tafsiran tentang Bhagavad-gita tetapi tidak percaya kepada Krishna. Mereka tidak akan pernah mencapai pembebasan dari ikatan perbuatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala. Tetapi walaupun orang biasa yang percaya dengan teguh terhadap perintah-perintah Krishna yang kekal, tidak sanggup melaksanakan perintah-perintah itu, ia mencapai pembebasan dari ikatan hukum karma. Pada awal kesadaran Krishna, barangkali seseorang belum melaksanakan perintah-perintah Krishna sepenuhnya, tetapi oleh karena dia tidak benci terhadap prinsip tersebut dan bekerja dengan tulus ikhlas tanpa memikirkan kekalahan dan keputus-asaan, pasti dia akan diangkat sampai tingkat kesadaran Krishna yang murni.

3.32

ye tv etad abhyasūyanto
nānutiṣṭhanti me matam
sarva-jñāna-vimūḍhāḿs tān
viddhi naṣṭān acetasāḥ

ye—mereka itu; tu—akan tetapi; etat—ini; abhyasūyantaḥ—dari rasa iri; na—tidak; anutiṣṭhanti—melakukan secara teratur; me—milik-Ku; matam—perintah; sarvajñāna—dalam segala jenis pengetahuan; vimūḍhān—dijadikan bodoh secara sempurna; tān—mereka adalah; viddhi—ketahuilah dengan baik; naṣṭān—semua dihancurkan; acetasāḥ—tanpa kesadaran Krishna.

Terjemahan
Tetapi orang yang tidak mengikuti ajaran ini secara teratur karena rasa iri dianggap kehilangan segala pengetahuan, dijadikan bodoh, dan dihancurkan dalam usahanya untuk mencari kesempurnaan.

Penjelasan
Kelemahan kalau seseorang tidak sadar akan Krishna dinyatakan di sini dengan jelas. Seperti halnya ada hukuman kalau seseorang tidak mematuhi perintah pemimpin pelaksana tertinggi, begitu pula, tentu saja ada hukuman kalau seseorang tidak mematuhi perintah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang tidak patuh, walau dia orang yang paling besar sekalipun, bodoh terhadap Diri-Nya sendiri, terhadap Brahman Yang Paling Utama, terhadap Paramatma dan terhadap Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa karena hatinya kosong. Karena itu tidak ada harapan kesempurnaan hidup bagi orang itu.


3.33

sadṛśaḿ ceṣṭate svasyāḥ
prakṛter jñānavān api
prakṛtiḿ yānti bhūtāni
nigrahaḥ kiḿ kariṣyati

sadṛśam—sesuai dengan; ceṣṭate—berusaha; svasyāḥ—oleh milik Diri-Nya; prakṛteḥ—sifat-sifat alam; jñāna-vān—bijaksana; api—walaupun; prakṛtim—alam; yānti—menjalani; bhūtāni—semua makhluk hidup; nigrahaḥ—pengekangan; kim—apa; kariṣyāti—dapat mencapai.

Terjemahan
Orang yang berpengetahuanpun bertindak menurut sifatnya sendiri, sebab semua orang mengikuti sifat yang telah diperolehnya dari tiga sifat alam. Karena itu apa yang dapat dicapai dengan pengekangan?

Penjelasan
Kalau seseorang belum mantap pada tingkat rohani kesadaran Krishna, ia tidak dapat dibebaskan dari pengaruh sifat-sifat alam material, sebagaimana dibenarkan oleh Krishna dalam Bab Tujuh (7.14). Karena itu, orang yang paling terdidik sekalipun di bidang material tidak mungkin keluar dari ikatan mayā  hanya dengan pengetahuan teori, atau dengan memisahkan sang roh dari badan. Ada banyak orang yang hanya namanya saja rohaniwan yang secara lahiriah menyamar seolah-olah mereka sudah maju di bidang ilmu pengetahuan rohani, tetapi di dalam hati atau secara sembunyi-sembunyi mereka sepenuhnya di bawah sifat-sifat alam tertentu yang tidak dapat dilampauinya. Menurut perguruan tinggi, mungkin seseorang berpengetahuan tinggi, tetapi oleh karena pergaulannya dengan alam material sejak lama, dia berada dalam ikatan. Kesadaran Krishna membantu seseorang untuk keluar dari ikatan material, walaupun barangkali dia sibuk dalam tugas-tugas yang sudah ditetapkan untuknya menurut kehidupan material. Karena itu, tanpa menjadi sadar akan Krishna sepenuhnya, hendaknya orang jangan meninggalkan tugas-tugas kewajibannya. Hendaknya orang jangan tiba-tiba meninggalkan tugas-tugas kewajibannya dan menjadi apa yang hanya namanya saja yogi atau rohaniwan dengan cara yang tidak wajar. Lebih baik menjadi mantap dalam kedudukan sendiri dan berusaha mencapai kesadaran Krishna di bawah latihan yang lebih tinggi. Dengan demikian, ia dapat menjadi bebas dari cengkraman mayā  Krishna.


3.34

ndriyasyendriyasyārthe
rāga-dveṣau vyavasthitau
tayor na vaśam āgacchet
tau hy asya paripanthinau

indriyasya—mengenai indera-indera; indriyasya arthe—di dalam obyek-obyek indera; rāga—ikatan; dveṣau—juga dalam ketidakterikatan; vyavasthitau—menempatkan di bawah aturan; tayoḥ—dari mereka; na—tidak pernah; vaśam—pengendalian; āgacchet—orang harus datang; tau—yang itu; hi—pasti; asya—milik dia; paripanthinau—batu-batu rintangan.
Terjemahan
Ada prinsip-prinsip untuk mengatur ikatan dan rasa tidak suka berhubungan dengan indera-indera dan obyek-obyeknya. Hendaknya seseorang jangan dikuasai oleh ikatan dan rasa tidak suka seperti itu, sebab hal-hal itu merupakan batu-batu rintangan pada jalan menuju keinsafan diri.

Penjelasan
Orang yang sadar akan Krishna sewajarnya enggan menjadi sibuk dalam kepuasan indera-indera material. Tetapi orang yang belum sadar seperti itu sebaiknya mengikuti aturan dan peraturan dari Kitab-kitab Suci. Kenikmatan indera-indera secara tidak terbatas adalah sebab kurungan material, tetapi orang yang mengikuti aturan dan peraturan Kitab Suci tidak terikat oleh obyek-obyek indera. Misalnya, kenikmatan hubungan suami isteri adalah sesuatu yang diperlukan oleh roh terikat, dan kenikmatan hubungan suami isteri diperbolehkan dengan izin hubungan pernikahan. Menurut aturan Kitab Suci, orang dilarang mengadakan hubungan suami isteri dengan wanita selain isterinya sendiri. Semua wanita lainnya harus dianggap sebagai ibu. Tetapi walaupun ada peraturan seperti itu, seorang laki-laki masih cenderung mengadakan hubungan suami isteri dengan wanita lain. Kecenderungan-kecenderungan tersebut harus dibatasi; kalau tidak, kecenderungan-kecenderungan itu akan menjadi batu-batu rintangan pada jalan menuju keinsafan diri. Selama badan jasmani masih ada, kebutuhan badan jasmani diperbolehkan, tetapi di bawah aturan dan peraturan. Walaupun demikian, hendaknya kita jangan bergantung pada pengendalian izin-izin seperti itu. Orang harus mengikuti aturan dan peraturan tersebut tanpa ikatan terhadap aturan dan peraturan itu, sebab mempraktekkan kepuasan indera indera di bawah aturan dan peraturan juga dapat membawa seseorang hingga ia tersesat—seperti halnya kemungkinan kecelakaan selalu ada, bahkan di jalan raya sekalipun. Jalan dipelihara dengan teliti sekali, tetapi tidak ada orang yang dapat menjamin bahwa tidak ada bahaya di jalan yang paling aman sekalipun. Semangat untuk menikmati indera-indera sudah berlangsung sejak dahulu kala, akibat pergaulan material. Karena itu, walaupun ada kenikmatan indera-indera secara teratur, masih ada kemungkinan seseorang akan jatuh. Karena itu, ikatan manapun terhadap kenikmatan indera-indera secara teratur juga harus dihindari dengan segala upaya. Tetapi ikatan terhadap kesadaran Krishna, atau selalu bertindak dalam pengabdian dengan cinta-bhakti kepada Krishna, melepaskan seseorang dari ikatan terhadap segala jenis kegiatan indera-indera. Karena itu, hendaknya orang jangan berusaha melepaskan ikatan terhadap kesadaran Krishna pada tingkatan hidup manapun. Seluruh tujuan ketidakterikatan terhadap segala jenis ikatan indera-indera akhirnya dimaksudkan untuk menjadi mantap pada tingkat kesadaran Krishna.


3.35

śreyān sva-dharmo viguṇaḥ
para-dharmāt sv-anuṣṭhitāt
sva-dharme nidhanaḿ śreyaḥ
para-dharmo bhayāvahaḥ
 
śreyān—jauh lebih baik; sva-dharmaḥ—tugas kewajiban yang ditetapkan untuk seseorang; viguṇaḥ—walaupun ada kesalahan; para-dharmāt—daripada tugas-tugas kewajiban yang disebut untuk orang lain; su-anuṣṭhitāt—dilaksanakan secara sempurna; sva-dharme—dalam tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan untuk seseorang; nidhanam—kemusnahan; śreyaḥ—lebih baik; para-dharmaḥ—tugas-tugas kewajiban yang ditetapkan untuk orang lain; bhaya-āvahaḥ—berbahaya.
Terjemahan
Jauh lebih baik melaksanakan tugas-tugas kewajiban yang sudah ditetapkan untuk diri kita, walaupun kita berbuat kesalahan dalam tugas-tugas itu, daripada melakukan tugas kewajiban orang lain secara sempurna. Kemusnahan sambil melaksanakan tugas kewajiban sendiri lebih baik daripada menekuni tugas kewajiban orang lain, sebab mengikuti jalan orang lain berbahaya.

Penjelasan
Karena itu, sebaiknya orang melaksanakan tugas kewajiban yang ditetapkan untuk Diri-Nya dalam kesadaran Krishna sepenuhnya daripada tugas kewajiban yang ditetapkan untuk orang lain. Secara material, tugas-tugas kewajiban adalah tugas-tugas yang diperintahkan menurut keadaan jiwa dan raga seseorang di bawah pesona sifat-sifat alam material. Tugas-tugas rohani adalah menurut perintah sang guru kerohanian, demi pengabdian rohani kepada Krishna. Tetapi baik secara material maupun secara rohani, hendaknya orang berpegang teguh pada tugas-tugas kewajiban yang sudah ditetapkan untuk Diri-Nya bahkan sampai saat meninggal, daripada meniru tugas kewajiban orang lain. Tugas-tugas kewajiban pada tingkat rohani dan tugas-tugas kewajiban pada tingkat material barangkali berbeda, tetapi  rinsip mengikuti bimbingan yang dibenarkan selalu baik bagi orang yang melakukannya. Kalau seseorang masih di bawah pesona sifat-sifat alam material, hendaknya mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan untuk kedudukannya yang khusus dan sebaiknya jangan meniru orang lain. Misalnya, seorang brahmaṇā, yang berada dalam sifat kebaikan, tidak melakukan kekerasan, sedangkan seorang ksatriya, yang berada di dalam sifat nafsu, diizinkan melakukan kekerasan. Karena itu, seorang ksatriya lebih baik musnah sambil mengikuti peraturan kekerasan daripada meniru seorang brahmaṇā yang mengikuti prinsip-prinsip tidak melakukan kekerasan. Semua orang harus menyucikan hatinya dengan proses tahap demi tahap, bukan secara serentak. Akan tetapi, apabila seseorang melampaui sifat-sifat alam material dan menjadi mantap sepenuhnya dalam kesadaran Krishna, ia dapat melakukan apapun dan segala sesuatu di bawah bimbingan seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya. Pada tahap kesadaran Krishna yang sempurna tersebut, seorang ksatriya, boleh bertindak sebagai brahmaṇā, atau seorang brahmaṇā, boleh bertindak sebagai seorang ksatriya. Pada tingkat rohani, perbedaan dunia material tidak berlaku. Misalnya, Visvamitra semula menjadi ksatriya, tetapi kemudian dia bertindak sebagai brahmaṇā, sedangkan Parasurama adalah seorang brahmaṇā, tetapi kemudian ia bertindak sebagai ksatriya. Oleh karena mereka mantap pada kedudukan rohani, mereka dapat melakukan demikian, tetapi selama seseorang masih berada pada tingkat material, ia harus melaksanakan tugas-tugas kewajibannya menurut sifat-sifat alam material. Pada waktu yang sama, ia harus mengerti kesadaran Krishna sepenuhnya.


3.36

Arjuna uvāca
atha kena prayukto 'yaḿ
pāpaḿ carati pūruṣaḥ
anicchann api vārṣṇeya
balād iva niyojitaḥ
Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; atha—kemudian; kena—oleh apa; prayuktaḥ—didorong; ayam—satu; pāpam—dosa; carati—melakukan; puruṣaḥ—seorang manusia; anicchan—tanpa menginginkan; api—walaupun; vārṣṇeyā—o putera keluarga Vṛṣṇi; balāt—oleh karena paksaan; ivā—seolah-olah; niyojitaḥ—dijadikan sibuk.

Terjemahan
Arjuna berkata: Apa yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan yang berdosa, walaupun dia tidak menginginkan demikian, seolah-olah dia dipaksakan untuk berbuat begitu?
Penjelasan
Makhluk hidup, sebagai bagian dari Kepribadian Tuhan Yang Mahakuasa yang mempunyai sifat yang sama seperti Yang Mahakuasa, semula bersifat rohani, murni, dan bebas dari segala pengaruh material. Karena itu, menurut sifatnya, ia tidak dipengaruhi oleh dosa-dosa dunia material. Tetapi apabila ia mengadakan hubungan dengan alam material, ia bertindak dengan banyak cara yang berdosa tanpa segan, dan kadang-kadang itu bertentangan dengan kehendaknya sendiri. Karena itu, pertanyaan Arjuna kepada Krishna penuh kasih sayang, mengenai sifat terputar balik yang dimiliki oleh para makhluk hidup. Walaupun kadang-kadang makhluk hidup tidak ingin berbuat dosa, namun ia terpaksa bertindak. Akan tetapi perbuatan yang berdosa tidak didorong oleh Roh Yang Utama dari dalam, melainkan disebabkan oleh hal lain, sebagaimana dijelaskan oleh Krishna dalam ayat berikut.


3.37

śrī-bhagavān uvāca
kāma eṣa krodha eṣa
rajo-guṇa-samudbhavaḥ
mahāśano mahā-pāpmā
viddhy enam iha vairiṇam

 śrī-bhagavān  uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; kāmaḥ—hawa nafsu; eṣaḥ— ini; krodhaḥ—amarah; eṣaḥ—ini; rājāḥ-guṇa—sifat nafsu; samudbhavaḥ—dilahirkan dari; mahā-aśanaḥ—menelan segala sesuatu; mahā-pāpmā—sangat berdosa; viddhi—ketahuilah; enam—ini; iha—di dunia material; vairiṇam—musuh yang paling utama.

Terjemahan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Wahai Arjuna, hanya hawa nafsu saja, yang dilahirkan dari hubungan dengan sifat nafsu material dan kemudian diubah menjadi amarah, yang menjadi musuh dunia ini. Musuh itu penuh dosa dan menelan segala sesuatu.

Penjelasan
Apabila mahkluk hidup mengadakan hubungan dengan ciptaan material, maka cinta kasih yang kekal dalam hatinya terhadap Krishna diubah menjadi hawa nafsu, berhubungan dengan sifat nafsu. Atau, dengan kata lain, rasa cinta-bhakti kepada Tuhan diubah menjadi hawa nafsu, seperti halnya susu akan berubah bila berhubungan dengan asam hingga menjadi susu asam. Kemudian sekali lagi, apabila hawa nafsu tidak dipuaskan, nafsu berubah menjadi amarah; amarah diubah menjadi khayalan, dan khayalan melanjutkan kehidupan material. Karena itu, hawa nafsu adalah musuh yang paling besar bagi makhluk hidup, dan hanya hawa nafsu saja yang mendorong makhluk hidup yang murni supaya dia tetap terikat di dunia material. Amarah adalah manifestasi dari sifat kebodohan; sifat-sifat tersebut mewujudkan diri sebagai amarah dan hal-hal lain sehubungan dengan itu. Karena itu, kalau sifat-sifat nafsu dijaga agar tidak merosot menjadi sifat kebodohan, melainkan diangkat hingga mencapai sifat kebaikan dengan cara hidup dan bertindak sesuai yang dianjurkan, maka dengan ikatan rohani seseorang dapat diselamatkan dari kemerosotan amarah.
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa menjelma menjadi banyak untuk kebahagiaan rohani Beliau yang senantiasa meningkat, dan para makhluk hidup adalah bagian dari kebahagiaan rohani tersebut yang mempunyai sifat yang sama seperti kebahagiaan rohani itu. Para makhluk hidup juga mempunyai kebebasan sebagian, tetapi dengan menyalahgunakan kebebasannya, apabila sikap pengabdian diubah menjadi kecendrungan untuk kenikmatan indera-indera, mereka dikuasai oleh nafsu. Ciptaan material ini diciptakan oleh Tuhan untuk memberikan fasilitas kepada roh-roh yang terikat untuk memenuhi Kecenderungan-kecenderungan yang penuh nafsu tersebut, dan apabila mereka dibingungkan sepenuhnya karena kegiatan hawa nafsu yang sudah lama dilakukan, maka mereka mulai bertanya tentang kedudukannya yang sejati.
Pertanyaan tersebut adalah awal Vedanta-sutra. Dalam Vedanta-sutra dinyatakan, athato brahmajijnasa: sebaiknya seseorang bertanya tentang Yang Mahakuasa. Yang Mahakuasa didefinisikan dalam Srimad-Bhagavatam sebagai janmady asya yato anvayad itaratas ca, atau, "Sumber segala sesuatu adalah Brahman Yang Paling Utama." Karena itu, sumber nafsu juga berada di dalam Yang Mahakuasa karena itu kalau nafsu diubah menjadi cinta bhakti kepada Yang Mahakuasa, atau diubah menjadi kesadaran Krishna—atau, dengan kata lain, menginginkan segala sesuatu demi Krishna—maka nafsu dan amarah dapat dirohanikan. Hanuman, hamba Sri  Rāma yang mulia, memperlihatkan amarah dengan cara membakar kota emas milik Ravana, tetapi dengan melakukan demikian dia menjadi penyembah Tuhan yang paling mulia. Di sini pula, dalam Bhagavad-gita, Krishna menyuruh Arjuna menggunakan amarahnya terhadap musuhnya demi kepuasan Krishna. Karena itu, apabila nafsu dan amarah digunakan dalam Kesadaran Krishna, maka nafsu dan amarah tidak menjadi musuh kita, melainkan menjadi kawan.


3.38

dhūmenāvriyate vahnir
yathādarśo malena ca
yatholbenāvṛto garbhas
tathā tenedam āvṛtam

dhūmena—oleh asap; āvriyate—ditutupi; vahniḥ—api; yathā—persis seperti; ādarśaḥ—cermin; malena—oleh debu; ca—juga; yathā—persis seperti; ulbena—oleh kandungan; āvṛtaḥ—ditutupi; garbhaḥ—janin; tathā—demikian; tena—oleh nafsu itu; idam—ini; āvṛtam—ditutupi.

Terjemahan
Seperti halnya api ditutupi oleh asap, cermin ditutupi oleh debu, atau janin ditutupi oleh kandungan, begitu pula, makhluk hidup ditutupi oleh berbagai tingkat hawa nafsu ini.

Penjelasan
Ada tiga tingkat penutup makhluk hidup yang mengabarkan kesadarannya yang murni. Penutup tersebut tidak lain daripada hawa nafsu di bawah berbagai manifestasi seperti asap di dalam api, debu pada cermin dan kandungan yang menyelubungi janin. Apabila nafsu diumpamakan sebagai asap, maka dapat dimengerti bahwa api milik bunga api rohani dapat di lihat sedikit. Dengan kata lain, apabila makhluk hidup memperlihatkan kesadaran Krishnanya sedikit, ia dapat diumpamakan sebagai api ditutupi oleh asap. Walau di manapun ada asap pasti ada api, namun api belum terwujud sehingga dapat dilihat dengan jelas pada tahap permulaan. Tahap ini adalah seperti awal kesadaran Krishna. Debu pada cermin menunjukkan proses membersihkan cermin pikiran dengan begitu banyak cara rohani. Cara terbaik ialah memuji nama-nama suci Tuhan. Janin ditutupi oleh kandungan adalah analogi yang menggambarkan kedudukan tidak berdaya, sebab anak dalam kandungan sangat tidak berdaya, sehingga ia tidak dapat bergerak. Tahap keadaan hidup tersebut dapat dibandingkan dengan keadaan hidup pohon. Pohon juga makhluk hidup, tetapi pohon sudah ditempatkan dalam keadaan hidup seperti itu karena telah memperlihatkan hawa nafsu secara besar-besaran, sehingga hampir tidak mempunyai kesadaran sama sekali. Burung dan hewan diumpamakan sebagai cermin yang ditutupi, dan manusia diumpamakan sebagai api ditutupi oleh asap. Dalam bentuk kehidupan manusia, makhluk hidup barangkali menghidupkan sekedar kesadaran Krishna, dan kalau kita berkembang lebih lanjut, maka api kehidupan rohani dapat dinyalakan dalam bentuk kehidupan manusia. Dengan menangani asap dalam api secara teliti, api dapat dinyalakan hingga berkobar. Karena itu, bentuk kehidupan manusia adalah kesempatan bagi makhluk hidup untuk membebaskan diri dari ikatan kehidupan material. Dalam bentuk kehidupan manusia, seseorang dapat mengalahkan musuh, yakni hawa nafsu, dengan mengembangkan kesadaran Krishna di bawah bimbingan yang ahli.


3.39

āvṛtaḿ jñānam etena
jñānino nitya-vairiṇā
kāma-rūpeṇa kaunteya
duṣpūreṇānalena ca

āvṛtam—ditutupi; jñānam—kesadaran yang murni; etena—oleh ini; jñāninaḥ—mengenai orang yang mengetahui; nitya-vairiṇā—oleh musuh yang kekal; kāma-rūpeṇa—dalam bentuk hawa nafsu; kaunteya—wahai putera Kuntī ; duṣpūreṇa—tidak pernah puas; analena—oleh api; ca—juga.

Terjemahan
Seperti itulah kesadaran murni makhluk hidup yang bijaksana ditutupi oleh musuhnya yang kekal dalam bentuk nafsu, yang tidak pernah puas dan membakar bagaikan api.

Penjelasan
Dinyatakan dalam Manusmrti bahwa hawa nafsu tidak dapat dipuaskan dengan jumlah kenikmatan indera-indera manapun, seperti halnya api yang tidak dipadamkan oleh bahan bakar yang disediakan secara terus menerus. Di dunia material, pusat segala kegiatan adalah hubungan suami isteri. Karena itu, dunia material ini disebut maithunyaagara, atau borgol hubungan suami isteri. Di penjara biasa, narapidana ditahan di balik trali besi; begitu pula, para narapidana yang tidak mematuhi hukum-hukum Tuhan diborgol dengan hubungan suami isteri. Kemajuan peradaban material berdasarkan kepuasan indera-indera berarti memperpanjang masa kehidupan material bagi makhluk hidup. Karena itu, hawa nafsu tersebut adalah lambang kebodohan yang menahan makhluk hidup di dunia material. Selama seseorang menikmati kepuasan indera-indera, barangkali ada sekedar rasa senang, tetapi sebenarnya apa yang hanya namanya saja rasa senang itu adalah musuh utama orang yang menikmati indera-inderanya.


3.40

indriyāṇi mano buddhir
asyādhiṣṭhānam ucyate
etair vimohayaty eṣa
jñānam āvṛtya dehinam

indriyāṇi—indera-indera; manaḥ—pikiran; buddhiḥ—kecerdasan; asya—dari hawa nafsu ini; adhiṣṭhānam—tempat duduk; ucyate—disebut; etaiḥ—oleh semua ini; vimohayāti—membingungkan; eṣaḥ— nafsu tersebut; jñānam—pengetahuan; āvṛtya—menutupi; dehinam—dia yang berada di dalam badan.

Terjemahan
Indera-indera, pikiran dan kecerdasan adalah tempat duduk hawa nafsu tersebut. Melalui indera-indera, pikiran dan kecerdasan hawa nafsu menutupi pengetahuan sejati makhluk hidup dan membingungkannya.

Penjelasan
Musuh sudah merebut berbagai kedudukan strategis di dalam badan roh yang terikat. Karena itu, Sri Krishna memberikan isyarat tentang tempat-tempat itu, supaya orang yang ingin mengalahkan musuh dapat mengetahui di mana musuh dapat ditemukan. Pikiran adalah pusat segala kegiatan indera-indera. Karena itu, apabila kita mendengar tentang obyek-obyek indera, pikiran pada umumnya menjadi gudang segala ide kepuasan indera-indera. Sebagai akibatnya, pikiran dan indera-indera menjadi tempat menyimpan hawa nafsu. Kemudian, bagian kecerdasan menjadi ibu kota kecenderungan yang bersifat penuh hawa nafsu seperti itu. Kecerdasan adalah tetangga sang roh. Kecerdasan yang penuh hawa nafsu mempengaruhi sang roh untuk memperoleh keakuan yang palsu dan menyamakan Diri-Nya dengan alam, dan dengan demikian menyamakan Diri-Nya dengan pikiran dan indera-indera. Sang roh kecanduan kenikmatan indera-indera material dan dia salah paham dengan menganggap kenikmatan indera-indera material sebagai kebahagiaan sejati. Sang roh mempersamakan diri dengan cara yang palsu, dan hal ini diterangkan dengan cara yang baik sekali dalam Srimad-Bhagavatam (10.84.13):
yasyātma-buddhiḥ kuṇape tri-dhātuke
sva-dhīḥ kalatrādiṣu bhauma ijya-dhīḥ
yat-tīrtha-buddhiḥ salile na karhicij
janeṣv abhijñeṣu sa eva go-kharaḥ
Seorang manusia yang menyamakan Diri-Nya dengan badan yang terbuat dari tiga unsur, yang menganggap hasil dari badan adalah sanak keluarganya, menganggap tanah tempat kelahirannya patut disembah, dan pergi ke tempat suci hanya untuk mandi dan bukan untuk bertemu dengan orang yang memiliki pengetahuan rohani di sana, harus dianggap seperti keledai atau sapi."


3.41

tasmāt tvām indriyāṇy ādau
niyamya Bhārata rṣabha
pāpmānaḿ prajāḥi hy enaḿ
jñāna-vijñāna-nāśanam

tasmāt—oleh karena itu; tvām—engkau; indriyāṇi—indera-indera; ādau—pada awal; niyamya—dengan mengatur; Bhārata-ṛṣabha—wahai yang paling utama dari putera keturunan Bhārata ; pāpmānam—lambang besar dosa; prajāḥi—batasilah; hi—pasti; enam—ini; jñāna—terhadap pengetahuan; vijñāna—dan pengetahuan ilmiah tentang sang roh yang murni; nāśanam—pembinasa.

Terjemahan
Wahai Arjuna, yang paling baik di antara para Bhārata, karena itu, pada awal sekali batasilah lambang dosa yang besar ini [hawa nafsu] dengan mengatur indera-indera, dan bunuhlah pembinasa pengetahuan dan keinsafan diri ini.
Penjelasan
Krishna menasehatkan supaya Arjuna mengatur indera-indera sejak awal sekali supaya dia dapat membatasi musuh berdosa yang paling besar, yaitu hawa nafsu, yang membinasakan minat untuk keinsafan diri dan pengetahuan khusus tentang sang roh. Jnānā menunjukkan pengetahuan tentang sang diri dibedakan dari yang bukan sang diri, atau dengan kata lain, pengetahuan yang menyatakan bahwa sang roh bukan badan. Vijñāna menunjukkan pengetahuan khusus tentang kedudukan dasar sang roh dan hubungannya dengan sang Roh Yang Utama. Dalam Srimad-Bhagavatam (2.9.31) dijelaskan sebagai berikut:
jñānaḿ parama -guhyaḿ me
yad vijñāna-samanvitam
sa-rahasyaḿ tad-ańgaḿ ca
gṛhāṇa gaditaḿ mayā
Pengetahuan tentang sang diri dari Diri Yang Utama sangat rahasia dan gaib, tetapi pengetahuan dan keinsafan khusus seperti itu dapat dimengerti kalau dijelaskan dengan berbagai aspeknya oleh Tuhan Sendiri." Bhagavad-gita memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan khusus tentang sang diri kepada kita. Para makhluk hidup adalah bagian dari Tuhan yang mempunyai sifat yang sama seperti Tuhan. Karena itu, para makhluk hidup hanya dimaksudkan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan. Kesadaran ini disebut kesadaran Krishna. Karena itu, sejak awal kehidupan, orang harus mempelajari kesadaran Krishna ini, dan dengan demikian mungkin ia dapat menjadi sadar akan Krishna sepenuhnya dan bertindak sesuai dengan itu. Hawa nafsu hanya merupakan gambaran yang terputar balik dari cinta kasih kepada Tuhan yang merupakan hal yang wajar bagi setiap makhluk hidup. Tetapi kalau seseorang dididik dalam kesadaran Krishna sejak awal kehidupannya, maka cinta-bhakti yang wajar tersebut kepada Tuhan tidak dapat merosot menjadi nafsu. Apabila cinta-bhakti kepada Tuhan merosot menjadi hawa nafsu, sulit sekali kembali ke keadaan normal. Walaupun demikian, kesadaran Krishna perkasa sekali sehingga orang yang mulai terlambatpun dapat menjadi pencinta Tuhan dengan mengikuti prinsip-prinsip yang mengatur bhakti. Jadi, dari tingkat hidup manapun, atau sejak saat mengerti bahwa itu hal yang penting dan mendesak, seseorang harus mulai mengatur indera-inderanya dalam kesadaran Krishna, bhakti kepada Tuhan, dan mengubah hawa nafsu tersebut menjadi cinta-bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa—tingkat kesempurnaan kehidupan manusia yang tinggi.


3.42

indriyāṇi parāṇy āhur
indriyebhyaḥ paraḿ manaḥ
manasās tu parā buddhir
yo buddheḥ paratas tu saḥ

indriyāṇi—indera-indera; parāṇi—lebih halus; āhuḥ—dikatakan; indriyebhyaḥ—lebih daripada indera; param—lebih halus; manaḥ—pikiran; mānasaḥ—lebih daripada pikiran; tu—juga; parā—lebih halus; buddhiḥ—kecerdasan; yaḥ—yang; buddheḥ—lebih daripada kecerdasan; paratāḥ—lebih tinggi; tu—tetapi; saḥ—dia.

Terjemahan
Indera-indera yang bekerja lebih halus daripada alam yang bersifat mati; pikiran lebih halus daripada indera-indera; kecerdasan lebih halus lagi daripada pikiran; dan dia [sang roh] lebih halus lagi daripada kecerdasan.

Penjelasan
Indera-indera  adalah berbagai jalan keluar untuk kegiatan hawa nafsu. Hawa nafsu disimpan di dalam badan, tetapi dikeluarkan melalui indera-indera. Karena itu, indera-indera lebih halus daripada badan secara keseluruhan. Pintu-pintu keluar tersebut tidak digunakan bila ada kesadaran yang lebih tinggi, atau kesadaran Krishna. Dalam kesadaran Krishna, sang roh mengadakan hubungan langsung dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, urutan fungsi-fungsi jasmani, sebagaimana diuraikan di sini, akhirnya memuncak dalam Roh Yang Utama. Perbuatan jasmani berarti fungsi-fungsi indera, dan menghentikan indera-indera berarti menghentikan segala perbuatan jasmani. Tetapi oleh karena pikiran giat, walaupun badan diam dan sedang beristirahat, pikiran akan bertindak—seperti pada waktu mimpi. Tetapi di atas pikiran ada ketabahan hati kecerdasan, dan di atas kecerdasan ada sang roh yang sebenarnya. Karena itu, kalau sang roh dijadikan tekun secara langsung berhubungan dengan Yang Mahakuasa, maka sewajarnya segala bawahan lainnya, yaitu kecerdasan, pikiran dan indera-indera, akan dijadikan sibuk dengan sendirinya. Dalam Katha Upanisad ada ayat yang serupa. Dalam ayat itu dinyatakan bahwa obyek-obyek kepuasan indera-indera lebih halus daripada indera-indera, dan pikiran lebih halus daripada obyek-obyek indera. Karena itu, kalau pikiran dijadikan sibuk secara langsung dalam pengabdian kepada Tuhan senantiasa, maka tidak ada kemungkinan bahwa indera-indera akan menjadi sibuk dengan cara-cara lain. Sikap mental tersebut sudah dijelaskan. Param drstva nivartate. Kalau pikiran dijadikan tekun dalam pengabdian rohani kepada Tuhan, maka tidak ada kemungkinan pikiran dijadikan sibuk di dalam sifat-sifat yang lebih rendah. Dalam Katha Upanisad diuraikan bahwa sang roh adalah mahan, yang berarti mulia. Karena itu, sang roh berada di atas semuanya—yaitu obyek-obyek indera, indera-indera, pikiran dan kecerdasan. Karena itu, mengerti tentang kedudukan dasar sang roh secara langsung adalah penyelesaian seluruh masalah.
Dengan kecerdasan, orang harus mencari kedudukan dasar sang roh kemudian menjadikan pikiran selalu tekun dalam kesadaran Krishna. Itu memecahkan seluruh masalah tersebut. Seorang rohaniwan yang baru mulai belajar pada umumnya dianjurkan menjauhkan diri dari obyek-obyek indera. Tetapi di samping itu, seseorang harus memperkuat pikiran dengan menggunakan kecerdasan. Kalau seseorang menjadikan pikirannya tekun dalam kesadaran Krishna dengan kecerdasan, dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, maka dengan sendirinya pikiran menjadi lebih kuat, dan walaupun indera-indera kuat sekali, bagaikan ular, namun indera-indera tidak akan lebih efektif daripada ular yang giginya sudah patah. Tetapi walaupun sang roh adalah penguasa kecerdasan, pikiran dan indera-indera, kalau pikiran tidak diperkuat melalui hubungan dengan Krishna dalam kesadaran Krishna, maka kemungkinan besar seseorang akan jatuh karena pikirannya goyah.


3.43

evaḿ buddheḥ paraḿ buddhvā
saḿstabhyātmānam ātmanā
jahi śatruḿ mahā-bāho
kāma-rūpaḿ durāsadam

evam—demikian; buddheḥ—kepada kecerdasan; param—lebih tinggi; buddhvā—mengetahui; saḿstabhya—dengan memantapkan; ātmanām—pikiran; ātmanā—oleh kecerdasan yang bertabah hati; jahi—mengalahkan; śatrum—musuh; mahā-bāho—wahai yang berlengan perkasa; kāma-rūpam—dalam bentuk hawa nafsu; durāsadam—hebat.

Terjemahan
Dengan mengetahui Diri-Nya melampaui indera-indera meterial, pikiran dan kecerdasan, hendaknya seseorang memantapkan pikiran dengan kecerdasan rohani yang bertabah hati [kesadaran Krishna], dan dengan demikian—melalui kekuatan rohani, mengalahkan hawa nafsu, musuh yang tidak pernah puas, wahai Arjuna yang berlengan perkasa.

Penjelasan
Bab Tiga dari Bhagavad-gita secara meyakinkan memberikan pengarahan menuju kesadaran Krishna dengan cara mengenal sang diri sebagai hamba Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang kekal, tanpa menganggap kekosongan yang tidak bersifat pribadi sebagai tujuan yang paling tinggi. Dalam kehidupan material, pasti seseorang dipengaruhi oleh kecenderungan kecenderungan untuk nafsu dan keinginan untuk menguasai bahan-bahan alam material. Keinginan untuk berkuasa dan memuaskan indera-indera adalah musuh yang paling besar bagi roh yang terikat, tetapi dengan kekuatan kesadaran Krishna, orang dapat mengendalikan indera-indera material, pikiran dan kecerdasan. Seseorang tidak dapat meninggalkan pekerjaan dan tugas-tugas kewajibannya secara tiba-tiba; tetapi dengan mengembangkan kesadaran Krishna tahap demi tahap, ia dapat menjadi mantap dalam kedudukan rohani tanpa dipengaruhi oleh indera-indera dan pikiran yang material—dengan kecerdasan yang mantap yang diarahkan menuju identitasnya yang murni. Inilah isi bab ini secara keseluruhan. Pada tahap kehidupan material yang kurang matang, angan-angan filsafat dan usaha-usaha yang tidak wajar untuk mengendalikan indera-indera oleh apa yang disebut latihan sikap-sikap yoga tidak akan pernah dapat membantu seseorang menuju kehidupan rohani. Dia harus dilatih dalam kesadaran Krishna oleh kecerdasan yang lebih tinggi.
Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Tiga Srimad Bhagavad-gita perihal Karma-yoga," atau, Pelaksanaan Tugas Kewajiban yang Sudah Ditetapkan dalam Kesadaran Krishna."



--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Visit Related Posts Below:


















  • Mau Beli Buku Bhagavad-gita, Srimad-bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, dll?
    Senin - Minggu - Hari Libur | 08.00 - 21.00 WIB | http://mahanilastore.blogspot.com
    0812-7740-3909 dan 0819-9108-4996

    SMS/PHONE  : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
                           : 0819-9109-9321 (Mahanila)
    WhatsApp     : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
    BBM               : 5D40CF2D dan D5E8718B

    Menjual buku-buku rohani Srimad Bhagavad-gita, Srimad Bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Purana, Kue Kering, Dupa, Aksesoris, Kartal, Mrdanga, Saree, Air Gangga, Dipa, Kurta, Dhotti, Kipas Cemara, Kipas Bulu Merak, Poster, Japamala, Kantong Japa, Gelang, Kantimala, Rok Gopi, Choli, Blues, Pin, Bros, Kaos, Desain Website dan Database Microsoft Access, Logo, Neon Box, Safety Sign dll.

    Terimakasih Atas Kunjungan Anda.


    4.1

    śrī-bhagavān uvāca
    imaḿ vivasvatea yogaḿ
    proktāvān aham avyayām
    vivasvān manave prāha
    manur ikṣvākave 'bravīt

    Śrī-bhagavān  uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; imām—ini; vivasvatea—kepada dewa matahari; yogam—ilmu pengetahuan hubungan kita dengan Yang Mahakuasa; proktāvān—diajarkan; aham—Aku; avyayām—tidak termusnahkan; Vivasvān—Vivasvan (nama dewa matahari); manave—kepada ayah manusia (bernama Vaivasvata); prāha—memberitahukan; manuḥ—ayah leluhur manusia; ikṣvākave—kepada Rājā  Ikṣvāku; abravīt—berkata.

    Terjemahan
    4.1

    śrī-bhagavān uvāca
    imaḿ vivasvatea yogaḿ
    proktāvān aham avyayām
    vivasvān manave prāha
    manur ikṣvākave 'bravīt

    Śrī-bhagavān  uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; imām—ini; vivasvatea—kepada dewa matahari; yogam—ilmu pengetahuan hubungan kita dengan Yang Mahakuasa; proktāvān—diajarkan; aham—Aku; avyayām—tidak termusnahkan; Vivasvān—Vivasvan (nama dewa matahari); manave—kepada ayah manusia (bernama Vaivasvata); prāha—memberitahukan; manuḥ—ayah leluhur manusia; ikṣvākave—kepada Rājā  Ikṣvāku; abravīt—berkata.

    Terjemahan

    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, bersabda: Aku telah mengajarkan ilmu pengetahuan yoga ini yang tidak dapat dimusnahkan kepada dewa matahari, Vivasvan, kemudian Vivasvan mengajarkan ilmu pengetahuan ini kepada Manu, ayah manusia, kemudian Manumengajarkan ilmu pengetahuan itu kepada Ikṣvāku.

    Penjelasan
    Di sini kita menemukan sejarah Bhagavad-gita sejak jaman purbakala waktu Bhagavad-gita disampaikan kepada golongan rājā  dari semua planet, mulai dari planet matahari. raja-raja  seluruh planet khususnya dimaksudkan untuk melindungi penduduknya. Karena itu, seyogyanya golongan rājā  mengerti ilmu pengetahuan Bhagavad-gita agar mereka dapat memerintah warga negara dan melindungi mereka dari ikatan duniawi terhadap hawa nafsu. Kehidupan manusia dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan rohani, dalam hubungan yang kekal dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan para pemimpin pelaksana semua negara dan semua planet wajib menyampaikan pelajaran ini kepada para warga negara melalui pendidikan, kebudayaan dan bhakti. Dengan kata lain, para pemimpin semua negara dimaksudkan untuk menyebarkan ilmu pengetahuan kesadaran Krishna supaya rakyat dapat mengambil manfaat dari ilmu pengetahuan yang mulia ini, menempuh jalan yang akan mencapai sukses dan mengguna kan kesempatan bentuk kehidupan manusia.
      Pada jaman ini, dewa matahari bernama Vivasvan, rājā  matahari, sumber semua planet dalam tata surya. Dalam Brahma-samhita (5.52) dinyatakan:
    yac-cakṣur eṣa savitā sakala-grahāṇāḿ
    rājā samasta-sura-mūrtir aśeṣa-tejāḥ
    yasyājñayā bhramati sambhṛta-kāla-cakro
    govindam ādi-puruṣaḿ tam ahaḿ bhajāmi
    Dewa Brahma bersabda, Hamba menyembah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Govinda (Krishna), Kepribadian yang asli. Di bawah perintah Beliau, matahari, rājā  semua planet, mendapat kekuatan yang besar sekali dan suhu yang sangat tinggi. Matahari merupakan mata Tuhan dan melintasi garis putarannya dengan mematuhi perintah Beliau."
       Matahari adalah rājā  planet-planet, dan dewa matahari (saat ini bernama Vivasvan) berkuasa di planet matahari, yang mengendalikan semua planet lainnya dengan menyediakan panas dan cahaya. Matahari berputar di bawah perintah Krishna, dan Sri Krishna semula mengangkat Vivasvan sebagai murid yang pertama untuk mengerti ilmu pengetahuan Bhagavad-gita. Karena itu, Bhagavad-gita bukan suatu makalah angan-angan untuk sarjana duniawi yang remeh, melainkan merupakan buku pengetahuan baku yang turun-temurun sejak sebelum awal sejarah.
       Dalam Mahabhārata  (santiparva) 348.51-52 kita dapat menemukan sejarah Bhagavad-gita sebagai berikut:
    tretā-yugādau ca tato
    vivasvān manave dadau
    manuś ca loka-bhṛty-arthaḿ
    sutāyekṣvākave dadau
    ikṣvākuṇā ca kathito
    vyāpya lokān avasthitaḥ
    Pada awal jaman yang bernama Tretayuga ilmu pengetahuan ini yaitu tentang hubungan dengan Yang Mahakuasa disampaikan kepada Manu oleh Vivasvan. Manu, sebagai ayah manusia, mengajarkan ilmu pengetahuan ini kepada puteranya bernama Maharājā  Ikṣvāku, rājā  planet bumi dan leluhur dinasti Yadu. Sri  Ramacandra menjelma dalam keluarga besar Raghu." Karena itu, Bhagavad-gita sudah ada dalam masyarakat manusia sejak masa Maharājā  Ikṣvāku.
       Saat ini kita baru melewati lima ribu tahun dalam Kaliyuga, yang berjalan selama 432.000 tahun. Sebelum jaman Kaliyuga ada Dvaparayuga (800.000 tahun), dan sebelumnya ada Tretayuga (1.200.000 tahun). Jadi, kurang lebih 2.005.000 tahun yang lalu, Manu menyampaikan Bhagavad-gita kepada murid dan puteranya yang bernama Maharājā  Ikṣvāku, rājā  planet bumi ini. Jaman Manu yang berkuasa sekarang diperhitungkan sepanjang 305.300.000 tahun. Dari masa tersebut baru 120.400.000 tahun sudah berlalu. Mengingat bahwa sebelum Manu dilahirkan Bhagavad-gita sudah disampaikan oleh Krishna kepada murid-Nya, yaitu dewa matahari yang bernama Vivasvan, diperkirakan bahwa Bhagavad-gita disabdakan sekurang-kurangnya 120.400.000 tahun yang lalu; dan Bhagavad-gita sudah ada dalam masyarakat manusia sejak dua juta tahun yang lalu. Bhagavad-gita disampaikan oleh Krishna sekali lagi kepada Arjuna kurang lebih lima ribu tahun yang lalu. Demikian perkiraan sejarah Bhagavad-gita, menurut Bhagavad-gita sendiri dan menurut pernyataan Sri Krishna yang bersabda dalam Bhagavad-gita. Bhagavad-gita disampaikan kepada dewa matahari Vivasvan, sebab Beliau juga seorang ksatriya dan beliau ayah semua ksatriya keturunan dari dewa matahari, atau para suryavamsa ksatriya. Bhagavad-gita sebaik Veda, karena disabdakan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, pengetahuan ini adalah apauruseya, atau melampaui kekuatan manusia. Oleh karena ajaran Veda diakui menurut aslinya tanpa penafsiran manusia, Bhagavad-gita juga harus diakui tanpa penafsiran duniawi. Orang yang bertengkar tentang hal-hal duniawi barangkali berangan-angan tentang Bhagavad-gita dengan caranya masing-masing tetapi itu bukan Bhagavad-gita menurut aslinya. Karena itu, Bhagavad-gita harus diterima menurut aslinya, dari garis perguruan, dan di sini diuraikan bahwa Krishna telah bersabda kepada dewa matahari, dewa matahari bersabda kepada puteranya bernama Manu dan Manu bersabda kepada puteranya bernama Ikṣvāku.



    4.2

    evaḿ paramparā-prāptam
    imaḿ rājarṣayo viduḥ
    sa kāleneha mahatā
    yogo naṣṭaḥ parantapa

     evam—demikian; paramparā—melalui garis perguruan; prāptam—diterima; imām—ilmu pengetahuan ini; rāja-ṛṣayaḥ—para rājā  yang suci; viduḥ—mengerti; saḥ— pengetahuan itu; kālena—sesudah beberapa waktu; iha—di dunia ini; mahatā—mulia; yogaḥ—ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara diri kita dengan Yang Mahakuasa; naṣṭaḥ—terhambur; parantapa—wahai Arjuna, penakluk musuh.

    Terjemahan

    Ilmu pengetahuan yang paling utama ini diterima dengan cara sedemikian rupa melalui rangkaian garis perguruan guru-guru kerohanian, dan para rājā  yang suci mengerti ilmu pengetahuan tersebut dengan cara seperti itu. Tetapi sesudah beberapa waktu, garis perguruan itu terputus; karena itu, rupanya ilmu pengetahuan yang asli itu sudah hilang.

    Penjelasan
    Dinyatakan dengan jelas bahwa Bhagavad-gita khususnya dimaksudkan untuk pararājā  rājā  yang suci, karena mereka harus melaksanakan maksud Bhagavad-gita dalam memimpin para warga negara. Tentu saja Bhagavad-gita tidak pernah dimaksudkan untuk orang jahat, yang akan mengaburkan nilai Bhagavad-gita tanpa menguntungkan siapapun dan membuat dengan segala jenis tafsiran menurut selera pribadi. Begitu maksud Bhagavad-gita yang asli dikaburkan oleh motif-motif penafsir-penafsir yang tidak mempunyai prinsip, garis perguruan perlu didirikan kembali. Lima ribu tahun yang lalu Krishna Sendiri mengetahui bahwa garis perguruan terputus; karena itu, Beliau menyatakan bahwa maksud Bhagavad-gita tampaknya telah hilang. Dengan cara yang sama, saat ini juga begitu banyak edisi Bhagavad-gita (khususnya dalam bahasa Inggris), tetapi hampir semuanya tidak sesuai dengan garis perguruan yang dibenarkan. Ada penafsiran-penafsiran yang jumlahnya tidak dapat dihitung hasil kārya sarjana-sarjana duniawi, tetapi hampir semuanya tidak mengakui Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, walaupun mereka cukup beruntung dengan memperdagangkan kata-kata Sri Krishna. Sikap tersebut merupakan sikap asura, sebab orang yang bersikap asura tidak percaya kepada Tuhan, melainkan mereka hanya menikmati benda-benda milik Tuhan. Oleh karena edisi Bhagavad-gita sebagaimana Bhagavad-gita diterima dari sistem parampara (garis perguruan) sangat dibutuhkan, dengan ini diusahakan agar kebutuhan yang penting ini dipenuhi. Bhagavad-gita—yang diterima menurut aslinyā—adalah berkat yang besar bagi manusia; tetapi kalau Bhagavad-gita diterima sebagai kārya tulis tentang angan-angan filsafat, maka itu hanya memboroskan waktu saja.


    4.3


    sa evāyaḿ mayā te 'dya
    yogaḥ proktāḥ purātanaḥ
    bhakto 'si me sakhā ceti
    rahasyaḿ hy etad uttamam


    saḥ—yang sama; evā—pasti; ayam—ini; mayā—oleh-Ku; te—kepada engkau; adya—hari ini; yogaḥ—ilmu pengetahuan yoga; proktāḥ—disabdakan; purātanaḥ—tua sekali; bhaktaḥ—penyembah; asi—engkau adalah; me—milik-Ku; sakhā—kawan; ca—juga; iti—karena itu; rahasyam—rahasia; hi—pasti; etat—ini; uttamām—rohani.

    Terjemahan

    Ilmu pengetahuan yang abadi tersebut mengenai hubungan dengan Yang Mahakuasa hari ini Kusampaikan kepadamu, sebab engkau adalah penyembah dan kawan-Ku; karena itulah engkau dapat mengerti rahasia rohani ilmu pengetahuan ini.

    Penjelasan
    Ada dua golongan manusia; yaitu, penyembah dan orang jahat. Krishna memilih Arjuna untuk menerima ilmu pengetahuan yang mulia ini karena Arjuna adalah penyembah Tuhan, tetapi orang jahat tidak mungkin mengerti ilmu pengetahuan yang gaib dan mulia ini. Ada banyak edisi buku ilmu pengetahuan yang mulia ini. Beberapa di antara edisiedisi tersebut berisi ulasan oleh para penyembah, dan di antaranya berisi ulasan orang jahat. Ulasan para penyembah adalah sejati, sedangkan ulasan orang jahat tidak berguna. Arjuna mengakui Sri Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan ulasan Bhagavad-gita manapun yang mengikuti langkah-langkah Arjuna adalah bhakti yang sejati demi kepentingan ilmu pengetahuan yang mulia ini. Akan tetapi, orang jahat tidak mengakui Sri Krishna menurut kedudukan Beliau yang sebenarnya; melainkan mereka menafsirkan sesuatu tentang Krishna dan menyesatkan pembaca umum dari jalan ajaran Krishna. Inilah peringatan tentang jalanjalan yang menyesatkan seperti itu. Hendaknya orang harus mengikuti garis dan berusaha untuk mengikuti perguruan dari Arjuna, dan dengan demikian ia akan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan Srimad Bhagavad-gita yang mulia ini.


    4.4 
    Arjuna uvāca
    aparaḿ bhavato janma
    paraḿ janma vivasvataḥ
    katham etad vijānīyāḿ
    tvām ādau proktāvān iti

    Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; aparam—lebih muda; bhavataḥ—milik Anda; janma—kelahiran; param—lebih dahulu; janma—kelahiran; vivasvataḥ—dewa matahari; katham—bagaimana; etat—ini; vijānīyām—hamba dapat mengerti; tvām—Anda; ādau—pada awal; proktāvān—diajarkan; iti—demikian.

    Terjemahan

    Arjuna berkata: Vivasvan, dewa matahari, lebih tua daripada Anda menurut kelahiran. Bagaimana hamba dapat mengerti bahwa pada awal Anda mengajarkan ilmu pengetahuan ini kepada beliau?

    Penjelasan
    Arjuna diakui sebagai penyembah Tuhan. Karena itu, bagaimana mungkin Arjuna tidak percaya kepada sabda Krishna? Sebenarnya Arjuna bertanya tidak untuk Diri-Nya sendiri, tetapi untuk mereka yang tidak percaya kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa atau untuk orang jahat yang tidak suka gagasan bahwa Krishna harus diakui sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Hanya untuk mereka saja Arjuna bertanya tentang hal ini, seolah-olah dia sendiri belum sadar terhadap Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa atau, Krishna. Arjuna menyadari secara sempurna bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sumber segala sesuatu dan kata terakhir dalam kerohanian. Kenyataan ini akan dijelaskan pada Bab Sepuluh. Memang Krishna juga muncul sebagai putera Devaki di bumi ini. Dalam hal ini manusia biasa sulit sekali mengerti bagaimana Krishna tetap sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang sama, Kepribadian yang kekal dan asli. Karena itu, agar hal ini dijelaskan, Arjuna mengajukan pertanyaan ini kepada Krishna supaya Krishna Sendiri dapat bersabda dengan cara yang dapat dipercaya. Seluruh dunia mengakui bahwa Krishna adalah penguasa yang paling tinggi, bukan hanya pada saat ini, tetapi sejak sebelum awal sejarah, dan hanya orang jahat saja yang menolak Krishna. Bagaimanapun juga, oleh karena Krishna adalah penguasa yang diakui oleh semua orang, Arjuna mengemukakan pertanyaan di hadapan Krishna supaya Krishna menguraikan Diri-Nya tanpa digambarkan oleh orang jahat, yang selalu berusaha memutarbalikkan Krishna dengan cara yang dapat dipahami oleh orang jahat dan para pengikutnya. Semua orang perlu menguasai ilmu pengetahuan tentang Krishna demi kepentingannya sendiri. Karena itu, apabila Krishna Sendiri bersabda tentang Diri-Nya, itu mujur bagi semua dunia. Orang jahat barang kali menganggap penjelasan seperti itu dari Krishna Sendiri kelihatannya aneh, sebab mereka selalu mempelajari Krishna dari segi pandangan pribadi mereka. Tetapi para penyembah dengan senang hati menyambut pernyataan-pernyataan Krishna apabila pernyataan-pernyataan itu disabdakan oleh Krishna Sendiri. Para penyembah akan selalu menyembah pernyataan-pernyataan yang dibenarkan seperti itu dari Krishna karena mereka selalu ingin mengetahui semakin banyak tentang Krishna. Dengan cara seperti ini orang yang tidak percaya kepada Tuhan, yang menganggap Krishna manusia biasa, mungkin akan mengetahui bahwa Krishna melampaui kekuatan manusia. Mungkin mereka akan mengetahui bahwa Krishna adalah sac-cid-anandavigraha—bentuk kekal kebahagiaan dan pengetahuan—bahwa Krishna bersifat rohani, dan bahwa Krishna berada di atas kekuatan sifat-sifat alam material dan di atas pengaruh waktu dan ruang. Seorang penyembah Krishna, seperti Arjuna, tentu saja berada di atas salah paham apapun tentang kedudukan rohani Krishna. Pertanyaan ini yang diajukan oleh Arjuna di hadapan Krishna hanya merupakan usaha seorang penyembah untuk melawan sikap tidak percaya kepada Tuhan dalam hati orang yang menganggap Krishna manusia biasa yang dipengaruhi oleh sifat-sifat alam material.


     4.5


    śrī-bhagavān uvāca
    bahūni me vyatītāni
    janmāni tava cārjuna
    tāny ahaḿ veda sarvāṇi
    na tvaḿ vettha parantapa

    Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; bahūni—banyak; me—milik-Ku; vyatītāni—sudah melewati; janmāni—kelahiran-kelahiran; tavā—milik engkau; ca—dan juga; Arjuna—wahai Arjuna; tāni—yang itu; aham—Aku; veda—mengetahui; sarvāni—semua; na—tidak; tvām—engkau; vettha—mengetahui; parantapa—wahai penakluk musuh.

    Terjemahan

    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Engkau dan Aku sudah dilahirkan berulangkali. Aku dapat ingat segala kelahiran itu, tetapi engkau tidak dapat ingat, wahai penakluk musuh!

    Penjelasan
    Dalam Brahma-samhita (5.33), kita mendapat keterangan tentang banyak penjelmaan Tuhan. Dalam Brahma-samhita dinyatakan:
    advaitam acyutam anādim ananta-rūpam
    ādyaḿ purāṇa-puruṣaḿ nava-yauvanaḿ ca
    vedeṣu durlābham adurlābham ātma-bhaktau
    govindam ādi-puruṣaḿ tam ahaḿ bhajāmi
    Hamba menyembah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Govinda, (Krishna), Kepribadian yang asli—mutlak, tidak pernah gagal dan tidak berawal. Walaupun Krishna sudah menjelma menjadi bentuk-bentuk yang tidak terhingga, Beliau tetap sebagai Kepribadian asli yang sama yang paling tua, dan kepribadian yang selalu kelihatan seperti pemuda yang segar. Bentuk-bentuk Tuhan yang kekal, Penuh Kebahagiaan dan Mahatahu pada umumnya dimengerti oleh sarjana-sarjana Veda yang paling baik, tetapi selalu terwujud untuk penyembah-penyembah yang suci dan murni."  Dalam Brahma-samhita (5.39), juga dinyatakan:
    rāmādi-mūrtiṣu kalā-niyamena tiṣṭhan
    nānāvatāram akarod bhuvaneṣu kintu
    kṛṣṇaḥ svayaḿ samabhavat paramaḥ pumān yo
    govindam ādi-puruṣaḿ tam ahaḿ bhajāmi
    Hamba menyembah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Govinda (Krishna), yang selalu berada dalam berbagai penjelmaan seperti Rāma, Nrsimha dan banyak bagian dari penjelmaan, tetapi Beliau adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang asli bernama Krishna, dan Beliau Sendiri juga menjelma."
       Dalam Veda juga dinyatakan bahwa walaupun Krishna adalah satu dan yang tiada duanya, Beliau mewujudkan Diri-Nya dalam bentuk-bentuk yang jumlahnya tidak dapat dihitung. Krishna seperti permata bernama vaidurya, yang berubah warna namun tetap satu. Aneka bentuk tersebut dimengerti oleh para penyembah yang suci dan murni, tetapi tidak sematamata dengan cara mempelajari Veda (vedeṣu durlābham adurlābham atmabhaktau). Penyem bahpenyembah seperti Arjuna senantiasa menjadi rekan Krishna. Bilamana Krishna menjelma, penyembah-penyembah yang menjadi rekan Beliau juga ikut menjelma untuk mengabdikan diri kepada Krishna dengan berbagai cara.Arjuna adalah salah satu di antara penyembah-penyembah tersebut. Dalam ayat ini dimengerti bahwa berjuta-juta tahun yang lalu pada waktu Sri Krishna menyampaikan Bhagavad-gita kepada Vivasvan, dewa matahari, Arjuna juga hadir dalam peranan lain. Tetapi perbedaan antara Krishna dan Arjuna ialah bahwa Krishna ingat peristiwa tersebut sedangkan Arjuna tidak dapat ingat. Itulah perbedaan antara Tuhan Yang Maha Esa dan makhluk hidup sebagai-bagian dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat sama seperti Tuhan. Walaupun di sini Arjuna disebut sebagai pahlawan agung yang dapat menaklukkan musuh, Arjuna tidak dapat mengenang apa yang telah terjadi dalam berbagai penjelmaannya dahulu kala. Karena itu, betapapun hebatnya makhluk hidup menurut perkiraan material, ia tidak akan pernah sejajar dengan Tuhan Yang Maha Esa. Siapapun yang senantiasa menemani Krishna tentu saja orang yang sudah mencapai pembebasan, tetapi ia tidak mungkin sejajar dengan Krishna. Krishna diuraikan dalam Brahma-samhita sebagai yang tidak pernah gagal (acyuta). Ini berarti bahwa Krishna tidak pernah lupa akan Diri-Nya, meskipun Krishna mengadakan hubungan dengan hal-hal material. Karena itu, Krishna dan makhluk hidup tidak pernah sejajar dalam segala hal, walaupun makhluk hidup sudah mencapai pembebasan seperti Arjuna. Walaupun Arjuna adalah seorang penyembah Krishna, kadang-kadang Arjuna melupakan sifat Krishna. Tetapi atas karunia Tuhan, seorang penyembah dapat segera mengerti kedudukan Krishna yang tidak mungkin gagal, sedangkan orang yang bukan penyembah atau orang jahat tidak dapat mengerti sifat rohani itu. Karena itu, uraian tersebut dalam Bhagavad-gita tidak dapat dimengerti oleh otak-otak yang jahat. Krishna mengenang perbuatan yang dilakukan-Nya berjuta-juta tahun yang silam, tetapi Arjuna tidak dapat ingat, walaupun Krishna dan Arjuna samasama kekal menurut sifatnya. Kita juga dapat memperhatikan di sini bahwa makhluk hidup lupa pada segala sesuatu karena ia menggantikan badannya, tetapi Krishna ingat karena Krishna tidak menggantikan badan-Nya yang bersifat sac-cid-ananda. Krishna bersifat advaita, yang berarti tidak ada perbedaan antara badan Krishna dan Diri Krishna. Segala sesuatu berhubungan dengan Krishna bersifat rohani—sedangkan roh yang terikat berbeda dari badan jasmaninya. Oleh karena badan Krishna dan Diri Krishna identik, kedudukan Krishna selalu berbeda dari kedudukan makhluk hidup biasa, bahkan pada waktu Beliau turun ke tingkat material. Orang jahat tidak dapat menyesuaikan diri dengan sifat rohani Tuhan tersebut, yang dijelaskan oleh Krishna Sendiri dalam ayat berikut.


     4.6

    ajo 'pi sann avyayātmā
    bhūtānām īśvaro 'pi san
    prakṛtiḿ svām adhiṣṭhāya
    sambhavāmy ātma-māyayā

     ajaḥ—tidak dilahirkan; api—walaupun; san—adalah seperti itu; avyayā—tidak merosot; ātmā—badan; bhūtānām—terhadap semua insan yang dilahirkan; īśvaraḥ—Tuhan Yang Maha Esa; api—walaupun; san—adalah seperti itu; prakṛtim—dalam bentuk rohani; svām—dari Aku Sendiri; adhiṣṭhāya—mempunyai kedudukan seperti itu; sambhavāmi—Aku menjelma; ātma-māyayā—oleh tenaga dalam-Ku.

    Terjemahan

    Walaupun Aku tidak dilahirkan dan badan rohani-Ku tidak pernah merosot, dan walaupun Aku Penguasa semua makhluk hidup, Aku masih muncul pada setiap jaman dalam bentuk rohani-Ku yang asli.
    Penjelasan
    Krishna sudah membicarakan keistimewaan kelahiran-Nya:  walaupun Krishna barangkali kelihatannya seperti orang biasa, namun Krishna ingat segala sesuatu dari banyak kelahirankelahiran-Nya" dari masa lampau, sedangkan manusia biasa tidak dapat ingat apa yang dilakukannya bahkan beberapa jam sebelumnya. Kalau orang biasa ditanya apa yang telahdilakukannya tepat pada jam yang sama sehari sebelumnya, sulit sekali ia menjawab dengan segera. Pasti dia harus memeras ingatannya untuk mengenang apa yang sedang dilakukannya tepat pada jam yang sama satu hari sebelumnya. Namun, manusia seringkali berani mengatakan Diri-Nya adalah Tuhan, atau Krishna. Hendaknya orang jangan disesatkan oleh kata-kata yang tidak berarti seperti itu. Kemudian sekali lagi Krishna menjelaskan tentang prakṛti, atau bentuk Beliau. Prakrti berarti alam" dan juga berarti svarupa, atau bentuk sendiri seseorang." Krishna menyatakan bahwa Beliau muncul dalam badan-Nya Sendiri. Krishna tidak menggantikan badan-Nya, seperti makhluk hidup biasa yang berpindahpindah dari satu badan ke dalam badan lain. Meskipun roh terikat mempunyai salah satu jenis badan dalam penjelmaannya sekarang, tetapi ia mempunyai badan yang berbeda dalam penjelmaan yang akan datang. Di dunia material makhluk hidup tidak mempunyai badan yang tetap, melainkan ia berpindahpindah dari satu badan kedalam badan yang lain. Akan tetapi, Krishna tidak melakukan demikian. Bilamana Krishna muncul, Krishna muncul di dalam badan yang asli yang sama, melalui kekuatan dalam yang dimiliki oleh Beliau. Dengan kata lain, Krishna muncul di dunia material ini dalam bentuk-Nya yang kekal dan asli, berlengan dua, dan memegang seruling. Krishna muncul persis dalam badannya yang kekal, tidak dicemari oleh dunia material ini. Walaupun Krishna muncul dalam badan rohani yang sama dan walaupun Krishna adalah Penguasa alam semesta, kelihatannya Beliau dilahirkan seperti makhluk hidup biasa. Kendatipun badan Krishna tidak merosot seperti badan material, masih ada kesan seolah-olah Sri Krishna mengalami pertumbuhan dari masa bayi sampai masa kanak-kanak dan dari masa kanak-kanak sampai masa remaja. Tetapi anehnya Krishna tidak pernah menjadi lebih tua daripada anak remaja. Pada waktu perang Kuruksetra , cucu Krishna sudah banyak di rumah-Nya; atau dengan kata lain, usia Krishna sudah cukup lanjut menurut perhitungan material. Tetapi badan Krishna masih seperti seorang pemuda yang berumur dua puluh atau dua puluh lima tahun. Kita tidak pernah melihat gambar Krishna dalam usia tua karena Krishna tidak pernah menjadi tua seperti kita, walaupun Krishna adalah Kepribadian tertua dalam seluruh ciptaan—masa lampau, masa sekarang maupun masa yang akan datang. Badan dan kecerdasan Krishna juga tidak pernah merosot atau berubah. Karena itu, cukup jelas bahwa walaupun Krishna berada di dunia material, Krishna adalah bentuk kekal kebahagiaan dan pengetahuan yang sama dan bentuk yang kekal itu tidak dilahirkan. Badan dan kecerdasan rohani Krishna juga tidak pernah berubah. Sebenarnya Krishna muncul dan menghilang bagaikan matahari yang terbit, bergerak di hadapan kita, kemudian hilang dari pengelihatan kita. Apabila matahari tidak kelihatan, kita berpikir bahwa matahari sudah terbenam, dan apabila matahari berada di hadapan mata kita, kita berpikir bahwa matahari berada di kaki langit. Sebenarnya, matahari selalu berada dalam kedudukannya yang tetap, tetapi oleh karena mata kita mempunyai kelemahan dan kurang kuat, kita memperhitungkan muncul dan menghilangnya matahari di langit. Oleh karena muncul dan menghilangnya Sri Krishna sama sekali berbeda dari muncul dan menghilangnya makhluk hidup biasa manapun, terbukti bahwa Krishna adalah pengetahuan kekal penuh kebahagiaan atas kekuatan dalam dari Diri-Nya—dan Beliau tidak pernah dicemari oleh alam material.
    Veda juga membenarkan bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak dilahirkan namun kelihatannya Beliau dilahirkan dalam banyak manifestasi. Kesusasteraan pelengkap Veda juga membenarkan bahwa walaupun tampaknya Krishna dilahirkan, Beliau tetap tidak menggantikan badan-Nya. Dalam sejarah Srimad-Bhagavatam, Krishna muncul di hadapan ibu-Nya sebagai Narayana, berlengan empat lengkap dengan perhiasan, enam jenis kehebatan sepenuhnya. Krishna muncul dalam bentuk kekal Beliau yang asli. Itu merupakan karunia Beliau yang tiada sebabnya, dianugerahkan kepada para makhluk hidup supaya mereka dapat memusatkan pikiran kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk-Nya yang asli, bukan hanya pada angan-angan atau bayangan. Orang yang tidak percaya kepada bentuk pribadi Tuhan menyalahtafsirkan dan menganggap bentuk-bentuk Krishna adalah angan-angan atau bayangan seperti itu. Kata mayā , atau atma-mayā  menunjukkan karunia Krishna yang tiada sebabnya, menurut kamus Visvakosa. Krishna menyadari segala peristiwa pada waktu Beliau muncul dan menghilang dahulu kala, tetapi begitu makhluk hidup biasa mendapat badan lain, ia melupakan segala sesuatu tentang badan yang dimilikinya pada masa lampau. Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa, penguasa semua makhluk hidup karena Krishna melakukan kegiatan ajaib yang melampaui kekuatan manusia selama Beliau berada di bumi ini. Karena itu, Krishna selalu tetap sebagai Kebenaran Mutlak yang sama tanpa perbedaan antara bentuk Beliau dan Diri Beliau, atau antara sifat Beliau dan badan Beliau. Sekarang pertanyaan dapat diajukan tentang mengapa Krishna muncul dan menghilang di dunia ini. Hal ini dijelaskan dalam ayat berikut.


    4.7

    yadā yadā hi dharmasya
    glānir bhavati bhārata
    abhyutthānam adharmasya
    tadā tmānaḿ sṛjāmy aham

    yadā yadā—kapanpun dan di manapun; hi—pasti; dharmasya—mengenai dharma; glāniḥ—hal-hal yang bertentangan; bhavati—terwujud; Bhārata—wahai putera keluarga Bhārata; abhyutthānam—merājā lelanya; adharmasya—mengenai hal-hal yang bertentangan dengan dharma; tadā—pada waktu itu; ātmanām—diri; sṛjāmi—berwujud; aham—Aku.

    Terjemahan

    Kapan pun dan di mana pun pelaksanaan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma merājā lela—pada waktu itulah Aku Sendiri menjelma, wahai putera keluarga Bhārata.

    Penjelasan
    Kata sṛjāmi bermakna dalam ayat ini. Srjami tidak dapat digunakan dengan arti ciptaan, sebab menurut ayat tadi, bentuk atau badan Tuhan tidak diciptakan karena segala bentuk Tuhan tetap ada untuk selamanya. Karena itu, sṛjāmi berarti Krishna mewujudkan Diri-Nya dalam bentuk -Nya yang asli. Walaupun Krishna muncul tepat pada jadwal, yaitu pada akhir Dvaparayuga pada jaman kedua puluh delapan selama masa Manu ketujuh dalam satu hari bagi Brahma, Krishna tidak wajib mengikuti aturan dan peraturan seperti itu. Ini karena Krishna bebas sepenuhnya untuk bertindak dengan banyak cara sesuai dengan kehendak Beliau. Karena itu, Krishna muncul atas kehendak-Nya Sendiri bilamana hal-hal bertentangan dengan dharma merajalela dan dharma yang sejati hilang. Prinsip-prinsip dharma digariskan dalam Veda, dan penyelewengan apapun dalam hal pelaksanaan aturan Veda dengan sebenarnya menyebabkan seseorang melanggar dharma. Dalam Srimad-Bhagavatam dinyatakan bahwa prinsip-prinsip seperti itu adalah hukum-hukum Tuhan. Hanya Tuhan yang dapat menciptakan suatu sistem dharma. Diakui pula bahwa pada permulaan, Veda disabdakan oleh Krishna Sendiri kepada Brahma di dalam hati Brahma. Karena itu, prinsip-prinsip dharma adalah perintah-perintah langsung dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa (dharmam tu saksad bhagavat-pranitam). Prinsip-prinsip tersebut ditunjukkan dengan jelas dalam semua ayat Bhagavad-gita. Maksud Veda ialah untuk menegakkan prinsip-prinsip seperti itu di bawah perintah Tuhan Yang Maha Esa. Pada akhir Bhagavad-gita Krishna menyuruh secara langsung bahwa prinsip dharma tertinggi ialah menyerahkan diri hanya kepada Krishna, dan tidak lebih dari itu. Prinsip-prinsip Veda mendorong seseorang menuju penyerahan diri sepenuhnya kepada Krishna; dan bilamana prinsip-prinsip seperti itu diganggu oleh orang jahat, Krishna muncul. Dari Bhagavatam kita dapat mengerti bahwa Sang Buddha adalah penjelmaan yang dikuasakan oleh Krishna yang muncul pada saat keduniawian merajalela dan orang duniawi menggunakan alasan kekuasaan Veda. Walaupun ada aturan dan peraturan batas tertentu mengenai pengorbanan binatang untuk tujuan-tujuan khusus dalam Veda, orang yang mempunyai kecenderungan jahat telah mulai mengorbankan binatang tanpa mengikuti prinsip-prinsip Veda. Sang Buddha muncul untuk menghentikan penyelewengan tersebut dan menegakkan prinsip-prinsip Veda yang mengajarkan supaya orang tidak melakukan kekerasan. Karena itu, setiap avatara, atau penjelmaan Tuhan, mempunyai misi tertentu, dan semua avatara itu diuraikan dalam Kitab-kitab Suci. Hendaknya seseorang jangan diakui sebagai avatara kecuali dia disebut dalam Kitab-kitab Suci. Krishna tidak hanya muncul di India. Krishna dapat menjelma di manapun bilamana Beliau ingin muncul. Dalam setiap penjelmaan, Krishna membicarakan dharma sejauh apa yang dapat dipahami oleh orang tertentu dalam keadaan mereka yang khusus. Tetapi misi Beliau tetap sama—yaitu untuk membawa rakyat sampai mereka sadar akan Tuhan dan mematuhi prinsip-prinsip dharma. Kadang-kadang Beliau Sendiri menjelma, dan kadang-kadang Beliau mengirim utusan-Nya yang dapat dipercaya dalam bentuk putera-Nya, atau hamba-Nya, atau Beliau Sendiri muncul dalam bentuk samaran.
    Prinsip-prinsip Bhagavad-gita disabdakan kepada Arjuna, dan juga kepada tujuan-tujuan lain yang sudah maju sekali, sebab Arjuna sudah maju sekali dibandingkan dengan orang biasa di tempat-tempat lain di dunia. Dua ditambah dua sama dengan empat adalah prinsip matematika yang benar, baik di kelas matematika untuk orang yang baru mulai belajar menghitung maupun di kelas matematika tingkat tinggi. Namun matematika tingkat tinggi dan matematika tingkat dasar kedua-duanya tetap ada. Karena itu, dalam semua penjelmaan Tuhan, prinsip-prinsip yang sama diajarkan, tetapi kelihatannya prinsip-prinsip itu lebih tinggi atau lebih bersifat dasar dalam keadaan-keadaan yang berbeda. Prinsip-prinsip dharma yang lebih tinggi mulai dengan pengakuan terhadap empat golongan dan empat status kehidupan masyarakat, sebagaimana akan dijelaskan nanti. Seluruh tujuan misi penjelmaan-penjelmaan Tuhan ialah untuk membangkitkan kesadaran Krishna di mana-mana. Kesadaran seperti itu terwujud dan tidak terwujud hanya karena keadaan yang berbeda.


     4.8



    paritrāṇāya sādhūnāḿ
    vināśāya ca duṣkṛtām
    dharma-saḿsthāpanārthāya
    sambhavāmi yuge yuge

    paritrāṇāya—untuk menyelamatkan; sādhūnām—terhadap para penyembah; vināśāya—untuk membinasakan; ca—juga; duṣkṛtām—terhadap orang jahat; dharma—prinsip-prinsip dharma; saḿsthāpana-arthāya—untuk menegakkan kembali; sambhavāmi—Aku muncul; yuge—jaman; yuge—demi jaman.

    Terjemahan

    Untuk menyelamatkan orang saleh, membinasakan orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma, Aku sendiri muncul pada setiap jaman.

    Penjelasan
    Menurut Bhagavad-gita, seorang sadhu (orang suci) adalah orang yang sadar akan Krishna. Barangkali kelihatannya seseorang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan dharma, tetapi kalau dia mempunyai kwalifikasi kesadaran Krishna secara keseluruhan dan sepenuhnya, harus dimengerti bahwa dia seorang sadhu. Duskṛta m berarti orang yang tidak mempedulikan kesadaran Krishna. Orang jahat, atau duskṛta m, diuraikan sebagai orang bodoh dan manusia yang paling rendah, walaupun mungkin mereka menyandang pendidikan duniawi, sedangkan orang lain, yang seratus persen tekun dalam kesadaran Krishna diakui sebagai sadhu, meskipun mungkin ia belum berpengetahuan dan belum mempunyai kebudayaan yang tinggi. Tuhan Yang Maha Esa tidak perlu muncul dalam bentuk-Nya yang asli untuk membinasakan orang yang tidak percaya kepada Tuhan, seperti tindakan Beliau terhadap raksasa-raksasa bernama Ravana dan Kamsa. Tuhan mempunyai banyak pesuruh yang sanggup menghancurkan raksasa-raksasa. Tetapi Krishna turun khususnya untuk melegakan hati para penyembah-Nya yang murni, yang selalu disiksa oleh orang jahat. Orang jahat menyiksa penyembah, walaupun kebetulan penyembah itu adalah anggota keluarganya. Prahlada Maharājā  adalah putera Hiranyakasipu , namun Prahlada disiksa oleh ayahnya. Walaupun Devaki, ibu Krishna, adalah adik Kamsa, Devaki dan suaminya bernama Vasudeva disiksa hanya karena Krishna akan dilahirkan sebagai putera mereka. Jadi, Krishna muncul terutama untuk menyelamatkan Devaki, daripada untuk membunuh Kamsa, tetapi kedua maksud itu dilaksanakan sekaligus. Karena itu, dikatakan di sini bahwa untuk menyelamatkan seorang penyembah dan membinasakan orang jahat, Krishna muncul dalam berbagai penjelmaan.
      Di dalam Caitanya-caritamrta hasil kārya Krishnadasa Kavirājā , ayat-ayat berikut (Madhya 20.263-264) meringkas prinsip-prinsip penjelmaan tersebut:
    sṛṣṭi-hetu yei mūrti prapañce avatare
    sei īśvara-mūrti 'avatāra' nāma dhare
    māyātīta paravyome sabāra avasthāna
    viśve avatari' dhare 'avatāra' nāma
    Avatara, atau penjelmaan Tuhan Yang Maha Esa, turun dari kerajaan Tuhan untuk perwujudan material. Bentuk khusus Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang turun seperti itu disebut penjelmaan, atau avatara. Penjelmaan penjelmaan seperti itu berada di dunia rohani, kerajaan Tuhan. Apabila mereka turun dalam ciptaan material, mereka diberi nama avatara."
    Ada berbagai jenis avatara, misalnya purusa-vatara, guna-vatara, lila-vatara, saktyavesa-avatara, manvantaraavatara, dan yugavatara—semuanya muncul tepat pada jadwal di seluruh alam semesta. Tetapi Sri Krishna adalah Tuhan Yang Mahaabadi, sumber segala avatara. Sri Krishna turun dengan maksud khusus, yaitu untuk menghilangkan rasa cemas di dalam hati para penyembah-Nya yang murni. Para penyembah yang murni ingin sekali melihat Sri Krishna dalam kegiatan-Nya yang asli di Vrndavana. Karena itu, tujuan utama avatara Krishna ialah untuk memuaskan hati para penyembah-Nya yang murni.
    Krishna menyatakan bahwa Beliau menjelma pada setiap jaman. Ini menunjukkan bahwa Krishna juga menjelma pada jaman Kali. Sebagaimana dinyatakan dalam Srimad-Bhagavatam, penjelmaan pada jaman Kali adalah Sri  Caitanya Mahaprabhu yang telah menyebarkan cara sembahyang kepada Krishna melalui perkumpulan sankirtana  (memuji nama-nama suci Krishna secara bersama-sama) dan menyebarkan kesadaran Krishna di seluruh India. Sri Caitanya Mahaprabhu meramalkan bahwa kebudayaan sankirtana tersebut akan disebarkan di setiap pelosok dunia, dari kota ke kota dan dari desa ke desa. Sri  Caitanya sebagai penjelmaan Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, diuraikan secara rahasia tetapi tidak langsung dalam bagian-bagian rahasia Kitab-kitab Suci, misalnya Upanisad-upanisad, Mahabhārata , dan Bhagavatam. Para penyembah Sri Krishna sangat tertarik pada gerakan sankirtana Sri Caitanya. Sri Caitanya Mahaprabhu sebagai avatara Tuhan Yang Maha Esa tidak membunuh orang jahat, melainkan menyelamatkan mereka atas karunia-Nya yang tiada sebabnya.


     4.9

    janma karma ca me divyam
    evaḿ yo vetti tattvataḥ
    tyaktvā dehaḿ punar janma
    naiti mām eti so 'rjuna

    janma—kelahiran; karma—pekerjaan; ca—juga; me—milik-Ku; divyam—rohani; evam—seperti itu; yaḥ—siapapun yang; vetti—mengenal; tattvataḥ—dalam kenyataan; tyaktvā—meninggalkan; deham—badan ini; punaḥ—lagi; janma—kelahiran; na—tidak pernah; eti—mencapai; mām—kepada-Ku; eti—mencapai; saḥ— dia; Arjuna—wahai Arjuna.

    Terjemahan

    Orang yang mengenal sifat rohani kelahiran dan kegiatan-Ku tidak dilahirkan lagi di dunia material ini setelah meninggalkan badan, melainkan ia mencapai tempat tinggal-Ku yang kekal, wahai Arjuna.

    Penjelasan
    Cara Krishna turun dari tempat tinggal rohani-Nya sudah dijelaskan dalam ayat keenam. Orang yang dapat mengerti kebenaran tentang munculnya Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sudah mencapai pembebasan dari ikatan material. Karena itu, ia segera kembali ke kerajaan Tuhan sesudah meninggalkan badan jasmani yang ditempatinya sekarang. Pembebasan makhluk hidup dari ikatan material sama sekali tidak gampang. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dan para yogi hanya mencapai pembebasan sesudah bersusah-susah selama banyak penjelmaan. Sesudah itupun pembebasan yang dicapainya—yaitu menunggal ke dalam brahmajyoti yang tidak bersifat pribadi yang berasal dari Tuhan—hanya merupakan pembebasan sebagian, dan masih ada resiko bahwa mereka akan kembali ke dunia material. Tetapi seorang penyembah, hanya dengan mengerti sifat rohani badan dan kegiatan Tuhan, mencapai tempat tinggal Krishna sesudah badan ini berakhir, dan dia tidak harus mengambil resiko bahwa Diri-Nya akan kembali lagi ke dunia material. Dalam Brahma-samhita dinyatakan bahwa jumlah bentuk dan penjelmaan Krishna besar sekali: advaitam acyutam anadim anantarupam. Walaupun ada banyak bentuk rohani Krishna, semuanya satu dan semuanya adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang sama. Seseorang harus mengerti kenyataan ini dengan keyakinan, walaupun kenyataan ini tidak dapat dipahami oleh sarjana-sarjana duniawi dan ahliahli filsafat yang mendasarkan pengetahuan pada percobaan. Sebagaimana dinyatakan dalam Veda (Purusabodhini Upanisad):
    eko devo nitya-līlānurakto
    bhakta-vyāpī hṛdy antar-ātmā
    Kepribadian Tuhan Yang Maha Tunggal dalam banyak bentuk rohani sibuk dalam hubungan-hubungan dengan para penyembah-Nya yang murni untuk selamanya." Sabda Veda tersebut dibenarkan oleh Krishna Sendiri dalam ayat ini dari Bhagavad-gita. Orang yang mengakui kenyataan ini berdasarkan kekuasaan Veda dan kekuasaan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan tidak memboroskan waktunya dalam angan-angan filsafat akan mencapai tingkat pembebasan sempurna yang paling tinggi. Tidak dapat diragu-ragukan bahwa hanya dengan mengakui kenyataan ini berdasarkan keyakinan seseorang dapat mencapai pembebasan. Sabda Veda tat tvām asi sungguh-sungguh digunakan dalam hal ini. Siapapun yang mengerti bahwa Sri Krishna adalah Yang Mahakuasa, atau yang berkata kepada Krishna, Anda adalah Brahman Yang
    Paling Utama yang sama, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa," pasti segera mencapai pembebasan. Sebagai hasilnya, terjamin bahwa dia akan masuk dalam hubungan rohani dengan Krishna. Dengan kata lain, penyembah Krishna yang setia seperti itu akan mencapai kesempurnaan, dan hal ini dibenarkan oleh pernyataan berikut dari Veda:
    tam eva viditvāti mṛtyum eti
    nānyaḥ panthā vidyate 'yanāya
    Seseorang dapat mencapai tingkat pembebasan sempurna dari kelahiran dan kematian hanya dengan mengenal Tuhan, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada cara lain lagi untuk mencapai kesempurnaan ini." (svetasvatara Upanisad 3.8). Tidak ada pilihan lain. Itu berarti bahwa siapapun yang tidak mengerti Sri Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa pasti dipengaruhi oleh sifat kebodohan, dan sebagai akibatnya dia tidak akan mencapai pembebasan dengan apa yang diumpamakan sebagai hanya menjilat bagian luar botol berisi madu, atau dengan menafsirkan Bhagavad-gita menurut kesarjanaan duniawi. Filosof-filosof yang mendasarkan pengetahuannya pada percobaan seperti itu barangkali mengambil peranan yang penting sekali di dunia material, tetapi belum tentu mereka memenuhi syarat untuk mencapai pembebasan. Sarjana-sarjana duniawi yang sombong seperti itu harus menunggu karunia yang tiada sebabnya dari seorang penyembah Tuhan. Karena itu, hendaknya orang mengembangkan kesadaran Krishna dengan keyakinan dan pengetahuan, dan dengan cara demikian mencapai kesempurnaan.

    4.10
    vīta-rāga-bhaya-krodhā
    man-mayā mām upāśritāḥ
    bahavo jñāna-tapasā
    pūtā mad-bhāvam āgatāḥ

    vīta—dibebaskan dari; rāga—ikatan; bhaya—rasa takut; krodhaḥ—dan amarah; mat-mayā—sepenuhnya di dalam-Ku; mām—di dalam-Ku; upāśritāḥ—menjadi mantap sepenuhnya; bahavah—banyak; jñāna—dari pengetahuan; tapasā—oleh pertapaan itu; pūtāḥ—dengan disucikan; mat-bhāvam—cinta-bhakti rohani kepada-Ku; āgatāḥ—dicapai.
    Terjemahan

    Banyak orang pada masa lampau disucikan oleh pengetahuan tentang-Ku dengan dibebaskan dari ikatan, rasa takut dan amarah, khusuk sepenuhnya berpikir tentang-Ku dan berlindung kepada-Ku—dan dengan demikian mereka semua mencapai cinta-bhakti rohani kepada-Ku.

    Penjelasan
    Sebagaimana diuraikan di atas, orang yang terlalu dipengaruhi oleh hal-hal duniawi sulit sekali mengerti sifat pribadi Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama. Pada umumnya orang yang terikat pada paham hidup yang bersifat jasmani sangat terikat dalam keduniawian sehingga hampir tidak mungkin mereka mengerti bagaimana Yang Mahakuasa adalah kepribadian. Orang-orang duniawi seperti itu tidak dapat membayangkan bahwa ada badan rohani yang tidak dapat dimusnahkan, penuh pengetahuan dan bahagia untuk selamanya. Dalam paham duniawi, badan dapat dimusnahkan, penuh kebodohan dan penuh sengsara. Karena itu, bila rakyat umum diberitahu tentang bentuk pribadi Tuhan, mereka memelihara paham jasmani yang sama di dalam pikiran. Orang duniawi seperti itu, menganggap bentuk manifestasi material yang besar sekali adalah Yang Mahakuasa. Sebagai akibatnya, mereka menganggap Yang Mahakuasa tidak bersifat pribadi. Oleh karena mereka terlalu terikat secara duniawi, paham bahwa kepribadian tetap ada sesudah pembebasan dari alam menyebabkan mereka merasa takut. Apabila mereka diberitahu bahwa kehidupan rohani juga bersifat individual dan pribadi, mereka takut untuk menjadi kepribadian lagi. Karena itu, sewajarnya mereka lebih suka sesuatu seperti meninggal ke dalam kekosongan yang tidak bersifat pribadi. Pada umumnya, mereka mengumpamakan para makhluk hidup sebagai gelembung di dalam lautan, yang menunggal ke dalam lautan itu. Itulah kesempurnaan tertinggi keberadaan rohani yang dapat dicapai tanpa kepribadian individual. Ini merupakan sejenis tahap hidup yang menakutkan, tanpa pengetahuan sempurna tentang keberadaan rohani. Di samping itu, ada banyak orang yang tidak dapat mengerti keberadaan rohani sama sekali. Setelah merasa malu karena begitu banyak teori dan penyangkalan berbagai jenis angan-angan filsafat, mereka merasa kesal atau marah dan menarik kesimpulan secara bodoh bahwa tidak ada sebab yang paling utama dan bahwa pada hakekatnya segala sesuatu adalah kekosongan. Keadaan hidup orang seperti itu bersifat sakit. Ada orang yang terlalu terikat secara material sehingga tidak memperhatikan kehidupan rohani, ada yang ingin menunggal dalam sebab rohani yang paling utama, dan ada yang tidak percaya pada segala sesuatu, karena marah terhadap segala jenis angan-angan rohani akibat rasa putus asa. Golongan manusia terakhir tersebut berlindung kepada sejenis mabuk-mabukan, dan khayalan-khayalan yang mempengaruhi diri mereka kadang-kadang dianggap sebagai wahyu rohani. Seseorang harus menjadi bebas dari ketiga tingkat ikatan tersebut terhadap dunia material; yaitu, kealpaan terhadap kehidupan rohani, rasa takut terhadap identitas pribadi yang rohani, dan paham kekosongan yang berasal dari frustrasi dalam hidup. Untuk dibebaskan dari tiga tahap paham hidup material tersebut, seseorang harus berlindung sepenuhnya kepada Krishna di bawah bimbingan seorang guru kerohanian yang dapatdipercaya, dan mengikuti disiplin dan prinsip-prinsip yang mengatur kehidupan bhakti. Tahap terakhir dalam kehidupan bhakti disebut bhava, atau cinta-bhakti rohani kepada Tuhan Yang Maha Esa.
    Menurut Bhakti-rasamrta-sindhu (1.4.15-16), ilmu pengetahuan bhakti:
    ādau śraddhā tataḥ sādhu-
    sańgo 'tha bhajana-kriyā
    tato 'nartha-nivṛttiḥ syāt
    tato niṣṭhā rucis tataḥ
    athāsaktis tato bhāvas
    tataḥ premābhyudañcati
    sādhakānām ayaḿ premṇaḥ
    prādurbhāve bhavet kramaḥ
    Pada permulaan seseorang harus mempunyai keinginan untuk keinsafan diri sebagai pendahuluan. Ini akan membawa Diri-Nya sampai tahap berusaha bergaul dengan orang yang sudah maju dalam kerohanian. Pada tahap berikutnya, ia diterima sebagai murid oleh seorang guru kerohanian yang mulia, dan di bawah tuntunan dari guru kerohanian seorang murid yang baru mulai belajar memulai proses bhakti. Dengan melaksanakan bhakti di bawah bimbingan guru kerohanian, ia dibebaskan dari segala ikatan material, mencapai kemantapan dalam keinsafan diri, dan memperoleh minat untuk mendengar tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Yang Mutlak, Sri Krishna. Minat ini membawa seseorang hingga lebih maju sampai ikatan terhadap kesadaran Krishna, yang kemudian menjadi matang dalam bhava, atau tingkat pendahuluan sebelum cinta-bhakti rohani kepada Tuhan. Cinta-bhakti yang sejati kepada Tuhan disebut prema, tingkat kesempurnaan hidup tertinggi." Pada tingkat prema seseorang tekun senantiasa dalam cinta-bhakti rohani kepada Tuhan. Demikianlah melalui proses bhakti secara bertahap, di bawah bimbingan sang guru kerohanian yang dapat dipercaya, seseorang dapat mencapai tahap tertinggi, dengan dibebaskan dari segala ikatan material, bebas dari rasa takut terhadap kepribadian rohaninya yang individual, dan bebas dari frustrasi yang mengakibatkan filsafat kekosongan. Akhirnya ia dapat mencapai tempat tinggal Tuhan Yang Maha Esa.

    4.11
    ye yathā māḿ prapadyante
    tāḿs tathāiva bhajāmy aham
    mama vartmānuvartante
    manuṣyāḥ pārtha sarvaśaḥ
    ye—semua orang yang; yathā—sejauh mana; mām—kepada-Ku; prapadyante—menyerahkan Diri-Nya; tān—mereka; tathā—seperti itu; evā—pasti; bhajāmi—Aku menganugerahi; aham—Aku; mama—milik-Ku; vartma—jalan; anuvartante—mengikuti; manuṣyāḥ—semua orang; pārtha—wahai putera Pṛthā; sarvāsaḥ—dalam segala hal.

    Terjemahan

    Sejauh mana semua orang menyerahkan diri kepada-Ku, Aku menganugerahi mereka sesuai dengan penyerahan Diri-Nya itu. Semua orang menempuh jalan-Ku dalam segala hal, wahai putera Pṛthā.

    Penjelasan
    Semua orang mencari Krishna dalam berbagai aspek manifestasi-manifestasi-Nya. Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, diinsafi sebagian dalam cahaya brahmajyoti-Nya yang tidak bersifat pribadi dan sebagai Roh Yang Utama yang berada di mana-mana dan bersemayam dalam segala sesuatu, termasuk pula butir-butir atom. Tetapi Krishna hanya diinsafi sepenuhnya oleh para penyembah-Nya yang murni. Karena itu, Krishna adalah obyek keinsafan semua orang. Jadi, semua orang dipuaskan menurut keinginannya untuk memperoleh Krishna. Di dunia rohani Krishna juga membalas cinta-bhakti dengan para penyembah-Nya yang murni dalam sikap rohani, sesuai dengan kehendak seorang penyembah untuk memperoleh Beliau. Barangkali seseorang ingin supaya Krishna menjadi atasan yang paling utama. Penyembah lain menginginkan Krishna sebagai kawan pribadinya, penyembah lain menginginkan Krishna sebagai puteranya, dan penyembah lain menginginkan Krishna sebagai kekasihnya. Krishna menganugerahi semua penyembah secara merata, menurut berbagai kekuatan cinta-bhakti mereka terhadap Beliau. Di dunia material, balasan perasaan yang sama juga ada, dan perasaanperasaan itu dibalas oleh Tuhan secara merata dengan berbagai jenis penyembah. Para penyembah yang murni baik di sini maupun ditempat tinggal rohani mengadakan hubungan dengan Krishna secara pribadi dan dapat mengabdikan diri kepada Beliau secara pribadi. Dengan demikian mereka memperoleh kebahagiaan rohani dalam cinta-bhakti kepada Beliau. Krishna juga membantu orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan yang ingin bunuh diri secara rohani dengan meniadakan keberadaan pribadi makhluk hidup. Krishna membantu mereka dengan cara menyerap mereka kedalam cahaya Diri-Nya. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan seperti itu tidak setuju mengakui Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang kekal dan penuh kebahagiaan. Sebagai akibatnya mereka tidak dapat menikmati kebahagiaan pengabdian pribadi kepada Tuhan yang bersifat rohani karena mereka sudah menghapus individualitasnya. Ada beberapa di antaranya yang belum mantap dengan teguh dalam keberadaan yang bersifat pribadi, dan mereka kembali lagi kelapangan material untuk memperlihatkan keinginan yang terpendam dalam hatinya untuk melakukan kegiatan. Mereka tidak diizinkan memasuki planet-planet rohani, tetapi mereka diberi kesempatan sekali lagi untuk bertindak di planet-planet material. Krishna sebagai yajñesvara menganugerahkan hasil yang diinginkan dari tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan bagi orang yang bekerja untuk menikmati hasil atau pahala. Para yogi yang mencari kesaktian batin dianugerahi kekuatan seperti itu. Dengan kata lain semua orang hanya bergantung kepada karunia Krishna untuk mencapai sukses, dan segala jenis proses rohani hanya berbagai tingkat sukses dalam menempuh jalan yang sama. Karena itu, kalau seseorang tidak mencapai kesempurnaan tertinggi kesadaran Krishna, maka segala usahanya kurang sempurna, sebagaimana dinyatakan dalam Srimad-Bhagavatam (2.3.10):

     akāmaḥ sarva-kāmo vā
    tīvreṇa bhakti-yogena

    Baik seseorang bebas dari keinginan (keadaan para penyembah), menginginkan segala hasil atau pahala, maupun mencari pembebasan, hendaknya ia berusaha dengan segala upaya untuk menyembah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa untuk mencapai kesempurnaan yang lengkap, yang memuncak dalam kesadaran Krishna."

    4.12

    kāńkṣantaḥ karmaṇāḿ siddhiḿ
    yajanta iha devatāḥ
    kṣipraḿ hi mānuṣe loke
    siddhir bhavati karma-jā

    kāńkṣantaḥ—menginginkannya; karmaṇām—mengenai kegiatan yang membuahkan pahala; siddhim—kesempurnaan; yajante—mereka menyembah dengan korban-korban suci; iha—di dunia material; devatāḥ—para dewa-dewa; kṣipram—cepat sekali; hi—pasti; mānuṣe—dalam masyarakat manusia; loke—di dunia ini; siddhiḥ—berhasil; bhavati—datang; karma-jā—dari pekerjaan untuk membuahkan hasil.

    Terjemahan

    Orang di dunia ini menginginkan sukses dalam kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil; karena itu, mereka menyembah para dewa. Tentu saja, manusia cepat mendapat hasil dari pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil di dunia ini.

    Penjelasan
    Ada salah paham besar tentang para dewa atau setengah dewa di dunia material. Walaupun orang yang kurang cerdas menyamar sebagai sarjana-sarjana yang hebat, mereka menganggap dewa-dewa tersebut adalah berbagai bentuk Tuhan Yang Maha Esa. Sebenarnya, para dewa bukan berbagai bentuk Tuhan, melainkan bagian-bagian Tuhan yang mempunyai sifat yang sama seperti Tuhan. Tuhan adalah satu, sedangkan ada banyak bagian yang mempunyai sifat yang sama seperti Beliau. Dalam Veda dinyatakan, nityo nityanam: Tuhan adalah satu. īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇah. Tuhan Yang Maha Esa adalah satu—Krishna—dan para dewa dipercayakan dengan kekuatan untuk mengurus dunia material ini. Semua dewa tersebut adalah makhluk-makhluk hidup (nityanam) dengan berbagai tingkat kekuatan material. Mereka tidak mungkin sejajar dengan Tuhan Yang Maha Esa—Narayana, Visnu, atau Krishna. Siapapun yang menganggap Tuhan dan para dewa adalah sejajar disebut orang tidak percaya kepada Tuhan atau pasandi. Bahkan dewa-dewa yang mulia seperti Brahma dan Siva pun tidak dapat disejajarkan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sebenarnya, Krishna disembah oleh dewa-dewa seperti Brahma dan Siva (sivavirincinutam). Namun anehnya ada banyak pemimpin manusia yang disembah oleh orang bodoh karena salah paham anthropomorphisme (paham yang menganggap bentuk Tuhan seperti seorang manusia) atau zoomorphisme (paham yang menganggap Tuhan seperti seekor binatang). Kata-kata iha devatāḥ, menunjukkan manusia yang perkasa itu dewa di dunia material. Tetapi Narayana, Visnu atau Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, bukan sebagian dari dunia ini. Sripada Sankaracarya, pemimpin orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, menyatakan bahwa Narayana, atau Krishna berada di luar ciptaan material ini. Akan tetapi, orang bodoh (hrtajñāna) menyembah banyak dewa karena mereka menginginkan hasil dengan segera. Mereka mendapat hasil, tetapi mereka tidak mengetahui bahwa hasil yang diperoleh dengan cara demikian bersifat sementara dan dimaksudkan untuk orang yang kurang cerdas. Orang cerdas sadar akan Krishna, dia tidak perlu menyembah banyak dewa yang remeh untuk segera mendapat hasil yang bersifat sementara.Dewa-dewa di dunia material ini, beserta para penyembahnya, akan lenyap pada waktu peleburan dunia material ini. Berkat-berkat para dewa bersifat material dan sementara. Baik dunia material maupun penduduknya, termasuk para dewa dan penyembahnya, adalah gelembunggelembung dalam lautan jagat. Akan tetapi, di dunia ini masyarakat manusia gila dalam usaha mencari hal-hal sementara seperti kekayaan material, yaitu memiliki tanah, keluarga dan perlengkapan yang dapat dinikmati. Untuk memperoleh benda-benda yang bersifat sementara seperti itu orang menyembah para dewa atau orang perkasa dalam masyarakat manusia. Kalau seseorang diberi jabatan sebagai menteri dalam pemerintahan dengan cara menyembah seorang pemimpin politik, dia menganggap Diri-Nya sudah mendapat berkat yang paling besar sekali. Karena itu, semuanya bertekuk lutut di hadapan orang yang namanya pemimpin atau pembesar" untuk mendapat berkat yang bersifat sementara, dan memang mereka mendapat berkat-berkat seperti itu. Orang bodoh seperti itu tidak tertarik kepada kesadaran Krishna untuk mencapai penyelesaian kekal terhadap kesulitan material. Mereka semua mencari-cari kenikmatan indera-indera, dan untuk mendapat sekedar fasilitas untuk kenikmatan indera-indera mereka tertarik untuk menyembah makhluk-makhlukyang telah dikuasakan yang bernama para dewa. Ayat ini menunjukkan bahwa orang seperti itu jarang tertarik kepada kesadaran Krishna. Mereka kebanyakan tertarik kepada kenikmatan material; karena itu, mereka menyembah suatu makhluk hidup yang perkasa.


    4.13

    cātur-varṇyaḿ mayā sṛṣṭaḿ
    guṇa-karma-vibhāgaśaḥ
    tasya kartāram api māḿ
    viddhy akartāram avyayām


    cātuḥ-varṇyam—empat bagian masyarakat manusia; mayā—oleh-Ku; sṛṣṭam—diciptakan; guṇa—dari sifat; karma—dan pekerjaan; vibhāgaśaḥ—menurut pembagian; tasya—dari itu; kartāram—ayah; api—walaupun; mām—Aku; viddhi—engkau dapat mengetahui; akartāram—sebagai yang tidak melakukan; avyayām—tidak dapat diubah.

    Terjemahan

    Menurut tiga sifat alam dan pekerjaan yang ada hubungannya dengan sifat-sifat itu, empat bagian masyarakat manusia diciptakan oleh-Ku. Walaupun Akulah yang menciptakan sistem ini, hendaknya engkau mengetahui bahwa Aku tetap sebagai yang tidak berbuat, karena Aku tidak dapat diubah.

    Penjelasan
    Tuhan adalah pencipta segala sesuatu. Segala sesuatu dilahirkan dari Beliau, segala sesuatu dipelihara oleh Beliau, dan sesudah peleburan, segala sesuatu bersandar di dalam Beliau. Karena itu, Tuhan adalah Pencipta empat bagian susunan masyarakat, mulai dari golongan manusia yang cerdas, yang disebut dengan istilah brahmaṇā karena mereka mantap dalam sifat kebaikan. Golongan kedua adalah golongan administrator, yang disebut dengan istilah ksatriya karena mereka berada dalam sifat nafsu. Para pedagang, yang disebut dengan istilah vaisya, berada dalam sifat-sifat nafsu dan kebodohan, dan para sudra, atau golongan buruh, berada dalam sifat kebodohan alam material. Walaupun Krishna menciptakan empat bagian dalam masyarakat manusia, Beliau Sendiri tidak termasuk salah satu dari bagian-bagian itu, sebab Beliau bukan salah satu di antara roh-roh terikat. Sebagian roh-roh yang terikat itu merupakan masyarakat manusia. Masyarakat manusia mirip dengan masyarakat binatang lainnya, tetapi untuk mengangkat manusia dari tingkat binatang, empat bagian tersebut di atas diciptakan oleh Tuhan untuk mengembangkan kesadaran Krishna secara sistematis. Kecenderungan seorang manusia terhadap pekerjaan ditentukan oleh sifat-sifat alam material yang telah diperolehnya. Gejalagejala kehidupan seperti itu, menurut aneka sifat alam, diuraikan dalam Bab Delapan Belas dari Bhagavad-gita. Akan tetapi, orang yang sadar akan Krishna berada di atas brahmaṇā. Menurut sifatnya, seharusnya seorang brahmaṇā mengetahui tentang Brahman, Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama. Kebanyakan brahmaṇā hanya mendekati Brahman yang tidak berbentuk pribadi sebagai suatu manifestasi dari Sri Krishna. Tetapi hanya orang yang melampaui pengetahuan terbatas yang dimiliki seorang brahmaṇā dan mencapai pengetahuan tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, dapat menjadi orang yang sadar akan Krishna—atau dengan kata lain, seorang vaisnava. Kesadaran Krishna termasuk segala pengetahuan tentang aneka penjelmaan yang berkuasa penuh dari Krishna yaitu; Rāma, Nrsimha, Varaha, dan lain-lain. Akan tetapi, Krishna melampaui sistem tersebut yang terdiri dari empat bagianmasyarakat manusia. Orang yang sadar akan Krishna juga melampaui segala bagian masyarakat manusia, baik bagian menurut masyarakat, bangsa mau pun jenis kehidupan.

    4.14

    na māḿ karmaṇi limpanti
    na me karma-phale spṛhā
    iti māḿ yo 'bhijānāti
    karmabhir na sa badhyate
    na—tidak pernah; mām—Aku; karmaṇi—segala jenis pekerjaan; limpanti—mempengaruhi; na—tidak juga; me—milik-Ku; karma-phale—dalam perbuatan yang membuahkan hasil; spṛhā—cita-cita; iti—demikian; mām—Aku; yaḥ—orang yang; abhijānāti—mengetahui; karmabhiḥ—oleh reaksi dari pekerjaan seperti itu; na—tidak pernah; saḥ— dia; badhyate—menjadi terikat.

    Terjemahan

    Tidak ada pekerjaan yang mempengaruhi Diri-Ku; Aku juga tidak bercita-cita mendapat hasil dari perbuatan. Orang yang mengerti kenyataan ini tentang Diri-Ku juga tidak akan terikat dalam reaksi-reaksi hasil pekerjaan.

    Penjelasan
    Seperti halnya ada undang-undang hukum di dunia material yang menyatakan bahwa rājā  tidak dapat disalahkan, atau rājā  tidak dipengaruhi oleh hukum-hukum negara, begitu pula, walaupun Krishna adalah Pencipta dunia material ini, Beliau tidak dipengaruhi oleh kegiatan dunia material. Krishna menciptakan dan tetap menyisih dari ciptaan, sedangkan para makhluk hidup terikat dalam hasil-hasil kegiatan material karena kecenderungan mereka untuk berkuasa atas sumber-sumber alam. Pemilik suatu perusahaan tidak bertanggung jawab atas kegiatan benar dan salah para buruh, tetapi para buruh sendiri bertanggung jawab. Para makhluk hidup sibuk dalam kegiatan kepuasan indera-indera masing-masing, dan kegiatan itu tidak dilakukan atas perintah Krishna. Demi kemajuan kepuasan indera-indera, para makhluk hidup sibuk dalam pekerjaan di dunia ini, dan mereka bercita-cita mendapat kebahagiaan di surga sesudah meninggal. Krishna sempurna dalam Diri-Nya sendiri. Karena itu, Krishna tidak tertarik kepada apa yang hanya namanya saja kebahagiaan di surga. Para dewa di surga hanya hamba-hamba yang sibuk mengabdikan diri kepada Beliau. Pemilik perusahaan tidak pernah menginginkan kesenangan kelas rendah yang barangkali diinginkan oleh para buruh. Krishna menyisih dari perbuatan dan reaksi material. Misalnya, hujan tidak bertanggung jawab untuk berbagai jenis tumbuhan yang muncul di muka bumi, walaupun tanpa hujan seperti itu tidak mungkin ada tumbuhan. Kenyataan ini dibenarkan dalam smrti Veda sebagai berikut:
    nimitta-mātram evāsau
    sṛjyānāḿ sarga-karmaṇi
    pradhāna-kāraṇī-bhūtā
    yato vai sṛjya-śaktayaḥ
    Dalam ciptaan material, Tuhan hanyalah sebab yang paling utama. Sebab sementara ialah alam material, yang memungkinkan manifestasi alam semesta dapat dilihat." Ada berbagai jenis makhluk hidup yang diciptakan, misalnya para dewa, manusia dan binatang-binatang yang lebih rendah, dan semuanya dipengaruhi oleh reaksi-reaksi dari kegiatan baik dan kegiatan buruk yang dilakukannya pada masa lampau. Krishna hanya memberikan fasilitas yang benar kepada mereka untuk kegiatan seperti itu serta peraturan dari sifat-sifat alam, tetapi Beliau tidak pernah bertanggung jawab atas kegiatan mereka baik pada masa lampau maupun sekarang. Dalam Vedanta-sutra (2.1.34) dibenarkan, vaisamyanairgh‚nye na sapeksatvat: Krishna tidak pernah berat sebelah terhadap makhluk hidup manapun. Makhluk hidup bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Krishna hanya memberikan fasilitas kepada makhluk hidup, melalui perantara alam material, yaitu tenaga luar. Orang yang menguasai sepenuhnya segala seluk beluk hukum karmatersebut, atau kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala tidak dipengaruhi oleh hasil kegiatannya. Dengan kata lain, orang yang mengerti sifat rohani Krishna adalah orang berpengalaman dalam kesadaran Krishna, dan karena itu, ia tidak pernah dipengaruhi oleh hukum-hukum karma. Orang yang tidak mengetahui sifat rohani Krishna dan berpikir bahwa kegiatan Krishna bertujuan untuk menghasilkan sesuatu, seperti halnya dengan kegiatan para makhluk hidup biasa, pasti akan terikat dalam reaksi-reaksi hasil perbuatan. Tetapi orang yang mengetahui Kebenaran Yang Paling Utama adalah roh yang sudah mencapai pembebasan dan mantap dalam kesadaran Krishna.

    4.15

    evaḿ jñātvā kṛtaḿ karma
    pūrvair api mumukṣubhiḥ
    kuru karmaiva tasmāt tvaḿ
    pūrvaiḥ pūrvataraḿ kṛtam

    evam—demikian; jñātvā—mengetahui dengan baik; kṛtam—sudah dilakukan; karma—pekerjaan; pūrvaiḥ—oleh para penguasa pada masa lampau; api—memang; mumukṣubhiḥ—yang mencapai pembebasan; kuru—lakukanlah; karma—tugas kewajiban yang telah ditetapkan; evā—pasti; tasmāt—karena itu; tvām—engkau; pūrvaiḥ—oleh mereka yang telah mendahului kita; pūrva-taram—pada jaman purbakala; kṛtam—sebagaimana dilakukan.

    Terjemahan

    Semua orang yang sudah mencapai pembebasan pada jaman purbakala bertindak dengan pengertian tersebut tentang sifat rohani-Ku. Karena itu, sebaiknya engkau melaksanakan tugas kewajibanmu dengan mengikuti langkah-langkah mereka.

    Penjelasan
    Ada dua golongan manusia. Hati sebagian masyarakat manusia penuh hal-hal material yang kotor, dan sebagian bebas dari hal-hal material. Kesadaran Krishna bermanfaat bagi kedua golongan tersebut secara merata. Orang yang hatinya penuh hal-hal yang kotor dapat mulai mengikuti garis kesadaran Krishna untuk berangsur-angsur menyucikan diri, dengan mengikuti prinsip-prinsip yang mengatur bhakti. Orang yang sudah disucikan dari hal-hal kotor dapat terus bertindak dalam kesadaran Krishna yang sama supaya orang lain dapat mengikuti kegiatannya sebagai teladan dan dengan demikian mengambil manfaat. Orang bodoh atau orang yang baru mulai belajar kesadaran Krishna seringkali ingin mengundurkan diri dari kegiatan tanpa memiliki pengetahuan tentang kesadaran Krishna. Keinginan Arjuna untuk mengundurkan diri dari kegiatan di medan perang tidak dibenarkan oleh Krishna. Seseorang hanya perlu mengetahui bagaimana cara bertindak. Mengundurkan diri dari kegiatan kesadaran Krishna dan duduk tanpa ikut kegiatan orang lain sambil purapura sadar akan Krishna kurang penting daripada sungguh-sungguh menjadi sibuk di lapangan kegiatan demi Krishna. Di sini Arjuna dinasehati agar dia bertindak dalam kesadaran Krishna, de ngan mengikuti langkah-langkah murid-murid Krishna dari dahulu kala, misalnya Vivasvan, dewa matahari, sebagaimana disebut di atas. Tuhan Yang Maha Esa mengetahui segala kegiatan-Nya dari masa lampau, dan juga segala kegiatan orang yang telah bertindak dalam kesadaran Krishna pada masa lampau. Karena itu, Beliau menganjurkan perbuatan dewa matahari, yang telah mempelajari ilmu pengetahuan ini dari Krishna beberapa juta tahun sebelumnya. Semua murid Sri Krishna seperti itu disebut di sini sebagai orang yang sudah mencapai pembebasan pada masa lampau. Mereka tekun melaksanakan tugas-tugas kewajiban yang diberikan oleh Krishna.

    4.16

    kavayo 'py atra mohitāḥ
    yaj jñātvā mokṣyase 'śubhāt

    kim—apa; karma—perbuatan; kim—apa; akarma—tidak melakukan perbuatan; iti—demikian; kavayaḥ—orang cerdas; api—juga; atra—dalam hal ini; mohitāḥ—bingung; tat—itu; te—kepadamu; karma—pekerjaan; pravakṣyāmi—Aku akan menjelaskan; yat—yang; jñātvā—mengetahui; mokṣyase—engkau akan mencapai pembebasan; aśubhāt—dari segala nasib yang malang.

    Terjemahan

    Orang cerdaspun bingung dalam menentukan apa itu perbuatan dan apa arti tidak melakukan perbuatan. Sekarang Aku akan menjelaskan kepadamu apa arti perbuatan, dan setelah mengetahui tentang hal ini engkau akan dibebaskan dari segala nasib yang malang.

    Penjelasan
    Perbuatan dalam kesadaran Krishna harus dilaksanakan menurut teladan yang diberikan oleh para penyembah yang dapat dipercaya yang sudah mendahului kita. Hal ini dianjurkan dalam ayat kelima belas. Mengapa perbuatan tersebut seharusnya tidak dilakukan secara sendirisendiri akan dijelaskan dalam ayat berikut.
    Untuk bertindak dalam kesadaran Krishna, seseorang harus mengikuti tuntunan orang-orang yang dibenarkan dalam garis perguruan rohani sebagaimana dijelaskan pada awal bab ini. Sistem kesadaran Krishna diuraikan untuk pertama kalinya kepada dewa matahari. Dewa matahari menjelaskan ilmu pengetahuan itu kepada puteranya yang bernama Manu. Manu menjelaskan ilmu pengetahuan itu kepada puteranya yang bernama Ikṣvāku, dan sistem tersebut masih berjalan di bumi ini sejak jaman purbakala itu. Karena itu, seseorang harus mengikuti langkah-langkah para penguasa dari dahulu dalam garis perguruan rohani. Kalau tidak demikian, orang yang paling cerdas sekalipun akan dibingungkan mengenai perbuatan baku kesadaran Krishna.Karena alasan inilah Krishna mengambil keputusan untuk mengajarkan kesadaran Krishna kepada Arjuna secara langsung. Oleh karena pelajaran langsung dari Krishna kepada Arjuna, siapa pun, yang mengikuti langkah-langkah Arjuna pasti tidak bingung.
    Dikatakan bahwa seseorang tidak dapat menentukan cara-cara dharma hanya dengan pengetahuan yang kurang sempurna berdasarkan percobaan. Sebenarnya, prinsip-prinsip dharma hanya dapat ditentukan oleh Tuhan Sendiri. Dharmam tu saksad bhagavad-pranitam (Bhag. 6.3.19). Tiada seorang pun yang dapat menciptakan suatu prinsip dharma dengan angan-angannya yang kurang sempurna. Seseorang harus mengikuti langkah-langkah penguasa besar seperti Brahma, Siva, Nārada, Manu, para -Kumara, Kapila, Prahlada, Bhīṣma, Sukadeva Gosvami, Yamarājā , Janaka, dan Bali Maharājā . Seseorang tidak dapat menentukan apa arti dharma ataupun keinsafan diri melalui angan-angan. Karena itu, atas karunia-Nya yang tiada sebabnya terhadap para penyembah-Nya, Krishna menjelaskan secara langsung kepada Arjuna apa arti perbuatan dan apa arti tidak melakukan perbuatan. Hanya perbuatan yang dilakukan dalam kesadaran Krishna dapat menyelamatkan seseorang dari ikatan kehidupan material.

    4.17

    karmaṇo hy api boddhavyaḿ
    boddhavyaḿ ca vikarmaṇaḥ
    akarmaṇaś ca boddhavyaḿ
    gahanā karmaṇo gatiḥ

    karmaṇaḥ—mengenai pekerjaan; hi—pasti; api—juga; boddhavyam—harus dimengerti; boddhavyam—harus dimengerti; ca—juga; vikarmaṇaḥ—mengenai pekerjaan yang terlarang; akarmaṇaḥ—mengenai tidak melakukan perbuatan; ca—juga; boddhavyam—harus dimengerti; gahanā—sulit sekali; karmaṇaḥ—dari pekerjaan; gatiḥ—masuk.

    Terjemahan

    Seluk beluk perbuatan sulit sekali dimengerti. Karena itu, hendaknya seseorang mengetahui dengan sebenarnya apa arti perbuatan, apa arti perbuatan yang terlarang, dan apa arti tidak melakukan perbuatan.

    Penjelasan
    Kalau seseorang sungguh-sungguh ingin mencapai pembebasan dari ikatan material, ia harus mengerti perbedaan antara perbuatan, tidak melakukan perbuatan dan perbuatan yang tidak dibenarkan. Seseorang harus menekuni analisis perbuatan, reaksi dan perbuatan yang terputarba lik seperti itu, sebab itu merupakan mata pelajaran yang sulit sekali. Untuk mengerti kesadaran Krishna dan perbuatan menurut sifat-sifatnya, seseorang harus mempelajari hubungan antara Diri-Nya dengan Yang Mahakuasa; yaitu orang yang sudah mempelajari hal ini secara sempurna mengetahui bahwa setiap makhluk hidup adalah hamba Tuhan yang kekal, dan karena itu, ia harus bertindak dalam kesadaran Krishna. Seluruh Bhagavad-gita diarahkan menuju kesimpulan tersebut. Kesimpulan-kesimpulan lain, yang bertentangan dengan kesadaran ini serta perbuatanperbuatan sehubungan dengan kesadaran itu adalah vikarma, perbuatan terlarang. Untuk mengerti segala hal tersebut, orang harus bergaul dengan tujuan-tujuan yang dapat dipercaya dalam kesadaran Krishna dan mempelajari rahasia tersebut dari mereka; ini sama seperti belajar dari Tuhan Sendiri. Kalau tidak demikian, orang yang paling cerdas sekalipun akan dibingungkan.

    4.18

    karmaṇy akarma yaḥ paśyed
    akarmaṇi ca karma yaḥ
    sa buddhimān manuṣyeṣu
    sa yuktaḥ kṛtsna-karma-kṛt

    karmaṇi—dalam perbuatan; akarma—tidak melakukan perbuatan; yaḥ—orang yang; paśyet—melihat; akarmaṇi—dalam tidak melakukan perbuatan; ca—juga; karma—perbuatan yang membuahkan hasil; yaḥ—orang yang; saḥ—dia; buddhi-mān—cerdas; manuṣyeṣu—dalam masyarakat manusia; saḥ—dia; yuktaḥ—berada dalam kedudukan rohani; kṛtsna-karma-kṛt—walaupun sibuk dalam segala kegiatan.  

    Terjemahan

    Orang yang melihat keadaan tidak melakukan perbuatan dalam perbuatan, dan perbuatan dalam keadaan tidak melakukan perbuatan, adalah orang cerdas dalam masyarakat manusia. Dia berada dalam kedudukan rohani, walaupun ia sibuk dalam segala jenis kegiatan.

    Penjelasan
    Orang yang bertindak dalam kesadaran Krishna sewajarnya bebas dari ikatan karma. Kegiatan orang yang sadar akan Krishna semua dilakukan untuk Krishna. Karena itu, ia tidak menikmati atau menderita efek manapun dari pekerjaan dan dialah yang cerdas dalam masyarakat manusia, walaupun dia sibuk dalam segala jenis kegiatan untuk Krishna. Akarma berarti tanpa reaksi dari pekerjaan. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan menghentikan kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala karena takut, supaya perbuatan sebagai akibatnya tidak akan menjadi batu rintangan di jalan menuju keinsafan diri. Tetapi orang yang mengakui bentuk pribadi Tuhan mengetahui dengan benar tentang kedudukannya sebagai hamba Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang kekal. Karena itu, ia menekuni kegiatan kesadaran Krishna. Oleh karena segala sesuatu dilakukan demi Krishna, dia hanya menikmati kebahagiaan rohani dalam pelaksanaan pengabdian ini. Diketahui bahwa orang yang menekuni proses ini bebas dari keinginan untuk kepuasan indera-indera pribadi. Rasa pengabdian kekal kepada Krishna menyebabkan seseorang kebal terhadap segala unsur reaksi dari pekerjaan.

    4.19


    yasya sarve samārambhāḥ
    kāma-sańkalpa-varjitāḥ
    jñānāgni-dagdha-karmaṇaḿ
    tam āhuḥ paṇḍitaḿ budhāḥ

    yasya—orang yang; sarve—segala jenis; samārambhāḥ—usaha-usaha; kāma—berdasarkan keinginan untuk kepuasan indera-indera; sańkalpa—ketabahan hati; varjitāḥ—kekurangan; jñāna—pengetahuan yang sempurna; agni—oleh api; dagdha—dibakar; karmaṇām—orang yang pekerjaannya; tam—dia; āhuḥ—menyatakan; paṇḍitam—bijaksana; budhāḥ—orang yang mengenal.

    Terjemahan

    Dimengerti bahwa seseorang memiliki pengetahuan sepenuhnya kalau setiap usahanya bebas dari keinginan untuk kepuasan indera-indera. Para resi mengatakan bahwa reaksi pekerjaan orang yang bekerja seperti itu sudah dibakar oleh api pengetahuan yang sempurna.

    Penjelasan
    Hanya orang yang mempunyai pengetahuan sepenuhnya dapat mengerti kegiatan orang yang sadar akan Krishna. Oleh karena orang dalam kesadaran Krishna bebas dari segala jenis kecenderungan untuk memuaskan indera-indera, dimengerti bahwa dia sudah membakar reaksi pekerjaannya dengan pengetahuan sempurna tentang kedudukan dasarnya sebagai hamba Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang kekal. Orang yang sudah mencapai kesempurnaan pengetahuan seperti itu sungguh-sungguh bijaksana. Mengembangkan pengetahuan ini tentang pengabdian kekal kepada Tuhan diumpamakan sebagai api. Begitu api seperti itu dinyalakan, api itu dapat membakar segala jenis reaksi pekerjaan.

    4.20

    tyaktvā karma-phalāsańgaḿ
    nitya-tṛpto nirāśrayaḥ
    karmaṇy abhipravṛtto 'pi
    naiva kiñcit karoti saḥ

    tyaktvā—setelah meninggalkan; karma-phala-āsańgam—ikatan terhadap hasil atau pahala; nitya—selalu; tṛptaḥ—merasa puas; nirāśrayaḥ—tanpa perlindungan apapun; karmaṇi—dalam kegiatan; abhipravṛttaḥ—dengan menjadi sibuk sepenuhnya; api—walaupun; na—tidak; evā—pasti; kiñcit—sesuatupun; karoti—melakukan; saḥ—dia.
    Terjemahan

    Dengan melepaskan segala ikatan terhadap segala hasil kegiatannya, selalu puas dan bebas, dia tidak melakukan perbuatan apapun yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala, walaupun ia sibuk dalam segala jenis usaha.
    Penjelasan
    Kebebasan dari ikatan perbuatan tersebut hanya dimungkinkan dalam kesadaran Krishna, apabila seseorang melakukan segala sesuatu untuk Krishna. Orang yang sadar akan Krishna bertindak berdasarkan cinta bhakti yang murni kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, dia tidak tertarik sama sekali terhadap hasil perbuatan. Ia tidak terikat untuk memelihara Diri-Nya sendiri, sebab segala sesuatu diserahkan kepada Krishna. Dia juga tidak berhasrat memperoleh benda-benda ataupun untuk melindungi benda-benda yang sudah dimilikinya. Dia melakukan tugas kewajiban sebaikbaiknya menurut kemampuannya dan dia menyerahkan segala sesuatu kepada Krishna. Orang yang tidak terikat seperti itu selalu bebas dari reaksi-reaksi sebagai akibat hal yang baik dan hal yang buruk; seolah-olah dia tidak berbuat apa-apa. Inilah tanda akarma, atau perbuatan tanpa reaksi dari kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala. Karena itu, perbuatan apapun yang lain yang kekurangan kesadaran Krishna akan mengikat orang yang mengerjakannya, dan itulah ciri vikarmayang nyata, sebagaimana dijelaskan di atas.

    4.21

    nirāśīr yata-cittātmā
    tyakta-sarva-parigrahaḥ
    śārīraḿ kevalaḿ karma
    kurvan nāpnoti kilbiṣam

    nirāśīḥ—tanpa keinginan untuk mendapatkan hasil; yata—dikendalikan; citta-ātmā—pikiran dan kecerdasan; tyakta—meninggalkan; sarva—semuanya; parigrahaḥ—rasa memiliki harta benda; śārīram—dalam memelihara jiwa dan raga; kevalam—hanya; karma—pekerjaan; kurvan—melaksanakan; na—tidak pernah; āpnoti—memperoleh; kilbisam—reaksi-reaksi dosa.

    Terjemahan

    Orang yang mengerti bertindak dengan pikiran dan kecerdasan dikendalikan secara sempurna. Ia meninggalkan segala rasa memiliki harta bendanya dan hanya bertindak untuk kebutuhan dasar hidup. Bekerja dengan cara seperti itu, ia tidak dipengaruhi oleh reaksi-reaksi dosa.

    Penjelasan
    Orang yang sadar akan Krshna tidak mengharapkan hasil yang baik maupun buruk dalam kegiatannya. Pikiran dan kecerdasannya terkendalikan sepenuhnya. Dia mengetahui bahwa Diri-Nya adalah bagian dari Yang Mahakuasa yang mempunyai sifat seperti Yang Mahakuasa. Karena itu, peranan yang dimainkannya, sebagai bagian dari keseluruhan yang mempunyai sifat yang sama seperti keseluruhan itu, bukan kegiatannya sendiri, tetapi hanya sedang dilakukan oleh Yang Mahakuasa melalui dia. Apabila tangan bergerak, tangan tidak bergerak sendiri, tetapi karena usaha seluruh tubuh. Orang yang sadar akan Krishna selalu digabungkan dengan keinginan Yang Mahakuasa, sebab dia tidak mempunyai keinginan untuk kepuasan indera-indera pribadi. Dia bergerak persis seperti suku cadang dalam mesin. Suku cadang dalam mesin perlu diberi oli dan dibersihkan untuk dipelihara. Begitupula, orang yang sadar akan Krishna memelihara Diri-Nya dengan pekerjaannya hanya supaya Diri-Nya tetap kuat untuk melakukan perbuatan dalam cinta-bhakti rohani kepada Tuhan. Karena itu, ia kebal terhadap segala reaksi dari usaha-usahanya. Bagaikan binatang dia tidak mempunyai hak milik bahkan atas badannya sendiri. Pemilik binatang yang kejam kadang-kadang membunuh binatang yang dimilikinya, namun binatang itu tidak mengajukan keberatan. Binatang itu juga tidak mempunyai kebebasan yang sebenarnya. Orang yang sadar akan Krishna tekun sepenuhnya dalam keinsafan diri. Karena itu, sedikit sekali waktunya untuk memiliki obyek material manapun secara palsu. Dia tidak memerlukan cara yang tidak halal untuk mengumpulkan uang guna memelihara jiwa dan raganya. Jadi, dia tidak dicemari oleh dosa-dosa material seperti itu. Dia bebas dari segala reaksi perbuatannya.

    4.22

    yadṛcchā-lābha-santuṣṭo
    dvandvātīto vimatsaraḥ
    samaḥ  siddhāv asiddhau ca
    kṛtvāpi na nibadhyate

    yadṛcchā—dengan sendirinya; lābha—dengan keuntungan; santuṣṭaḥ—puas; dvandva—hal-hal yang relatif; atītaḥ—dilampaui; vimatsaraḥ—bebas dari rasa iri; samaḥ—mantap; siddhau—dalam sukses; asiddhau—kegagalan; ca—juga; kṛtvā—melakukan; api—walaupun; na—tidak pernah; nibadhyate—dipengaruhi.

    Terjemahan

    Orang yang puas dengan keuntungan yang datang dengan sendirinya, bebas dari hal-hal relatif, tidak iri hati, dan mantap baik dalam sukses maupun kegagalan, tidak pernah terikat, walaupun ia melakukan perbuatan.
    Penjelasan
    Orang yang sadar akan Krishna tidak banyak berusaha bahkan untuk memelihara badannya sekalipun. Dia berpuas dengan keuntungan yang diperoleh dengan sendirinya. Dia tidak mengemis maupun meminjam, tetapi dia bekerja dengan jujur sesuai dengan kekuatannya, dan dia berpuas hati dengan apapun yang diperolehnya dengan pekerjaannya yang jujur. Karena itu, dia bebas dalam pencahariannya. Dia tidak membiarkan pengabdian siapapun mengalangi pengabdian pribadinya dalam kesadaran Krishna. Akan tetapi, untuk pengabdian kepada Krishna dia dapat ikut serta dalam jenis perbuatan manapun tanpa diganggu oleh hal-hal relatif dari dunia material. Hal-hal yang relatif di dunia material dirasakan sebagai panas dingin, atau kesengsaraan dan kebahagiaan. Orang yang sadar akan Krishna berada di atas hal-hal yang relatif karena dia tidak ragu-ragu bertindak dengan cara manapun untuk memuaskan Krishna. Karena itu, dia mantap, baik dalam sukses maupun dalam kegagalan. Tanda-tanda tersebut dapat dilihat kalau seseorang sudah memiliki pengetahuan rohani sepenuhnya.

    4.23

    gata-sańgasya muktasya
    jñānāvasthita-cetasāḥ
    yajñāyācarataḥ karma
    samagraḿ pravilīyate

    gata-sańgasya—mengenai orang yang tidak terikat pada sifat-sifat alam material; muktasya—mengenai orang yang mencapai pembebasan; jñāna-avasthita—mantap dalam kerohanian; cetasāh—orang yang kebijaksanaannya; yajñāya—demi yajñā (Krishna); ācarataḥ—bertindak; karma—pekerjaan; samagram—secara keseluruhan; praviliyate—menunggal sepenuhnya.

    Terjemahan

    Pekerjaan orang yang tidak terikat kepada sifat-sifat alam material dan mantap sepenuhnya dalam pengetahuan rohani menunggal sepenuhnya ke dalam kerohanian.

    Penjelasan
    Dengan menjadi sadar akan Krishna sepenuhnya, seseorang dibebaskan dari segala hal yang relatif dan dengan demikian ia dibebaskan dari pencemaran sifat-sifat material. Dia dapat mencapai pembebasan karena dia mengetahui kedudukan dasarnya berhubungan dengan Krishna; jadi, pikirannya tidak dapat ditarik oleh hal-hal di luar kesadaran Krishna. Karena itu, apapun yang dilakukannya, dilakukan untuk Krishna. Krishna adalah Visnu yang asli. Karena itu, semua pekerjaannya dapat disebut dengan istilah korban suci, sebab korban suci bertujuan memuaskan Kepribadian Yang Paling Utama, Visnu, Krishna. Reaksi hasil segala pekerjaan seperti itu tentu saja menunggal ke dalam kerohanian, dan seseorang tidak menderita efek-efek material.

    4.24

    brahmārpaṇaḿ brahma havir
    brahmāgnau brahmaṇā hutam
    brahmaiva tena gantavyaḿ
    brahma-karma-samādhinā

    brahma—bersifat rohani; arpaṇam—sumbangan; brahma—Yang Mahakuasa; haviḥ—mentega; brahma—rohani; agnau—di dalam api penyempurnaan; brahmaṇā—oleh sang roh; hutam—dipersembahkan; brahma—kerajaan  rohani; evā—pasti; tena—oleh dia; gantavyam—untuk dicapai; brahma—rohani; karma—dalam kegiatan; samādhinā—dengan menjadi tekun sepenuhnya.

    Terjemahan

    Orang yang tekun sepenuhnya dalam kesadaran Krishna pasti akan mencapai kerajaan rohani karena dia sudah menyumbang sepenuhnya kepada kegiatan rohani. Dalam kegiatan rohani tersebut penyempurnaan bersifat mutlak dan apa yang dipersembahkan juga mempunyai sifat rohani yang sama.

    Penjelasan
    Di sini diuraikan bagaimana kegiatan dalam kesadaran Krishna akhirnya dapat membawa seseorang sampai tujuan rohani. Ada berbagai kegiatan dalam kesadaran Krishna, dan semua kegiatan itu akan diuraikan dalam ayat-ayat berikut. Tetapi, sementara ini, hanya prinsip kesadaran Krishna diuraikan. Roh yang terikat, terjerat dalam pengaruh material, pasti akan bertindak dalam suasana material, namun ia harus keluar dari lingkungan seperti itu. Proses yang memungkinkan roh yang terikat keluar dari suasana material ialah kesadaran Krishna. Misalnya, orang yang menderita sakit perut akibat minum susu terlalu banyak disembuhkan dengan makanan lain terbuat dari susu, yaitu susu asam. Roh yang terikat dan terlibat sepenuhnya dalam keduniawian dapat disembuhkan oleh kesadaran Krishna sebagaimana dikemukakan di sini dalam Bhagavad-gita. Proses tersebut pada umumnya dikenal sebagai yajñā, atau kegiatan (korban suci) yang hanya dimaksudkan untuk memuaskan Visnu, atau Krishna. Makin banyak kegiatan dunia material yang dilakukan dalam kesadaran Krishna, atau hanya untuk Visnu saja, makin suasana dirohanikan dengan cara penyerapan sepenuhnya. Kata brahma (Brahman) berarti rohani." Tuhan bersifat rohani, dan sinar dari badan rohani Beliau disebut brahmajyoti, cahaya rohani Beliau. Segala sesuatu yang ada terletak dalam brahmajyoti itu, tetapi apabila jyoti ditutupi oleh khayalan (mayā ) atau kepuasan indera-indera itu disebut material. Tirai material tersebut dapat segera dihilangkan oleh kesadaran Krishna. Jadi, persembahan demi kesadaran Krishna, unsur yang memakan persembahan atau sumbangan seperti itu, proses makan, orang yang menyumbang, dan hasilnyā—semua digabungkan bersama-sama—adalah Brahman, atau Kebenaran Mutlak. Kebenaran Mutlak yang ditutupi oleh mayā  disebut alam. Apabila alam digabungkan demi Kebenaran Mutlak, alam memperoleh kembali sifat rohaninya. Kesadaran Krishna adalah proses untuk mengubah kesadaran khayalan menjadi Brahman atau Yang Mahakuasa. Apabila pikiran khusuk sepenuhnya dalam kesadaran Krishna, dikatakan bahwa pikiran berada dalam samadhi, atau semadi. Apapun yang dilakukan dalam kesadaran rohani seperti itu disebut yajñā, atau korban suci demi Sang Mutlak. Dalam kesadaran rohani seperti itu, orang yang menyumbang, sumbangan, cara sumbangan itu dimakan, pelaksana atau pemimpin pelaksanaan, serta hasil atau keuntungan pada akhirnya—segala sesuatu—menjadi satu dalam Sang Mutlak, Brahman Yang Paling Utama. Itulah cara kesadaran Krishna.

    4.25

    daivam evāpare yajñaḿ
    yoginaḥ paryupāsate
    brahmāgnāv apare yajñaḿ
    yajñenaivopajuhvati

    daivam—dalam menyembah para dewa; evā—seperti ini; apare—beberapa yang lain; yajñām—korban-korban suci; yoginaḥ—para ahli kebatinan; paryupāsate—menyembah secara sempurna; brahma—mengenai Kebenaran Mutlak; agnau—di dalam api; apare—orang lain; yajñām—korban suci; yajñena—oleh korban suci; evā—demikian; upajuhvati—mempersembahkan.
    Terjemahan

    Beberapa yogi menyembah para dewa yang sempurna dengan cara menghaturkan berbagai jenis korban suci kepada mereka, dan beberapa di antaranya mempersembahkan korban-korban suci dalam api Brahman Yang Paling Utama.

    Penjelasan
    Sebagaimana diuraikan di atas, orang yang tekun melaksanakan tugas-tugas kewajiban dalam kesadaran Krishna juga disebut seorang yogi yang sempurna atau ahli kebatinan kelas utama. Tetapi ada juga orang lain yang melakukan korban-korban yang serupa dalam sembahyang kepada para dewa, dan ada orang lain lagi yang berkorban kepada Brahman Yang Paling Utama, atau aspek bukan pribadi Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, ada berbagai jenis korban suci menurut golongan-golongan yang berbeda. Aneka golongan korban suci yang dilakukan oleh berbagai jenis pelaksana seperti itu hanya menggariskan aneka jenis korban suci secara lahiriah. Korban suci yang sejati berarti memuaskan Tuhan Yang Maha Esa, Visnu, yang juga bernama yajñā. Segala jenis korban suci terdiri dari dua golongan utama yaitu; mengorbankan harta benda material dan korban suci dalam usaha mencari pengetahuan rohani. Orang yang sadar akan Krishna mengorbankan segala harta benda material untuk memuaskan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan orang lain, yang ingin mendapatkan kesenangan material yang bersifat sementara mengorbankan harta bendanya untuk memuaskan para dewa, misalnya Indra, dewa matahari, dan sebagainya. Orang lain, yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, mengorbankan identitasnya dengan cara menunggal ke dalam keberadaan Brahman yang tidak bersifat pribadi. Para dewa adalah makhluk-makhluk hidup perkasa yang dikuasakan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk memelihara dan mengawasi segala fungsi material seperti memanaskan, menyirami dan menerangi alam semesta. Orang yang tertarik untuk mendapat keuntungan material menyembah para dewa dengan berbagai korban suci menurut ritual-ritual Veda. Mereka disebut bahv-Isvara
    vadi, atau orang yang percaya kepada banyak dewa. Tetapi orang lain, yang menyembah aspek tak pribadi Kebenaran Mutlak dan menganggap bentuk-bentuk para dewa bersifat sementara mengorbankan diri individualnya ke dalam api yang paling utama. Dengan demikian mereka mengakhiri keberadaan individualnya melalui cara menunggal ke dalam keberadaan Yang Mahakuasa. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan seperti itu mengorbankan waktunya dalam angan-angan filsafat untuk mengerti sifat rohani Yang Mahakuasa. Dengan kata lain, orang yang bekerja dengan tujuan mendapat hasil atau pahala untuk dinikmati mengorbankan harta benda materialnya untuk kenikmatan material, sedangkan orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan mengorbankan julukan materialnya dengan maksud menunggal ke dalam keberadaan Yang Mahakuasa. Tempat menghaturkan korban suci dengan api adalah Brahman Yang Paling Utama bagi orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan. Yang dipersembahkan ialah sang diri yang dimakan oleh api Brahman. Akan tetapi, orang yang sadar akan Krishna seperti Arjuna, mengorbankan segala sesuatu untuk memuaskan Krishna, dan dengan demikian, harta benda materialnya berikut Diri-Nya sendiri—segala sesuatu—dikorbankan untuk Krishna. Karena itu, orang yang sadar akan Krishna adalah yogi kelas satu; tetapi ia tidak kehilangan keberadaan pribadinya.

    4.26

    śrotrādīnīndriyāṇy anye
    saḿyamāgniṣu juhvati
    śabdādīn viṣayān anya
    indriyāgniṣu juhvati

    śrotra-ādīni—seperti proses mendengar; indriyāṇi—indera-indera; anye—orang lain; saḿyama—mengekang; agniṣu—di dalam api-api; juhvati—mempersembahkan; śabda-ādīn—getaran suara dan sebagainya; viṣayān—obyek-obyek kepuasan indera-indera; anye—orang lain; indriya—indera-indera; agniṣu—di dalam api-api; juhvati—mereka mengorbankan.

    Terjemahan

    Beberapa orang [para brahmacari yang tidak ternoda] mengorbankan proses mendengar dan indera-indera di dalam api pengendalian pikiran, dan orang lain [orang yang berumah tangga yang teratur] mengorbankan obyek-obyek indera ke dalam api indera-indera.

    Penjelasan
    Para anggota empat bagian kehidupan manusia, yaitu, brahmacari, grhastha, vanaprastha, dan sannyāsī, semua dimaksudkan untuk menjadi yogi atau rohaniwan yang sempurna. Oleh karena kehidupan manusia tidak dimaksudkan untuk menikmati kepuasan indera-indera seperti binatang, empat tingkat kehidupan manusia tersusun sedemikian rupa agar seseorang dapat menjadi sempurna dalam kehidupan rohani. Para brahmacari, atau murid-murid di bawah pengawasan guru kerohanian yang dapat dipercaya, mengendalikan pikiran dengan berpantang kepuasan indera-indera. Seorang brahmacari hanya mendengar kata-kata tentang kesadaran Krishna. Mendengar adalah prinsip dasar untuk pengertian; karena itu, seorang brahma cari yang murni sepenuhnya menekuni harer namanukirtanam—memuji dan mendengar kebesaran Tuhan. Dia mengekang Diri-Nya dari getaran suara material. Dengan demikian, pendengarannya digunakan untuk menekuni getaran suara rohani Hare Krishna, Hare Krishna. Begitu pula, orang yang berumahtangga, yang mempunyai sejenis izin untuk kepuasan indera-indera, melakukan perbuatan seperti itu dengan sangat mengendalikan diri. Hubungan suami isteri, mabuk-mabukan dan makan daging adalah kecenderungan umum masyarakat manusia, tetapi orang berumah tangga yang teratur tidak melakukan hubungan suami-isteri maupun kepuasan indera-indera lainnya secara tidak terbatas. Karena itu pernikahan berdasarkan prinsip-prinsip hidup beragama masih ada dalam semua masyarakat yang beradab, sebab itulah cara untuk mengadakan hubungan suami-isteri secara terbatas. Hubungan suami isteri yang terbatas dan tidak terikat seperti ini juga merupakan sejenis yajñā, sebab orang berumah tangga yang mengendalikan diri mengorbankan kecenderungan umum kepuasan indera-indera dalam hatinya demi kehidupan rohani yang lebih tinggi.

    4.27

    sarvāṇīndriya-karmaṇi
    prāṇa-karmaṇi cāpare
    ātma-saḿyama-yogāgnau
    juhvati jñāna-dīpite
    sarvāni—dari semua; indriya—indera-indera; karmaṇi—fungsi-fungsi; prāṇa-karmaṇi—fungsi-fungsi nafas hidup; ca—juga; apare—orang lain; ātma-saḿyama—mengenai pengendalian pikiran; yoga—proses penyambungan; agnau—di dalam api; juhvati—mempersembahkan; jñāna-dīpite—karena keinginan untuk keinsafan diri.

    Terjemahan

    Orang lain, yang berminat mencapai keinsafan diri dengan cara mengendalikan pikiran dan indera-indera, mempersembahkan fungsi-fungsi semua indera, dan nafas kehidupan, sebagai persembahan ke dalam api pikiran yang terkendalikan.

    Penjelasan
    Sistem yoga yang disusun oleh Patanjali disebut di sini. Di dalam Yoga-sutra  Patanjali, sang roh disebut pratyagatma dan paragatma. Selama sang roh terikat pada kenikmatan indera-indera, sang roh disebut paragatma, tetapi begitu roh yang sama lepas dari ikatan terhadap kanikmatan indera-indera seperti itu, ia disebut pratyagatma. Sang roh dipengaruhi oleh fungsi-fungsi sepuluh jenis angin yang bekerja di dalam tubuh, dan ini dapat dirasakan melalui sistem nafas. Sistem yoga Patanjali mengajarkan orang tentang bagaimana cara mengendalikan fungsi-fungsi angin di dalam badan dengan cara tekhnis supaya akhirnya semua fungsi angin di dalam menguntungkan untuk menyucikan sang roh dari ikatan material. Menurut sistem yoga tersebut, pratyagatma adalah tujuan terakhir. Pratyagatma tersebut ditarik dari kegiatan di lingkungan alam. Ada hal saling mempengaruhi antara indera-indera dengan obyek-obyek indera, misalnya telinga untuk mendengar, mata untuk melihat, hidung untuk mencium, lidah untuk merasakan, tangan untuk meraba, dan semuanya sibuk seperti itu dalam kegiatan di luar sang diri. Itu disebut fungsi-fungsi praṇavayu. Apanavayu turun ke bawah, vyanavayu bertindak untuk menciutkan dan untuk memperbesar, samanavayu mengatur keseimbangan, udanavayu naik ke atas—dan apabila seseorang sudah dibebaskan dari kebodohan, ia menggunakan segala unsur tersebut dalam usaha mencari keinsafan diri.

    4.28

    dravya-yajñās tapo-yajñā
    yoga-yajñās tathāpare
    svādhyāya-jñāna-yajñāś ca
    yatayaḥ saḿśita-vratāḥ
    dravya-yajñāḥ—mengorbankan harta benda; tapaḥ-yajñāḥ—korban suci dalam pertapaan; yoga-yajñāḥ—korban suci dalam kebatinan terdiri dari delapan bagian; tathā—demikian; apare—orang lain; svādhyāya—korban suci dalam mempelajari Veda; jñāna-yajñāḥ—korban suci dalam memajukan pengetahuan rohani; ca—juga; yatayaḥ—orang yang dibebaskan dari kebodohan; saḿśita-vratāḥ—mengikuti sumpahsumpah dengan tegas.

    Terjemahan

    Setelah bersumpah dengan tegas, beberapa di antara mereka dibebaskan dari kebodohan dengan cara mengorbankan harta bendanya, sedangkan orang lain dengan melakukan pertapaan yang keras, dengan berlatih yoga kebatinan terdiri dari delapan bagian, atau dengan mempelajari Veda untuk maju dalam pengetahuan rohani.

    Penjelasan
    Korban-korban suci tersebut terdiri dari berbagai bagian. Ada orang yang mengorbankan harta bendanya dalam bentuk berbagai jenis kedermawanan. Di India, masyarakat pedagang yang kaya atau golongan rājā  membuka berbagai jenis lembaga sosial, misalnya dharmasala, annaksetra, atithisala, anathalaya, dan vidyapitha. Di negaranegara lain juga ada banyak rumah sakit, rumah jompo dan lembaga-lembaga sosial yang serupa yang dimaksudkan untuk membagikan makanan, pendidikan dan pengobatan secara cumacuma untuk orang miskin. Segala kegiatan kedermawanan tersebut disebut dravyamāyayā jñā. Ada pula orang lain yang rela menjalani banyak jenis pertapaan, misalnya candrayana, dan caturmasya untuk naik tingkat dalam kehidupan atau untuk diangkat sampai planet-planet yang lebih tinggi di alam semesta. Proses-proses tersebut menyangkut sumpahsumpah yang tegas untuk hidup di bawah aturan yang ketat. Misalnya, menurut sumpah caturmasya, calon pertapa tidak mencukur jenggot dan kumisnya selama empat bulan dalam satu tahun (Juli sampai Oktober), berpantang makanan tertentu, tidak makan lebih daripada sekali sehari, dan tidak meninggalkan rumahnya. Mengorbankan kesenangan hidup seperti itu disebut tapomāyayā jñā. Ada orang lain lagi yang menekuni berbagai jenis yoga kebatinan, misalnya sistem Patanjali (untuk menunggal ke dalam keberadaan Yang Mutlak), atau hatha-yoga atau astanga-yoga (untuk mencapai kesempurnaankesempurnaan tertentu). Ada beberapa orang yang berjalan ke semua tempat perziarahan yang suci. Segala latihan itu disebut yogayajñā, yaitu berkorban untuk mencapai jenis kesempurnaan tertentu di dunia material. Ada orang lain yang tekun mempelajari berbagai sastera Veda, khususnya Upanisad-upanisad dan Vedanta-sutra, atau filsafat Sāńkhya. Semua kegiatan itu disebut svādhyāyayajñā, atau kesibukan dalam korban suci pelajaran. Semua yogi tersebut tekun dengan setia dalam berbagai jenis korban suci dan mereka mencari status hidup yang lebih tinggi. Akan tetapi, kesadaran Krishna lain daripada kegiatan tersebut, sebab kesadaran Krishna adalah pengabdian langsung kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kesadaran Krishna tidak dapat dicapai dengan salah satu di antara jenis-jenis korban suci tersebut di atas, tetapi hanya dapat dicapai atas karunia Tuhan dan para penyembah Tuhan yang dapat dipercaya. Karena itu, kesadaran Krishna bersifat rohani.



    4.29

    apāne juhvati prāṇaḿ
    prāṇe 'pānaḿ tathāpare
    prāṇāpāna-gatī ruddhvā
    prāṇāyāma-parāyaṇāḥ
    apare niyatāhārāḥ
    prāṇān prāṇeṣu juhvati

    apāne—di dalam udara yang bergerak ke bawah; juhvati—mempersembahkan; prāṇam—udara yang bergerak ke luar; prāṇe—di dalam udara yang bergerak ke luar; apānam—udara yang bergerak ke bawah; tathā—seperti itu juga; apare—lain-lain; prāṇa—mengenai udara yang bergerak ke luar; apāna—dan udara yang bergerak ke bawah; gatī—gerak; ruddhvā—menghentikan; prāṇa-āyāma—semadi yang diprakarsai dengan cara menghentikan segala nafas; parāyaṇāḥ—berminat seperti itu; apare—orang lain; niyata—setelah mengendalikan; āhārāḥ—makan; prāṇān—udara yang keluar; prāṇeṣu—di dalam udara yang keluar; juhvati—korban suci.

    Terjemahan

    Ada orang lain yang tertarik pada proses menahan nafas agar tetap dalam semadi. Mereka berlatih dengan mempersembahkan gerak nafas ke luar ke dalam nafas yang masuk, dan nafas yang masuk ke dalam nafas yang ke luar, dan dengan demikian akhirnya mereka mantap dalam semadi, dengan menghentikan nafas sama sekali. Orang lain membatasi proses makan, dan mempersembahkan nafas ke luar ke dalam nafas yang ke luar sebagai korban suci.

    Penjelasan
    Sistem yoga tersebut untuk mengendalikan proses nafas disebut pranayama, dan pada tahap permulaan, sistem itu dipraktekkan dalam sistem hatha-yoga melalui berbagai sikap duduk (āsana). Semua proses tersebut dianjurkan untuk mengendalikan indera-indera dan kemajuan dalam keinsafan rohani. Latihan tersebut menyangkut mengendalikan udara di dalam badan agar arah jalan udaraudara itu dibalikkan. Udara apana bergerak ke bawah, dan udara prana bergerak ke atas. Seorang pranayama yogi melakukan latihan tarik nafas secara terbalik sampai akhirnya arus-arus udara dinetralisir hingga menjadi puraka, keseimbangan. Mempersembahkan nafas yang dihembus ke dalam nafas ditarik disebut recaka. Apabila kedua arus udara telah dihentikan sama sekali, dikatakan seseorang berada dalam kumbhaka-yoga. Dengan berlatih kumbhakayoga, seseorang dapat memperpanjang usia hidup untuk mencapai kesempurnaan dalam keinsafan rohani. Seorang yogi yang cerdas berminat mencapai kesempurnaan dalam hidup ini, tanpa menunggu sampai penjelmaan yang akan datang. Dengan berlatih kumbhaka-yoga, para yogi memperpanjang usia hidup selama bertahun-tahun. Akan tetapi, orang yang sadar akan Krishna selalu mantap dalam cinta-bhakti rohani kepada Tuhan; karena itu, dengan sendirinya ia mengendalikan indera-inderanya. Indera-indera  seorang penyembah selalu tekun dalam pengabdian kepada Krishna. Karena itu, tidak mungkin indera-indera itu mempunyai kesibukan lain. Jadi, pada akhir riwayatnya, secara wajar seorang penyembah dipindahkan ke alam rohani Sri Krishna. Karena itu, seorang penyembah tidak berusaha memperpanjang umurnya. Dia segera diangkat sampai tingkat pembebasan, sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gita (14.26):
    māḿ ca yo 'vyabhicāreṇa
    bhakti-yogena sevate
    sa guṇān samatītyaitān
    brahma-bhūyāya kalpate
    Orang yang menekuni bhakti yang murni kepada Krishna segera melampaui sifat-sifat alam material dan diangkat sampai tingkat rohani." Orang yang sadar akan Krishna mulai dari tingkat rohani, dan dia senantiasa berada dalam kesadaran seperti itu. Karena itu, dia tidak akan jatuh, dan akhirnya dia segera memasuki tempat tinggal Tuhan. Latihan membatasi makanan dilakukan dengan sendirinya kalau seseorang hanya memakan Krsna-prasādam, atau makanan yang telah dipersembahkan kepada Krishna lebih dahulu. Membatasi proses makan sangat membantu dalam usaha mengendalikan indera-indera. Tanpa mengendalikan indera-indera, tidak mungkin seseorang ke luar dari ikatan material.

    4.30

    sarve 'py ete yajña-vido
    yajña-kṣapita-kalmaṣāḥ
    yajña-śiṣṭāmṛta-bhujo
    yānti brahma sanātanam

    sarve—semuanya; api—walaupun kelihatan lain; ete—ini; yajña-vidaḥ—menguasai tujuan untuk melaksanakan korban-korban suci; yajña-kṣapita—dengan disucikan sebagai hasil pelaksanaan kegiatan seperti itu; kalmaṣāh— dari reaksi-reaksi dosa; yajña-śiṣṭa—dari hasil pelaksanaan yajñā seperti itu; amṛta-bhujaḥ—orang yang sudah merasakan manis yang kekal seperti itu; yānti—mendekati; brahma—Yang Mahakuasa; sanātanam—alam yang kekal.

    Terjemahan

    Semua pelaksana kegiatan tersebut yang mengetahui arti korban suci disucikan dari reaksi-reaksi dosa, dan sesudah merasakan rasa manis yang kekal hasil korban-korban suci, mereka maju menuju alam kekal yang paling utama.

    Penjelasan
    Dari penjelasan tersebut di atas tentang berbagai jenis korban suci (yaitu mengorbankan harta benda, mempelajari Veda atau ajaran filsafat, dan pelaksanaan sistem yoga), ditemukan bahwa tujuan semuanya ialah untuk mengendalikan indera-indera. Kepuasan indera-indera adalah akar kehidupan material. Karena itu, kalau seseorang belum mantap pada tingkat diluar kepuasan indera-indera, maka tidak ada kemungkinan dia akan diangkat sampai tingkat kekal dengan pengetahuan penuh, kebahagiaan yang penuh dan kehidupan yang penuh. Tingkat tersebut berada dalam lingkungan yang kekal, atau lingkungan Brahman. Segala korban suci tersebut di atas membantu seseorang supaya Diri-Nya disucikan dari reaksi-reaksi dosa kehidupan material. Dengan kemajuan tersebut dalam kehidupan, seseorang tidak hanya berbahagia dan kaya dalam hidup ini, tetapi pada akhirnya dia juga memasuki kerajaan Tuhan yang kekal, baik ia menunggal ke dalam Brahman yang tidak bersifat pribadi maupun ia bergaul dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna.



















     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    4.31

     

    nāyaḿ loko 'sty ayajñasya
    kuto 'nyaḥ kuru-sattama

    na—tidak pernah; ayam—ini; lokaḥ—planet; asti—ada; ayajñasya—bagi orang yang tidak melakukan korban suci; kutaḥ—dimanakah; anyaḥ—yang lain; kuru-sat-tama—wahai yang paling baik di antara para Kuru.


    Terjemahan

    Wahai yang paling baik dari keluarga besar Kuru, tanpa korban suci seseorang tidak pernah dapat hidup dengan bahagia baik di planet ini maupun dalam hidup ini: Kalau demikian bagaimana tentang penjelmaan yang akan datang?


    Penjelasan

    Dalam bentuk kehidupan material manapun, seseorang pasti tidak mengetahui kedudukannya yang sebenarnya. Dengan kata lain, kehidupan di dunia material disebabkan reaksi berganda dari kehidupan kita yang berdosa. Kebodohan menyebabkan kehidupan yang berdosa, dan kehidupan berdosa menyebabkan orang terus berada dalam kehidupan material. Kehidupan manusia ialah satu-satunya jalan yang memungkinkan seseorang keluar dari ikatan tersebut. Karena itu, Veda memberikan kesempatan kepada kita untuk keluar dengan menunjukkan jalanjalan kegiatan keagamaan, kesenangan ekonomi, kepuasan indera-indera yang teratur, dan akhirnya, sarana untuk keluar dari keadaan sengsara sepenuhnya. Jalan keagamaan, atau berbagai jenis korban suci yang dianjurkan di atas, dengan sendirinya memecahkan masalah-masalah ekonomi kita. Dengan pelaksanaan yajñā, kita dapat memperoleh makanan secukupnya, susu secukupnya, dan sebagainya—walaupun jumlah penduduk meningkat. Apabila kebutuhan badan disediakan sepenuhnya, sewajarnya tahap berikutnya ialah memuaskan indera-indera. Karena itu, dalam Veda dianjurkan pernikahan yang suci untuk kepuasan indera-indera secara teratur. Dengan demikian, berangsur-angsur seseorang diangkat sampai tingkat pembebasan dari ikatan material, dan kesempurnaan tertinggi kehidupan pembebasan ialah pergaulan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Kesempurnaan dicapai dengan pelaksanaan yajñā (korban suci), sebagaimana diuraikan di atas. Nah, kalau seseorang tidak berminat melakukan yajñā menurut Veda, bagaimana mungkin ia dapat mengharapkan kehidupan yang bahagia bahkan dalam badan ini, apalagi dalam badan lain di planet yang lain? Ada berbagai tingkat kesenangan material di aneka planet surga, dan dalam segala hal, ada kebahagiaan yang tinggi sekali bagi orang yang tekun melakukan berbagai jenis yajñā. Tetapi jenis kebahagiaan tertinggi yang dapat dicapai seseorang ialah Diri-Nya diangkat sampai planet-planet rohani dengan berlatih kesadaran Krishna. Karena itu, kehidupan kesadaran Krishna adalah penyelesaian segala masalah kehidupan material.




    4.32

     

    evaḿ bahu-vidhā yajñā
    vitatā brahmaṇo mukhe
    karma-jān viddhi tān sarvān
    evaḿ jñātvā vimokṣyase

    evam—demikian; bahu-vidhāḥ—berbagai jenis; yajñaḥ—korban suci; vitatāḥ—tersebar; brahmaṇaḥ—dari Veda; mukhe—melalui mulut; karma-jān—dilahirkan dari pekerjaan; viddhi—engkau harus mengetahui; tān—mereka; sarvān—semua; evam—demikian; jñātvā—dengan mengetahui; vimokṣyase—engkau akan mencapai pembebasan.


    Terjemahan

    Segala jenis korban suci tersebut dibenarkan dalam Veda, dan semuanya dilahirkan dari berbagai jenis pekerjaan. Dengan mengetahui jenis-jenis korban suci tersebut dengan cara seperti itu, engkau akan mencapai pembebasan.


    Penjelasan

    Berbagai jenis korban suci, sebagaimana dibicarakan di atas, disebut dalam Veda supaya cocok dengan berbagai jenis orang yang bekerja. Oleh karena orang begitu terikat secara mendalam dalam paham jasmani, korban-korban suci tersebut disusun sedemikian rupa supaya seseorang dapat bekerja dengan badan, pikiran atau dengan kecerdasan. Tetapi semuanya dianjurkan supaya akhirnya membawa pembebasan dari badan. Kenyataan ini dibenarkan oleh Krishna di sini dengan sabda dari bibir Beliau Sendiri.



    4.33

     

    śreyān dravya-mayād yajñāj
    jñāna-yajñaḥ parantapa
    sarvaḿ karmakhilaḿ pārtha
    jñāne parisamāpyate
     
    śreyān—lebih baik; dravya-mayāt—dari harta benda material; yajñāt—daripada korban-korban suci; jñāna-yajñāḥ—korban-korban suci dalam pengetahuan; parantapa—wahai penakluk musuh; sarvam—semua; karma—kegiatan; akhilam—secara keseluruhan; pārtha—wahai putera Pṛthā; jñāne—dalam pengetahuan; parisamāpyate—memuncak.
                            

    Terjemahan

    Wahai penakluk musuh, korban suci yang dilakukan dengan pengetahuan lebih baik daripada hanya mengorbankan harta benda material. Wahai putera Pṛthā, bagaimanapun, maka segala korban suci yang terdiri dari pekerjaan memuncak dalam pengetahuan rohani.


    Penjelasan

    Segala korban suci dimaksudkan untuk mencapai status pengetahuan yang lengkap, kemudian memperoleh pembebasan dari kesengsaraan material, dan akhirnya menekuni cinta-bhakti rohani kepada Tuhan Yang Maha Esa (kesadaran Krishna). Walaupun demikian, ada rahasia mengenai segala kegiatan korban suci tersebut, dan hendaknya orang mengetahui tentang rahasia ini. Kadang-kadang ada berbagai bentuk korban suci menurut kepercayaan tertentu yang dianut oleh pelaksana korban-korban suci itu. Apabila kepercayaan seseorang mencapai pada tahap pengetahuan rohani, maka harus dianggap orang yang melakukan korban-korban suci itu lebih maju daripada orang yang hanya mengorbankan harta benda material tanpa pengetahuan seperti itu; sebab tanpa mencapai pengetahuan, korban-korban suci tetap pada tingkat material dan tidak menganugerahkan berkat rohani. Pengetahuan yang sejati memuncak dalam kesadaran Krishna, tahap pengetahuan rohani tertinggi. Tanpa peningkatan pengetahuan, korban suci hanya merupakan kegiatan material. Akan tetapi, apabila kegiatan tersebut diangkat sampai tingkat pengetahuan rohani, maka segala kegiatan seperti itu memasuki tingkat rohani. Tergantung pada perbedaan kesadaran, kegiatan korban suci kadang-kadang disebut karma-kanda, (kegiatan yang membuahkan hasil) dan kadang-kadang disebut jñānakanda, (pengetahuan dalam usaha mencari kebenaran). Lebih baik apabila tujuan korban suci adalah pengetahuan.


    4.34

     

    tad viddhi praṇipātena
    paripraśnena sevayā
    upadekṣyanti te jñānaḿ
    jñāninas tattva-darśinaḥ

    tat—pengetahuan itu tentang berbagai korban suci; viddhi—cobalah untuk mengerti; praṇipātena—dengan mendekati seorang guru kerohanian; paripraśnena—dengan bertanya secara tunduk hati; sevayā—dengan mengabdikan diri; upadekṣyanti—mereka akan menerima sebagai murid; te—engkau; jñānam—ke dalam pengetahuan; jñāninaḥ—orang yang sudah insaf akan diri; tattva—mengenai kebenaran; darśinaḥ—orang yang melihat.

    Terjemahan

    Cobalah mempelajari kebenaran dengan cara mendekati seorang guru kerohanian. Bertanya kepada beliau dengan tunduk hati dan mengabdikan diri kepada beliau. Orang yang sudah insaf akan Diri-Nya dapat memberikan pengetahuan kepadamu karena mereka sudah melihat kebenaran itu.


    Penjelasan

    Jalan keinsafan diri tentu saja sulit. Karena itu, Krishna menasehati kita agar kita mendekati seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya dalam garis perguruan dari Tuhan Sendiri. Tidak seorangpun dapat menjadi guru kerohanian yang dapat dipercaya tanpa mengikuti prinsip garis perguruan rohani tersebut. Krishna adalah guru kerohanian yang asli, dan orang yang termasuk garis perguruan dapat menyampaikan amanat Krishna menurut aslinya kepada muridnya. Tidak ada orang yang menjadi insaf secara rohani dengan membuat proses sendiri, seperti yang telah menjadi mode di kalangan orang bodoh yang berpura-pura. Di dalam Bhagavatam (6.3.19) dinyatakan, dharmam tu saksad-bhagavat-pranitam: jalan dharma diajarkan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa Sendiri. Karena itu, angan-angan atau argumentasi yang hambar tidak dapat membantu untuk membawa seseorang ke jalan yang benar. Seseorang juga tidak dapat maju dalam kehidupan rohani dengan cara mempelajari buku-buku  pengetahuan sendirian. Orang harus mendekati seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya untuk menerima pengetahuan. Seorang guru kerohanian seperti itu harus diterima dengan penyerahan diri sepenuhnya, dan sebaiknya orang mengabdikan diri kepada sang guru kerohanian seperti hamba yang rendah, bebas dari kemasyhuran yang palsu. Memuaskan sang guru kerohanian yang sudah insaf akan Diri-Nya adalah rahasia kemajuan dalam kehidupan rohani. Pertanyaan dan sikap rendah hati merupakan gabungan yang benar untuk mencapai pengertian rohani. Kalau tidak ada sikap rendah hati dan pengabdian diri, maka pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada sang guru kerohanian yang bijaksana tidak akan berhasil. Seseorang harus sanggup lulus ujian sang guru kerohanian dan apabila sang guru kerohanian melihat keinginan yang tulus di dalam hati sang murid, dengan sendirinya beliau menganugerahi murid itu dengan pengertian rohani yang sejati. Dalam ayat ini, mengikuti secara buta dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak masuk akal, disalahkan. Hendaknya orang tidak hanya mendengar dengan tunduk hati dari guru kerohanian, tetapi ia juga harus mendapat pengertian yang jelas dari beliau, dalam sikap tunduk hati, pengabdian dan pertanyaan. Sewajarnya guru kerohanian sangat murah hati kepada muridnya. Karena itu, apabila sang murid tunduk dan selalu bersedia mengabdikan diri, maka balasan pengetahuan dan pertanyaan menjadi sempurna.


    4.35

     

    yaj jñātvā na punar moham
    evaḿ yāsyasi pāṇḍava
    yena bhūtāny aśeṣāṇi
    drakṣyasy ātmany atho mayi

    yat—yang; jñātvā—mengetahui; na—tidak pernah; punaḥ—lagi; moham—kepada khayalan; evam—seperti ini; yāsyasi—engkau akan pergi; pāṇḍava—wahai putera Pāṇḍu ; yena—yang memungkinkan; bhūtāni—para makhluk hidup; aśeṣāṇi—semua; drakṣyasi—engkau dapat melihat; ātmani—dalam Roh Yang Utama; atha u—dengan kata lain; mayi—di dalam Diri-Ku.


    Terjemahan

    Setelah memperoleh pengetahuan yang sejati dari orang yang sudah insaf akan Diri-Nya, engkau tidak akan pernah jatuh ke dalam khayalan seperti ini, sebab dengan pengetahuan ini engkau dapat melihat bahwa semua makhluk hidup tidak lain daripada bagian Yang Mahakuasa, atau dengan kata lain, bahwa mereka milik-Ku.


    Penjelasan

    Kalau seseorang sudah menerima pengetahuan dari orang yang sudah insaf akan diri, atau orang yang mengetahui tentang hal-hal menurut kedudukannya yang sebenarnya, maka hasilnya ialah bahwa dia mengetahui semua makhluk hidup adalah bagian dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, yang mempunyai sifat yang sama seperti Beliau. Rasa seolah-olah ada kehidupan yang terpisah dari Krishna disebut mayā  (ma—tidak, yā—ini). Ada beberapa orang yang berpikir bahwa tidak ada hubungan antara diri kita dengan Krishna dan mereka menganggap bahwa Krishna hanya tokoh besar dalam sejarah, dan bahwa Yang Mutlak adalah Brahman yang tidak bersifat pribadi. Sebenarnya, sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gita, Brahman yang tidak bersifat pribadi tersebut adalah cahaya pribadi Krishna. Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, adalah sebab segala sesuatu. Dalam Brahma-samhita dinyatakan dengan jelas bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sebab segala sebab. Berjuta-juta titisan dari Tuhan hanyalah berbagai penjelmaan dari Beliau. Begitu pula, para makhluk hidup juga titisantitisan dari Krishna. Para filosof Mayāvadi mempunyai anggapan yang salah seolah-olah Krishna kehilangan kehidupan pribadi-Nya karena Beliau menjadi banyak dalam banyak penjelmaan-Nya. Anggapan tersebut bersifat material. Di dunia material kita mengalami bahwa apabila sesuatu diceraiberaikan, maka benda itu kehilangan identitasnya yang asli. Tetapi para filosof Mayāvadi tidak mengerti bahwa mutlak berarti satu ditambah satu sama dengan satu, dan satu dikurangi satu sama dengan satu. Inilah kenyataan di dunia mutlak.
       Oleh karena kita kekurangan pengetahuan yang cukup di bidang ilmu pengetahuan yang mutlak, saat ini kita ditutupi dengan khayalan. Karena itu, kita berpikir bahwa diri kita berpisah dari Krishna. Walaupun kita bagian-bagian yang terpisah dari Krishna namun sifat kita tidak berbeda dari Krishna. Perbedaan jasmani para makhluk hidup adalah mayā , bukan kenyataan. Kita semua dimaksudkan untuk memuaskan Krishna. Hanya karena mayā  belaka Arjuna berpikir bahwa hubungan jasmani yang bersifat sementara dengan sanak saudaranya lebih penting daripada hubungan rohaninya yang kekal dengan Krishna. Inilah sasaran seluruh ajaran Bhagavad-gita; yaitu bahwa makhluk hidup, sebagai hamba Krishna yang kekal, tidak dapat dipisahkan dari Krishna, dan apabila makhluk hidup merasakan Diri-Nya sebagai identitas yang tidak mempunyai hubungan dengan Krishna, maka itu disebut mayā. Para makhluk hidup, sebagai bagian-bagian dari Yang Mahakuasa, yang mempunyai sifat sama seperti Yang Mahakuasa, mempunyai tujuan yang harus dipenuhi. Oleh karena mereka melupakan tujuan itu sejak sebelum awal sejarah, mereka berada dalam berbagai jenis badan, sebagai manusia, binatang, dewa, dan berbagai jenis kehidupan lainnya. Perbedaan jasmani seperti itu timbul karena mereka lupa akan pengabdian rohani kepada Tuhan. Tetapi apabila seseorang menekuni pengabdian rohani melalui kesadaran Krishna, ia segera dibebaskan dari khayalan tersebut. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan seperti itu hanya dari seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya, dan dengan demikian ia dapat menghindari khayalan bahwa makhluk hidup sejajar dengan Krishna. Pengetahuan sempurna ialah bahwa Roh Yang Utama, Krishna, adalah pelindung utama bagi semua makhluk hidup, dan setelah meninggalkan perlindungan itu, para makhluk hidup dikhayalkan oleh tenaga material dan membayangkan Diri-Nya sendiri mempunyai identitas tersendiri. Jadi, mereka lupa pada Krishna di bawah berbagai taraf identitas material. Akan tetapi, apabila makhluk-makhluk hidup yang berkhayal seperti itu menjadi mantap dalam kesadaran Krishna, dimengerti bahwa mereka sedang menempuh jalan menuju pembebasan, sebagaimana dibenarkan dalam Bhagavatam (2.10.6): muktir hitvanyatharupam svarupena vyavasthitiḥ . Pembebasan berarti menjadi mantap dalam kedudukan dasar sendiri sebagai hamba Krishna yang kekal (kesadaran Krishna).


    4.36

     

    api ced asi pāpebhyaḥ
    sarvebhyaḥ pāpa-kṛt-tamaḥ
    sarvaḿ jñāna-plavenaiva
    vṛjinaḿ santariṣyasi

    api—walaupun; cet—kalau; asi—engkau adalah; pāpebhyaḥ—di antara orang yang berdosa; sarvebhyaḥ—dari semua;  pāpa-kṛt-tamaḥ—orang yang paling berdosa; sarvam—segala reaksi dosa seperti itu; jñāna-plavena—oleh kapal pengetahuan rohani; evā—pasti; vṛjinam—lautan kesengsaraan; santariṣyasi—engkau akan menyeberangi sepenuhnya.


    Terjemahan

    Walaupun engkau dianggap sebagai orang yang paling berdosa di antara semua orang yang berdosa, namun apabila engkau berada di dalam kapal pengetahuan rohani, engkau akan dapat menyeberangi lautan kesengsaraan.


    Penjelasan

    Pengertian yang benar tentang kedudukan dasar kita berhubungan dengan Krishna begitu baik sehingga dapat segera mengangkat diri kita dari perjuangan hidup yang berjalan terus di dalam lautan kebodohan. Dunia material ini kadang-kadang diumpamakan sebagai lautan kebodohan dan kadang-kadang sebagai kebakaran di hutan. Akan tetapi di dalam lautan, meskipun seseorang ahli sekali berenang, perjuangan hidup tetap sangat keras. Kalau ada orang yang sedang berjuang untuk berenang, tetapi hampir tenggelam, lalu seseorang datang dan mengangkat orang itu dari lautan, maka yang mengangkat orang itu dari lautan, adalah juru selamat yang paling mulia. Pengetahuan yang sempurna, diterima dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, adalah jalan menuju pembebasan. Kapal kesadaran Krishna sederhana sekali, tetapi sekaligus paling mulia.


    4.37

     

    yathaidhāḿsi samiddho 'gnir
    bhasma-sāt kurute 'rjuna
    jñānāgniḥ sarva-karmaṇi

    yathā—sebagaimana halnya; edhāḿsi—kayu bakar; samiddhaḥ—berkobar; agniḥ—api; bhasma-sāt—abu; kurute—menjadikan; Arjuna—wahai Arjuna; jñāna-agniḥ—api pengetahuan; sarva-karmaṇi—segala reaksi terhadap kegiatan material; bhasma-sāt—menjadi abu; kurute—ia menjadikan; tathā—seperti itu.


    Terjemahan

    Seperti halnya api yang berkobar mengubah kayu bakar menjadi abu, begitu pula api pengetahuan membakar segala reaksi dari kegiatan material hingga menjadi abu, wahai Arjuna.


    Penjelasan

    Pengetahuan sempurna tentang sang diri dan Diri Yang Utama serta hubungannya diumpamakan sebagai api dalam ayat ini. Api tersebut tidak hanya membakar reaksi dari kegiatan yang tidak saleh, tetapi juga reaksi kegiatan yang saleh, dan mengubah segala reaksi itu menjadi abu. Ada banyak tingkat reaksi; reaksi yang sedang dibuat, reaksi yang sedang berbuah, reaksi yang sudah dicapai dan reaksi a priori. Tetapi pengetahuan tentang kedudukan dasar makhluk hidup membakar segala sesuatu hingga menjadi abu. Apabila pengetahuan seseorang sudah lengkap, maka segala reaksi, baik a priori maupun a posteriori, dibakar. Dalam Veda (Brhadaranyaka Upanisad 4.4.22) dinyatakan, ubhe uhaivaisa ete taraty amatah sadhv asadhuni: Seseorang mengatasi reaksi yang saleh maupun tidak saleh dari pekerjaan."


    4.38

     

    na hi jñānena sadṛśaḿ
    pavitram iha vidyāte
    tat svayaḿ yoga-saḿsiddhaḥ
    kālenātmani vindati

    na—tidak sesuatupun; hi—pasti; jñānena—dengan pengetahuan; sadṛśam—di dalam perbandingan; pavitram—disucikan; iha—di dunia ini; vidyāte—berada; tat—itu; svayam—Diri-Nya sendiri; yoga—dalam bhakti; saḿsiddhaḥ—orang yang sudah matang; kālena—sesudah beberapa waktu; ātmani—dalam Diri-Nya; vindati—menikmati.


    Terjemahan

    Di dunia ini, tiada sesuatupun yang semulia dan sesuci pengetahuan yang melampaui hal-hal duniawi. Pengetahuan seperti itu adalah buah matang dari segala kebatinan. Orang yang sudah ahli dalam latihan bhakti menikmati pengetahuan ini dalam Diri-Nya sesudah beberapa waktu.

    Penjelasan

    Apabila kita membicarakan pengetahuan yang melampaui hal-hal duniawi, kita membicarakan hal itu menurut pengertian rohani. Karena itu, tiada sesuatupun yang semulia dan sesuci pengetahuan yang melampaui hal-hal duniawi. Kebodohan menyebabkan ikatan kita, dan pengetahuanlah yang menyebabkan pembebasan kita. Pengetahuan ini adalah buah matang dari bhakti, dan apabila seseorang sudah mantap dalam pengetahuan yang melampaui hal-hal duniawi, maka ia tidak perlu mencari kedamaian ditempat lain, sebab dia menikmati kedamaian dalam Diri-Nya. Dengan kata lain, pengetahuan dan kedamaian ini memuncak dalam kesadaran Krishna.  Itulah kata terakhir Bhagavad-gita.


     

    4.39

     

    śraddhāvāl labhate jñānaḿ
    tat-paraḥ saḿyatendriyaḥ
    jñānaḿ labdhvā parāḿ śāntim
    acireṇādhigacchati

    śraddhā-vān—orang yang setia; labhate—mencapai; jñānam—pengetahuan; tat-paraḥ—sangat terikat padanya; saḿyata—dikendalikan; indriyaḥ—indera-indera; jñānam—pengetahuan; labdhvā—setelah mencapai; param—rohani; śāntim—kedamaian; acireṇa—dalam waktu yang dekat sekali; adhigacchati—mencapai.


    Terjemahan

    Orang setia yang sudah menyerahkan diri kepada pengetahuan yang melampaui hal-hal duniawi dan menaklukkan indera-inderanya memenuhi syarat untuk mencapai pengetahuan seperti itu, dan setelah mencapai pengetahuan itu, dengan cepat sekali ia mencapai kedamaian rohani yang paling utama.


    Penjelasan

    Pengetahuan tersebut dalam kesadaran Krishna dapat dicapai oleh orang yang setia yang percaya dengan teguh kepada Krishna. Seseorang disebut setia kalau ia berpikir bahwa hanya dengan bertindak dalam kesadaran Krishna ia dapat mencapai kesempurnaan tertinggi. Keyakinan tersebut dicapai dengan pelaksanaan bhakti, dan dengan mengucapkan mantra Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare / Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare, yang menyucikan segala hal material yang kotor dari hati seseorang. Di samping ini, terutama seseorang harus mengendalikan indera-inderanya. Orang yang setia kepada Krishna dan mengendalikan indera-inderanya dengan mudah dapat segera mencapai kesempurnaan dalam pengetahuan kesadaran Krishna.


    4.40

     

    ajñaś cāśraddadhānaś ca
    saḿśayātmā vinaśyati
    nāyaḿ loko 'sti na paro
    na sukhaḿ saḿśayātmanaḥ

    ajñaḥ—orang bodoh yang tidak memiliki pengetahuan tentang Kitab-kitab Suci yang baku; ca—dan; aśraddadhānaḥ—tanpa kepercayaan terhadap Kitab-kitab Suci; ca—juga; saḿśaya—mengenai keragu-raguan; ātmā—seseorang; vinaśyāti—jatuh kembali; na—tidak pernah; ayam—di dalam ini; lokaḥ—dunia ini; asti—ada; na—tidak juga; paraḥ—dalam penjelmaan berikut; na—tidak; sukham—kebahagiaan; saḿśaya—ragu-ragu; ātmanāḥ—mengenai orang.


    Terjemahan

    Tetapi orang yang bodoh dan tidak percaya yang ragu-ragu tentang Kitab-kitab Suci yang diwahyukan, tidak akan mencapai kesadaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa; melainkan mereka jatuh. Tidak ada kebahagiaan bagi orang yang ragu-ragu, baik di dunia ini maupun dalam penjelmaan yang akan datang.


    Penjelasan

    Di antara banyak Kitab Suci baku yang diwahyukan dan dapat dipercaya, Bhagavad-gita adalah yang paling baik. Orang yang hampir seperti binatang tidak mempercayainya, atau ia tidak mengetahui tentang Kitab-kitab Suci yang baku. Walaupun beberapa di antara orang-orang itu sudah mempunyai pengetahuan tentang Kitab-kitab Suci, ataupun dapat mengutip ayat-ayat dari Kitab Suci, sebenarnya mereka tidak percaya kata-kata ini sama sekali. Walaupun orang lain barangkali percaya kepada Kitab-kitab Suci seperti Bhagavad-gita, mereka tidak percaya atau tidak menyembah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna. Orang seperti itu tidak dapat mencapai kedudukan apapun dalam kesadaran Krishna. Mereka jatuh. Di antara semua orang tersebut di atas, dan orang yang tidak percaya selalu ragu-ragu tidak maju sedikitpun. Orang yang tidak percaya kepada Tuhan dan sabda Beliau yang diwahyukan tidak menemukan kebaikan apapun di dunia ini, ataupun dalam penjelmaan yang akan datang. Tidak ada kebahagiaan sama sekali bagi mereka. Karena itu, sebaiknya orang mengikuti prinsip-prinsip Kitab-kitab Suci yang telah diwahyukan dengan keyakinan, dan dengan demikian mereka akan diangkat sampai tingkat pengetahuan. Hanya pengetahuan inilah yang akan membantu seseorang agar dia dapat di angkat sampai tingkat-tingkat yang melampaui keduniawian dalam pengertian rohani. Dengan kata lain, orang yang ragu-ragu tidak mempunyai status sama sekali dalam pembebasan rohani. Karena itu, hendaknya seseorang mengikuti langkah-langkah para ācārya yang mulia dalam garis perguruan dan dengan demikian mencapai sukses.



    4.41

     

    yoga-sannyasta-karmaṇaḿ
    jñāna-sañchinna-saḿśayam
    ātmavantaḿ na karmaṇi
    nibadhnanti dhanañjaya

    yoga—oleh bhakti dalam karma-yoga; sannyasta—orang yang sudah melepaskan ikatan; karmaṇām—hasil perbuatan; jñāna—oleh pengetahuan; sañchinna—dipotong; saḿśayam—keragu-raguan; ātma-vān tam—mantap dalam sang diri; na—tidak pernah; karmaṇi—pekerjaan; nibadhnanti—mengikat; dhanañjaya—wahai perebut kekayaan.


    Terjemahan

    Orang yang bertindak dalam bhakti, dan melepaskan ikatan terhadap hasil perbuatannya, dan keragu-raguannya sudah dibinasakan oleh pengetahuan rohani sungguh-sungguh mantap dalam sang diri. Dengan demikian, ia tidak diikat oleh reaksi pekerjaan, wahai perebut kekayaan.


    Penjelasan

    Berkat pengetahuan rohani, orang yang mengikuti ajaran Bhagavad-gita, sebagaimana diajarkan oleh Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sendiri, dibebaskan dari segala keragu-raguan. Sebagai bagian dari Krishna yang mempunyai sifat yang sama seperti Krishna, dia sadar akan Krishna sepenuhnya dan sudah mantap dalam pengetahuan tentang sang diri. Karena itu, tidak dapat diragukan lagi bahwa dia berada di atas ikatan terhadap perbuatan.



    4.42

     

    tasmād ajñāna-sambhūtaḿ
    hṛt-sthaḿ jñānāsinātmanaḥ
    chittvāinaḿ saḿśayaḿ yogam
    ātiṣṭhottiṣṭha bhārata


    tasmāt—karena itu; ajñāna-sambhūtam—dilahirkan dari kebodohan; hṛt-stham—terletak di dalam hati; jñāna—pengetahuan; asinā—oleh senjata; ātmanāḥ—dari sang diri; chittvā—memutuskan; enam—ini; saḿśayam—keragu-raguan; yogam—dalam yoga; ātiṣṭha—jadilah mantap; uttiṣṭha—bangunlah untuk bertempur; Bhārata—wahai putera keluarga Bhārata.


    Terjemahan

    Karena itu, keragu-raguan yang telah timbul dalam hatimu karena kebodohan harus dipotong dengan senjata pengetahuan. Wahai Bhārata, dengan bersenjatakan yoga, bangunlah dan bertempur.


    Penjelasan

    Sistem yoga yang diajarkan dalam bab ini disebut Sanatana-yoga, atau kegiatan kekal yang dilakukan oleh makhluk hidup. Di dalam yoga tersebut ada dua bagian perbuatan korban suci; yang satu disebut mengorbankan harta benda, dan yang lain disebut ilmu pengetahuan tentang sang diri, yang merupakan kegiatan yang bersifat rohani murni. Jika kegiatan mengorbankan harta benda material tidak digabungkan demi keinsafan rohani, maka korban suci seperti itu akan bersifat material. Tetapi orang yang melakukan korban suci seperti itu dengan tujuan rohani, atau dalam bhakti, adalah melakukan korban suci yang sempurna. Apabila kita meneliti kegiatan rohani, kita menemukan bahwa kegiatan rohani juga dibagi menjadi dua yaitu; pengertian tentang diri sendiri (atau tentang kedudukan dasar kita), dan kebenaran mengenai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang mengikuti jalan Bhagavad-gita menurut aslinya dengan mudah sekali dapat mengerti dua bagian penting tersebut dalam pengetahuan rohani. Orang itu tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh pengetahuan sempurna tentang sang diri sebagai bagian dari Krishna yang mempunyai sifat sama seperti Krishna. Pengertian tersebut bermanfaat, sebab orang seperti itu dapat mengerti kegiatan rohani Krishna dengan mudah. Pada awal bab ini kegiatan rohani Krishna dibicarakan oleh Tuhan Yang Maha Esa Sendiri. Orang yang tidak mengerti ajaran Bhagavad-gita tidak mempunyai keyakinan, dan dianggap menyalahgunakan sebutir kebebasan yang telah dianugerahkan kepadanya oleh Tuhan. Walaupun ada pelajaran seperti itu, orang yang tidak mengerti sifat yang sejati Tuhan sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang kekal, penuh pengetahuan dan Mahatahu, pasti adalah orang bodoh nomor satu. Kebodohan dapat dihilangkan secara berangsur-angsur dengan menerima prinsip-prinsip kesadaran Krishna. Kesadaran Krishna dibangkitkan dengan berbagai jenis korban suci kepada para dewa, korban suci kepada Brahman, korban suci dalam berpantang hubungan suami-isteri, dalam hidup berumah tangga, dalam mengendalikan indera-indera, dalam berlatih yoga kebatinan, dalam pertapaan, dalam melepaskan ikatan terhadap harta benda material, dalam mempelajari Veda, dan dengan ikut serta dalam lembaga masyarakat yang disebut varnasramadharma. Segala macam hal tersebut dikenal sebagai korban suci, dan semuanya berdasarkan perbuatan yang teratur. Tetapi dalam semua kegiatan tersebut, unsur yang penting adalah keinsafan diri. Orang yang mencari tujuan itu adalah murid Bhagavad-gita yang sejati, tetapi orang yang ragu-ragu tentang kekuasaan Krishna akan jatuh kembali. Karena itu, dianjurkan agar seseorang mempelajari Bhagavad-gita, atau kitab suci yang lain di bawah bimbingan seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya dengan pengabdian dan penyerahan diri. Seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya, termasuk garis perguruan sejak jaman purbakala, dan dia tidak menyimpang sedikitpun dari ajaran Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana diajarkan berjuta-juta tahun yang lalu kepada dewa matahari. Ajaran Bhagavad-gita telah turun-temurun ke dalam kerajaan di bumi dari dewa matahari. Karena itu, hendaknya orang mengikuti ajaran Bhagavad-gita, sebagaimana diungkapkan dalam Bhagavad-gita sendiri dan waspada terhadap orang yang mementingkan Diri-Nya sendiri, mencari pujian pribadi dan menyesatkan orang lain dari jalan yang sejati. Krishna pasti Kepribadian Yang Paling Utama, dan kegiatan Krishna bersifat rohani. Orang yang mengerti kenyataan ini adalah orang yang sudah mencapai pembebasan sejak awal ia mulai mempelajari Bhagavad-gita.
    Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Empat Srimad Bhagavad-gita perihal Pengetahuan Rohani."



    --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Visit Related Posts Below:



















  • Mau Beli Buku Bhagavad-gita, Srimad-bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, dll?
    Senin - Minggu - Hari Libur | 08.00 - 21.00 WIB | http://mahanilastore.blogspot.com
    0812-7740-3909 dan 0819-9108-4996

    SMS/PHONE  : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
                           : 0819-9109-9321 (Mahanila)
    WhatsApp     : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
    BBM               : 5D40CF2D dan D5E8718B

    Menjual buku-buku rohani Srimad Bhagavad-gita, Srimad Bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Purana, Kue Kering, Dupa, Aksesoris, Kartal, Mrdanga, Saree, Air Gangga, Dipa, Kurta, Dhotti, Kipas Cemara, Kipas Bulu Merak, Poster, Japamala, Kantong Japa, Gelang, Kantimala, Rok Gopi, Choli, Blues, Pin, Bros, Kaos, Desain Website dan Database Microsoft Access, Logo, Neon Box, Safety Sign dll.

    Terimakasih Atas Kunjungan Anda.

    Karma-yoga: Perbuatan dalam Kesadaran Krishna

    5.1 
     
    Arjuna uvāca
    sannyāsaḿ karmaṇāḿ kṛṣṇa
    punar yogaḿ ca śaḿsasi
    yac chreya etayor ekaḿ
    tan me brūhi su-niścitam

    Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; sannyāsam—melepaskan ikatan; karmaṇām—dari segala kegiatan; kṛṣṇa—o Krishna; punaḥ—lagi; yogam—bhakti; ca—juga; śaḿsasi—Anda memuji; yat—yang; śreyaḥ—lebih bermanfaat; etayoḥ—di antara keduanya; ekam—satu; tat—itu; me—kepada hamba; brūhi—mohon memberitahukan; su-niścitam—secara pasti.


    Terjemahan

    Arjuna berkata: O Krishna, pertama-tama Anda meminta supaya hamba melepaskan ikatan terhadap pekerjaan, kemudian sekali lagi Anda menganjurkan bekerja dengan bhakti. Sekarang mohon memberitahukan kepada hamba secara pasti yang mana di antara keduanya lebih bermanfaat?

    Penjelasan

    Dalam Bab Lima Bhagavad-gita, Krishna menyatakan bahwa pekerjaan dalam bhakti lebih baik daripada berangan-angan secara hambar. Di antara kedua proses tersebut pengabdian suci bhakti lebih mudah, sebab bhakti bersifat rohani. Karena itulah bhakti membebaskan seseorang dari segala reaksi. Dalam Bab Dua, pengetahuan pendahuluan tentang sang roh dan ikatannya dengan badan jasmani dijelaskan. Bagaimana cara keluar dari kurungan material ini dengan buddhi-yoga atau bhakti juga dijelaskan dalam Bab Dua. Dalam Bab Tiga, dijelaskan bahwa orang yang mantap pada tingkat pengetahuan tidak mempunyai tugas kewajiban lagi yang harus dilakukannya. Dalam Bab Empat, Krishna memberitahukan kepada Arjuna bahwa segala jenis pekerjaan korban suci memuncak dalam pengetahuan. Akan tetapi, pada akhir Bab Empat, Krishna menasehatkan agar Arjuna bangun dan bertempur, dengan menjadi mantap dalam pengetahuan yang sempurna. Karena itu, penegasan bahwa bekerja dalam bhakti dan tidak melakukan perbuatan atas dasar pengetahuan kedua-duanya penting, Krishna telah mengakibatkan Arjuna kebingungan sehingga ketabahan hatinya kacau. Arjuna mengerti bahwa melepaskan ikatan dalam pengetahuan menyangkut menghentikan segala jenis pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan indera-indera. Tetapi kalau seseorang melakukan pekerjaan dalam bhakti, maka bagaimana mungkin pekerjaan dihentikan? Dengan kata lain, Arjuna berpikir bahwa sannyāsa, atau melepaskan ikatan atas dasar pengetahuan, seharusnya sama sekali bebas dari segala jenis kegiatan, sebab pekerjaan dan melepaskan ikatan, bagi Arjuna tampaknya tidak cocok satu sama lain. Kelihatannya Arjuna belum mengerti bahwa pekerjaan yang dilakukan dengan pengetahuan yang penuh tidak membawa reaksi dan karena itu pekerjaan seperti itu sama seperti tidak melakukan perbuatan. Karena itu, Arjuna bertanya apakah sebaiknya dia menghentikan pekerjaan sama sekali atau bekerja dengan pengetahuan sepenuhnya.


    5.2

    śrī-bhagavān uvāca
    sannyāsaḥ karma-yogaś ca
    niḥśreyasa-karāv ubhau
    tayos tu karma-sannyāsāt
    karma-yogo viśiṣyate

    Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; sannyāsaḥ—melepaskan ikatan terhadap pekerjaan; karma-yogaḥ—pekerjaan dalam bhakti; ca—juga; niḥśreyasa-karau—menuju jalan pembebasan; ubhau—kedua-duanya; tayoḥ—dari kedua-duanya; tu—tetapi; karma-sannyāsāt—dibandingkan dengan melepaskan ikatan terhadap pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala; karma-yogaḥ—pekerjaan dalam bhakti; viśiṣyate—lebih baik.


    Terjemahan

    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa menjawab: Melepaskan ikatan terhadap pekerjaan dan bekerja dalam bhakti maka kedua-duanya bermanfaat untuk mencapai pembebasan. Tetapi di antara keduanya, pekerjaan dalam bhakti lebih baik daripada melepaskan ikatan terhadap pekerjaan.


    Penjelasan

    Kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala (yang bertujuan untuk mencari kepuasan indera-indera) menyebabkan ikatan material. Selama seseorang masih sibuk dalam kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kesenangan jasmani, pasti ia berpindah-pindah ke dalam berbagai jenis badan, dan dengan demikian akan melanjutkan ikatan material untuk selamanya. Dalam Srimad-Bhagavatam (5.5.4-6) kenyataan ini dibenarkan sebagai berikut:

    nūnaḿ pramattaḥ kurute vikarma
    yad indriya-prītaya āpṛṇoti
    na sādhu manye yata ātmano 'yam
    asann api kleśa-da āsa dehaḥ


    parābhavas tāvad abodha-jāto
    yāvan na jijñāsata ātma-tattvām
    yāvat kriyās tāvad idaḿ mano vai
    karmatmakaḿ yena śarīra-bandhaḥ


    evaḿ manaḥ karma-vaśaḿ prayuńkte
    avidyayātmany upadhīyamāne
    prītir na yāvan mayi vāsudeve
    na mucyate deha-yogena tāvat

    Orang gila mencari kepuasan untuk indera-indera, dan mereka tidak mengetahui bahwa badan yang dimilikinya sekarang, yang penuh kesengsaraan, adalah hasil kegiatan yang bertujuan untuk membuahkan hasil atau pahala yang dilakukan pada masa lampau. Walaupun badan ini bersifat sementara, badan selalu memberikan kesulitan kepada kita dengan berbagai cara. Karena itu, bertindak untuk kepuasan indera-indera adalah hal yang kurang baik. Seseorang dianggap gagal dalam kehidupan selama ia tidak bertanya tentang identitasnya yang sejati. Selama seseorang masih belum mengetahui identitasnya yang sejati, ia harus bekerja untuk hasil atau pahala demi kepuasan indera-indera, dan selama ia terikat dalam kesadaran kepuasan indera-indera ia harus berpindah-pindah dari satu badan ke dalam badan lain. Walaupun pikiran barangkali sibuk dalam kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil dan dipengaruhi oleh kebodohan, seseorang harus mengembangkan rasa cinta kasih dalam bhakti kepada Vasudeva. Hanya pada waktu itulah ia dapat memperoleh kesempatan untuk keluar dari ikatan kehidupan material."
    Karena itu, jñāna (atau pengetahuan bahwa diri kita bukan badan jasmani ini, melainkan diri kita adalah sang roh) tidak cukup untuk mencapai pembebasan. Seorang harus bertindak dalam status sebagai sang roh; kalau tidak demikian, tidak mungkin ia luput dari ikatan material. Akan tetapi, perbuatan dalam kesadaran Krishna bukan perbuatan pada tingkat yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil. Kegiatan yang dilakukan dalam pengetahuan sepenuhnya memperkuat kemajuan seseorang dalam pengetahuan yang sejati. Tanpa kesadaran Krishna, hanya melepaskan ikatan terhadap kegiatan yang di maksudkan untuk membuahkan hasil tidak sungguh-sungguh menyucikan hati roh yang terikat. Selama hati belum disucikan, seseorang harus bekerja pada tingkat yang di maksudkan untuk membuahkan hasil. Tetapi perbuatan dalam kesadaran Krishna dengan sendirinya membantu seseorang untuk melepaskan diri dari akibat perbuatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil sehingga dia tidak perlu turun lagi ke tingkat kehidupan material. Karena itu, perbuatan dalam kesadaran Krishna selalu lebih baik daripada melepaskan ikatan, yang selalu membawa resiko seseorang akan jatuh. Melepaskan ikatan tanpa kesadaran Krishna kurang lengkap, sebagaimana dibenarkan oleh Srila Rupa Gosvami dalam bukunya yang berjudul Bhakti-rasamrta-sindhu (1.2.258):

    prāpañcikatayā buddhyā
    hari-sambandhi-vastunaḥ
    mumukṣubhiḥ parityāgo
    vairāgyaḿ phalgu kathyate

    Apabila orang yang ingin mencapai pembebasan melepaskan ikatan terhadap hal yang ada hubungan dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dengan berpikir bahwa hal-hal itu bersifat material, maka pelepasan ikatan mereka kurang lengkap." Pelepasan ikatan menjadi lengkap apabila dilakukan dengan pengetahuan bahwa segala sesuatu yang ada dimiliki oleh Krishna dan hendaknya tiada seorangpun yang mengatakan bahwa Diri-Nya memiliki sesuatu. Sebaiknya orang mengerti bahwa, pada hakekatnya, tiada sesuatu yang dapat dimiliki oleh siapapun. Kalau demikian, bagaimana mungkin seseorang, melepaskan ikatan? Orang yang mengetahui bahwa segala sesuatu adalah milik Krishna selalu mantap dalam ketidakterikatan. Oleh karena segala sesuatu adalah milik Krishna, hendaknya segala sesuatu digunakan untuk bhakti kepada Krishna. Bentuk perbuatan yang sempurna tersebut dalam kesadaran Krishna jauh lebih baik daripada banyak melepaskan ikatan dengan cara yang tidak wajar seperti yang dilakukan oleh seorang sannyāsī dari golongan Mayāvadi.



    5.3

     

    jñeyaḥ sa nitya-sannyāsī
    yo na dveṣṭi na kāńkṣati
    nirdvandvo hi mahā-bāho
    sukhaḿ bandhāt pramucyate
     
    jñeyaḥ—harus diketahui; saḥ—dia; nitya—senantiasa; sannyāsī—orang yang melepaskan ikatannya; yaḥ—siapa; na—tidak pernah; dveṣṭi—membenci; na—tidak juga; kāńkṣati—menginginkan; nirdvandvaḥ—bebas dari segala hal yang relatif; hi—pasti; mahā-bāho—wahai yang berlengan perkasa; sukham—dengan bahagia; bandhāt—dari ikatan; pramucyate—dibebaskan sepenuhnya.


    Terjemahan

    Orang yang tidak membenci atau pun menginginkan hasil atau pahala dari kegiatannya dikenal sebagai orang yang selalu melepaskan ikatan. Orang seperti itu, yang bebas dari segala hal yang relatif, dengan mudah mengatasi ikatan material dan mencapai pembebasan sepenuhnya, wahai Arjuna yang berlengan perkasa.


    Penjelasan

    Orang yang sadar akan Krishna sepenuhnya selalu melepaskan ikatan karena dia tidak membenci dan tidak ingin mendapatkan hasil dari perbuatannya. Orang yang melepaskan ikatan seperti itu, yang sudah menyerahkan Diri-Nya untuk cinta-bhakti rohani kepada Tuhan, sudah mempunyai kwalifikasi yang lengkap dalam pengetahuan, sebab dia mengetahui kedudukan dasarnya dalam hubungannya dengan Krishna. Dia mengetahui dengan baik bahwa Krishna adalah keseluruhan dan Diri-Nya adalah bagian dari Krishna yang mempunyai sifat sama seperti Krishna. Pengetahuan seperti itu sempurna, sebab pengetahuan itu benar, baik menurut sifat maupun jumlah. Paham bahwa sang roh bersatu dengan Krishna tidak benar, sebab bagian percikan tidak dapat menjadi sejajar dengan keseluruhan. Pengetahuan bahwa diri kita bersatu dalam sifat namun berbeda dalam jumlah adalah pengetahuan rohani yang benar yang membawa seseorang hingga ia menjadi lengkap dalam Diri-Nya, dan tidak ada sesuatu yang ingin diperolehnya maupun sesuatu yang disesalkannya. Tidak ada hal-hal yang relatif dalam pikirannya, sebab segala perbuatannya dilakukan untuk Krishna. Dengan dibebaskan dari hal-hal relatif seperti itu, dia mencapai pembebasan—walaupun dia masih berada di dunia material ini.

    5.4

     

    sāńkhya-yogau pṛthag bālāḥ
    pravādānti na paṇḍitāḥ
    ekam apy āsthitaḥ samyag
    ubhayor vindate phalam

    sāńkhya mempelajari dunia material secara analisis; yogau—pekerjaan dalam bhakti; pṛthak—berbeda; bālāḥ—orang yang kurang cerdas; pravādānti—berkata; na—tidak pernah; paṇḍitāḥ—orang bijaksana; ekam—dalam satu; api—walaupun; āsthitāḥ—menjadi mantap; samyak—lengkap; ubhayoḥ—dari kedua-duanya; vindate—menikmati; phalam—hasil.


    Terjemahan

    Hanya orang yang bodoh membicarakan bhakti [karma-yoga] sebagai hal yang berbeda dari mempelajari dunia material secara analisis [sankhya ]. Orang yang benar-benar bijaksana mengatakan bahwa orang yang menekuni salah satu di antara kedua jalan tersebut dengan baik akan mencapai hasil dari kedua-duanya.

    Penjelasan

    Tujuan dari mempelajari dunia material secara analisis ialah untuk menemukan hakekat kehidupan. Hakekat dunia material adalah Visnu, atau Roh Yang Utama. Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa terdiri dari pengabdian kepada Roh Yang Utama. Salah satu proses tersebut dapat diumpamakan sebagai kegiatan menemukan akar pohon, sedangkan proses lainnya adalah menyiramkan air pada akar itu. Siswa filsafat (Sāńkhya) yang sejati menemukan akar dunia material, yaitu Visnu. Kemudian, dalam pengetahuan yang sempurna, dia menekuni pengabdian kepada Tuhan. Karena itu, pada hakekatnya tidak ada perbedaan di antara kedua proses tersebut, sebab tujuan kedua-duanya adalah Visnu. Orang yang tidak mengetahui tujuan terakhir mengatakan bahwa hakekat Sāńkhya dan karma-yoga tidak sama, tetapi orang yang berpengetahuan mengetahui tujuan yang menyatu dari kedua proses yang berbeda ini.


    5.5

    yat sāńkhyaiḥ prāpyate sthānaḿ
    tad yogair api gamyate
    ekaḿ sāńkhyaḿ ca yogaḿ ca
    yaḥ paśyati sa paśyati

    yat—apa; sāńkhyaiḥ—melalui filsafat Sāńkhya; prāpyate—dicapai; sthānam—tempat; tat—itu; yogaiḥ—oleh bhakti; api—juga; gamyate—seseorang dapat mencapai; ekam—satu; sāńkhyam—mempelajari secara analisis; ca—dan; yogam—perbuatan dalam bhakti; ca—dan; yaḥ—orang yang; paśyati—melihat; saḥ—dia; paśyāti—sungguh-sungguh melihat.


    Terjemahan

    Orang yang mengetahui bahwa kedudukan yang dicapai dengan cara belajar secara analisis juga dapat dicapai dengan bhakti, dan karena itu melihat bahwa pelajaran analisis dan bhakti sejajar, melihat hal-hal dengan sebenarnya.


    Penjelasan

    Tujuan sejati riset di bidang filsafat ialah untuk menemukan tujuan hidup yang paling utama. Oleh karena tujuan hidup yang paling utama ialah keinsafan diri, tidak ada perbedaan di antara kesimpulan-kesimpulan yang dicapai melalui kedua proses tersebut. Dengan riset filsafat Sāńkhya seseorang mencapai kesimpulan bahwa makhluk hidup bukan bagian dunia material yang mempunyai sifat yang sama seperti dunia material, melainkan ia bagian dari keseluruhan rohani yang paling utama yang mempunyai sifat yang sama seperti keseluruhan rohani itu. Karena itu, sang roh tidak mempunyai hubungan dengan dunia material; perbuatan sang roh harus mempunyai suatu hubungan dengan Yang Mahakuasa. Apabila sang roh bertindak dalam kesadaran Krishna, ia sungguh-sungguh berada dalam kedudukan dasarnya. Melalui proses pertama, yaitu Sāńkhya, seseorang harus menjadi bebas dari ikatan terhadap alam, dan dalam proses yogabhakti, seseorang harus menjadi terikat terhadap pekerjaan dalam kesadaran Krishna. Pada hakekatnya, kedua proses tersebut sama, meskipun secara lahiriah tampak salah satu proses menyangkut ketidak terikatan sedangkan yang lain menyangkut ikatan. Ketidakterikatan terhadap alam dan ikatan terhadap Krishna adalah satu dan sama saja. Orang yang dapat melihat kenyataan ini melihat hal-hal dengan sebenarnya.


    5.6

     

    sannyāsas tu mahā-bāho
    duḥkham āptum ayogātaḥ
    yoga-yukto munir brahma
    na cireṇādhigacchati

    sannyāsaḥ—tingkatan hidup untuk melepaskan ikatan; tu—tetapi; mahā-bāho—wahai yang berlengan perkasa; duḥkham—dukacita; āptum—menyakiti seseorang dengan; ayogātaḥ—tanpa bhakti; yoga-yuktaḥ—orang yang tekun dalam bhakti; muniḥ—orang yang ahli berpikir; brahma—Yang Mahakuasa; na cireṇa—tanpa ditunda; adhigacchati—mencapai.


    Terjemahan

    Kalau seseorang hanya melepaskan segala kegiatan namun tidak menekuni bhakti kepada Tuhan, itu tidak dapat membahagiakan Diri-Nya. Tetapi orang yang banyak berpikir yang menekuni bhakti dapat mencapai kepada Yang Mahakuasa dengan segera, wahai yang berlengan perkasa.


    Penjelasan

    Ada dua golongan sannyāsī, (orang pada tingkatan hidup untuk melepaskan ikatan). Yaitu: para sannyāsī Mayāvadi yang sibuk mempelajari filsafat Sāńkhya, dan para sannyāsī Vaisnava yang tekun mempelajari filsafat bhagavatam serta memberikan penjelasan yang benar tentang Vedanta-sutra. Para sannyāsī Mayāvadi juga mempelajari Vedanta-sutra, tetapi mereka menggunakan tafsiran sendiri, yang berjudul śarīrakabhasya, karangan Sankaracarya. Para siswa perguruan Bhagavata menekuni bhakti kepada Tuhan menurut peraturan pancaratrika. Karena itu, para sannyāsī Vaisnava mempunyai berbagai kesibukan dalam bhakti rohani kepada Krishna. Para sannyāsī Vaisnava tidak mempunyai hubungan apapun dengan kegiatan material, namun mereka melakukan berbagai kegiatan dalam bhaktinya kepada Tuhan. Tetapi para sannyāsī Mayāvadi, yang sibuk mempelajari Sāńkhya, Vedanta dan angan-angan, tidak dapat menikmati bhakti rohani kepada Tuhan. Oleh karena pelajaran mereka sangat membosankan, kadang-kadang mereka bosan berangan-angan tentang Brahman, sehingga mereka berlindung kepada Bhagavatam tanpa pengertian yang benar. Sebagai akibatnya, mereka mengalami kesulitan dalam mempelajari Srimad-Bhagavatam. Angan-angan yang hambar dan penafsiran yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dengan cara yang tidak wajar semuanya tidak berguna untuk dilakukan oleh para sannyāsī Mayāvadi ini. Para sannyāsī Vaisnava yang menekuni bhakti berbahagia dalam melaksanakan tugas-tugas rohaninya. Terjamin pula bahwa akhirnya mereka akan memasuki kerajaan Tuhan. Para sannyāsī Mayāvadi kadang-kadang jatuh dari jalan keinsafan diri, sehingga mereka terjun sekali lagi ke dalam kegiatan duniawi yang bersifat kedermawanan dan sosial, yang tidak lain adalah kesibukan material. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa kedudukan orang yang tekun dalam kegiatan kesadaran Krishna lebih baik daripada kedudukan para sannyāsī yang hanya sibuk dalam angan-angan tentang apa arti Brahman dan apa yang bukan Brahman, walaupun pada akhirnya mereka juga akan mencapai kesadaran Krishna sesudah dilahirkan berulang kali.


    5.7

    yoga-yukto viśuddhātmā
    vijitātmā jitendriyaḥ
    sarva-bhūtātma-bhūtātmā
    kurvann api na lipyate

    yoga-yuktaḥ—tekun dalam bhakti; viśuddha-ātmā—roh yang sudah disucikan; vijita-ātmā—mengendalikan diri; jita-indriyaḥ—setelah menaklukkan indera-indera; sarva-bhūta—kepada semua makhluk hidup; ātma-bhūta-ātmāmenyayangi; kurvan api—meskipun sibuk bekerja; na—tidak pernah; lipyate—terikat.


    Terjemahan

    Orang yang bekerja dalam bhakti, yang menjadi roh yang murni, yang mengendalikan pikiran dan indera-indera, dicintai oleh semua orang, dan diapun mencintai semua orang. Walaupun dia selalu bekerja, dia tidak pernah terikat.


    Penjelasan

    Orang yang sedang menempuh jalan pembebasan dengan cara kesadaran Krishna sangat dicintai oleh semua makhluk hidup, dan semua makhluk hidup sangat ia cintai. Ini karena dia sadar akan Krishna. Orang seperti itu tidak dapat berpikir tentang makhluk hidup manapun sebagai sesuatu yang terpisah dari Krishna, seperti halnya daun dan cabang sebatang pohon tidak terpisah dari pohon itu. Dia paham sekali bahwa dengan menyiramkan air pada akar sebatang pohon, air akan disalurkan kepada semua daun dan cabang, atau dengan menyediakan makanan kepada perut, tenaga dengan sendirinya akan disalurkan ke seluruh badan. Oleh karena yang bekerja dalam kesadaran Krishna bersifat pengabdian diri kepada semua orang, maka dia sangat dicintai oleh semua orang. Oleh karena semua orang puas akan pekerjaannya, kesadarannya menjadi murni. Oleh karena kesadaran orang yang sadar akan Krishna itu murni, dengan demikian pikirannya terkendali sepenuhnya. Oleh karena pikirannya terkendali, indera-inderanya pun terkendali. Karena pikirannya, selalu mantap pada Krishna, tidak ada kemungkinan dia akan disesatkan ke hal-hal selain Krishna. Juga tidak ada kemungkinan bahwa dia akan menggunakan indera-inderanya dalam hal-hal selain bhakti kepada Tuhan. Dia tidak suka mendengar sesuatupun selain hal-hal yang berhubungan dengan Krishna dan dia tidak suka makan sesuatupun sebelum dipersembahkan kepada Krishna. Dia tidak ingin pergi ke suatu tempat kalau tempat itu tidak ada hubungan dengan Krishna. Karena itu, indera-inderanya terkendali. Orang yang indera-inderanya terkendali tidak dapat berbuat kesalahan terhadap siapapun. Barangkali seseorang bertanya, Kalau begitu, mengapa Arjuna berbuat kesalahan (di medan perang) terhadap orang lain? Arjuna sadar akan Krishna, bukan?" Arjuna hanya berbuat kesalahan secara lahiriah, sebab (sebagaimana sudah dijelaskan dalam Bab Dua) semua orang yang telah berkumpul di medan perang akan hidup terus secara individual, karena sang roh tidak dapat dibunuh. Jadi, secara rohani, tidak seorangpun terbunuh di medan perang Kuruksetra . Hanya pakaian mereka diganti atas perintah Krishna yang hadir di sana secara pribadi. Karena itu, selama Arjuna bertempur di medan perang Kuruksetra , sebenarnya dia tidak bertempur sama sekali; dia hanya melaksanakan perintah-perintah Krishna dalam kesadaran yang sepenuhnya kepada Krishna. Orang seperti itu tidak pernah diikat oleh reaksi-reaksi pekerjaan.

    5.8-9

     

    naiva kiñcit karomīti
    yukto manyeta tattva-vit
    paśyañ śṛṇvan spṛśañ jighrann
    aśnan gacchan svapan śvasan


    pralapan visṛjan gṛhṇann
    unmiṣan nimiṣann api
    indriyāṇīndriyārtheṣu
    vartanta iti dhārayan

    na—tidak pernah; evā—pasti; kiñcit—sesuatupun; karomi—Aku melakukan; iti—demikian; yuktaḥ—tekun dalam kesadaran yang suci; manyeta—berpikir; tattva-vit—orang yang mengetahui kebenaran; paśyan—melihat; śṛṇvan—mendengar; spṛśan—meraba; jighran—mencium; aśnan—makan; gacchan—pergi; svapan—mimpi; śvasan—tarik nafas; pralapan—berbicara; visṛjan—meninggalkan; gṛhṇan—menerima; unmiṣan—membuka; nimiṣan—menutup; api—walaupun; indriyāṇi—indera-indera; indriya-artheṣu—dalam kepuasan indera-indera; vartante—biarlah mereka sibuk seperti itu; iti—demikian; dhārayan—menganggap.


    Terjemahan

    Walaupun orang yang sadar secara rohani sibuk dapat melihat, mendengar, meraba, mencium, makan, bergerak ke sana ke mari, tidur dan tarik nafas, dia selalu menyadari di dalam hatinya bahwa sesungguhnya dia sama sekali tidak berbuat apa-apa. Ia mengetahui bahwa berbicara, membuang hajat, menerima sesuatu, membuka atau memejamkan mata, ia selalu mengetahui bahwa hanyalah indera-indera material yang sibuk dengan obyek-obyeknya dan bahwa Diri-Nya menyisih dari indera-indera material tersebut.


    Penjelasan

    Kehidupan orang yang sadar akan Krishna suci, karena itu dia tidak mempunyai hubungan dengan pekerjaan manapun yang bergantung pada lima sebab baik yang dekat maupun yang jauh, yaitu: Yang berbuat, pekerjaan, keadaan, usaha, dan nasib. Ini karena dia menekuni cinta-bhakti rohani kepada Krishna. Walaupun tampaknya ia bertindak dengan badan dan indera-inderanya, namun dia selalu sadar akan kedudukannya yang sejati, yaitu kesibukan rohani. Kalau kesadaran seseorang bersifat material, indera-indera sibuk dalam kepuasan indera, tetapi kalau seseorang sadar akan Krishna, indera-inderanya sibuk memuaskan indera-indera Krishna. Karena itu, orang yang sadar akan Krishna selalu bebas, walaupun kelihatannya dia sibuk dalam urusan indera-indera. Kegiatan seperti melihat dan mendengar adalah perbuatan indera-indera yang dimaksudkan untuk menerima pengetahuan, sedangkan bergerak, berbicara, membuang hajat, dan sebagainya, adalah perbuatan indera-indera yang dimaksudkan untuk bekerja. Orang yang sadar akan Krishna tidak pernah dipengaruhi oleh perbuatan indera-indera. Dia tidak dapat melakukan perbuatan manapun selain perbuatan dalam pengabdian kepada Tuhan, sebab dia mengetahui bahwa Diri-Nya hamba Tuhan yang kekal.


    5.10

    brahmaṇy ādhāya karmaṇi
    sańgaḿ tyaktvā karoti yaḥ
    lipyate na sa pāpena
    padma-patram ivāmbhasā

    brahmaṇi—kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; ādhāya—menyerahkan; karmaṇi—segala pekerjaan; sańgam—ikatan; tyaktvā—meninggalkan; karoti—melakukan; yaḥ—orang yang; lipyate—dipengaruhi; na—tidak pernah; saḥ—dia; pāpena—oleh dosa; padma-patram—daun bunga padma; ivā—seperti; ambhasā—oleh air.


    Terjemahan

    Orang yang melakukan tugas kewajibannya tanpa ikatan, dengan menyerahkan hasil perbuatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tidak dipengaruhi oleh perbuatan yang berdosa, ibarat daun bunga padma yang tidak disentuh oleh air.


    Penjelasan

    Di sini kata brahmaṇi berarti sadar akan Krishna. Dunia material adalah manifestasi secara keseluruhan dari tiga sifat alam material, yang disebut dengan istilah pradhana. Mantra-mantra Veda yang berbunyi, sarvam hy etad brahma (Mandukya Upanisad 2), tasmad etad brahma nama rupam annam ca jāyate (Mundaka Upanisad 1.2.10), dan dalam Bhagavad-gita (14.3) mama yonir mahad brahma, menunjukkan bahwa segala yang ada di dunia material adalah manifestasi Brahman. Walaupun refleksinya diwujudkan dengan cara yang berbeda, namun refleksi itu tidak berbeda dari penyebabnya. Dalam Sri Isopanisad dinyatakan bahwa segala sesuatu mempunyai hubungan dengan Brahman Yang Paling Utama, atau Krishna. Karena itu, segala sesuatu adalah milik Krishna. Orang yang mengetahui secara sempurna bahwa segala sesuatu adalah milik Krishna, bahwa Krishna adalah Pemilik segala sesuatu, dan karena itu, segala sesuatu sibuk dalam pengabdian kepada Krishna, sewajarnyalah dia tidak mempunyai hubungan dengan hasil kegiatannya, baik kegiatan saleh maupun yang berdosa. Badan material, sebagai anugerah Tuhan untuk melaksanakan jenis perbuatan tertentu, juga dapat dibuat tekun dalam kesadaran Krishna. Dalam keadaan demikian, badan berada diluar pencemaran reaksi-reaksi dosa, persis seperti daun bunga padma, yang tidak pernah basah walaupun tetap berada dalam air. Krishna juga menyatakan dalam Bhagavad-gita (3.30) mayi sarvāni karmaṇi sannyasya: Serahkanlah segala pekerjaan kepada-Ku (Krishna)." Kesimpulannya bahwa orang tanpa kesadaran Krishna bertindak menurut paham badan dan indera-indera material, tetapi orang yang sadar akan Krishna bertindak menurut pengetahuan bahwa badan adalah milik Krishna, dan karena itu badan seharusnya menekuni pengabdian kepada Krishna.


    5.11

     

    kāyena manasā buddhyā
    kevalair indriyair api
    yoginaḥ karma kurvanti
    sańgaḿ tyaktvātma-śuddhaye

    kāyena—dengan badan; manasā—dengan pikiran; buddhya—dengan kecerdasan; kevalaiḥ—disucikan; indriyaiḥ—dengan indera-indera; api—bahkan; yoginaḥ—orang yang sadar akan Krishna; karma—perbuatan; kurvanti—mereka melaksanakan; sańgam—ikatan; tyaktvā—meninggalkan; ātmā—dari sang diri; śuddhaye—dengan maksud penyucian. 


    Terjemahan

    Para yogi yang melepaskan ikatan, bertindak dengan badan, pikiran, kecerdasan dan bahkan dengan indera-indera pun hanya dimaksudkan untuk penyucian diri.


    Penjelasan

    Apabila seseorang bertindak dalam kesadaran Krishna demi kepuasan indera-indera Krishna, setiap perbuatan, baik dengan badan, pikiran, kecerdasan maupun indera-indera, disucikan dari pengaruh material. Tidak ada reaksi-reaksi material akibat kegiatan orang yang sadar akan Krishna. Karena itu, kegiatan yang sudah disucikan, yang pada umumnya disebut sad-acara, dapat dilakukan dengan mudah dengan bertindak dalam kesadaran Krishna. Srila Rupa Gosvami menguraikan hal ini sebagai berikut dalam hasil karyanya yang berjudul Bhakti-rasamrta-sindhu (1.2.187):

    īhā yasya harer dāsye
    karmaṇā manasā girā
    nikhilāsv apy avasthāsu
    jīvan-muktaḥ sa ucyate

    Orang yang bertindak dalam kesadaran Krishna (atau dengan kata lain, dalam pengabdian kepada Krishna) dengan badan, pikiran, kecerdasan dan kata-katanya adalah orang yang sudah mencapai pembebasan, bahkan ketika masih berada di dunia material sekalipun, meskipun barangkali dia sibuk dalam banyak kegiatan yang disebut kegiatan material." Orang yang sadar akan Krishna tidak mempunyai keakuan yang palsu, sebab dia tidak percaya bahwa Diri-Nya adalah badan jasmani ini, atau bahwa Diri-Nya memiliki badan. Dia mengakui bahwa Diri-Nya bukan badan ini dan bahwa badan ini bukan milik Diri-Nya. Diri-Nya adalah milik Krishna, dan badanpun adalah milik Krishna. Apabila dia menggunakan segala sesuatu yang dihasilkan dari badan, pikiran, kecerdasan, kata-kata, nyawa, kekayaan, dan sebagainya—apapun yang dimilikinya—untuk pengabdian kepada Krishna, maka ia segera dihubungkan dengan Krishna. Dia bersatu dengan Krishna dan dia tidak mempunyai keakuan yang palsu yang membawanya kepada kepercayaan bahwa Diri-Nya adalah badan, dan sebagainya. Inilah tingkat kesadaran Krishna yang sempurna.


    5.12

    yuktaḥ karma-phalaḿ tyaktvā
    śāntim āpnoti naiṣṭhikīm
    ayuktaḥ kāma-kāreṇa
    phale sakto nibadhyate

    yuktaḥ—orang yang tekun dalam bhakti; karma-phalam—hasil segala kegiatan; tyaktvā—meninggalkan; śāntim—kedamaian yang sempurna; āpnoti—mencapai; naiṣṭhikīm—tidak menyimpang; ayuktaḥ—orang yang tidak sadar akan Krishna; kāma-kāreṇa—untuk menikmati hasil pekerjaan; phale—dalam hasil; saktāḥ—terikat; nibadhyate—menjadi terikat.


    Terjemahan

    Orang yang berbhakti secara mantap mencapai kedamaian yang murni karena dia mempersembahkan hasil segala kegiatan kepada-Ku; sedangkan orang yang tidak bergabung dengan Yang Mahasuci, dan kelobaan untuk mendapat hasil dari pekerjaannya, menjadi terikat.


    Penjelasan

    Perbedaan antara orang yang sadar akan Krishna dan orang yang mempunyai kesadaran jasmani ialah bahwa orang yang sadar akan Krishna terikat kepada Krishna, sedangkan orang yang kesadarannya jasmani terikat kepada hasil kegiatannya. Orang yang terikat kepada Krishna dan hanya bekerja untuk Krishna pasti sudah mencapai pembebasan, dan dia tidak cemas mengenai hasil pekerjaannya. Dalam Srimad-Bhagavatam, penyebab kecemasan tentang hasil suatu kegiatan dijelaskan sebagai pekerjaan orang dalam paham hal-hal yang relatif, yaitu, tanpa pengetahuan tentang Kebenaran Mutlak. Krishna adalah Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama, Kepriba dian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kesadaran Krishna tidak ada hal-hal yang relatif. Segala sesuatu yang ada adalah hasil tenaga Krishna, dan Krishna Maha baik. Karena itu, kegiatan dalam kesadaran Krishna berada pada tingkat mutlak. Kegiatan itu bersifat rohani dan tidak mempunyai efek material apapun. Karena itu, jiwa seseorang penuh kedamaian dalam kesadaran Krishna. Tetapi orang yang terikat dalam perhitungan laba demi kepuasan indera-indera tidak dapat memperoleh kedamaian itu. Inilah rahasia kesadaran Krishna, suatu keinsafan bahwa tidak ada kehidupan di luar Krishna serta tingkat kedamaian dan bebas dari rasa takut.



    5.13

     

    sarva-karmaṇi manasā
    sannyasyāste sukhaḿ vaśī
    nava-dvāre pure dehī
    naiva kurvan na kārayan
    sarva—semua; karmaṇi—kegiatan; manasā—oleh pikiran; sannyasya—meninggalkan; aste—tetap; sukham—dalam kebahagiaan; vaśī—orang yang terkendalikan; nava-dvāre—di tempat yang mempunyai sembilan pintu-pintu gerbang; pure—di kota; dehī—roh dalam badan; na—tidak pernah; evā—pasti; kurvan—melakukan sesuatu; na—tidak; kārayan—menyebabkan sesuatu dilakukan.


    Terjemahan

    Apabila makhluk hidup yang membadan mengendalikan sifatnya dan secara mental melepaskan ikatan terhadap segala perbuatan, ia akan tinggal dengan bahagia di kota yang mempunyai sembilan pintu gerbang [badan jasmani], dan ia tidak bekerja ataupun menyebabkan pekerjaan dilakukan.


    Penjelasan

    Sang roh yang membadan tinggal di dalam kota yang mempunyai sembilan pintu gerbang. Kegiatan di dalam badan yang diumpamakan sebagai sebuah kota dilaksanakan secara otomatis oleh sifat-sifat alam tertentu yang dimiliki oleh badan. Walaupun sang roh menyebabkan Diri-Nya mengalami keadaan di dalam badan, ia dapat melampaui keadaan-keadaan itu kalau ia menginginkan demikian. Sang roh mempersamakan Diri-Nya dengan badan jasmani hanya karena ia melupakan sifatnya yang lebih tinggi, dan sebagai akibatnya ia menderita. Dia dapat menghidupkan kembali kedudukannya yang sejati melalui kesadaran Krishna, dan dengan demikian ia keluar dari kurungan badannya. Karena itu, apabila seseorang mengikuti kesadaran Krishna, dia segera sepenuhnya menyisih dari kegiatan jasmani. Dalam kehidupan yang terkendalikan seperti itu, pikirannya diubah, dan dia tinggal dengan bahagia di dalam kota yang mempunyai sembilan pintu gerbang. Sembilan pintu gerbang diuraikan sebagai berikut:

    nava-dvāre pure dehī
    haḿso lelāyate bahiḥ
    vaśī sarvasya lokasya
    sthāvarasya carasya ca

    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang tinggal dalam badan makhluk hidup, adalah penguasa semua makhluk hidup di seluruh alam semesta. Badan terdiri dari sembilan pintu gerbang (dua mata, dua lobang hidung, dua telinga, satu mulut, dubur dan kemaluan). Makhluk hidup dalam keadaannya yang terikat mempersamakan diri dengan badan, tetapi apabila dia mengerti identitasnya dalam hubungan dengan Tuhan yang bersemayam di dalam Diri-Nya, maka dia menjadi sebebas Tuhan, walaupun dia masih di dalam badan." (svetasvatara Upanisad 3.18).   Karena itu, orang yang sadar akan Krishna bebas dari kegiatan lahir mau pun batin dalam badan jasmani.


    5.14

    na kartṛtvaḿ na karmaṇi
    lokasya sṛjati prabhuḥ
    na karma-phala-saḿyogaḿ
    svabhāvas tu prāvartate

    na—tidak pernah; kart‚tvām—hak milik; na—tidak juga; karmaṇi—kegiatan; lokasya—dari orang; sṛjati—menciptakan; prabhuḥ—penguasa badan yang diumpamakan sebagai kota; na—tidak juga; karma-phala—dengan hasil dari perbuatan; saḿyogam—hubungan; sva-bhāvaḥ—sifat-sifat alam material; tu—tetapi; prāvartate—bertindak.


    Terjemahan

    Sang roh di dalam badan, penguasa kota badannya, tidak menciptakan kegiatan, tidak menyebabkan orang bertindak ataupun menciptakan hasil perbuatan. Segala hal tersebut dilaksanakan oleh sifat-sifat alam material.


    Penjelasan

    Sebagaimana akan dijelaskan pada Bab Tujuh, makhluk hidup adalah salah satu di antara tenaga-tenaga atau sifat-sifat Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi makhluk hidup berbeda dari alam. Alam merupakan sifat lain lagi dari Tuhan yang disebut sifat yang rendah. Entah bagaimana sifat utama, yaitu makhluk hidup, mengadakan hubungan dengan sifat material sejak sebelum awal sejarah. Badan sementara, atau tempat tinggal material, yang diperoleh makhluk hidup menyebabkan berbagai jenis kegiatan serta mengakibatkan reaksi. Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang terikat seperti itu akan menderita akibat kegiatan badan yang mempersamakan diri (dalam kebodohan) dengan badan. Kebodohan yang diperoleh sejak sebelum awal sejarah menyebabkan penderitaan dan dukacita jasmani. Begitu makhluk hidup menyisihkan diri dari kegiatan badan, ia juga dibebaskan dari reaksi-reaksi. Selama dia berada di dalam kota badan, kelihatannya ia penguasa kota itu, padahal dia bukan pemilik maupun yang mengendalikan perbuatan dan reaksi-reaksinya. Dia hanya berada ditengah-tengah lautan material, dan ia sedang berjuang untuk hidup. Ombak-ombak di dalam lautan mengombang-ambingkannya, dan dia tidak dapat mengendalikan ombak-ombak itu. Penyelesaian yang paling baik bagi makhluk hidup ialah keluar dari lautan itu melalui cara kesadaran Krishna yang bersifat rohani. Hanya itulah yang dapat menyelamatkan Diri-Nya dari segala kesulitan.



    5.15

    nādatte kasyacit pāpaḿ
    na caiva sukṛtaḿ vibhuḥ
    ajñānenāvṛtaḿ jñānaḿ
    tena muhyanti jantavaḥ

    na—tidak pernah; ādatte—menerima; kasyacit—milik siapapun; pāpam—dosa; na—tidak juga; ca—juga; evā—pasti; su-kṛtam—kegiatan yang saleh; vibhuḥ—Tuhan Yang Maha Esa; ajñānena—oleh kebodohan; āvṛtam—ditutupi; jñānam—pengetahuan; tena—oleh itu; muhyanti—dibingungkan; jantavaḥ—para makhluk hidup.


    Terjemahan

    Tuhan Yang Maha Esa tidak mengambil kegiatan yang berdosa atau kegiatan saleh yang dilakukan oleh siapapun. Akan tetapi, makhluk yang membadan dibingungkan karena kebodohan yang menutupi pengetahuan mereka yang sejati.


    Penjelasan

    Kata vibhu dalam bahasa sanskerta berarti Tuhan Yang Maha Esa yang penuh pengetahuan, kekayaan, kekuatan, kemasyhuran, ketām panan, dan ketidakterikatan yang tidak terhingga. Beliau selalu berpuas hati dalam Diri-Nya, dan tidak diganggu oleh kegiatan berdosa atau kegiatan saleh. Beliau tidak menciptakan keadaan tertentu bagi makhluk hidup manapun, tetapi makhluk hidup dibingungkan oleh kebodohan sehingga ia ingin ditempatkan dalam keadaan hidup tertentu. Dengan demikian mulailah rangkaian perbuatan dan reaksinya bagi makhluk hidup. Menurut sifat utamanya, makhluk hidup penuh pengetahuan. Namun demikian, makhluk hidup cenderung dipengaruhi oleh kebodohan karena kekuatannya terbatas. Tuhan adalah Yang Mahaperkasa, tetapi makhluk hidup tidak seperti itu. Tuhan disebut vibhu atau Mahatahu, sedangkan makhluk hidup bersifat anu, atau sekecil atom. Oleh karena dia roh yang hidup, dia sanggup menginginkan sesuatu dengan kehendaknya yang bebas. Keinginan seperti itu hanya dipenuhi oleh Tuhan Yang Mahaperkasa. Jadi, apabila makhluk hidup dibingungkan oleh keinginannya, Tuhan mengizinkan dia memenuhi keinginan-keinginan itu, tetapi Tuhan tidak pernah bertanggung jawab atas perbuatan dan reaksi keadaan tertentu yang barangkali diinginkan oleh makhluk hidup. Oleh karena sang roh di dalam badan berada dalam keadaan bingung, ia mempersamakan diri dengan badan jasmani yang bersifat sementara dan mengalami kesengsaraan dan kesenangan hidup yang bersifat sementara. Krishna senantiasa menemani makhluk hidup sebagai Paramatma, atau Roh Yang Utama. Karena itu, Krishna dapat mengerti keinginan roh yang individual, seperti halnya seseorang dapat mencium wanginya setangkai bunga dengan cara mendekati bunga itu. Keinginan adalah bentuk ikatan yang halus bagi makhluk hidup. Tuhan memenuhi keinginan makhluk hidup sejauh apa yang patut didapatkan oleh makhluk hidup: Manusia mengusulkan dan Tuhan melaksanakan. Karena itu, sang roh yang individual bukan Mahaperkasa dalam memenuhi keinginannya. Akan tetapi, Tuhan dapat memenuhi segala keinginan. Tuhan bersikap netral terhadap semua orang dan Beliau tidak campur tangan dengan keinginan para makhluk hidup yang mempunyai kebebasan yang kecil sekali. Akan tetapi, apabila seseorang menginginkan Krishna, Krishna menaruh perhatian khusus dan memberinya semangat supaya dia menginginkan dengan cara sedemikian rupa agar dapat mencapai kepada Beliau dan berbahagia untuk selamanya. Karena itu, dalam mantra-mantra Veda dinyatakan, esa u hy eva sadhu karmakarayati tam yam ebhyo lokebhya unninisate, esau evasadhu karmakarayati yam adho ninisate: Tuhan menyebabkan makhluk hidup menjadi sibuk dalam kegiatan yang saleh supaya dia dapat naik tingkat. Tuhan menyebabkan dia menjadi sibuk dalam kegiatan yang tidak saleh supaya dia dapat masuk neraka." (Kausitaki Upanisad 3.8)

    ajño jantur anīśo 'yam
    ātmanaḥ sukha-duḥkhayoḥ
    īśvara-prerito gacchet
    svargaḿ vāśv abhram eva ca

    Makhluk hidup bergantung sepenuhnya kepada kepribadian yang lain dalam suka maupun dukanya. Atas kehendak Yang Mahakuasa ia dapat masuk surga atau neraka, bagaikan awan didorong oleh angin."
    Karena itu, menuruti keinginan untuk menghindar dari kesadaran Krishna yang sudah tersimpan di dalam hatinya sejak sebelum awal sejarah, sang roh di dalam badan membuat Diri-Nya sendiri kebingungan. Menurut kedudukan dasarnya sang roh bersifat kekal, penuh kebahagiaan dan pengetahuan. Namun keberadaan sang roh sangat kecil, dia lupa akan kedudukan dasarnya, yaitu mengabdi kepada Tuhan. Dengan demikian dia terperangkap dalam kebodohan. Makhluk hidup terpesona oleh kebodohan sehingga ia mengatakan bahwa Tuhan bertanggung jawab atas kehidupannya yang terikat. Kenyataan ini juga dibenarkan dalam Vedanta-sutra (2.1.34). Vaisamya nairghrnye na sapeksatvat tathā hi darśayati: Tuhan tidak membenci siapa pun dan tidak menyukai siapapun, walaupun kelihatannya Beliau seperti itu."


    5.16

    jñānena tu tad ajñānaḿ
    yeṣāḿ nāśitam ātmanaḥ
    teṣām āditya-vaj jñānaḿ
    prakāśayati tat param

    jñānena—oleh pengetahuan; tu—akan tetapi; tat—itu; ajñānām—kebodohan; yeṣām—siapa; nāśitam—dibinasakan; ātmanāḥ—mengenai makhluk hidup; teṣām—milik mereka; āditya-vat—bagaikan matahari yang sedang terbit; jñānam—pengetahuan; prakāśayāti—mengungkapkan; tat param—kesadaran Krishna.


    Terjemahan

    Akan tetapi, apabila seseorang dibebaskan dari kebodohannya dengan pengetahuan yang membinasakan kebodohan, pengetahuannya mengungkapkan segala sesuatu, seperti matahari menerangi segala sesuatu pada waktu siang.


    Penjelasan

    Orang yang sudah lupa pada Krishna pasti kebingungan, tetapi orang yang sadar akan Krishna tidak bingung sama sekali. Dinyatakan dalam Bhagavad-gita, sarvam jñāna-plavena, jñānagnih sarva-karmaṇi dan na hi jñānena sadrsam. Pengetahuan selalu sangat dihargai. Apa pengetahuan itu? Pengetahuan sempurna dapat dicapai apabila seseorang menyerahkan diri kepada Krishna, sebagaimana dinyatakan dalam Bab Tujuh, ayat 19: bahūn am janmanam ante jñāna-vān mam prapadyate. Apabila orang yang sudah sempurna dalam pengetahuan menyerahkan diri kepada Krishna sesudah dilahirkan berulang kali, atau apabila seseorang mencapai kesadaran Krishna, segala sesuatu akan diungkapkan kepadanya, seperti halnya segala sesuatu diungkapkan oleh matahari pada waktu siang. Makhluk hidup kebingungan dalam berbagai hal. Misalnya, apabila makhluk hidup dengan cara yang tidak terpuji menganggap Diri-Nya Tuhan, sebenarnya dia jatuh ke dalam perangkap kebodohan yang terakhir. Kalau makhluk hidup adalah Tuhan, bagaimana mungkin ia dibingungkan oleh kebodohan? Apakah Tuhan dibingungkan oleh kebodohan? Kalau demikian, itu berarti kebodohan, atau setan, lebih hebat daripada Tuhan. Pengetahuan dapat diperoleh dari orang yang sempurna dalam kesadaran Krishna. Karena itu, seseorang harus mencari guru kerohanian yang dapat dipercaya, dan mempelajari apa itu kesadaran Krishna di bawah bimbingan beliau, sebab kesadaran Krishna pasti akan menghilangkan segala kebodohan, seperti matahari menghilangkan kegelapan. Walaupun barangkali seseorang sudah memiliki pengetahuan sepenuhnya bahwa Diri-Nya bukan badan melainkan melampaui badan, mungkin dia masih belum dapat membedakan antara sang roh dan Roh Yang Utama. Akan tetapi, dia dapat mengetahui segala sesuatu dengan baik kalau dia berlindung kepada guru kerohanian yang sempurna, yang sadar akan Krishna dan dapat dipercaya. Seseorang dapat mengenal Tuhan dan hubungannya dengan Tuhan hanya kalau dia sungguh-sungguh bertemu dengan utusan Tuhan. Utusan Tuhan tidak pernah mengatakan bahwa Diri-Nya Tuhan, walaupun dia diberikan segala penghormatan yang lazimnya diberikan kepada Tuhan karena dia memiliki pengetahuan tentang Tuhan. Seseorang harus mempelajari perbedaan antara Tuhan dan makhluk hidup. Karena itu, Sri Krishna telah menyatakan dalam Bab Dua (2.12) bahwa setiap makhluk hidup adalah individu; Krishna juga individu. Mereka semua individu pada masa lampau, mereka individu sekarang dan mereka akan terus menjadi individu pada masa yang akan datang, bahkan sesudah pembebasan sekalipun. Malam hari kita melihat segala sesuatu bersatu dalam kegelapan, tetapi pada waktu siang, setelah matahari terbit, kita melihat segala sesuatu dalam identitasnya yang sejati. Identitas dengan individualitas dalam kehidupan rohani adalah pengetahuan yang sejati.



    5.17

    tad-buddhayas tad-ātmānas
    tan-niṣṭhās tat-parāyaṇāḥ
    gacchanty apunar-āvṛttiḿ
    jñāna-nirdhūta-kalmaṣāḥ

    tat-buddhayaḥ—orang yang memiliki kecerdasan yang selalu berada soal Yang Mahakuasa; tat-ātmanāḥ—orang dengan pikirannya yang selalu berada dalam Yang Mahakuasa; tat-niṣṭhāḥ—orang dengan kepercayaan yang hanya dimaksudkan untuk Yang Mahakuasa; tat-parāyaṇāḥ—yang sudah berlindung sepenuhnya kepada Beliau; gacchanti—pergi; apunaḥ-āvṛttim—kepada pembebasan; jñāna—oleh pengetahuan; nirdhūta—disucikan; kalmaṣāḥ—keragu-raguan.


    Terjemahan

    Apabila kecerdasan, pikiran, maupun kepercayaan dan tempat berlindung seseorang semua mantap dalam Yang Mahakuasa, dia disucikan sepenuhnya dari keragu-raguan mengetahui pengetahuan yang lengkap dan dengan demikian dia maju lurus menempuh jalan pembebasan.


    Penjelasan

    Kebenaran Rohani Yang Paling Utama ialah Sri Krishna. Seluruh Bhagavad-gita berpusat pada pernyataan bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Itulah pernyataan segala kesusasteraan Veda. Paratattva berarti Kesunyataan Yang Paling Utama, yang dimengerti oleh orang yang mengenal Yang Mahakuasa sebagai Brahman, Paramatma dan Bhagavan. Bhagavan atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah kata terakhir mengenai Yang Mutlak. Tiada sesuatupun yang melebihi-Nya. Krishna bersabda, mattah parataram nanyat kincid asti dhanañjaya. Brahman yang tidak bersifat pribadi juga berdasarkan Krishna: brahmano hi pratisthaham. Karena itu, Krishna adalah kesunyataan Yang Paling Utama dalam segala hal. Kalau pikiran, kecerdasan, kepercayaan dan tempat perlindungan seseorang selalu berada dalam Krishna, atau dengan kata lain, kalau seseorang sadar akan Krishna sepenuhnya, pasti ia disucikan dari segala keragu-raguan dan memiliki pengetahuan yang sempurna tentang segala sesuatu yang menyangkut kerohanian. Orang yang sadar akan Krishna dapat mengerti sepenuhnya bahwa ada dua kenyataan (persamaan dan individualitas sekaligus) dalam Krishna. Dilengkapi dengan pengetahuan rohani seperti itu, dia dapat maju dengan mantap menempuh jalan menuju pembebasan.


    5.18

    vidyā-vinaya-sampanne
    brāhmaṇe gavi hastini
    śuni caiva śva-pāke ca
    paṇḍitāḥ sama-darśinaḥ

    vidyā—dengan pendidikan; vinaya—serta sifat lemah lembut; sampanne—dilengkapi sepenuhnya; brāhmaṇe—di dalam seorang brahmaṇā; gavi—di dalam sapi; hastini—di dalam gajah; śuni—di dalam anjing; ca—dan; evā—pasti; śva-pāke—di dalam orang yang makan anjing; ca—masing-masing; paṇḍitāḥ—orang yang bijaksana; sama-darśinaḥ—yang melihat dengan penglihatan yang sama.


    Terjemahan

    Para resi yang rendah hati, berdasarkan pengetahuan yang sejati, melihat seorang brahmaṇā yang bijaksana dan lemah lembut, seekor sapi, seekor gajah, seekor anjing dan orang yang makan anjing dengan penglihatan yang sama.


    Penjelasan

    Orang yang sadar akan Krishna tidak membedakan antara jenis-jenis kehidupan atau kastakasta. Seorang brahmaṇā dan orang yang dibuang oleh masyarakat barangkali berbeda menurut pandangan masyarakat, atau anjing, sapi, gajah barangkali berbeda ditinjau dari segi jenis kehidupan, tetapi perbedaan badan tersebut tidak berarti menurut sudut pandang seorang rohaniwan yang bijaksana. Ini dilandaskan atas hubungan semua makhluk tersebut dengan Yang Mahakuasa, sebab Tuhan Yang Maha Esa, bersemayam di dalam hati semua orang melalui bagian yang berkuasa penuh dari Diri-Nya sebagai Paramatma. Pengertian seperti itu tentang Yang Mahakuasa adalah pengetahuan yang sejati. Berkenaan dengan badan-badan dalam berbagai jenis golongan masyarakat atau jenis-jenis kehidupan, Krishna bermurah hati terhadap semuanya secara merata, sebab Beliau memperlakukan setiap makhluk hidup sebagai kawan. Namun Beliau Sendiri tetap sebagai Paramatma, dalam segala keberadaan para makhluk hidup. Krishna sebagai Paramatma bersemayam di dalam hati orang buangan dan di dalam hati seorang brahmaṇā, walaupun badan brahmaṇā dan badan orang buangan tidak sama. Badan-badan adalah benda-benda material yang dihasilkan dari berbagai sifat material, tetapi sang roh dan Roh Yang Utama di dalam badan mempunyai sifat rohani yang sama. Akan tetapi, persamaan sifat antara sang roh dan Roh Yang Utama tidak menyebabkan mereka sejajar dalam jumlah, sebab roh yang individual hanya berada di dalam badan ini, sedangkan Paramatma bersemayam di dalam setiap badan. Orang yang sadar akan Krishna mempunyai pengetahuan penuh tentang hal ini; karena itu, dia sungguh-sungguh bijaksana dan mempunyai penglihatan yang merata. Ciri-ciri serupa yang dimiliki oleh sang roh dan Roh Yang Utama ialah bahwa kedua-duanya sadar, kekal dan penuh kebahagiaan. Tetapi perbedaannya ialah bahwa sang roh yang individual hanya sadar di dalam lingkungan badan yang terbatas, sedangkan Roh Yang Utama sadar akan semua badan. Roh Yang Utama bersemayam di dalam semua badan tanpa membedakan antara badan-badan itu.


    5.19

    ihaiva tair jitaḥ sargo
    yeṣāḿ sāmye sthitaḿ manaḥ
    nirdoṣaḿ hi samaḿ brahma
    tasmād brahmaṇi te sthitāḥ

    iha—di dalam hidup ini; evā—pasti; taiḥ—oleh mereka; jitaḥ—dikalahkan; sargaḥ—kelahiran dan kematian; yeṣām—milik siapa; sargaḥ—dalam soal sikap yang merata; sthitam—mantap; manaḥ—pikiran; nirdoṣam—bebas dari kesalahan; hi—pasti; samam—dalam sikap yang merata; brahma—seperti Yang Mahakuasa; tasmāt—karena itu; brahmaṇi—di dalam Yang Mahakuasa; te—mereka; sthitāḥ—mantap.


    Terjemahan

    Orang yang pikirannya telah mantap dalam persamaan dan kemerataan sikap, telah mengalahkan keadaan kelahiran dan kematian. Bagaikan Brahman mereka bebas dari kelemahan, dan karena itu mereka sudah mantap dalam Brahman.


    Penjelasan

    Kemerataan sikap pikiran, sebagaimana disebut di atas, adalah tanda keinsafan diri. Orang yang sungguh-sungguh mencapai tingkat seperti itu harus dianggap sudah mengalahkan keadaan-keadaan material, khususnya kelahiran dan kematian. Selama seseorang mempersamakan Diri-Nya dengan badan, ia dianggap roh yang terikat, tetapi begitu dia naik tingkat sampai tingkat yang merata melalui keinsafan diri, ia dibebaskan dari kehidupan yang terikat. Dengan kata lain, dia tidak harus dilahirkan di dunia material, tetapi dia dapat masuk angkasa rohani sesudah meninggal. Krishna bebas dari kelemahan, sebab Krishna bebas dari rasa tertarik dan rasa benci.
    Begitu pula, apabila makhluk hidup bebas dari rasa tertarik dan rasa benci, diapun menjadi bebas dari kelemahan dan memenuhi syarat untuk memasuki angkasa rohani. Orang seperti itu dianggap sudah mencapai pembebasan, dan ciri-ciri mereka diuraikan di bawah ini.



    5.20

    na prahṛṣyet priyaḿ prāpya
    nodvijet prāpya cāpriyam
    sthira-buddhir asammūḍho
    brahma-vid brahmaṇi sthitaḥ

    na—tidak pernah; prahṛṣyet—merasa riang; priyam—yang menyenangkan; prāpya—mendapatkan; na—tidak; udvijet—menjadi goyah; prāpya—mendapatkan; ca—juga; apriyam—sesuatu yang tidak menyenangkan; sthira-buddhiḥ—cerdas tentang Diri-Nya sendiri; asammūḍhaḥ—tidak dibingungkan; brahma-vit—orang yang mengenal Yang Mahakuasa secara sempurna; brahmaṇi—dalam kerohanian; sthitāḥ—mantap.


    Terjemahan

    Seseorang sudah mantap dalam kerohanian jika ia tidak merasa riang bila mendapatkan sesuatu yang menyenangkan ataupun menyesal bila ia mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan, paham tentang Diri-Nya sendiri, tidak dibingungkan, dan menguasai ilmu pengetahuan tentang Tuhan.


    Penjelasan

    Ciri-ciri orang yang sudah insaf akan Diri-Nya diberikan di sini. Ciri pertama ialah bahwa ia tidak dikhayalkan dengan mempersamakan Diri-Nya yang sejati dengan badan secara palsu. Dia mengetahui secara sempurna bahwa Diri-Nya bukan badan, melainkan bagian percikan dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, dia tidak riang bila ia mendapatkan sesuatu, dan juga tidak menyesal bila ia kehilangan sesuatu yang berhubungan dengan badannya. Kemantapan pikiran seperti itu disebut sthirabuddhi, atau kecerdasan tentang diri sendiri. Karena itu, dia tidak pernah dibingungkan oleh salah sangka seolah-olah badan kasar adalah sang roh. Dia juga tidak menganggap badan sebagai sesuatu yang kekal hingga mengalpakan adanya sang roh. Pengetahuan seperti itu mengangkat seseorang sampai tingkat menguasai ilmu pengetahuan lengkap tentang Kebenaran Mutlak yaitu Brahman, Paramatma dan Bhagavan. Dengan demikian ia mengetahui kedudukan dasarnya secara sempurna tanpa berusaha secara palsu untuk menunggal dengan Yang Mahakuasa dalam segala hal. Ini disebut keinsafan Brahman, atau keinsafan diri. Kesadaran yang mantap seperti itu disebut kesadaran Krishna.



    5.21

    bāhya-sparśeṣv asaktātmā
    vindaty ātmani yat sukham
    sa brahma-yoga-yuktātmā
    sukham akṣayam aśnute

    bāhya-sparśeṣu—dalam kesenangan indera-indera lahiriah; āsakta-ātmā—orang yang tidak terikat; vindati—menikmati; ātmani—dalam sang diri; yat—itu yang; sukham—kebahagiaan; saḥ—dia; brahma-yoga—dengan memusatkan dalam Brahman; yukta-ātmā—Diri-Nya dihubungkan; sukham—kebahagiaan; aksayam—tidak terhingga; aśnute—menikmati.


    Terjemahan

    Orang yang sudah mencapai pembebasan seperti itu tidak tertarik kesenangan indera-indera material, melainkan dia selalu berada dalam semadi, dan menikmati kebahagiaan di dalam hatinya. Dengan cara demikian, orang yang sudah insaf akan Diri-Nya menikmati kebahagiaan yang tidak terhingga, sebab ia memusatkan pikirannya kepada Yang Mahakuasa.

    Penjelasan

    Sri  Yamunacarya, seorang penyembah yang mulia dalam kesadaran Krishna, telah berkata:

    yad-avadhi mama cetaḥ kṛṣṇa-pādāravinde
    nava-nava-rasa-dhāmany udyataḿ rantum āsīt
    tad-avadhi bata nārī-sańgame smaryamāne
    bhavati mukha-vikāraḥ suṣṭhu niṣṭhīvanaḿ ca

    Semenjak saya menekuni cinta-bhakti rohani kepada Krishna, dan menginsafi kebahagiaan yang selalu baru pada Krishna, apabila saya memikirkan kesenangan hubungan kelamin, saya meludahi pikiran itu, saya mencibirkan bibir karena saya tidak senang." Orang yang berada dalam brahma-yoga, atau kesadaran Krishna, begitu tekun dalam cinta-bhakti kepada Tuhan sehingga dia sepenuhnya kehilangan minat terhadap kesenangan indera-indera material. Kesenangan material tertinggi ialah kesenangan hubungan suami isteri.  Seluruh dunia bergerak di bawah pesona kesenangan itu, dan orang duniawi tidak dapat bekerja sama sekali tanpa motivasi itu. Tetapi orang yang tekun dalam kesadaran Krishna dapat bekerja dengan semangat yang lebih besar tanpa kesenangan hubungan suami isteri, hubungan demikian merupakan sesuatu yang dihindarinya. Itulah ujian keinsafan rohani. Keinsafan rohani dan kesenangan hubungan suami isteri kurang cocok satu sama lain. Orang yang sadar akan Krishna tidak tertarik pada jenis kesenangan indera-indera manapun, sebab dia sudah mencapai pembebasan.



    5.22

     

    ye hi saḿsparśa-jā bhogā
    duḥkha-yonaya eva te
    ādy-anta-vantaḥ kaunteya
    na teṣu ramate budhaḥ

    ye—mereka itu; hi—pasti; saḿsparśa-jāḥ—melalui hubungan dengan indera-indera material; bhogāḥ—kenikmatan; duḥkha—kesedihan; yonayaḥ—sumber-sumber; evā—pasti; te—mereka adalah; ādi—awal; anta—akhir; vantaḥ—mengalami; kaunteya—wahai putera Kuntī ; na—tidak pernah; teṣu—dalam hal-hal itu; ramate—bersenang hati; budhāḥ—orang cerdas.


    Terjemahan

    Orang cerdas tidak ikut serta dalam sumber-sumber kesengsaraan, yang disebabkan oleh hubungan dengan indera-indera material. Wahai putera Kuntī, kesenangan seperti itu berawal dan berakhir, karena itu, orang bijaksana tidak bersenang hati dengan hal-hal itu.


    Penjelasan

    Kesenangan indera-indera material disebabkan oleh hubungan indera-indera material, yang semua bersifat sementara karena badan itu sendiri bersifat sementara. Orang yang sudah mencapai pembebasan tidak tertarik pada sesuatupun yang bersifat sementara. Setelah mengetahui rasa riang kebahagiaan rohani secara mendalam, bagaimana mungkin orang yang sudah mencapai pembebasan setuju menikmati kesenangan yang palsu? Di dalam Padma Purana (Sri Ramacandrasatanamastotra, ayat 8) dinyatakan:

    ramante yogino 'nante
    satyānande cid-ātmani
    iti rāma-padenāsau
    paraḿ brahmābhidhīyate

    Para ahli kebatinan memperoleh kesenangan rohani yang tidak terhingga dari Kebenaran Mutlak. Karena itu, Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, juga bernama Rāma."   Dalam Srimad-Bhagavatam (5.5.1) juga dinyatakan:

    nāyaḿ deho deha-bhājāḿ nṛ-loke
    kaṣṭān kāmān arhate viḍ-bhujāḿ ye
    tapo divyaḿ putrakā yena sattvaḿ
    śuddhyed yasmād brahma-saukhyaḿ tv anantam

    Putera-puteraku yang tercinta, tidak ada alasan untuk bekerja demikian kerasnya demi kesenangan indera-indera selama kita berada dalam bentuk kehidupan manusia ini; kesenangan seperti itu tersedia bahkan bagi binatang yang makan kotoran [babi]. Melainkan, dalam hidup ini, sebaiknya engkau melakukan pertapaan yang memungkinkan kehidupanmu akan disucikan, dan sebagai hasilnya engkau akan dapat menikmati kebahagiaan rohani yang tidak terhingga."
    Karena itu, para yogi yang sejati ataupun Rohaniwan-rohaniwan yang bijaksana tidak tertarik pada kesenangan-kesenangan indera, yang menyebabkan kehidupan material berjalan terus menerus. Semakin seseorang ketagihan kesenangan-kesenangan material, semakin ia terperangkap oleh kesengsaraan material.



    5.23

     

    śaknotīhaiva yaḥ soḍhuḿ
    prāk śarīra-vimokṣaṇāt
    kāma-krodhodbhavaḿ vegaḿ
    sa yuktaḥ sa sukhī naraḥ

    śaknoti—dapat; iha evā—di dalam badan yang dimiliki sekarang; yaḥ—orang yang; soḍhum—menahan; prāk—sebelum; śarīra—badan; vimokṣaṇāt—meninggalkan; kāma—keinginan; krodha—dan amarah; udbhāvam—dihasilkan dari; vegam—dorongan; saḥ—dia; yuktaḥ—dalam semadi; saḥ—dia; sukhī—bahagia; naraḥ—manusia.


    Terjemahan

    Kalau seseorang dapat menahan dorongan indera-indera material dan menahan kekuatan keinginan dan amarah sebelum ia meninggalkan badan yang dimilikinya sekarang, maka kedudukannya baik dan ia berbahagia di dunia ini.


    Penjelasan

    Kalau seseorang ingin mencapai kemajuan yang mantap dalam menempuh jalan keinsafan diri, dia harus berusaha mengendalikan dorongan-dorongan indera-indera material. Ada dorongan untuk berbicara, dorongan amarah, dorongan pikiran, dorongan perut, dorongan kemaluan, dan dorongan lidah. Orang yang dapat mengendalikan dorongan berbagai indera dan pikiran disebut Gosvami, atau svami. Para Gosvami hidup dengan cara yang terkendalikan secara ketat. Mereka meninggalkan dorongan-dorongan indera sama sekali. Apabila keinginan material tidak dipuaskan, maka keinginan-keinginan itu menimbulkan amarah, dan dengan demikian pikiran, mata, dan dada menjadi tegang. Karena itu, seseorang harus melatih diri untuk mengendalikan keinginan duniawi sebelum dia meninggalkan badan material ini. Dimengerti bahwa orang yang sudah dapat melakukan demikian sudah insaf akan diri. Dengan demikian, ia berbahagia dalam keadaan keinsafan diri. Kewajiban seorang rohaniwan ialah berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan keinginan dan amarah.


    5.24

    yo 'ntaḥ-sukho 'ntar-ārāmas
    tathāntar-jyotir eva yaḥ
    sa yogī brahma-nirvāṇaḿ
    brahma-bhūto 'dhigacchati

    yaḥ—orang yang; antaḥ-sukhaḥ—berbahagia dari dalam Diri-Nya; antaḥ-ārāmaḥ—giat menikmati di dalam Diri-Nya; tathā—beserta; antaḥ-jyotiḥ—tujuan di dalam Diri-Nya; evā—pasti; yaḥ—siapapun; saḥ—dia; yogī—seorang ahli kebatinan; brahma-nirvāṇam—pembebasan dalam Yang Mahakuasa; brahma-bhūtaḥ—dengan menginsafi diri; adhigacchati—mencapai.


    Terjemahan

    Orang yang berbahagia di dalam Diri-Nya, giat dan riang di dalam Diri-Nya, dan tujuannya di dalam Diri-Nya, sungguh-sungguh ahli kebatinan yang sempurna. Dia mencapai pembebasan dalam Yang Mahakuasa, dan akhirnya dia mencapai kepada Yang Mahakuasa.


    Penjelasan

    Kalau seseorang tidak dapat menikmati kebahagiaan di dalam hatinya, bagaimana mungkin ia mengundurkan diri dari kesibukan lahiriah yang dimaksudkan untuk memperoleh kebahagiaan yang dangkal? Orang yang sudah mencapai pembebasan menikmati kebahagiaan melalui pengalaman yang nyata. Karena itu, ia dapat duduk diam di tempat manapun dan menikmati kegiatan hidup dari dalam hatinya. Orang yang sudah mencapai pembebasan seperti itu tidak menginginkan kesenangan material lagi dari luar. Keadaan ini disebut brahmabhuta, dan kalau seseorang sudah mencapai keadaan ini, terjamin bahwa dia akan pulang, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa.


    5.25

    labhante brahma-nirvāṇam
    ṛṣayaḥ kṣīṇa-kalmaṣāḥ
    chinna-dvaidhā yatātmānaḥ
    sarva-bhūta-hite ratāḥ

    labhante—mencapai; brahma-nirvāṇam—pembebasan di dalam Yang Maha kuasa; ṛṣayaḥ—orang yang giat di dalam; kṣīṇa-kalmaṣāḥ—orang bebas dari segala dosa; chinna—setelah merobek; dvaidhāḥ—hal-hal yang relatif; yata-ātmanāḥ—sibuk dalam keinsafan diri; sarva-bhūta—untuk semua makhluk hidup; hite—dalam pekerjaan demi kesejahteraan; ratāḥ—sibuk.


    Terjemahan

    Orang yang berada di luar hal-hal yang relatif yang berasal dari keragu-raguan, dengan pikirannya tekun di dalam hati, selalu sibuk bekerja demi kesejahteraan semua makhluk hidup, dan bebas dari segala dosa, mencapai pembebasan dalam Yang Mahakuasa.


    Penjelasan

    Hanya orang yang sadar akan Krishna sepenuhnya dapat dikatakan sibuk di dalam pekerjaan demi kesejahteraan semua makhluk hidup. Apabila seseorang sungguh-sungguh memiliki pengetahuan bahwa Krishna adalah sumber segala sesuatu, maka bila dia bertindak dengan semangat seperti itu ia bertindak untuk semua orang. Manusia menderita karena orang melupakan Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Paling Utama yang menikmati, Pemilik Yang Paling Utama, dan Kawan Yang Paling Utama. Karena itu, kalau seseorang bertindak untuk menghidupkan kembali kesadaran tersebut dalam seluruh masyarakat manusia, itulah pekerjaan tertinggi demi kesejahteraan orang. Seseorang tidak dapat menekuni pekerjaan kelas utama demi kesejahteraan orang seperti itu kalau ia belum mencapai pembebasan dalam Yang Mahakuasa. Orang yang sadar akan Krishna, tidak ragu-ragu tentang KeMahakuasaan Krishna. Dia tidak ragu-ragu karena dia sudah bebas sepenuhnya dari segala dosa. Inilah keadaan cinta-bhakti yang suci.
    Orang yang hanya sibuk melayani kesejahteraan jasmani masyarakat manusia sebenarnya tidak dapat menolong siapapun. Kalau seseorang hanya membuat badan jasmani dan pikiran merasa lega untuk sementara waktu, itu tidak memuaskan. Sebenarnya orang harus menghadapi kesulitan dalam perjuangan hidup yang keras karena mereka melupakan hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Apabila seseorang sudah sepenuhnya menyadari hubungannya dengan Krishna, maka ia benar-benar mencapai pembebasan, walaupun mungkin ia masih berada di dalam badan material.



    5.26

    kāma-krodha-vimuktānāḿ
    yatīnāḿ yata-cetasām
    abhito brahma-nirvāṇaḿ
    vartate viditātmanām

    kāma—dari keinginan; krodha—dan amarah; vimuktānām—mengenai orang yang sudah dibebaskan; yatīnām—mengenai orang-orang suci; yata-cetasām—yang sudah mengendalikan pikiran sepenuhnya; abhitaḥ—pasti dalam waktu yang dekat sekali; brahma-nirvāṇam—pembebasan dalam Yang Mahakuasa; vartate—ada di sana; vidita-ātmanām—mengenai orang yang sudah insaf akan diri.


    Terjemahan

    Orang yang bebas dari amarah dan segala keinginan material, insaf akan diri, berdisiplin diri dan senantiasa berusaha mencapai kesempurnaan, pasti akan mencapai pembebasan dalam Yang Mahakuasa dalam waktu yang dekat sekali.


    Penjelasan

    Di antara semua orang suci yang senantiasa tekun berusaha menuju pembebasan, orang yang sadar akan Krishna adalah yang paling baik. Dalam Bhagavatam (4.22.39), kenyataan ini dibenarkan sebagai berikut:

    yat-pāda-pańkaja-palāśa-vilāsa-bhaktyā
    karmaśayaḿ grathitam udgrathayanti santaḥ
    tadvan na rikta-matayo yatayo 'pi ruddha-
    sroto-gaṇās tam araṇaḿ bhaja vāsudevam

    Cobalah menyembah Vasudeva, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dalam bhakti. Resi-resi besar sekalipun tidak dapat mengendalikan kekuatan indera-indera dengan cara yang seefektif orang yang tekun dalam kebahagiaan rohani dengan cara melayani kakipadma Krishna sehingga mencabut keinginan untuk kegiatan yang membuahkan hasil yang sudah berakar di dalam hati."
    Keinginan untuk menikmati hasil dari pekerjaan sangat mendarah daging di dalam hati roh yang terikat sehingga resi-resi yang hebat sekalipun mengalami kesulitan dalam mengendalikan keinginan seperti itu, walaupun mereka berusaha sekuat tenaga. Seorang penyembah Tuhan yang senantiasa menekuni bhakti dalam kesadaran Krishna dan sempurna dalam keinsafan diri mencapai pembebasan dalam Yang Mahakuasa dengan cepat sekali. Oleh karena pengetahuannya lengkap dalam keinsafan diri, dia selalu tetap dalam semadi. Contoh yang serupa mengenai hal ini sebagai berikut.

    darśana-dhyāna-saḿsparśair
    matsya-kūrma-vihańgamāḥ
    svāny apatyāni puṣṇanti
    tathāham api padma-ja

    Dengan cara melihat, dengan cara bersemadi dan dengan cara sentuhan saja, ikan, kura-kura dan burung memelihara anak-anaknya. Sayapun melakukan seperti itu, wahai Padmaja."
    Ikan membesarkan anaknya hanya dengan cara memandangnya. Kura-kura membesarkan anaknya hanya dengan bersemadi. Kura-kura bertelur di darat dan induk kurakura bersemadi pada telur itu sambil ia berada dalam air. Begitu pula, walaupun seseorang penyembah yang sadar akan Krishna, jauh dari tempat tinggal Krishna, ia dapat mengangkat Diri-Nya sampai tempat tinggal itu hanya dengan cara berpikir tentang Krishna senantiasa melalui kesibukan dalam kesadaran Krishna. Ia tidak merasakan penderitaan kesengsaraan material; keadaan hidup demikian disebut brahmaṇirvana, yang berarti kesengsaraan material tidak ada karena dia senantiasa khusuk dalam Yang Mahakuasa.




    5.27-28

    sparśān kṛtvā bahir bāhyāḿś
    cakṣuś caivāntare bhruvoḥ
    prāṇāpānau samau kṛtvā
    nāsābhyantara-cāriṇau


    yatendriya-mano-buddhir
    munir mokṣa-parāyaṇaḥ
    vigatecchā-bhaya-krodho
    yaḥ sadā mukta eva saḥ

    sparśān—obyek-obyek indera, misalnya suara; kṛtvā—menjaga; bahiḥ—di luar; bāhyān—yang tidak diperlukan; cakṣuḥ—mata; ca—juga; evā—pasti; antare—di antara; bhruvoḥ—alis mata; prāṇa-apānau—udara yang bergerak ke atas serta ke bawah; samau—dalam keadaan tergantung; kṛtvā—menjaga; nāsa-abhyantara—di dalam lobang hidung; cāriṇau—meniup; yata—dikendalikan; indriya—indera-indera; manaḥ—pikiran; buddhiḥ—kecerdasan; muniḥ—seorang rohaniwan; mokṣa—untuk pembebasan; parāyaṇāḥ—dengan ditakdirkan seperti itu; vigata—setelah membuang; icchā—keinginan; bhaya—rasa takut; krodhaḥ—amarah; yaḥ—orang yang; sadā—selalu; muktaḥ—sudah mencapai pembebasan; evā—pasti; saḥ—dialah.

    Terjemahan

    Dengan menutup indera terhadap segala obyek indera dari luar, menjaga mata dan penglihatan dipusatkan antara kedua alis mata, menghentikan nafas keluar dan masuk di dalam lobang hidung, dan dengan cara demikian mengendalikan pikiran, indera-indera dan kecerdasan, seorang rohaniwan yang bertujuan mencapai pembebasan menjadi bebas dari keinginan, rasa takut dan amarah. Orang yang selalu berada dalam keadaan demikian pasti mencapai pembebasan.


    Penjelasan

    Dengan menekuni kesadaran Krishna, seseorang dapat segera mengerti identitas rohaninya, kemudian dapat mengerti tentang Tuhan Yang Maha Esa melalui cara bhakti. Apabila seseorang sudah mantap dalam bhakti, ia mencapai kedudukan rohani, dan memenuhi syarat untuk merasakan adanya Tuhan di dalam lingkungan kegiatannya. Kedudukan khusus ini disebut pembebasan dalam Yang Mahakuasa.

    Sesudah menjelaskan prinsip-prinsip pembebasan dalam Yang Mahakuasa yang disebut di atas, Krishna memberikan pelajaran kepada Arjuna tentang bagaimana seseorang dapat mencapai kedudukan itu melalui latihan kebatinan atau yoga yang bernama astanga-yoga. Astanga-yoga adalah proses yang terdiri dari delapan tahap yaitu: yama, niyama, āsana, pranayama, pratyahara, dharana, dhyana, dan samadhi. Dalam akhir Bab Enam, mata pelajaran yoga diuraikan secara khusus. Pada akhir Bab Lima hanya kata pengantar tentang hal itu diberikan. Seseorang harus mengusir obyek-obyek indera seperti suara, rabaan, bentuk, rasa dan bau dengan proses pratyahara dalam yoga, kemudian menjaga pengelihatan mata ditengah-tengah antara alis mata dan memusatkan perhatian pada ujung hidung dengan mata setengah dipejamkan. Tidak ada manfaat memejamkan mata sepenuhnya, sebab dalam keadaan demikian kemungkinan besar seseorang akan tertidur. Juga tidak ada manfaat kalau seseorang membuka mata sepenuhnya, sebab dalam keadaan demikian ada bahaya bahwa dia akan tertarik kepada obyek-obyek indera. Gerak nafas ditahan di dalam lubang hidung dengan menetralisir arus udara yang bergerak ke atas dan ke bawah di dalam badan. Dengan berlatih yoga seperti itu, seseorang dapat mengendalikan indera-indera, menghindari obyek-obyek indera dari luar, dan dengan demikian menyiapkan diri untuk pembebasan dalam Yang Mahakuasa.
    Proses yoga tersebut membantu seseorang hingga dibebaskan dari segala jenis rasa takut dan amarah; dan dengan demikian merasakan adanya Roh Yang Utama pada kedudukan rohani. Dengan kata lain, kesadaran Krishna adalah proses termudah untuk melaksanakan prinsip-prinsip yoga. Hal ini akan dijelaskan secara panjang lebar dalam bab berikut. Akan tetapi, orang yang sadar akan Krishna selalu tekun dalam bhakti, dan dia tidak mengambil resiko bahwa indera-inderanya akan hilang dalam kesibukan yang lain. Kesadaran Krishna adalah cara yang lebih baik dari pada astanga-yoga untuk mengendalikan indera-indera.



    5.29
    bhoktāraḿ yajña-tapasāḿ
    sarva-loka-maheśvaram
    suhṛdaḿ sarva-bhūtānāḿ
    jñātvā māḿ śāntim ṛcchati

    bhoktāram—yang menikmati hasil; yajñā—korban-korban suci; tapasām—serta pertapaan dan kesederhanaan; sarva-loka—seluruh planet dan para dewa di planet-planet itu; mahā-īśvaram—Tuhan Yang Maha Esa; su-hṛdam—penolong; sarva—terhadap semua; bhūtānām—para makhluk hidup; jñātvā—dengan mengetahui demikian; mām—Aku (Sri Krishna); śāntim—rasa lega setelah dibebaskan dari kesengsaraan material; ṛcchati—seseorang mencapai.


    Terjemahan

    Orang yang sadar kepada-Ku sepenuhnya, karena ia mengenal Aku sebagai Penerima utama segala korban suci dan pertapaan, Tuhan Yang Maha Esa penguasa semua planet dan dewa, dan penolong yang mengharapkan kesejahteraan semua mahkluk hidup, akan mencapai kedamaian dari penderitaan kesengsaraan material.


    Penjelasan

    Roh-roh yang terikat dalam cengkraman tenaga yang mengkhayalkan sangat menginginkan tercapainya kedamaian di dunia material. Tetapi mereka tidak mengetahui rumus untuk kedamaian, yang dijelaskan dalam Bhagavad-gita pada bagian ini. Rumus kedamaian yang paling utama adalah sebagai berikut: Sri Krishna-lah yang menikmati hasil segala ke giatan manusia. Seharusnya manusia mempersembahkan segala sesuatu untuk pengabdian rohani kepada Tuhan, sebab Beliaulah Pemilik semua planet dan dewa yang ada di planet-planet itu. Tiada seorangpun yang lebih tinggi daripada Beliau. Beliau lebih tinggi daripada dewa yang paling tinggi, yaitu dewa Siva dan dewa Brahma. Dalam Veda (svetasvatara Upanisad 6.7), Tuhan Yang Maha Esa diuraikan sebagai, tam Isvaranam paramam mahesvaram. Di bawah pesona khayalan, para makhluk hidup berusaha menjadi Penguasa segala sesuatu yang dipandangnya, tetapi sebenarnya mereka dikuasai oleh tenaga material Krishna. Krishna adalah Penguasa alam material, dan roh-roh yang terikat berada di bawah peraturan alam material yang keras. Kalau seseorang belum mengerti kenyataan pokok tersebut, tidak mungkin dia mencapai kedamaian di dunia, baik secara pribadi maupun secara bersama. Inilah pengertian kesadaran Krishna: Sri Krishna adalah Yang Mahakuasa, dan semua makhluk hidup, termasuk pula para dewa yang mulia, adalah bawahan Krishna. Seseorang dapat mencapai kedamaian yang sempurna hanya kalau ia sadar akan Krishna secara lengkap.
    Bab Lima ini adalah penjelasan yang praktis tentang kesadaran Krishna, yang pada umumnya dikenal sebagai karma-yoga. Pertanyaan angan-angan tentang bagaimana karma-yoga dapat memberikan pembebasan dijawab di sini. Bekerja dalam kesadaran Krishna berarti bekerja dengan pengetahuan lengkap tentang Tuhan sebagai Penguasa. Pekerjaan seperti itu tidak berbeda dengan pengetahuan rohani. Kesadaran Krishna secara langsung adalah bhakti-yoga, dan jñāna-yoga adalah jalan menuju bhakti-yoga. Kesadaran Krishna berarti bekerja dengan penuh pengetahuan tentang hubungan kita dengan Yang Mutlak Yang Paling Utama. Kesempurnaan kesadaran tersebut ialah pengetahuan yang sempurna tentang Krishna, atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Sang roh yang murni adalah hamba Tuhan yang kekal sebagai bagian percikan dari Krishna yang mempunyai sifat yang sama seperti Krishna. Sang roh yang murni mengadakan hubungan dengan mayā  (khayalan) karena keinginan untuk berkuasa atas mayā. Itulah yang menyebabkan banyak penderitaan yang dialaminya. Selama ia berhubungan dengan alam, ia harus melaksanakan pekerjaan menurut kebutuhan-kebutuhan material.  Akan tetapi, kesadaran Krishna membawa seseorang ke dalam kehidupan rohani walaupun ia masih berada dalam kekuasaan alam, sebab kesadaran Krishna berarti menghidupkan kembali kehidupan rohani melalui latihan di dunia material. Makin seseorang maju dalam kesadaran Krishna, makin dia dibebaskan dari cengkraman alam. Krishna tidak berat sebelah terhadap siapa pun. Segala sesuatu tergantung pada pelaksanaan tugas kewajiban yang nyata dalam kesadaran Krishna, dan ini membantu seseorang untuk mengendalikan indera-indera dalam segala hal dan mengalahkan pengaruh keinginan dan amarah. Orang yang berdiri dengan teguh dalam kesadaran Krishna, dan mengendalikan nafsu tersebut diatas, sesungguhnya mantap pada tingkat rohani, atau brahma-nirvana. Kebatinan yang terdiri dari delapan tahap di jalankan dengan sendirinya di dalam kesadaran Krishna, sebab tujuan utama yoga itu dipenuhi. Ada proses naik tingkat secara bertahap dalam latihan yama, niyama, āsana, pranayama, pratyahara, dharana, dhyana, dan samadhi. Tetapi tahaptahap ini hanya merupakan pendahuluan untuk kesempurnaan bhakti, satu-satunya proses yang menganugerahkan kedamaian kepada manusia. Itulah kesempurnaan hidup tertinggi.

    Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Lima Srimad Bhagavad-gita perihal Karma-yoga—Perbuatan dalam Kesadaran Krishna."



    --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Visit Related Posts Below:


















  • Mau Beli Buku Bhagavad-gita, Srimad-bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, dll?
    Senin - Minggu - Hari Libur | 08.00 - 21.00 WIB | http://mahanilastore.blogspot.com
    0812-7740-3909 dan 0819-9108-4996

    SMS/PHONE  : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
                           : 0819-9109-9321 (Mahanila)
    WhatsApp     : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
    BBM               : 5D40CF2D dan D5E8718B

    Menjual buku-buku rohani Srimad Bhagavad-gita, Srimad Bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Purana, Kue Kering, Dupa, Aksesoris, Kartal, Mrdanga, Saree, Air Gangga, Dipa, Kurta, Dhotti, Kipas Cemara, Kipas Bulu Merak, Poster, Japamala, Kantong Japa, Gelang, Kantimala, Rok Gopi, Choli, Blues, Pin, Bros, Kaos, Desain Website dan Database Microsoft Access, Logo, Neon Box, Safety Sign dll.

    Terimakasih Atas Kunjungan Anda.

    Dhyana-yoga

    6.1

    śrī-bhagavān uvāca
    anāśritaḥ karma-phalaḿ
    kāryaḿ karma karoti yaḥ
    sa sannyāsī ca yogī ca
    na niragnir na cākriyaḥ


    Śrī-bhagavān uvāca—Tuhan Yang Maha Esa bersabda; anāśritaḥ—tanpa berlindung; karma-phalam—terhadap hasil pekerjaan; kāryam—wajib; karma—pekerjaan; karoti—melaksanakan; yaḥ—orang yang; saḥ—dia; sannyāsī—pada tingkat meninggalkan hal-hal duniawi; ca—juga; yogī—ahli kebatinan; ca—juga; na—tidak; niḥ—tanpa; agniḥ—api; na—tidak juga; ca—juga; akriyaḥ—tanpa kewajiban.


    Terjemahan


    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Orang yang tidak terikat pada hasil pekerjaannya dan bekerja menurut tugas kewajibannya berada pada tingkatan hidup untuk meninggalkan hal-hal duniawi. Dialah ahli kebatinan yang sejati, bukanlah orang yang tidak pernah menyalakan api dan tidak melakukan pekerjaan apapun yang menjadi sannyāsī dan yogi yang sejati.

    Penjelasan


    Dalam bab ini, Sri Krishna menjelaskan bahwa proses sistem yoga terdiri dari delapan tahap adalah cara untuk mengendalikan pikiran dan indera-indera. Akan tetapi, ini sulit sekali dilaksanakan oleh orang awam, khususnya pada jaman Kali. Walaupun sistem yoga yang terdiri dari delapan tahap dianjurkan dalam bab ini, Krishna menegaskan bahwa proses karma-yoga, atau bertindak dalam kesadaran Krishna, lebih baik. Semua orang bertindak di dunia ini untuk memelihara keluarganya dan perlengkapan mereka. Tetapi tiada seorangpun yang bekerja tanpa suatu kepentingan pribadi, kepuasan pribadi, baik secara terpadu maupun secara luas. Ukuran kesempurnaan ialah bertindak dalam kesadaran Krishna, bukan dengan tujuan menikmati hasil pekerjaan. Bertindak dalam kesadaran Krishna adalah kewajiban setiap makhluk hidup, sebab pada dasarnya kita semua bagian dari Yang Mahakuasa yang mempunyai sifat yang sama seperti Yang Mahakuasa. Anggota-anggota badan bekerja untuk memuaskan seluruh badan. Anggota-anggota badan tidak bergerak untuk memuaskan diri masing-masing, melainkan untuk memuaskan keseluruhan yang lengkap. Begitu pula, makhluk hidup yang tidak bekerja demi kepuasan pribadi melainkan bekerja untuk memuaskan keseluruhan yang paling utama adalah sannyāsī dan yogi yang sempurna.
    Kadang-kadang para sannyāsī berpikir dengan cara yang tidak wajar seolah-olah mereka sudah dibebaskan dari segala tugas material. Karena itu mereka berhenti melakukan agnihotra-yajñā (korban suci dengan api). Tetapi mereka sebenarnya mempunyai kepentingan pribadi karena tujuan mereka adalah menunggal dengan Brahman yang bersifat pribadi. Keinginan seperti itu lebih tinggi daripada keinginan material manapun, tetapi keinginan itupun tidak bebas dari kepentingan pribadi. Begitu pula, seorang yogi kebatinan yang mempraktekkan sistem yoga dengan mata setengah dipejamkan dan menghentikan segala kegiatan material masih menginginkan suatu kepuasan untuk diri pribadi. Tetapi orang yang bertindak dalam kesadaran Krishna bekerja untuk memuaskan keseluruhan, bebas dari kepentingan pribadi. Orang yang sadar akan Krishna tidak mempunyai keinginan untuk memuaskan Diri-Nya sendiri. Ukuran sukses bagi orang yang sadar akan Krishna ialah kepuasan Krishna, dengan demikian dia menjadi sannyāsī yang sempurna, atau yogi yang sempurna. Sri Caitanya, adalah lambang kesempurnaan tertinggi dalam melepaskan ikatan, berdoa sebagai berikut:

    na dhanaḿ na janaḿ na sundarīḿ
    kavitāḿ vā jagad-īśa kāmaye
    mama janmāni janmanīśvare
    bhavatād bhaktir ahaitukī tvayi

    O Tuhan Yang Mahakuasa, hamba tidak mempunyai keinginan untuk mengumpulkan kekayaan atau menikmati wanita-wanita yang cantik. Hamba juga tidak menginginkan sejumlah pengikut. Yang hamba inginkan adalah karunia yang tiada sebabnya berupa kesempatan untuk berbhakti kepada Anda dalam hidup hamba, dalam setiap penjelmaan."


    6.2

     

    yaḿ sannyāsam iti prāhur
    yogaḿ taḿ viddhi pāṇḍava
    na hy asannyasta-sańkalpo
    yogī bhavati kaścana

    yam—apa; sannyāsam—melepaskan ikatan; iti—demikian; prāhuḥ—mereka mengatakan; yogam—mengadakan hubungan dengan Yang Mahakuasa; tam—itu; viddhi—engkau harus mengetahui; pāṇḍava—wahai putera Pāṇḍu ; na—tidak pernah; hi—pasti; asannyasta—tanpa meninggalkan; sańkalpaḥ—keinginan untuk memuaskan diri sendiri; yogī—seorang rohaniwan yang ahli kebatinan; bhavati—menjadi; kaścana—siapapun.


    Terjemahan


    Hendaknya engkau mengetahui bahwa apa yang disebut melepaskan ikatan sama dengan yoga atau mengadakan hubungan antara diri kita dengan Yang Mahakuasa, wahai putera Pāṇḍu, sebab seseorang tidak akan pernah dapat menjadi yogi kecuali ia melepaskan keinginan untuk memuaskan indera-indera.


    Penjelasan

    Sannyasa-yoga atau bhakti yang sejati berarti seseorang harus mengetahui kedudukan dasarnya sebagai makhluk hidup, dan bertindak sesuai dengan kedudukan dasar itu. Makhluk hidup tidak memiliki identitas yang bebas. Makhluk hidup adalah tenaga pinggir dari Yang Mahakuasa. Apabila makhluk hidup ditangkap oleh tenaga material, dia terikat, dan apabila dia sadar akan Krishna, atau sadar akan tenaga rohani, dia berada dalam keadaan hidupnya yang sejati dan wajar. Karena itu, apabila seseorang memiliki pengetahuan yang lengkap, dia menghentikan segala kepuasan indera-indera material, atau melepaskan ikatan terhadap segala jenis kegiatan untuk kepuasan indera-indera. Inilah latihan bagi para yogi yang mengekang indera-indera dari ikatan material. Tetapi orang yang sadar akan Krishna tidak mempunyai kesempatan untuk menggunakan indera-inderanya dalam kegiatan manapun yang tidak bertujuan untuk Krishna. Karena itu, orang yang sadar akan Krishna sekaligus menjadi sannyāsī dan yogi. Maksud pengetahuan dan pengekangan indera-indera, sebagaimana dianjurkan dalam proses-proses yajñā dan yoga, dilaksanakan dengan sendirinya dalam kesadaran Krishna. Kalau seseorang tidak dapat meninggalkan kegiatan yang berasal dari sifat mementingkan diri sendiri, maka jñāna dan yoga percuma baginya. Tujuan sejati ialah makhluk hidup harus meninggalkan segala kepuasan yang mementingkan diri sendiri dan bersedia memuaskan Yang Mahakuasa. Orang yang sadar akan Krishna tidak mempunyai keinginan untuk kenikmatan pribadi dari jenis manapun. Dia selalu sibuk untuk kenikmatan Yang Mahakuasa. Karena itu, orang yang tidak mempunyai keterangan tentang Yang Mahakuasa pasti menjadi sibuk dalam memuaskan Diri-Nya sendiri, sebab tiada seorangpun yang dapat berdiri pada tingkat tidak melakukan kegiatan. Segala maksud dipenuhi secara sempurna oleh latihan kesadaran Krishna.


    6.3

     

    ārurukṣor muner yogaḿ
    karma kāraṇam ucyate
    yogārūḍhasya tasyaiva
    śamaḥ kāraṇam ucyate

    ārurukṣoḥ—orang yang baru mulai yoga; muneḥ—mengenai resi; yogam—sistem yoga terdiri dari delapan tahap; karma—pekerjaan; kāraṇam—cara; ucyate—dikatakan sebagai; yoga—yoga yang terdiri dari delapan tahap; ārūḍhasya—mengenai orang yang sudah mencapai; tasya—milik dia; evā—pasti; samaḥ—menghentikan segala kegiatan material; kāraṇam—cara; ucyate—dikatakan sebagai.


    Terjemahan


    Dikatakan bahwa pekerjaan adalah cara untuk orang yang baru mulai belajar sistem yoga yang terdiri dari delapan tahap, sedangkan menghentikan segala kegiatan material dikatakan sebagai cara untuk orang yang sudah maju dalam yoga.


    Penjelasan


    Proses menghubungkan diri kita dengan yang Mahakuasa disebut yoga. Yoga dapat diumpamakan sebagai tangga untuk mencapai keinsafan rohani tertinggi. Tangga tersebut mulai dari keadaan material yang paling rendah bagi makhluk hidup dan naik sampai keinsafan diri yang sempurna dalam kehidupan rohani yang murni. Menurut berbagai tingkat, bagian-bagian  tangga tersebut dikenal dengan berbagai nama. Tetapi secara keseluruhan, tangga yang lengkap disebut yoga dan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu jñāna-yoga, Dhyana-yoga dan bhakti-yoga. Awal tangga itu disebut tahap yoga-ruruksu, dan tingkat tertinggi disebut yoga-ruda.
    Mengenai sistem yoga terdiri dari delapan tahap, usaha-usaha pada awal untuk masuk dalam semadi melalui prinsip-prinsip yang mengatur hidup dan latihan berbagai sikap duduk (yang kurang lebih merupakan senam jasmani) dianggap kegiatan material yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil. Segala kegiatan seperti itu menuju tercapainya keseimbangan mental yang sempurna untuk mengendalikan indera-indera. Apabila seseorang sudah ahli dalam latihan semadi, ia menghentikan segala kegiatan pikiran yang mengganggu.
    Akan tetapi, orang yang sadar akan Krishna mantap sejak awal pada tingkat semadi, sebab dia selalu berpikir tentang Krishna. Dengan senantiasa menekuni pengabdian kepada Krishna, dia dianggap sudah menghentikan segala kegiatan material.


    6.4

     

    yadā hi nendriyārtheṣu
    na karmasv anuṣajjate
    sarva-sańkalpa-sannyāsī
    yogārūḍhas tadocyate

    yadā—apabila; hi—pasti; na—tidak; indriya-artheṣu—dalam kepuasan indera-indera; na—tidak pernah; karmasu—dalam kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil; anuṣajjate—seseorang perlu menjadi sibuk; sarva-sańkalpa—dari segala keinginan material; sannyāsī—orang yang melepaskan ikatan; yoga-ārūḍhaḥ—maju dalam yoga; tadā—pada waktu itu; ucyate—dikatakan sebagai.


    Terjemahan

    Dikatakan bahwa seseorang sudah maju dalam yoga apabila dia tidak bertindak untuk kepuasan indera-indera atau menjadi sibuk dalam kegiatan untuk membuahkan hasil setelah meninggalkan segala keinginan material.


    Penjelasan

    Apabila seseorang sepenuhnya menekuni cinta-bhakti rohani kepada Tuhan, dia berpuas hati dalam Diri-Nya sendiri. Karena itu, dia tidak sibuk lagi dalam kepuasan indera-indera atau kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil. Kalau tidak demikian, seseorang harus sibuk dalam kepuasan indera-indera, sebab ia tidak dapat hidup tanpa kesibukan. Tanpa kesadaran Krishna, seseorang harus selalu mencari kegiatan yang berpusat pada Diri-Nya sendiri atau kegiatan yang mementingkan Diri-Nya dalam arti yang diperluas. Tetapi orang yang sadar akan Krishna dapat melakukan segala sesuatu demi kepuasan Krishna, dan dengan demikian ia dibebaskan dari ikatan terhadap kepuasan indera-indera secara sempurna. Orang yang belum insaf seperti itu harus berusaha melakukan latihan untuk dapat dibebaskan dari keinginan material sebelum ia dapat diangkat sampai tingkat tertinggi pada tangga yoga.


    6.5

     

    uddhared ātmanātmānaḿ
    nātmānam avasādayet
    ātmaiva hy ātmano bandhur
    ātmaiva ripur ātmanaḥ

    uddharet—seseorang harus menyelamatkan; ātmanā—oleh pikiran; ātmanām—roh yang terikat; na—tidak pernah; ātmanām—roh yang terikat; avasādayet—menyebabkan kemerosotan; ātmā—pikiran; evā—pasti; hi—memang; ātmanāḥ—bagi roh yang terikat; bandhuḥ—kawan; ātmā—pikiran; evā—pasti; ripuh—musuh; ātmanāḥ—bagi roh yang terikat.


    Terjemahan

    Seseorang harus menyelamatkan diri dengan bantuan pikirannya, dan tidak menyebabkan Diri-Nya merosot. Pikiran adalah kawan bagi roh yang terikat, dan pikiran juga musuhnya.


    Penjelasan

    Kata atma menunjukkan badan, pikiran dan sang roh—tergantung pada berbagai keadaan. Dalam sistem yoga, khususnya pikiran dan roh terikat yang penting. Oleh karena pikiran adalah titik pusat latihan yoga, di sini kata atma menunjukkan pikiran. Maksud sistem yoga ialah untuk mengendalikan pikiran dan menarik pikiran keluar dari ikatan terhadap obyek-obyek indera. Di sini digarisbawahi bahwa pikiran harus dilatih dengan cara sedemikian rupa supaya dapat menyelamatkan roh yang terikat dari rawa-rawa kebodohan. Dalam kehidupan material, seseorang mengalami pengaruh pikiran dan indera-indera. Sebenarnya, sang roh yang murni diikat di dunia material karena pikiran tersangkut dengan keakuan palsu, yang ingin berkuasa atas alam material. Karena itu, pikiran harus dilatih supaya tidak tertarik pada gemerlapnya alam material. Dengan cara itulah roh yang terikat dapat diselamatkan. Hendaknya seseorang jangan menyebabkan Diri-Nya merosot dengan menjadi tertarik pada obyek-obyek indera. Makin seseorang tertarik pada obyek-obyek indera, makin Diri-Nya terikat dalam kehidupan material. Cara terbaik untuk membebaskan diri dari ikatan ialah selalu menjadikan pikiran tekun dalam kesadaran Krishna. Kata hi digunakan untuk menggarisbawahi kenyataan ini, yaitu bahwa seseorang harus berbuat seperti ini. Dalam Upanisad-upanisad juga dinyatakan:

    mana eva manuṣyāṇāḿ
    kāraṇaḿ bandha-mokṣayoḥ
    bandhāya viṣayāsańgo
    muktyai nirviṣayaḿ manaḥ

    Pikiran menyebabkan ikatan manusia dan pikiran pula yang menyebabkan pembebasannya. Pikiran yang terikat dalam obyek-obyek indera menyebabkan ikatan, dan pikiran yang dibebaskan dari ikatan terhadap obyek-obyek indera menyebabkan pembebasan" (Amrtabindu Upanisad 2). Karena itu, pikiran yang selalu tekun dalam kesadaran Krishna menyebabkan pembebasan yang paling utama.


    6.6

     

    bandhur ātmātmanas tasya
    yenātmaivātmanā jitaḥ
    anātmanas tu śatrutve
    vartetātmaiva śatru-vat

    bandhuḥ—kawan; ātmā—pikiran; ātmanāḥ—bagi makhluk hidup; tasya—bagi dia; yena—oleh siapa; ātmā—pikiran; evā—pasti; ātmanā—oleh para makhluk hidup; jitaḥ—ditaklukkan; anātmanāḥ—orang yang gagal mengendalikan pikiran; tu—tetapi; śatrutve—karena rasa benci; varteta—tetap; ātmā eva—pikiranlah; śatru-vat—sebagai musuh.


    Terjemahan

    Pikiran adalah kawan yang paling baik bagi orang yang sudah menaklukkan pikiran; tetapi bagi orang yang gagal mengendalikan pikiran, maka pikirannya akan tetap sebagai musuh yang paling besar.


    Penjelasan

    Maksud latihan yoga yang terdiri dari delapan tahap ialah mengendalikan pikiran supaya pikiran dijadikan kawan dalam melaksanakan tujuan kehidupan manusia. Kalau pikiran tidak dikendalikan, latihan yoga (sebagai tontonan) hanya memboroskan waktu saja. Orang yang tidak dapat mengendalikan pikiran selalu hidup bersama musuh yang paling besar dan dengan demikian kehidupannya dan tujuannya dirusakkan. Kedudukan dasar makhluk hidup ialah melaksanakan perintah atasan. Selama pikiran tetap sebagai musuh yang belum ditaklukkan, seseorang harus melayani perintah-perintah hawa nafsu, amarah, loba, khayalan, dan sebagainya. Tetapi apabila pikiran sudah ditaklukkan, dengan sukarela seseorang setuju mematuhi perintah-perintah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang bersemayam di dalam hati setiap orang sebagai Paramatma. Latihan yoga yang sejati berarti bertemu dengan Paramatma di dalam hati dan kemudian mengikuti perintah Beliau. Bagi orang yang mulai mengikuti kesadaran Krishna secara langsung, penyerahan diri secara sempurna terhadap perintah Krishna menyusul dengan sendirinya.


    6.7

     

    jitātmanaḥ praśāntasya
    paramātmā samāhitaḥ
    śītoṣṇa-sukha-duḥkheṣu
    tathā mānāpamānayoḥ

    jita-ātmanaḥ—mengenai orang yang sudah menaklukkan pikirannya; praśāntasya—orang yang sudah mencapai tingkat ketenangan dengan mengendalikan pikiran seperti itu; parama -ātmā—Roh Yang Utama; samāhitaḥ—sepenuhnya mendekati; śīta—dalam keadaan dingin; uṣṇa—panas; sukha—suka; duḥkheṣu—dan dukacita; tathā—juga; māna—dalam kehormatan; apamānayoḥ—penghinaan.

    Terjemahan

    Orang yang sudah menaklukkan pikiran sudah mencapai kepada Roh Yang Utama, sebab dia sudah mencapai ketenangan. Bagi orang seperti itu, suka dan duka, panas dan dingin, penghormatan dan penghinaan semua sama.


    Penjelasan

    Sebenarnya, setiap makhluk hidup dimaksudkan untuk mematuhi perintah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang bersemayam di dalam hati semua orang sebagai Paramatma. Apabila pikiran disesatkan oleh tenaga luar yang mengkhayalkan, seseorang terikat dalam kegiatan material. Karena itu, begitu pikiran seseorang dikendalikan melalui salah satu diantara sistem-sistem yoga, harus dianggap bahwa ia sudah mencapai tujuan. Seseorang harus mematuhi perintah-perintah atasan. Apabila pikiran seseorang sudah dipusatkan kepada alam utama, dia tidak ada pilihan lain selain mematuhi perintah Yang Mahakuasa. Pikiran harus mengakui sebuah perintah dari atasan dan mengikuti perintah itu. Efek mengendalikan pikiran ialah bahwa dengan sendirinya seseorang mengikuti perintah Paramatma, atau Roh Yang Utama. Oleh karena kedudukan rohani tersebut akan segera dicapai oleh orang yang sadar akan Krishna, seorang penyembah Krishna tidak dipengaruhi oleh hal-hal relatif dalam kehidupan material, yaitu, suka dan duka, panas dan dingin, dan sebagainya. Keadaan tersebut adalah Samadhi yang nyata, khusuk dalam Yang Mahakuasa.


    6.8

     

    jñāna-vijñāna-tṛptātmā
    kūṭa-stho vijitendriyaḥ
    yukta ity ucyate yogī
    sama-loṣṭrāśma-kāñcanaḥ

    jñāna—oleh pengetahuan yang diperoleh; vijñāna—dan pengetahuan yang diinsafi; tṛpta—dipuaskan; ātmā—makhluk hidup; kutasthah—mantap secara rohani; vijita-indriyaḥ—mengendalikan indera-indera; yuktaḥ—sanggup untuk keinsafan diri; iti—demikian; ucyate—dikatakan; yogī—seorang ahli kebatinan; sama—mantap secara seimbang; loṣṭra—batu kerikil; aśma—batu; kāñcanaḥ—emas.


    Terjemahan

    Dikatakan bahwa seseorang sudah mantap dalam keinsafan diri dan dia disebut seorang yogi (atau ahli kebatinan) apabila ia puas sepenuhnya atas dasar pengetahuan yang telah diperoleh dan keinsafan. Orang seperti itu mantap dalam kerohanian dan sudah mengendalikan diri. Dia melihat segala sesuatu—baik batu kerikil, batu maupun emas—sebagai hal yang sama.


    Penjelasan

    Pengetahuan dari buku tanpa keinsafan terhadap Kebenaran Yang Paling Utama tidak berguna. Hal ini dinyatakan sebagai berikut:

    ataḥ śrī-kṛṣṇa-nāmādi
    na bhaved grāhyam indriyaiḥ
    sevonmukhe hi jihvādau
    svayam eva sphuraty adaḥ

    Tiada seorangpun yang dapat mengerti sifat rohani, nama, bentuk, sifat, dan kegiatan Sri Krishna melalui indera-indera yang dicemari secara material. Hanya kalau seseorang kenyang secara rohani melalui pengabdian rohani kepada Tuhan, maka nama, bentuk, sifat dan kegiatan rohani Krishna diungkapkan kepadanya." (Bhakti-rasamrta-sindhu 1.2.234)
    Bhagavad-gita adalah ilmu pengetahuan kesadaran Krishna. Tiada seorang pun yang dapat menyadari Krishna hanya dengan kesarjanaan duniawi saja. Seseorang harus cukup beruntung hingga dapat mengadakan hubungan dengan orang yang kesadarannya murni. Orang yang sadar akan Krishna sudah menginsafi pengetahuan atas berkat karunia Krishna, sebab dia puas dengan bhakti yang murni. Seseorang menjadi sempurna melalui pengetahuan yang diinsafinya. Seseorang dapat menjadi mantap dalam keyakinannya melalui pengetahuan rohani. Tetapi seseorang mudah dikhayalkan dan dibingungkan oleh hal-hal yang kelihatannya merupakan penyangkalan kalau ia hanya memiliki pengetahuan dari perguruan tinggi saja. Orang yang sudah insaf akan Diri-Nya sebenarnya sudah mengendalikan diri, sebab ia sudah menyerahkan diri kepada Krishna. Dia melampaui keduniawian karena dia tidak mempunyai hubungan dengan kesarjanaan duniawi. Bagi orang itu, kesarjanaan duniawi dan angan-angan, yang barangkali sebagus emas menurut orang lain, tidak lebih berharga daripada kerikil atau batu.

    6.9

     

    suhṛn-mitrāry-udāsīna-
    madhya-stha-dveṣya-bandhuṣu
    sādhuṣv api ca pāpeṣu
    sama-buddhir viśiṣyate

    su-hṛt—kepada orang yang mengharapkan kesejahteraan sesuai sifatnya; mitra—penolong dengan kasih sayang; ari—musuh-musuh; udāsīna—orang yang mempunyai kedudukan netral antara orang yang bermusuhan; madhya-stha—perantara antara orang yang bermusuhan; dveṣya—orang yang iri hati; bandhuṣu—dan sanak keluarga atau orang yang mengharapkan kesejahteraan; sādhuṣu—kepada orang saleh; api—beserta; ca—dan; pāpeṣu—kepada orang berdosa; sama-buddhiḥ—mempunyai kecerdasan yang merata; viśiṣyate—sudah maju sekali.


    Terjemahan

    Seseorang dianggap lebih maju lagi apabila dia memandang orang jujur yang mengharapkan kesejahteraan, penolong yang penuh kasih sayang, orang netral, perantara, orang iri, kawan dan musuh, orang saleh dan orang yang berdosa dengan sikap pikiran yang sama.

    Tidak ada penjelasan

     

    6.10

     

    yogī yuñjīta satatam
    ātmānaḿ rahasi sthitaḥ
    ekākī yata-cittātmā
    nirāśīr aparigrahaḥ

    yogī—seorang rohaniwan; yuñjīta—harus memusatkan pikiran dalam kesadaran Krishna; satatam—senantiasa; ātmanām—Diri-Nya (oleh badan, pikiran dan sang diri); rahasi—di tempat sunyi; sthitāḥ—menjadi mantap seperti itu; ekākī—sendirian; yata-citta-ātmā—selalu hati-hati dalam pikiran; nirāśīḥ—tanpa tertarik oleh apapun yang lain; aparigrahaḥ—bebas dari rasa memiliki sesuatu.


    Terjemahan

    Seorang rohaniawan seharusnya selalu menjadikan badannya, pikiran dan Diri-Nya tekun dalam hubungan dengan Yang Mahakuasa. Hendaknya dia hidup sendirian di tempat yang sunyi dan selalu mengendalikan pikirannya dengan hati-hati. Seharusnya dia bebas dari keinginan dan rasa memiliki sesuatu.


    Penjelasan

    Krishna diinsafi dalam berbagai tingkat sebagai Brahman, Paramatma dan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Secara singkat, kesadaran Krishna berarti selalu tekun dalam cinta bhakti rohani kepada Krishna. Tetapi orang yang terikat pada Brahman yang tidak berbentuk pribadi atau Roh Yang Utama yang bersemayam di setiap hati makhluk hidup juga sadar akan Krishna namun belum sepenuhnya, sebab Brahman yang tidak berbentuk pribadi adalah sinar rohani dari Krishna dan Roh Yang Utama adalah penjelmaan sebagian dari Krishna yang berada di mana-mana. Jadi, orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dan orang yang bersemadi juga sadar akan Krishna secara tidak langsung. Orang yang sadar akan Krishna secara langsung adalah rohaniwan yang paling tinggi, sebab seorang penyembah seperti itu mengetahui arti Brahman dan Paramatma. Pengetahuan penyembah seperti itu tentang Kebenaran Mutlak sudah sempurna, sedangkan orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dan seorang yogi yang bersemadi sadar akan Krishna dengan cara yang kurang sempurna.
    Walaupun demikian, semua golongan tersebut di atas diajarkan di sini agar senantiasa tekun dalam kesibukannya masing-masing agar mereka dapat mencapai kesempurnaan tertinggi dalam waktu yang dekat atau sesudah beberapa waktu. Tugas pertama seorang rohaniwan ialah memusatkan pikiran kepada Krishna senantiasa. Hendaknya seseorang berpikir tentang Krishna dan jangan melupakan Krishna, bahkan selama sedetikpun. Memusatkan pikiran kepada Yang Mahakuasa disebut samadhi, atau semadi. Untuk memusatkan pikiran, hendaknya seseorang selalu tinggal di tempat yang sunyi dan menghindari gangguan dari obyek-obyek luar. Dia harus sangat hati-hati untuk menerima keadaan yang menguntungkan dan menolak keadaan yang tidak menguntungkan yang mempengaruhi keinsafannya. Dengan ketabahan hati yang sempurna hendaknya dia tidak berhasrat mendapatkan benda-benda material yang tidak diperlukan dan memikat Diri-Nya dengan rasa memiliki sesuatu.
    Segala kesempurnaan dan kebijaksanaan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dilaksanakan secara sempurna bila seseorang sadar akan Krishna secara langsung, sebab kesadaran Krishna secara langsung berarti meniadakan kepentingan pribadi. Dalam keadaan demikian kecil sekali kemungkinan seseorang ingin memiliki benda-benda material. Srila Rupa Gosvami menguraikan ciri-ciri kesadaran Krishna sebagai berikut:

    anāsaktasya viṣayān
    yathārham upayuñjataḥ
    nirbandhaḥ kṛṣṇa-sambandhe
    yuktaḿ vairāgyam ucyate


    prāpañcikatayā buddhyā
    hari-sambandhi-vastunaḥ
    mumukṣubhiḥ parityāgo
    vairāgyaḿ phalgu kathyate

    Apabila seseorang tidak terikat pada sesuatupun, tetapi pada waktu yang sama menerima segala sesuatu dalam hubungan dengan Krishna, maka dia berada dalam keadaan benar yang melampaui keinginan untuk memiliki benda-benda. Di pihak lain orang menolak segala sesuatu tanpa pengetahuan tentang hubungannya dengan Krishna kurang lengkap dalam melepaskan ikatannya." (Bhakti-rasamrta-sindhu 2.255-256)
    Orang yang sadar akan Krishna mengetahui dengan baik bahwa segala sesuatu adalah milik Krishna. Karena itu, dia selalu bebas dari rasa memiliki benda-benda secara pribadi. Karena itu, dia tidak berhasrat memiliki sesuatu untuk Diri-Nya sendiri. Dia mengetahui bagaimana cara menerima hal-hal yang bermanfaat untuk kesadaran Krishna dan bagaimana cara menolak hal-hal yang tidak bermanfaat untuk kesadaran Krishna. Ia selalu menyisihkan diri dari hal-hal material karena dia selalu melampaui hal-hal duniawi. Dia selalu sendirian dan tidak mempunyai hubungan yang terlalu erat dengan orang yang tidak sadar akan Krishna. Karena itu, orang yang sadar akan Krishna adalah yogi yang sempurna.


    6.11-12

     

    śucau deśe pratiṣṭhāpya
    sthirām āsanam ātmanaḥ
    nāty-ucchritaḿ nāti-nīcaḿ
    cailājina-kuśottaram


    tatraikāgraḿ manaḥ kṛtvā
    yata-cittendriya-kriyaḥ
    upaviśyāsane yuñjyād
    yogam ātma-viśuddhaye

    śucau—di tempat yang disucikan; deśe—tanah; pratiṣṭhāpya—menaruh; sthirām—teguh; āsanam—tempat duduk; ātmanāḥ—milik Diri-Nya; na—tidak; ati—terlalu; ucchritam—tinggi; na—tidak juga; ati—terlalu; nīcam—rendah; caila-ajina—dari kain lunak dan kulit rusa; kuśa—dan rumput kusa; uttaram—menutupi; tatra—di atas itu; eka-agram—dengan perhatian pada satu titik; manaḥ—pikiran; kṛtvā—membuat; yata-citta—mengendalikan pikiran; indriya—indera-indera; kriyāḥ—dan kegiatan; upaviśya—duduk; āsane—di tempat duduk; yuñjyāt—harus melaksanakan; yogam—latihan yoga; ātmā—hati; viśuddhaye—untuk menjernihkan.


    Terjemahan

    Untuk berlatih yoga, seseorang harus pergi ke tempat sunyi dan menaruh rumput kusa di atas tanah, kemudian menutupi rumput kusa itu dengan kulit rusa dan kain yang lunak. Tempat duduk itu hendaknya tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, dan sebaiknya terletak di tempat suci. Kemudian yogi harus duduk di atas tempat duduk itu dengan teguh sekali dan berlatih yoga untuk menyucikan hatinya dengan mengendalikan pikiran, indera-indera dan kegiatannya dan memusatkan pikiran pada satu titik.


    Penjelasan

    Tempat suci berarti tempat-tempat perziarahan. Di India para yogi, para rohaniwan atau para penyembah semua meninggalkan rumah dan tinggal di tempat-tempat suci seperti Prayaga, Mathura, Vrndavana, Hrsikesa, dan Hardwar dan berlatih yoga dalam kesunyian di mana sungai-sungai suci seperti Yamuna dan Gangga mengalir. Tetapi seringkali orang tidak mungkin berbuat seperti itu, khususnya orang Barat. Perkumpulan-perkumpulan yang hanya namanya saja perkumpulan yoga di kota-kota besar barangkali berhasil mencari keuntungan material, tetapi perkumpulan-perkumpulan itu sama sekali tidak cocok untuk latihan yoga yang sebenarnya. Orang yang belum mampu mengendalikan diri dan pikirannya masih sangat goyah, tidak dapat berlatih semadi. Karena itu, dalam Brhan-naradiya Purana dikatakan bahwa pada jaman Kaliyuga (yuga atau jaman sekarang) rakyat umum pendek umur, lamban dalam keinsafan rohani dan selalu digoyahkan oleh berbagai kecemasan. Karena itu, cara terbaik untuk keinsafan rohani ialah memuji nama suci Tuhan.

    harer nāma harer nāma
    harer nāmaiva kevalam
    kalau nāsty eva nāsty eva
    nāsty eva gatir anyathā
    [Adi 17.21]

    Pada jaman kekalutan dan kemunafikan ini, satu-satunya cara untuk mencapai keselamatan ialah memuji nama suci Tuhan. Tidak ada cara lain. Tidak ada cara lain. Tidak ada cara lain."



    6.13-14

     

    samaḿ kāya-śiro-grīvaḿ
    dhārayann acalaḿ sthiraḥ
    samprekṣya nāsikāgraḿ svaḿ
    diśaś cānavalokayan


    praśāntātmā vigata-bhīr
    brahmacāri-vrate sthitaḥ
    manaḥ saḿyamya mac-citto
    yukta āsīta mat-paraḥ


    samam—lurus; kāya—badan; śiraḥ—kepala; grīvam—dan leher; dhārayan—memegang; acalam—tidak bergerak; sthiraḥ—diam; samprekṣya—memandang; nāsikā—dari hidung; agram—pada ujung; svām—sendiri; diśaḥ—di segala sisi; ca—juga; anavalokayan—tidak pandang; praśānta—tidak goyah; ātmā—pikiran; vigata-bhīḥ—bebas dari rasa takut; brahmacāri-vrate—bersumpah untuk berpantangan hubungan suami-isteri; sthitāḥ—mantap; manaḥ—pikiran; saḿyamya—mengalahkan sepenuhnya; mat—kepada-Ku (Krishna); cittaḥ—mengkonsentrasikan pikiran; yuktaḥ—seorang yogi yang sejati; āsīta—harus duduk; mat—Aku; paraḥ—tujuan tertinggi.


    Terjemahan

    Seseorang harus menjaga badan, leher dan kepalanya tegak dalam garis lurus dan memandang ujung hidung dengan mantap. Seperti itu, dengan pikiran yang tidak goyah dan sudah ditaklukkan, bebas dari rasa takut, bebas sepenuhnya dari hubungan suami-isteri, hendaknya ia bersemadi kepada-Ku di dalam hati dan menjadikan Aku sebagai tujuan hidup yang tertinggi.


    Penjelasan

    Tujuan hidup ialah mengenal Krishna, yang bersemayam di dalam hati setiap makhluk hidup sebagai Paramatma, atau bentuk Visnu yang berlengan empat. Latihan proses yoga dijalankan untuk menemukan dan melihat bentuk Visnu tersebut yang berada di tempat khusus, bukan dengan tujuan lain. Visnu-murti yang berada di tempat khusus adalah perwujudan yang berkuasa penuh dari Krishna yang bersemayam di dalam hati. Orang yang tidak mempunyai cara untuk menginsafi Visnu-murti tersebut sibuk dengan cara yang tidak berguna dalam latihan yoga tiruan, dan pasti ia memboroskan waktunya. Krishna adalah tujuan hidup yang tertinggi, dan Visnu-murti yang bersemayam di dalam hati adalah tujuan latihan yoga. Untuk menginsafi Visnu-murti tersebut di dalam hati, seseorang harus berpantang hubungan suami-isteri sama sekali. Karena itu, ia harus meninggalkan rumah, tinggal sendirian di tempat yang sunyi dan tetap duduk seperti yang tersebut di atas. Seseorang tidak dapat menikmati hubungan suami-isteri setiap hari di rumah atau di tempat lain sambil mengikuti apa yang namanya saja kursus yoga dan dengan cara demikian menjadi seorang yogi. Ia harus berlatih mengendalikan dan menghindari segala jenis kepuasan indera-indera. Diantara jenis-jenis kepuasan indera-indera, hubungan suami-isteri adalah yang paling utama. Peraturan cara berpantang hubungan suami-isteri hasil kārya resi mulia yang bernama yajñāvalkya berbunyi sebagai berikut:

    karmaṇā manasā vācā
    sarvāvasthāsu sarvadā
    sarvatra maithuna-tyāgo
    brahmacaryaḿ pracakṣate

    Sumpah brahmacarya dimaksudkan untuk membantu seseorang berpantang sepenuhnya kenikmatan hubungan suami-isteri dalam pekerjaan, kata-kata dan pikiran—pada setiap waktu, dalam segala keadaan, dan di semua tempat." Tidak ada orang yang dapat melakukan latihan yoga yang sebenarnya melalui kenikmatan hubungan suami-isteri. Karena itu, brahmacarya diajarkan sejak masa kanak-kanak, pada waktu seseorang tidak mempunyai pengetahuan apapun tentang hubungan suami-isteri. Anak-anak yang berumur lima tahun dikirim ke gurukula, atau perguruan guru kerohanian, dan guru kerohanian melatih anak-anak kecil itu dalam disiplin yang ketat untuk menjadi brahmacari. Tanpa latihan seperti itu, tidak seorangpun dapat maju dalam yoga manapun baik dhyana, jñāna maupun bhakti. Akan tetapi, orang yang mengikuti aturan dan peraturan kehidupan berumah tangga, dan hanya mengadakan hubungan suami-isteri dengan isterinya yang sah (dan itupun di bawah peraturan), juga disebut seorang brahmacari. Seorang brahmacari yang berumah tangga dan mengendalikan diri seperti itu dapat diterima dalam perguruan bhakti, tetapi perguruan jñāna dan dhyana tidak menerima brahmacari yang berumah tangga yang seperti itu. Mereka mengharuskan pantangan hubungan suami-isteri sepenuhnya tanpa kompromi. Dalam perguruan bhakti, seorang brahmacari yang berumah tangga diperbolehkan mengadakan hubungan suami-isteri yang terkendalikan, sebab pelajaran bhakti-yoga begitu kuat sehingga dengan sendirinya seseorang kehilangan minat terhadap hubungan suami-isteri karena itu dia tekun dalam pengabdian yang lebih tinggi kepada Tuhan. Dalam Bhagavad-gita (2.59) dinyatakan:

    viṣayā vinivartante
    nirāhārasya dehinaḥ
    rasa-varjaḿ raso 'py asya
    paraḿ dṛṣṭvā nivartate

    Orang lain dipaksakan untuk menjauhkan diri dari kepuasan indera-indera, tetapi seorang penyembah Krishna dengan sendirinya menghindari kepuasan indera-indera karena dia menikmati rasa yang lebih tinggi. Selain seorang penyembah, tidak ada orang yang mempunyai keterangan tentang rasa yang lebih tinggi itu. Vigatabhih. Orang tidak dapat menjadi bebas dari rasa takut kecuali ia sadar akan Krishna sepenuhnya. Roh yang terikat merasa takut akibat ingatannya terputar balik, karena ia melupakan hubungannya yang kekal dengan Krishna. dalam Srimad-Bhagavatam (11.2.37) dinyatakan, bhayam dvitiyabhini vesataḥsyad isad apetasya viparyayo 'smṛtiḥ: Kesadaran Krishna adalah satu-satunya dasar kebebasan dari rasa takut. Karena itu, latihan yang sempurna dimungkinkan untuk orang yang sadar akan Krishna. Oleh karena tujuan tertinggi latihan yoga ialah melihat Krishna di dalam hati, orang yang sadar akan Krishna sudah menjadi yogi yang paling baik. Prinsip-prinsip sistem yoga yang disebutkan di sini berbeda dari prinsip-prinsip dalam perkumpulan - perkumpulan populer yang hanya namanya saja perkumpulan yoga.



    6.15

     

    yuñjann evaḿ sadātmānaḿ
    yogī niyata-mānasaḥ
    śāntiḿ nirvāṇa-paramāḿ
    mat-saḿsthām adhigacchati

    yuñjan—berlatih; evam—sebagaimana dikatakan di atas; sadā—senantiasa; ātmanām—badan, pikiran serta sang roh; yogī—seorang ahli kebatinan yang melampaui hal-hal duniawi; niyatamānasaḥ—pikiran yang teratur; śāntim—kedamaian; nirvāṇa-paramam—menghentikan kehidupan material; mat-saḿsthām—angkasa rohani (kerajaan Tuhan); adhigacchati—mencapai.


    Terjemahan

    Dengan berlatih mengendalikan badan, pikiran dan kegiatan senantiasa seperti itu, seorang ahli kebatinan yang melampaui keduniawian dengan pikiran yang teratur mencapai kerajaan Tuhan [atau tempat tinggal Krishna] dengan cara menghentikan kehidupan material.


    Penjelasan

    Sekarang tujuan tertinggi dalam latihan yoga diuraikan dengan jelas. Latihan yoga tidak dimaksudkan untuk mendapatkan jenis fasilitas material manapun; melainkan yoga dimaksudkan untuk memungkinkan seseorang menghentikan segala kehidupan material. Orang yang ingin memperbaiki kesehatannya atau bercita-cita mencapai kesempurnaan material bukan yogi menurut Bhagavad-gita. Menghentikan kehidupan material tidak berarti seseorang masuk di dalam kekosongan," yang hanya merupakan dongeng belaka. Tidak ada kekosongan di tempat manapun dalam ciptaan Tuhan. Melainkan, menghentikan kehidupan material memungkinkan seseorang memasuki angkasa rohani, tempat tinggal Krishna. Tempat tinggal Krishna juga diuraikan dengan jelas dalam Bhagavad-gita, tempat di mana matahari, bulan atau lampu listrik tidak diperlukan. Semua planet di kerajaan rohani bercahaya sendiri seperti matahari di angkasa material. Kerajaan Tuhan berada di mana-mana, tetapi angkasa rohani dan planet-planet di sana disebut param dhāma, atau tempat tinggal yang lebih tinggi.
    Seorang yogi yang sempurna, yang sudah mengerti Sri Krishna secara sempurna, sebagaimana dinyatakan dengan jelas di sini oleh Krishna Sendiri (mat-cittah, mat-paraḥ, mat-samstham), dapat mencapai kedamaian yang sejati dan akhirnya mencapai tempat tinggal Krishna yang paling utama, Krishnaloka, yang bernama Goloka Vrndavana. Dalam Brahma-samhita (5.37) dinyatakan dengan jelas (goloka eva nivasaty akhilatmabhutah): walaupun Krishna selalu tinggal di tempat tinggal-Nya yang bernama Goloka, Beliau adalah Brahman yang berada di mana-mana dan juga Paramatma yang berada di tempat khusus karena tenaga-tenaga rohani-Nya yang lebih tinggi. Tiada seorang pun yang dapat mencapai angkasa rohani (Vaikuntha) atau memasuki tempat tinggal Krishna yang kekal (Goloka Vrndavana) tanpa pengertian yang benar tentang Krishna dan bagian yang berkuasa penuh dari Krishna, yaitu Visnu. Karena itu, orang yang bekerja dalam kesadaran Krishna adalah yogi yang sempurna, sebab pikirannya selalu khusuk dalam kegiatan Krishna (sa vai manaḥ kṛṣṇa -padaravindayoh). Dalam Veda (svetasvatara Upanisad 3.8) juga diajarkan, tam eva viditvāti mrtyum eti: Seseorang dapat melampaui jalan kelahiran dan kematian hanya dengan mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna." Dengan kata lain, kesempurnaan sistem yoga ialah tercapainya pembebasan dari kehidupan material, bukan sejenis sulap atau senam untuk menipu orang yang tidak tahu apa-apa.



    6.16

     

    nāty-aśnatas 'tu yogo 'sti
    na caikāntam anaśnataḥ
    na cāti-svapna-śīlasya
    jāgrato naiva cārjuna

    na—tidak pernah; ati—terlalu banyak; aśnataḥ—orang yang makan; tu—tetapi; yogaḥ—mengadakan hubungan dengan Yang Mahakuasa; asti—ada; na—tidak juga; ca—juga; ekāntam—terlalu; anaśnataḥ—puasa; na—tidak juga; ca—juga; ati—terlalu banyak; svapna-śīlasya—mengenai orang yang banyak tidur; jāgrataḥ—atau orang yang kurang tidur; na—tidak; evā—pernah; ca—dan; Arjuna—wahai Arjuna.


    Terjemahan

    Wahai Arjuna, tidak mungkin seseorang menjadi yogi kalau dia makan terlalu banyak, makan terlalu sedikit, tidur terlalu banyak atau tidak tidur secukupnya.


    Penjelasan

    Mengatur makan dan tidur dianjurkan di sini untuk para yogi. Makan terlalu banyak berarti makan lebih daripada apa yang dibutuhkan untuk memelihara jiwa dan raga. Manusia tidak perlu makan binatang, sebab ada persediaan biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan dan susu secukupnya. Menurut Bhagavad-gita makanan yang sederhana seperti itu bersifat kebaikan. Makanan yang terdiri dari binatang adalah makanan untuk orang yang dipengaruhi oleh sifat kebodohan. Karena itu, orang yang menikmati daging binatang, minum-minuman keras, merokok dan makan makanan yang tidak dipersembahkan kepada Krishna terlebih dahulu akan menderita reaksi-reaksi dosa karena mereka hanya makan benda-benda yang tercemar. Bhunjate tetv agham papa ye pacanty ātma-kāraṇāt. Siapapun yang makan untuk kesenangan indera-indera atau masak untuk Diri-Nya sendiri, dan tidak mempersembahkan makanannya kepada Krishna, hanya makan dosa. Orang yang makan dosa dan makan lebih daripada jatahnya tidak dapat melakukan yoga yang sempurna. Paling baik kalau seseorang hanya makan sisa makanan yang sudah dipersembahkan kepada Krishna. Orang yang sadar akan Krishna tidak makan sesuatupun yang belum dipersembahkan kepada Krishna lebih dahulu. Karena itu, hanya orang yang sadar akan Krishna dapat mencapai kesempurnaan dalam latihan yoga. Orang yang secara tidak wajar berpantang makan dengan membuat cara sendiri untuk berpuasa juga tidak dapat mengikuti latihan yoga. Orang yang sadar akan Krishna puasa sebagaimana dianjurkan dalam Kitab-kitab Suci. Dia tidak puasa ataupun makan lebih daripada yang diperlukan. Karena itu, dia sanggup melaksanakan latihan yoga. Orang yang makan lebih daripada yang dibutuhkan akan banyak sekali mimpi selama ia tidur, dan sebagai akibatnya, dia harus tidur lebih daripada yang dibutuhkan. Seharusnya seseorang tidak tidur lebih dari enam jam setiap hari. Orang yang tidur lebih dari enam jam setiap dua puluh empat jam pasti dipengaruhi oleh sifat kebodohan. Orang yang berada dalam sifat kebodohan malas dan cenderung banyak tidur. Orang seperti itu tidak dapat berlatih yoga.



    6.17

     

    yuktāhāra-vihārasya
    yukta-ceṣṭasya karmasu
    yukta-svapnāvabodhasya
    yogo bhavati duḥkha-hā

    yukta—teratur; āhāra—makan; vihārasya—rekreasi; yukta—teratur; ceṣṭasya—orang-orang yang bekerja untuk memelihara; karmasu—dalam melaksanakan tugas kewajiban; yukta—teratur; svapna-avabodhasya—tidur dan bangun; yogaḥ—latihan yoga; bhavati—menjadi; duḥkha-hā—mengurangi rasa sakit.


    Terjemahan

    Orang yang teratur dalam kebiasaan makan, tidur, berekreasi dan bekerja dapat menghilangkan segala rasa sakit material dengan berlatih sistem yoga.


    Penjelasan

    Kemewahan yang berlebihan dalam hal makan, tidur, membela diri dan berketurunan—kebutuhan badan—dapat merintangi kemajuan dalam latihan yoga. Mengenai soal makan, makanan hanya dapat di atur apabila seseorang membiasakan diri untuk mengambil dan menerima prasādam, makanan yang sudah disucikan. Menurut Bhagavad-gita (9.26), sayur-sayuran, bunga, buah-buahan, biji-bijian, susu dan sebagainya dipersembahkan kepada Sri Krishna. Dengan cara demikian, orang yang sadar akan Krishna dengan sendirinya dilatih supaya tidak menerima makanan yang tidak dimaksudkan untuk dimakan oleh manusia, atau makanan yang tidak termasuk golongan kebaikan. Mengenai soal tidur, orang yang sadar akan Krishna selalu waspada melaksanakan tugas-tugasnya dalam kesadaran Krishna. Karena itu, menghabiskan waktu untuk tidur yang tidak diperlukan dianggap kerugian besar. Avyarthakalatvām: Orang yang sadar akan Krishna tidak tahan kalau satu menitpun dari kehidupannya berlalu tanpa menekuni bhakti kepada Krishna. Karena itu, ia tidur seminimal mungkin. Contoh terbaik bagi penyembah dalam hal ini ialah Srila Rupa Gosvami, yang selalu tekun dalam pengabdian kepada Krishna dan tidak mau tidur lebih dari dua jam sehari, kadang-kadang kurang dari itu. Thakura Haridasa tidak menerima prasādam ataupun tidur selama sesaatpun tanpa menyelesaikan jadwalnya setiap hari untuk mengucapkan mantra Hare Krishna dengan tasbihnya sebanyak tiga ratus ribu nama. Mengenai pekerjaan, orang yang sadar akan Krishna, dia tidak melakukan sesuatupun yang tidak mempunyai hubungan dengan kepentingan Krishna. Dengan demikian, pekerjaannya selalu teratur dan tidak ternoda dengan kepuasan indera-indera. Oleh karena tidak ada hal pemuasan indera, tidak ada waktu santai yang bersifat material bagi orang yang sadar akan Krishna. Oleh karena orang yang sadar akan Krishna teratur dalam segala pekerjaan, pembicaraan, masa tidur, masa bangun dan segala kegiatan jasmani lainnya, tidak ada kesengsaraan material baginya.


    6.18

     

    yadā viniyataḿ cittam
    ātmany evāvatiṣṭhate
    nispṛhaḥ sarva-kāmebhyo
    yukta ity ucyate tadā

    yadā—apabila; viniyatam—disiplin secara khusus; cittam—pikiran dan kegiatannya; ātmani—dalam kerohanian yang melampaui hal-hal duniawi; eva—pasti; avatiṣṭhate—menjadi mantap; nispṛhāh—bebas dari keinginan; sarvā—untuk segala jenis; kāmebhyaḥ—kepuasan indera-indera material; yuktah—mantap dengan baik dalam yoga; iti—demikian; ucyate—dikatakan sebagai; tadā—pada waktu itu.


    Terjemahan

    Apabila seorang yogi mendisiplinkan kegiatan pikirannya dan menjadi mantap dalam kerohanian yang melampaui hal-hal duniawi—bebas dari segala keinginan material—dikatakan bahwa dia sudah mantap dengan baik dalam yoga.


    Penjelasan

    Kegiatan seorang yogi dibedakan dari kegiatan orang biasa, karena sifat kegiatannya yang menghentikan segala jenis keinginan material. Hubungan suami isteri adalah keinginan material yang paling utama. Seorang yogi yang sempurna sudah disiplin dalam kegiatan pikiran dengan begitu baik sehingga dia tidak dapat digoyahkan lagi oleh jenis keinginan material manapun. Tingkat kesempurnaan tersebut dapat dicapai dengan sendirinya oleh orang yang sadar akan Krishna, sebagaimana dinyatakan dalam Srimad-Bhagavatam (9.4.8-20).

    sa vai manaḥ kṛṣṇa-pādāravindayor
    vacāḿsi vaikuṇṭha-guṇānuvarṇane
    karau harer mandira-mārjanādiṣu
    śrutiḿ cakārācyuta-sat-kathodaye
    mukunda-lińgālaya-darśane dṛśau
    tad-bhṛtya-gātra-sparśe 'ńga-sańgamam
    ghrāṇaḿ ca tat-pāda-saroja-saurabhe
    śrīmat-tulasyā rasanāḿ tad-arpite
    pādau hareḥ kṣetra-padānusarpaṇe
    śiro hṛṣīkeśa-padābhivandane
    kāmaḿ ca dāsye na tu kāma-kāmyayā
    yathottama-śloka-janāśrayā ratiḥ

    Maharājā  Ambarisa pertama-tama menjadikan pikirannya tekun pada kaki padma Sri Krishna; kemudian, satu demi satu, dia menjadikan kata-katanya tekun menguraikan sifat-sifat rohani Krishna, tangannya mengepel pada tempat sembahyang Krishna, telinganya untuk mendengar kegiatan Krishna, matanya untuk melihat bentuk-bentuk rohani Krishna, badannya untuk menyentuh badan penyembah, hidungnya untuk mencium harumnya bunga padma yang sudah dipersembahkan kepada Krishna, dan lidahnya untuk mencicipi daun tulasi yang sudah dipersembahkan kepada kakipadma Krishna, juga kakinya untuk pergi ke tempat-tempat perziarahan dan tempat sembahyang kepada Tuhan, kepalanya untuk bersujud kepada Tuhan, dan keinginannya untuk melaksanakan misi Tuhan. Segala kegiatan rohani tersebut pantas sekali untuk seorang penyembah yang murni."
    Tingkat rohani tersebut yang melampaui hal-hal duniawi tidak dapat dijelaskan secara subyektif oleh para pengikut jalan yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, tetapi tingkat rohani itu menjadi mudah dan pasti sekali bagi orang yang sadar akan Krishna. Kenyataan ini jelas dalam uraian tersebut di atas tentang kesibukan Maharājā  Ambarisa. Kalau pikiran belum dipusatkan kepada kakipadma Krishna dengan cara ingat senantiasa, maka kesibukan rohani seperti itu tidak praktis. Karena itu, dalam bhakti kepada Krishna, kegiatan yang dianjurkan di atas disebut arcana, atau cara menjadikan indera-indera tekun dalam pengabdian kepada Krishna. Indera-indera  dan pikiran memerlukan kesibukan. Hanya meniadakan indera-indera dan pikiran begitu saja tidak praktis. Karena itu, bagi rakyat umum—khususnya mereka yang belum mencapai tingkatan hidup untuk meninggalkan hal-hal duniawi—kesibukan rohani bagi indera-indera dan pikiran sebagaimana diuraikan di atas adalah proses yang sempurna untuk mencapai tingkat kerohanian, yang melampaui hal-hal duniawi yang disebut yukta dalam Bhagavad-gita.


    6.19

     

    yathā dīpo nivāta-stho
    neńgate sopamā smṛtā
    yogino yata-cittasya
    yuñjato yogam ātmanaḥ

    yathā—seperti; dīpaḥ—lampu; nivāta-sthaḥ—di tempat tanpa angin; na—tidak; ińgate—bergoyang; sā—ini; upamā—perumpamaan; smṛtā—dianggap; yoginaḥ—mengenai seorang yogi; yata-cittasya—yang pikirannya terkendalikan; yuñjataḥ—senantiasa sibuk; yogam—di dalam semadi; ātmanāḥ—pada kerohanian yang melampaui hal-hal duniawi.


    Terjemahan

    Ibarat lampu di tempat yang tidak ada angin tidak bergoyang, seorang rohaniawan yang pikirannya terkendalikan selalu mantap dalam semadinya pada sang diri yang rohani dan melampaui hal-hal duniawi.


    Penjelasan

    Orang yang sungguh-sungguh sadar akan Krishna selalu khusuk dalam kerohanian yang melampaui hal-hal duniawi senantiasa tidak goyah dalam bersemadi kepada Krishna, Tuhan Yang Maha Esa yang patut disembahnya. Dia semantap lampu di tempat yang tak berangin.


    6.20-23

     

    yatroparamate cittaḿ
    niruddhaḿ yoga-sevayā
    yatra caivātmanātmānaḿ
    paśyann ātmani tuṣyati


    sukham ātyantikaḿ yat tad
    buddhi-grāhyam atīndriyam
    vetti yatra na caivāyaḿ
    sthitaś calati tattvataḥ


    yaḿ labdhvā cāparaḿ lābhaḿ
    manyate nādhikaḿ tataḥ
    yasmin sthito na duḥkhena
    guruṇāpi vicālyate


    taḿ vidyād duḥkha-saḿyoga-
    viyogaḿ yoga-saḿjñitam

    yātrā—dalam keadaan yang; uparamate—berhenti (karena seseorang merasa kebahagiaan rohani); cittam—kegiatan pikiran; niruddham—dengan dikekang dari alam material; yoga-sevayā—dengan melaksanakan yoga; yatra—di dalam itu; ca—juga; evā—pasti; ātmanā—oleh pikiran yang murni; ātmanām—sang diri; paśyan—menginsafi kedudukannya; ātmani—di dalam sang diri; tuṣyāti—seseorang puas; sukham—kebahagiaan; ātyantikam—paling utama; yat—yang; tat—itu; buddhi—oleh kecerdasan; grāhyam—dapat dicapai; atīndriyam—rohani dan melampaui hal-hal duniawi; vetti—seseorang mengetahui; yātrā—dalam hal itu; na—tidak pernah; ca—juga; evā—pasti; ayam—dia; sthitāḥ—mantap; calati—bergerak; tattvataḥ—dari kebenaran; yam—itu yang; labdhvā—dengan tercapainya; ca—juga; aparam—apapun yang lain; lābham—keuntungan; manyate—menganggap; na—tidak pernah; adhikam—lebih; tataḥ—daripada itu; yasmin—dalam itu; sthitāḥ—menjadi mantap; na—tidak pernah; duḥkhena—oleh kesengsaraan; gurūna api—walaupun sulit sekali; vicālyate—tergoyahkan; tam—itu; vidyāt—engkau harus mengetahui; duḥkha-saḿyoga—dari kesengsaraan hubungan material; viyogam—penghilangan; yoga-saḿjñitam—disebut semadi dalam yoga.


    Terjemahan

    Pada tingkat kesempurnaan yang disebut semadi atau samadhi, pikiran seseorang terkekang sepenuhnya dari kegiatan pikiran yang bersifat material melalui latihan yoga. Ciri kesempurnaan itu ialah bahwa seseorang sanggup melihat sang diri dengan pikiran yang murni ia menikmati dan riang dalam sang diri. Dalam keadaan riang itu, seseorang berada dalam kebahagiaan rohani yang tidak terhingga, yang diinsafi melalui indera-indera rohani. Setelah menjadi mantap seperti itu, seseorang tidak pernah menyimpang dari kebenaran, dan setelah mencapai kedudukan ini, dia berpikir tidak ada keuntungan yang lebih besar lagi. Kalau ia sudah mantap dalam kedudukan seperti itu, ia tidak pernah tergoyahkan, bahkan di tengah-tengah kesulitan yang paling besar sekalipun. Ini memang kebebasan yang sejati dari segala kesengsaraan yang berasal dari hubungan material.


    Penjelasan

    Dengan berlatih yoga, berangsur-angsur seseorang bebas dari paham-paham  material. Inilah ciri utama prinsip yoga. Sesudah ini, seseorang mantap dalam semadi, atau samadhi, yang berarti yogi menginsafi Roh Yang Utama melalui pikiran dan kecerdasan rohani, tanpa keragu-raguan apapun akibat mempersamakan sang diri dengan Diri Yang Utama. Latihan yoga kurang lebih berdasarkan prinsip-prinsip sistem Patanjali. Beberapa penafsir ang tidak dibenarkan mencoba mempersamakan roh individual dengan Roh Yang Utama. Para pengikut filsafat monisme menganggap hal ini sebagai pembebasan, tetapi mereka tidak mengerti maksud sejati sistem yoga Patanjali. Dalam sistem Patanjali, kebahagiaan rohani diakui, tetapi para pengikut filsafat monisme tidak mengakui kebahagiaan rohani, karena mereka takut hal ini akan membahayakan teori bahwa segala sesuatu adalah satu. Para pengikut filsafat yang menganggap segala sesuatu adalah satu tidak menerima adanya perbedaan antara pengetahuan dan dia yang mengetahui, tetapi dalam ayat ini, adanya kebahagiaan rohani—diinsafi melaui indera-indera rohani—diakui. Kenyataan ini dibenarkan oleh Patanjali Muni, pengemuka sistem yoga yang terkenal. Resi yang mulia itu menyatakan dalam hasil karyanya berjudul Yoga-sutra (3.34): purusartha sunyanam gunānām pratiprasavah kaivalyam svarupapratistha va citisaktir iti. Citisakti, atau kekuatan dalam tersebut, bersifat rohani dan melampaui hal-hal duniawi. Purusartha berarti hal-hal keagamaan yang bersifat meterial, perkembangan ekonomi, kepuasan indera-indera, dan akhirnya, usaha menunggal dengan Yang Mahakuasa. Bersatulah dengan Yang Mahakuasa" disebut kaivalyam oleh para pengikut filsafat monisme. Tetapi menurut Patanjali, kaivalyam tersebut adalah suatu kekuatan dalam atau kekuatan rohani yang memungkinkan makhluk hidup menyadari kedudukan dasarnya. Sri  Caitanya Mahaprabhu menguraikan keadaan tersebut sebagai ceto darpana marjanam, atau membersihkan pikiran yang diumpamakan sebagai cermin yang kotor. Pembersihan" tersebut sebenarnya merupakan pembebasan, atau bhavamahadavagninirvapānam. Teori nirvanam—yang juga merupakan pendahuluan—cocok dengan prinsip ini. Dalam Srimad-Bhagavatam (2.10.6), ini disebut svarupena vyavasthitiḥ . Dalam Bhagavad-gita, keadaan ini juga dibenarkan dalam ayat ini.
       Sesudah nirvana, atau menghentikan kegiatan material, ada perwujudan kegiatan rohani atau bhakti kepada Tuhan, yang dikenal sebagai kesadaran Krishna. Dalam Bhagavatam (2.10.6), dinyatakan svarupena vyavasthitiḥ : inilah kehidupan sejati makhluk hidup." Mayā , atau khayalan, adalah keadaan kehidupan rohani yang dicemari oleh penyakit material. Pembebasan dari penyakit material tersebut tidak berarti kedudukan kekal makhluk hidup yang asli dibinasakan. Patanjali juga mengakui kenyataan ini dengan kata-kata, kaivalyam svarupapratistha va citisaktir iti. Citisakti, atau kebahagiaan rohani tersebut, adalah kehidupan yang sejati. Kenyataan ini dibenarkan dalam Vedanta-sutra (1.1.12) sebagai anandamayo 'bhyasat. Kebahagiaan rohani yang wajar tersebut adalah tujuan tertinggi yoga dan mudah dicapai dengan melaksanakan bhakti, atau bhakti-yoga. Bhakti-yoga akan diuraikan dengan jelas dalam Bhagavad-gita Bab Tujuh.
    Dalam sistem yoga, sebagaimana diuraikan dalam bab ini, ada dua jenis samadhi, yang disebut samprajñātasamadhi dan asamprajñātasamadhi. Apabila seseorang mantap dalam kedudukan rohani dengan berbagai riset filsafat, dikatakan bahwa dia sudah mencapai samprajñāta samadhi. Apabila seseorang sudah berada dalam asamprajñātasamadhi, tidak ada hubungan apapun lagi dengan kesenangan duniawi, sebab pada waktu itu ia sudah melampaui segala jenis kesenangan yang diperoleh dari indera-indera. Begitu seorang yogi mantap dalam kedudukan rohani tersebut, dia tidak pernah digoyahkan dari kedudukan itu. Kalau seorang yogi belum dapat mencapai kedudukan ini, dia belum mencapai sukses. Yang disebut latihan yoga dewasa ini, yang menyangkut berbagai kesenangan indera-indera, merupakan penyangkalan. Kalau orang yang menamakan Diri-Nya yogi menikmati hubungan suami-isteri dan mabuk-mabukan, maka itu merupakan peremehan terhadap yoga yang sebenarnya. Yogi-yogi yang tertarik pada berbagai siddhi (kesaktian) dalam proses yoga, belum mantap secara sempurna. Kalau para yogi tertarik pada efek sampingan dari yoga, mereka tidak dapat mencapai tingkat kesempurnaan, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini. Karena itu, orang yang mengadakan pertunjukan berbagai gerak senam atau siddhi harus mengetahui bahwa tujuan yoga hilang dengan cara itu.
    Latihan yoga yang terbaik pada jaman ini adalah kesadaran Krishna, karena tidak membingungkan. Orang yang sadar akan Krishna begitu bahagia dalam tugas kewajibannya sehingga dia tidak bercita-cita mendapatkan kebahagiaan lain lagi. Ada banyak rintangan, khususnya pada jaman kemunafikan ini, yang menghalang-halangalangi latihan hatha-yoga, dyhanayoga dan jñāna-yoga, tetapi tidak ada masalah seperti itu dalam melaksanakan karma-yoga atau bhakti-yoga. Selama badan jasmani masih hidup, seseorang harus memenuhi kebutuhan badan, yaitu, makan, tidur, membela diri dan berketurunan. Tetapi orang yang berada dalam bhakti-yoga yang murni atau kesadaran Krishna yang murni, tidak merangsang indera-indera dalam upaya memenuhi kebutuhan badannya. Melainkan, dia menerima kebutuhan pokok untuk kehidupan, menggunakan sesuatu yang jelek pun dengan sebaik-baiknya, dan menikmati kebahagiaan rohani dalam kesadaran Krishna. Dia bersikap wajar terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja—misalnya kecelakaan, penyakit, kekurangan ataupun kematian seorang anggota keluarga yang sangat dicintainya—tetapi dia selalu waspada untuk melaksanakan tugas-tugas kewajibannya dalam kesadaran Krishna, atau bhakti-yoga. Kecelakaan tidak pernah menyesatkan orang yang sadar akan Krishna dari kewajibannya. Sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gita (2.14), agama-payino'nityas tams titikṣasva Bhārata. Dia tahan terhadap segala kejadian yang kurang penting seperti itu karena dia mengetahui bahwa kejadiankejadian itu datang dan pergi dan tidak mempengaruhi tugas-tugas kewajibannya. Dengan cara demikian, dia mencapai kesempurnaan tertinggi dalam latihan yoga.


    6.24

     

    sa niścayena yoktavyo
    yogo 'nirviṇṇa-cetasā
    sańkalpa-prabhavān kāmāḿs
    tyaktvā sarvān aśeṣataḥ
    manasāivendriya-grāmaḿ
    viniyamya samantataḥ

    saḥ—itu; niścayena—dengan ketabahan hati yang mantap; yoktavyaḥ—harus dilatih; yogaḥ—sistem yoga; anirviṇṇa-cetasā—tanpa menyimpang; sańkalpa—angan-angan; prabhavān—dilahirkan dari; kāmān—keinginan duniawi; tyaktvā—meninggalkan; sarvān—semua; aśeṣataḥ—sepenuhnya; manasā—oleh pikiran; evā—pasti; indriya-grāmam—indera-indera yang lengkap; viniyamya—mengatur; samantataḥ—dari segala sisi.

    Terjemahan

    Hendaknya seseorang menekuni latihan yoga dengan ketabahan hati dan keyakinan dan jangan disesatkan dari jalan itu. Hendaknya ia meninggalkan segala keinginan meterial yang dilahirkan dari angan-angan tanpa terkecuali, dan dengan demikian mengendalikan segala indera di segala sisi melalui pikiran.


    Penjelasan

    Orang yang melakukan latihan yoga harus bertabah hati dan harus melaksanakan latihan yoga dengan sabar tanpa menyimpang. Dia harus yakin bahwa Diri-Nya akan mencapai sukses pada akhirnya. Dia harus mengikuti jalan ini dengan ketabahan hati yang besar dan jangan merasa kecewa kalau ada rintangan terhadap tercapainya sukses. Sukses pasti dicapai oleh orang yang berlatih dengan tegas. Mengenai bhakti-yoga, Rupa Gosvami menyatakan:

    utsāhān niścayād dhairyāt
    tat-tat-karma-pravartanāt
    sańga-tyāgāt sato vṛtteḥ
    ṣaḍbhir bhaktiḥ prasidhyati

    Seseorang dapat berhasil melaksanakan proses bhakti-yoga dengan semangat sepenuhnya, ketekunan, ketabahan hati, mengikuti tugas-tugas kewajiban yang ditetapkan dalam pergaulan bersama para penyembah dan menekuni sepenuhnya kegiatan yang bersifat kebaikan." (Upadesamrta 3)
    Mengenai ketabahan hati, sebaiknya kita mengikuti contoh seekor burung gereja yang kehilangan telurnya dalam ombak-ombak lautan. Seekor burung gereja bertelur di tepi laut, tetapi lautan yang besar mengambil telur-telur itu dengan ombaknya. Burung gereja itu sangat sedih dan meminta kepada lautan supaya telurnya dikembalikan. Permintaannya tidak diperhatikan oleh lautan. Karena itu, si burung gereja mengambil keputusan mengeringkan lautan. Dia mulai mengambil air dengan cara mematukkan paruhnya yang kecil, dan semua orang tertawa melihat si burung gereja dengan ketabahan hatinya yang mustahil. Berita tentang kegiatan si burung gereja tersebar, dan akhirnya Garuda, burung yang besar sekali yang menjadi kendaraan Visnu, mendengar kabar itu. Garuda merasa prihatin terhadap burung kecil yang dianggap adiknya itu. Karena itu, Garuda datang untuk melihat si burung gereja. Garuda sangat puas atas ketabahan hati si burung gereja yang kecil dan beliau berjanji akan membantu. Kemudian, Garuda segera menyuruh kepada lautan agar telur-telur burung gereja segera dikembalikan, dan kalau tidak, beliau sendiri akan ikut membantu pekerjaan si burung gereja. Lautan takut mendengar perintah itu, dan telur-telur itupun dikembalikannya. Demikianlah si burung gereja akhirnya berbahagia atas berkat karunia Garuda.
    Begitu pula, latihan yoga, khususnya bhakti-yoga dalam kesadaran Krishna, barangkali kelihatannya pekerjaan yang amat sulit tetapi kalau seseorang mengikuti prinsip-prinsip dengan ketabahan hati yang besar, Krishna pasti akan menolong, sebab Tuhan menolong orang yang berusaha menolong Diri-Nya sendiri.



    6.25

     

    śanaiḥ śanair uparamed
    buddhyā dhṛti-gṛhītayā
    ātma-saḿsthaḿ manaḥ kṛtvā
    na kiñcid api cintayet

    śanaiḥ—berangsur-angsur; śanaiḥ—langkah demi langkah; uparamet—hendaknya seseorang membendung; buddhya—dengan kecerdasan; dhṛti-gṛhītayā—dibawa oleh keyakinan; ātma-saḿstham—ditempatkan dalam kerohanian; manaḥ—pikiran; kṛtvā—membuat; na—tidak; kiñcit—sesuatu yang lain; api—walaupun; cintayet—harus memikirkan.


    Terjemahan

    Berangsur-angsur, selangkah demi selangkah, seseorang harus mantap dalam semadi dengan menggunakan kecerdasan yang diperkokoh oleh keyakinan penuh, dan dengan demikian pikiran harus dipusatkan hanya kepada sang diri dan tidak memikirkan sesuatu selain itu.


    Penjelasan

    Dengan keyakinan dan kecerdasan yang benar, seseorang harus berangsur-angsur menghentikan kegiatan indera-indera. Ini disebut pratyahara. Pikiran harus dijadikan mantap dalam semadi atau samadhi, dengan cara mengendalikan pikiran melalui keyakinan, meditasi, dan menghentikan kegiatan indera-indera. Pada waktu itu, tidak ada bahaya lagi bahwa seseorang akan menjadi terikat dalam paham hidup yang bersifat material. Dengan kata lain, walaupun seseorang terlibat dengan alam selama badan material masih ada, hendaknya ia jangan memikirkan kepuasan indera-indera. Seharusnya seseorang tidak memikirkan kesenangan selain kesenangan Diri Yang Paling Utama. Keadaan ini mudah dicapai dengan berlatih kesadaran Krishna secara langsung.



    6.26

    yato yato niścalati
    manaś cañcalam asthirām
    tatas tato niyamyaitad
    ātmany eva vaśaḿ nayet

    yataḥ yataḥ—di manapun; niścalati—benar-benar digoyahkan; manaḥ—pikiran; cañcalam—berkedipkedip; asthirām—tidak mantap; tataḥ tataḥ—dari sana; niyamya—mengatur; etat—ini; ātmani—dalam sang diri; evā—pasti; vaśam—pengendalian; nayet—harus membawa di bawah.

    Terjemahan

    Dari manapun pikiran mengembara karena sifatnya yang berkedip-kedip dan tidak mantap, seseorang dengan pasti harus menarik pikirannya dan membawanya kembali di bawah pengendalian sang diri.


    Penjelasan

    Sifat pikiran berkedip-kedip dan tidak mantap. Tetapi seorang yogi yang sudah insaf akan diri harus mengendalikan pikirannya; jangan sampai pikiran mengendalikan yogi itu. Orang yang mengendalikan pikiran (dan indera-indera) disebut Gosvami, atau svami, sedangkan orang yang dikendalikan oleh pikiran disebut godasa, atau pelayan indera-indera. Seorang Gosvami mengetahui taraf kebahagiaan indera-indera. Dalam kebahagiaan indera-indera rohani yang melampaui hal-hal material, indera-indera dijadikan tekun dalam pengabdian kepada Hrsikesa atau Pemilik utama indera-indera—Krishna. Mengabdikan diri kepada Krishna dengan indera-indera yang sudah disucikan disebut kesadaran Krishna. Itulah cara mengendalikan indera-indera sepenuhnya. Mengabdikan diri kepada Krishna dengan indera-indera yang sudah disucikan juga merupakan kesempurnaan tertinggi latihan yoga.


    6.27

     

    praśānta-manasāḿ hy enaḿ
    yoginaḿ sukham uttamam
    upaiti śānta-rājā saḿ
    brahma-bhūtam akalmaṣam


    praśānta—damai, dipusatkan kepada kakipadma Krishna; manasām—pikirannya; hi—pasti; enam—ini; yoginām—seorang yogi; sukham—kebahagiaan; uttamam—tertinggi; upaiti—mencapai; śānta-rājasam—nafsunya di damaikan; brahma-bhūtam—pembebasan dengan identitas bersama Yang Mutlak; akalmaṣam—dibebaskan dari segala reaksi dosa dari dahulu.

    Terjemahan

    Seorang yogi yang pikirannya sudah dipusatkan pada-Ku pasti mencapai kesempurnaan tertinggi kebahagiaan rohani. Dia berada di atas pengaruh sifat nafsu, dia menginsafi persamaan sifat antara Diri-Nya dan Yang Mahakuasa, dan dengan demikian dia dibebaskan dari segala reaksi perbuatan dari dahulu.



    Penjelasan

    Brahmabhuta adalah keadaan bebas dari pencemaran material dan mantap dalam pengabdian rohani kepada Tuhan. Mad-bhaktim labhate param (Bg. 18.54). Seseorang tidak dapat menjadi mantap dalam sifat Brahman, Yang Mutlak, sampai pikirannya sudah dipusatkan pada kaki padma Krishna. Sa vai manaḥ kṛṣṇa padaravindayoh. Kalau seseorang selalu mantap dalam cinta-bhakti rohani kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tetap berada dalam kesadaran Krishna, berarti dia sungguh-sungguh dibebaskan dari sifat nafsu dari segala pencemaran material.



    6.28

     

    yuñjann evaḿ sadātmānaḿ
    yogī vigata-kalmaṣaḥ
    sukhena brahma-saḿsparśam
    atyantaḿ sukham aśnute

    yuñjan—menekuni latihan yoga; evam—demikian; sadā—selalu; ātmanām—sang diri; yogī—orang yang berada dalam hubungan dengan Diri Yang Paling Utama; vigata—dibebaskan dari; kalmaṣāḥ—segala pencemaran material; sukhena—dalam kebahagiaan rohani; brahma-saḿsparśam—senantiasa berhubungan dengan Yang Mahakuasa; atyantam—tertinggi; sukham—kebahagiaan; aśnute—mencapai.


    Terjemahan

    Dengan demikian, seorang yogi yang sudah mengendalikan diri dan senantiasa menekuni latihan yoga dibebaskan dari segala pengaruh material dan mencapai tingkat tertinggi kebahagiaan yang sempurna dalam cinta-bhakti rohani kepada Tuhan.


    Penjelasan

    Keinsafan diri berarti mengetahui kedudukan dasar kita dalam hubungan dengan Yang Mahakuasa. Sang roh yang individual adalah bagian dari Yang Mahakuasa yang mempunyai sifat yang sama seperti Yang Mahakuasa, dan kedudukan makhluk hidup ialah mengabdikan diri kepada Tuhan secara rohani. Hubungan rohani demikian dengan Yang Mahakuasa disebut brahma-samsparsa.



    6.29

     

    sarva-bhūta-stham ātmānaḿ
    sarva-bhūtāni cātmani
    īkṣate yoga-yuktātmā
    sarvatra sama-darśanaḥ

    sarva-bhūta-stham—bersemayam di dalam semua makhluk; ātmanām—Roh Yang Utama; sarva—semua; bhūtāni—para makhluk-makhluk; ca—juga; ātmani—di dalam sang diri; īkṣate—melihat; yoga-yukta-ātmā—orang yang dihubungkan dalam kesadaran Krishna; sarvatra—di mana-mana; sama-darśanaḥ—melihat dengan cara yang sama.



    Terjemahan

    Seorang yogi yang sejati melihat Aku bersemayam di dalam semua makhluk hidup, dan dia juga melihat setiap makhluk hidup di dalam Diri-Ku. Memang, orang yang sudah insaf akan Diri-Nya melihat Aku, Tuhan Yang Maha Esa yang sama di mana-mana.


    Penjelasan

    Seorang yogi yang sadar akan Krishna melihat secara sempurna karena dia melihat Krishna, Tuhan Yang Mahakuasa, bersemayam di dalam hati semua orang sebagai Roh Yang Utama (Paramatma). īśvaraḥ sarva bhūtānām hrd-dese 'rjuna tiṣṭhati. Tuhan dalam aspek-Nya sebagai Paramatma bersemayam di dalam hati seekor anjing dan juga di dalam hati seorang brahmaṇā. Seorang yogi yang sempurna mengetahui bahwa Tuhan bersifat rohani untuk selamanya dan tidak terpengaruh secara material bila Beliau berada di dalam hati seekor anjing atau seorang brahmaṇā. Itulah sifat Maha netral Tuhan. Sang roh yang individual juga bersemayam di dalam hati setiap individu, tetapi dia tidak berada dalam hati semua makhluk sekaligus. Itulah perbedaan antara roh yang individual dan Roh Yang Utama. Orang yang belum sungguh-sungguh berlatih yoga tidak dapat melihat dengan begitu jelas. Orang yang sadar akan Krishna dapat melihat Krishna baik di dalam hati orang yang percaya maupun di dalam hati orang yang tidak percaya. Dalam smrti, kenyataan ini dibenarkan sebagai berikut: atatatvac ca mat-rtvacca atma hi paramo harih. Tuhan Yang Maha Esa, sebagai sumber semua makhluk hidup, adalah seperti ibu dan pemelihara. Seperti halnya seorang ibu bersikap netral terhadap semua anak, Ayah (atau Ibu) Yang Paling Utama juga seperti itu. Karena itu, Roh Yang Utama selalu bersemayam dalam hati setiap makhluk hidup.
    Secara lahiriah, setiap makhluk hidup juga berada di dalam tenaga Tuhan. Sebagaimana akan dijelaskan dalam Bab Tujuh, pada dasarnya Tuhan mempunyai dua tenaga—yaitu tenaga rohani (atau tenaga utama) dan tenaga material (atau tenaga rendah). Walaupun makhluk hidup adalah bagian dari tenaga utama, ia diikat oleh tenaga yang rendah; makhluk hidup selalu berada di dalam tenaga Tuhan. Setiap makhluk hidup berada di dalam Beliau melalui salah satu di antara kedua cara tersebut.
    Seorang yogi melihat dengan penglihatan yang sama karena dia melihat bahwa semua makhluk hidup berada dalam aneka badan menurut hasil pekerjaannya yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil, namun dalam segala keadaan mereka tetap sebagai hamba-hamba Tuhan. Selama makhluk hidup berada di dalam tenaga material, ia mengabdi kepada indera-indera meterial, dan selama dia berada di dalam tenaga rohani, dia mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa secara langsung. Dalam kedua keadaan tersebut, makhluk hidup adalah hamba Tuhan. Daya melihat persamaan seperti ini menjadi sempurna pada orang yang sadar akan Krishna.

    6.30

     

    yo māḿ paśyati sarvatra
    sarvaḿ ca mayi paśyati
    tasyāhaḿ na praṇaśyāmi
    sa ca me na praṇaśyati

    yaḥ—siapapun; mām—Aku; paśyāti—melihat; sarvatra—di mana-mana; sarvam—segala sesuatu; ca—dan; mayi—di dalam Diri-Ku; paśyāti—melihat; tasya—bagi dia; aham—Aku; na—tidak; praṇaśyāmi—Aku hilang; saḥ—dia; ca—juga; me—kepada-Ku; na—tidak juga; praṇaśyāti—hilang.


    Terjemahan

    Aku tidak pernah hilang bagi orang yang melihat Aku di mana-mana dan melihat segala sesuatu berada di dalam Diri-Ku, dan diapun tidak pernah hilang bagi-Ku.


    Penjelasan

    Orang yang sadar akan Krishna pasti melihat Sri Krishna di mana-mana, dan dia melihat segala sesuatu berada di dalam Krishna. Barangkali kelihatannya orang seperti itu melihat segala manifestasi yang terpisahkan di alam material, tetapi dalam segala keadaan dia sadar akan Krishna, dengan mengetahui segala sesuatu adalah manifestasi tenaga Krishna. Tiada sesuatupun yang dapat hidup tanpa Krishna, dan Krishna adalah Penguasa segala sesuatu—inilah prinsip dasar kesadaran Krishna. Kesadaran Krishna adalah perkembangan cinta-bhakti rohani kepada Krishna—suatu kedudukan yang melampaui bahkan pembebasan material sekalipun. Pada tingkat kesadaran Krishna yang melampaui keinsafan diri tersebut, seorang penyembah bersatu dengan Krishna dalam arti Krishna menjadi segala sesuatu bagi penyembah itu, dan penyembah itu mencintai Krishna sepenuhnya. Pada waktu itu, ada hubungan dekat antara Tuhan dan penyembah-Nya. Pada tingkat itu, makhluk hidup tidak pernah dapat dibinasakan, dan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak pernah hilang dari pandangan seorang penyembah. Menunggal di dalam Krishna bermakna pemusnahan diri secara rohani. Seorang penyembah tidak pernah mengambil resiko seperti itu. Dalam Brahma-samhita (5.38) dinyatakan:

    premāñjana-cchurita-bhakti-vilocanena
    santaḥ sadaiva hṛdayeṣu vilokayanti
    yaḿ śyāmasundaram acintya-guṇa-svarūpaḿ
    govindam ādi-puruṣaḿ tam ahaḿ bhajāmi

    Hamba menyembah Tuhan Yang Mahaabadi, Govinda, yang selalu dilihat oleh seorang penyembah yang matanya diolesi dengan salep cinta-bhakti. Beliau dilihat dalam bentuk-Nya yang kekal sebagai Syamasundara yang bersemayam di dalam hati penyembah itu."  Pada tingkat ini, Sri Krishna tidak pernah hilang dari penglihatan penyembah, dan penyembah juga tidak pernah tidak memandang Tuhan. Keadaan yang sama dialami oleh seorang yogi yang melihat Tuhan sebagai Paramatma di dalam hatinya. Seorang yogi seperti itu berubah menjadi seorang penyembah yang murni dan tidak tahan hidup selama sesaatpun tanpa melihat Tuhan di dalam hatinya.



    6.31

     

    sarva-bhūta-sthitaḿ yo māḿ
    bhajaty ekatvām āsthitaḥ
    sarvathā vartamāno 'pi
    sa yogī mayi vartate


    sarva-bhūtasthitam—bersemayam di dalam hati semua orang; yaḥ—dia; mām—Aku; bhajati—mengabdikan diri dalam bhakti; ekatvām—dalam kesatuan; āsthitāḥ—mantap; sarvathā—dalam segala hal; varta-mānaḥ—menjadi mantap; api—walaupun; saḥ—dia; yogī—seorang rohaniwan; mayi—di dalam Diri-Ku; vartate—tetap.


    Terjemahan

    Seorang yogi seperti itu, yang menekuni pengabdian yang patut dihormati kepada Roh Yang Utama, dengan mengetahui bahwa Aku dan Roh Yang Utama adalah satu, selalu tetap di dalam Diri-Ku dalam segala keadaan.


    Penjelasan

    Seorang yogi yang berlatih semadi pada Roh Yang Utama, melihat bagian yang berkuasa penuh dari Krishna sebagai Visnu—bertangan empat dan memegang kerang, cakra, gada dan bunga padmā—di dalam hatinya. Seorang yogi harus mengetahui bahwa Visnu tersebut tidak lain daripada Krishna. Krishna dalam bentuk tersebut sebagai Roh Yang Utama bersemayam di dalam hati semua orang. Di samping itu, tidak ada perbedaan di antara Roh-roh Yang Utama yang jumlahnya tidak terhingga yang bersemayam di dalam hati para makhluk yang jumlahnya tidak dapat dihitung. Juga tidak ada perbedaan antara orang yang sadar akan Krishna yang selalu menekuni cinta-bhakti rohani kepada Krishna dan seorang yogi yang sempurna yang bersemadi pada Roh Yang Utama. Seorang yogi dalam kesadaran Krishna selalu mantap dalam Krishna walaupun barangkali dia sibuk dalam berbagai kegiatan selama dia masih berada dalam kehidupan material. Kenyataan ini dibenarkan dalam Bhakti-rasamrta-sindhu (1.2.187) hasil kārya Srila Rupa Gosvami: nikhilasv apy avasthasu jivanmuktaḥ sa ucyate. Seorang penyembah Tuhan yang selalu bertindak dalam kesadaran Krishna dengan sendirinya pasti mencapai pembebasan. Dalam Nārada pancaratra, ini juga dibenarkan sebagai berikut:

    dik-kālādy-anavacchinne
    kṛṣṇe ceto vidhāya ca
    tan-mayo bhavati kṣipraḿ
    jīvo brahmaṇi yojayet

    Dengan memusatkan perhatian pada bentuk rohani Krishna yang berada di mana-mana dan di luar ruang dan waktu, seseorang khusuk berpikir tentang Krishna dan kemudian dia mencapai keadaan bahagia dalam pergaulan rohani dengan Beliau."
    Kesadaran Krishna adalah tingkat semadi tertinggi dalam latihan yoga. Pengertian bahwa Krishna bersemayam di dalam hati semua orang sebagai Paramatma menyempurnakan seorang yogi. Dalam Veda (Gopala-tapani Upanisad 1.21) adanya kekuatan Tuhan yang tidak terhingga tersebut dibenarkan sebagai berikut: eko 'pi san bahudhā yo 'vabhati. Walaupun Tuhan adalah satu, Beliau bersemayam sebagai banyak kepribadian dalam hati yang jumlahnya tidak dapat dihitung." Begitu pula dalam smrti-śastra dinyatakan:

    eka eva paro viṣṇuḥ
    sarva-vyāpī na saḿśayaḥ
    aiśvaryād rūpam ekaḿ ca
    sūrya-vat bahudheyate

    Visnu adalah satu, namun pasti Beliau berada di mana-mana. Dengan kekuatan Beliau yang tidak terhingga, Beliau berada di mana-mana, walaupun Beliau mempunyai satu bentuk, seperti matahari yang kelihatan di banyak tempat pada waktu yang sama."


    6.32

     

    ātmaupamyena sarvatra
    samaḿ paśyati yo 'rjuna
    sukhaḿ vā yadi vā duḥkhaḿ
    sa yogī paramo mataḥ

    ātmā—dengan Diri-Nya; aupamyena—menurut perbandingan; sarvatra—di mana-mana; samam—dengan cara yang sama; paśyāti—melihat; yaḥ—dia yang; Arjuna—wahai Arjuna; sukham—suka; vā—atau; yādi—kalau; vā—atau; duḥkham—dukacita; saḥ—dia; yogī—rohaniwan; paramaḥ—sempurna; mataḥ—dianggap.


    Terjemahan

    Orang yang melihat persamaan sejati semua makhluk hidup, baik yang dalam suka maupun dalam dukanya, menurut perbandingan dengan Diri-Nya sendiri, adalah yogi yang sempurna, wahai Arjuna.

    Penjelasan

    Orang yang sadar akan Krishna adalah yogi yang sempurna; dia menyadari suka dan duka semua insan berdasarkan pengalaman pribadinya. Apabila makhluk hidup melupakan hubungannya dengan Tuhan, kelupaan itu menyebabkan ia berdukacita. Kalau makhluk hidup mengenal Krishna sebagai Kepribadian Yang Paling Utama yang menikmati segala kegiatan manusia, pemilik semua tanah dan planet, dan kawan yang paling tulus hati bagi semua makhluk hidup, maka pengetahuan itu menyebabkan ia berbahagia. Seorang yogi yang sempurna mengetahui bahwa makhluk hidup yang diikat oleh sifat-sifat alam material dipengaruhi oleh tiga jenis kesengsaraan material karena dia melupakan hubungannya dengan Krishna. Oleh karena orang yang sadar akan Krishna berbahagia, dia berusaha menyebarkan pengetahuan tentang Krishna di mana-mana. Oleh karena seorang yogi berusaha menyebarkan pentingnya menjadi sadar akan Krishna, dialah dermawan terbaik di dunia dan hamba Tuhan yang paling dicintai oleh Beliau. Na ca tasman manuṣyeṣu kascin me priyak‚ttamah (Bg. 18.69). Dengan kata lain, seorang penyembah selalu menjaga kesejahteraan semua makhluk hidup, dan dengan cara demikian, dia sungguh-sungguh menjadi kawan semua makhluk. Dia menjadi yogi terbaik karena dia tidak menginginkan kesempurnaan dalam yoga untuk keuntungan pribadinya, tetapi dia juga berusaha untuk orang lain. Dia tidak iri hati terhadap sesama makhluk hidup. Inilah perbedaan antara seorang penyembah Tuhan Yang Murni dengan seorang yogi yang hanya mementingkan kemajuan pribadinya. Seorang yogi yang sudah mengundurkan diri ke tempat yang sunyi untuk bersemadi secara sempurna mungkin kurang sempurna dibandingkan dengan seorang penyembah yang sedang berusaha sekuat tenaga untuk mengarahkan setiap orang menuju kesadaran Krishna.



    6.33

     

    Arjuna uvāca
    yo 'yaḿ yogas tvayā proktāḥ
    sāmyena madhusūdana
    etasyāhaḿ na paśyāmi
    cañcalatvāt sthitiḿ sthirām

    Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; yah ayam—sistem ini; yogaḥ—kebatinan; tvayā—oleh Anda; proktāḥ—diuraikan; sargaḥna—secara umum; Madhusūdana—pembunuh raksasa bernama Madhu; etasya—dari ini; aham—hamba; na—tidak; paśyāmi—melihat; cañcalatvāt—disebabkan kegelisahan; sthitim—keadaan; sthirām—mantap.


    Terjemahan

    Arjuna berkata: O Madhusūdana, sistem yoga yang sudah Anda ringkas kelihatannya kurang praktis dan hamba tidak tahan melaksanakannya, sebab pikiran gelisah dan tidak mantap.


    Penjelasan

    Sistem kebatinan yang diuraikan oleh Sri Krishna kepada Arjuna mulai dengan kata-kata sucau dese dan berakhir dengan kata-kata yogi-paramaḥ ditolak di sini oleh Arjuna karena merasa kurang sanggup. Tidak mungkin manusia biasa meninggalkan rumah dan pergi ke tempat sunyi dipegunungan atau rimba-rimba untuk berlatih yoga pada jaman Kali ini. Ciri jaman sekarang adalah perjuangan yang pahit untuk kehidupan yang singkat saja. Orang tidak serius tentang keinsafan diri bahkan dengan cara yang sederhana dan praktis sekalipun, apalagi dengan sistem yoga yang sulit ini, yang mengatur cara hidup, cara duduk, pilihan tempat, dan cara melepas kan ikatan pikiran terhadap kesibukan material. Sebagai orang yang praktis, Arjuna berpikir sistem yoga tersebut tidak mungkin diikutinya, kendatipun dia sudah mendapatkan berkat yang menguntungkan dalam berbagai hal. Arjuna adalah anggota keluarga rājā  yang sudah maju sekali dengan begitu banyak sifat-sifat mulia: Dia seorang kesatria yang hebat, panjang umur, dan yang terutama, dia adalah kawan Sri Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang paling dekat. Lima ribu tahun yang lalu, Arjuna mempunyai fasilitas yang jauh lebih baik daripada fasilitas kita sekarang, namun Arjuna menolak menerima sistem yoga tersebut. Sebenarnya, kita tidak menemukan catatan di dalam kazanah sejarah bahwa pada suatu waktu Arjuna pernah berlatih yoga tersebut. Karena itu, secara umum sistem tersebut harus dianggap mustahil pada jaman Kali ini. Tentu saja, mungkin sistem ini dapat dilakukan oleh beberapa orang yang mempunyai sifat-sifat istimewa, tetapi bagi rakyat umum sistem ini merupakan usul yang mustahil. Kalau kenyataannya demikian lima ribu tahun yang lalu, apalagi dewasa ini? Walaupun orang yang meniru sistem yoga tersebut dengan berbagai perguruan dan perkumpulan, tidak mau berubah, mereka pasti memboroskan waktunya. Mereka sama sekali tidak mengetahui tujuan yang diinginkan.



    6.34

     

    cañcalaḿ hi manaḥ kṛṣṇa
    pramāthi balavad dṛḍham
    tasyāhaḿ nigrahaḿ manye
    vāyor iva su-duṣkaram

    cañcalam—berkedipkedip; hi—pasti; manaḥ—pikiran; kṛṣṇa—o Krishna; pramāthi—menggoncangkan; bala-vat—kuat; dṛḍham—keras kepala; tasya—miliknya; aham—hamba; nigraham—menaklukkan; manye—berpikir; vāyoḥ—dari angin; ivā—seperti; su-duṣkaram—sulit.


    Terjemahan

    Sebab pikiran gelisah, bergelora, keras dan kuat sekali, o Krishna, dan hamba pikir menaklukkan pikiran lebih sulit daripada mengendalikan angin.


    Penjelasan

    Pikiran begitu kuat dan keras sehingga kadang-kadang menguasai kecerdasan, walaupun seharusnya pikiran takluk pada kecerdasan. Bagi orang di dunia nyata yang harus bertempur menghadapi begitu banyak unsur-unsur yang melawan, pasti sulit sekali mengendalikan pikiran. Barangkali seseorang dapat menetapkan suatu keseimbangan mental yang tidak wajar terhadap kawan dan musuh, tetapi akhirnya tidak ada orang duniawi yang dapat mengendalikan pikiran, karena untuk mengendalikan pikiran lebih sulit daripada mengendalikan angin yang mengamuk. Dalam kesusasteraan Veda (Katha Upanisad 1.3.3-4) dinyatakan:

    ātmānaḿ rathinaḿ viddhi
    śarīraḿ ratham eva ca
    buddhiḿ tu sārathiḿ viddhi
    manaḥ pragraham eva ca


    indriyāṇi hayān āhur
    viṣayāḿs teṣu gocarān
    ātmendriya-mano-yuktaḿ
    bhoktety āhur manīṣiṇaḥ

    Roh yang individual adalah penumpang di dalam kereta badan jasmani, dan kecerdasan adalah kusir. Pikiran adalah alat untuk mengemudikan, dan indera-indera adalah kuda. Seperti itulah, sang roh menikmati atau menderita sehubungan dengan pikiran dan indera-indera. Demikianlah pengertian para pemikir yang mulia." Seharusnya kecerdasan mengarahkan pikiran. Tetapi pikiran begitu kuat dan keras sehingga kadang-kadang pikiran menguasai kecerdasan seseorang, seperti halnya infeksi yang gawat barangkali melampaui kekuatan sejenis obat. Pikiran yang kuat seperti itu seharusnya dikendalikan dengan latihan yoga, tetapi latihan seperti itu tidak pernah praktis bagi orang yang berada di dunia seperti Arjuna. Jadi, apa yang dapat kita katakan tentang manusia modern? Contoh yang digunakan di sini cocok; seseorang tidak dapat menangkap angin yang bertiup. Lebih sulit lagi menangkap pikiran yang bergelora. Cara termudah untuk mengendalikan pikiran, sebagaimana diusulkan oleh Sri  Caitanya, ialah dengan mengucapkan mantra Hare Krishna," mantra agung untuk keselamatan, dengan sikap sangat rendah hati. Cara yang dianjurkan adalah sa vai manaḥ kṛṣṇa padaravindayoh: Seseorang harus menjadikan pikiran tekun sepenuhnya di dalam Krishna. Hanya pada waktu itulah tidak akan ada kesibukan lain lagi untuk menggoyahkan pikiran.



    6.35

     

    śrī-bhagavān uvāca
    asaḿśayaḿ mahā-bāho
    mano durnigrahaḿ calam
    abhyāsena tu kaunteya
    vairāgyeṇa ca gṛhyate

    Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; asaḿśayam—tentu saja; mahā-bāho—wahai yang berlengan perkasa; manaḥ—pikiran; durnigraham—sulit dikendalikan; calam—berkedip; abhyāsena—dengan latihan; tu—tetapi; kaunteya—wahai putera Kuntī ; vairāgyeṇa—dengan ketidakterikatan; ca—juga; gṛhyate—dapat dikendalikan dengan cara seperti itu.


    Terjemahan

    Sri Krishna bersabda: Wahai putera Kuntī yang berlengan perkasa, tentu saja sulit mengendalikan pikiran yang gelisah, tetapi hal ini dimungkinkan dengan latihan yang cocok dan ketidakterikatan.


    Penjelasan

    Kesulitan mengendalikan pikiran yang keras sebagaimana diungkapkan oleh Arjuna, diakui oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi pada waktu yang sama, Beliau menganjurkan bahwa dengan latihan dan ketidakterikatan pikiran dapat dikendalikan. Apa latihan itu? Jaman sekarang tidak ada seorangpun yang dapat mengikuti aturan dan peraturan yang ketat untuk menempatkan Diri-Nya di tempat yang suci, memusatkan pikiran pada Roh Yang Utama, mengendalikan indera-indera dan pikiran, berpantang hubungan suami isteri, tinggal sendirian, dan sebagainya. Akan tetapi, dengan latihan kesadaran Krishna seseorang menjadi sibuk dalam sembilan jenis bhakti kepada Tuhan. Kesibukan pertama yang paling penting di antara kesibukan-kesibukan dalam bhakti tersebut ialah mendengar tentang Krishna. Mendengar tentang Krishna adalah cara rohani yang sangat kuat untuk menghilangkan segala keragu-raguan dari pikiran. Makin seseorang mendengar tentang Krishna, makin ia dibebaskan dari kebodohan dan ikatan terhadap segala sesuatu yang menarik pikiran menjauh dari Krishna. Dengan melepaskan ikatan antara pikiran dan kegiatan yang tidak dipersembahkan kepada Tuhan, dengan mudah sekali seseorang mempelajari vairagya. Vairagya berarti ketidakterikatan terhadap alam dan kesibukan pikiran dalam kerohanian. Ketidakterikatan rohani yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan lebih sulit daripada mengikat pikiran dalam kegiatan Krishna. Mengikatkan pikiran pada kegiatan Krishna sangat praktis, sebab kalau seseorang mendengar tentang Krishna, dengan sendirinya ia terikat kepada Roh Yang Paling Utama. Ikatan ini disebut paresanubhuti, yang berarti kepuasan rohani. Hal ini seperti rasa puas di dalam hati orang yang lapar terhadap setiap suap makanan yang dicicipinya. Kalau seseorang lapar, makin banyak yang dimakannya, makin ia merasa puas dan kuat. Begitu pula dengan melaksanakan bhakti, seseorang merasakan kepuasan rohani selama pikirannya menjadi semakin lepas dari ikatan terhadap tujuan-tujuan material. Hal ini seperti menyembuhkan penyakit dengan cara pengobatan yang ahli dan makanan teratur yang cocok. Karena itu, mendengar tentang kegiatan rohani Sri Krishna adalah pengobatan yang ahli untuk pikiran yang gila, dan makan makanan yang sudah dipersembahkan kepada Krishna adalah makanan teratur yang cocok untuk si penderita. Pengobatan tersebut adalah proses kesadaran Krishna.



    6.36

     

    asaḿyatātmanā yogo
    duṣprāpa iti me matiḥ
    vaśyātmanā tu yatatā
    śakyo 'vāptum upāyataḥ


    asaḿyata—tidak terkendalikan; ātmanā—oleh pikiran; yogaḥ—keinsafan diri; duṣprāpaḥ—sulit diperoleh; iti—demikian; me—milik-Ku; matiḥ—pendapat; vaśya—dikendalikan; ātmanā—oleh pikiran; tu—tetapi; yatatā—sambil berusaha; śakyaḥ—praktis; avāptum—mencapai; upāyataḥ—dengan cara yang cocok.


    Terjemahan

    Keinsafan diri adalah pekerjaan yang sulit bagi orang yang pikirannya tidak terkendali. Tetapi orang yang pikirannya terkendali yang berusaha dengan cara yang cocok terjamin akan mencapai sukses. Itulah pendapat-Ku.


    Penjelasan

    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa menyatakan bahwa orang yang tidak menerima pengobatan yang benar untuk melepaskan pikiran dari kesibukan material hampir tidak mungkin mencapai sukses dalam keinsafan diri. Berusaha berlatih yoga sambil membiarkan pikiran sibuk dalam kenikmatan material adalah seperti mencoba menyalakan api sambil menyiramkan air di atas api itu. Latihan yoga tanpa mengendalikan pikiran hanya memboroskan waktu saja. Pertunjukan yoga seperti itu barangkali menghasilkan keuntungan material, tetapi latihan itu tidak berguna untuk keinsafan rohani. Karena itu, seseorang harus mengendalikan pikiran dengan menjadikan pikiran senantiasa tekun di dalam cinta-bhakti rohani kepada Krishna. Kalau seseorang tidak sibuk dalam kesadaran Krishna, ia tidak dapat mengendalikan pikiran dengan mantap. Orang yang sadar akan Krishna dengan mudah mencapai hasil yoga tanpa usaha tersendiri, tetapi orang yang berlatih yoga tidak dapat mencapai sukses tanpa menjadi sadar akan Krishna.



    6.37

     

    Arjuna uvāca
    ayatiḥ śraddhayopeto
    yogāc calita-mānasaḥ
    aprāpya yoga-saḿsiddhiḿ
    kāḿ gatiḿ kṛṣṇa gacchati

    Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; ayatiḥ—seorang rohaniwan yang tidak mencapai sukses; śraddhayā—dengan kepercayaan; upetaḥ—sibuk; yogāt—dari hubungan batin; calita—menyimpang; mānasaḥ—orang yang mempunyai pikiran seperti itu; aprāpya—gagal mencapai; yoga-saḿsiddhim—kesempurnaan tertinggi dalam kebatinan; kam—yang mana; gatim—tujuan; kṛṣṇa—o Krishna; gacchati—mencapai.


    Terjemahan

    Arjuna berkata: O Krishna, bagaimana nasib seorang rohaniawan yang tidak mencapai sukses, yang mulai mengikuti proses keinsafan diri pada permulaan dengan kepercayaan, tetapi kemudian berhenti karena pikiran yang duniawi dan dengan demikian tidak mencapai kesempurnaan dalam kebatinan?


    Penjelasan

    Jalan keinsafan diri atau kebatinan diuraikan dalam Bhagavad-gita. Prinsip dasar keinsafan diri ialah pengetahuan bahwa makhluk hidup bukan badan jasmani ini, melainkan berbeda dari badan, dan bahwa kebahagiaan makhluk hidup terletak dalam kehidupan, kebahagiaan dan pengetahuan yang kekal. Hal-hal tersebut bersifat rohani, di luar badan maupun pikiran. Keinsafan diri dicari melalui jalan pengetahuan, dengan latihan sistem yoga yang terdiri dari delapan tahap, atau dengan bhakti-yoga. Dalam tiap-tiap proses tersebut, seseorang harus menginsafi kedudukan dasar makhluk hidup, hubungan makhluk hidup dengan Tuhan, dan kegiatan yang memungkinkan ia dapat menghidupkan kembali hubungan yang telah hilang dan mencapai tingkat kesempurnaan tertinggi kesadaran Krishna. Dengan mengikuti salah satu di antara tiga cara tersebut di atas, seseorang pasti akan mencapai tujuan yang paling tinggi dalam waktu yang dekat atau sesudah beberapa waktu. Kenyataan ini telah dikemukakan oleh Krishna di dalam Bab Dua: Bahkan dengan usaha sedikit saja dalam menempuh jalan rohani dapat memberikan harapan besar untuk keselamatan. Di antara tiga cara tersebut, jalan bhakti-yoga khususnya cocok untuk jaman ini, sebab bhakti-yoga adalah cara langsung untuk menginsafi Tuhan. Arjuna ingin supaya Diri-Nya lebih yakin lagi. Karena itu, Arjuna memohon agar Sri Krishna menegaskan kembali pernyataan yang telah dikemukakan tadi. Barangkali seseorang mulai mengikuti jalan keinsafan diri dengan tulus ikhlas, tetapi proses mengembangkan pengetahuan dan latihan sistem yoga terdiri dari delapan tahap pada umumnya sulit sekali untuk jaman ini. Karena itu, walaupun seseorang berusaha senantiasa, barangkali ia jatuh, karena banyak alasan. Pertama, mungkin seseorang belum cukup serius untuk mengikuti proses itu. Mengikuti jalan kerohanian kurang lebih berarti mempermaklumkan perang melawan tenaga yang mengkhayalkan. Sebagai akibatnya, bilamana seseorang berusaha melarikan diri dari cengkraman tenaga yang mengkhayalkan, maka tenaga mayā  itu akan berusaha mengalahkan orang yang sedang berlatih dengan menawarkan berbagai benda dan hal lainnya untuk menarik hatinya. Roh yang terikat sudah tertarik pada sifat-sifat alam material, dan kemungkinan besar ia akan kembali tertarik, kendatipun ia sedang melaksanakan disiplin-disiplin rohani. Ini disebut yogac calitamānasaḥ: menyimpang dari jalan kerohanian. Arjuna ingin tahu bagaimana akibat jika menyimpang dari jalan keinsafan diri.



    6.38

     

    kaccin nobhaya-vibhraṣṭaś
    chinnābhram iva naśyati
    apratiṣṭho mahā-bāho
    vimūḍho brahmaṇaḥ pathi

    kaccit—apakah; na—tidak; ubhaya—kedua-duanya; vibhraṣṭaḥ—menyimpang dari; chinna—dirobek; abhram—awan; ivā—seperti; naśyāti—musnah; apratiṣṭhaḥ—tanpa kedudukan apapun; mahā-bāho—o Krishna yang berlengan perkasa; vimūḍhaḥ—dibingungkan; brahmaṇaḥ—kerohanian yang melampaui hal-hal duniawi; pathi—pada jalan.


    Terjemahan

    O Krishna yang berlengan perkasa, bukankah orang seperti itu yang telah dibingungkan hingga menyimpang dari jalan kerohanian jatuh dari sukses rohani maupun sukses material hingga Diri-Nya musnah, bagaikan awan yang diobrak-abrik, tanpa kedudukan di lingkungan manapun?


    Penjelasan

    Ada dua cara untuk mencapai kemajuan. Orang duniawi tidak tertarik kepada kerohanian yang melampaui hal-hal duniawi; karena itu mereka lebih tertarik pada kemajuan material dengan perkembangan ekonomi, atau naik tingkat sampai planet-planet yang lebih tinggi dengan melakukan pekerjaan yang cocok untuk itu. Apabila seseorang mulai menempuh jalan kerohanian yang melampaui hal-hal duniawi, seharusnya ia tidak terlalu sibuk dalam kegiatan material dan rela mengorbankan apa yang disebut kesenangan material dalam segala bentuknya. Kalau orang yang bercita-cita menjadi rohaniwan jatuh, kelihatannya dia rugi dalam dua hal; dengan kata lain, dia tidak dapat menikmati kesenangan material maupun sukses rohani. Dia tidak mempunyai kedudukan; dia seperti awan yang sudah diobrak-abrik. Awan di langit kadang-kadang berpisah dari awan kecil dan bergabung dengan awan besar. Tetapi kalau awan tidak dapat bergabung dengan awan besar, maka awan itu diobrak-abrik oleh angin hingga lenyap di angkasa yang luas. Brahmanaḥ pathiadalah jalan keinsafan rohani yang melampaui hal-hal duniawi dengan cara mengetahui bahwa pada hakekatnya diri kita bersifat rohani sebagai bagian dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat yang sama seperti Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa terwujud sebagai Brahman, Paramatma dan Bhagavan. Sri Krishna adalah manifestasi yang paling lengkap Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama. Karena itu, orang yang sudah menyerahkan diri kepada Kepribadian Tuhan Yang Paling Utama adalah rohaniwan yang sudah mencapai sukses. Untuk mencapai tujuan hidup tersebut melalui keinsafan Brahman dan Paramatma memerlukan penjelmaan yang berulang-ulang (bahūn am janmanam ante). Karena itu, jalan tertinggi keinsafan rohani adalah bhakti-yoga, cara langsung.



    6.39

     

    etan me saḿśayaḿ kṛṣṇa
    chettum arhasy aśeṣataḥ
    tvad-anyaḥ saḿśayasyāsya
    chettā na hy upapadyate

    etat—ini adalah; me—milik hamba; saḿśayam—keragu-raguan; kṛṣṇa—o Krishna; chettum—supaya menghilangkan; arhasi—Anda diminta; aśeṣataḥ—sepenuhnya; tvat—daripada Anda; anyaḥ—lain; saḿśayasya—mengenai keragu-raguan; asya—ini; chettā—yang menghilangkan; na—tidak pernah; hi—pasti; upapadyate—dapat ditemukan.


    Terjemahan

    Inilah keragu-raguan hamba, o Krishna, dan hamba memohon agar Anda menghilangkan keragu-raguan ini sepenuhnya. Selain Anda, tiada seorangpun yang dapat ditemukan untuk membinasakan keragu-raguan ini.


    Penjelasan

    Krishna mengetahui masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang secara sempurna. Pada awal Bhagavad-gita, Krishna menyatakan bahwa semua makhluk hidup telah berada secara individual sejak masa lampau, mereka tetap berada sekarang, dan mereka akan tetap mempunyai identitas individual pada masa yang akan datang, bahkan setelah pembebasan dari ikatan material sekalipun. Jadi, Krishna sudah menjelaskan pertanyaan mengenai masa depan makhluk hidup yang individual. Sekarang, Arjuna ingin mengetahui tentang masa depan seorang rohaniwan yang tidak mencapai sukses. Tiada seorangpun yang sejajar atau lebih tinggi daripada Krishna, dan pasti orang yang disebut resi-resi yang mulia dan filosof-filosof yang dikuasai oleh alam material tidak dapat menjadi sejajar dengan Beliau. Karena itu, keputusan Krishna adalah jawaban yang terakhir dan lengkap terhadap segala keragu-raguan, sebab Krishna mengetahui masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang secara sempurna—tetapi tiada seorangpun yang mengenal Beliau. Hanya Krishna dan penyembah yang sadar akan Krishna dapat mengetahui bagaimana keadaan yang sebenarnya.



    6.40

     

    śrī-bhagavān uvāca
    pārtha naiveha nāmutra
    vināśas tasya vidyāte
    na hi kalyāṇa-kṛt kaścid
    durgatiḿ tāta gacchati


    Śrī-bhagavān  uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; pārtha—wahai putera Pṛthā; na evā—tidak pernah demikian; iha—di dunia material ini; na—tidak pernah; amutra—dalam penjelmaan yang akan datang; vināśaḥ—kemusnahan; tasya—milik dia; vidyāte—berada; na—tidak pernah; hi—pasti; kalyāṇa-kṛt—orang yang sibuk dalam kegiatan yang mujur; kaścit—siapapun; durgatim—untuk merosot; tāta—kawan-Ku; gacchati—pergi.


    Terjemahan

    Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Putera Pṛthā, seorang rohaniwan yang sibuk dalam kegiatan yang mujur tidak mengalami kemusnahan baik di dunia ini maupun di dunia rohani; orang yang berbuat baik tidak pernah dikuasai oleh kejahatan, wahai kawan-Ku.

    Penjelasan

    Dalam Srimad-Bhagavatam (1.5.17) Sri  Nārada Muni memberikan pelajaran kepada Vyasadeva sebagai berikut:

    tyaktvā sva-dharmaḿ caraṇāmbujaḿ harer
    bhajann apakvo 'tha patet tato yadi
    yatra kva vābhadram abhūd amuṣya kiḿ
    ko vārtha āpto 'bhajatāḿ sva-dharmataḥ

    Kalau seseorang meninggalkan segala harapan material dan berlindung sepenuhnya kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, maka dalam segala hal tidak ada kerugian maupun kemerosotan apapun. Di pihak lain, orang yang bukan penyembah barangkali sibuk sepenuhnya melakukan tugas-tugas kewajibannya, namun dia tidak memperoleh keuntungan apapun." Ada banyak kegiatan untuk harapanharapan material, baik kegiatan menurut Kitab Suci maupun adat dan kebiasaan. Seharusnya seorang rohaniwan meninggalkan segala kegiatan material demi kemajuan rohani dalam kehidupan, yaitu kesadaran Krishna. Barangkali ada orang yang mengatakan bahwa dengan kesadaran Krishna seseorang dapat mencapai kesempurnaan tertinggi kalau proses itu diselesaikan. Tetapi kalau ia tidak mencapai tingkat kesempurnaan seperti itu, dia rugi baik secara material maupun secara rohani. Dalam Kitab-kitab Suci dinyatakan bahwa seseorang harus menderita reaksi kalau dia tidak melaksanakan tugas-tugas kewajiban yang telah di tetapkan. Karena itu, orang yang gagal melaksanakan kegiatan rohani yang sebenarnya akan mengalami reaksi-reaksi seperti itu. Dalam Bhagavatam dinyatakan seorang rohaniwan yang tidak mencapai sukses diberi jaminan bahwa dia tidak perlu khawatir. Walaupun mungkin dia akan mengalami reaksi karena tidak melaksanakan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan secara sempurna,dia tetap tidak rugi, sebab kesadaran Krishna yang mujur tidak akan pernah dilupakan, dan orang yang sudah pernah tekun dalam kesadaran Krishna akan terus seperti itu kendatipun ia dilahirkan dalam keadaan yang rendah pada penjelmaan yang akan datang. Di pihak lain, orang yang hanya mengikuti tugas-tugas kewajiban secara ketat belum tentu mencapai hasil yang menguntungkan kalau dia kekurangan kesadaran Krishna.
    Penjelasan ayat ini dapat dimengerti sebagai berikut. Manusia dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan yang teratur dan golongan yang tidak teratur. Orang yang hanya sibuk dalam kepuasan indera-indera seperti hewan tanpa pengetahuan tentang penjelmaan yang akan datang maupun keselamatan rohani termasuk golongan yang tidak teratur. Orang yang mengikuti prinsip-prinsip tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan dalam Kitab Suci termasuk golongan yang teratur. Golongan yang tidak teratur, baik beradab maupun tidak beradab, terdidik maupun belum terdidik, kuat maupun lemah, penuh Kecenderungan-kecenderungan seperti binatang. Kegiatan mereka tidak pernah menguntungkan, sebab sambil menikmati kecenderungan kecenderungan seperti binatang, yaitu, makan, tidur, membela diri dan berketurunan, untuk selamanya mereka tetap berada dalam kehidupan material, yang selalu penuh kesengsaraan. Di pihak lain, orang yang diatur oleh peraturan Kitab Suci dan berangsur-angsur naik sampai tingkat kesadaran Krishna dengan cara seperti itu pasti maju dalam kehidupan.
    Orang yang mengikuti jalan yang menguntungkan dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu, (1) orang yang mengikuti aturan dan peraturan rohani dan menikmati kemakmuran material, (2) orang yang berusaha mencari pembebasan tertinggi dari kehidupan material, dan (3) orang yang menjadi penyembah dalam kesadaran Krishna. Orang yang mengikuti aturan dan peraturan Kitab Suci untuk kesenangan material dapat dibagi lagi menjadi dua golongan: Orang yang bekerja dengan tujuan memperoleh hasil atau pahala untuk dinikmati dan orang yang tidak menginginkan hasil atau pahala apa pun untuk kepuasan indera-indera. Orang yang mencari hasil atau pahala untuk kepuasan indera-indera dapat naik tingkat sampai tingkatan hidup yang lebih tinggi—bahkan sampai planet-planet yang lebih tinggi sekalipun—tetapi oleh karena mereka masih belum lepas dari kehidupan material, mereka belum mengikuti jalan yang sungguh-sungguh menguntungkan. Satu-satunya kegiatan yang menguntungkan ialah kegiatan yang membawa seseorang sampai pembebasan. Kegiatan manapun yang pada akhirnya tidak bertujuan untuk mencapai keinsafan diri pada akhirnya atau pembebasan dari paham hidup jasmani yang material sama sekali tidak menguntungkan. Kegiatan dalam kesadaran Krishna adalah satu-satunya kegiatan yang menguntungkan, dan siapapun yang rela menerima segala kesulitan jasmani untuk mencapai kemajuan dalam menempuh jalan kesadaran Krishna dapat disebut seorang rohaniwan yang sempurna yang sedang melakukan pertapaan yang keras. Oleh karena sistem yoga yang terdiri dari delapan tahap pada akhirnya diarahkan menuju keinsafan kesadaran Krishna, latihan seperti itu juga menguntungkan, dan orang yang sedang berusaha sekuat tenaga dalam hal ini tidak perlu takut bahwa Diri-Nya akan merosot.

    6.41

     

    prāpya puṇya-kṛtāḿ lokān
    uṣitvā śāśvatīḥ samaḥ
    śucīnāḿ śrīmatāḿ gehe
    yoga-bhraṣṭo 'bhijāyate

    prāpya—sesudah mencapai; puṇya-kṛtām—milik orang yang melakukan kegiatan yang saleh; lokān—planet-planet; uṣitvā—sesudah tinggal; śāśvatīḥ—banyak; samaḥ—tahun-tahun; śucīnām—milik orang saleh; śrī-matām—milik orang yang makmur; gehe—di rumah; yoga-bhraṣṭaḥ—orang yang sudah jatuh dari jalan keinsafan diri; abhijāyate—dilahirkan.


    Terjemahan

    Sesudah seorang yogi yang tidak mencapai sukses menikmati selama bertahun-tahun di planet-planet makhluk yang saleh, ia dilahirkan dalam keluarga orang saleh atau dalam keluarga bangsawan yang kaya.


    Penjelasan

    Para yogi yang tidak mencapai sukses dibagi menjadi dua golongan: Yang satu jatuh sesudah maju sedikit saja, dan yang lain jatuh sesudah lama berlatih yoga. Seorang yogi yang jatuh sesudah berlatih yoga selama masa singkat akan pergi ke planet-planet yang lebih tinggi. Makhluk-makhluk hidup yang saleh diperkenankan memasuki planet-planet yang lebih tinggi itu. Sesudah hidup yang panjang di sana, dia dikirim kembali ke planet ini, untuk dilahirkan dalam keluarga seorang brahmaṇā vaisnava yang saleh atau keluarga pedagang-pedagang dari golongan bangsawan.
    Tujuan sejati latihan yoga ialah untuk mencapai kesempurnaan tertinggi kesadaran Krishna, sebagaimana dijelaskan dalam ayat terakhir dari bab ini. Tetapi orang yang tidak tekun sampai tingkat itu dan jatuh karena hal-hal duniawi menarik hatinya, atas berkat karunia Tuhan diizinkan menggunakan kecenderungan-kecenderungan material sepenuhnya. Sesudah itu, mereka di beri kesempatan untuk hidup secara makmur dalam keluarga yang saleh atau keluarga bangsawan. Orang yang dilahirkan dalam keluarga seperti itu dapat memanfaatkan fasilitas untuk berusaha naik tingkat sampai menjadi sadar akan Krishna sepenuhnya.



    6.42

     

    atha vā yoginām eva
    kule bhavati dhīmatām
    etad dhi durlabhataraḿ
    loke janma yad īdṛśam

    atha vā—atau; yoginām—Rohaniwan-rohaniwan yang bijaksana; evā—pasti; kule—di dalam keluarga; bhavati—dilahirkan; dhī-matām—orang yang diberkahi kebijaksanaan yang tinggi; etat—ini; hi—pasti; durlabha-taram—jarang sekali; loke—di dunia ini; janma—kelahiran; yat—itu yang; īdṛśam—seperti itu.


    Terjemahan

    Atau [kalau dia belum mencapai sukses sesudah lama berlatih yoga] dia dilahirkan dalam keluarga rohaniwan yang pasti memiliki kebijaksanaan yang tinggi. Memang, jarang sekali seseorang dilahirkan dalam keadaan seperti itu di dunia ini.


    Penjelasan

    Di sini kelahiran dalam keluarga yogi atau rohaniwan—orang yang memiliki kebijaksanaan yang tinggi—dipuji karena anak yang dilahirkan di dalam keluarga seperti itu menerima dorongan rohani sejak awal riwayatnya. Keadaan seperti ini khususnya dialami dalam keluarga keluarga ācārya atau Gosvami. Keluarga-keluarga seperti itu berpengetahuan tinggi dan berbhakti menurut tradisi dan latihan. Karena itu, mereka menjadi guru-guru kerohanian. Di India, ada banyak keluarga ācārya seperti itu tetapi sekarang mereka merosot karena kekurangan pendidikan dan latihan. Atas karunia Krishna, masih ada keluarga-keluarga yang melahirkan Rohaniwan-rohaniwan dari generasi ke generasi. Pasti seseorang beruntung sekali kalau ia dilahirkan dalam keluargakeluarga seperti itu. Untungnya, guru kerohanian kami, Om Visnupada Sri Srimad Bhaktisiddhanta Sarasvati Gosvami Maharājā, dan saya sendiri, mendapat kesempatan untuk dilahirkan dalam keluarga-keluarga seperti itu, atas berkat karunia Tuhan, sehingga guru kerohanian kami dan saya sendiri dilatih dalam bhakti kepada Tuhan sejak awal kehidupan kami. Kemudian, kami bertemu karena apa yang telah ditakdirkan oleh sistem rohani.



    6.43

     

    tatra taḿ buddhi-saḿyogaḿ
    labhate paurva-dehikam
    yatate ca tato bhūyaḥ
    saḿsiddhau kuru-nandana

    tatra—sesudah itu; tam—itu; buddhi-saḿyogam—menghidupkan kembali kesadaran; labhate—memperoleh kembali; paurva-dehikam—dari badan yang dimiliki dalam penjelmaan sebelumnya; yatate—dia berusaha; ca—juga; tataḥ—sesudah itu; bhūyaḥ—lagi; saḿsiddhau—untuk kesempurnaan; kuru-nandana—wahai putera Kuru.

    Terjemahan

    Sesudah dilahirkan seperti itu, sekali lagi dia menghidupkan kesadaran suci dari penjelmaannya yang dahulu, dan dia berusaha maju lebih lanjut untuk mencapai sukses yang lengkap, wahai putera Kuru.


    Penjelasan

    Maharājā  Bhārata, yang dilahirkan untuk ketiga kalinya dalam keluarga seorang brahmaṇā yang baik, adalah contoh kelahiran yang baik untuk menghidupkan kembali kesadaran rohani dari penjelmaan yang lama. Maharājā  Bhārata  pernah menjadi maharājā  yang menguasai seluruh bumi, dan semenjak masa beliau, planet ini dikenal dengan nama Bhārata varsa di kalangan para dewa. Sebelumnya planet ini bernama Ilavrtavarsa. Dalam usia muda, Maharājā  Bhārata  mengundurkan diri untuk mencapai kesempurnaan rohani, tetapi dia gagal mencapai sukses. Dalam penjelmaan berikutnya dia dilahirkan di dalam keluarga seorang brahmaṇā yang baik dan dia bernama Jada Bhārata, sebab dia selalu menyendiri dan tidak berbicara dengan siapapun. Kemudian, dia didapatkan sebagai seorang rohaniwan yang mulia oleh rājā  Rahugana. Dari riwayat Maharājā  Bhārata, dimengerti bahwa usaha-usaha rohani, atau latihan yoga, tidak pernah sia-sia. Atas berkat karunia Tuhan, seorang rohaniwan mendapatkan kesempatan berulang kali untuk mencapai kesempurnaan yang lengkap dalam kesadaran Krishna.



    6.44

     

    pūrvābhyāsena tenaiva
    hriyate hy avaśo 'pi saḥ
    jijñāsur api yogasya
    śabda-brahmātivartate

    pūrva—dahulu; abhyāsena—oleh latihan; tena—oleh itu; evā—pasti; hriyate—tertarik; hi—pasti; avāsaḥ—dengan sendirinya; api—juga; saḥ—dia; jijñāsuḥ—ingin tahu; api—walaupun; yogasya—tentang yoga; śabda-brahma—prinsip-prinsip ritual dari Kitab Suci; ativartate—melampaui.


    Terjemahan

    Berkat kesadaran suci dari penjelmaan sebelumnya, dengan sendirinya dia tertarik kepada prinsip-prinsip yoga—kendatipun tanpa diupayakan. Seorang rohaniwan yang ingin menemukan jawaban seperti itu selalu berada di atas prinsip-prinsip ritual dari Kitab Suci.

    Penjelasan

    Para yogi yang sudah maju tidak begitu tertarik pada ritual-ritual Kitab-kitab Suci, tetapi dengan sendirinya mereka tertarik pada prinsip-prinsip yoga, yang dapat mengangkat diri mereka sampai kesadaran Krishna yang lengkap, kesempurnaan yoga tertinggi. Dalam Srimad-Bhagavatam (3.33.7), kealpaan para rohaniwan yang sudah maju terhadap ritual-ritual Veda dijelaskan sebagai berikut:

    aho bata śva-paco 'to garīyān
    yaj-jihvāgre vartate nāma tubhyam
    tepus tapas te juhuvuḥ sasnur āryā
    brahmānūcur nāma gṛṇanti ye te

    O Tuhan Yang Maha Esa! Orang yang memuji nama-nama suci Baginda sudah sangat maju dalam kehidupan rohani, walaupun mereka dilahirkan dalam keluarga yang makan anjing. Orang yang memuji nama suci Anda seperti itu pasti sudah melakukan segala jenis pertapaan dan korban suci, mandi di semua tempat suci, dan sudah menamatkan segala pelajaran Kitab Suci."
    Contoh terkenal mengenai hal ini dikemukakan oleh Sri  Caitanya, yang menerima Thakura Haridasa sebagai salah satu murid di antara murid-murid-Nya yang paling terkemuka. Walaupun kebetulan Thakura Haridasa dilahirkan dalam keluarga yang tidak mengikuti prinsip-prinsip Veda, dia diangkat pada kedudukan namacarya oleh Sri  Caitanya karena secara ketat dia mengikuti prinsip mengucapkan nama suci Tuhan tiga ratus ribu kali setiap hari: Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare/ Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare. Oleh karena dia mengucapkan nama suci Tuhan senantiasa, dimengerti bahwa dalam penjelmaan sebelumnya, pasti dia sudah menjalani semua cara-cara ritual Veda, yang dikenal sebagai sabdabrahma. Karena itu, seseorang belum dapat mulai mengikuti kesadaran Krishna ataupun menjadi tekun memuji nama suci Tuhan, Hare Krishna, kalau ia belum menyucikan diri.


    6.45

     

    prayatnād yatamānas tu
    yogī saḿśuddha-kilbiṣaḥ
    aneka-janma-saḿsiddhas
    tato yāti parāḿ gatim


    prayatnāt—dengan latihan secara ketat; yatamānaḥ—berusaha; tu—dan; yogī—seorang rohaniwan seperti itu; saḿśuddha—disucikan; kilbiṣaḥ—semua dosanya; aneka—sesudah banyak sekali; janma—kelahiran; saḿsiddhaḥ—setelah mencapai kesempurnaan; tataḥ—sesudah itu; yāti—mencapai; param—tertinggi; gatim—tujuan.


    Terjemahan

    Apabila seorang yogi tekun dengan usaha yang tulus ikhlas untuk maju lebih lanjut, dengan disucikan dari segala pencemaran, akhirnya ia mencapai kesempurnaan sesudah melatihnya selama banyak penjelmaan, dan ia mencapai tujuan tertinggi.


    Penjelasan

    Orang yang dilahirkan dalam keluarga yang sangat saleh, keluarga bangsawan atau keluarga yang suci menyadari keadaannya yang menguntungkan untuk melaksanakan latihan yoga. Karena itu, dengan ketabahan hati dia memulai tugasnya yang belum selesai, dan dengan demikian dia menyucikan diri sepenuhnya dari segala pengaruh material. Apabila akhirnya dia bebas dari segala pencemaran, dia mencapai kesempurnaan yang paling tinggi—yaitu kesadaran Krishna. Kesadaran Krishna adalah tingkat sempurna pembebasan dari segala pencemaran. Ini dibenarkan dalam Bhagavad-gita (7.28):

    yeṣāḿ tv anta-gataḿ pāpaḿ
    janānāḿ puṇya-karmaṇām
    te dvandva-moha-nirmuktā
    bhajante māḿ dṛḍha-vratāḥ

    Sesudah melakukan kegiatan saleh selama banyak penjelmaan, apabila seseorang sudah bebas sepenuhnya dari segala pencemaran, dan dari hal-hal relatif yang mengkhayalkan, ia menekuni cinta-bhakti kepada Krishna."



    6.46

     

    tapasvibhyo 'dhiko yogī
    jñānibhyo 'pi mato 'dhikaḥ
    karmibhyaś cādhiko yogī
    tasmād yogī bhavārjuna

    tapasvibhyaḥ—daripada orang yang bertapa; adhikaḥ—lebih mulia; yogī—seorang yogi; jñānibhyaḥ—daripada orang bijaksana; api—juga; mataḥ—dianggap; adhikaḥ—lebih mulia; karmibhyaḥ—daripada orang yang bekerja untuk hasil; ca—juga; adhikaḥ—lebih mulia; yogī—seorang yogi; tasmāt—karena itu; yogī—seorang rohaniwan yang melampaui hal-hal duniawi; bhava—hanya jadilah; Arjuna—wahai Arjuna.


    Terjemahan

    Seorang yogi lebih mulia daripada orang yang bertapa, lebih mulia daripada orang yang mempelajari filsafat berdasarkan percobaan dan lebih mulia daripada orang yang bekerja dengan maksud mendapatkan hasil atau pahala. Karena itu, dalam segala keadaan, jadilah seorang yogi, wahai Arjuna.


    Penjelasan

    Apabila kita membicarakan yoga, kita menunjukkan cara mengadakan hubungan antara kesadaran kita dengan Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama. Proses tersebut diberi berbagai nama oleh berbagai jenis orang yang mempraktekkannya, menurut cara khusus yang diikuti. Apabila proses mengadakan hubungan terutama terdiri atas kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala untuk dinikmati, maka itu disebut karma-yoga. Apabila proses tersebut terutama terdiri dari filsafat berdasarkan percobaan, maka itu disebut jñāna-yoga, dan apabila proses tersebut terutama terdiri dari hubungan bhakti dengan Tuhan Yang Maha Esa, maka itu disebut bhakti-yoga. Bhakti-yoga atau kesadaran Krishna, adalah kesempurnaan tertinggi segala yoga, sebagaimana akan dijelaskan dalam ayat berikut. Krishna sudah membenarkan keunggulan yoga di sini, tetapi Krishna tidak mengatakan bahwa yoga itu lebih baik daripada bhakti-yoga. Bhakti-yoga adalah pengetahuan rohani yang lengkap; karena itu tiada sesuatupun yang lebih baik daripada bhakti-yoga. Pertapaan tanpa pengetahuan tentang diri kita adalah kegiatan yang kurang sempurna. Pengetahuan berdasarkan percobaan tanpa penyerahan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa juga kurang sempurna. Pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil tanpa kesadaran Krishna hanya memboroskan waktu. Karena itu, bentuk yoga yang paling terpuji yang disebut di sini adalah bhakti-yoga, dan hal ini diuraikan dengan cara yang lebih jelas lagi dalam ayat berikut.



    6.47

     

    yoginām api sarveṣāḿ
    mad-gatenāntar-ātmanā
    śraddhāvān bhajate yo māḿ
    sa me yuktatamo mataḥ

    yoginām—di antara yogi-yogi; api—juga; sarveṣām—segala jenis; mat-gatena—tinggal di dalam Diri-Ku, selalu berpikir tentang-Ku; antaḥātmanā—di dalam Diri-Nya; śraddhā-vān—dengan keyakinan sepenuhnya; bhajate—melakukan pengabdian rohani dengan cinta-bhakti; yaḥ—orang yang; mām—kepada-Ku (Tuhan Yang Maha Esa); saḥ—dia; me—oleh-Ku; yukta-tamaḥ—yogi yang paling tinggi; mataḥ—dianggap.


    Terjemahan

    Di antara semua yogi, orang yang mempunyai keyakinan yang kuat dan selalu tinggal di dalam Diri-Ku, berpikir tentang Aku di dalam Diri-Nya, dan mengabdikan diri kepada-Ku dalam cinta bhakti rohani sudah bersatu dengan-Ku dalam yoga dengan cara yang paling dekat, dan dialah yang paling tinggi diantara semuanya. Itulah pendapat-Ku.


    Penjelasan

    Kata bhajate bermakna dalam ayat ini. Akar kata bhajate adalah kata kerja bhaj, yang digunakan apabila pengabdian diperlukan. Kata sembahyang" dalam bahasa Indonesia tidak dapat digunakan dengan makna yang sama dengan bhaj. Sembahyang yang berarti memuji, atau menghormati Kepribadian yang patut dihormati. Tetapi pengabdian dengan cinta-bhakti dan keyakinan khususnya dimaksudkan untuk Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Seseorang dapat menghindari sembahyang kepada orang yang dihormati atau seorang dewa, dan barangkali orang akan mengatakan dia bersikap kurang hormat, tetapi kalau seseorang menghindari pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka dia disalahkan sepenuhnya. Setiap makhluk hidup adalah bagian dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat yang sama seperti Beliau. Karena itu, setiap makhluk hidup dimaksudkan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut kedudukan dasarnya. Kalau dia gagal melakukan demikian, dia akan jatuh. Hal ini dibenarkan dalam Srimad-Bhagavatam (11.5.3) sebagai berikut:

    ya eṣāḿ puruṣaḿ sākṣād
    ātma-prabhavam īśvaram
    na bhajanty avajānanti
    sthānād bhraṣṭāḥ patanty adhaḥ

    Siapapun yang tidak mengabdikan diri dan mengalpakan kewajibannya kepada Tuhan Yang Maha Esa—sumber segala makhluk hidup, pasti akan jatuh dari kedudukan dasarnya."
       Kata bhajanti juga digunakan dalam ayat ini. Karena itu, kata bhajanti hanya dapat digunakan berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan kata sembahyang" dapat digunakan untuk dewa atau makhluk hidup biasa lainnya. Kata avajānanti, yang digunakan dalam ayat Srimad-Bhagavatam tersebut, juga terdapat dalam Bhagavad-gita. Avajananti mam mudah: Hanya orang bodoh dan orang jahat mengejek Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna." Orang bodoh seperti itu mengambil inisiatif sendiri untuk mengarang tafsiran-tafsiran Bhagavad-gita tanpa sikap pengabdian kepada Tuhan. Sebagai akibatnya tidak dapat membedakan antara kata bhajanti dan kata sembahyang" dengan sebenarnya.
       Puncak segala jenis latihan yoga terdapat dalam bhakti-yoga. Segala yoga lainnya hanya merupakan cara untuk mencapai tujuan bhakti-yoga. Yoga sebenarnya berarti bhakti-yoga; segala yoga lainnya adalah langkah-langkah maju menuju tujuan bhakti-yoga. Dari awal karma-yoga hingga akhir bhakti-yoga adalah jalan panjang menuju keinsafan diri. Karma-yoga, tanpa kegiatan untuk mendatangkan hasil atau pahala untuk dinikmati adalah awal jalan tersebut. Apabila karma-yoga ditingkatkan dalam pengetahuan dan pelepasan ikatan, maka tingkat itu disebut jñāna-yoga. Apabila jñāna-yoga ditingkatkan dalam semadi kepada Roh Yang Utama dengan berbagai proses jasmani, dan pikiran dipusatkan kepada Beliau, maka itu disebut astanga yoga. Dan apabila seseorang melampaui astanga-yoga dan mencapai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Krishna, maka itu disebut bhakti-yoga, atau puncak yoga. Sebenarnya, bhakti-yoga adalah tujuan tertinggi, tetapi untuk menganalisis bhakti-yoga secara terperinci, seseorang harus mengerti yoga-yoga lainnya. Karena itu, yogi yang maju sedang menempuh jalan yang benar menuju keuntungan baik yang kekal. Orang yang berhenti pada titik tertentu dan tidak maju lebih lanjut disebut dengan istilah khusus: karma-yogi, Jnānā-yogi, dhyana-yogi, rājā -yogi, hatha-yogi, dan sebagainya. Kalau seseorang cukup beruntung hingga ia mencapai bhakti-yoga, dimengerti bahwa dia sudah melampaui segala yoga lainnya. Karena itu, menjadi sadar akan Krishna adalah tingkat yoga tertinggi. Ini seperti kita membicarakan pegunungan Himalaya, kita menunjukkan pegunungan tertinggi di dunia dan gunung Everest, dianggap sebagai puncaknya.
    Oleh karena kemujuran yang sangat besar seseorang mencapai kesadaran Krishna melalui jalan bhakti-yoga sehingga dia menjadi mantap sesuai dengan petunjuk Veda. Seorang yogi yang teladan memusatkan perhatiannya kepada Krishna, yang bernama Syamasundara. Warna Syamasundara seindah awan, wajahnya mirip bunga padma yang secemerlang matahari, pakaian Beliau berseri oleh hiasan permata-permata serta badan Beliau dihiasi dengan kalung dari rangkaian bunga. Cahaya Beliau yang sangat indah bernama brahmajyoti menerangi segala sisi. Beliau menjelma dalam berbagai bentuk seperti Rāma, Nrsimha, Varaha dan Krishna, sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Beliau turun seperti seorang manusia, menjadi putera ibu Yasoda. Beliau bernama Krishna, Govinda dan Vasudeva. Krishna adalah anak, suami, kawan dan atasan yang sempurna, dan Beliau penuh segala kehebatan dan sifat-sifat rohani. Kalau seseorang tetap menyadari sepenuhnya ciri-ciri Krishna yang tersebut di atas, dia disebut seorang yogi tertinggi.
    Tingkat kesempurnaan tertinggi dalam yoga hanya dapat dicapai dengan bhakti-yoga sebagaimana dibenarkan dalam segala kesusasteraan Veda:

    yasya deve parā bhaktir
    yathā deve tathā gurau
    tasyaite kathitā hy arthāḥ
    prakāśante mahātmanaḥ

    Hanya kepada roh-roh yang mulia yang percaya sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan guru kerohanian, segala arti pengetahuan Veda diperlihatkan dengan sendirinya." (svetasvatara Upanisad 6.23)
    Bhaktir asya bhajanam tad ihamutropadhinairasyenanusmin manaḥ-kalpanam, etad eva naiskāryam. Bhakti berarti pengabdian dengan cinta-bhakti kepada Tuhan, bebas dari keinginan untuk keuntungan material, baik di dalam hidup ini maupun dalam penjelmaan yang akan datang. Seseorang harus menjadikan pikirannya khusuk sepenuhnya dalam Yang Mahakuasa, bebas dari segala kecenderungan seperti itu. Itulah maksud naiskarmya." (Gopala-tapani Upanisad 1.15)
    Cara-cara tersebut merupakan beberapa di antara cara-cara untuk melaksanakan bhakti, atau kesadaran Krishna, tingkat kesempurnaan tertinggi dalam sistem yoga.

    Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Enam Srimad Bhagavad-gita perihal Dhyana-yoga."



    --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Visit Related Posts Below:

















  • Mau Beli Buku Bhagavad-gita, Srimad-bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, dll?
    Senin - Minggu - Hari Libur | 08.00 - 21.00 WIB | http://mahanilastore.blogspot.com
    0812-7740-3909 dan 0819-9108-4996

    SMS/PHONE  : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
                           : 0819-9109-9321 (Mahanila)
    WhatsApp     : 0812-7740-3909 (Mahanila) dan 0819-9108-4996 (Susanti)
    BBM               : 5D40CF2D dan D5E8718B

    Menjual buku-buku rohani Srimad Bhagavad-gita, Srimad Bhagavatam, Sri Caitanya Caritamrta, Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Purana, Kue Kering, Dupa, Aksesoris, Kartal, Mrdanga, Saree, Air Gangga, Dipa, Kurta, Dhotti, Kipas Cemara, Kipas Bulu Merak, Poster, Japamala, Kantong Japa, Gelang, Kantimala, Rok Gopi, Choli, Blues, Pin, Bros, Kaos, Desain Website dan Database Microsoft Access, Logo, Neon Box, Safety Sign dll.

    Terimakasih Atas Kunjungan Anda.

    I Wayan Mesra Ariyawan | December 03, 2018 | Be the first to comment!

    0 comments:

    Post a Comment

    Silahkan Tulis Komentar Anda....

    Ditulis Oleh: I Wayan Mesra Ariyawan (Mahanila Das)

    Saat ini anda sedang membaca artikel di Website: "https://jayjivjago.blogspot.com". Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kita semua. Kami menunggu tanggapan untuk saling berbagi melalui komentar di bawah ini. Mari kita bersama-sama saling berbagi pengetahuan kerohanian untuk meningkatkan kualitas hidup kita yang sesungguhnya. Kami sangat berterimakasih atas semua pihak yang telah berkenan membantu mengembangkan website ini. Semoga usaha kita ini membuahkan hasil yang baik.

    :: Thank you for visiting MAHANILA STORE ::

    Follow him on:

    Bhagavad-gita Sloka

    Expand + | - Collapse

    Chat Via WhatsApp

    News News

    Recent Posts

    Doa-doa Pujian

    Expandable Comments

    Top Commentators

    Mahanila Store

    Doa-doa Pujian

    Doa-doa Pujian

    TODAY CALENDAR

    Calendar Widget by CalendarLabs

    Bhagavad-gita Sloka

    Expand + | - Collapse

    Bhagavad-gita Sloka

    Expand + | - Collapse

    Support : Mahanila Website | Mahanila Template | Mahanila Template
    Copyrights © 2017. MAHANILA BOOK STORE - All Rights Reserved
    Template Created by Mahanila Website Published by Mahanila Template
    Proudly powered by Blogger

    Copyright © 2013-17 Cakadola Engineering. All Rights Reserved.

    Breaking News